PENGOLAHAN AIR
Daftar Pustaka
Kucera, Jane. 2010. “Reverse Osmosis Principles.” In Reverse Osmosis, John Wiley & Sons,
Ltd, 15–19. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/9780470882634.ch2.
Kurita, Kōgyō Kabushiki Kaisha. 1985. Kurita Water Industries Kurita Handbook of Water
Treatment Second English Ed. Tokyo: Kurita Water Industries.
JAR TEST
Tujuan
● Mengetahui pengaruh penambahan dosis koagulan terhadap kualitas air dalam proses
koagulasi dan flokulasi
● Mengetahui pengaruh jenis koagulan terhadap kualitas air dalam proses koagulasi dan
flokulasi
Pendahuluan
Koagulasi dan flokulasi merupakan teknik pengolahan air yang mengumpulkan solids yang
terdispersi secara stabil dalam bentuk partikel halus dan koloid dalam air yang kemudian
akan dibentuk menjadi flocs berukuran besar menggunakan koagulan dan flokulan. Partikel
koloid dan halus dalam air mempunyai muatan pada permukaannya atau terselimuti oleh zat
yang bersifat hidrofilik sehingga partikel ini terdispersi secara stabil disebabkan dari gaya
tolaknya.
Jar test merupakan metode untuk mengumpulkan data dan informasi pada treatment
koagulasi dan flokulasi, informasi yang didapat pada Jar test adalah
1. Pemilihan koagulan dan flokulan yang cocok
2, Dosis penambahan optimal
3. pH optimal
4, Data prediksi kualitas air yang telah di treatment dan jumlah sludge yang dihasilkan
Alat dan Bahan
● Rangkaian alat jar test ● Koagulan 1
● gelas ukur ● Koagulan 2
● pH meter ● Flokulan
● pipet tetes ● NaOH
● TDS meter ● HCl
● turbidimeter ● indikator EBT
● timbangan ● indikator PP
● oven ● larutan EDTA
● pengukur waktu
Prosedur Percobaan
Jar Test
Pengawetan sampel paling lambat 1 hari, karena setelah 1 hari dapat terjadi flokulasi sendiri
dari zat – zat tersuspensi tanpa pembubuhan flokulan, sehingga sampel tidak berlaku lagi.
1. Menyiapkan sampel sebanyak 200 mL dalam beaker glass. Ukur pH dan hitung jumlah
basa atau asam untuk mencapai pH yang diinginkan
2. Melakukan proses koagulasi dengan menambahkan koagulan sesuai dengan variabel pada
tiap-tiap beaker glass pada waktu yang bersamaan.
3. Untuk meratakan zat tersuspensi, aduklah selama beberapa detik dengan kecepatan tinggi
(100-200 rpm). Tambahkan basa atau asam untuk menyesuaikan pH beberapa detik sebelum
saat 0, yaitu saat permulaan proses flokulasi
4. Menambahkan flokulan pada tiap beaker glass dengan diaduk selama 5 menit 40 rpm.
5. Melakukan proses sedimentasi selama 15 menit
6. Melakukan penyaringan dengan kertas saring untuk kemudian diperiksa jumlah zat
tersuspensi dan kekeruhannya.
Skema flokulasi :
Kecepatan 100 40 0 0
Pencampuran Flokulasi Sedimentasi Sedimentasi
Pengadukan Pengadukan
Cepat Lambat
-1 0 1 16 31
Tambahan
asam / basa Tambahan
flokulan
Keterangan :
● Pada awal saat 0, kecepatan putaran harus tinggi (mis : 100 rpm). Tambahkan pada
waktu yang sama larutan tawas ke dalam masing – masing beaker jar test. Bilas
tabung atau beaker kecil bekas larutan tawas dengan beberapa tetes air suling supaya
Al dipindahkan secara kuantitatif.
● Pada saat 1 menit, kurangi kecepatan sampai kecepatan sedang (mis : 40 rpm).
Setelah beberapa flok – flok akan terbentuk, gunakan lampu di bawah agar tampak
jelas. Selama waktu ini, dari 0 sampai menit 16 lakukan analisa air baku untuk
parameter yang dipilih. (pH. TDS, Turbidity, TH, dan TSS)
Analisa TSS
1. Menyiapkan sampel sebanyak 10 mL sebelum dan sesudah dilakukan jar test.
2. Menimbang kertas saring dan mencatat beratnya, kemudian menyaring sampel
sebelum dan sesudah dengan menggunakan kertas saring,
3. Mengoven kertas saring dengan suhu 100 ⁰C dan melakukan penimbangan tiap
beberapa menit hingga didapatkan berat kertas saring yang konstan.
Daftar Pustaka
Kucera, Jane. 2010. “Reverse Osmosis Principles.” In Reverse Osmosis, John Wiley & Sons,
Ltd, 15–19. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/9780470882634.ch2.
Kurita, Kōgyō Kabushiki Kaisha. 1985. Kurita Water Industries Kurita Handbook of Water
Treatment Second English Ed. Tokyo: Kurita Water Industries.
Reverse Osmosis
Tujuan
● Mengetahui mengidentifikasi spesifikasi dan skema proses pengolahan air Reverse
Osmosis (RO)
● Mengetahui pengaruh pengolahan air RO terhadap kualitas air
● Membandingkan hasil pengolahan air RO dengan spesifikasi alat RO dan baku mutu
air yang berlaku
Pendahuluan
Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan
osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari larutan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah.
Prinsip reverse osmosis ini dapat memisahkan air dari komponen-komponen yang tidak
diinginkan dan dengan demikian akan didapatkan air dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
(Kucera 2010)
Prosedur Percobaan
Analisa P-Alkalinitas
1. Mengambil sample boiler water dan boiler feed water sebanyak 10 ml dengan
menggunakan gelas ukur lalu memasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Memberi sampel dengan 3 tetes indikator PP.
3. Lalu menitrasi dengan HCl 0,02 N hingga menjadi warna merah muda.
Analisa M-Alkalinitas
1. Mengambil sample boiler water dan boiler feed water sebanyak 10 ml dengan
menggunakan gelas ukur lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Memberi 3 tetes indikator MO.
3. Lalu menitrasi dengan HCl 0,02 N hingga menjadi fine red
3. CARA KERJA
1. Pembentukan warna pada larutan sampel :
● Aduklah sampel dengan baik ; ambillah 100 atau 50 ml tepat dan tuangkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml (atau 125 ml);
● Kalau sampel mengandung lebih dari 4 mg/l, encerkan sampel dulu sampai
kadarnya antara 0,5 dan 4 mg Fe/l;
● Tambahkan per 50 ml sampel atau sampel yang sudah diencerkan, 2 ml HCl
pekat dan 1 ml larutan Hidroksilamin;
● Tambahkan beberapa batu didih (kaca, porselin) dan panaskan sampai mulai
mendidih, teruskanlah pendidihan sampai volume menjadi kurang lebih
setengah volume awal; sekarang semua Fe telah terlarut. Kalau sampel
mengandungf warna dan zat organis telah diolah, maka larutkan sisa
pemijaran ke dalam 2 ml HNO3 pekat dan 5 ml air suling;
● Dinginkanlah dan pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml (50
ml); tambahkan per 50 ml sampel asli, 50 ml buffer asetat, serta 2 ml larutan
fenantrolin dan tambahkan air suling sampai 100 ml atau 50 ml; sekarang pH
nya harus 2,9 – 3,5 agar warna dapat terbentuk;
● Kocoklah larutan dan biarkanlah selama 10 – 15 menit sampai warna oranye-
merah terbentuk.
2. Penyediaan larutan Fe referensi :
Pindahkan dengan menggunakan pipet, larutan persediaan Fe masing-masing
ke dalam labu takar 50 ml atau 100 ml sebesar volume yang dibutuhkan. Bagi
skala tinggi dengan 1 cm volume yang diperlukan adalah 1 ml, 2 ml, 4 ml, dan 8
ml.
Tambahkan zat-zat kimia sama seperti penambahan pada larutan sampel
sesuai dengan cara kerja untuk pembentukan warna.
3. Persiapan nol absorbansi dengan larutan blanko :
Blanko terdiri dari air suling yang mengandung semua zat-zat kimia yang sama,
yang ditambahkan pada larutan sampel dan larutan Fe referensi, kecuali reagen
penyebab warna, yaitu larutan zat Fe sendiri. Perlu diketahui bahwa dinding kaca
sel, air suling, reagen-reagen yang digunakan mempengaruhi pembacaan warna
pada larutan sampel dan larutan Fe referensi. Perana blanko adalah untuk
menghilangkan pengaruh-pengaruh ini agar pembacaan warna pada larutan
sampel dan larutan Fe referensi benar-benar mewakili. Selain di atas, blanko juga
dapat berupa sampel sendiri (bukan air suling) dan mengandung zat-zat kimia
yang ditambahkan sama seperti di atas kecuali fenantrolin. Blanko yang berupa
sampel sendiri ini digunakan untuk mengimbangi pengaruh kekeruhan sampel.
4. Penentuan grafik kalibrasi dari larutan Fe referensi :
Isilah sel spektrofotometer dengan larutan Fe referensi, yang telah disiapkan.
Masukkan ke dalam kamar sel dan baca angka absorbansi masing-masing larutan
Fe referensi. Didapatkan 5 angka absorbansi larutan Fe referensi yang bebas
pengaruh. Grafik mg Fe/l vs angka absorbansi larutan Fe referensi dapat
digambarkan : garis tersebut harus linier dan melalui titik mula |(0,0). Grafik ini
disebut grafik kalibrasi dan digunakan untuk menentukan kadar Fe sampel.
5. Kalau sampel mengandung warna (misalnya >5 mg (pt-Co/l)) atau zat organis
(misalnya > 20 mg/l), gangguan tersebut harus dihilangkan lebih dahulu. Kalau
keruh, disaring sebelum persiapan analisa dengan filter membran.
6. Analisa jumlah zat besi dalam larutan sampel :
Ukurlah absorbansi dan/atau transmitansi larutan sampel yang telah berwarna
oranye-merah tersebut dengan metode fotometris.
7. Konsentrasi besi antara 0,05 dan 4 mg Fe/l dapat ditentukan secara langsung
dengan pemakaian sel spektrofotometer dengan lebarnya 1 cm. Konsentrasi lebih
kecil dapat dipastikan melalui sel lebih lebar (jarak perjalanan sinar lebih
panjang). Konsentrasi lebih tinggi daripada kira-kira 4 mg/l dapat ditentukan
dengan pengenceran sampel.
ANALISA AIR COOLING TOWER
Prosedur Percobaan
Analisa pH
1. Menyiapkan pH meter serta alat-alat yang digunakan untuk analisa (Erlenmeyer,
sampel Raw Water, Air Basin, Make-up Water, dan Cooling water).
2. Mengambil 10 ml pada masing-masing sampel.
3. Memasukkan masing-masing sampel ke dalam erlenmeyer.
4. Mengukur pH untuk tiap sampel menggunakan pH meter.
Analisa P-Alkalinitas
1. Mengambil sample Raw Water, Air Basin, Make-up Water, dan Cooling water
sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu memasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
2. Memberi sampel dengan 3 tetes indikator PP.
3. Lalu menitrasi dengan HCl 0,02 N hingga menjadi warna merah muda.
Analisa M-Alkalinitas
1. Mengambil sample Raw Water, Air Basin, Make-up Water, dan Cooling water
sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu memasukkan ke dalam
erlenmeyer.
2. Memberi 3 tetes indikator MO.
3. Lalu menitrasi dengan HCl 0,02 N hingga menjadi tidak berwarna.
3. CARA KERJA
1. Pembentukan warna pada larutan sampel :
● Aduklah sampel dengan baik ; ambillah 100 atau 50 ml tepat dan tuangkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml (atau 125 ml);
● Kalau sampel mengandung lebih dari 4 mg/l, encerkan sampel dulu sampai
kadarnya antara 0,5 dan 4 mg Fe/l;
● Tambahkan per 50 ml sampel atau sampel yang sudah diencerkan, 2 ml HCl
pekat dan 1 ml larutan Hidroksilamin;
● Tambahkan beberapa batu didih (kaca, porselin) dan panaskan sampai mulai
mendidih, teruskanlah pendidihan sampai volume menjadi kurang lebih
setengah volume awal; sekarang semua Fe telah terlarut. Kalau sampel
mengandungf warna dan zat organis telah diolah, maka larutkan sisa
pemijaran ke dalam 2 ml HNO3 pekat dan 5 ml air suling;
● Dinginkanlah dan pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml (50
ml); tambahkan per 50 ml sampel asli, 50 ml buffer asetat, serta 2 ml larutan
fenantrolin dan tambahkan air suling sampai 100 ml atau 50 ml; sekarang pH
nya harus 2,9 – 3,5 agar warna dapat terbentuk;
● Kocoklah larutan dan biarkanlah selama 10 – 15 menit sampai warna oranye-
merah terbentuk.
2. Penyediaan larutan Fe referensi :
Pindahkan dengan menggunakan pipet, larutan persediaan Fe masing-masing
ke dalam labu takar 50 ml atau 100 ml sebesar volume yang dibutuhkan. Bagi
skala tinggi dengan 1 cm volume yang diperlukan adalah 1 ml, 2 ml, 4 ml, dan 8
ml.
Tambahkan zat-zat kimia sama seperti penambahan pada larutan sampel
sesuai dengan cara kerja untuk pembentukan warna.
3. Persiapan nol absorbansi dengan larutan blanko :
Blanko terdiri dari air suling yang mengandung semua zat-zat kimia yang sama,
yang ditambahkan pada larutan sampel dan larutan Fe referensi, kecuali reagen
penyebab warna, yaitu larutan zat Fe sendiri. Perlu diketahui bahwa dinding kaca
sel, air suling, reagen-reagen yang digunakan mempengaruhi pembacaan warna
pada larutan sampel dan larutan Fe referensi. Perana blanko adalah untuk
menghilangkan pengaruh-pengaruh ini agar pembacaan warna pada larutan
sampel dan larutan Fe referensi benar-benar mewakili. Selain di atas, blanko juga
dapat berupa sampel sendiri (bukan air suling) dan mengandung zat-zat kimia
yang ditambahkan sama seperti di atas kecuali fenantrolin. Blanko yang berupa
sampel sendiri ini digunakan untuk mengimbangi pengaruh kekeruhan sampel.
4. Penentuan grafik kalibrasi dari larutan Fe referensi :
Isilah sel spektrofotometer dengan larutan Fe referensi, yang telah disiapkan.
Masukkan ke dalam kamar sel dan baca angka absorbansi masing-masing larutan
Fe referensi. Didapatkan 5 angka absorbansi larutan Fe referensi yang bebas
pengaruh. Grafik mg Fe/l vs angka absorbansi larutan Fe referensi dapat
digambarkan : garis tersebut harus linier dan melalui titik mula |(0,0). Grafik ini
disebut grafik kalibrasi dan digunakan untuk menentukan kadar Fe sampel.
5. Kalau sampel mengandung warna (misalnya >5 mg (pt-Co/l)) atau zat organis
(misalnya > 20 mg/l), gangguan tersebut harus dihilangkan lebih dahulu. Kalau
keruh, disaring sebelum persiapan analisa dengan filter membran.
6. Analisa jumlah zat besi dalam larutan sampel :
Ukurlah absorbansi dan/atau transmitansi larutan sampel yang telah berwarna
oranye-merah tersebut dengan metode fotometris.
7. Konsentrasi besi antara 0,05 dan 4 mg Fe/l dapat ditentukan secara langsung
dengan pemakaian sel spektrofotometer dengan lebarnya 1 cm. Konsentrasi lebih
kecil dapat dipastikan melalui sel lebih lebar (jarak perjalanan sinar lebih
panjang). Konsentrasi lebih tinggi daripada kira-kira 4 mg/l dapat ditentukan
dengan pengenceran sampel.