PEMERIKSAAN FISIKA
PEMERIKSAAN WARNA
A. DASAR TEORI
Warna didalam air disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan
mangan), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air biasanya
dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum.
Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna
setelah kekeruhan sampel dihilangkan. Sedang yang dimaksud warna nampak
adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat yang terlarut didalam air akan
tetapi juga zat tersuspensi.
B. PRINSIP
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual
warna dari sampel dengan larutan standar warna yang diketahui konsentrasinya.
Didalam metode ini sebagai standar warna digunakan larutan platina-kobalt
dengan satuan mg/lt Pt-Co. warna laruatan Pt-Co juga tersedia sebagai cetakan di
set peralatan Merckoquant (jauh lebih sederhana, cocok untuk lapangan, tetapi
ketelitiannya lebih rendah).
C. ALAT
1. 14 tabung Nessler, dengan skala 50 ml, berbentuk tinggi (untuk larutan
standar dan sampel).
2. Gelas ukur 100 ml (untuk HCl) dan 1 labu takar 1000 ml (untuk persiapan
larutan standar).
3. Pipet volume.
4. Set Merckoquant warna.
D. REAGEN
Larutan standar Warna :
Gunakan labu takar 1000 ml untuk melarutkan 1,246 gr Kalium kloro
platina, K2PtCl6 (equivalen dengan 500 mg logam platina) dan 1,00 gr Kobalt
klorida, CoCl2. 6H2O (equivalen dengan 250 mg kobalt) dalam air suling dan 100 ml
HCl pekat dan kemudian diencerkan menjadi 1000 ml dengan air suling. Larutan
standar tersebut mempunyai skala warna 500.
Apabila tidak ada Kalium kloro platina, larutkan 500 mg logam platina murni
didalam aqua regia dengan pemanasan, kemudian hilangkan Asam nitrat yang ada
dengan penambahan HCl pekat beberapa kali. Larutkan residu yang dihasilkan
bersama dengan 1,0 gr Kobalt klorida seperti pada cara tersebut diatas.
E. CARA KERJA
1. Siapkan standar-standar dengan skala warna 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45;
50; 60; dan 70 yang didapat dari larutan baku dengan skala warna 500
sebanyak masing-masing 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0; 6,0; dan
7,0 ml dan diencerkan menjadi 50 ml didalam tabung Nessler. Di set
Merckoquant, warna tersebut dicetak sehingga larutan standar tidak diperlukan.
2. Sampel air yang akan diperiksa dimasukkan dalam tabung Nessler 50 ml. dan
dibandingkan dengan standar. Dasar tempat tabung terbuat dari warna putih
atau ditempatkan pada permukaan tertentu dengan sudut tertentu, sehingga
cahaya yang dipantulkan dapat melalui medium. Kalau untuk set Merckoquant :
lihat prosedur didalam set.
3. Untuk mendapatkan hasil yang teliti maka harus dibuat duplikat setiap analisa.
PEMERIKSAAN BAU
A.
DASAR TEORI
Air untuk keperluan air minum dan industri makanan minuman dan farmasi
harus tidak berbau. Sebagian besar zat organik dan beberapa zat anorganik dapat
menimbulkan bau. Zat-zat ini berasal dari buangan rumah tangga dan industri atau
dari alam misalnya pembusukan daun atau kegiatan mikroba.
Tes terhadap mikroba dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran secara
kualitatif dan mendekati pengukuran kuantitatif dari intensitas bau.
B.
PRINSIP
Sampel dibaui dengan alat pembau manusia.
C.
ALAT
1.
2.
Kompor listrik.
3.
4.
D.
CARA KERJA
1.
2.
3.
PEMERIKSAAN SUHU
Metode : Pemuaian dengan Termometer
A. DASAR TEORI
Temperatur
dari
air
akan
mempengaruhi
penerimaan (acceptance)
masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam
pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Di samping itu,
temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia
pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Pada umumnya pengukuran
suhu dapat dilakukan dengan setiap termometer air raksa yang baik kualitasnya,
paling sedikit harus mempunyai tanda setiap 0,1o C, tanda harus digoreskan dalam
gelas kapiler. Pada keadaan normal, suhu air sama dengan suhu udara
lingkungan. Peningkatan suhu terjadi pada air yang dibuang dari proses produksi
yang menggunakan pemanasan sumber air panas atau dari gunung berapi dan
lain-lain yang akan mengganggu biota air atau tanaman.
B.
ALAT
1. Termometer 100o C.
2. Labu Erlenmayer 200 ml.
C. BAHAN
Sampel air kran.
B. PRINSIP
Bahan didiamkan 1-2 menit dalam labu erlenmayer yang telah ada
termometernya, kemudian dilihat suhunya pada termometer.
E. CARA KERJA
1. Sebelum pengambilan sampel, air kran dialirkan dulu 15 menit. Sampel air
dituangkan ke dalam labu erlenmayer.
2. Masukkan termometer
1.
2.
PEMERIKSAAN KEKERUHAN
Metode : Nephlometric
A. DASAR TEORI
Air yang jernih untuk keperluan rumah tangga dan industri makanan,
farmasi dan industri lain. Kekeruhan dalam air ditimbulkan oleh bahan-bahan yang
tersuspensi misalnya tanah liat, lumpur bahan-bahan organik dan anorganik yang
halus, plankton dan mikroba. Hal ini disebabkan partikel-partikel tersebut
menghamburkan cahaya yang melewati air. Sampel sebaiknya segera diperiksa,
jika ditunda sampel harus disimpan ditempat yang gelap dan diperiksa sebelum 24
jam. Lebih dari waktu itu akan terjadi perubahan kekeruhan.
B. PRINSIP
Metode ini berdasarkan atas perbandingan intensitas cahaya yang
dihamburkan oleh contoh pada kondisi tertentu dengan intensitas cahaya yang
dihamburkan oleh suspensi standar pembanding pada kondisi yang sama. Makin
tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi tingkat kekeruhannya.
C. ALAT
1. Alat turbidimeter dengan perlengkapannya.
2. Tabung contoh.
Gelas bening yang tidak berwarna, tidak ada goresan.
D. REAGEN
1. Air bebas kekeruhan :
Air suling dilewatkan filter membran yang mempunyai ketelitian pori 0,2 m.
Saringan pertama sebanyak 200 ml dibuang selanjutnya ditampung.
2. Suspensi kekeruhan induk :
a) Larutan 1 :
Dalam labu ukur 100 ml larutkan 1.000 gr Hydrazine sulfat [(NH 2)2H2 SO4]
dalam air suling, encerkan sampai tanda.
b) Larutan II :
Dalam labu ukur 100 ml, larutkan 10,00 gr heksametilen tetramin
[(CH2)6N4] dalam air suling, encerkan sampai tanda.
c) Dalam labu ukur 100 ml; 5,0 ml larutan I dan 5,0 ml larutan II dicampur,
biarkan 24 jam pada suhu 25o C 3o C, encerkan sampai tanda dan
dicampur.
Kekeruhan suspensi ini 400 NTU.
d) Larutan dan suspensi dipersiapkan setiap bulan.
3.
Ax( B C )
C
Unit kekeruhan nephelometrik (NTU) =
A = NTU yang didapatkan dari contoh yang diencerkan.
B = Volume air pengencer dalam ml.
C = Volume contoh yang diambil untuk diencerkan dalam ml.
PEMERIKSAAN KEKERUHAN
Metode : Tabung Nessler
A. PRINSIP
Membandingkan
kekeruhan
sampel
dengan
deret
standar
hingga
PEMERIKSAAN
JUMLAH ZAT PADAT TERLARUT
A.
DASAR TEORI
Zat padat terlarut adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam
suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu
tertentu.
Dalam air alam ditemui 2 kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan
molekul organik, dan zat padat tersuspensi dalam koloidal seperti tanah liat,
kwarts. Perbedaan pokok antara 2 kelompok zat ini ditentukan melalui
ukuran/diameter partikel-partikel yang dapat dilihat.
Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada didalam air alam cukup
jelas dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan
secara definitif. Dalam kanyataan suatu molekul organik polimer tetap bersifat zat
yang terlarut, walau panjangnya lebih dari 10 m sedangkan beberapa jenis zat
padat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat zat-zat yang terlarut.
B.
PRINSIP
Sampel disaring dengan filter kertas, cairan yang lolos dikeringkan pada
suhu 105oC sehingga garam-garam akan mengendap (presipitasi) dahulu;
sebelumnya juga termasuk zat koloidal.
C.
CARA KERJA
Ada beberapa cara untuk memisahkan zat tersuspensi dari larutannya
seperti cara pengendapan, menggunakan centrifuge dan menggunakan filter. Cara
centrifuge yang digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel dengan diameter
tertentu (cara pemakaian lihat buku petunjuk pada alat centrifuge).
Pemisahan zat tersuspensi dari larutannya dapat menggunakan filter. Jenis
filter harus dipilih sesuai dengan pemegang filter (filter holder) atau corongnya.
Sebelum analisa perlu penimbangan berat beaker glass/filter kering, yang telah
dikeringkan pada suhu 105oC lalu didinginkan selama 15 menit dalam desikator.
Sesudah analisa, beaker/filter mengandung zat padat yang telah dikeringkan 105oC
atau 550o C, harus didinginkan selama 15 menit (setelah pengeringan 105 o C) dan
selama 30 menit (setelah pembakaran 550oC dan dipindahkan ke oven 105oC)
dalam desikator. Supaya filter serta lapisan lumpur kering tidak terkena
kalembaban udara, penimbangan dilakukan dengan cepat.
DASAR TEORI
Air dalam alam umumnya mempunyai pH diantara 4 9. Sebagian besar
agak alkalis disebabkan adanya karbonat dan bikarbonat. Perubahan pH dibawah
atau diatas normal dapat terjadi karena buangan industri yang bersifat asam kuat
atau basa kuat.
Penentuan pH sangat penting untuk tiap kegiatan sanitasi. Untuk
penyediaan air bersih merupakan faktor penting dalam proses koagulasi,
desinfeksi, pelunakan air dan pengawasan korosi pada sistem distribusi. Pada
proses pengolahan air limbah industri secara biologik, pH harus dijaga supaya
sesuai dengan pertumbuhan optimal kuman yang dipergunakan.
B.
PRINSIP
Aktivitas ion hidrogen dalam air diukur secara potensiometri dengan
menggunakan kombinasi elektroda gelas dan elektroda kalomel. Penggunaan
elektroda ini menghasilkan perubahan tegangan sebesar
suhu 25 C.
C.
ALAT
1.
pH meter.
2.
Pengaduk magnetik.
3.
Flow chamber.
D.
E.
REAGEN
1.
2.
3.
perbedaan
pembuatan
dan
model
dari
pH
meter
yang
10
dalam air selama satu malam atau sesuai dengan petunjuk. Demikian juga,
apabila pH meter tidak dipergunakan untuk mengukur pH, dijaga supaya ujung
elektroda tercelup dalam air suling.
Sebelum dipergunakan, elektroda diangkat dari air suling dan dibilas
dengan air suling atau air bebas mineral. Elektroda dikeringkan dengan kertas
lunak.Instrumen dibakukan dengan mencelupkan elektroda, dalam larutan dapar
yang pH nya mendekati contoh dan dicatat, suhu dapar dan pH disesuaikan suhu
tersebut. Elektroda diangkat dari larutan dapar, dibilas sampai bersih dan
dikeringkan. Dimasukkan kedalam dapar kedua yang mempunyai perbedaan
sekittar 4 pH unit dari yang pertama dan dicatat pH yang terbaca dan hasil
pembacaan tersebut harus dalam 0,1 unit pH untuk dapar kedua.
Elektroda dibilas sampai bersih, dikeringkan dan dicelupkan kedalam
contoh. Contoh digoyangkan sehingga homogen, diusahakan padatan dalam
bentuk suspensi. Apabila suhu contoh berbeda dengan suhu dapar, elektroda
dibiarkan setimbang dengan contoh. Suhu contoh diukur dan tombol suhu pada
pH meter disesuaikan dengan suhu contoh. Suhu dan pH dicatat.
11
DASAR TEORI
Klorida dalam bentuk Cl-, adalah ion anorganik yang terdapat dalam air.
Kalau Cl- terikat pada Na 250 mg/l akan terasa asin, tetapi kalau terikat pada Mg,
tidak. Kadar Cl- dalam air tinggi, maka pipa logam dalam industri dapat rusak, juga
bangunan dan pertanian. Dalam larutan netral atau sedikit basa, Kalium cromat
dapat menunjukkan titik akhir titrasi klorida dengan bentuk perak nitrat. AgCl
diendapkan sebelum warna merah Ag cromat terbentuk. Ion sulfida, ferri sulfat,
sulfit
mengganggu
tetapi
dapat
dihilangkan
dengan
penambahan
H2O2.
TUJUAN
Menetapkan kadar klorida dalam air dan air limbah
C.
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penentuan kadar klorida (Cl -) dalam air dan air limbah
dengan metode argentometri cara Mohr pada kisaran kadar 1,5 mg/L sampai
dengan 100 mg/L.
D.
E.
ACUAN
1. Standard Methods, 4500, 20th edition, 1998, Standard Methods for the
examination of water and wastewater.
2. SNI 06-2412-1991, Metode pengambilan contoh uji kualitas air.
DEFINISI
Larutan baku klorida
larutan yang mempunyai kadar klorida, Cl - yang diencerkan dengan air suling
sampai kadar tertentu
Larutan blanko bebas klorida
air suling yang tidak mengandung klorida atau mengandung klorida dengan
kadar lebih rendah dari batas deteksi
F.
ALAT
1. buret 50 ml atau alat titrasi lain dengan skala yang jelas;
2. labu erlenmeyer 100 ml dan 250 ml;
3. labu ukur 100 dan 1000 ml;
4. gelas ukur 100 ml;
5. pipet volume 25 ml dan 50 ml;
6. pipet ukur 10 ml;
7. gelas kimia 250 ml dan 1000 ml;
8. spatula;
9. alat pengukur pH;
10. pengaduk magnet;
12
G.
REAGENSIA
1. air suling bebas klorida;
2. larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141 N;
3. kertas saring bebas klorida berukuran pori 0,45 m;
4. larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5% b/v;
5. larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N;
6. suspensi ammonium hidroksida;
7. indikator fenol ftalein;
8. larutan natrium hidroksida (NaOH) 1N;
9. larutan asam sulfat (H2SO4) 1N; dan
10. hidrogen peroksida (H2O2) 30%.
H.
CARA KERJA
1.
b.
c.
d.
e.
2.
Prosedur
a.
b.
c.
d.
e.
13
Perhitungan :
Kadar Cl- (mg/L) = 1000 ( A B ) X N AgNO3 X 35,45
V
A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (ml)
B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)
N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)
V adalah volume contoh uji (ml)
1000( A B) x N x 35,45
ml sampel
mg/l Cl =
PEMBUATAN PEREAKSI
1.
2.
3.
14
15
PEMERIKSAAN FLOURIDA
Metode : Alizarin
A. DASAR TEORI
Kadar flourida 1 mg/l mencegah keroposnya gigi (caries dentis). Kadar
floorida lebih dari batas maka akan menyebabkan fluorosis. Metode pemeriksaan
yaitu: Colorimetris dengan larutan spands dan Colorimetris dengan larutan alizarin.
Pengambilan contoh dengan botol polietilen. Kalau memakai botol harus
botol yang tidak bekas untuk tempat flourida tinggi dan dibilas dengan air sampel.
B. PRINSIP
Ion zirkunium dengan alizarin membentuk senyawa zirkunium alizarin yang
berwarna kemerah-merahan. Dengan adanya ion flourida maka intensitas warna
akan berkurang karena terbentuknya ion kompleks ZrF
-2
. Pengurangan intensitas
warna sebanding dengan kadar ion flourida dan dapat diukur secara visual atau
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 520-550 nm.
C. ALAT
1. Spektrofotometer.
2. Tabung Nessler.
3. Alat gelas yang lain.
D. REAGEN
1. Larutan induk fluorida :
Larutan 221,0 mg Natrium flourida (NaF) anhidrat ke dalam 1 L air suling
1,00 ml = 100 AG f/100 ppm.
2. Larutan baku flourida :
Encerkan 100 ml larutan induk flourida menjadi 1000 ml dengan air suling.
1 ml = 10 g F.
3. Pereaksi flourida :
a) Reagen Zirconil alizarin
300 mg zircolin klorida oktahidrat (ZrOCl2. 8H2O) dilarutkan dalam 50 ml
air suling yang dimasukkan dalam labu ukur tertutup dan bervolume 1 L. Di
dalam 50 ml air suling dilarutkan 70 mg garam Alizarin sulfonat
16
(juga
F. CARA KERJA
1. Pembuatan kurva kalibrasi :
Buat satu larutan baku flourida yang mengandung 0,0; 0,25; 0,50; 1,0;
2,0 mg/l F.
a) Pipet 0,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 20,0 dan 40,0 ml dari larutan baku (10ppm) flourida,
masing-masing masukkan kedalam labu ukur 200 ml. Encerkan dengan air
suling sampai tanda.
b) Pipet larutan dalam labu ukur masing-masing 100,0 ml; masing-masing
masukkan kedalam labu erlenmayer 250 ml.
c) Selanjutnya kerjakan sama dengan cara kerja b.
d) Buat kurva kalibrasi.
2. Pemeriksaan atau pengujian
a) Ambil 100 ml contoh, dimasukkan kedalam labu erlenmayer 250 ml.
b) Tambahkan 2 tetes Natrium arsenit, kocok.
Tambahkan 5 ml pereaksi flourida, campur homogen. Diamkan 1 jam.
17
b.
Apabila hasil perhitungan kadar flourida lebih besar dari 2,5 mg/l ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan contoh.
18
DASAR TEORI
Kesadahan air artinya daya air tersebut untuk mengendapkan sabun-sabun
terutama diendapkan oleh ion kalsium dan magnesium yang ada dalam air serta
diendapkan oleh ion-ion logam bermartabat tinggi seperti aluminium, besi, mangan,
stronsium, seng dan juga oleh hidrogen. Tetapi karena ion-ion logam-logam
tersebut selain Ca dan Mg hanya terdapat sedikit dalam air alam. Kesadahan
hanyalah ditentukan oleh kadar jumlah dari ion-ion Ca dan Mg. Tetapi bila ion-ion
logam yang menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, harus dimasukkan
dalam perhitungan. Dalam kesadahan dipakai satuan derajat kesadahan (oD) yang
artinya di beberapa negara berbeda : 1oD (Jerman) sesuai dengan 10 mg CaO/l
atau 7,1 mg MgO/l. 1oD (Prancis) sesuai dengan 10 mg CaCO3/l atau 8,4 MgCO3
mg/l. Sedangkan di Amerika kesadahan dinyatakan sebagai mg CaCO 3/l atau ppm
CaCO3. Indonesia memakai derajat Jerman (tahun 1977), pada tahun 1990
dihitung sebagai CaCO3. Kesadahan penting artinya bagi air industri karena air
yang mempunyai kesadahan tinggi akan menimbulkan kerak pada ketel yang sukar
menghantarkan panas dan sukar dihilangkan. Untuk air minum, dikehendaki
kesadahan antara 5-10 oD.
B.
TUJUAN
Menetapkan kesadahan total, Ca dan Mg dalam air atau air limbah
C.
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penentuan kesadahan total yang terdapat dalam air
dan air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L.
Metode ini digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.
D.
ACUAN
a.
BSN, SNI 06-6989.12-2004 Air dan air limbah Bagian 12: Cara uji
kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri
ICS 13.060.50
b.
Clesceri, L.S., Greenberg, A.E., and Eaton, A.D., 1998, Standard
methods for the examination of water and wastewater, 20th edition, no. 2340
C.Basset at all, 1978,
c.
Vogels, Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth Edition, El
Bsandlogman, London.
19
OH
E.
REAKSI
CH2 COOH
N CH2 CH2 - N
HOOC CH2
N=N
+ Na O3 S
EBT
F.
EDTA
CH2 COOH
OH
+ Ca EDTA / Mg EDTA
biru
ALAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
G.
buret 50 ml
labu Erlenmeyer 250 dan 500 ml;
labu ukur 250 dan 1000 ml;
gelas ukur 100 ml;
pipet volume 10 dan 50 ml;
pipet ukur 10 ml;
gelas kimia 50, 250, dan 1000 ml;
sendok sungu;
alat pengukur pH;
pengaduk gelas;
pemanas listrik;
timbangan analitik;
gelas arloji;
mortir dan stamfer;
botol semprot;
botol borosilikat tutup asah;
botol borosilikat tutup karet.
PEREAKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
20
9.
Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai daya hantar
I.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perhitungan
Kesadahan total (mg CaCO3/L) =
21
PEMBUATAN PEREAKSI
1. Indikator mureksid
1.1 Timbang 200 mg mureksid dan 100 g kristal natrium klorida (NaCl), kemudian
dicampur.
1.2 Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan
50 mesh.
1.3 Simpan dalam botol yang tertutup rapat.
2. Indikator Eriochrome Black T (EBT)
2.1 Timbang 200 mg EBT dan 100 g kristal NaCl, kemudian dicampur.
2.2 Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan
50 mesh.
2.3 Simpan dalam botol yang tertutup rapat.
3. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N
3.1 Timbang 40 g NaOH, larutkan dengan 50 ml air suling
3.2 Encerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 1000,0 ml.
4. Larutan penyangga pH 10 0,1
4.1 Cara I :
4.1.1 Larutkan 16,9 g amonium klorida (NH4Cl) dalam 143 ml ammonium
hidroksida (NH4OH) pekat.
4.1.2 Tambahkan 1,25 g magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA).
4.1.3 Encerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 250,0 ml.
4.2 Cara II
4.2.1 Larutkan 1,179 g Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta
hidrat (MgSO4.7H2O) atau 644 mg magnesium klorida heksa hidrat
(MgCl2.6H2O) dalam 50 ml air suling.
4.2.2 (b) Tambahkan larutan tersebut ke dalam 16,9 g NH4Cl dan 143 ml
NH4OH pekat, sambil dilakukan pengadukan.
4.2.3 Encerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 250,0 ml.
CATATAN 1 Simpan larutan penyangga pH 10 0,1 pada nomer 4.2.1. atau
4.22. tersebut pada wadah plastik atau gelas borosilikat.
CATATAN 2 Botol penyimpan larutan ditutup rapat untuk mencegah
kehilangan ammonia (NH3) atau penyerapan karbon dioksida
(CO2) dari udara.
CATATAN 3 Waktu penyimpanan tidak boleh lebih 1 bulan.
22
23
= V CaCO3 x M CaCO3
V EDTA
dengan pengertian :
M EDTA M adalah molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/ml);
V EDTA V adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (ml);
V CaCO3 adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (ml);
M CaCO3 adalah molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/ml).
24
PEMERIKSAAN BESI
Metode : Fenantrolin
A.
DASAR TEORI
Besi terdapat dalam air alam, dengan kadar sangat rendah. Air permukaan
yang alkalis dan disaring jarang mengandung besi lebih dari 1 mg/l. Beberapa air
tanah dan permukaan yang asam, kadang-kadang mengandung besi lebih banyak.
Dalam keadaan tereduksi ferro, besi ini larut dengan adanya ion-ion pembentuk
kompleks, ion ferro hanya larut dalan pH kurang dari 5. Diudara terbuka karena
dioksidasi akan terbentuk ferri dan dapat dihidrolisa menjadi ferri oksida hidrat yang
tidak larut. Bentuk ini banyak terdapat dalam sampel-sampel yang sampai
dilaboratorium bila tidak dicegah terjadinya oksidasi. Pembentukan besi dapat pula
karena hasil pertumbuhan kuman selama penyimpanan maupun pengiriman. Pada
air limbah yang asal pH kurang dari 3,5 besi akan larut dalam bentuk ferri. Jadi
dalam air, besi dapat sebagai larutan maupun bentuk koloidal yang mengikat
bahan organik dalam bentuk ferri maupun ferro.
B.
Tujuan
Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh kadar besi dalam air.
C.
Ruang lingkup
Cara pengujian kadar besi terlarut dan besi total yang terdapat dalam air antara
kadar 0,02 4,0 mg /liter besi.
D.
Pengertian
Besi terlarut adalah unsure besi dalam air yang dapat lolos melalui saringan
membrane berpori 0,45 m;
Besi total adalah jumlah unsure besi yang terlarut dan tersuspensi dalam air
setelah dilakukan proses pemanasan dengan asam kuat;
E.
PRINSIP
Ion besi (ferri) dalam suasana asam dan panas, direduksi oleh hidroksilamin
hidrokhlorida menjadi ion ferro. Ferro dengan 1,10 fenantrolin pada pH 3,2 3,3
membentuk senyawa fenantrolin khelat yang berwarna merah. Warna yang
terbentuk
diukur
absorbansinya
dengan
25
spektrofotometer
pada
panjang
F.
Alat
1. Spektrofotometer bekerja pada panjang gelombang 510 nm
2. Kuvet yang mempunyai ketebalan tembus cahaya 1 cm atau lebih
3. Gela kimia 50, 100 ml
4. Labu ukur 50, 100 dan 1000 ml
5. Labu Erlenmeyer 250 ml
Alat-alat gelas yang dipakai harus bebas besi, bersihkan dengan larutan asam
khlorida pekat dan bilas sampai bersih dengan air suling.
G.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pereaksi
Asam khlorida pekat
Larutan hidroksilamin hidrokhlorida
Larutkan 10 g NH2OH. HCl dalam 100 ml air suling.
Larutan penyangga ammonium asetat.
Tambahkan beberapa tetes larutan KMnO4 0,1 N sampai warna sedikit pink
H.
CARA KERJA
1. Persiapan contoh uji
a.
b.
c.
26
b.
c.
d.
e.
3. Cara pengujian
a.
Total besi
1) Kocok contoh air sampai merata, masukkan 50 ml contoh yang
mengandung tidak lebih 0,1 mg Fe kedalam gelas kimia
2) Tambah 2 ml HCl pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin hidrokhlorida.
3) Panaskan dan didihkan sampai semua besi larut, volume larutan menjadi
15 -20 ml. (Jika contoh mengandung unsur-unsur pengganggu, maka
dilakukan pemanasan sampai kering dan diabukan, kemudian larutkan
kembali dengan 2 ml HCl pekat dan 5 ml air suling).
4) Dinginkan, masukkan ke dalam labu ukur 50 atau 100 ml.
5) Tambah 10 ml larutan penyangga ammonium asetat dan 2 ml larutan
fenantrolin.
6) Tambahkan air suling sampai tanda batas, kocok sampai bercampur rata.
7) Setelah 10-15 menit, ukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 510 nm.
b.
Besi terlarut
1) Contoh air disaring terlebih dahulu dengan kertas saring halus
2) 50 ml contoh air yang mengandung tidak lebih 0,1 mg Fe dikerjakan sama
dengan cara kerja besi total
c.
Ion ferro
27
Untuk penentuan ion ferro harus dilakukan pengambilan contoh khusus dan
diawetkan dengan asam nitrat, untuk mencegah oksidasi. Pengambilan contoh
dan penambahan asam harus dilakukan secepatnya.
1)
2)
3)
4)
5)
1.
Standart kerja Fe
5 ppm, ml
Sampel, ml
Aquadest, ml
HCl pekat, ml
Hidroksilamin, ml
2.
Gelas kimia
III
IV
Sampel
II
2,0
4,0
6,0
8,0
50
2
1
48
2
1
46
2
1
44
2
1
42
2
1
50,0
2
1
4.
10
10
10
10
10
10
5.
28
DASAR TEORI
Mangan dalam air tanah, biasanya ada dalam bentuk ion divalen (valensi 2)
yang larut. Karena tidak ada oksigen, sebagian atau seluruh dari Mn dalam air
pengolahan industri mungkin dalam bentuk valensi tinggi. Penentuan dari Mn total
tidak dapat membedakan variasi dari tingkat valensi. Mn valensi 7 digunakan untuk
mengoksidasi Mn atau bahan organik penyebab rasa. Apabila permanganat
berlebihan akan terbentuk kompleks Mn valensi 4, harus dideteksi dengan
sensitifitas yang tinggi untuk mengontrol pengolahan dan untuk mencegah
keluarnya Mn ke sistem distribusi air. Ada petunjuk bahwa Mn berada dalam air
permukaan, baik dalam bentuk suspensi valensi 4 dan dalam bentuk valensi 3
secara relatif stabil. Kompleks larut, meskipun kadang-kadang berada lebih dari 1
mg/l. Mn memberikan noda yang kuat dan tidak disukai pada proses pencucian
baju dan dapat merusak hati. Batas kadar Mn terendah ditentukan pada air yang
dapat diterima berdasarkan efek toksikologi.
B. Tujuan
Menetapkan kadar Mn dalam air minum atau limbah
C. Ruang Lingkup.
Cara pengujian jadar mangan terlarut dan mangan total yang terdapat dalam air
antara 50- 2000g/L Mn.;
D. Prinsip
Ion Mn2+ dalam suasana asam, panas dengan bantuan katalis, dioksidasi dengan
persulfat menjadi senyawa manganat yang berwarna ungu kemerahan. Warna
yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
E. Peralatan
1.
2.
3.
4.
29
5.
F. Perekasi
1. Pereaksi Khusus
a.
b.
c.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
warna ungu.
4)
5)
6)
30
31
I.
Prosedur modifikasi :
Pengolahan contoh, baku dan blanko:
1
Labu
Blanko
erlenmayer
Sampel (ml)
Standar
3
4
5
Konsentrasi standar (ppm)
7
Sampel
50
Mn
50 ppm (ml)
Aquadest (ml)
90
ad 90 ad 90
ad 90
ad 90
ad 90
1. Tambahkan 0,5 ml HNO3 pekat atau 5 ml HNO3 10%.
2. Tambahkan larutan AgNO3 0,1 N sejumlah equivalen chlorida, dilebihkan 2 ml.
3. Panaskan hingga mendidih (diberi batu didih) volume di bawah 100 ml.
4. Tambahkan kurang lebih 1 gr peroksodisulfat, didihkan lagi selama 1 menit,
5. Dinginkan, pindahkan ke dalam tabung Nessler atau labu ukur 100 ml,
tambahkan aquades yang telah ditambah HNO3 hingga volume tepat 100 ml.
6. Baca pada spektrofotometer pada panjang gelombangn 530 nm, bandingkan
dengan standar aquades yang telah diasamkan dengan HNO3
32
TUJUAN :
Menetapkan kadar nitrit dalam air dan air limbah
B.
RUANG LINGKUP :
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2_N dalam air dan air limbah
secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan 1,00 mg/L
NO2_N. Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam penetuan kadar nitrit, NO2_N
dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18 mg/L NO2N. Untuk meningkatkan
ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih panjang lintasannya (5 cm
atau 10 cm) Metode ini digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.
C.
ACUAN :
Badan Standardisasi Nasional, SNI 06-6989.9-2004
D.
PRINSIP
Ion nitrit dalam suasana asam pada pH 2-2,5 bereaksi dengan
sulfanilamide yang diazotasikan dengan N-(1-naphtyl) etilen diamin dihidroklorida
membentuk warna ungu kemerahan. Warna yang terbentuk diukur serapannya
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 543 nm.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peralatan
spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica;
neraca analitik.
labu ukur 50 ml; 250 ml; 500 ml dan 1000 ml;
pipet volumetrik 1 ml; 2 ml; 5 ml; 10 ml dan 50 ml; atau burat
pipet ukur 5 ml;
gelas kimia 200 ml dan 400 ml;
erlenmeyer 250 ml; dan
F.
Pereaksi
1.
2.
3.
4.
Larutan sulfanilamida,
H2NC6H4SO2NH2
5.
6.
33
7.
8.
G.
H.
CARA KERJA
1. Pembakuan larutan induk NO2-N, 250 mg/L
a. Pipet 50,0 ml KMnO4 0,05 N, masukkan kke dalam erlenmeyer 250 ml
b. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat
c. Pipet 50,0 ml larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan KMnO4
dengan cara ujung pipet berada dibawah permukaan larutan KMnO4
d. Homogenkan dan panaskan pada temperatur 700C sampai dengan 800C di
atas pemanas.
e. Hilangkan warna permanganat dengan penambahan larutan natrium
oksalat 0,05 N dengan penambahan secara bertahap sebanyak 10 ml.
f.
34
dengan pengertian :
C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk;
D adalah volume larutan induk nitrit yang diperlukan untuk membuat 250
ml, 50 mg/L NO2-N.
3. Pembuatan larutan baku kerja nitrit, 0,50 mg/L NO2-N
a. Encerkan 10 ml larutan intermedia dengan air suling sampai volume 1 L
b. Persiapkan setiap hari atau setiap akan digunakan.
4. Pembuatan kura kalibrasi NO2-N
a. Pipet 0,0 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml dan 20,0 ml larutan baku
nitrit (0,5 mg/L ) masing-masing ke dalam labu ukur 50 ml.
b. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit,
NO2 -N 0,00 mg/L; 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L; 0,10 mg/L; 0,15 mg/L
dan 0,20 mg/L.
a. Ke dalam masing-masing labu ukur tambahkan 1 ml larutan sulfanilamida,
kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
b. Tambahkan 1 ml larutan NED dihidrochlorida, kocok dan biarkan selama 10
menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh
dilakukan lebih dari 2 jam) pada panjang gelombang 543 nm.
c. Buat kurva kalibrasi
5. Persiapan contoh uji dan blanko
a. Jika contoh keruh, saring air suling dengan kertas saring bebas nitrit yang
berukuran pori 0,45 m, tampung hasil saringan. Larutan ini digunakan
sebagai blanko penyaringan.
b. Saring contoh uji dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45
m.
c. Masukkan contoh uji ke dalam botol gelas berwarna gelap bebas dari
kontaminasi nitrit. pH ccontoh diatur 5-9 dengan HCl 0,1 N atau NH4OH.
6. Pemeriksaan/pengujian :
a. Pipet 50,0 ml contoh atau contoh yang diencerkan sampai 50,0 ml dan
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
b. Tambahkan 2 ml reagen warna dan campur. Diamkan selama 10 menit
c. Ukur serapan pada spektrofotometer pada 543 nm. paling lama 2 jam dari
penambahan reagen warna.
35
36
PEMBUATAN PEREAKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
37
TUJUAN
Menetapkan kadar ammonium dalam air
B.
RUANG LINGKUP
Menguji kadar ammonium yang terdapat dalam air antara 0,02 5,00 mg/L NH4-N
Menggunakan metode Nessler dengan alat spektrofotometer pada kisaran
panjang gelombang 400 500 nm
C.
ACUAN
AWWA 4500 NH3 C ; SNI 06 2479 - 1991
D.
DEFINISI :
Kurva kalibrasi adalah grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan baku
dengan hasil pembacaan serapan masuk yang biasanya merupakan garis lurus
Larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan
digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah
Larutan baku adalah larutan yang mengandung kadar yang sudah diketahui
secara pasti dan langsung digunakan sebagai pembanding dalam pengujian.
E.
PROSEDUR
1. Pereaksi
a.
Bahan NH4Cl
b.
Larutan Nessler
c.
Larutan penyangga borat
d.
Larutan NaOH 6 N
e.
Larutan H2SO4 1 N
f.
larutan asam borat 2%
g.
Kertas lakmus yang mempunyai kisaran pH 0 14
2.
3.
ALAT
a. Tabung Nessler 50 ml
b. pipet ukur 1 ml ; 5 ml ; 10 ml
c. pipet volume 50,0 ml
d. Alat destilasi (jika perlu)
e. Spektrofotometer
b. Bilas semua alat gelas yang digunakan dengan air suling bebas
ammonium
Persiapan contoh air
a.
Gangguan :
warna dan kekeruhan
sejumlah senyawa alifatik, senyawa amin aromatic, kkhloramin
organic, aseton, aldehid dan alcohol.
Ca, Mg dan sulfide
b.
Jika contoh air ada gangguan dari senyawa organic :
38
4.
Tabung
1
2
3
4
5
6
7
Nessler
Lart Std. kerja
0,2
0,4
0,7
1,0
1,5
2,0
ammonium (ml)
Air suling (ml)
50
Sp 50 Sp 50 Sp 50 Sp 50 Sp 50 Sp 50
Air contoh (ml)
K-Na tartrat (ml)
1
1
1
1
1
1
1
Aduk sampai homogeny
Lart.
Nessler
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
(ml)
Aduk dan biarkan selama 10 menit.
Ukur absorbansi dengan spektrofotometer panjang gelombang 400 425 nm
Buat kurva kalibrasi
Hitung kadar Ammonium dalam contoh
50,0
1
2,0
39
3.
Larutan NaOH 1 N
Larutkan 4,0 g NaOH ke dalam 100,0 ml air bebas CO2
6.
Larutan NaOH 6 N
Larutkan 24,0 g NaOH ke dalam 100,0 ml air bebas CO2
7.
8.
Larutan ZnSO4
Larutkan 10 g ZnSO4.7H2O dalam 100 ml air
9.
Larutan K-Na-tartrat
1) Larutkan 50 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 100 ml air
2) Didihkan larutan kira-kira berkurang 30 ml untuk membebaskan ammonianya,
setelah dingin, larutkan sampai 100 ml
40
41
b. Apabila contoh uji keruh, saring dengan saringan membran berpori 0,45 m.
c. Ukur 50 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas kimia 250
ml
H. Pembuatan Kurva Baku Sulfat, SO4
Buat larutan baku sulfat dengan tahapan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pipet 100 ml larutan baku secara duplo kemudian masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 5,0 ml larutan kondisi ke dalam masing-masing larutan baku,
aduk dengan pengaduk magnet.
Tambahkan 1 sendok kristal BaCl2.2H2O, teruskan pengadukan selama 1
menit.
Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapan masuknya pada kisaran waktu 0-4 menit setelah pengadukan.
Apabila perbedaan pembacaan serapan-masuk secara duplo lebih besar
dari 2%, periksa keadaan alat dan ulangi pekerjaan mulai dari tahap 1),
apabila lebih kecil atau sama dengan 2%, rata-ratakan hasilnya.
Buat kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis
lurusnya.
I. Cara Uji
1.
2.
Ukur 100 ml contoh uji dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml;
Tambahkan 5,0 ml larutan kondisi ke dalam contoh uji, aduk dengan
pengaduk magnet dan tambahkan 1 sendok BaCl2.2H2O
3.
Aduk larutan selama 1 menit setelah penambahan kristal BaCl2.2H2O;
4.
Apabila contoh uji berwarna lakukan tahapan 1) sampai 3) tanpa
penambahan BaCl2.2H2O;
5.
Ukur dan catat serapannya pada kisaran waktu 0 4 menit setelah
pengadukan (pada panjang gelombang 420 nm)
J. Perhitungan
Hitung kadar sulfat di dalam contoh uji dengan menggunakan kurva kalibrasi
atau persamaan garis lurus dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk contoh yang tidak berwarna
a.
Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara dua
pengukuran duplo adalah 2%, rata-ratakan hasilnya.
b.
Apabila hasil perhitungan kadar sulfat lebih besar dari 40 mg/L
ulangi pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
2. Untuk contoh yang berwarna
a. Kurangkan hasil pembacaan kekeruhan dari contoh uji yang ditambah
BaCl2.2H2O dengan contoh uji tanpa BaCl2.2H2O.
b. Masukkan hasil pengurangan tersebut ke kurva kalibrasi
c. Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara 2 pengukuran
duplo adalah 2%,rata-ratakan hasilnya.
d. Bila hasil perhitungan kadar sulfat lebih besar dari 40 mg/L ulangi hasil
pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
42
43
3.
4.
5.
6.
H. Peralatan
1. Erlenmeyer 300 ml;
2. labu ukur 1000 ml dan 100 ml;
3. stop watch;
4. pemanas listrik;
5. gelas ukur 5 ml;
6. pipet ukur 10 ml dan 100 ml;
7. gelas kimia 1000 ml;
8. buret 25 ml; dan
9. termometer
I.
Prosedur
Membersihkan Labu Erlenmayer dari Zat Organik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
Tambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam contoh uji hingga terjadi
warna merah muda.
3.
4.
Panaskan di atas pemanas listrik pada suhu 105 0C 20C, bila terdapat bau
H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit.
5.
6.
7.
8.
Titrasi dengan larutan baku KMnO4 0,01 N hingga warna merah muda.
9.
10.
Apabila pemakaian larutan baku kalium permanganat 0,01 N lebih dari 7 ml,
ulangi pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
44
J. Perhitungan
1. Nilai permanganat
KMnO4 mg/l = [(10 - a)b - (10 x c)] 31,6 x 1000 x f
d
dengan pengertian:
a adalah volume KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada titrasi;
b adalah normalitas KMnO4 yang sebenarnya;
c adalah normalitas asam oksalat;
d adalah volume contoh; dan
f adalah faktor pengenceran contoh uji
CATATAN Apabila terdapat nitrit maka nilai KMnO4 dikurangi 1,4 mg/L
untuk kadar nitrit 1 mg/L.
2. Perhitungan Relatif Percent Different (RPD)
(X1 X2)
RPD = --------------- x 100 %
(X1 X2)/2
dengan pengertian:
X1 adalah hasil analisis pada penentuan pertama;
X2 adalah hasil analisis pada penentuan kedua.
3. Perhitungan temu balik (recovery test)
% R = A B X 100%
C
dengan pengertian:
R adalah recovery (%);
A adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L);
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L); dan
C adalah kadar standar yang diperoleh (target value) (mg/L).
dimana,
C=Y X Z
V
dengan pengertian:
Y adalah volume standar yang ditambahkan (ml);
Z adalah kadar standar KMnO4 yang ditambahkan (mg/L); dan
V adalah volume akhir (ml).
PEMBUATAN PEREAKSI
1.
45
2.
3.
4.
5.
46
Botol Winkler
Buret mikro 2 ml
Pipet volume 5,0 ml ; 10 ml ; dan 50 ml
Pipet ukur 5 ml
Erlenmeyer 125 ml
Gelas kimia 400 ml
Labu ukur 1000,0 ml
47
H. Prosedur
1.
Ambil contoh yang sudah disiapkan
2.
Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida dengan ujung
pipet tepat di atas permukaan larutan
3.
Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna
4.
Biarkan gumpalan mengendap selama 5 menit
5.
Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga
endapan larut sempurna
6.
Pipet 50,0 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 ml
7.
Titrasi dnegan Na2S2O3 dengan indiketor amilum sampai warna biru
tepat hilang
I.
Perhitungan
Oksigen terlerut (mg/L) = V x N x 8 x 1000 x F
50
V adalah ml Na2S2O3
N adalah normalitas Na2S2O3
F adalah factor (volume botol : (vol botol jml ml pereaksi)
LAMPIRAN : PEMBUATAN PEREAKSI
1. Larutan MnSO4
a. Larutkan 48 g MnSO4. 4 H2O dengan air suling ke dalam labu ukur 100
ml atau
b. Larutkan 40 g MnSO4. 2 H2O dengan air suling ke dalam labu ukur 100
ml atau
c. Larutkan 36,4 g MnSO4. H2O dengan air suling ke dalam labu ukur 100
ml
2. Larutan Alkali Iodida azida
Larutkan 500 g NaOH atau 700 g KOH dan 135 g NaI atau 150 g KI dengan air
suling,. Tambahkan 10 g NaN3 dalam 40 air suling, encerkan sampai 1000 ml
3. Larutan asam sulfat 6 N
Campurkan 1 bagian volume asam sulfat pekat ke dalam 5 bagian air suling
4. Larutan tiosulfat 0,025 N
4.1 Timbang 6,205 g Na2S2O3.5H2O, larutkan dengan air suling bebas CO2,
tambahkan 1,5 ml NaOH 6 N atau 0,4 g NaOH, encerkan hingga 1000,0
ml. Lakukan standardisasi.
4.2 Standardisasi : cara A
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
48
4.2.5
4.2.6
4.2.7
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
49
PRINSIP
Dengan adanya kloroform, ion raksa bereaksi dengan larutan dithizon
membentuk senyawa yang berwarna orange. Warna orange diukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm dengan lintasan cahaya 1
cm atau lebih. Kadar Hg dapat dibaca dalam kurva kalibrasi. Dithizonat raksa yang
berwarna orange harus segera diukur, karena peka terhadap cahaya.
B.
ALAT
1.
2.
3.
4.
C.
Spektrofotometer.
Corong pisah 250 ml.
Corong pisah 1000 ml.
Alat gelas yang lain yang telah dicuci dengan larutan Kalium bikromat
dan Asam sulfat.
REAGENSIA
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
D.
3.
4.
5.
50
PEMERIKSAAN ARSEN
Metode : Perak dietil ditiokarbamat
A. DASAR TEORI
Bila termakan arsen sebanyak 100 mg dapat mengakibatkan keracunan
yang hebat. Akibat-akibat yang kronis dapat pula terjadi, bila termakan arsen dalam
jumlah kecil kemudian terakumulasi dalam badan. Arsen diduga mengakibatkan
kanker. Kadar Arsen dalam kebanyakkan air yang dapat diminum 10 g/l, meskipun
telah dilaporkan kadar sebesar 100 g/l. Arsen yang terdapat dalam air sebagai
akibat dari pelarutan mineral, buangan industri atau pemakaian insektisida.
Pemilihan metode
Jika diinginkan presisi akurasi yang lebih baik, metode perak diethil
dithiokarbonat lebih baik dibandingkan dengan metode pewarnaan merkuri
bromida. Meskipun jumlah yang dapat ditentukan minimal 1 g/l. Arsen metode
pewarnaan
mercury
hanya
digunakan
untuk
pemeriksaan
kualitatif
atau
51
AsH3 + 3 Zn
b.
52
Larutkan 1,320 gr Arsen trioksida (As2O3) dalam 10 ml air suling yang berisi 4 gr
Natrium hidroksida (NaOH) dalam labu ukur dan encerkan dengan air suling
sampai 1000 ml. 1 ml = 1 mg As.
8. Larutan baku madya arsen :
Encerkan 5 ml larutan induk arsen dengan air suling bebas arsen sampai 500
ml. 1 ml-10 g As.
9. Larutan baku arsen
Encerkan 10 ml larutan baku madya arsen dengan air suling sampai 100 ml. 1
ml = 1 g As.
F. CARA KERJA
1. Pembuatan kurva kalibrasi
Buat satu seri larutan baku arsen yang mengandung 0; 1; 2; 5; dan 10 g As.
a. Pipet 0, 1, 2, 5, 10 ml larutan baku 1 ml = 1 g As, masing-masing
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
b. Kemudian encerkan dengan air suling bebas arsen sampai tanda.
c. Masing-masing tambah 5 ml HCl pekat, campur, tambah 2 ml larutan KI dan
8 tetes (0,4 ml) larutan SnCl2 campur sampai homogen.
d. Diamkan 15 menit untuk mereduksi arsen menjadi arsen valensi tiga.
Selanjutnya sama seperti (4.b.1 s/d 4).
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dan kadar As dalam g.
2. Persiapan pendahuluan
a. Alat skraber diisi kapas/glass wool yang ditetesi atau dibasahi dengan larutan
Pb asetat, keringkan.
b. Dengan slang plastik pipa kaca dihubungkan ke tabung reaksi, diisi masingmasing tabung dengan 4 ml perak dietil ditiokarbamat dalam piridin
(absorber) .
c. Dalam generator arsen tambahkan 3 gr Zn dan segera disambung alat
skraber dengan absorber. Diusahakan semua sambungan rapat.
d. Diamkan 30 menit, tiap 5 menit digoyang dengan hati-hati. Sesudah
didiamkan 30 menit, hangatkan generator agar arsen terlepas. Warna yang
terjadi diukur transmitannya atau serapannya dengan spektrofotometer
pada 535 nm dengan lintasan cahaya 1 cm, menggunakan blanko reagen
sebagai pembanding.
53
3. Pemeriksaan Pengujian
a. Pipet 35 ml contoh dimasukkan ke dalam botol generator yang bersih.
b. Lanjutkan seperti pada pembuatan kurva kalibrasi (4.1.3 s/d 4).
Perhitungan =
mg/l As
54
PEMERIKSAAN CADMIUM
Metode : Kromatografi Gas
A. DASAR TEORI
Cadmium sangat toksis, adanya cadnium yang melampui batas syarat air
minum akan menimbulkan kerusakan ginjal. Terdapatnya dalam air karena limbah
industri atau kerusakan pipa yang digalvanisir. Penetapan kadar cadnium dengan
metode dithizon. Cadnium pada kondisi tertentu dapat bereaksi dengan dithizon
(difeniltiocarbazon) terbentuk warna merah dan dapat diekstraksi dengan CHCl 3,
warna merah dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 518
nm. Kadar Cd dapat diperoleh dengan membaca kurva kalibrasi standar Cd. Kadar
Pb sampai 6 mg, Zn sampai 3 mg, Cu sampai 1 mg dalam volume contoh tidak
mengganggu.
B. PRINSIP
Ion Cd pada suasana yang sesuai bereaksi dengan dithizon membentuk
warna merah muda sampai merah. Warna ini masuk kedalam lapisan kloroform
dan dibandingkan kurva baku secara spektrofotometris pada panjang gelombang
515 nm.
C. ALAT
1. Spektrofotometer.
2. Corong pemisah 250 ml.
3. Corong pemisah 500 ml.
4. Pipet ukur 10 ml.
5. Pipet ukur 50 ml.
6. Pipet gondok (buret).
7. Kertas tisu.
D. REAGEN
1. Aquadest bebas Cd.
2. Kloroform bebas Cd.
3. Larutan induk standar Cd.
4. Larutan K. Na tartrat.
5. Larutan Asam tartrat 2%.
55
6. Larutan HCl 1 : 1.
7. HCl pekat.
8. Larutan indikator thimol blue.
9. Larutan NaOH-KCN I.
10. Larutan NaOH-KCN II.
11. Larutan Hidroksilamin hidroklorida.
12. Larutan Dithizon I.
13. Larutan Dithizon II.
E. CARA KERJA
1. Alat-alat dicuci dengan HCl 1+1 dan aquadest.
2. Pembuatan kurva kalibrasi.
larutan induk standar 1 ml = 0,1 mg Cd = 100 ppm ditipiskan menjadi 10 ppm;
10 kali lagi menjadi 1 ppm. Dipipet : 0,0 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1,0 ml standar Cd
dari 10 ppm, masukkan dalam seri corong pemisah 500ml, tambahkan kedalam
corong pemisah aquades bebas Cd sampai 200 ml jadi konsentrasi = 0,0 ;
0,008 ; 0,016 ; 0,024 ; 0,032 ; 0,04 ppm.
3. Tambahkan kedalam corong pemisah berturut-turut sambil dicampur reagen
- 1 ml larutan K. Na tartrat
- 5 ml larutan NaOH-KCN I
- 1 ml larutan Hidroksilamin hidroklorida
- 15 ml larutan Dithizon I
4. Corong pemisah ditutup, dan dikocok 1 menit, biarkan kedua lapisan memisah
5 menit.
5. Lapisan kloroform diambil dan dimasukkan kedalam corong pemisah lain yang
berisi larutan 25 ml Asam tartrat dingin.
6. Lapisan air pada corong pemisah pertama dicuci dengan 10 ml CHCl3.
7. Lapisan kloroform dimasukkan dalam corong pemisah kedua kemudian dikocok,
biarkan kedua lapisan memisah (5 menit). Lapisan kloroform dibuang.
8. Kedalam lapisan air dalam corong pemisah kedua secara berurutan sambil
diaduk ditambah :
- 0,25 ml larutan Hidroksilamin hidroklorida
- 15 ml larutan NaOH-KCN2
- 5 ml larutan dithizon II
- Kocok 1 menit
56
57
kalibrasi
PEMERIKSAAN TIMBAL
Metode : SSA
A.
DASAR TEORI
Logam-logam antara lain Pb, Cd dan Ng ditemukan dapat mengkontimasi
makanan dan minuman sehingga mneimbulkan penyakit yang mengkonsumsinya.
Dalam bentuk oksida Pb digunakan sebagai pigmen zat pewarna dalam industri
kosmetik, gelas dan keramik.
Di Eropa pernah terjadi keracunan Pb akibat dari pembuatan pipa-pipa air
dengan logam Pb. Glaze keramik yang mengandung Pb merupakan sumber
keracunan Pb yang berbahaya jika digunakan untuk melapisi wadah makanan dan
minuman. Tanah juga mungkin mengandung komponen Pb arsenat yang stabil
karena komponen ini banyak digunakan sebagai pestisida sebelum perang dunia II.
Public Health Service di Amerika Serikat menetapkan bahwa sumbersumber air alami untuk masyarakat tidak boleh mengandung Pb lebih dari 0,05
mg/l (0,05 ppm). Sedangkan WHO menetapkan batas Pb didalam air sebesar 0,1
mg/l
B.
ALAT
1)
2)
C.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
1. Kemasan larutan logam Pb 1,0 gr atau kemasan larutan induk Pb 1000 mg/l.
58
59
PEMERIKSAAN Cr
Metode : Spektrofotometri
A.
DASAR TEORI
Dalam proses industri banyak kromium digunakan sehingga dapat
mencemari kadar Cr dalam air minum. Krom dalam air minum dapat bervalensi 6
atau bervalensi 3, tetapi yang tosis adalah krom bervalensi 6. Untuk memeriksa Cr +
++
, dicari dulu total krom (vol 6 dan vol 3), dan dicari juga kadar Cr valensi 6 (Cr +6),
selisih total Cr+6 dan Cr+3. Krom valensi 3 dioksidasi dengan KMnO4 menjadi Cr+6.
Krom valensi 6 dengan Diphenyl carbazide dalam lingkungan asam, membentuk
senyawa komplek yang berwarna merah violet, dapat diperiksa dengan
spektrofotometer dengan membuat kurva kalibrasi standard Cr pada panjang
gelombang 540 nm. Cr+3 tidak memberi warna pada Diphenyl carbazide dalam
lingkungan asam.
B.
PRINSIP
Cr valensi 6 bereaksi dengan Diphenyl carbazide dalam larutan asam,
membentuk senyawa yang berwarna merah violet. Untuk menentukan total
kromium, contoh didestruksi dengan campuran Asam nitrat, Asam sulfat, kemudian
dioksidasi dengan Kalium permanganat, baru direaksikan dengan Diphenyl
carbazide. Warna yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
C. REAKSI
NH NH C6H5
C=O
+ CrO42NH NH C6H5
Diphenyl carbazid
+ Cr2+ + 4 H2O
N = N C6H5
Diphenyl carbezone
N = N C6H5
N = N C6H5
C=O
N = N C6H5
+ Cr
2+
2+
C -- O Cr
N = N C6H5
N = N C6H5
ALAT
-
Spektrofotometer
Pipet volume
Labu ukur
Pipet ukur
60
Tabung Nessler
Kertas tissue
Pengaduk
Alat pencatat
Pipet takar
Pipet gondok
D.
REAGENSIA
-
H2SO 4 1 : 1.
KMnO4 0,1 N.
Aquabidest
E. CARA KERJA
Membuat Kalibrasi Kurva Standar Cr :
1. Menyiapkan 5 tabung Nessler dan diisi :
I
1
Tabung Nessler
II
III
IV
2
3
4
V
5
Sampel, ml
H2SO4, ml
Aquadest
97
96
95
94
97
Diphenyl carbazide, ml
0,05
0,1
0,15
0,20
0,25
61
dinginkan.
-
Ukur
absorbansinya
pada
spektrofotometer
pada
panjang
62
PEMERIKSAAN SIANIDA
A.
DASAR TEORI
Sianida CN merupakan salah satu bahan pencemar anorganik yang paling
penting. Dalam air sianida terdapat sebagai HCN, suatu asam lemak dengan pKg =
6x10-10 . Ion sianida mempunyai afiniatas kuat terhadap ion logam, misalnya
membentuk ferrosianida yang relative kurang beracun.
Sianida banyak digunakan secara luas dalam industri, terutama untuk
pembersih logam dan pengelasan listrik. Gas ini merupakan salah satu gas utama
eluen pencemat dari dapur-dapur gas dan oven-oven batu bara. Sianida digunakan
pula dalam prosesing mineral-mineral seperti dalam pencucian bijih besi.
B.
PRINSIP
Sianida diubah menjadi sianogen klorida (CNCI), karena bereaksi dengan
kloramin-T pada pH kurang dari 8, sesudah contoh dipanaskan. Tidak terdapatnya
kompleks-kompleks nikel, tembaga, perak dan emas dari sianida atau SCN
menyebabkan meningkatnya CNCI pada suhu kamar.
Sesudah reaksi sempurna, CNCI membentuk zat warna merah-biru dengan
penambahan reagen piridin-asam barbiturat. Warna ini dapat ditetapkan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 578 nm.
Untuk contoh dengan kadar CN yang lebih dapat ditentukan setelah
dilakukan pengenceran.
C.
ALAT
D.
REAGEN
63
Larutan
Natrium
hydrogen
fosfat
(C7H7CINNaO2S.7H2O).
E. CARA KERJA
1. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Siapkan blanko larutan pengencer Natrium hidroksida.
b. Dari larutan baku sianida, buatlah satu seri larutan baku yang mengandung
0,2 sampai 6 g CN dalam 20 ml larutan (0,2 ; 1,0 ; 1,8 ; 2,6 ; 3,4 ; 4,2 ; 5,0
; dan 5,8 ml) gunakan larutan pengencer Natrium hidroksida untuk semua
pengenceran.
c. Buatlah kurva kalibrasi antara serapan baku terhadap konsentrasi CN
(dalam microgram).
d. Periksa ulang kurva kalibrasi secara periodik dan setiap kali buatlah reagen
baru.
e. Berdasarkan kurva kalibrasi mula-mula, buatlah larutan baku tambahan
yang mengandung kurang dari 0,7 g dan lebih dari 6 g CN untuk
menentukan batas yang dapat diukur dengan spektrofotometer yang
digunakan.
2. Persiapan pendahuluan
Destilasi untuk total sianida (lihat lampiran 5)
3. Pemeriksaan/pengujian
a.
Ambil bagian volume hasil destilasi 20 ml, apabila kurang dari 20 ml,
diencerkan dengan larutan pengencer natrium hidroksida sampai 20 ml.
64
Bacalah serapan pada panjang gelombang 578 nm dalam jangka waktu 815 menit saat penambahan reagen piridin-asam barbiturat.
Perhitungan :
Mg/L CN AxB
CxD
Ket :
A = g CN dari kurva kalibrasi (50 ml volume akhir)
B = Jumlah volume larutan absorbsi dari destilasi ml
C = Volume dari contoh yang diambil untuk destilasi
D = Volume dari larutan absorbsi yang digunakan dalam test kolorimetri, ml
65
PRINSIP
Metode ini spesifik untuk menentukan selenit [Se(IV)] dalam larutan air.
Contoh didigesti dengan HCI akan mengubah Se VI menjadi VI (selenit). Selenit
bereaksi dengan 2,3 diaminonaftalena menghasilkan senyawa piazselenol yang
berwarna terang dan berfluoresen kuat, kemudian diekstraksi dengan sikloheksana
dan diukur secara kolorimetri.
pH optimum untuk pembentukan kompleks piazselenol kira-kira 1,5 dan
tidak lebih dari 2,5 oleh karena pH 2 kecepatan pembentukan senyawa berwarna
adalah kritis. Pengaturan pH sebaiknya tidak menggunakan indikator pH.
B.
ALAT
1. Peralatan kolorimetri :
Spektrofotometer, panjang gelombang 480 nm, menggunakan lintasan cahaya
1 cm atau lebih panjang.
2. Corong pemisah 250 ml, lebih baik yang memakai fluorocarbon.
3. Pemanas air yang dapat dikontrol secara thermostatic (pada 50 o C), beserta
tutup.
4. pH meter.
5. Sentrifuge/pemusing. Kapasitas 60 ml, dengan tutup ulir dari fluorocarbon.
6. Shaker/pengocok, yang sesuai dengan corong pemisah.
C.
REAGEN
Air suling yang digunakan adalah air suling atau air yang telah dibebas
ionkan untuk menyiapkan reagen.
1. Larutan induk selenium.
2. Larutan baku selenium.
3. Asam hidroklorida pekat dan 0,1 N (HCl).
4. Ammonium hidroksida 50% y/y (NH4OH).
5. Sikloheksana (C6H12).
6. Larutan 2,3-diaminaftalena (DAN) :
a. Larutkan 200 mg DAN dalam 200 ml HCI 0,1 N, kocok 5 menit.
b. Ekstrak 3 kali dengan 25 ml sikloheksana, lapisan air dikumpulkan dan
lapisan organik dibuang.
66
CARA KERJA
1. Pembuatan kurva kalibrasi :
Buat satu seri larutan baku selenium yang mengandung 0,0 ; 10,0 ; 25,0 ; dan
50,0 g/ml Se.
a. Pipet 0,0; 50,0 ; 125,0 ml larutan baku 1 ml = 1 g Se, masing-masing
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
b. Tambahkan air suling sampai tanda.
c. Pipet masing-masing sebanyak 10,0 ml; masing-masing masukkan ke
dalam botol pemusing 60 ml.
d. Lanjutkan seperti cara kerja (a s/d d).
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dan kadar larutan baku selenium.
2. Persiapan Pendahuluan
a. Jika contoh yang akan ditenukan kadarnya hanya mengandung selenit [Se
(VI)], maka perlakuan contoh secara langsung dengan cara kerja
(pemeriksaan/pengujian).
b. Jika contoh juga mengandung Se (IV), maka lakukan destruksi terlebih
dahulu untuk menentukan Se jumlah.
3. Pemeriksaan/pengujian
a. Pembentukan Piazselenol :
1. Tambahkan 2 ml larutan HA-EDTA pada 10 ml contoh dalam botol
pemusing 60 ml.
2. Aturlah pada pH 1,5 + 0,3 dengan HCl 0,1 N dan NH 4OH 50%,
dengan menggunakan pH meter.
3. Tambah 5 ml larutan DAN dan panaskan dalam pemanas air tutup
pada 50o C selama 30 menit.
b. Ekstraksi Piazselenol :
67
68
PEMERIKSAAN KADAR Zn
Metode : Nessler
A. DASAR TEORI
Zink merupakan unsur penting yang diperlukan untuk pertumbuhan badan,
tetapi kadar lebih dari 5 mg/l menimbulkan rasa sepat dan pahit serta kekeruhan
dalam air yang alkalis. Adanya seng dalam air biasanya berasal dari kerusakan
besi yang digalvanisir dan kuningan. Bersamaan dengan seng kemungkinan akan
terdapat pula timbal dan kadmium karena unsur ini merupakan kotoran dalam
proses galvanisir. Seng dapat pula berasal dari limbah industri.
Kadar maksimum yang dianjurkan adalah 1 mg/l.
Kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 15 mg/l.
B. PRINSIP
Ion Zn dengan Kalium ferro cyanida dan larutan penyangga K- Na tartrat
akan terbentuk presipitasi putih.
C. ALAT
1. Tabung Nessler.
2. Rak tabung Nessler.
1.
2.
Gelas kimia.
3.
Pipet ukur.
D. REAGEN
1. Larutan K. Na tartrat 10%.
2.
3.
4.
E. CARA KERJA
69
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bandingkan
sampel
dengan
standar
presipitasinya sama.
1000
x vol standar x konsentras i standar
vol. sampel
Perhitungan : Kadar Zn2+ =
Konsentrasi standar dalam mg/ml.
70
hingga
derajat
PEMERIKSAAN DETERGEN
A. DASAR TEORI
Didalam kehidupan modern yang merupakan salah satu akibat daripada
perkembangan
budaya
masyarakat
yang
cenderung
terus
membutuhkan
71
kelompok ini
adalah mahal, serta tidak banyak digunakan di dalam rumah tangga. Sebaliknya
kelompok non-ionik lebih banyak digunakan di dalam industri daripada sebagai
keperluan di rumah tangga.
Golongan sulfonat ditinjau daru rumus bangun kimianya dibedakan sebagai
branched chain (rantai yang bercabang) dan straight-chain atau rantai lurus.
Tersebut pertama lebih banyak dikenal nama kimianya dengan ABS atau Alkyl
Benzen Sulfonat, sedangkan terakhir dikenal dengan LAS , atau Linier Alkyl
Sulfonat.
B. ALAT
1)
2)
3)
4)
5)
Pipet volum 50 ml
6)
Pipet ukur 10 ml
7)
C. REAGEN
72
C 12H25OSO3
Na.
2) Larutan indikator fenolftalein 0,5%.
3) Larutan Natrium hidroksida, NaOH 1 N.
4) Larutan Asam sulfat, H2SO4 1 N.
5) Larutan biru metilen.
6) Kloroform, CHCl3.
7) Hidrogen peroksida, H2O2.
8) Air suling atau demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5-2 mhos/cm.
9) Serabut kaca.
10) Saringan membrane berpori 0,45 m.
11) Resin penukar kation.
D. CARA KERJA
1.
b.
c.
Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, saring contoh uji dengan
saringan membran berpori 0,45 m.
d.
g. Ukur contoh uji sebanyak 100 ml secara duplo dan masukkan kedalam
corong pemisah 250 ml.
h. Tambahkan 3-5 tetes indikator PP dan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes
kedalam contoh uji sampai timbul warna merah muda. Kemudian hilangkan
dengan menambahkan H2SO4 1 N tetes demi tetes.
i. Tambahkan larutan biru metilena sabanyak 25 ml, jika warna biru hilang atau
menjadi pucat sekali salama ekstraksi dengan kloroform, berarti kadar ASL
tinggi sekati maka ganti dan buang contoh uji tersebut dan buatlah contoh
seperti pada tabel 1.
73
Ulangi ekstraksi seperti pada h dan i sebanyak 2 kali dan satukan larutan
ekstrak tersebut dengan larutan ekstrak pada h.
Larutkan 1,00 gr ASL 100% aktif atau Natrium lauril sulfat dengan 100 ml
air suling didalam labu ukur 100 ml.
b.
c.
74
3. Cara uji :
a. Ambil contoh uji pada sub bab II.b butir h.
b. Masukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapan-masuknya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan
tidak lebih dari 3 jam setelah ekstraksi.
c. c. Apabila perbedaan pengukuran lebih besar dari 2%, periksa alat dan
ulangi pekerjaan dari langkah 1, bila lebih kecil atau sama dengan 2%, rataratakan hasilnya.
75
PEMERIKSAAN CHLORDANE
(Isomer Total)
A.
DASAR TEORI
Besarnya skala pemakaian pestisida-pestisida dalam lapangan pertanian
dan daerah-daerah kehutanan dapat menyebabkan adanya zat-zat racun ini pada
air-air permukaan, air-air dan pengancam sumber penyediaan air. Pencemaran
dapat timbul melalui saluran-saluran pengeringan yang mengelilingi daerah
perairan atau kesalahan pada sistem distribusi.
Disini terdapat metode gas kromatografi untuk penentuan dari pestisida
golongan organokhlorin dan herbisida asam fenoksi khlorin dalam air. Metode
larangan kholinesterase juga diberikan karena dimaksudkan untuk memeriksa
dengan kertas dan teliti sampel-sampel pestisida golongan organofosfat dan
pestisida karbamat. Metode ini dapat digunakan untuk air yang sudah mengalami
pengolahan maupun air alam permukaan.
B.
PRINSIP
Prosedur gas kromatografi cocok untuk menentukan secara kualitatif
senyawa-senyawa khusus sebagai berikut: BHC, lindan, heptakhlor, aldrin,
dikhloran, DDT, DDE, khlor, dan sebagainya.
Dalam metode gas kromatografi, fase yang bergerak (gas pembawa) dan
fase tetap (paking kolom) digunakan untuk memisahkan senyawa secara sendiri.
Fase tetap adalah cairan yang telah terlapiskan pada zat padat granular yang kaku
dan dinamakan paking kolom dimana terletak didalam tabung kaca borosilikat.
C.
D.
ALAT
1.
Kromatografi gas.
2.
Penangas air.
3.
4.
5.
6.
Labu ukur.
REAGEN
1. Heksan
2. Petrolium eter
76
3. Dietil eter
4. Etil asetat
5. Florisil PR (60-100 mesh)
6. Natrium sulfat, anhidrus, granular
7. Glass wool
8. Paking kolom
9. Gas pembawa
10. Serbuk Na2SO4
E.
CARA KERJA
Uji Kadar Pestisida dengan tahapan sebagai berikut :
1.
2.
77
DASAR TEORI
Besarnya skala pemakaian pestisida-pestisida dalam lapangan pertanian
dan daerah-daerah kehutanan dapat menyebabkan adanya zat-zat racun ini pada
air-air permukaan, air-air dan pengancam sumber-sumber penyediaan air.
Pencemaran dapat timbul melalui saluran-saluran penyaringan yang memgelilingi
lapangan, kejatuhan dari atmosfer, kejadian kecelakaan yang berupa tumpahan
pestisida pada daerah perairan atau kesalahan pada sistem distribusi.
Disini terdapat metode gas kromatrografi untuk pestisida dari golongan
organoklorin dan herbisida-herbisida asam fenoksi klorin dalam air. Metode
larangan kolinesterase juga diberikan karena dimaksudkan untuk memeriksa
dengan kertas dan teliti sampel-sampel pestisida golongan organofosfor dan
pestisida karbinat. Metode ini dapat digunakan untuk air yang sudah mengalami
pengolahan maupun air-air dalam permukaan. Batas yang bisa didekteksi = batas
pokok deteksi dari zat-zat dipengaruhi berbagai faktor antara lain kepekaan
detekor, pekerjaan ekterasi, kerapian pembersihan, konsentrasi-konsentrasi yang
ada, isarat detektor, sampai tingkat kegaduan. Beberapa zat selain pestisida yang
mengandung ion Ce memberikan reaksi kepada DPE (- ECD). Diantara zat-zat ini
adalah senyawa-senyawa oksida dan zenyawa-senyawa tidak jenuh. Kadangkadang hasil ekstrasi tanaman atau binatang sangat mengaburkan puncak-puncak
pestisida.
B.
PRINSIP
Larutan sampel diinjeksikan kekolom. Pestisida-pestisida diluapkan dan
bergerak melalui oleh kolom gas pembawa dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Komponen melalui detektor secara kuantitaif dan seimgbang diubah menjadi sinyal
listrik dan diukur pada jalur pencatat. Setiap komponen diamati sebagai puncak
pada jalur kartu pencatat. Waktu retensi menunjukkan pestisida utama dan tinggi
puncak adalah sesuai dengan jumlah secara kuantitatif.
C.
ALAT
78
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
REAGEN
1.
Heksan
2.
3.
Dietil eter
4.
Etil asetat
5.
6.
7.
8.
Paking kolom :
a. support yang padat, gas Chrom Q (100-120 mesh).
b. Fase cairan, 0 V-210 ; 0 V-17 dan QF-1
1) gas pembawa : dikehendaki salah satu dari ini :
a. Gas nitrogen murni, cair dan bebas oksigen.
b. Argon 1 Metan ( 95% - 15%) untuk digunakan dalam cara
pulsa.
2) Standar pembanding pestisida, dapatkan standar murni dan dapat
digunakan dari agen-agen penyediaan bahan untuk kimia dan gas
kromatrografi.
3) Larutan stok pestisida, larutan 100 mg dari setiap pestisida yang
penting dalam etil asetat dan encerkan sampai 100 ml dalam labu
ukur.
79
E.
CARA KERJA
Persiapan contoh uji
1.
Sediakan contoh uji yang diambil secara metode pengambilan contoh uji
2.
6.
yang berisi serbuk Na2 SO4. dan ditampung dalam labu penguap Kuderma Danish.
Ulangi pengocokan larutan dengan menambahkan dietil eter heksana
kedalam contoh uji selama 2 menit dan pisahkan bagian dietil eter heksana serta
7.
Persiapan pengujian
1. Pembuatan larutan induk pestisida
Buat larutan induk pestisida 1000 mg/l dengan tahapan berikut :
Larutkan 100 mg pestisida dengan etil asetat didalam labu ukur
100 ml.
-
80
katup penyuntikan.
-
Cara uji
Uji kadar pestisida dengan tahapan berikut :
1. Suntikkan contoh uji kedalam alat kromatografi gas melalui kartu penyuntik.
2. Hitung tinggi puncak kromatogramnya.
Perhitungan
Hitung kadar pestisida didalam contoh uji dengan rumus :
g/L =A x B x C x D
E x FG
Ket :
A = Larutan baku pestisida (ng)
B = Tinggi puncak contoh uji (mm)
C = Volume akhir titrasi (L)
D = Faktor pengenceran
E = Tinggi puncak larutan uji (mm)
F = Volume ekstrak yang disuntikan (L)
G = Volume contoh uji yang di ekstrak (ml)
81
PEMERIKSAAN DDT
A. DASAR TEORI
Insektisida banyak digunakan untuk berbagai tujuan melawan serangga,
misalnya membasmi hama tanaman, membersihkan lingkungan dari serangga
pembawa penyakit, mengawetkan bahan bangunan, membasmi hama gudang dan
sebagainya. Pada saat ini telah diketahui berjuta-juta spesies serangga, dan
beberapa ribu spesies di antaranya sering menimbulkan masalah. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, insektisida yang paling banyak digunakan adalah
insektisida organik sintetik. Penggunaan insektisida ini banyak menimbulkan
masalah dalam pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, bahan pangan
dan sebagainya.
Insektisida organik sintetik dapat dibedakan atas 3 kelompok berdasarkan
struktur dan komposisinya, yaitu :
1.
2.
3.
Toksisitas Insektisida :
Toksisitas insektisida bervariasi di antara kelompok maupun di dalam satu
kelompok. Tidak dapat dikatakan bahwa satu kelompok lebih beracun
dibandingkan kelompok lainnya.
82
Toksisitas relatif dari beberapa contoh insektisida dapat dilihat pada tabel
berikut :
Nilai LD50 Oral
Insektisida
Kelompok
DDT
Organokhlorin
Metoksikhlor
Organokhlorin
6000
Aldrin
Organokhlorin
39
Dieldrin
Organokhlorin
46
Parathion
Organofosfor
316
Malathion
Organofosfor
1000
Karbasil
Organofosfor
540
(mg/kg atau
83
2.
3.
b.
4.
Gas nitrogen.
84
E. CARA KERJA
1. Persiapan contoh uji
a. Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai metode pengambilan
Contoh Uji Kualitas Air, SK SNI M-02-1988-F.
b. Ukur 1000 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam corong
pemisah 2000 ml.
c. Tambahkan 60 ml dietil eter-heksana ke dalam contoh uji dan tambahkan
100 g Na2SO4.
d. Kocok larutan selama 2 menit, biarkan terpisah dan pisahkan bagian dietil
eter-heksana.
e. Lewatkan bagian dietil eter-heksana melalui kolom berdiameter luar 2 cm
dengan ketinggian 5 sampai 10 cm yang berisi serbuk Na2SO4 dan
f.
Larutkan 100 mg pestisida dengan etil asetat dalam labu ukur 100
ml.
b.
2.
3.
85
b.
Cara Uji :
1.
Ax BxCxD
E x FG
Hitung kadar pestisida di dalam contoh uji dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
g/l =
Ket :
A :
B :
C :
D :
Faktor pengenceran
E :
G :
86
PEMERIKSAAN METOXYCHLOR
Metode : Kromatografi Gas
A. DASAR TEORI
Cara pengujian kadar pestisida klor organik yang terdapat dalam air yaitu
antara 10-100 mg/l. Pada manusia pestisida dapat mengancam jiwa manusia atau
menimbulkan penyakit/cacat. Dapat dikatakan bahwa tidak satupun zat kimia yang
tanpa resiko. Besarnya daya racun suatu pestisida dapat dinilai dari toksisitasnya.
Pada pengujian ini dibutuhkan alat kromatografi gas yang sudah dioptimalkan pada
saat digunakan dan dilengkapi detektor yang sesuai untuk pengujian pestisida klor
organik.
B. ALAT
1.
Kromatografi gas.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. REAGEN
1.
2.
3.
4.
Gas nitrogen.
D. CARA KERJA
1. Persiapan contoh uji
Siapkan contoh uji dengan tahapan sebagai berikut :
a)
b)
Ukur 1000 ml contoh uji secara duplo dan dimasukkan kedalam corong
pemisah 200 ml.
87
c)
d)
e)
f)
Ulangi pengocokan larutan dengan menambahkan 60 ml dietil eterheksana serta satukan kedalam labu penguap Kuderna Danish.
g)
Uapkan pelarut dietil eter-heksana keatas penangas air pada suhu 6080O C hingga volumenya 1 ml.
h)
i)
88
2.
Alat penyuling dilengkapi dengan labu didih 1000 ml, terbuat dari
gelas borosilikat.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
C. REAGEN
1. Kristal fenol, C6H5OH.
2. Larutan Bromat-bromida 0,1 N.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
89
9.
10.
11.
12.
Kloroform, CHCl3.
13.
14.
Larutan aminoantipirin.
15.
16.
17.
D. CARA KERJA
1. Persiapan contoh uji
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
e) sampai g).
Bila air sulingan ulang pada langkah h) masih keruh,
90
1)
2)
Tambahkan
masing-masing
tetes
larutan
4)
5)
6)
7)
8)
j.
2. Persiapan Pengujian
a. Pembuatan larutan induk fenol C6H5OH
Buat larutan induk fenol yang mengandung kira-kira 1000 mg/l fenol dengan
tahapan sebagai berikut :
1)
2)
91
3)
4)
5)
6)
Hitung
kadar
fenol
dalam
larutan
induk
dengan
menggunakan rumus :
mg/l fenol = 7,842 [(A x B) C]
dengan penjelasan :
A =
b)
c)
d)
92
2)
b)
c)
d)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Masukkan
ke
dalam
kuvet
pada
alat
93
mulai tahap a), apabila lebih kecil atau sama dengan 2% rataratakan hasilnya.
j)
2)
Apabila kadar fenol lebih besar dari 0,1 mg/l, buat kurva
kalibrasi dengan tahapan sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Masukkan
ke
dalam
kuvet
pada
alat
h)
Cara Uji
a.
94
3)
4)
5)
6)
7)
Pengujian fenol dalam air yang mempunyai kadar lebih besar dari 0,1 mg/l :
1) Ukur 100 ml contoh uji dan masukkan ke dalam gelas kimia 250 ml.
2) Tambahkan 2.5 ml larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH menjadi 7,9 0,1
dengan penambahan larutan penyangga fosfat.
3)
4)
Selisih
kadar
maksimum
yang
diperbolehkan
antara
dua
Apabila hasil perhitungan kadar fenol lebih besar dari 1,2 mg/l,
ulangi pengujian dengan mengencerkan contoh uji.
PEMERIKSAAN PESTISIDA TOTAL
Metode : Kromatografi Gas
A.
DASAR TEORI
Besarnya skala pemakaian pestisida-pestisida dalam lapangan pertanian
dan daerah-daerah, kehutanan dapat menyebabkan adanya zat-zat racun ini pada
air-air permukaan, air-air dan pengancam sumber-sumber penyediaan air.
Pencemaran dapat timbul melalui saluran-saluran pengeringan yang mengelilingi
lapangan, kejatuhan dari atmosfer, kejadian kecelakaan yang berupa tumpahan
95
pestisida pada daerah perairan atau kesalahan pada sistem distribusi. Di sini
terdapat metode Gas Khromatografi untuk penentuan dari pestisida golongan
organokhlorin dan herbisida-herbisida asam fenoksi khlorin dalam air. Metode
larangan kholinesterase juga diberikan karena dimaksudkan untuk memeriksa
dengan kertas dan teliti sampel-sampel pestisida golongan organofosfat dan
pestisida-pestisida karbamat. Metode ini dapat digunakan untuk air yang sudah
mengalami
pengolahan
maupun
air-air
alam
permukaan.
Prosedur
gas
96
B.
PRINSIP
Larutan contoh diinjeksikan melalui sekatan karet silikon ke dalam kolom
dengan mempergunakan semprotan kecil. Pestisida-pestisida diuapkan dan
bergerak melalui kolom oleh gas pembawa. Pestisida-pestisida ini berjalan melalui
kolom dengan kecepatan yang berbeda tergantung pada perbedaan koefisien
pemisahan antara fase mobil dan fase stasioner. Di mana komponen melintas
lewat detektor, secara kuantitatif dan seimbang diubah menjadi sinyal listrik dan
diukur pada jalur kartu pencatat. Setiap komponen diamati sebagai puncak pada
kartu pencatat. Waktu retensi menunjukkan pestisida utama dan tinggi puncak
adalah sesuai dengan jumlahnya secara kuantitatif.
C. ALAT
1. Kromatograf gas yang telah dioptimalkan pada saat digunakan dan dilengkapi
dengan detektor yang sesuia untuk pengujian pestisida klor organik.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D. REAGENSIA
Gunakanlah pelarut-pelarut, pereaksi-pereaksi dan bahan-bahan untuk
dianalisa pestisida yang bebas dari gangguan yang diisyaratkan dalam analisa.
Pemilihan yang istimewa untuk pereaksi-pereaksi gelas semua. Pelarut-pelarut
kualitas pestisida biasanya tidak menghendaki penyulingan kembali, namun
kerjakanlah penentuan blanko sebelum dipakai.
1.
Heksan.
2.
3.
Dietil eter.
4.
Etil asetat.
5.
6.
7.
8.
Paking kolom :
97
1.
2.
9.
2.
10.
11.
12.
13.
98
E. CARA KERJA
Persiapan contoh uji
Siapkan contoh uji ini dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai metode pengambilan Contoh
Uji Kualitas Air, SK SNI M-02-1989-F.
2.
Ukur 1000 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam corong
pemisah 2000 ml.
3.
4.
Kocok larutan selama 2 menit, biarkan terpisah dan pisahkan bagian dietil
eter-heksana.
5.
6.
7.
Uapkan pelarut dietil eter-heksana di atas penangas air pada suhu 60 oC-800C
hingga volumenya 1 ml.
8.
Masukkan contoh uji ke dalam tabung mikro dan tepatkan volumenya menjadi
1 ml dengan penambahan pelarut dietil eter-heksana.
9.
Persiapan pengujian
Pembuatan larutan induk pestisida.
Buat larutan induk pestisida 1000 mg/l dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Larutkan 100 mg pestisida dengan etil asetat dalam labu ukur 100
ml.
2.
2.
99
3.
2.
Cara Uji
Uji kadar pestisida dengan tahapan sebagai berikut :
1.
2.
100