I. TUJUAN
- Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah bekas cucian
- Menguji karakteristik air (pH, TDS, DO, Kekeruhan,Konduktivity) pada
Sampel air limbah
1
III. DASAR TEORI
Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air
kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan
campuran dari zat-zat bahan mineral dan organic dalam banyak bentuk, termasuk
partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam
keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Martopo, 1987).
Menurut keputusan menteri lingkungan hidup No. 112 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan limbah domestic adalah air limbah yang berasal dari usaha dan
atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama. Parameter fisik air limbah rumah tangga terdiri dari suhu, kekeruhan dan
padatan tersuspensi. Sedangkan untuk parameter kimia air limbah domestic terdiri
dari nilai pH, DHL (daya hantar listrik), BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan DO (Dissolved Oxygen).
2
IV. PROSEDUR KERJA
1. Menentukan nilai pH, tegangan, TDS, NaCl, Resistensi, % DO dan DO
dengan menggunakan alat water proof cyberscan
2. Mengukur kekeruhan dengan turbidimeter
3. Melakukan kalibrasi pada kedua alat yang hendak dipakai
4. Mengukur nilai COD dengan cara sebagai berikut :
a. Membuat larutan KMnO4 0,05 M
b. Membuat larutan asam oksalat 0,1 N
c. Memipet 100 mL sampel air limbah
d. Menambahkan 10 mL larutan KMnO4 0,05 M
e. Menambahkan H2SO4 sebanyak 5 mL
f. Memanaskan larutan tersebut sampai mendidih, kemudian
menambahkan 10 ml asam oksalat 0,1 N
g. Menitrasi larutan dengan KMnO4 hingga merah muda.
V. Tugas
1. Buatlah Tabel hasil percobaan
2. Apa yang dimaksud air limbah dan tuliskan metode penjernihan air
limbah yang saudara ketahui?
3. Apa saja sumber pencemar air sehingga air menjadi tercemar!
3
PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN
OPTIMUM DARI KOAGULASI-FLOKULASI
I. TUJUAN
- Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi
dengan metode jar test
- Mendapatkan dosis optimum dari koagulan
4
suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk
mendestabilisasi muatan negatip partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
a. Suhu air
b. Derajat Keasaman (pH)
c. Jenis Koagulan
d. Kadar ion terlarut
e. Tingkat kekeruhan
f. Dosis koagulan
g. Kecepatan pengadukan
h. Alkalinitas
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan
air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap
dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam
hubungan sehingga partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian
melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan
lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya pada bak
flokulasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi flokulasi :
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
5
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 →2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium
hidroksida relatif tidak terlarut
Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan
kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini
dapat menentukan nilai pH, variasi dalam penambahandosis koagulan atau
polimer, kecepatan putar, variasi jenis koagulan ataujenis polimer, pada skala
laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.
V. DATA PENGAMATAN
a. Contoh air
pH
Turbidity
Warna
6
b. Air Olahan
Kekeruhan Waktu Pengendapan Volume
No. mL tawas 1 % pH
(mg/L.SiO2) (menit) flok (mL)
1 1
2 2,5
3 5
4 7,5
5 10
6 15
Tugas
1. Tentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan !
2. Uraikan mengenai proses Koagulasi !
3. Uraikan mengenai proses Flokulasi !
4. Uraikan jenis-jenis pengolahan air secara fisik !
5. Buat grafik dari data yang diperoleh % Tawas vs Kekeruhan, % Tawas vs pH,
% Tawas vs Waktu Pengendapan, % Tawas vs Vol Endapan
7
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN ION EXCHANGE
I. TUJUAN
- Menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion pengotor
- Membandingkan kualitas air sebelum dan setelah dikontakkan kedalam
kolom ion Exchanger.
8
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation
pengotor air dengan ion H+ dari resin penukar kation , dan dalam kolom resin
penukar anion terjadi reaksi pertukaran anion pengotor air dengan ion OH- dari
resin penukar anion.
Resin Penukar Ion
Resin penukar ion adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai
tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan
gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua, yaitu resin penukar
kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang
dapat dipertukarkan sedangkan resin penukar anion, mengandung anion yang
dapat dipertukarkan.
Sifat-sifat Penting Resin Penukar Ion adalah sebagai berikut : (Hartono, 1995)
a. kapasitas penukar resin
b. selektivitas
c. derajat ikat silang (crosslinking)
d. porositas
e. kestabilan resin
9
b. Sebagai pencuci, air tersebut akan mengurangi daya cuci sabun
c. Sebagai air umpan boiler akan menyebabkan timbulnya kerak CaCO3 atau
MgCO3 yang menghambat hantaran panas
Oleh karena itu ion Ca2+ dan Mg2+ harus diambil dan salah satu cara adalah
dengan resin penukar ion dalam bentuk R-Na :
2 R-Na + Ca2+ R2Ca + 2 Na2+
2 R-Na + Mg2+ R2Ca + 2 Na2+
Air Lunak
Resin
Kation
R-Na
Air Masuk
10
regenerasi dapat dilakukan dengan mengalirkan asam 4 N untuk resin kation dan
basa 4 N untuk resin anion dengan reaksi :
R-K + H+ (4N) R-H + K+
R-A + OH- (4N) R-OH + A-
Dalam pembuatan alat demineral air, dapat dipakai tiga model, yaitu:
a. Sistem dua kolom (double bed)
Aqua DM
Resin Resin
kation Anion
Air Masuk
b. Sistem satu kolom (mixbed bed)
Aqua DM
Resin
Kation +
Anion
Air Masuk
c. Sistem Kombinasi
Resin Resin
Kation Anion
Air Masuk
Aqua DM
Resin
Kation + 11
Anion
3. Detoksikasi air limbah dan daur ulang
Dengan kemampuan penukaran ion seperti diaatas, sudah dapat diduga bahwa
resin amat berpotensi dalam pengolahan air limbah. Kontaminan atau polutan
beracun seperti logam-logam berat, seperti Pb2+, Cd2+, Ni2+, dan Cu2+ dengan
mudah dapat diserap oleh resin penukar kation R-H. Sedangkan polutan anion
beracun seperti CrO4- atau CN- dapat diserap oleh resin penukar anion R-OH.
Alat demineralisasi ini biasanya digunakan untuk memproses air limbah berkadar
polutan rendah.
Dengan demikian proses yang terjadi adalah pengambilan senyawa-senyawa
berbahaya yang dapat didaur ulang dan dihasilkan air yang bebas mineral yang
dapat digunakan kembali (reused water).
Tugas
1. Gambarkan dan uraikan sistem buka katup valve unit ion exchanger !
2. Gambarkan unit ion exchanger !
3. Bagaimana menentukan kejenuhan unit ion exchanger ?
4. Hitung efisiensi penyisihan dari senyawa yang terkandung di dalam air
limbah misalnya penyisihan senyawa besi !
12
PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH
I. TUJUAN
Mampu menganalisan awal dan akhir minyak goring bekas ( jelantah)
Mampu menjernihkan minyak bekas gorengan dengan berbagai adsorben
13
digunakan. Agar minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan lagi maka perlu
dilakukan pengolahan sekunder dengan metode adsorpsi.
Praktikum yang dilakukan ini mencoba meningkatkan kualitas minyak
goreng bekas dengan adsorben karbon aktif. Minyak goreng bekas dipanaskan
pada suhu 60oC kemudian dicampurkan dengan karbon aktif dengan berbagai
variasi berat yaitu 2, 3, 4 gram dan waktu pengadukan selama 30 menit.
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses yang terjadi ketika fluida terikatpada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaann padatan tersebut. Berbeda
dengan adsopsi dimanafluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk
suatu larutan.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan
pada lapisan permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorpsi. Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu
adsorpsi fisika yang di sebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadnya
kendensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorben dan
adsorpsi kimia yang terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben,
banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang
merupakan fungsi tekanan dan suhu.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi :
1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang
dihasilakan, jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan lambat
pula, namun bial pengadukan terlalu cepat aka nada kemungkinan struktur
adsorban mengalami kerusakan
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang bisa
teradsorpsi
14
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan
adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan
daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat
membuat struktur adsorben rusak.
4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh, adsorbat yang bersifat asam atau asam
organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa
organic efektif pada pH tinggi.
5. Jenis dan Karakteristik adsorban
Jenis adsorban yang digunakan umumnya dalah karbon aktif. Karbon aktif
adalah suatu bahan pada berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan
yang mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas
CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian daya adsorpsinya lebih tinggi.
15
- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama 15 menit,
pemanas tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam
- Mengulangi langkah dengan mengganti adsorben berupa bentonite,
dengan variasi berat tetap.
2. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Secara Kimia
- Memasukan 50 ml minyak kedalam gelas kimia
- Menambahkan 17 mL alkohol
- Menambahkan 2 ml H2SO4
- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama 15 menit,
pemanas tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam
- Mengulangi langkah dengan variasi volume alkohol dan H2SO4
3. Penentuan ALB
- Sebanyak 5 mL minyak goreng bekas ditempatkan pada Erlenmeyer
- Tymol blue ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Melakukan titrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna
menjadi putih kebiru-biruan
- Dilakukan perhitungan penentuan kadar ALB
- Mengulangi langkah untuk masing-masing sampel
V. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan ALB dan Angka Penyabunan!
2. Apa yang membuat minyak jelantah berbau tengik
3. Jelaskan proses adsorbs dengan menggunakan Adsorber
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses penjernihan minyak
jelantah?
16
PEMBUATAN KOMPOS
I. TUJUAN
Membuat perbandingan pembuatan pupuk Kompos yang tepat
Menambahkan EM4 yang benar agar menghasilkan pupuk organic / kompos
17
penting karena bakteri dan jamur akan lebih mudah hidupp pada ukuran partikel
yang lebih kecil.
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik
karena semua organism membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya. Air
adalah bahan penting protoplasma sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan.
Kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses metabolism terhambat dan berjalan
lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersedian oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan
hal yang penting. Proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada hal
yang penting. Proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada
anaerobic dalam mengurangi bahan organic. Mikroorganisme sensitive terhadap
perbuhan suhu proses mikroorganisme mesofilik hidup pada suhu 8 – 45 oc dan
termofilik tumbuh dan aktif di bawah suhu 65oC , tetapi aktivitas biologisnya
dapat berlangsung sampai suhu 65 – 90oC.
Aktivitas organisme dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C
sebagai sumber energy dan nitrogen N sebagai zat pembentuk protoplasma.
Energy dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dari pada zat pembentuk
protoplasma sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dari pada nitrogen.
Perbandingan C dengan N yang efektif untuk pengomposan yaitu 25 : 23.
18
penuh/padat. Tutup atau necis ditengan poly bag sisakan celah udara
untuk proses fermentasinya .
4. Setiap 2 hari, cek temperature dan kelembaban campuran tsb dan sekali
sekali diaduk. Amati warna dan tekstu kompos
5. Bila temperature diats 50oC, tutup dibuka dan dicampurkan dibolak-
balik, kemudian bagian atas ditutup kembali
6. Setelah hari ke 10 hari campuran tersebut telah menjadi pupuk
7. Simpan pupuk dalam kantong / karung plastic siap digunakan
8. Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur pH, kadar Air dan
Kadar Abu juga tektur kompos.
Prosedur analisis
Analisis Kadar Air
1. Sampel kompos ditimbang 5 gr
2. Memasukan kedalam cursibel (yang seebelumnya telah ditimbang)
3. Masukkan ke Oven panaskan selama 1 jam pada temperature 100o C
4. Setelah selesai timbang kembali
5. Selisih berat awal dikurangi berat akhir didapatlah kadar air.
Analisa Kadar Abu
1. Sampel kompos ditimbang 5 gr
2. Memasukan kedalam cawan porselin (yang sebelumnya telah ditimbang)
3. Masukkan ke Oven panaskan selama 1 jam pada temperature 500o C
4. Setelah selesai timbang kembali
5. Selisih berat awal dikurangi berat akhir didapatlah kadar abu.
Tugas
1. Ada berapa jenis pupuk yang saudara ketahui!
2. Apa fungsi dari serbuk gergaji dan EM4 serta pup kandang!
3. Tuliskan karakteristik kompos (sifat fisik, kimia dan biologi) dari literature
dan cantumkan sumbernya !
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan Kompos?
19
SOLIDIFIKASI
I. TUJUAN
Melakukan proses solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan dalam
terlarut dalam larut atau terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke
lingkungan.
20
sampai penyimpanan lestarr. Bahan yang dapat digunakan untuk proses
solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi air,
senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut
“sol”. Sol tersebut kemudian di koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian
akhir). Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.
21
PENGOLAHAN AIR SECARA BERTINGKAT
I. TUJUAN
- Mengolah air limbah untuk menghasilkan air bersih
- Menganalisis parameter air limbah awal dan akhir setelah pengolahan
- Mengetahui kinerja alat pengolahan air secara bertingkat
- Menganalisis prinsip pengolahan air yang dilakukan
22
III. DASAR TEORI
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestic (rumah tangga). Limbah terdiri dari berbagai
macam jenis yaitu limbah padat, gas dan cair. Agar limbah yang merupakan sisa
buangan dapat dimanfaatkan kembali maka diperlukan suatu proses yang dapat
merubah limbah menjadi suatu hal yang dapat dimanfaatkan. Sistem aerasi
digunakan dengan maksud untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan
meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan bau
yang timbul mungkin akibat proses oksidasi yang tidak sempurna.
Aerasi dapat dilakukan secara alaimi, difusi, maupun mekanik. Aerasi
alami merupak kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air
secara alami. Pada aerasi difusi, sejumlah udara yang dialirkan kedalam air limbah
melalui diffuser, udara yang masuk kedalam air limbah nantinya akan berbentuk
gelembung-gelembung (bubbler). Aerasi secara mekanik atau dikenal juga
Mechanical Agitation menggunakan proses pengadukan dengan alat sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin
permukaan cairan dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen terlarut di dalam
air buangan sehingga berguna bagi kehidupan, agar perpindahan suatu
zat/komponen dari satu medium ke medium yang lain berlangsung lebih efisien,
maka yang terpenting adalah terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara,
sehingga tidak terjadi interface yang diam antara cairan dan udara yang dapat
menyebabkan laju perpindahan terhenti.
Konsep dasar pengolahan air dengan cara penyaringan adalah memisahkan
padatan atau koloid dari air dengan menggunakan alat penyaring, atau saringan/
air yang mengandung padatan, dilewatkan pada media saring dengan ukuran pori-
pori lubang tertentu. Ukuran pori atau lubang saringan harus lebih kecil dari
ukuran bahan padatan yang akan dipisah. Pada proses pengolahan air minum, air
limbah, air kotor, penyaringan air ini bisa merupakan tahap awal, atau tahap
lanjutan. Pada pengolahan tertentu penyaringan dilakukan setelah proses
kaogulasi atau penggumpalan. Disini penyaringan merupakan tahap lanjutan dari
23
proses koagulasi. Reverse osmosis merupakan metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara
memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membrane seleksi (lapisang penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut
terendap dilapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir
ke lapisan berikutnya. Membrane ini harus bersifat selektif.
V. TUGAS
1. Jelaskan apa yang saudara ketahui dengan proses filtasi pasir!
2. Apa kegunaan dari proses Aerasi pada air limbah?
3. Jelaskan menurut saudara tentang proses Reverse Osmosis!
4. Buatlah Tabel Hasil Analisa yang didapat
24
PROSES ELEKTROKOAGULASI LIMBAH LAUNDRY
I. TUJUAN
- Menentukan analisa awal dan akhir limbah Laundry
- Memahami proses pengolahan secara elektrokoagulasi
- Menentukan factor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGNAKAN
Alat yang digunakan
Reaktor Elektrokoagulasi
Plat stainless steel
pH Tester
Dissolved oxygen meter
Gelas kimia
Multimeter
Thurbidity meter
Waterproof multimeter
Pengaduk kaca
Bahan yang digunakan
Limbah Laundry
Air
Kertas pH
Kertas saring
III. DASAR TEORI
Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-
partikel halus yang terdapat dalam air dengan menggunakan energi listrik. Proses
elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya terdapat dua
buah penghantar arus listrik searah yang kita kenal sebagai elektroda. Apabila
dalam satu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda kemudian elektroda
tersebut dialiri oleh arus listrik searah maka akan terjadi suatu proses elektrokimia
yang berupa gejala dekomposisi elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke
katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke
25
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Sehingga nantinya akan
membentuk flok yang mampu mengikat partikel-partikel dalam limbah.
Proses elektrokoagulasi meliputi beberapa tahap yaitu proses equalisasi,
proses elektrokimia (flokulasi-koagulasi) dan proses sedimentasi. Proses
equalisasi dimaksudkan untuk menyeragamkan limbah cair yang akan diolah
terutama kondisi pH, pada tahap ini tidak terjadi reaksi kimia. Elektrokoagulasi
seringkali dapat menetralisir muatan-muatan partikel dan ion, sehingga bisa
mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan konsentrasi lebih rendah
dari yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat menggantikan
atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam,
polimer). Meskipun mekanisme elektrokoagulasi mirip dengan koagulasi kimiawi
dalam hal spesies kation yang berperan dalam netralisasi muatan-muatan
permukaan, tetapi karakteristik flok yang dihasilkan oleh elektrokoagulasi berbeda
secara dramatis dengan flok yang dihasilkan oleh koagulasi kimiawi. Flok dari
elektrokoagulasi cenderung mengandung sedikit ikatan air, lebih stabil dan lebih
mudah disaring.
elektroda logam akan teroksidasi dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya
air akan menjadi gas hidrogen dan juga ion hidroksil (OH-).
Adapun prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua buah
lempeng elektroda yang dimasukkan ke dalam bejana yang telah diisi dengan air
yang akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah
sehingga terjadilah proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak
menuju katoda dan anion bergerak menuju anoda, sehingga pada akhirnya akan
terbentuk suatu flokulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-
26
partikel dari air baku tersebut. Proses elektrokoagulasi ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
27
3. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi
ini dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah
dihilangkan.
V. DATA PENGAMATAN
Data Parameter
Parameter Awal Akhir
Suhu
TDS
DO
Turbidity
pH
28
- Berat kertas saring
- Berat kertas saring setelah penyaringan
- Berat flok terbentuk
VI. TUGAS
1. Gambarkan diagram alir prosedur proses Elektrokoagulasi secara lengkap!
2. Tuliskan factor-faktor yang mempengaruhi proses elktrokoagulasi!
3. Tuliskan dari studi literatur jenis-jenis elektroda yang dapat digunakan untuk
proses elektrokoagulasi
29
PENGUKURAN EMISI UDARA
I. TUJUAN
- Menentukan kandungan partikulat debu dengan HVAS.
- Menetahui tingkat kebisingan udara lingkungan.
- Menganalisa kadar gas dari sampel yang telah diambil.
30
monoksida selalu dibeaskan ke udara sebagi produk sampingan dari prose-proses
alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan,
dan sebagainya. Selain itu partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat
tersebar diudara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain
disebabkan polutaan, polusi udara dapat juga disebabkan oleh aktivitas manusia.
Polusi Udara
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlhat dengan
mata telanjang, seperti uap air, debu, asap, kabut, dan fume. Sedangkan
pencemaran berbentuk gas hanya dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung
Macam bahan pencemar udara dapat dilasifikasikan dalam beberapa
kelompok antara lain :
a. Kalisifikasi Menurut Bentuk Asal
Bahan pencemar uadara primer, yaitu : polutan yang apabila menyebar
dengan keadaan tetap pada keadaan semula. Misalnya : partikel
halus,senyawa sulfur, nitrogen, karbon, senyawa organik.
Bahan pencemar udara sekunder, yaitu : bahan pencemar udara primer
yang mengalami reaksi dengan senyawa lain setelah keluar dari
sumbernya. Misalnya SO₃ + H₂O H₂SO₄
b. Klasifikasi Menurut Keadaan Fisika
Partikel. Misalnya: aerosol, mist, smoke dan fog.
Gas. Misalnya: true gas dan vapor.
c. Klasifikasi Menurut Susunan Kimia Bahan Pencemar
Inorganik. Misaknya : CO, SO₂.
Organik. Misalnya : metan, benzen dan etilen
Polutan
SOx
Gas belerang dioksida (SOx)terdiri atas gas SO₂ dan gas SO₃ yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO₂ berbau tajam dan tidak mudah
31
terbakar , sedangkan gas SO₃ bersifat sangat reaktif. Sox memiliki ciri bau yang
tajam, besifat korosif, beracun karea selalu mengikat oksigen untuk mencapai
kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan sistem pernapasan , jika
kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya , 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata,
1-5 ppm menimbulkan bau.
SOx mempunyai ciri bau tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun
karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. SOx
menimbulkan gangguan sistem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat
berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau (yoko
yedy saputra, 2009)
Konsentrasi gas SO₂ , diudara akan mulai terdeteksi oleh indra manusi
(tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisae antara 0,3-1 ppm. (yoko edy
saputra,2009) jadi dalam hal ini yang dominan SO₂.
Gas SO₂ akan bertemu dengan oksigen yang da diudara dan kemudian
membentuk gas SO₃ melalui reaksi berikut :
2SO₂ + O₂(udara) 2SO₃
NOx
Nitrogen oksida sering disebut dengan Nox karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO₂ dan gas Nox. Sifat
gas NO₂ adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan
tidak berbau. Warna gas NO₂ adalah merah kecoklatan dan berbau tajam
menyengat hidung.
Nitrogen oksida (NOx) memiliki bentuk yang sifatnya berbeda , yaitu gas
NO₂ dan NOx . sifat gas NO₂ adalah berwarna dan berbau . sedankan gas NO
tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO₂ adalah merah kecoklatan dan
berbau tajam menyengat hidung. Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal
dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik
stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada diudara, NO₂ merupakan
gas yang paling beracaun. Karena larutan NO₂ dalam air yang lebih rendah
32
dibandingkan dengan SO₂ , maka NO₂akan menembus ke dalam saluran
pernapasan lebih dalam. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan,
pengaruh yang membahayakan seperti misalnya : meningkatnya kepekaan
terhadap radang saluran pernapasan, dapa terjadi setelah mendapat pajanan
sebesar 100 μg/mᵌ. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar
NO₂ sebesar 250 μg/mᵌ dan 500 μg/mᵌ dapat mengganggu fungsi saluran
pernapasan pada penderita asma dan orang sehat (Yoko Edy Saputra.2009)
V. DATA PENGAMATAN
Berat Kertas
Berat Kertas Kandungan
Lokasi Saring
Saring + Debu Pb
Kosong
VI. TUGAS
1. Apa saja yang dapat mengakibatkan polusi dan penecamaran udara!
2. Bagaimana cara mengatasi polusi udara?
3. Faktor apa saja yang dapat meningkatkan pencemaran udara?
33
PENGUKURAN KEBISINGAN
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui intensitas kebisingan di suatu tempat kerja
- Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan
- Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran kebisingan
II. ALAT
Alat yang digunakan
- Sound Level Meter (SLM)
34
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
B. Jenis-jenis kebisingan
Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
a. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara
perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang
ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal
landas.
b. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur
dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per
detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB,
misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c. Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai
puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk
penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau
bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh :
suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.
C. Dampak Kebisingan
Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai
pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan
terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja
sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
pekerjaan. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana
penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak
sehingga menghemat b
ahan baku.
2.Gangguan terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja
35
dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi
tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang
cepat
3. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada
orang yang sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan
konsentrasi, dan kehilangan semangat kerja.
4.Penurunan daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan
ketulian total sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan
pembicaraan orang lain.
D. Pengendalian Kebisingan
Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada prinsipnya
pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari:
1.Pengendalian secara teknis
Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang
dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada
sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan
pada sumber bising yang paling tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti
alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih
baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan
melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,
menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke
dalam bak maupun pada sabuk roda.
36
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan
dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara
mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat
kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan
Sound Level Meter adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat
kebisingan suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan
industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji
tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.
Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti
suara lalu lintas, suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan,
mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang
sama seperti suara mesin tempa.
37
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan bisa
berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat ataupun tanda
bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran ini bersifat progresif
tapi apabila tidak dilakendalikan dapat menyebabkan ketulian permanen.
Berikut ini adalah cara menggunakan sound level meter yang dapat Anda ikuti:
1. Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk
mengukur
2. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau
yang terputus-putus
3. Pilih selektor range intensitas kebisingan
4. Kemudian, tentukan area yang akan diukur
5. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang
lebih 6 kali pembacaan
6. Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor
7. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui
hasil pengukuran dari kebisingan tersebut
38
VII. TUGAS
X. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja
dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT
Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
39
IDENTIFIKASI LIMBAH PADAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi limbah padat untuk menentukan proses pengolahannya lebih
lanjut
40
mempermudah system pembuangan. Limbah jenis ini sering menjadi persoalan
pencemaran dan merusak lingkungan.
Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga
dapat merupakan semacam “katalisator” sesuai dengan sifatnya, limbah
digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah
padat.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Sejalan
dengan peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume
sampah. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah
sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3
per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai
170 kali besar. Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan hampir
sama yaitu:
Kerta dan katun : 35%
Logam : 7%
Gelas : 5%
Sampah halaman dan dapur : 37%
Kayu : 3%
Plastic, karet, dan kulit : 7%
Lain-lain : 6%
41
penghematan terhadap bahan baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu
dari hutan. Kalau setiap orang melakukan hal tersebut beberapa ton sampah
yang akan tereduksi per bulan dan beberapa hasil huatn yang dapat
diselamatkan.
2. Reuse adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk
seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk benda-benda
souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botol-botol minuman
yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.
3. Recycle agak berbeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini
sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan
yang dapat direcycle atau didaur ulang seperti kertas atau sampah bekas
pecahan-[ecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah organic
yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur ulang menjadi kompos
(pupuk). Proses daur ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energy
panas yang dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada
yang melakukan oleh beberapa industry missal di Jakarta, yaitu dibuang ke
tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan.
Dampak yang dihasilkan dari pembuangan berbagai jenis limbah adalah:
o Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh
mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang mati.
o Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastic, serat, keramik,
kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi
kurang subur.
o Pencemar udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida
nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO
dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat
asam dan merusak kesuburan tanah/tanaman.
o Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industry
seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
42
o Zat radioktif yang dihasilkan dari PLTN, reakstor atom atau dari percobaan
lain yang menggunakan atau menghasilkan zat radioaktif. Misalnya unsure
Sr-90 sebagai hasil fisi nuklir dapat mempengaruhi perkembangan xylem
pada tumbuh-tumbuhan tulang hewan, akan menyebabkan jaringan tubuh
menjadi lemah adalah bahan radioaktif masuk ke dalam rantai makanan dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian pada makhluk yang memakannya.
43
PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN EM4
I. TUJUAN
- Mengolah limbah dengan kandungan mikroorganisme (EM4)
- Menentukan kadar kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) pada
sampel air limbah
44
III. DASAR TEORI
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Menkes/VII/77.
Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang
mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu
atau membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Mukono (2006, 19-20)
beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran air meliputi :
1. Mikroorganisme
2. Curah Hujan
3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)
4. Kualitas Tanah
45
Prinsip Pemeriksaan COD
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (Oxidizing
Agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
46
PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN KERAMIK
I. TUJUAN
Menentukan efisiensi penyisihan air dengan proses filtrasi menggunakan
membran keramik
47
memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan
spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos melalui pori
membran. Filtrasi membran dapat menyaring polutan / kontaminan yang tidak
diinginkan berdasarkan ukuran partikelnya. Sederhananya jika ukuran pori-pori
membran harus lebih kecil dari itu.
Membran terdiri dari 2 jenis yaitu porous membran dan non-porous
membran. Aplikasi dari non- porous membran sudah banyak digunakan di
indonesia, salah satunya membran yang terbuat dari plastik polikarbonat untuk
memproduksi air bersih yang dibuat oleh seorang ahli membran kelas dunia yang
bernama Dr. I Gede Wenten. Ia membuat sendiri membran filter yang telah
diaplikasikan di NTT untuk mengkonversikan air limbah dan air hujan menjadi air
minum, lainnya yaitu mengubah air sungai menajdi air minum tanpa zat kimia
apliksi PT. PERTAMINA UP II. (HTTP.www.pemurnian air minum wenten.pdf).
Porous membran jenis membran inorganik seperti membran keramik
menggunakan media filter dalam pengolahannya. Media filter yang digunakan
adalah pasir, kerikil, ijuk, lempung, arang dan bentonit (alam atau sintetik).
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori berbentuk seperti
tabung atau film tipis, bersifat semifermiabel berfungsi untuk memisahkan
partikel dengan ukuran molecular (spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang
memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan,
spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori memnran akan lolos melalui pori
membran.
Jenis-jenis membran berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya,
membran dapat dibagi menjadi 3 kategori : (Wahyu Hidayat, 2007)
Membran. Sweep (berupa cairan atau gas) digunakan untuk membawa permeate
hasil pemisahan.
Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat
yang akan dipisahkan. Hanay partikel dengan ukuran tertentu yang dapat
melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi
mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm). Porous membrane digunakan
padda microfiltration dan ultrafiltration.
48
Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan
ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak
terdapat pori seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi
melalui mekanisme difusi. Jadi molekul terlarut didalam membran, baru
kemudian berdifusi melewati membran tersebut.
Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan
bantuan carrier molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan
untuk melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik
terhadap salah satu komponen sehingga pemisahan dengan selektivitas yang
tinggi dapat dicapai.
Kinerja Membran
Kinerja membran atau efisiensi membran ditentukan oleh dua parameter
yaitu fluks dan rejeksi (penolakan). (Mulder, 1996).
Fluks volum (Jv)
Fluks didefinisikan sebagai zat yang dapat menembus membran tiap satuan
luas membrane per satuan waktu. Fluks demikian dapat dinyatakan sebagai fluks
volum (Jv) yang dinyatakan sebagai berikut :
49
𝑉
𝐽𝑣 =
𝐴𝑇
Dimana :
Jv = fluks volum
A = luas permukaan
V = volum permeat
T = Waktu
Fluks volume dihitung berdsarkan grafik volume permeat vs waktu dari tiap-tiao
tumpuhan.
Rejeksi
Rejeksi menunjukkan besarnya kandungan garam yang tertahan pada
permukaan membrane yang tidak menembus membrane dinyatakan sebagai
berikut :
𝐶𝑝
𝑅 = (1 − ) 𝑥 100 %
𝐶𝑓
Dimana :
R = Rejeksi (%)
Cp = konsentrasi solute dalam permeat ( ppm)
Cf = konsentrasi solute dalam umpan (ppm)
Jika konsentrasi rejeksi yang diperoleh cukup besar (100%) air bersih yang
diperoleh cukup murni (hampir tidak mengandung kadar garam).
Membran Keramik
Membran keranik, material berpori sebagai komposit dengan komponen
pertama adalah bagian padat dan komponen kedua adlaah fassa udara didalam
pori. Keramik yang digunakan sebagai membran memiliki pori dengan rentang
ukuran antara 1 μm hingga mendekati 1 mm. Rentang ukuran tersebut termasuk
dalam kategori liquid phase pore atau spatial pore (atau disebut juga macropore).
50
IV. PROSEDUR KERJA
1. Memasang membran pada modul membran
2. Mengalirkan umpan yang berupa limbah cair dari tangki umpann modul
membran dan kembali ke tangki umpan
3. Mengatur tekanan yang diinginkan yaitu 0,2 kgf/cm2 selama waktu yang
telah kita tentukan
4. Menampung permeat yang dihasilkan dalam wadah produk
5. Melakukan percobaan yang sama seperti prosedur no.2 dengan tekanan
0,4 kgf/cm2 dan 0,6 kgf/cm2
6. Melakukan analisi pada umpan dan hasil pengolahan dengan mengukur
pH, TDS, TSS, Salinitas dan Kandungan Besi
Tugas
1. Hitung Efisiensi penyisihan TSS,TDS, Salinitas dan Besi pada variasi
tekanan yang diberlakukan !
2. Uraikan perkembangan dan pemanfaatan membrane hingga saat ini !
51