Anda di halaman 1dari 23

WATER TREATMENT PLANT

PENGOLAHAN AIR MINUM DAN AIR UNTUK


BOILERLAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Disusun Oleh :
DEDE MUNASRI
17/19660/THP-STIPP B

SARJANA TEKNOLOGI INDUSTRI PERKEBUNAN DAN


PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di daerah - daerah yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk biasanya menggunakan
air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali air yang
digunakan kurang memenuhi standart air minum yang sehat. Bahkan untuk
daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk
hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum.
Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini, persentase penderita penyakit
yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau
kurang memenuhi syarat. Untuk keperluan tersebut perlu adanya pengolahan
air sering disebut Water Treatment Plant.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan air tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer. Alkalinitas
adalah hasil-hasil reaksi yang terpisah dalam larutan sehingga merupakan
sebuah analisa yang menghubungkan beberapa reaksi.
Chemical oxygen demand (COD) merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu
tertentu pada suhu 20oC.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Water Treatment Plant Pengolahan Air
Minum dan Air untuk Boiler adalah :
1. Mengetahui bagian – bagian dari alat penjernih air dan cara kerjanya.
2. Memahami prinsip pemisahan padatan dan dapat melakukan proses
tersebut dalam penjernihan air kotor dengan metode sedimentasi.
3. Memahami prinsip koagulasi dan dapat melakukan proses koagulasi
koloid yang terkandung dalam air kotor.
4. Memahami prinsip aerasi dan dapat melakukan proses aerasi untuk
pengikatan Fe dan Mn sehingga dapat diendapkan.
5. Memahami dan dapat melakukan prinsip filtrasi bahan-bahan pengotor
dalam penjernihan air (Gravity sand filter).
6. Memahami dan dapat melakukan prinsip desinfeksi air.
7. Melakukan penentuan kesadahan air, kandungan oksigen terlarut dan CO2,
kadar klorida, COD, BOD dan zat padat tersuspensi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Water Treatment Plant Pengolahan Air
Minum Dan Air Untuk Boiler adalah :
1. Dapat mengetahui bagian –bagian dari alat penjernih air dan cara kerjanya.
2. Dapat memahami prinsip pemisahan padatan dan dapat melakukan proses
tersebut dalam penjernihan air kotor dengan metode sedimentasi.
3. Dapat memahami prinsip koagulasi dan dapat melakukan proses koagulasi
koloid yang terkandung dalam air kotor.
4. Dapat memahami prinsip aerasi dan dapat melakukan proses aerasi untuk
pengikatan fe dan mn sehingga dapat diendapkan.
5. Dapat memahami dan dapat melakukan prinsip filtrasi bahan-bahan
pengotor dalam penjernihan air (gravity sand filter).
6. Dapat memahami dan dapat melakukan prinsip desinfeksi air.
7. Dapat melakukan penentuan kesadahan air, kandungan oksigen terlarut
dan CO2, kadar klorida, COD, BOD dan zat padat tersuspensi.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Tanggal dan Tempat Praktikum.
Praktikum dilakukan pada hari Jumat, tanggal 15 Maret 2019 di Pilot
Plant dan Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper
Yogyakarta.
2.2 Alat dan Bahan.
Adapun alat pada praktikum kali ini adalah Seperangkat alat pengolah
air, Erlenmayer 200 ml, Erlenmayer 500 ml, Pipet Tetes, Labu Ukur,
Timbangan, Kertas Saring, Buret, Corong, Kondensor, Hot Plate, Gelas Beker
dan kertas Indikator.
Adapun bahan yang digunkan pada praktikum kali ini adalah Air Sungai,
Aquadest, Air Pengolahan, Tawas, Kerikil, Arang Aktif, Zeolit, Pasir, Larutan
Na2CO3 0,1 N, Larutan NH4OH 0,1 N, Hcl 0,1 N. Indikator PP, Larutan
Na2SO4, Larutan H2SO4 Pekat, Larutan Naoh 0,02 N, Larutan KOH, Larutan
Tio Sulfat, Larutan HNO3 5%, LARUTAN Agno3 0,01 N, Larutan Na2CO3
5%, LARUTAN K2cro4 5%, Hgso4 02 Gram, Larutan K2Cr2O7 O,25 N,
Indikator Ferroin dan (NH4)2SO4 0,1 N.
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Teoritis
2.3.1.1 Alkalinitas
a. Memasukkan cuplikan air ke dalam labu takar dan
encerkan sampai 50 ppm dan ditambahkan 3 tetes
indikator PP.
b. Menambahkan Larutan Metil Merah (MR) Bila Tidak
Terjadi perubahan warna sampai warna cuplikan biru.
c. Mengisikan Mikroburet dengan larutan Hcl 0,1 N.
d. Menitrasi dengan Hcl 0,1 N sampai warna jingga
cuplikan tersebut.
e. Merupakan jumlah Alkalinitas yang diuji adalah
banyaknya larutan HCl 0,1 N yang digunakan..
2.3.1.2 Stabilitas Relatif.
a. Memasukkan masing-masing 1 ml larutan metil biru (0,35 g/ltr)
ke dalam 4 botol yang tidak berwarna dan bervolume 250 ml.
b. Mengisikan botol tersebut sampai penuh dan menutup rapat
dan jangan sampai ada udara yang masuk.
c. Menginkubasikan pada suhu kamar.
d. Mengamati pada hari pertama setelah ½, 1, 3 dan 4 jam.
e. Mengamati pada hari berikutnya dua kali dalam sehari selama 5
hari.
f. Mencatat hari dan jam perubahan warna.
2.3.1.3 Padatan Tersuspensi
a. Menyiapkan kertas saring, keringkan dan timbang sampai berat
konstant (a) mg.
b. Mengambil 4 jenis air a, b, c dan d masing-masing sebanyak
100 mL.
c. Memasukkan ke dalam 4 buah gelas ukur dan diamkan selama
1 jam sehingga ada bagian zat yang mengendap.
d. Mengambil 50 mL larutan di bagian atasnya yang mengandung
zat padat melayang (tersuspensi).
e. Menyaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya
dan dicuci dengan aquadest sebanyak 50 mL.
f. Mengeringkan kertas saring dalam oven sampai berat konstan
pada 100oC (b) mg.
g. Menghitung: padat tersuspensi = 1.000/50 (b-a) mg/l.
h. Mengambil 4 buah gelas ukur yang panjang.
i. Mengambil kertas putih dan dibuat tanda (+) (positif) dengan
tebal 1 mm dan panjang sama dengan diameter gelas ukur.
j. Meletakkan gelas ukur di atas tanda tersebut.
k. Mengisi gelas ukur perlahan-lahan dengan macam-macam jenis
air sampai tepat tidak dapat melihat lagi tanda positif di bawah
gelas ukur tersebut, melalui air limbah tegak lurus dari atas.
l. Mengukur tinggi air limbah tersebut dengan gelas ukur (satuan
mm) dan hubungkan dengan data prosedur pertama.
2.3.1.4 Pengukuran Do
a. Mengambil 2 jenis air sampel masing-masing sebanyak 40 mL
lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer.
b. Menambahkan larutan MnSO4 8 tetes sambil digoyang-goyang
c. Menambahkan larutan KOH-KI 8 tetes sehingga terbentuk
endapan coklat.
d. Menambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 0,5 cc dan pelan-
pelan lewat dinding erlenmeyer lalu digoyang-goyang sehingga
terbentuk endapan coklat yang terjadi hilang dan warnanya
menjadi kuning.
e. Menambahkan air sampel hingga volumenya 50 cc dan
didiamkan selama 15 menit.
f. Memindahkan Sampel ke erlenmeyer yang lebih besar dan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (larutan tio sulfat) hingga
warnanya berubah menjadi kuning jerami (kuning pucat).
g. Menetesi dengan indikator amilum sebanyak 8 tetes sehingga
warnanya berubah menjadi biru.
h. Menitrasi dilanjutkan lagi dengan larutan tio sulfat hingga
warna biru hilang dan catat volume titran yang digunakan.
i. Menghitung : DO = jumlah skala x 0,05 ppm (jumlah mikro
buret yang skala 100). DO = jumlah skala x 0,04 ppm (jumlah
mikro buret yang skala 80).
2.3.1.5 Pengukuran Co2
a. Mengambil sampel air sebanyak 20 cc ke dalam tabung
pengukuran CO2.
b. Menetesi dengan indikator PP 3 tetes, apabila berwarna merah
berarti tidak ada CO2 bebas dan pekerjaan dihentikan.
c. Menitrasi dengan 0,02 N NaOH.
d. Mencatat volume NaOH yang digunakan.
2.3.1.6 Perhitungan Cl
a. Menyediakan 3 buah erlenmeyer 200 ml yang masing-masing
diisikan 100 mL air ledeng dengan gelas ukur.
b. Menguapkan air tersebut hingga volumenya menjadi 25 mL.
c. Memeriksa ph air dengan kertas indikator. Bila air bersifat
asam. Tambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 5% hingga
netral.
d. Mencuci buret yang akan digunakan dan isikan dengan larutan
Agno3 0,01 n
e. Menambahkan 3 tetes larutan K2Cro4 5% ke dalam air tersebut
kemudian larutan dititrasi dengan larutan agno3 0,01 n hingga
terjadi perubahan warna.
f. Menghitung banyaknya klorida tiap 100 ml air ledeng
g. Menghitung :
Kadar cl = v x 35,5 gram/100 ml
V = volume larutan agno3 0,01 N dalam liter
N = normalitas larutan agno3 0,01 N dalam liter
2.3.1.7 Analisis COD
a. Masukkan 20 ml limbah kedalam labu erlenmeyer dan
tambahkan 20 ml aquadest, 10 ml K2Cr2O7 0,25 N kemudian
ditambahkan lagi 0,2 gram hgso4 0,25 N dan beberapa waktu
didih.
b. Memasang pendingin balik pada labu tersebut.
c. Menambahkan melalui dinding pendingin balik 30 ml H2SO4
yang mengandung agso4.
d. Memanaskan dengan hati-hati (sering terjadi letupan) selama 2
jam diatas Hot Plate.
e. Membiarkan sampai dingin dan cucilah dinding bagian dalam
pendingin balik dengan 25 ml Aquadest.
f. Menitrasikan dengan larutan Fe (NH4)2SO4 0,1 N dengan
indikator sebanyak 2-3 tetes sampai terjadi perubahan warna
dari hijau biru menjadi coklat kemerah-merahan.
g. Membuat larutan blangko (tanpa limbah) yaitu endapkan 20 ml
aquadest ditambah 0,2 gram H2SO4, 10 ml K2Cr2O7 0,25 N
serta beberapa buah batu didih. Didihkan yang mana
prosedurnya sama dengan nomor 2 sampai nomor 6 tersebut di
atas.
2.3.2 Skematis
2.3.2.1 Alkainitas

Dimasukkan cuplikan air ke dalam labu takar dan encerkan


sampai 50 ppm dan ditambahkan 3 tetes indikator PP.

Ditambahkan Larutan Metil Merah (MR) Bila Tidak


Terjadi perubahan warna sampai warna cuplikan biru.

Diisikan Mikroburet dengan larutan Hcl 0,1 N.

Dititrasi dengan Hcl 0,1 N sampai warna jingga cuplikan


tersebut.

Dijumlah Alkalinitas yang diuji adalah banyaknya larutan


HCl 0,1 N yang digunakan.

Gambar 1. Diagram Alir Alkalinitas.

2.3.2.2 Stabilitas Relatif

Dimasukkan masing-masing 1 ml larutan metil biru (0,35


g/ltr) ke dalam 4 botol yang tidak berwarna dan bervolume
250 ml.

Dimasukan larutan kedalam botol dan ditutup rapat jangan


sampai ada udara yang masuk.

Diinkubasi pada suhu kamar.


Diamati pada hari pertama setelah ½, 1, dan 3 jam

Diamati pada hari berikutnya dua kali dalam sehari selama


5 hari.

Dicatat hari dan jam perubahan warnanya.

Gambar 2. Diagram Alir Stabilitas Relatif.

2.3.2.3 Padatan Tersuspensi

Disiapkan kertas saring, keringkan dan timbang sampai


berat konstant (a) mg.

Diambil 4 jenis air a, b, c dan d masing-masing sebanyak


100 ml

Dimasukkan ke dalam 4 buah gelas ukur dan diamkan


selama 1 jam sehingga ada bagian zat yang mengendap.

Diambil 50 ml larutan di bagian atasnya yang mengandung


zat padat melayang (tersuspensi).

Disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya


dan dicuci dengan aquadest sebanyak 50 ml.

Dikeringkan kertas saring dalam oven sampai berat konstan


pada 100oC (b) mg.

a. M
e
n
g
e
r
Menghitung padat tersuspensi = 1.000/50 (b-a) mg/l.

b. M
Diambil 4 buah gelas ukur yang panjang.
e
n
c. M
g
Diambil kertas putih dan dibuat tanda (+) (positif) e dengan
e
tebal 1 mm dan panjang sama dengan diameter gelas n ukur.
r
g
d. M i
e
en
Diletakkan gelas ukur diatas tanda tersebut.
r
ng
e. iM
gk
Mengisi gelas ukur perlahan-lahan dengan macam-macam ne
ea
jenis air sampai tepat tidak dapat melihat lagi tanda gn positif
rn
di bawah gelas ukur tersebut, melalui air limbah kg tegak
i
lurus dari atas. ae
nk
nr
g e
f. M
i
Diukur tinggi air limbah tersebut dengan gelas ukurker (satuan
kn
mm) dan hubungkan dengan data prosedur pertama. ant
eg
nga
rk
Gambar 3. Diagram Alir Padatan Tersuspensi. s
et
a
kr
2.3.2.4 Pengukuran Do an
eis
s
Diambil 2 jenis air sampel masing-masing sebanyak rna 40 ml
k
lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer.tr
gs
e
aki
ar
san
Ditambahkan larutan MnSO4 8 tetes sambil digoyang- rt
g
goyang. ni
a
s
ns
akd
g
rea
s
irl
da
nta
ar
gam
li
sa
Ditambahkan larutan KOH-KI 8 tetes sehingga terbentuk
endapan coklat.

Ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 0,5 cc dan


pelan-pelan lewat dinding erlenmeyer lalu digoyang-
goyang sehingga terbentuk endapan coklat yang terjadi
hilang dan warnanya menjadi kuning.

Ditambahkan air sampel hingga volumenya 50 cc dan


didiamkan selama 15 menit.

Dipindahkan sampel ke erlenmeyer yang lebih besar dan


dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (larutan tio sulfat) hingga
warnanya berubah menjadi kuning jerami (kuning pucat).

Ditetesi dengan indikator amilum sebanyak 8 tetes sehingga


warnanya berubah menjadi biru.

Dititrasi lagi dengan larutan thio sulfat hingga warna biru


hilang dan dicatat volume titrannya.

Dihitung DO = jumlah skala x 0,05 ppm (jumlah mikro


buret yang skala 100). DO = jumlah skala x 0,04 ppm
(jumlah mikro buret yang skala 80).

Gambar 4. Diagram Alir Pengukuran Do.


2.3.2.5 Pengukuran Co2

Diambil sampel air sebanyak 20 cc ke dalam tabung


pengukuran CO2.

Ditetesi dengan indikator PP 3 tetes, apabila berwarna


merah berarti tidak ada CO2 bebas dan pekerjaan
dihentikan.

Dititrasi dengan 0,02 N NaOH.


.

Dicatat volume NaOH yang digunakan.

Gambar 5. Pengukuran Co2

2.3.2.6 Pengukuran Cl

Disediakan 3 buah erlenmeyer 200 ml yang masing-masing


diisikan 100 ml air ledeng dengan gelas ukur.

Diuapkan air tersebut hingga volumenya 25 mL.

Diperiksa pH air dengan kertas indikator. Bila air bersifat


asam. Tambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 5%
hingga netral.

Dicuci buret yang akan digunakan dan isikan dengan


larutan AgNO3 0,01 N.
Ditambahkan 3 tetes larutan K2CrO4 5% ke dalam air
tersebut kemudian larutan dititrasi dengan larutan AgNO3
0,01 N hingga terjadi perubahan warna.

Dihitung banyaknya klorida tiap 100 ml air ledeng.

Gambar 6. Diagram Alir Pengukuran Cl


2.3.2.7 Analisis COD

Dimasukkan 20 mL limbah kedalam labu erlenmeyer dan


tambahkan 20 mL aquadest, 10 mL K2Cr2O7 0,25 N
kemudian ditambahkan lagi 0,2 gram Hgso4 0,25 N dan
beberapa waktu didih.

Dipasang pendingin balik pada labu tersebut.

Ditambahkan melalui dinding pendingin balik 30 ml H2SO4


yang mengandung AgSO4.

Dipanaskan dengan hati-hati (sering terjadi letupan) selama


2 jam diatas Hot Plate.

Dibiarkan sampai dingin dan cucilah dinding bagian dalam


pendingin balik dengan 25 ml Aquadest.

Dititrasi dengan larutan Fe (NH4)2SO4 0,1 N dengan


indikator sebanyak 2-3 tetes sampai terjadi perubahan
warna dari hijau biru menjadi coklat kemerah-merahan.

Dibuat larutan blangko (tanpa limbah) yaitu endapkan 20


ml aquadest ditambah 0,2 gram H2SO4, 10 ml K2Cr2O7
0,25 N serta beberapa buah batu didih. Didihkan yang
mana prosedurnya sama dengan nomor 2 sampai nomor 6
tersebut di atas.

Gambar 7. Diagram Alir Analisi COD


BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Pengenalan alat pengecilan ukuran dan ayakan tyler
3.1.2 Analisis Hasil Pengayakan.
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, seperti untuk
mencuci, masak, minum, mandi dan lain sebagainya. Di daerah-daerah yang
belum terjangkau air bersih, mereka menggunakan air sumur galian, air sungai
yang kadang-kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi
standart air minum yang sehat. Oleh karena itu di daerah-daerah seperti ini,
presentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum
yang bersih atau kurang memenuhi syarat, untuk keperluan tersebut perlu
adanya pengolahan air atau yang sering disebut Water Treatment Plant.
Kotoran yang terdapat pada air biasanya, benda-benda besar atau kecil yang
terapung, lumpur dan pasir, lumpur halus berbentuk koloid, organisme dan
mikroorganisme pathogen, zat-zat kimia (Anonim, 2019).
Pengolahan air terdapat beberapa tahapan antara lain, sedimentasi 1 yaitu
proses pengendapan lumpur kasar atau pasir, dan untuk mengeluarkan benda-
benda kasar yang terdapat pada bak sedimentasi. Bak kedua yaitu, koagulasi
dan flokulasi, yaitu proses untuk mengendapkan lumpur halus berupa koloid
dan zat kimia yang terdapat pada air dengan penambahan tawas. Tawas atau
alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam air baku lalu diaduk
sampai larut, setelah di aduk dibiarkan beberapa saat hingga gumpalan kotoran
atau flok tumbuh menjadi besar dan mengendap pada bak. Sedimentasi 2,
yaitu proses penggumpalan kotoran yang akan mengendap semua. Setelah
kotoran mengendap air didalam bak akan terlihat lebih jernih. Pada proses ini
juga akan terpisah minyak dengan berat jenis lebih kecil dari pada air yang
akan berada pada permukaan air yang nantinya dapat dipisahkan. Aerasi, yaitu
mengontakan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan
yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara untuk
membentuk senyawa mangan dan besi dapat diendapkan. Proses aerasi juga
berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tidak diinginkan
misalnya H2S, methan, carbon dan gas beracun lainnya. Pada filtrasi 1
digunakan filter berupa krikir yang bertujuan untuk memisahkan partikel yang
besar, arang aktif untuk memisahkan baud an warna pada air, zeolite untuk
menjaga pH / keasaman dan menambah miberal, pasir kuarsa untuk filtrasi
lumpur halus atau kotoran dan menahan oksidasi bsi dan mangan, pasir aktif
untuk mengikat zat basi, mangan dan oksidasi dalam air. Sedangkan filtrasi 2
tidak berbeda jauh dengan filtrasi 1, namun leboh spesifiknya untuk proses
penjernihan air setelah melewati filtrasi 1. Yang terakhir yaitu desinfeksi,
proses filtrasi dimaksudkan untuk mematikan mikroorganisme dan bakteri-
baktrei pathogen, sehingga diperoleh air bersih yang steril dan dapat langsung
digunakan. Pada proses desinfeksi menggunakan pemanas (Anonim, 2019).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air tuntuk menetralkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinrtas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH
perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi
alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga
fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam
satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (Kemmerly, 2005).
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri
dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung
tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan,
kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga
mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan.
Selain mengandung padatan tersuspensi, air buangan juga sering mengandung
bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein (Ayers, 1989).
Kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan menentukan
untuk kelangsungan hidup organisme akuatis dan untuk berlangsungnya
proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan perairan. Konsentrasi
kandungan unsur oksigen dalam aliran air ditentukan oleh besarnya suhu
perairan, tekanan dan aktivitas biologi yang berlangsung di dalam air. Dari
perspektif biologi, kandungan gas oksigen di dalam air merupakan salah satu
unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan
kehidupan akuatis. Konsentrasi oksigen dalam air mewakili status kualitas air
pada tempat dan waktu tertentu (saat pengambilan sampel air). Proses
dekomposisi bahan organik di dalam air berlangsung secara perlahan-lahan
dan memerlukan waktu yang relatif lama. Perubahan konsentrasi oksigen di
dalam air juga berlangsung secara perlahan-lahan sebagai respon oleh adanya
proses oksidasi serta merupakan respon berbagai macam organisme terhadap
suplai bahan makanan (Yuliawati Rieke, 2010).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengecilan ukuran dan analisis hasil
pengecilan ukuran menggunakan ayakan tyler sebagai pre-treatment dalam
pembuatan karbon aktif limbah biomasa perkebunan adalah :
1. Arang aktif ( activated carbon ) berdasarkan pada pola strukturnya adalah
suatu bahan yang berupa karbon amorf yang sebagian besar terdiri dari
karbon bebas serta memiliki permukaan dalam sehingga memiliki daya
serap yang tinggi.
4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah praktikum kedepannya agar
lebih baik lagi dengan proses yang berbeda pada saat ini, modul baru
berpengaruh pada praktikan yang masih dianggap asing dengan proses modul
seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Buku Petunjuk Praktikum Pengolahan Air Minum dan Air untuk
Boiler. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper.
Kemmerly, Jack E.. Jr, William H. Hayt. 2005. Alkalinitas. Jakarta: Erlangga.
Yuliawati Rieke. 2010. Dissolved Oxygen (DO). Surabaya : Kementrian
Perindustrian.
Ayers, R.S. dan D.W. Westcot. 1989. Water Quality for Agriculture. FAO
Irrigation and Drainage Department. Rome.
Harmayani, K.D. dan I.G.M. Konsuhartha. 2007. Pencemaran air tanah akibat
pembuangan limbah domestik di lingkungan kumuh. Jurnal Pemukiman
Notah 5 : 62 – 75.

Yogyakarta, 28 Februari 2019

Mengetahui

Co. Ass Praktikan


(Wibo Sabba Tarawih) (Josua Fisher Tua Aruan)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai