Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I

PENETAPAN BILANGAN PERMANGANAT

Oleh:
Kelompok 6

Nama:
1. Khusnul Ramadhan Eka Putri (082002100013)
2. Yogi Saputra (082002100022)

Asisten Laboratorium:
Sarah Salsabila Azzahra

Tanggal Percobaan:
24 November 2022

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022

1
KATA PENGATAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Laboratorium
Lingkungan 1. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah
Laboratorium Lingkungan 1 di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur
Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti.  Tujuan dibuatnya laporan
ini yaitu untuk melaporkan hasil praktikum kami.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam


kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikirannya demi
terwujudnya laporan ini. Diharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk mewujudkan
kesempurnaan laporan ini sangat dihargai.

Jakarta, 27 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………..………………1
KATA PENGANTAR…………………………………………….…….……..2
DAFTAR ISI………………………………………………………….….….....3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..….....4
Latar Belakang………………………………………………….…..…..4
Tujuan Percobaan……………………………….……..……….…..…...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………6
BAB III METODE PENGUKURAN………………………….…..……….....7
Waktu dan Tempat……………………………………..………..………7
Alat dan Bahan……………………………………………………….….7
Cara Kerja………………………………………………………..………7
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN…………..……….8
HasilPengamatan………………………………………….……………..8
LokasiPengambilan…………………………………….…….…………..9
Bilangan Permanganat……………….……………..……………..…….11
Perhitungan………………………….………………………….…..……11
Pembahasan……...…………………………………..……..……………12
BAB V KESIMPULAN…………………………...……………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………...……………………….…..15
LAMPIRAN…………………………………………………………………….16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air termasuk sumber daya alam
yang dapat diperbaharui oleh alam, kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan air tawar
tidak bertambah. Sebagian besar air tawar yang digunakan di Indonesia dan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan air dalam jumlah besar yang sering kali
tidak tersedia, karenanya salah satu strategi penting dalam pembangunan wilayah adalah
penyediaan air bersih.
Adapun permasalahan penyediaan air bersih yaitu adanya pencemaran yang
terjadi pada badan perairan yang mengakibatkan menurunnya kualitas perairan oleh
masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan. Bahan pencemar yang
berasal dari permukiman pada umumnya dalam bentuk limbah organik dan anorganik.
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan akan langsung
menuju dasar perairan, sedang bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang
aerob maupun anaerob. Limbah organik yang ada di badan air aerobik akan dimanfaatkan
dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik.
Bahan pencemar yang berasal dari permukiman pada umumnya dalam bentuk
limbah organik dan anorganik. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam
bentuk padatan akan langsung menuju dasar perairan, sedangkan bentuk lainnya berada di
badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Limbah organik yang ada di badan
air aerobik akan dimanfaatkan dan diurai oleh mikroba aerobik. Banyaknya limbah
organik di perairan menyebabkan tingginya beban pencemar di perairan.
Zat organik adalah suatu senyawa yang tersusun dari senyawa atau kombinasi Carbon
(C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2) bersama dengan Nitrogen (N). Kehadiran zat
organik dalam air dapat ditentukan dengan mengukur bilangan Permanganat (KMnO 4 =
Kalium Permanganat). Bilangan permanganat menunjukkan banyaknya zat organik yang
mampu teroksidasi oleh kalium permanganat dalam suasana asam dan pemanasan.
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh
kotoran manusia hewan atau oleh sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan
bakteri atau mikroorgtanisme lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air,
maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar. Sifat senyawa-senyawa organik

4
pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia, antara lain
menjadi CO2 dan H2O.
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap,
koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan
langsung mengendap menuju dasar perairan, sedangkan bentuk lainnya berada di badan
air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik berada jika
tidak dimanfaatkan oleh mikroba baik mikroba aerobik maupun mikroba anaerobik dan
mikroba fakultatif (mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik maupun anerobik).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk menetapkan bilangan
permanganate dengan baik dan benar melalui metode titrasi permanganometri
berdasarkan prinsip oksidasi-reduksi yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat
organic dalam air.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh


kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi
yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah
dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas
alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya.

Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung
dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk
asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil
titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO 4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
3. Pada prinsipnya penentuan bilangan permanganat sama dengan penentuan bilangan
COD, hanya penyajian data dalam bilangan permanganat dinyatakan sebagai mg
KmnO4/l sedangkan COD dinyatakan dalam mg O2/l. Gangguan analisis ini sama
seperti yang ditujukan untuk memeriksa air bersih dengan kadar organik rendah dan
zat pengganggu rendah. Analisis terhadap air dengan kandungan zat organik yang
tinggi dan ada gangguan ion halogen dilakukan dengan menambah AgSO4. Kelebihan
permanganat yang terpakai untuk oksidasi dalam sampel air yang diperiksa, direduksi
oleh asam oksalat yang diketahui titernya. Kelebihan oksalat akan dititrasi kembali
dengan larutan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan oksalat akan ditirasi
kembali dengan KMnO4.

6
BAB III
METODE PENGUKURAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Laboratorium Lingkungan I mengenai COD dan KMnO4 dilakukan pada:

Hari, tanggal : Kamis, 24 November 2022.

Pukul : 08.00 WIB.

Tempat : Jakarta Barat

Lokasi : Belakang Mall Ciputra

Kondisi sungai : Sungai dalam keadaan arus tenang .

Warna : Kehitaman bercampur dengan sampah.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Permanganat
Table 2.1 Alat dan Bahan Permanganat
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Pipet Mohr 10 ml 1 Sampel Air secukupnya
2 Gelas Ukur 100 ml 1 H2SO4 8N 5 ml
4 Labu Erlemeyer 250 ml 1 KMnO4 0,01 19,9 ml
5 Bulp 1 H2C2O4 10 ml
6 Buret 1
7 Statif 1
8 Hot Plate 1

7
3.3 Cara Kerja

3.3.1 Permanganat
Table 2.2 Cara Kerja Permanganat
No Cara Kerja Gambar

Ukur 100 ml air sempel dengan gelas ukur


1
kedalam Erlenmeyer 250 ml

2 Pipet 5 ml H2SO4 8 N dan 3 ml KMnO4 0,01 N

Panaskan larutan diatas hot plate selama ± 5


3
menit hingga terdapat gelembung didih

8
No Cara Kerja Gambar

Tambahkan 7 ml dan 5 ml KMnO4 0,01 N pada


larutan sampel saat masih diatas hot plate
4
kemudian panaskan kembali selama 10 menit,
pastikan warna pada larutan sampel tidak hilang

Pindahkan larutan erlenmayer kemudian


5
tambahkan 10 ml H2C2O4

Titrasi larutan sampel dentan KMnO4 0,01 N


6 sampai larutan sampel berubah warna menjadi
warna merah muda seulas

3.4 Metode Analisis


Pada penentuan bilangan permanganate ini metode yang dipakai adalah metode titrasi
permanganometri berdasarkan prinsip oksidasi – reduksi. Zat organic dalam air akan
dioksidasi oleh KMnO4. Dari titrasi didapatkan volume KMnO4 yang terpakai. Total KMnO4
yang terpakai dari akan dijumlahkan yang kemudian dapat mengetahui nilai permanganate
dalam suatu larutan dengan menghitung memakai rumus :

mg/L KMnO4 =
{( ( V 1+V 2 ) KMnO 4 x N KMnO 4 )−( V H 2C 2 O 4 x N H 2 C 2O 4 ) } x 31,6 x 1000 , fp
mL sampel

Dimana :
V1 = volume KMnO4 yang ditambahkan selama dididihkan (mL)
V2 = volume KMnO4 yang terpakai dalam titrasi (mL)
31,6 = berat ekivalen KMnO4

9
1000 = konversi mL ke L
Fp = faktor pengenceran

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan dari praktikum pengukuran COD dan Permanganat adalah sebagai berikut:

4.1.1 Lokasi Pengambilan

Tabel 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel


No Gambar Keterangan
1 Lokasi : Belakang Mall
Ciputra
Warna : Cokelat
kehitaman
DHL : 548 mS
Temperature :25,8
pH : 4,57
Kekeruhan : 87,8 NTU
DO meter : 2,53 ppm

11
4.1.2 Permanganat
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Permanganat
No Gambar Keterangan
1

Volume Titrasi = 8,5 ml

4.2 Perhitungan
4.2.1 Permanganat
Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan permanganat:

KMn O 4 mg/ L=
{
( ( V 1 +V 2 )KMn O × N KMnO )−( V H C O × N H C O ) ×31,6 ×1000 × f p
4 4 2 2 4 2 2 4 }
V sampel
Keterangan :
V1 = Volume KMnO4 yang ditambahkan selama dididihkan (mL)
V2 = Volume KMnO4 yang terpakai dalam titrasi (mL)
31,6 = berat ekivalen KMnO4
1000 = konversi mL ke L
volume sampel setelah diencerkan(mL)
fp =
volume yang dipipet (mL)

4.2.2 Perhitungan
Diketahui :
V1 = 15 ml
V2 = 8,5 ml
NKMnO4 = 0,01 N
NH2S2O4 = 0,01 N
VH2C2O4 = 10 ml
Vsampel = 100 ml

Ditanya : Kandungan Permanganat pada air sampel ?


Hitungan :

KMn O 4=
{(( V 1 +V 2 ) KMnO × N KMnO )−( V H C O × N H
4 4 2 2 4 2 C 2 O4 ) } ×31,6 ×1000
V sampel
{( (15+8,5) ×0,01 )−(10 ×0,01)} ×31,6 ×1000
KMn O 4=
100

12
4.3 Pembahasan
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
Kalium Permanganat (KMnO4). Prinsip reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah
dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat
yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain
sebagainya.
Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO 4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasar kan pada reaksi oksidasi
ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
alkalis. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut: MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e → Mn2+ (aq) +
4H2O(l).
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini,
namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi.
Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu
lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini
dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO 4- berwarna
ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai
autoindikator.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus persamaan di atas, maka
didapatkan kadar zat organik sebesar 42,66 mg/L. Hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa sampel air mengandung zat organik yang berlebih, berdasarkan kriteria air minum
yang telah ditetapkan oleh KEMENKES RI No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat
organik yang terkandung tidak boleh lebih dari 10 mg/l. Kadar zat organik yang tinggi
menunjukan bahwa air telah tercemar. Jadi, sampel air tidak layak digunakan sebagai air
minum, karena tidak memenuhi kriteria air minum.
Apabila air yang tercemar zat organik digunakan untuk mencuci peralatan makan sehari
hari, maka kandungan zat organik tersebut akan menempel pada alat makan yang digunakan
kemudian masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan yang dikonsumsi. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan pada organ dalam tubuh diantaranya adalah kerusakan ginjal, hati,
berbagai jenis penyakit kanker, cacat kelahiran, efek kesehatan mental.

13
Air yang tercemar zat organik tersebut digunakan warga sekitar untuk keperluan mencuci alat
makan, mandi dan mencuci pakaian. Kandungan zat organik pada air tersebut semakin lama
akan mencemari peralatan makan yang digunakan oleh warga sekitar.

14
BAB V
KESIMPULAN
BAB 1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Kandungan bilangan permanganat dalam air sampel adalah 442,66 mg/L.
2. Kandungan zat organik pada air sampel melebihi batas yang telah ditetapkan oleh
Kemenkes RI
3. Air sampel sudah tercemar
4. Air sampel tidak layak digunakan sebagai air minum

15
DAFTAR PUSTAKA

Lindu, M., Hendrawan, D., Purwaningrung, P., Kusumadewi, R.A. 2022. Penuntun Pratikum
Laboratorium Lingkungan I.
Boekoesoe, L 2010, „Tingkat Kualitas Bakteriologis Air Bersih di Desa Sosial Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo‟, INOVASI. Vol.7, no.4, hh. ISSN 1693-9034.
Menkes, R.I 2010, ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/Menkes/Per/IV/2010’, Jakarta.
Soesanto, S.S 1996, ‘Senyawa Organik Dalam Air Minum’, Media Litbengkas, Vol.VI,
no.01.

16
LAMPIRAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kelas
No Parameter Unit Kelas 1 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan
2
Perbedaan
dengan suhu udara
1. Temperatur °C Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3
di atas permukaan
air
Padatan
Tidak berlaku
2. terlarut mg/ L 1.000 1.000 1.000 2.000
untuk muara
total (TDS)
Padatan
tersuspensi
3. mg/ L 40 50 100 400
total
(TSS)
Tidak berlaku untuk
Pt-Co air gambut
4 Warna 15 50 100
Unit (berdasarkan kondisi
alaminya)
Tidak berlaku
Derajat
untuk air gambut
5. keasaman 6-9 6-9 6-9 6-9
(berdasarkan
(pH)
kondisi alaminya)
Kebutuhan
oksigen
6. mg/ L 2 3 6 12
biokimiawi
(BOD)
7. Kebutuhan mg/ L 10 25 40 80
oksigen
kimiawi

17
(COD)
Oksigen
8. terlarut mg/ L 6 4 3 1 Batas minimal
(DO)

9. Sulfat (SO4) mg/L 300 300 300 400

10
Klorida (Cl-) mg/L 300 300 300 600
.

Nitrat
11
(sebagai mg/L 10 10 20 20
.
N)

12 Nitrit
mg/ L 0,06 0,06 0,06
. (sebagai N)

13 Amoniak
mg/ L 0, 1 0,2 0,5
. (sebagai N)

14 Total
mg/ L 15 15 25
. Nitrogen

15 Total Fosfat
0,2 0,2 1,0
. (sebagai P)

16 Fluorida
mg/ L 1 1,5 1,5
. (F-}

17 Belerang
mg/ L 0,002 0,002 0,002
. sebagai HOS

18 Sianida
mg/ L 0, 02 0,02 0,02
. (CN-)

Bagi air baku


19
Klorin bebas mg/ L 0, 03 0,03 0,03 air minum tidak
.
dipersyaratkan

18
20 Barium (Ba)
mg/ L 1,0
. terlarut

21 Boron (B)
mg/ L 1,0 1,0 t ,0 1,0
. terlarut

Merkuri
22
(Hg) mg/ L 0, 001 0,002 0,002 0,005
.
terlarut

23 Arsen (As)
mg/ L 0,05 0,05 0,05 0, 10
. terlarut

Selenium
24
(Se} mg/ L 0,01 0,05 0,05 0,05
.
terlarut

25 Besi (Fe)
mg/ L 0,3
. terlarut

Kadmium
26. (Cd) mg/ L 0,0 1 0, 01 0,0 1 0,0 1
terlarut
Kobalt (Col
27. mg/ L 0,2 0,2 0,2 0,2
terlarut
Mangan
28. (Mn) mg/ L 01
terlarut
Nikel (Ni)
29. mg/ L 0,05 0,05 0,05 0, 1
terlarut
Seng (Zn)
30. mg/ L 0,05 0,05 0,05 2
terlarut
Tembaga
31. (Cu) mg/ L 0,02 0,02 0,02 0,2
terlarut
Timbal (PbJ
32. mg/ L 0,03 0,03 0,03 0,5
terlarut

19
Kromium
heksavalen
33 (Cr- mg/ L 0,05 0,05 0,05 1

Minyak dan
34. mg/ L 1 1 1 10
lemak
35. Deterjen total mg/ L 0,2 0,2 0,2
36. Fenol mg/ L 0,002 0,005 0,01 0,02
Aldrin /
37. pg/ L 17
Dieldrin
38. BHC pg/ L 210 210 210
39. Chlordane pg/L 3
40
DDT pg/L 2 2 2 2
.
41. Endrin pg/L 1 4 4
42
Heptachlor pg/L 18
.
43
Lindane pg/L 56
.
44 Methoxychl
pg/L 35
. or
45
Toxapan pg/L 5
.
MPN/
Fecal
46. 100 100 1.000 2.000 2.000
Coliform
mL
MPN /
4’7 Total
IOO 1.000 5.000 10.000 10.000
. Coliform
mL
48. Sampah nihil nihil nihil nihil
Radioaktivit
49.
as

20
Gross-A Bq/ L 0, 1 0, 1 0, 1 0, 1

Gross—B Bq/ L 1 1 1

21

Anda mungkin juga menyukai