Anda di halaman 1dari 42

PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH

1. TUJUAN
 Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah bekas
 Menguji karakteristik air ( PH, TDS, DO, Kekeruhan, Kondoktivity ) pada sampel air
limabah

2. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan
 Turbidimeter
 Water proof cyber scan
 Gelas kimia 250 ml
 Gelasukur 100 ml
 Neraca analitik
 Hot plate
 Corong gelas
 Biuret
 Pipet ukur 25 ml
 Labu ukur 100 ml
 Erlenmeyer 250 ml
 Spatula
 Bola karet
 Aluminum foil
 Seperangkat alat pengolahan air bertingkat
Bahan yang digunakan
 KMnO4 0,1 N
 H2SO4
 HC2O4
 Air limbah

3. DASAR TEORI
Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air kotor dari
kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-zat
bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan
kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larrutan dalam keadaan terapung dan dalam
bentuk koloid dan setengah koloid (Martopo, 1987). Menurut keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2003 yang dimaksud dengan limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha dan kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen dan
asrama. Parameter air limbah rumah tangga terdiri dari suhu, kekeruhan dan padatan
tersuspesi. Sedangkan untuk parameter kimia air limbah domestik terdiri dari nilai pH,
DHL( daya hantar listrik). BOD(Biological Oxygen Demand) dan COD ( Chemical
Oxygen Demand).
DO, BOD dan COD
Do adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan
absorbsi atau udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk dalam air. Oksigen terlarut atau juga sering disebut
dengan kebutuhan oksigen merupakan ssalah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air ( Fioca, 2009). Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air
dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat
diketahui dengan menggunakan uji BOD dan COD.
BOD atau kebutuhan oksigen biologi, untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan di dalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini buangan organik akan
dioksidasi oleh mikroorganisme di dalam air limbah , proses ini adalah alamiah yang
mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Sedangkan COD
atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air, dalam hal
ini buangan akan dioksidasi oleh bahan kimia yang di gunakan sebagai sumber oksigen
oxiding agent.

4. PROSEDUR KERJA
1. Menentukan nilai pH, tegangan, TDS, NaCl, Resistensi, % DO dengan menggunakan
alat water prrof cyberscan
2. Mengukur kekeruhan dengan turbidymeter
3. Melakukan kalibrasi pada kedua alat yang hendak dipakai
4. Mengukur nilai COD dengan cara sebagai berikut
a. Membuat larutan KmnO4 0,05 M
b. Membuat larutan asam oksalat 0,1 N
c. Memipet 100 ml sampel air limbah
d. Menambahkan 10 ml larutan KmnO4 0,05 M
e. Menambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml
f. Memanaskan larutan tersebut sampai mendidih, kemudian menambahkan 10 ml
asam oksalat 0,1 N
g. Menitrasi larutan KmnO4, hingga merah muda

5. TUGAS
1. Buatlah tabel hasil percobaan
Jawab :
Terdapat pada data percobaan
2. Apa yang dimaksud air limbah dan tuliskan metode penjernihan air limbah yang
saudara ketauhi ?
Jawab :
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh manusia.
4 metode penjernihan air
 Distililasi
 Mikroorganisme
 Filtras – Karbon
 Filtrasi air Reverse Osmosis
3. Apa saja sumber pencemaran air sehingga menjadi tercemar?
Jawab :
Sumber – sumber pencemaran air
1. Limbah Industri
2. Limbah Pertanian
3. Limbah Pengolahan Kayu
4. Limbah Rumah Tangga
5. Penggundulan Lahan Hijau
6. Penggunaan bom oleh nelayan laut

6. DATA PERCOBAAN

No Sampel PH TDS NaCl Kekeruhan


1 100 ml Air 6,4 289 ppm 4% 0,66 NT

7. ANALISAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, kami menganalisa kualitas air dengan menggunakan alat
Waterproof Cyberscan dari kualitas air yang di uji pada sampel, ada nilai pH, TDS, NaCl,
Salinitas, dan Kekeruhan. Larutan yang dianalisa pada praktikum kali ini adalah air keran.
Berdasarkan Hasil yang didapat kita ketauhi sampel yang mengandung zat terlarut
tinggi yaitu pada sampel air keran yang kita gunakan, sampel ini memiliki TDS 289 ppm,
karena TDS merupakan parameter dalam mengukur kualitas air berdasarkan banyaknya zat
terlarut.

8. KESIMPULAN
Dari praktikum ini disimpulkan bahwa :
1. Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kototran dari organik
2. Parameter yang digunakan meliputi :
TDS = 289 ppm
PH = 6,4 ( Netral )
Turbidity = 0,66 NT

9. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Penuntun Praktikum “Teknik Pengolahan Limbah” Politeknik Negeri Sriwijaya
2022.
GAMBAR ALAT

Turbidimeter Cyberscan Water Proof TDS Meter

Neraca Analitik Pipet Ukur Erlenmeyer

Spatula Gelas Kimia Bola Karet


PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN
OPTIMUM DARI KOAGULASI-FLOKULASI

1. TUJUAN PRAKTIKUM
 Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi
dengan metode jar set

 Mendapatkan dosis optimum dari koagulan

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


2.1. alat yang digunakan
a. Jar set kit
b. Gelas Piala 1L,6 buah
c. pH meter
d. turbidimeter
e. kerucut imhorff
f. stopwatch
g. labu ukur 1L,1 buah
h. pipet 10 ml,2 buah
i. pipet 1 ml,1 buah

2.2. Bahan yang digunakan


1. Tawas
2. Aquades

3. DASAR TEORI

Proses pengendapan berkaitan dengan proses koagulasi dan flokulasi.


Koagulasiadalah peristiwa pembentukan ataupenggumpulan partikel-partikel kecil
menggunakan zat koagulan. Flokulasi adalahperistiwa pengumpulan partikel-partikel
kecilhasil koagulasi menjadi flok yang lebih besarsehingga cepat mengendap. Tawas dan
kapurmerupakan zat koagulan dan flokulan yangtelah banyak digunakan dalam proses
koagulasi (Putra, 2009).

Pengolahan konvensional yang berbasis pada teknologi konvensional seperti


koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi sering kali kurang efektif atau gagal untuk
mengolah dengan hasil sesuai dengan baku mutu yang diharapkan. Untuk itu diperlukan
teknologi alternatif untuk mengolah air baku tersebut. Membran Ultrafiltrasi diduga mampu
menurunkan parameter seperti zat organik dan kekeruhanmenggunakan membran ultrafiltrasi
untuk menyisihkan konsentrasi senyawa organik dalam air gambut (Notodarmojo, 2004).

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi antara lain
sebagai berikut (Manurung, 2012) :

1. Suhu

Suhu berkaitan dengan pH optimal cairan, di mana proses koagulasi dinyatakan


dapat berjalan baik jika pH air baku olahan (ABO) berkisar 8-10. Jika ABO tidak dalam
kisaran tersebut maka penambahan koagulan ke dalam ABO tidak ekonomis karena koagulan
tidak bekerja optimal.

2. Bentuk koagulan

Secara ekonomis, laju pencampuran akan lebih efektif jika koagulan diberikan
pada keadaan cair dibandingkan dalam bentuk padat.

3. Tingkat kekeruhan

Pada tingkat kekeruhan rendah, destabilisasi sulit terjadi. Jadi akan lebih mudah
jika koagulasi dilakukan pada tingkat kekeruhan yang tinggi.

4. Kecepatan pengadukan

Pengadukan bertujuan untuk mempercepat kontak antara kandungan suspensi


(koloid) dalam ABO dengan koagulan yang ditambahkan. Jika pengadukan lambat,
pengikatan akan berlangsung tepat sasaran sehingga flok yang terbentuk juga sedikit dan
akibatnya proses penjernihan tidak maksimal. Demikian halnya jika pengadukan berlangsung
terlalu cepat, maka kemungkinan flok yang terbentuk akan terurai kembali.

Pengadukan campuran dibagi menjadi 2 berdasarkan kecepatan pengadukannya


yaitu pengadukan cepat dengan kecepatan 120 rpm dan pengadukan lambat dengan kecepatan
40 rpm. Pengadukan cepat dilakukan selama 2 menit yang dihitung sejak penambahan
koagulan. Pengadukan cepat ini bertujuan untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari
partikel-partikel koloid dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan
bertumbukan satu sama lain. Sedangkan pengadukan lambat dilakukan dengan waktu
pengadukan yang divariasikan mulai dari 5 hingga 25 menit, yang dimulai tepat setelah
pengadukan cepat selesai. Pengadukan lambat ini berujuan untuk menggumpalkan partikel-
partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-
flok ini kemudian akan beragregasi dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Pengadukan
pelan akan memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel
menjadi lebih besar dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan
tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah yang
menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran mikro menjadi
partikel flok yang lebih besar. Ketika pertumbuhan flok sudah cukup maksimal massa dan
ukurannya flok-flok ini akan mengendap ke dasar reservoir sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu
lapisan air jernih pada bagian atas reservoir dan lapisan endapan flok yang menyerupai
lumpur pada dasar reservoir (Karamah, 2014).
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki
kemampuan untuk menjadikan partikel kolid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk
flok (gabungan partikel-partikel kecil). Flokulasi adalah proses pembentukan dan
penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih
besar sehingga mudah mengendap. Proses koagulasi dan flokulasi pada skala laboratorium
dilakukan dengan peralatan jar test. Beberapa senyawa koagulan yang biasa digunakan adalah
tawas, senyawa besi, PAC (poli alumunium klorida) dan lain-lain (Wagiman, 2014).

Proses koagulasi tidak berbeda dengan proses mekanis, tetapi pada proses ini
ditambahkan koagulan, yaitu bahan kimia yang dapat mempercepat proses pengendapan
partikel dan menurunkan kadar karbonat dalam air. Proses koagulasi merupakan proses
penggumpalan partikel yang larut dalam air (Subarnas, 2007).

Koagulasi terhadap air dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan utama adalah
untuk menghilangkan (Manurung, 2012):

1. Kekeruhan, bahan organik dan anorganik

2. Warna

3. Bakteri

4. Algae dan organisme lain sebagai plankton

5. Rasa dan bahan-bahan penyebab rasa

6. Fosfat, sebagai sumber makanan bagi algae

Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan


elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena
elektroforesis. Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu
elektrode semakin lama semakin pekat dan akhirnya membentuk gumpalan. Beberapa proses
koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain perebusan telur,
pembuatan yoghurt, pembuatan tahu, pembuatan lateks, dan penjernihan air sungai (Sutresna,
2007).

Mekanisme terjadinya koagulasi dikelompokkan atas teori kimia dan teori fisika.
Teori kimia menyatakan bahwa koloid memperoleh muatan listrik pada permukaannya oleh
ionisasi gugus kimia dan koagulasi terjadi karena interaksi kimia di antara partikel koloid dan
koagulan. Muatan partikel-partikel koloid penyebab kekeruhan di dalam air adalah sejenis,
oleh karena itu jika kekuatan ionik di dalam air rendah, maka koloid akan tetap stabil.
Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunya permukaan
muatan sejenis. Sedangkan teori fisika menekankan terutama terhadap faktor fisik sebagai
lapisan listrik ganda dan adsorbsi counter ion di mana koagulasi terjadi melalui pengurangan
gaya sebagaimana halnya beda potensial. Partikel koloid menyerap ion-ion positif, ion-ion ini
kemudian menyerap ion negatif tetapi jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif
yang ada sehingga terjadi lapisan listrik ganda. Antara permukaan partikel koloid dan larutan
terjadi beda potensial elektrokinetik sedangkan ion-ion positif dan negatif di luar lapisan
listrik ganda dapat bergerak bebas di dalam larutan (Manurung, 2012).

Koagulan yang sering digunakan untuk mengendapkan limbah adalah alum, feri
sulfat, feri klorida, dan kapur. Alum akan bereaksi dengan bahan yang bersifat basa dan
membentuk alumunium hidroksida yang tidak dapat larut dan mengkoagulasi partikel koloid.
Kapur akan bereaksi dengan bikarbonat dan membentuk kalsium karbonat yang akan
mengendap. Kalsium karbonat yang tidak larut akan terbentuk pada pH di atas 9,5. Garam-
garam feri digunakan untuk meningkatkan daya endap dari feri hidroksida yang akan
membentuk endapan dalam limbah dan meningkatkan laju sedimentasi dari partikel lainnya
yang ada dalam limbah tersebut. Penggunaan koagulan untuk mengendapkan fosfat pada
limbah peternakan menunjukkan hasil yang layak secara teknis dan ekonomis. Pada limbah-
limbah peternakan setiap penambahan padatan tersuspensi antara 0,5-1,0 mg/L akan
meningkatkan kebutuhan bahan kimia koagulan 1 mg/L (Jenie, 1993).

Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini dapat
mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan, partikel-partikel
koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan diikat menjadi partikel besar yang
disebut flok. Dengan ukuran partikelnya yang besar, flok dapat mengendap karena gaya
gravitasi. Dalam pemakaian bahan kimia koagulan disebut juga flokulan. Beberapa koagulan
anorganik yang banyak digunakan dalam pengolahan air atau limbah cair di antaranya
alumunium sulfat (alum), polialumunium klorida (PAC), besi sulfat (II), besi klorida (II), dan
lain-lain. Selain koagulan anorganik, tersedia pula alternatif lokal sebagai koagulan organik
alami dari tanaman yang mudah diperoleh. Koagulan alami ini biodegradable dan aman bagi
kesehatan manusia. Biji kelor telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan
kekeruhan pada limbah cair kelapa sawit. Biji kelor juga tidak mengandung senyawa toksik
sehingga aman bagi kesehatan. Pemanfaatan bahan-bahan koagulan alami seperti biji kelor
dimungkinkan dapat menggantikan bahan koagulan sintetis seperti alum sehingga
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan industri dapat teratasi (Manurung, 2012).

Koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air


limbah menjadi flok yang mudah untukdipisahkan yaitu dengan cara diendapkan, diapungkan
dan disaring. Pada beberapa pabrikcara ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui
Zeolit (suatu batuan alam) danarang aktif (karbon aktif). Cara koagulasi umumnya berhasil
menurunkan kadar bahanorganik (COD,BOD) sebanyak, 40-70 % Zeolit dapat menurunkan
nilai COD 10-40%,dan karbon aktif dapat menurunkan nilai COD 10-60 % (Risdianto, 2007).

Pada banyak koloid, partikel mempunyai muatan bersih positif atau negatif pada
permukaannya, diimbangi oleh muatan ion lawannya dalam larutan. Pemisahan koloid
semacam ini dipercepat oleh pelarutan garam dalam larutan itu. Proses tersebut dinamakan
flokulasi (Oxtoby, 2001).

Proses flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel-partikel kecil dalam


sebuah suspensi, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang disebut flok. Flokulasi
disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut sebagai
flokulan. Flokulan dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu flokulan organik dan flokulan
anorganik. Di antara flokulan-flokulan anorganik, garam-garam dari berbagai logam seperti
alumunium dan besi telah banyak digunakan. Flokulan organik dapat dibagi lagi menjadi 2
jenis yaitu sintetik dan alami. Flokulan sintetik umumnya merupakan polimer linear yang
larut dalam air seperti polyacrylamide, poly(acrylic acid), poly(diallyl dimethil ammonium
chloride), poly(styrenic sulfonic acid), dan sebagainya. Di sisi lain, pati, selulosa, alginic
acid, guar gum, adalah polimer alami yang sangat sering digunakan sebagai flokulan.

Tujuan dari flokulasi adalah untuk menciptakan partikel yang lebih besar yang
kompatibel dengan proses selanjutnya seperti menetap atau flotasi. Flokulasi objektif, sebagai
proses unit pengolahan air, adalah untuk menyebabkan tabrakan antara partikel kecil. Setelah
pendinginan, premis adalah bahwa partikel akan menempel satu sama lain dan dengan
demikian menggumpal, tumbuh beberapa ukuran yang diinginkan dan menjadi flok. Proses
aglomerasi disebut flokulasi. Pada prinsipnya, flokulasi merupakan kasus khusus
pencampuran. Pada risiko beberapa redundansi, flokulasi dianggap di sini sebagai topik yang
terpisah untuk menyalahkan identitas itu sendiri (Hendricks, 2006).

Dalam proses pemurnian air atau purifikasi dengan metode sand filter, terdapat
beberapa tahapan salah satunya adalah koagulasi dan flokulasi. Dalam proses koagulasi, air
sungai yang telah disedot diberi zat koagulasi kimia, misalnya alum dengan dosis bervariasi
antara 5-40 mg/L bergantung pada turbiditas, warna, suhu, dan pH airnya. Di dalam bak
flokulasi, air yang telah bercampur dengan alum diputar pelan-pelan selama 30 menit untuk
mengendapkan alumunium hidroksida yang berbentuk benda berwarna putih dalam air
(Chandra, 2010).

Pemekatan terhadap sampel limbah dilakukan dengan beberapa jenis flokulan yaitu
AL2(SO4)3, I8H2O, Ca(OH)2, dan FeSO4. I8H2O dalam suasana basa akan membentuk flok
berwarna putih dari Al(OH)3 yang bersifat elektropositif (Sudiyati, 2014).
Jar test telah digunakan selama puluhan tahun oleh operator pabrik pengolahan air
untuk mengembangkan informasi tentang dosis kimia yang harus digunakan untuk acheve
koagulasi yang efektif dan sedimentasi. Banyak utilitas air dengan menggunakan jar test telah
mengembangkan modifikasi atau variasi untuk beradaptasi prosedur ini dengan kondisi
spesifik yang dihadapi di pabrik mereka. Bagian dasar peralatan yang dibutuhkan untuk jar
test adalah multi-place stirrer. Jenis stirrer termasuk dayung persegi panjang dipasang pada
poros panjang dan didorong dari atas tabung dengan mekanisme roda gigi, dan dayung
persegi panjang dipasang pada berdiri dalam tabung uji dan diputar oleh magnet terletak di
mekanisme driver di mana tabung ditempatkan (Logsdon, 2002).

Operator dengan prosedur jar test yang sukses biasanya menggunakan parameter
teoritis sebagai titik awal dan kemudian membuat sedikit penyesuaian dengan trial and error
sampai hasil skala penuh secara akurat disimulasikan oleh jar test. Meskipun jar test sering
dilakukan sebagai bagian dari "enhanced coagulation" persyaratan. Dalam hal ini, tidak ada
usaha yang dibuat untuk mensimulasikan kondisi pabrik skala penuh. Jar test “enhanced
coagulation” ini harus dilakukan dalam kondisi standar tertentu dan digunakan untuk
menentukan alternatif total kebutuhan karbon organik (TOC) removal untuk tanaman tertentu
(AWWA, 1992).
II. PROSEDUR KERJA

1. menyiapkan gelas piala 1 L,sebanyak 6 buah


2. menyiapkan contoh air dan mengukur pH dan kekeruhan
3. kedalam masing-masing gelas,mengisi contoh air sebanyak 300 mL. Jika pH
awal tambah tidak netral,mengatur pH limbah hingga mencapai kisaran 6-
8,kemudian menaruh dibawah alat jar test
4. menambahkan larutan tawas 1% secara bertingkat mulai 1 mL,2,5 mL,5
mL,dan 10 mL kedalam masing-masing gelas piala
5. mengaduk dengan kecepatan 120 ppm selama 1 menit, melanjutkan dengan
pengadukan dengan kecepatan 45 rpm selama 10 menit
6. menuangkan secara perlahan dan hati-hati larutan dalam gelas kimia kedalam
kerucut imhorff
7. membiarkan flok-flok yang terjadi mengendap
8. mengamati bentuk flok yang terjadi,waktu mengendap dan volume flok yang
terbentuk
9. mengukurr dan mencatat pH,kekeruhan dan warna supernatan yang ada

DATA PENGAMATAN
Parameter Awal Akhir
Suhu 30C 32C
Tds 262 ppm 260 ppm
Turbidity 1032 mv 104 mv
Ph 8.81 8.82

Waktu / Kotada Anoda Waktu Kotada Anoda Waktu Anoda Kotoda


menit (menit) (menit)
0 menit 9.1 0.17 0 menit 11.5 0.13 0 menit 39.7 26

1 menit 9.3 0.18 1 menit 11.5 0.24 1 menit 40.0 27


2 menit 9.2 0.19 2 menit 11.3 0.24 2 menit 40.3 30
ANALISIS DATA
Pada percobaan kali ini, limbah yang dipilih adalah air sumur bor yang
mengandung partikel kecil dan koloid. Air tersebut sebanyak 2 liter ditempatkan
di dalam gelas kimia yang masing-masing terisi 500ml air. Untuk membantu
proses penggumpalan dan pembentukan flok dari air yang diolah, ditambahkan
larutan tawas 1% pada tiap masing-masing gelas kimia dengan volume yang
berbeda-beda, yaitu 2,5ml, 5ml, 7,5ml, 10ml. Sebelum diaduk di jar test, air
dianalisa kekeruhannya kemudian diaduk dengan kecepatan yang sama selama 5
menit. Proses pengadukan juga membantu untuk mempercepat pembentukan flok
dan koagulan. Setelah diaduk, endapan dibiarkan turun dan diukur kembali
turbudutasnya, dan dapat dibuktikan bahwa proses koagulasi dan flokulasi dapat
mengurangi kekeruhan air. Namun kesalahan dapat terjadi disebabkan oleh
kecepatan pengadukan yang tidak sama

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan partikel partikel halus
dengan menggunakan energi listrik
2.Proses elektrokoagulasi terbentuk melalui pelarutan dari anoda yang kemudian
bereaksi yang dihasilkan dari katoda
3.Faktir yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain kuatan (A)
waktu,jenis,elektroda dan jarak elektroda

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Penuntun Praktikum ‘’ Teknik Pengelolahan Limbah ‘’Politeknik Negeri
Sriwijaya Palembang 2021/2022

GAMBAR ALAT

GELAS PIALA PH METER


TURBIDIMETER KERUCUT
IMHORFF

LABU UKUR PIPET UKUR


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN ION
EXCHANGE

I. TUJUAN
- Menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion pengotor
- Membandingkan kualitas air sebelum dan setelah dikontakkan kedalam kolom
ion Exchanger.

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
- Seperangkat alat unit ion exchange
- Gelas kimia 250 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Bola karet
- Erlenmeyer 250 ml
- Spatula
- Kaca arloji
- Batang pengaduk
- Neraca analitik
- Buret 50 ml
2.2 Bahan yang digunakan
- Larutan NaCl 300 ppm
- Larutan AgNO3
- Larutan indikator Kalium dikromat

III. DASAR TEORI


Penukar Ion (ion exchanger)
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation
pengotor air dengan ion H+ dari resin penukar kation , dan dalam kolom resin
penukar anion terjadi reaksi pertukaran anion pengotor air dengan ion OH - dari
resin penukar anion.
Resin Penukar Ion
Resin penukar ion adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai
tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan.Berdasarkan
gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua, yaitu resin penukar
kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang
dapat dipertukarkan sedangkan resin penukar anion, mengandung anion yang
dapat dipertukarkan. Sifat-sifat Penting Resin Penukar Ion adalah sebagai
berikut : (Hartono, 1995)
a. kapasitas penukar resin
b. selektivitas
c. derajat ikat silang (crosslinking)
d. porositas
e. kestabilan resin

Aplikasi Penukar Ion ( lon Exchanger)


Dengan memahanni prinsip dasar reaksi pertukaran ion dan sifat-sifat
resin, maka dengan mudah dapat dipahami berbagai aplikasi resin penukar ion
dalam industri. Diantaranya adalah : ( ImamKhasani,2004)

1. Pelunakan Air (Water Softening)


Banyak air tanah yang dipakai dalam industri mengandung unsur-unsur
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), terutama air tanah yang diambil di
daerahdaerah bergunug kapur.Unsur-unsur tersebut berada dalam senyawa
idrokarbon yang larut dalam air, sehingga air terlihat tetap jernih. Air tersebut
yang disebut air sadah mempunyai banyak kerugian, diantaranya :
a. Sebagai air minum, mungkin akan menyebabkan kecendrungan terbentuknya
batu kandung kencing.
b. Sebagai pencuci, air tersebut akan mengurangi daya cuci sabun.
c. Sebagai air umpan boiler akan menyebabkan timbulnya kerak CaCO3 atau
MgCO3 yang menghambat hantaran panas.
Oleh karena itu ion Ca2+ dan Mg2+ harus diambil dan salah satu cara
adalah dengan resin penukar ion dalam bentuk R-Na

2. Demineralisasi Air (Water Demineralizer)


Air di alam banyak mengandung ion-ion baik kation maupun anion.
Dalam industri atau laboratorium dan kesehatan, banyak diperfukan air bebas dari
ion-ion tersebut atau ion bebas mineral. Air tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan resin penukar ion, kation-kation seperti Na+, K+,Ca+,Mg+,Fe3+ dan
sebagainya, dapat diambil oleh resin dalam bentuk R-H dengan reaksi:
R-H + K+ R-K + H+
………………………………………………………(2)
Dimana K+ adalah kation. Sedangkan anion-anion seperti Cl-, NO3-, SO43- dan
sebagainya dapat diserap oleh resin penukar anion dalam bentuk R-OH dengan
reaksi:
R-OH + A- R-A + OH-
………………………………………………………(3)
Dimana A- adalah anion. Produk H+ dari reaksi (2) dan OH- dari reaksi (3)
bergabung membentuk air:
H+ + OH- H2O
Dengan demikian air yang keluar bebas ion-ion atau disebut bebas mineral. Oleh
karena itu prosesnya disebut demineralisasi atau “ Water Demineralizing” atau
lebih populer dengan nama aqua DM. Apabila resin telah jenuh, maka proses
regenerasi dapat dilakukan dengan mengalirkan asam 4 N untuk resin kation dan
basa 4 N untuk resin anion dengan reaksi :
R-K + H+ (4N) R-H + K+
R-K + OH- (4N) R-OH + A-

Dalam pembuatan alat demineral air, dapat dipakai tiga model yaitu :
a. Sistem dua kolom (double bed)

b. Sistem satu kolom (mixbed bed)

c. Sistem kombinasi
3. Detoksikasi air limbah dan daur ulang
Dengan kemampuan penukaran ion seperti diatas, sudah dapat diduga
bahwa resin amat berpotensi dalam pengolahan air limbah. Kontaminan atau
polutan beracun seperti logam-logam berat, seperti Pb 2+, Cd2+, Ni2+, dan Cu2+
dengan mudah dapat diserap oleh resin penukar kation R-H. Sedangkan polutan
anion beracun seperti CrO4-, atau CN- dapat diserap oleh resin penukar anion R-
OH. Alat demineralisasi ini biasanya digunakan untuk memproses air limbah
berkadar polutan rendah.
Dengan demikian proses yang terjadi adalah pengambilan senyawa-
senyawa berbahaya yang dapat didaur ulang dan dihasilkan air yang bebas mineral
yang dapat digunakan kembali (reused water).

IV. PROSEDUR KERJA


1. Mempersiapkan Unit Ion Exchanger
2. Menyiapkan larutan sampel yang akan dihilangkan kandungankandungan
ionnya, atau limbah cair buatan yang mengandung Ca, Cl dll.
3. Mengatur bukaan valve sesuai dengan arah aliran
4. Menghidupkan pompa yang digunakan.
5. Mengambil sampel hasil dari pengontakkan dengan resin dengan
membuka valve produk kolom Ion Exchanger, untuk kemudian melakukan
analisa.

V. TUGAS
1. Gambarkan dan uraikan sistem buka katup valve unit ion exchanger !
Jawaban :
Uraian sistem buka katup valve unit ion exchanger :
Ion exchanger menggunakan globe valve yang merupakan jenis valve yang
digunakan untuk mengukur laju aliran fluida dalam pipa, prinsip dasar dari globe
valve ini adalah gerak lurus ‘disk’ dari dudukannya. Hal ini memastikan bahwa
ruang berbentuk cincin antara disk dan cincin kursi bertahap sedekat valve
ditutup.
 Menghasilkan liquid bebas kation. Liquid yang mengandung ion positif
dan negatif masuk dan disimpankan ke solution tank (1) dan solution tank
liquid (larutan) ditempatkan menuju resin kation dan untuk menghasilkan
liquid bebas dari ion positif (kation) maka katup dibuka (katup 2 tetap
dibuka), untuk hasil maksimal diulang tiga kali.
 Menghasilkan liquid bebas kation dan anion. Liquid dipompakan dari
solution tank untuk dipompakan menuju resin kation dan untuk
mengalirkan ke resin anion maka tutup katup 1 dan membuka katup 2.
Berikutnya katup 3 dalam keadaan tertutup setelah melewati resin kation
dan resin anion, lalu didapatkan air bebas kation dan anion yaitu Aqua
DM.
 Menghasilkan liquid bebas anion. Liquid yang mengandung ion kation dan
anion dimasukkan ke tank 2 lalu dipompakan menuju ke resin anion
dengan membuka katup 2 menuju katup 3, dengan begitu akan dihasilkan
liquid bebas anion.
Gambaran sistem katup valve unit ion exchanger:

2. Gambarkan unit ion exchanger !


Jawaban:
3. Bagaimana menentukan kejenuhan unit ion exchanger ?
Jawaban:
Dengan melakukan kontak sampel dengan resin kation, lalu hasilnya
dengan larutan EDTA. Hal ini dilakukan untuk menentukan nilai kesadahan pada
larutan yang dialirkan, apabila kesadahan tinggi berarti resin pada unit ion
exchangeer telah mengalami kejenuhan. Ion exchanger tidak dapat mengikat ion
secara sempurna akibat kejenuhan.
4. Hitung efisiensi penyisihan dari senyawa yang terkandung di dalam air limbah
misalnya penyisihan senyawa besi !
Jawaban:
Berdasarkan salah satu jurnal penyisihan besi-mangan, Nisaul dan
Suprihanto, Program studi Teknik Lingkungan, FTSL, ITB, Oktober 2010,
diperoleh data:
Diketahui : PPM Fe2+Inlet = 100 mg/liter
PPM Fe2+ outlet = 20 mg/liter
Ditanya : %efisiensi?
Penyelesaian:
Fe inlet−Fe outlet
%efisiensi : Efisiensi = × 100%
Fe inlet
mg
100 −20 m g / liter
Efisiensi = liter × 100%
100 mg/liter
= 80%

VI. DATA PENGAMATAN


Tabel 1
No Gram Analit (NaCl) V. Titran (AgNO3)
1 0,2 gr 36 ml
2 0,2 gr 43 ml

Tabel 2
No Nama Sampel Volume Volume Titran
1 Sampel awal 50 ml 5 ml
2 Sampel 1 + ion exchanger 200 ml 4 ml
3 Sampel 2 + ion exchanger 250 ml 2,8 ml

VII PERHITUNGAN
a. Pembuatan larutan NaCl 300 PPM
PPM = gr NaCl × ml
300 = gr NaCl × 1000 ml
300
gr NaCl=
1000 ml
= 0,3 gr
b. Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N 500 ml
gr = M . V . BM
= 0,1 M × 0,5 L × 169,87 gr/mol
= 8,49 gr
1) Menghitung PPM larutan NaCl (sampel awal)
 Mg NaCl = V AgNO3 × N AgNO3 × BE NaCl
= 5 ml × 0,1 N × 58,5
= 29,25 mg
1000 ml ×mg NaCl
 PPM NaCl =
V sampel
1000 ml ×29,25 mg
=
50 ml
= 585 PPM
PPM outlet−PPM inlet
 %efisiensi =( )
PPM outlet
585 PPM −300 PPM
= × 100%
585 PPM
= 0,4871%
2) Menghitung PPM larutan NaCl + ion exchanger (sampel 1)
 Mg NaCl = V AgNO3 × N AgNO3 × BE NaCl
= 4 ml × 0,1 N × 585 PPM
= 23,4 mg
1000 ml ×mg NaCl
 PPM NaCl =
V sampel
1000 ml ×23,4 mg
=
200 ml
= 117 PPM
PPM outlet−PPM inlet
 %efisiensi =( ) × 100%
PPM outlet
117 PPM −300 PPM
=( ) × 100%
117 PPM
= 1,564%
3) Menghitung PPM larutan NaCl + ion exchanger (sampel 2)
 Mg NaCl = V AgNO3 × N AgNO3 × BE NaCl
= 2,8 ml × 0,1 N × 58,5
= 16,38 mg
100 ml ×mg NaCl
 PPM NaCl =
V sampel
1000 ml ×16,38 mg
=
250 ml
= 65,52 PPM
 %efisiensi = ¿) × 100%
65,52 PPM −300 PPM
=( ) × 100%
65,52 PPM
= 3,578%

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada percobaan dengan menggunakan ion exchanger dapat di analisa
bahwa prinsip kerja dari alat ini dengan menukarkan ion-ion pengotor dengan
resin penukar ion. Resin penukar kation mengandung kation yang dapat
ditukarkan sedangkan resin penukar ion mengandung anion yang tidak dapat
ditukarkan.
Pada percobaan pertama, dilakukan dengan memurnikan aquadest sebagai
sampel dan larutan AgNO3 sebagai larutan baku untuk dilakukan standarisasi.
Pada percobaan kedua, dilakukan dengan menurunkan aquadest sebagai
sampel dan larutan NaCl sebagai larutan baku sama seperti percobaan
sebelumnya. Pada percobaan ini juga membandingkan sampel baik sebelum
maupun sesudah dikontakkan dengan resin penukar ion.

IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:
 Unit ion exchanger bertujuan untuk menyerap unsur-unsur anion
ataupun kation dengan menggunakan resin penukar ion. Sehingga
menyebabkan reaksi :
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan:
Sampel awal = PPM NaCl = 585 PPM
= %efisiensi = 0,4871%
Sampel (1) = PPM NaCl = 117 PPM
= %efisiensi = 1,564%
Sampel (2) = PPM NaCl = 65,52 PPM
= %efisiensi = 3,578%

X. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet penuntun praktikum “Teknik Pengolahan Limbah”. 2022. Politeknik
Negeri Sriwijaya.

GAMBAR ALAT
Gelas kimia Erlenmeyer

Biuret Bola karet

Kaca arloji Spatula

Neraca analitik Pengaduk


PEMBUATAN KOMPOS

1. TUJUAN PERCOBAAN
- Membuat perbandingan pembuatan pupuk Kompos yang tepat.
- Menambahkan EM4 yang benar agar menghasilkan pupuk organic/kompos.

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
- Gelas Kimia 500 ml
- Wadah yang memiliki tutup (2 Buah)
- Pengaduk
2.2 Bahan yang digunakan
- Air cucian beras 2 L
- Gula Pasir 3g
- EM4 20 ml

3. DASAR TEORI
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan
organic menjadi humus, bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara
anaerobic yang sering menimbulkan gas seperti indol, skatol dan merkaptan pada
suhu rendah. Proses pengomposan secara anaerobic membutuhkan oksigen yang
cukup dan tidak menghasilkan gas yang berbahaya seperti pada anaerobic
(gumbira e. 1992)
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran,
bahan, kadar air, pH, suhu dan perbandingan C dan N. Ukuran partikel penting
karena bakteri dan jamur akan lebih mudah hidup pada ukuran partikel yang lebih
kecil.
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik
karena semua organisme membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya. Air
adalah bahan penting protoplasma sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan.
Kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses metabolisme terhambat dan
berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersediaan oksigen pada proses pengomposan secara aerobic
merupakan hal penting. Proses yang dilakukan secara Aerobic lebih efesien dari
pada anaerobic dalam mengurangi bahan organic. Mikroorganisme sensitive
terhadap perubahan suhu proses mikroorganisme mesofolik hidup lada suhu 8-
45˚C dan termofilik tumbuh dan aktif dibawah suhu 65˚C, tetapi aktivitas
biologisnya dapat berlangsung sampai suhu 65-90˚C.
Aktivitas organisme dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C
sebagai sumber energi dan nitrogen N sebagai zat pembentukan protoplasma.
Energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dari pada zat pembentuk
protoplasma sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dari pada nitrogen.
Perbandingan C dengan N yang efektif untuk pengomposan yaitu 25 : 23.
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memasukan dan mencampurkan air cucian beras dengan gula pasir dan
EM4, lalu dimasukan ke dalam wadah tertutup, lalu difermentasikan selama 2
minggu. Untuk gula pasir 1 sendok makan danEM4 = 10 ml.
2. Selama 2 minggu fermentasi berlangsung, perlu diperhatikan perubahan yang
terjadi dan tutup wadah dibuka setiap hari sebentar saja untuk mengeluarkan gas
yang dihasilkan proses fermentasi tersebut.

5. TUGAS
1. Ada berapa jenis pupuk yang saudara ketahui
Jawaban :
 Pupuk alam adalah pupuk yang yang terbuat dari bahan yang berasal dari alam.
Contoh pupuk alam adalah pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk guano dll.
 Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan merekayasan bahan
dari alam melalui proses fisika dan kimia.
2. Apa fungsi dari serbuk gergaji dan EM4 serta pupuk kandang
Jawaban :
 Serbuk gergaji = sebagai bahan camputan pembuatan papan partikel di mana
serbuk gergaji disatukan dengan lem membentuk papan.
 EM4 = Manfaat EM4 Pertanian antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi,
memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat
(bokashi), menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, serta
meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
 Pupuk kandang =  menyediakan unsur hara makro dan mikro untuk tanaman.
Pupuk ini juga mempunyai daya ikat ion yang tinggi, sehingga akan
mengefektifkan bahan-bahan anorganik di dalam tanah.
3. Tuliskan karakteristik kompos (Sifat fisik, kimia, dan biologi) dari litelatur dan
cantumkan sumbernya
Jawaban :
 Baunya sama dengan tanah , tidak berbau busuk
 Jika dimasukkan kedalam air, seeluruhnya tenggelam dan air tetap jernih tidak
berubah warna
 Warna coklat kehitaman
 Dapat meningkatkan tukar ion dalam tanah
 Media yang baik bagi organisme tanah untuk berkembang biak
Sumber Literatur : Artikel “Seperti ini karakteristik pupuk kompos”
pertanianku.com, 31 May 2018

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan Kompos?


Jawaban :
Faktor lingkungan seperti ukuran, bahan, kadar air, aerasi, pH, suhu dan perbandingan C
dan N.
6. DATA PENGAMATAN

Parameter Data Awal Data Akhir


Warna Belum Homogen Homogen
Tinggi 22 cm 10 cm
Berat 5 kg 4,7 kg
Suhu 30oC 29oC

7. PERHITUNGAN

Analisis Kadar Air


Diketahui: - Berat sampel kompos : 5 gr
- Berat Cursible + Sampel Kompos Awal : 56,9012 gr
- Berat Cursible + Sampel Kompos Akhir : 32,55 gr
Ditanya : Penyurutan Kadar Air?
berat awal−berat akhir
Jawab : Penyusutan Kadar Air ¿ X 100 %
berat awal
56,90 gr−32,55 gr
¿ X 100 %
56,90 gr
¿ 0,42 x 100%
¿42%
8. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini,kami melakukan percobaan pembuatan pupuk
kompos. Pupuk merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara
menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup.
Dalam pembuatan kompos ini,harus menyiapkan sisa-sisa sayuran ,tanah
humus,serbuk kayu,EM4,Lalu campurkan semua nya menggunakan alat
pengadukan pembuatan kompos,setelah itu didiamkan selama 1 minggu. Proses
pendiaman ini dilakukan agar proses dikomposisi menjadi sempurna,ketinggian
kompos berkurang dari 22 cm menjadi 18 cm serta berat kompos menurun dari
5kg menjadi 4,7kg. Hal ini dikarenakan terjadinya penyusutan pada komponen
kompos seperti sayuran busuk yang diuraikan oleh microba.
Setelah itu dilakukan analisa kadar air dan didapatkan bahwa terjadi
penyurutan kadar air sebesar 42%.

9. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Kompos adalah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang hancur dan
menghasilkan tanam baru dan mengandung unsur hara yang tinggi baik
untuk pertumbuhan tanaman.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan kompos,yaitu lingkungan
,ukuran bahan-bahan yang digunakan, aerasi, ph, suhu, serta
perbandingan C dan N.
3. Kadar air yang terdapat pada kompos : 42%.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2022. Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah. Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya.

LAMPIRAN GAMBAR ALAT

Pipet Ukur
Gelas Kimia
Neraca Analitik

B
o la

Karet Turbidimeter
TDS Meter
p R
H e fr
a kt
o m
e te
r

meter Botol Air Mineral


SOLIDIFIKASI

1. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan proses solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan dalam bentuk
terlarut
dapat larut atau terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.

2. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
 Pengaduk
 Buret
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Pipet ukur
 Bola karet
 Pipet tetes
 Botol plastik
 Erlenmeyer
 Spatula
 Corong
b. Bahan yang digunakan
 FeSO4
 Semen
 Fly Ash
 KMnO4

3. DASAR TEORI
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa
sehingga mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk
penanganan. Proses selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan, sementara
sampai penyimpanan lestarr. Bahan yang dapat digunakan untuk proses
solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi
air, senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut
“sol”. Sol tersebut kemudian di koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian akhir).
Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.
Dasar teori tambahan
Prosedur penguburan limbah B3 setelah solidifikasi:
 Penguburan limbah B3 patologis:
1. Menguburkan limbah B3 di fasilitas penguburan limbah B3 yang
memenuhi persyaratan-persyaratan teknik penguburan limbah B3 (bebas
banjir, berjarak paling rendah 20m, kedalaman paling rendah 1,8m, diberi
pagar pengaman dan penanda).
2. Mengisi kuburan limbah B3 dengan limbah B3 paling tinggi setengah
dari jumlah volume total dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan
paling rendah 50m sebelum ditutup dengan tanah.
3. Memberikan sekat dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada setiap
lapisan limbah B3 yang dikubur.
4. Melakukan pencatatan limbah B3 yang diukur.
5. Melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan limbah
B3.
 Penguburan limbah B3 benda logam:
1. Menguburkan limbah B3 di fasilitas limbah B3 yang memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan limbah B3.
2. Melakukan pencatatan limbah B3 yang diukur.
3. Melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan limbah
B3.

4. PROSEDUR KERJA
1. Tahap awal melakukan pencampuran antara semen dan air.
2. Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) dimulai dai 20% sampai
40% dari berat semen. Mengambil pencampuran yang paling baik.
3. Kemudian menimbang semen dan lumpur dan dimasukkan ke dalam wadah
polytilen( cup air mineral bekas) dan diaduk.
4. Setelah pencampuran semen dan limbah lumpur maka ditambahkan ke dalam
campuran tersebut dengan air lalu diaduk sehingga merata.
5. Setelah pemeraman selesai dilakukan pengujian terhadap kuat tekan .
5. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B-3 ?
2. Apa tujuan dari solidifikasi ?
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen ?
5. Pada kondisi pH berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan
6. Bagaimana kuat tekan dari hasil solidifikasi yang dilakukan ?
Jawaban :
1. Suatu limbah digolongkan sebagai B-3 bila mengandung bahan berbahaya
beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung
dapat masuk dan mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan.
2. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair ke lingkungan
dengan membentuk padatan sehingga lebih mudah ditangani.
3. Selain semen dapat digunakan fly ash, kaca, dan termoplastik.
4. Keuntungan solidifikasi menggunakan semen, yaitu:
 Meterial dan teknologinya mudah dijangkau
 Sesuai dengan berbagai jenis limbah
 Biaya sedikit
 Produk sementasi bersifat stabil terhadap bahan kimia dan biokimia.
 Produk sementasi tidak mudah terbakar dan memiliki kestabilan temperatur
yang baik.
5. Pada kondisi pH=7 (netral) karena jika proses pemadatan yang dilakukan oleh
semen berada pada pH yang asam maka hasil solidifikasi akan mengalami
keretakan sehingga dapat dikatakan solidifikasi yang dilakukan gagal karena
memungkinkan bagi limbah
cair keluar dari padatan tersebut.
6. Dari hasil solidifikasi yang dilakukan sampel yang memiliki kuat tekan yang
lebih besar adalah sampel yang memiliki campuran semen yang lebih besar denga
pH netral (pH=7).
6. DATA PENGAMATAN
No. Sampel Volume KMnO4
(titran) 0,1M (mL)
1. Sampel 1 0,8
2. Sampel 2 0,6
3. Sampel 3 0,5

7. PERHITUNGAN
Diketahui : gr FeSO4 = 5gr
BM = 151,9086 mol/L
V = 100ml = 0,1 L
Ditanya : M2 = ?
Dijawab :
Gr = M.V.BM
gr 5 gr
M1 = = = 0,329 gr/mol
V . BM 0,1 L . 151,9086 mol/ L

1. Sampel 1 ( Penambahan 100ml + 20ml)


M1.V1 = M2.V2
0,329 gr/mol.100ml = M2.120ml
32,9
M2 =
120 ml
M2 = 0,274 M
2. Sampel 2 ( Penambahan 100ml + 30ml)
M1.V1 = M2.V2
0,329 gr/mol.100ml = M2.130ml
32,9
M2 =
130 ml
M2 = 0,253 M
3. Sampel 3 ( Penambahan 100ml + 40ml)
M1.V1 = M2.V2
0,329 gr/mol.100ml = M2.140ml
32,9
M2 =
140 ml
M2 = 0,235 M

8. ANALISIS PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dianalisa bahwa pada percobaan
solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair yang berbahaya dengan
mengubahnya dalam bentuk padat sehingga akan lebih inimudah ditangani. Bahan yang
digunkan pada proses ini adalah semen karena semen dianggap memiliki komposisi yang
konsisten beserta struktur fisik yang kuat.Sampel yang dibuat dengan variasi keenceran
yang berbeda.

9. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini, yaitu :
- Bahan semen dapat digunakan dalam proses solidifikasi sehingga dapat menstabilkan
bahan berbahaya menjadi tidak membahayakan bagi lingkungan.
- Proses solidifikasi yang baik dilakukan pada PH=7(Netral)
- Semakin sedikit kandungan air dalam sampel maka semakin baik kualitasnya.
- Faktor yang harus diperhatikan,yaitu kemampuan leaching,uji kuat tekan,kelarutan,dan
ketahananradiasi.
LAMPIRAN GAMBAR ALAT PRAKTIKUM SOLIDIFIKASI

Pengaduk Buret Gelas Kimia

Gelas Ukur Pipet Ukur Bola Karet

Pipet Tetes Cup plastik air mineral Erlenmeyer


Spatula Corong

PENGOLAHAN AIR SECARA BERTINGKAT

TUJUAN

- Mengolah air limbah untuk menghasilkan air bersih

- Menganalisis parameter air limbah awal dan akhir setelah pengolahan

- Mengetahui kinerja alat pengolahan air secara bertingkat

- Menganalisis prinsip pengolahan air yang dilakukan

ALAT DAN BAHAN

1. Alat yang digunakan

- Turbidimeter

- Water proof cyber scan

- Gelas kimia 250 ml

- Gelas ukur100ml

- Neraca analitik

- Hot plate

- Corong gelas

- Biuret

- Pipet ukur 25 ml

- Labu ukur 100 ml

- Erlenmeyer 250 ml

- Spatula

- Bola karet

- Alumunium foil

- Seperangkat alat pengolahan air bertingkat


2. Bahan yang digunakan

- KMnO4 0,1 N

- H2SO4

- H2C204

-
Air limbah
DASAR TEORI
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestic (rumah tangga). Limbah terdiri dari berbagai macam jenis
yaitu limbah padat, gas dan cair. Agar limbah yang merupakan sisa buangan dapat
dimanfaatkan kembali maka diperlukan suatu proses yang dapat merubah limbah
menjadi suatu hal yang dimanfaatkan. Sistem aeresi digunakan dengan maksud untuk
mengurangi kebutuhan luas lahan dan meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih
cepat sekaligus meniadakn bau yang timbul mungkin akibat proses oksidasi yang tidak
sempurna.
Aerasi dapat dilakukan secara alaimi, difusi, maupun mekanik. Aerasi alami
merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara
alami. Pada aerasi difusi, sejumlah udara yang dilakukan yang dialirkan kedalam air
limbah melalui diffuser, udara yang masuk kedalam air limbah nantinya akan
berbentuk gelembung gelembung (bubbler). Aerasi secara mekanik atau dikenal juga
mechanical agitiation menggunakan proses pengadukan dengan alat sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air dan udara.
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen terlarut di dalam air buangan
sehingga berguna bagi kehidupan, agar perpindahan suatu zat/komponen dari satu
medium ke medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah
terjadinya turbulensi antara cairan dan udara yang dapat menyababkan laju
perpindahan terhenti.
Konsep dasar pengelohan air dengan cara penyaringan adalah memisahkan
padatan atau koloid dari air dengan menggunakan alat penyaring, atau saringan/air
yang mangandung padatan, dilewatkan pada media saring dengan ukuran pori pori
lubang tertentu. Ukuran pori atau lubang saringan harus lebih kecil dari ukuran bahan
padatan yang akan dipisah. Pada proses pengolahan air minum, air limbah, air kotar,
penyaringan air ini bisa merupakan tahap awal, atau tahap lanjut. Pada pengolahan
tertentu penyaringan dilakukan setelah proses kaogulasi atu penggumpalan. Disini
penyaringan merupakan tahap lanjutan dari proses koagulasi. Reverse osmis
merupakan metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molukul besar dan ion
ion dari suatu larutan dengan cara member tekanan pada larutan ketika larutan ketika
larutan itu berada di salah satu sisi membrane seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap dilapisan yang dialiri tekanan sehingga zat
pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membrane ini harus bersifat
selektif.
Tambahan Materi
Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan metode penyaringan yang dapat memyaring berbagai
molekul besar dan ion ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan
itu berada di salah satu sisi membran deteksi
Perbedaan saringan pasir cepat dan pasir lambat
Perbedaannya yaitu saringan pasir lambat air masuk dari atas, urutannya yaitu pasir halus
lalu kerikil sedangkan saringan pasir cepat air masuk dari bawah, urutannya yaitu kerikil
lalu pasir halus.

PROSEDUR KERJA
1. Membuat sampel air yang turbiditynya mendekati 800 NTU ditambah garam
dapur 1 sdt
2. Menganalisis parameter air limbah sebelum pengelohan dengan alat water proof
cyber scan DO, pH, Alkanality, salinity dan mengukur COD dengan cara tirasi
(analisa 1)
3. Memasukan sampel air limbah, dan diaersi selama 30 menit dengan
menghidupkan pompa aerasi. Setelah proses selesai ambil air hasil proses aerasi
air limbah tsb dan analisa sebagai (analisa 2)
4. Melanjutkan proses pengolahan fitrasi dengan membuka katup yang menuju
proses fitrasi lanjutkan ambil hasil pengolahan sebagai sampel 3 sebagai,
(analisa 3)
5. Kalau bisa langsung bersamaan dengan proses ke reserve osmosis dengan
dibantu pompa reserve osmosis (RO) hasilnya diambil untuk dianalisis sebagai
(analisa 4)
6. Membandingkan setiap hasil proses pengelohan berdasarkan analisa parameter
air yang didapat.

TUGAS

1. Jelaskan apa yang saudara ketahui dengan proses filtrasi pasir ?


Jawab : Proses pemisahan komponen pdatan yang terkandung di dalam air
dengan melewatkan melalui media batu kerikil sebelum itu diatasnya terdapat
media berpori. Prosesfiltrasi ini untuk memisahkan padatan dalam air tersebut
baik yang berupa suspensi maupun koloid.
2. Apakah kegunaan dari proses aerasi pada air limbah?
Jawab : Tujuan proses aerasi mengontakkan semakasimal mungkin kemudian
cairan dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen terlarut dalam air buangan
sehingga berguna bagi kehidupan.
3. Jelaskan menurut saudara tentang proses Reserve Osmosis !
Jawab : Prosesnya yaitu penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul
besar dan ion ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan
ketika larutan itu berada disalah satu sisi membran seleksi

DATA PENGAMATAN
Volume (ml) Produk Waktu Awal Volume (ml) Buangan Waktu Buangan
250 ml 2 menit 58 detik 100 ml 39,04 detik
250 ml 2 menit 58 detik 100 ml 56 detik
250 ml 2 menit 58 detik 100 ml 58 detik

Sampel Parameter Awal Produk Buangan


pH 5,08 5,23 5,10
Salinity ρ = 1000 ρ = 1000 ρ = 1000
% = 0,1 % = 0,1 % = 0,1
konduktivity 0,18 ppm 0,04 ppm 0,39 ppm

ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan “pengolahan air secara bertingkat” dengan menggunakan
seperangkat alat pengolahan air bertingkat dengan menggunakan metode reverse osmosis
dilakukan dengan tujuan untuk mengolah air limbah agar dapat menjadi air yang aman
jika dialirkan ke lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan.
Pada praktikum kali ini air limbah yang digunakan yaitu dari air keran dengan
dilakukan pengujian dan membandingkan sebelum dan sesudah aerasi, setelah dilakukan
filtrasi awal dan setelah dilakukan reverse osmosis. Pengujian air limbah juga didapatkan
parameter tunadity air limbah.
Setelah pengujian didapatkan nilai pH, salinity, dan konduktivity. Pada sampel awal,
sampel produk, dan sampel buangan. Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan alat
pengolahan air secara bertingkat adalah dengan membilas sebelum dan sesudah
penggunaan alat agar penggunaan tidak mempengaruhi hasil pengukuran yang akan
dilakukan.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh bahwa :
 Proses yang digunakan adalah aerasi, filtrasi, dan reverse osmosis
 Proses filtrasi harus dilakukan perawatan baik penggantian karbon aetufi maupun
pencucian paper silica dan zeloit
 Didapatkan data :
- Sampel awal
pH = 5,08
salinity = ρ = 1000
% = 0,1
Konduktivity = 0,04 ppm
- Sampel buangan
pH = 5,10
salinity = ρ = 1000
% = 0,1
Konduktivity = 0,39 ppm

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet penuntun praktikum ‘’ Teknik Pengolahan Limbah ‘’ Politeknik Negeri
Sriwijaya Tahun 2022

GAMBAR ALAT

Waterproof cyber scan Hot plate Turbidimeter

Gelas kimia Neraca analitik


Gelas ukur

Pipet ukur

Corong gelas Erlenmeyer

Labu ukur Spatula Aluminium foil

Anda mungkin juga menyukai