ACARA PROTEIN
Oleh:
NIM : 22/498277/TP/13503
Syeni Novitasari
I. Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh proses pengolahan terhadap kecernaan atau
digestibilitas protein melalui analisis kecernaan protein secara in-vitro dengan
metode Mikro Kjeldahl pada sampel tepung kedelai mentah, tepung kedelai
rebus, tepung kedelai sangrai, dan tepung tempe kedelai.
II. Metode Percobaan
a. Preparasi sampel
1. Tepung kedelai mentah
• Penyortiran biji kedelai
• Pengecilan ukuran dengan
• food processor
• Pengayakan
2. Tepung Tempe
• Pengirisan setipis mungkin
• pengeringan
• Pengecilan ukuran
3. Tepung Kedelai Rebus
• Penyortiran biji kedelai
• Perebusan
• Pengeringan
• Pengecilan ukuran
• Pengayakan
4. Tepung Kedelai Sangrai
• Penyortiran biji kedelai
• Penyangraian
• Pengecilan ukuran
• Pengayakan
b. Standardisasi HCl
1. Alat
- Timbangan analit (1)
- Gelas ukur 100 ml (1)
- Erlenmeyer 250 ml (4)
- buret dan Statif (1)
- Pipet tetes (1)
- Gelas beker 250 ml (3)
- Spatula (3)
- Corong (1)
2. Bahan
- Na-Tetraborat 0,04 gram x 3 ulangan
- Aquades 25 ml x 3 ulangan
- HCl 0,02N secukupnya
- Indikator BCG-MR 2 tetes x 3 ulangan
3. Cara Kerja
Na-Tetraborat (0,04 gram)
Titrasi dengan HCL 0,02 N sampai terjadi perubahan warna lalu catat
volume HCl yang diperlukan
4. Fungsi perlakuan
- Penambahan aquadest untuk melarutkan Na-Tetraborat
- Penambahan indikator BCG-MR sebagai indikator titik akhir titrasi
- Penitrasian dengan larutan HCl untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya dari larutan HCl
c. Kadar Air
1. Alat
- timbangan analit (1)
- botol timbang (12)
- desikator (1)
- oven (1)
- spatula (1)
- penjepit (1)
2. Bahan
- Sampel tepung kedelai mentah 2 gram x 3
- Sampel tepung kedelai rebus 2 gram x 3
- Sampel tepung kedelai sangrai 2 gram x 3
- Sampel tepung tempe 2 gram x 3
1. Cara Kerja
2. Fungsi perlakuan
- Pemasukan botol timbang ke dalam oven untuk menguapkan sisa air
pada botol timbang sehingga tidak mengganggu analisis kadar air
sampel.
- Pemasukan ke desikator berfungsi agar uap air sisa pengovenan terserap
oleh desikan sehingga tidak memengaruhi berat akhir.
- Penimbangan botol timbang berfungsi agar berat botol timbang yang
sebenarnya dapat diketahui sehingga berat sampel yang sebenarnya juga
dapat diketahui.
- Pemasukan sampel ke dalam botol timbang bertujuan agar sampel dapat
dimasukkan ke dalam oven untuk kemudian ditimbang beratnya.
3. Cara Kerja
Sampel tepung kedelai mentah, kedelai sangrai, kedelai rebus,tepung tempe,
masing-masing 0,2 gram
Ambil 5 mL supernatan
⨂
⨂
4. Fungsi Perlakuan
- Pelarutan 0,2 gram sampel ke dalam 9 mL larutan buffer Walphole 0,2
N berfungsi untuk megoptimalkan kerja dari enzim pepsin yang
memiliki range pH 2
- Penambahan enzim pepsin 2% bertujuan untuk mendegradasiprotein
pada sampel
- Penginkubasian dalam waterbath shaker selama 2 jam guna
mempercepat degradasi protein
- Sentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm guna
memisahkan natan dan supernatan dan diperoleh supernatan-nya
- Penambahan TCA 20% sebanyak 5 mL berfungsi untuk menghentikan
kerja enzim karena sifatnya yang asam
- Pendiaman selama 1,5 jam untuk memaksimalkan pengendapan
- Penyaringan dengan kertas Whatmann no. 41 agar diperoleh N filtrat
tanpa residu
- Analisis N total untuk mengetahui kadar N total pada filtrat yang
merupakan protein tercerna
III. Pembahasan
A. Standardisasi HCl
Tujuan dari standardisasi HCl adalah untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya dari larutan HCl yang digunakan. Selanjutnya, untuk prinsip
kerja standarisasi HCl adalah penitrasian Na-tetraborat dengan larutan HCl
yang ingin diketahui konsentrasinya hingga warna larutan merah
muda(pink). Setelah mencapai titik ekuivalen, volume titran dicatat. Lalu
jumlah titrasi akan dihitung (Sudarmadji, 2010).
Reaksi yang terjadi pada standarisasi HCl adalah sebagai berikut
Na2B4O7·10 H2O (aq) + 2 HCl (aq) → 2 NaCl (aq) + 4H3BO3(aq) + 5 H2O
(Mulyono, 2006).
BM Na-Tetraborat = 381,37
(Mulyono, 2006).
Rata-rata
mg Na-tetraborat Volume HCl N HCl
N HCl
1 101,7 26,6 0,0201
0,0200
2 100,9 26,6 0,0199
Tabel III.1 Standardisasi HCl
Berdasarkan tabel hasil percobaan telah dilakukan dengan dua kali ulangan,
diperoleh normalitas HCl berturut-turut dari ulangan satu sampai dua adalah 0,0201
N; 0,0199 N dengan rata-rata N HCl sebesar 0,0200 N. Nilai normalitas HCl melalui
hasil percobaan sudah sesuai dengan label normalitas di botol yakni 0,02 N.
B. Kadar Air
Tujuan pengujian kadar air yaitu untuk mengetahui kadar air dalam sampel
tepung kedelai mentah, tepung kedelai rebus, tepung kedelai sangrai, dan tepung
kedelai tempe. Prinsip kerjanya adalah metode pemanasan lansung atau pengeringan
pada suhu tertentu dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan dalam perhitungan kadar air yaitu metode distilasi,
metode fisis, dan metode kimiawi. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah
metode thermogravimetri. Kelebihan metode thermogravimetri adalah sederhana,
dapat digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, tidak membutuhkan zat
pembanding, tidak terlalu mahal, dan presisi. Sementara kekurangan metode ini adalah
terjadi dekomposisi selama pengeringan, membutuhkan waktu yang lama, hanya
komponen besar yang terukur, dan penguapan senyawa volatil (Rathore, dkk.,2016).
Rata-rata
Kadar Kadar Air
Sampel Ulangan B S (B+S) (B+S)' (B+S)" (B+S)"' (B+S)terkecil air (%) (%)
Tepung 1 9,5195 2,0040 11,5235 11,3466 11,3460 11,3398 11,3398 9,17%
Kedelai 2 9,2936 2,0023 11,2959 11,1215 11,1213 11,1145 11,1145 9,06% 9,12%
Mentah
3 10,4490 2,0199 12,4689 12,2903 12,2913 12,2846 12,2846 9,12%
Tepung 1 9,1086 2,0185 11,1271 10,9901 10,9908 10,9867 10,9867 6,96%
Kedelai 2 9,7882 2,0109 11,7991 11,6617 11,6608 11,6590 11,6590 6,97% 6,92%
Rebus
3 9,9360 2,0034 11,9394 11,8026 11,8027 11,8028 11,8026 6,83%
Tepung 1 9,7958 2,0080 11,8038 11,7248 11,7234 11,7214 11,7214 4,10%
kedelai 2 9,3157 2,0027 11,3184 11,2396 11,2267 11,2229 11,2229 4,77% 4,36%
sangrai
3 9,3116 2,0016 11,3132 11,2315 11,2326 11,2287 11,2287 4,22%
Tepung 1 9,9409 2,0065 11,9474 11,8411 11,8374 11,8331 11,8331 5,70%
tempe 2 10,1483 2,0089 12,1572 12,0451 12,0463 12,0461 12,0451 5,58% 5,66%
kedelai
3 8,6495 2,0104 10,6599 10,5517 10,5496 10,5450 10,5450 5,72%
Tabel III.2 perhitungan kadar air
%Protein(wb)=%N totalxfk
Fk=6,25
%=)+'(34 (9*)
%Protein(db)=@CC&%:"F") "3)x 100%
BM N = 14,008
FP = 2
Volum rata-rata
%N rata-rata
Bobot e %N
Sampel Ulangan Total % Daya Cerna %Daya
sampel Titran Total
Filtrat Cerna
(mL) Filtrat
Tepung 1 200,2 9,3 2,83% 106,53%
Kedelai 2 200,2 14,5 4,65% 3,43% 174,93% 128,89%
Mentah 2,80% 105,22%
3 200,2 9,2
Tepung 1 200,3 12,6 3,18% 145,30%
Kedelai 2 200,8 8,9 1,88% 2,25% 86,01% 102,62%
Rebus 1,68% 76,56%
3 200,5 8,3
Tepung 1 200,3 10,3 2,27% 119,00%
kedelai 2 200,2 7,7 1,36% 2,09% 71,44% 109,32%
sangrai 2,63% 137,51%
3 200 11,3
Tepung 1 200,8 11,5 3,35% 97,77%
tempe 2 201 11 3,17% 3,23% 92,58% 94,34%
kedelai 3,17% 92,68%
3 200,8 11
Tabel III.4 Uji Daya Cerna Protein
Berdasarkan data hasil percobaan di atas diperoleh % N total filtrat pada
sampel tepung kedelai mentah dari ulangan 1-3 berturut-turut sebesar 2,83%; 4,65%;
dan 2,8% dengan rata-rata sebesar 3,43%. Selanjutnya, % N total filtrat dari sampel
tepung kedelai rebus dari ulangan 1-3 adalah 3,18%; 1,88%; dan 1,68% dengan rata-
rata sebesar 2,25%. Lalu, % N total filtrat untuk sampel tepung kedelai sangrai dari
ulangan 1-3 adalah 2,27%; 1,36%; dan 2,63% dengan rata-rata sebesar 2,09%.
Kemudian, % N total filtrat tepung tempe kedelai dari ulangan 1-3 adalah 3,35 %;
3,17%; dan 3,17% dengan rata-rata sebesar 3,23%.
Berdasarkan data hasil percobaan di atas diperoleh % daya cerna pada sampel
tepung kedelai mentah dari ulangan 1-3 berturut-turut sebesar 106,53%; 174,93%; dan
105,22% dengan rata-rata sebesar 128,89%. Selanjutnya, % daya cerna dari sampel
tepung kedelai rebus dari ulangan 1-3 adalah 145,30%; 86,01%; dan 76,56% dengan
rata-rata sebesar 102,62%. Lalu, % daya cerna untuk sampel tepung kedelai sangrai
dari ulangan 1-3 adalah 119%; 71,44%; dan 137,51% dengan rata-rata sebesar
109,32%. Kemudian, % kadar daya cerna tepung tempe kedelai dari ulangan 1-3
adalah 92,77 %; 92,58%; dan 92,68% dengan rata-rata sebesar 94,34%. Jika kadar
daya cerna hasil percobaan diurutkan dari yang terbesar ke terkecil maka akan
menghasilkan tepung kedelai mentah>sangrai>rebus>tempe kedelai.
Jika kecernaan menurut pustaka diurutkan dari yang terbesar ke terkecil maka
akan menghasilkan tepung tempe kedelai> tepung kedelai rebus>sangrai>tepung
kedelai mentah. Maka dari itu, hasil percobaan tidak sesuai dengan teori. Seharusnya
daya cerna protein kedelai mentah paling rendah sebab protein dalam kedelai mentah
masih dalam wujud molekul yang besar sehingga sulit dicerna sempurna di dalam
sistem pencernaan. Jika sumber protein mengalami perlakuan pengolahan seperti
pemanasan, perendaman, fermentasi, dan perebusan yang melibatkan terjadinya reaksi
kimia, daya cerna protein akan meningkat. Hal tersebut karena pemanasan
menyebabkan terbukanya struktur protein dan lebih mudah di hidrolisis oleh enzim
proteolitik. Selain itu, pada proses pembuatan tempe selama proses fermentasi terjadi
denaturasi protein oleh enzim yang dihasilkan jamur fermentasi sehingga daya cerna
protein meningkat. Kedelai memiliki protein globular yang larut dalam air, sehingga
tepung kedelai rebus molekulnya terdegradasi dan kecernaan proteinnya dapat
meningkat. . (Muthmaina, dkk, 2017) (Astawan,2015)
Penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan karena perbedaan varietas
kedelai yang digunakan sehingga kadar airnya juga berbeda. Penyimpangan juga dapat
disebebkan pada saat distilasi karena pada saat percobaan ada sedikit amonium sulfat
yang terbuang.
IV. Kesimpulan
1. Hasil pengujian standardisasi HCl didapatkan normalitas sebesar 0,02 N.
2. Hasil pengujian kadar air didapatkan hasil tepung kedelai mentah sebesar
9,12%; tepung kedelai rebus adalah 6,92 %; tepung kedelai sangrai adalah
4,36%; dan tempe tempe kedelai adalah 5,66%.
3. Hasil pengujian N total dengan metode mikro-kjeldahl didapatkan % protein
db pada tepung kedelai mentah 36,59%; tepung kedelai rebus adalah 29,39%,
tepung kedelai sangrai adalah 24,97%; dan tempe tempe kedelai adalah
45,38%.
4. Hasil pengujian daya cerna didapatkan % daya cerna pada tepung kedelai
mentah 128,89%; tepung kedelai rebus adalah 102,62%; tepung kedelai
sangrai adalah 109,32%; dan tepung tempe kedelai adalah 94,34%.
V. Lembar Pengesahan
Astawan Made. (2015). Evaluasi Mutu Protein Tepung Tempe dan Tepung kedelai
Rebus pada Tikus Percobaan. Jurnal Mutu Pangan, 2(1).
Atma, Y. (2018). Prinsip Analisis Komponen Pangan: Makro & Mikro Nutrien.
Yogyakarta: Deepublish.
Dewi, P. S., & Ulfah, M. (2021). Quality Test of palm cooking oil used repeatedly
based on free fatty acid content, moisture content, peroxide number. Journal
of Science and Technology Research for Pharmacy, 1(1), 34–41.
https://doi.org/10.15294/jstrp.v1i1.44461
Muthmainna, M., Sabang, S. M., & Supriadi, S. (2017). Pengaruh Waktu Fermentasi
TERHADAP Kadar protein Dari Tempe Biji Buah Lamtoro Gung (leucaena
leucocephala). Jurnal Akademika Kimia, 5(1), 50.
https://doi.org/10.22487/j24775185.2016.v5.i1.8001
Rathore, A. S., Chopda, V. R., & Gomes, J. (2016). Knowledge management in a waste
based biorefinery in the QBD paradigm. Bioresource Technology, 215, 63–75.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2016.03.168
Sudarmadji, S. (2010). Analisa bahan makanan dan pertanian (2nd ed., Ser. 4).
Liberty Yogyakarta.
Wildani, R., Mustaqimah, M., & Bulan, R. (2020a). Uji Kinerja alat penyangrai kacang
tanah tipe Silinder Dengan Menggunakan Pemanas Listrik (heater) Sebagai
Sumber Panas. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 5(1), 401–410.
https://doi.org/10.17969/jimfp.v5i1.13806
Wildani, R., Mustaqimah, M., & Bulan, R. (2020b). Uji Kinerja alat penyangrai
kacang tanah tipe Silinder Dengan Menggunakan Pemanas Listrik (heater)
Sebagai Sumber Panas. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 5(1), 401–410.
https://doi.org/10.17969/jimfp.v5i1.13806
VII. Lampiran
a. Hasil diskusi
1. Larutan standar sekunder merupakan larutan yang dibuat dengan cara
melarutkan zat yang kemurniannya rendah sehingga konsentrasinya
diketahui melalui standardisasi.
2. HCl termasuk larutan yang tidak stabil, yang mana konsentrasinya bisa
berubah-ubah seiring waktu dan dapat terpengaruh oleh lingkungan.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui konsentrasinya secara pasti perlu
dilakukan standardisasi.
3. Destruksi perlu dilakukan di ruang asam karena destruksi yang
dilakukan menggunakan reagen asam sulfat. Fungsinya agar praktikan
aman karena gas S2 yang dihasilkan sangat menyengat dan berbahaya
jika dihirup secara bebas.
4. Fungsi penambahan TCA 20% (Asam trikloroasetat) adalah untuk
menghentikan kerja enzim pepsin. Jadi ketika ditambahkan TCA, reaksi
degradasi protein oleh enzim pepsin akan terhenti dengan cepat.
5. Tujuan pendiaman 18 jam adalah untuk memastikan bahwa reaksi
benar-benar telah berhenti dan untuk memberikan waktu natan
mengendap (karena penambahan TCA setelah di sentrifugasi). Jika
didiamkan lebih dari 18 jam tidak akan memberikan keuntungan
tambahan dalam menghentikan reaksi atau dalam pengendapan.
b. Perhitungan
1. Standardisasi HCl
J , @C@,M
Ulangan 1 = ND@,NM ,JO,O = 0,0201 N
J , @CC,P
Ulangan 2 =ND@,NM ,JO,O = 0,0199 N
C,CJC@6C,C@PP
Rata-rata = J
= 0,0200 N
2. Kadar Air
Tepung Kedelai mentah
(@@,IJNI&@@,NNPD)
Ulangan 1 = J,CCAC
x 100% = 9,17 %
(@@,JPIP&@@,@@AI)
Ulangan 2 = J,CCJN
x 100% = 9,06%
(@J,AODP&@J,JDAO)
Ulangan 3 = J,C@PP
x 100% = 9,12 %
P,@M%6P,CO%6P,@J%
Rata- Rata = N
= 9,12%
3. Uji N Total
Tepung Kedelai mentah
(JJ,N&@,J),@A,CCD,C,CJ
% N Total Ulangan 1 = @CC
x 100% = 5,91%
(JC,J&@,J),@A,CCD,C,CJ
% N Total Ulangan 2 = @CC,J
x 100% = 5,31 %
(@D,J&@,J),@A,CCD,C,CJ
% N Total Ulangan 3 = x 100% = 4,74 %
@CC,I
I,P@%6I,N@%6A,MA%
Rata- Rata % N Total = N
= 5,32%
c. Pretest