Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KADAR AIR DENGAN METODE OVEN UDARA

A. Tujuan: Mengetahui kadar air pada bahan makanan

B. Alat
1. Cawan porselen
2. Penjepit
3. Neraca analitik
4. desikator
5. Spatula

C. Bahan
1. Kue

D. Prosedur

Persiapan

1. Cawan porselen kosong dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit
2. Cawan didinginkan selama 30 menit di desikator
3. Cawan ditimbang untuk didapatkan berat konstan cawan kosong

Perlakuan sampel

1. Sampel dimasukkan ke dalam cawan


2. Sampel dan cawan ditimbang
3. Sampel dan cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 6 jam
4. Diambil dari oven
5. Didinginkan selama 30 menit di desikator
6. Ditimbang untuk didapatkan berat konstan
ANALISIS GULA PEREDUKSI

A. Tujuan: mengetahui kandungan gula pereduksi pada bahan makanan

B. Alat
• Buret • Gelas Kimia 100 mL dan 500 mL
• Statif & Klem • Pipet Volume 5 mL
• Erlenmeyer 250 mL • Propipet
• kompor • Pipet tetes
• Corong • Penjepit kayu

C. Bahan

• Larutan Glukosa standar 0.25% • Larutan Indikator Metilen Blue


• Fehling A • Sampel Minuman
• Fehling B

D. Prosedur:

Standarisasi larutan fehling A dan B


A. Masukkan 10 ml larutan campuran Fehling A dan B kedalam erlenmeyer dantambah 2-4 tetes
metilen blue 0,2%
B. Kemudian lakukan tahapan seperti pada analisis sampel.

Analisis sampel
1. Campurkan larutan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B
2. Pipet 10 ml larutan dari hasil sampel kedalam erlemeyer
3. Tambahkan kedalam erlenmeyer 10 ml larutan campuran fehling A dan B serta 2-4 tetes
metilen blue 0,2 %.
4. Panaskan campuran larutan di atas penangas
5. Setelah mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula standart sampai warna biru
6. Hilang (titrasi dilakukan dengan cepat)
PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA

A. Tujuan: Mengetahui besarnya bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit

B. Alat:
• Gelas Kimia 100 mL • Buret
• Gelas Ukur 10 mL • Statif & Klem
• Erlenmeyer 250 mL • Corong
• Kaki Tiga dan Kasa • Pipet

C. Bahan
• Minyak Kelapa • Kloroform
• Asam Asetat Glasial • Ki jenuh
• Larutan Na2S2O3 0,1 M • Amilum 1 %
• Aquades

D. Prosedur
1. Tahap perlakuan sampel
a. Sampel diambil ± 25 mL
b. Dididihkan dengan lama pemanasan 15, 30, 45, 60 menit dan waktu tidak terhingga
(selama 2 jam)
c. Membiarkan di tempat terbuka

2. Tahap penentuan bilangan peroksida


a. Menimbang ± 1 gram sampel (gunakan timbangan manual Ohauss) dari masing-masing
pemanasan
b. Menambahkan 3,6 mL asam asetat glasial dengan 2,4 mL klorofonn
c. Menambahkan 2 tetes larutan Kl jenuh
d. Campuran didiamkan selama 1 menit dengan sewaktu-waktu digoyang
e. Menambahkan 6 mL aquades
f. Menambahkan ±2 tetes amilum 1 %
g. Menitrasi canipuran tersebut di atas dengan larutan Na 0,1 M

3. Titrasi blanko

a. Memasukkan 3,6 mL asam asetat glasial dengan 2,4 mL kloroform ke dalam erlenmeyer
b. Menambahkan 2 tetes larutan KI jenuh
c. Campuran didiamkan selama 1 menit dengan sewaktu-waktu digoyang
d. Menambahkan 6 mL aquades
e. Menambahkan ±2 tetes amilum 1 %
f. Menitrasi campuran tersebut di atas dengan larutan Na2S2O3 0,1 M sampai warna biru
hilang
ANALISIS KALSIUM MENGGUNAKAN EDTA

A. Tujuan: mengetahui kadar kalsium menggunakan EDTA pada makanan

B. Alat:
• Erlenmeyer 250 mL • Pipet Tetes
• Buret 50 mL • Corong
• Pipet Volumeetrik 10 mL • Kertas saring
• Gelas kimia 250 mL • Labu ukur 100 mL
• Pengaduk Kaca • spatula
• Labu Takar 100 mL

C. Bahan:
• Larutan EDTA 0,01 M
• Buffer Ammonium pH 10
• Indikator EBT
• HCl (1:1)
• Sampel abu makanan
• aquademin

D. Prosedur

Standardisasi EDTA dengan kalsium klorida

1. Dipipet sebanyak 10 ml larutan kalsium klorida 0.01N ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
2. Larutan ditambahkan 0.5 mL larutan buffer ammonium pH 10 dan diberi 3 tetes indicator
EBT
3. larutan dititrasi dengan EDTA sampai warna berubah dari merah menjadi biru yang stabil.

Persiapan sampel

1. 1 gram abu makanan ditambahkan dengan 10 mL HCl (1:1)


2. Disaring
3. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
4. Diencerkan sampai tanda batas

Penentuan kadar kalsium dalam sampel

1. Dipipet sebanyak 5-10 mL larutan sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml


2. ditambahkan 0.5 ml larutan buffer pH 10 dan 3 tetes indikator EBT.
3. Jika terbentuk endapan maka harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu.
4. Larutan campuran tersebut dititrasi dengan Larutan EDTA yang sudah distandardisasi sampai
terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru.
IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS

A. Tujuan: mengidentifikasi pewarna sintetis pada minuman


B. Alat
• Gelas kimia
• Pembakar spiritus
• Kaki tiga dan kasa
• Plat tetes
• Pipet
• Benang wool

C. Bahan
• Sampel minuman
• HCl pekat
• HCl encer 0,05 N
• H2SO4 pekat
• NaOH 10%
• NH4OH 12%

D. Prosedur
1. Benang wool 40 cm dididihkan di air selama 30 menit, kemudian diangkat dan dikeringkan
2. 50 mL sampel minuman ringan diasamkan dengan 10 mL HCl 0,05 N
3. Benang wool yang sudah dikeringkan dimasukkan kedalam sampel minuman yang sudah
diasamkan, dididihkan selama 30 menit, kemudian dikeluarkan, dicuci dan dikeringkan
4. Benang dibagi menjadi 4 bagian dan diletakkan di plat tetes
5. Masing-masing potongan benang di tetesi dengan NaOH 10%, HCl pekat, NH4OH 12% dan
H2SO4 pekat
6. Diamati perubahan warnanya
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET

A. Tujuan: Menentukan kadar protein yang ada pada sampel dengan menggunakan metode biuret

B. Alat
• Tabung reaksi • Sentrifuge
• Spektrofotometri UV-VIS • Tabung sentrifuge
• Rak tabung reaksi • Gelas kimia 250 mL
• Mortar alu • Labu ukur 10 mL
• Gelas ukur 10 mL • Spatula
• Pipet volume 10 mL • Kaca arloji
• Pro pipet • Pisau
• Waterbath • Talenan
• Neraca analitik • Pipet tetes

C. Bahan
- Reagen biuret terdiri dari: CuSO4.5H2O, NaK Tartrat dan NaOH 10%
- Aquades
- Sampel Protein (telur)
- Larutan Standart Protein / Albumin

D. Prosedur

Persiapan sampel
1. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram.
2. Sampel ditambahkan 10 ml aquades kemudian dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam
tabung sentrifuge.
3. Campuran tersebut disentrifuge pada kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.
4. Selanjutnya didekantasi antara supernatant dengan endapan, supernatant yang dihasikan
5. digunakan untuk uji selanjutnya. Protein yang terukur pada supernatant adalah “soluble
protein”.
6. Faktor pengenceran yang dipergunakan harus diperhatikan.

Pembuatan standar
1. Dari Larutan Induk Protein 10 mg/ml yang sudah disediakan, diencerkan (pakai rumus
2. pengenceran) menjadi 5 mg/ml, 4 mg/ml, 3 mg/ml, 2 mg/ml, 1 mg/ml.
3. Dipipet sebanyak 1 ml dari masing-masing konsentrasi tersebut dan dimasukkan kedalam 5
4. tabung reaksi yang berbeda (diberi label).
5. Ditambahkan 5 ml reagen biuret ke dalam masing-masing tabung dan dihomogenkan
(dikocok).
6. Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu 37˚C selama 10 menit, atau pada suhu kamar
7. selama 10 menit sampai terbentuk warna ungu yang stabil.
8. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan alat spektrofotometri UV-
VIS
9. sehingga diperoleh Absorbansi Larutan Standar.
10.(sebelum menggunakan alat pelajari instruksi kerja alat spektofotometri)
11.Hasil Absorbansi tersebut diolah menggunakan Program MS Excel sehingga menghasilkan
12.kurva larutan standart diperoleh persamaan y = ax + b dan nilai R.

Penetapan Absorbansi Larutan Blanko

1. Tabung Reaksi diisi dengan 1 ml aquades.


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan (dikocok).
3. Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu 37˚C selama 10 menit, atau pada suhu kamar
selama 10 menit sampai terbentuk warna ungu yang stabil.
4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan alat spektrofotometri UV-
VIS
5. sehingga diperoleh Absorbansi Larutan Blanko.

Penetapan Absorbansi Larutan Sampel

1. Tabung Reaksi diisi dengan 1 ml supernatant sampel.


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan (dikocok).
3. Diinkubasi ke dalam waterbath pada suhu 37˚C selama 10 menit, atau pada suhu kamar
selama 10 menit sampai terbentuk warna ungu yang stabil.
4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan alat spektrofotometri UV-
VIS sehingga diperoleh Absorbansi Larutan Sampel (lihat instruksi kerja alat
spektofotometri).
5. Hasil Absorbansi yang diperoleh dimasukkan kedalam persamaan y = ax + b kemudian
dihitung kadar protein sampel.

Anda mungkin juga menyukai