Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti
perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan
makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian
bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian
air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni.
Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah
pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari
pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan–bahan terlarut,
seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel–
partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer. Biasanya air tersebut mengandung
zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia
organik.
Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya
didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan
kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-
pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air
semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu,
diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di
dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya
dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum. Analsia air termasuk ke dalam kimia
analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip
analisa air yang digunakan adalah prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah
metode indikator warna dan secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik.

1.2 Tujuan Percobaan


Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air
secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia ( suhu, 02 terlarut, C02 bebas,
pH. Kondukvitas, kecerahan, alkalinitas), sedangkan yang kedua adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi. Dalam pengukura kualitas air secara umum,
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambian sample dilakukan dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri,
2013).
Amonium (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion
ammonium adalah bentuk transisi dari amoniak. Sumber amoniak diperairan adalah
pemecahan nitrogen organic ( Protein dan urea) dan anorganik yang terdapat dalam limbah
dan air, yang berasal dari bahan organic (tumbuhan) dan biota akuatik yang teah mati oleh
mikroba dan jamur ( Effendi, 2015).
Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan
seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup.
Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan
alami air dikenal dengan hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan
teknik sipil, dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran,
sistem pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan pengendalian banjir
dan tenaga air (Ardayani, 2018).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2016).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)
seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang
menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara
langsung (Barus, 2013).
BAB III
METODEOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Gelas Ukur 50 mL  Penjepit Tabung Reaksi
 Gelas Ukur 100 mL  Erlenmeyer
 Pipet Tetes  Kompor Listrik
 Pipet Volume 5 mL  Buret dan statif
 Pipet Volume 10 mL  Corong
 Lampu Spiritus  Neraca Analitik
 Tabung Reaksi+rak  Botol Semprot
 Batang Pengaduk  Termometer
 Corong Kaca

3.1.2 Bahan
 KMnO4  Air Keran
 Aquades  Air Sawah
 H2SO4
 Kertas Lakmus Merah
 Asam Oksalat (H2C2O4)

3.2 Prosedur Kerja


1. Suhu/Temperatur
 Siapkan sampel (buka tutup botol sampel)
 Celupkan alat pengukur suhu (termometer atau O2 meter)ke dalam sampel,pastikan
tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut
 Baca angka yang tertera pada alat tersebut
2. Zat Padat terlarut dan Zat padat tersuspensi
 Ambil sampel sebanyak 100 mL dengan gelas ukur dan tuangkan ke dalam gelas
piala dan panaskan.
 Perhatikan,apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap!
 Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut,sedangkan jika terjadi
endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi
3. Warna
3
 Ambil sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak ± dari volume tabung reaksi
4
 Bandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
4. DO ( Disolve Oxygen)
 100 mL sampel dimasukkan ke dalam gelas piala yang bervolume 100 mL
 Celupkan O2 meter ke dalam sampel
 Tekan mode untuk mendapatkan nilai DO
 Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen yang dikandung
sampel
5. Amoniak (NH3)
 Masukkan 10-15 mL sampel ke dalam tabung reaksi
 Lipatkan kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi
 Panaska diatas lampu Spiritus
 Amati sampel ,apakah tercium bau tengik atau tidak
 Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah berubah
menjadi warna biru
6. COD secar kuantitatif
 Pipet 10 mL sampel dengan pipet volme dan masukkan ke dalaam gelas ukur 100
mL
 Encerkan sampel tersebut dengan aquades sampel volume 100 mL
 Ditambah 5 mL H2SO4 4 N,panaskan sampai mendidih.
 Ditambah lagi dengan 10 mL KMnO4 0,01 N dan didihkan selama 10 menit
(terbentuk warna merah muda)
 Jika selama didihkan warna merah muda hilang tambah 10 mL KMnO 4 0,01 N lagi,
sampai warna merah muda tidak hilang lagi.
 Tambah 10 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N warna merah muda hilang
 Selagi panas segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah
muda yang stabil ( tidak hilang lagi),catat volume KmnO4 yang terpakai (=r)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No Hasil Pengamatan
Parameter
. Air Sumur Air LImbah
1 Suhu 26 º C 28 o C
2 Zat Padat -Tidak Keruh +Sampel Menjadi Keruh
Terlarut
3 Zat Padat -Tidak Ada endapan +Terjadi Endapan
Tersuspensi
4 Warna Bening Keruh/Kecoklatan
5 DO - -
6 Amoniak -Tidak berbau +Berbau Tengi
7 COD Volume Volum Volume Volume Volume Volume
KMnO4 e KMnO4 KMnO4 KMnO4 KMnO4
selama KMnO4 Titrasi II selama Titrasi I Titrasi
pemanasan Titrasi I (mL) pemanasan (mL) II
(mL) (mL) (mL) (mL)
Ulangan I
Ulangan II
BAB V
PEMBAHASAN

Dari Hasil pengamatan diatas kita ketahui jumlah sampel air untuk
praktikum ini adalah 2 sampel yang meliputi air sumur dan air limbah. Dari Parameter
suhu sampel air sumur suhunya cenderung agak sedikit lebih rendah dibandingkan suhu
air limbah yaitu 26 o C dan air sawah 28o.
Dalam pengamatan warna kedua sampel air , pada air sumur warna airnya
berwarna bening, dapat kita konsumsi karena mengandung ion-ion logam secara alami
seperti besi,dan lain-lain.Sedangkan pada air limbah warna airnya berwarna kecoklatan
ini mungkin disebabkan oleh humus dan bahan organik yang membusuk.
Setelah kedua sampel dipanaskan hingga mendidih, dan dilakukan
penciuman bau tengik atau tidak tengik pada sampel,pada air sumur tidak terdapat bau
tengi sehingga tidak terdapat amoniak (NH3) maka air keran belum tercemar dan pada air
sawah tercium bau. Selanjutnya pengamatan zat padat terlarut pada kedua sampel, pada
air sumur airnya tidak berubah menjadi keruh sehingga tidak terdapat zat padat terlarut
dan pada air limbah airnya berubah menjadi keruh maka terdapat sedikit zat padat
terlarut. Dan setelah diamati lagi pada air sumur tidak ada perubahan atau mengalami
pengendapan, namun pada air limbah justru mengalami perubahan atau ada sedikit
endapan di didalam air sehingga air limbah mengandung sedikit zat padat tersuspensi.
Kelarutan oksigen (O2) dalam air sangat dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, udara dan gerak pada air (turbulensi). Oksigen yang terdapat dalam air ini sangat
diperlukan untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Oksigen diperlukan oleh
semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk
mikroorganisme seperti bakteri. Kadar oksigen dalam air juga tergantung pada kotornya
air itu. Makin kotor air, maka makin kecil kadar oksigennya. Oleh karena itu oksigen juga
sering dipakai sebagai parameter untuk menentukan tingkat pencemaran pada air,
khususnya untuk air limbah. Untuk keperluan air minum dan kehidupan aquatik, makin
tinggi kadar oksigennya makin baik air tersebut.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu :
 Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan
suhu untuk air minum idealnya ±30 C.
 Air Sumur termasuk air jernih sedangkan air Limbah bukan air jernih
 Air Sumur tidak memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi,Sedangkan Air
Limbah memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi.
 Amonium ( NH3) terdapat pada air Limbah sedangkan pada air Sumur tidak ada
 COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyak-nya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat organik secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.

6.2 Saran
Diharapkan lebih teliti dalam menggunakan alat laboratorium dan belajar seputar
percobaan sebelum melakukan percobaan ini.
LAMPIRAN

Air limbah sebelum mendidih Air sumur sebelum mendidih

Air sumur setelah di didihkan Air limbah setelah di didihkan


DAFTAR PUSTAKA

Fajri, 2013. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservisior di PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengelolaan Air Sungai Medan Metode Turbidimetri. Karya Ilmiah. Program
Studi Diploma III Kimia Analis Dapartemen Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Effendi, 2015. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta.

Ardayani.2018.Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan.Malang:UB Press.

Sihotang,C. dan Efawani. 2016. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanandan


Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.

Barus, T. A, 2013. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan

Anda mungkin juga menyukai