Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTEK KERJA INDUSTRI

DI

PDAM TIRTA KERTA RAHARJA

Jl. KISAMAUN No. 204, Sukasari, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118

PENENTUAN KADAR KHLORIDA SECARA ARGENTOMETRI DAN KADAR


MANGAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DALAM SAMPEL AIR

Disusun oleh : Ammar Thohir

NIS : 27204548

Kelas : Xlll KA 2

Prog. Keahlian : KIMIA ANALISIS

UPTD SMK NEGERI 2 KOTA TANGERANG

Jl. Veteran No. 2 Telp/Fax 021-5522736 Kota Tangerang

Banten

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Tempat :

PDAM TIRTA KERTA RAHARJA

Jl. KISAMAUN No. 204, Sukasari, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118

Pada Tanggal………………………………………… Bulan ………………………………………………..... Tahun 2021

Mengetahui/Mengesahkan,

Pembimbing Sekolah Ketua Program Keahlian Kimia


Analisis

Lilis Handayani S.Pd. Erni Yuliningsih, S.Pd.

NIP. 198110222010012004 NIP. 196807222003122003

Mengetahui,

Kepala SMK NEGERI 2 Tangerang

Drs. Dedi Kurniadi, M.Pd

NIP. 196103051985031017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah menolong penulis untuk menyelesaikan laporan ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Laporan ini disusun dari hasil Praktik kerja industri di laboratorium PDAM Tirta Kerta Raharja,
Kabupaten Tangerang selama kurang lebih 3 bulan. Laporan Praktik Kerja Industri yang penulis
susun ini berjudul “ Penentuan Kadar Khlorida secara Argentometri dan Kadar Mangan secara
Spektrofotometri dalam Sampel Air ”.

Laporan ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan bantuan, pengarahan, bimbingan, dan
perhatian dari semua pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Oleh karena itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis.
2. Bpk. Drs. Dedi Kurniadi selaku kepala SMK Negeri 2 Kota Tangerang.
3. Ibu Lilis Handayani, S.Pd selaku pembimbing sekolah dari jurusan Kimia Analisis.
4. Seluruh karyawan Laboratorium PDAM Tirta Kerta Raharja Cikokol.
5. Kedua orang tua yang selalu setia mendukung dan memberi support baik moral
maupun materi dan senantiasa memberikan doa restunya kepada penulis.
6. Serta teman-teman kelas XIII Kimia Analisis dan seluruh pihak yang tidak dapat di
sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Industri ini masih jauh dari
sempurna, untuk karena itu kritik dan saran yang baik sangatlah diharapkan. Selain itu
juga penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga oleh semua
pihak.

Tangerang, Maret 2021

Penulis

AMMAR THOHIR
NIS. 27204548

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………………………………………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………………………………………..… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………..… v

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………………………………….. vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………………………………………….… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….

1.4 Sejarah dan profil perusahaan……………………………………………………...................... 1

1.4.1 Misi dan Nilai perusahaan ……………………………………………………………………… 5

1.4.2 Fungsi Organisasi …………………………………………………………………………………… 8

1.4.3 Laboratorium Perusahaan ……………………………………………………………………… 8

1.5 Struktur Organisasi ………………………………………………………………………………………… 9

1.6 Denah Lokasi dunia usaha ……………………………………………………………………………… 10

1.7 Metode pengumpulan data …………………………………………………………………………… 11

BAB II KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI ……………………………………………………………………

A. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………………….……………….

2.1 Air Baku ……………………………………………………………………………………………………… 12

2.2 Air Minum ………………………………………………………………………………………………..… 15

2.3 Syarat Penyediaan Air Minum ……………………………………………………………………. 18

2.4 Parameter Kualitas Air Minum …………………………………………………………………... 21

2.5 Sistem Pengolahan Air Minum IPA Cikokol ………………………………………………… 24


2.6 Spektrofotometri …………………………………………………………………………………….… 29

2.7 Titrimetri …………………………………………………………………………………………………... 33

BAB III PELAKSANAAN PERCOBAAN DI LABORATORIUM ……………………………………….

3.2 Parameter yang di uji coba ……………………………………………………………………….. 35

3.3 Metodologi Praktikum ……………………………………………………………………………... 38

3.4 Pengambilan Sampel ………………………………………………………………………………… 41

3.5 Penentuan Kadar Khlorida secara Argentometri ……………………………………….. 45

3.6 Penentuan Kadar Mangan secara Spektrofotometri ………………………………….. 49

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

4.1 Hasil Analisis ……………………………………………………………………………………………… 50

4.1.1 Hasil Analisis pada Parameter Mangan ………………………………………………. 51

4.1.2 Hasil Analisis pada Parameter Khlorida ………………………………………………. 56

4.2 Pembahasan …………………………………………………………………………………………….… 57

4.2.1 Pembahasan untuk Analisis pada Parameter Mangan ………………………… 57

4.2.2 Pembahasan untuk Analisis pada Parameter Khlorida ……………………….. 61

BAB V : Penutup

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………… 62

5.2 Saran …………………………………………………………………………….................... 63

5.3 Daftar Pustaka ………………………………………………………….…………………….. 64

5.4 Lampiran – Lampiran ……………………………………………………………………….. 65


BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Sejarah dan Profil Perusahaan


Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja salah satu perusahaan milik
daerah (BUMD) yang memberikan jasa dan pelayanan pendistribusian air bersih di
daerah Tangerang. Awal terbentuknya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Kerta Raharja yaitu pada Tahun 1923, ketika itu pemerintah Hindia Belanda
membangun sistem penyediaan air minum di Kota Tangerang dengan kapasitas 6
liter/detik. Sistem ini dikelola oleh sebuah badan yang bernama " Water Leiding
Bedrijf ” yang berlokasi di Babakan Udjung Kota Tangerang sekarang menjadi Jalan
Kisamaun Kota Tangerang. Pada tahun 1943, saat pembentukan Kabupaten
Tangerang, pengelolaan sistem penyediaan air minum dialihkan ke Bupati
Tangerang dan badan pengelola " Water Leiding Bedrijf " berada di bawah Dinas
Pekerjaan Umum. Tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, nama " Water Leiding Bedrijf " diubah menjadi " Perusahaan Air Minum
Kabupaten Tangerang ". 30 tahun kemudian, pengelolaan penyediaan air minum
menjadi tanggung jawab dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah
Tingkat II Tangerang ("PDAM"), sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Tangerang No. 10/HUK/1976 tanggal 13 April 1976 yang
ditetapkan sebagai hari jadi PDAM Tirta Kerta Raharja (TKR).
Peraturan Daerah tersebut dilegalisasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat sesuai
dengan Keputusan Gubernur Nomor347/HK.011/SK/1976 tanggal 1 Agustus 1976.
Tidak lama kemudian pada tahun 1983 di bentuk Unit Pengelola Air Minum
(UPAM) di Kabupaten Tangerang, dan pada tahun 1985 adanya penggabungan
Unit Pengelola Air Minum (UPAM) ke dalam PDAM KabupatenTangerang, Tahun
1999, melalui Keputusan Nomor 001.690/SK.108-HUK/1999 tanggal 27 Mei 1999,
yang dikeluarkan oleh Bupati Tangerang, Nama dan Logo PDAM dilegalisasi.
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja, Kabupaten Tangerang. Pada
Tahun 2001, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tangerang
berubah nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM
TKR) Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Nomor 16 tahun 2001. Dari uraian
diatas, maka terbentuklah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, merupakan hasil manifestasi dari Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 10/HUK/76 Tanggal 13 April 1976 tentang
Perusahaan Daerah Air Minum, yang di ubah terakhir dengan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2008, tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, Dari Peraturan Daerah (PERDA) tersebut mengharapkan
PDAM TKR Kabupaten Tangerang mampu memberikan pelayanan terbaik dibidang
penyaluran air bersih melalui perpipaan untuk memenuhi salah satu kebutuhan
hidup dan terjaganya kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Tangerang. Pada
tahun 2019, terjadinya perubahan bentuk organisasi dan nama PDAM menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDAM) Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, sesuai peraturan daerah No.6 tahun 2019. PDAM TKR juga
melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan yaitu PT. Tirta Cisadane, PT.
Tirta Kencana Cahaya Mandiri, PT. Tangerang Tirta Manunggal, PT. Aetra, dan
lain-lain. Bekerja sama dengan berbagai mitra diantaranya, BSD Curah, Alam
Sutera, Gading Serpong, Lippo Karawaci, Tirta Cisadane, PDAM TB, Bandara
Sukarno Hatta, Hotel Mahatiti, Apartemen Modern Land, Tangerang City, PDAM
Lebak untuk penjualan air curah. Target dari PDAM Tirta Kerta Raharja saat ini
adalah memenuhi 40% kebutuhan air bersih harus sudah terpenuhi sampai tahun
2014 untuk seluruh Kabupaten Tangerang, menuju pelayanan air minum sesuai
target MDG’s (Millenium Development Goals) tahun 2015.
PDAM TKR saat ini di Pimpin oleh 3 Orang Direksi, Bapak H. Rusdy Machmud
sebagai Direktur Utama, dibantu Oleh Bapak Sofian Sapar sebagai Direktur Umum
dan Ibu Hj. Ida Farida sebagai Direktur Teknik. Yang membawahi 5 Orang Kepala
Satuan; 1. Kepala Satuan Pengawas Internal; 2. Kepala Satuan Penelitian Dan
Pengembangan; 3. Kepala Satuan Usaha Air Curah; 4. Kepala Satuan Sekretariat
Perusahaan; dan 5. Kepala Satuan Proyek Investasi. 20 Orang Kepala
Bagian/Bidang 7 orang kepala Wilayah/Cabang/IKK. Jumlah Pegawai PDAM TKR
saat ini berdasarkan data Agustus 2019 adalah sebanyak 406 Orang dengan Rasio
pegawai sebesar 3,61. Terdiri dari 299 orang pegawai tetap, 3 orang calon
pegawai dan 104 orang pegawai kontrak. Jumlah IPA yang dimiliki PDAM TKR saat
ini adalah 11 IPA dengan kapasitas produksi sebesar 4.787,5 L/D. Kapasitas
produksi sebesar itu saat ini adalah untuk melayani Pelanggan sebesar 145.738 SL
Domestik (Desember 2018) dan 7 SL Air Curah. Dan jika di equivalenkan maka
jumlah sl PDAM TKR saat ini sebesar 490.701 sl. Sampai saat ini PDAM TKR
melayani 3 daerah pelayanan kota/kabupaten, yakni; Kabupaten Tangerang; Kota
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Dari 145.738 sl 54% berada di Kota
Tangerang, 38% berada di Kabupaten Tangerang, dan 8%nya berada di Kota
Tangerang Selatan. Sedangkan Cakupan Layanan untuk Kabupaten Tangerang saat
ini baru mencapai 32,40% dari 1.201.326 jml penduduk Kabupaten Tangerang.
Perlu dicatat mengapa jumlah sl di Kota Tangerang lebih besar, karena sebelum
ada pemekaran wilayah otonomi menjadi Kota Tangerang, kedudukan PDAM TKR
berada dilokasi saat ini. Berdasarkan data laporan BPPSPAM Tingkat Kehilangan
Air PDAM TKR adalah sebesar 13,90%. Kinerja perusahaan dalam tiga terakhir
terus meningkat tidak hanya baik dan sehat namun meningkat dalam peringkat
nasional berdasarkan penilaian Kinerja BPPSPAM. Pada tahun 2016 PDAM TKR
masih berada di peringkat 20 dengan jumlah nilai kinerja 3,78, pada tahun 2017
naik secara signifikan menjadi peringkat 8 dengan nilai 4,01, dan pada 2018
meningkat menjadi peringkat 2 secara nasional dengan nilai 4,23. Meningkatnya
peringkat kinerja PDAM TKR berdasarkan BPPSPAM adalah hasil dari upaya yang
telah dilakukan Direksi, Manajemen dan seluruh pegawai PDAM TKR serta adanya
kerjasama yang baik dengan Mitra Usaha, baik Kerjasama Usaha maupun
Kerjasama Air Curah. Dalam upaya mengoptimalkan produksi dan meningkatkan
cakupan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan air minum, PDAM TKR
telah melakukan kerjasama usaha dengan pihak ketiga khususnya dalam hal
pengolahan IPA diantaranya dengan PT. Tirta Cisadane dan PT. Tirta Kencana
Cahaya Mandiri. Kerjasama Air Curah merupakan kegiatan penjualan air oleh
PDAM TKR kepada mitra yaitu pengembang perumahan, perusahaan atau PDAM
lain dimana tanggung jawab PDAM TKR hanya menditribusikan air sampai
watermeter induk, sementara pendistribusian air dan pemeliharaan jaringan
perpipaan kepada para pelanggan menjadi tanggung jawab mitra. Sebagai
perusahaan daerah milik Pemerintah Kabupaten Tangerang PDAM TKR memiliki
kewajiban untuk mendukung pencapaian target RPJMD Bupati dan RPJMN
Presiden. Adapun Rencana Pengembangan SPAM berdasarkan RPJMD Bupati
yakni peningkatan cakupan sebesar 40% pada tahun 2018, dan 65% pada tahun
2023. Maka berdasarkan rencana pengembangan SPAM tersebut, PDAM TKR sejak
tahun 2013 telah melakukan beberapa langkah strategis dan investasi antara lain :
1. Optimalisasi IKK Rajeg, Mauk dan IPA Bojongrenged (bantuan dari
Kementerian PU).
2. Kerjasama/Mitra dengan PT. Aetra Air Tangerang,
3. Pengoperasian IPA Cisauk kapasitas 50 l/d,
4. Program MBR di Cisauk, Rajeg dan Mauk,
5. Peningkatan kapasitas IPA Bojongrenged Teluk Naga dari 100 lt/dt menjadi
200 lt/dt, Pengembangan Jaringan perpipaan dan Pelayanan.
6. Peningkatan IPA Solear dari 100 l/d menjadi 200 l/d, Pengembangan
Jaringan Perpipaan dan Pelayanan,
7. Peningkatan penyerapan IPA Cikokol 300 l/d,
8. Pengembangan jaringan perpipaan dan pelayanan.
Upaya pengembangan sistem pengembangan air minum yang telah ditetapkan
oleh PDAM TKR dihadapkan pada beberapa kendala atau permasalahan yang
selama ini menghambat dalam peningkatan kinerja dan cakupan pelayanan,
sehingga diperlukan adanya sinergi dari semua pihak dalam mencari solusi
memecahkan masalah tersebut. Kendala atau permasalahan yang dihadapi
antara lain:

1. Keterbatasan ketersediaan air baku hampir disebagian besar wilayah


Tangerang,
2. Ijin pengambilan air baku atau SIPPA sangat dibatasi dan sulit
diperoleh,
3. Kondisi air baku yang cenderung menurun baik secara kualitas maupun
kuantitas, baik karena pencemaran oleh limbah industri dan sampah
atau limbah domestik/rumah tangga, atau kekeringan yang sering
melanda pada musim kemarau,
4. Untuk wilayah Pantura nilai investasi SPAM sangat besar sekali
sehingga tidak sebanding dengan daya beli masyarakat yang mayoritas
merupakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
5. Kenaikan tarif air minum belum ditetapkan secara reguler.

1.4.1 Misi dan Nilai Perusahaan


Misi :
 Menyediakan kebutuhan air minum bagi masyarakat
secara berkesinambungan, melalui pelayanan prima.
 Memproduksi air minum sesuai dengan standar yang
berlaku.
 Menyelenggarakan pengelolaan air minum dengan
menerapkan teknologi yang tepat.
 Memberikan kontribusi yang optimal bagi Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
 Memberikan pelayanan air minum dengan tarif yang
terjangkau.
 Meningkatkan kualitas SDM agar mampu berkreasi dan
berinovasi secara profesional.
 Menjalankan aktivitas usaha dengan selalu menjaga
keseimbangan lingkungan.
Nilai Perusahaan :

Pada saat ini PDAM TKR melayani 3 daerah pelayanan kota/kabupaten,


yakni; Kabupaten Tangerang; Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan. Dari 145.738 sl 54% berada di Kota Tangerang, 38% berada di
Kabupaten Tangerang, dan 8%nya berada di Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan Cakupan Layanan untuk Kabupaten Tangerang saat ini baru
mencapai 32,40% dari 1.201.326 jml penduduk Kabupaten Tangerang.
Perlu dicatat mengapa jumlah sl di Kota Tangerang lebih besar, karena
sebelum ada pemekaran wilayah otonomi menjadi Kota Tangerang,
kedudukan PDAM TKR berada dilokasi saat ini. Berdasarkan data
laporan BPPSPAM Tingkat Kehilangan Air PDAM TKR adalah sebesar
13,90%. Kinerja perusahaan dalam tiga terakhir terus meningkat tidak
hanya baik dan sehat namun meningkat dalam peringkat nasional
berdasarkan penilaian Kinerja BPPSPAM. Pada tahun 2016 PDAM TKR
masih berada di peringkat 20 dengan jumlah nilai kinerja 3,78, pada
tahun 2017 naik secara signifikan menjadi peringkat 8 dengan nilai
4,01, dan pada 2018 meningkat menjadi peringkat 2 secara nasional
dengan nilai 4,23, dan pada tahun 2019 mendapat peringkat 1.
Meningkatnya peringkat kinerja PDAM TKR berdasarkan BPPSPAM
adalah hasil dari upaya yang telah dilakukan Direksi, Manajemen dan
seluruh pegawai PDAM TKR serta adanya kerjasama yang baik dengan
Mitra Usaha, baik Kerjasama Usaha maupun Kerjasama Air Curah.
Sebagai daerah penyanggah ibukota, Kabupaten Tangerang
berkembang semakin maju dengan tingkat pertumbuhan penduduk,
hunian, industri dan ekonomi yang meningkat tajam. Pelayanan air
minum pun seiring ditingkatkan. Untuk beberapa kawasan hunian
tertentu, PDAM Tirta Kerta Raharja menjalin kerjasama secara curah
dengan pengembang untuk memasok air minum.
Saat ini terhitung ada 12 perusahaan yng melakukan kerjasama secara
curah diantaranya PAM Jaya, PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang,
pengembang kawasan BSD City, Alam Sutera dan Lippo Village. Dalam
upaya mengoptimalkan produksi dan meningkatkan cakupan
pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan air minum, PDAM TKR
telah melakukan kerjasama usaha dengan pihak ketiga khususnya
dalam hal pengolahan IPA diantaranya dengan PT. Tirta Cisadane dan
PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri. Kerjasama Air Curah merupakan
kegiatan penjualan air oleh PDAM TKR kepada mitra yaitu pengembang
perumahan, perusahaan atau PDAM lain dimana tanggung jawab
PDAM TKR hanya menditribusikan air sampai watermeter induk,
sementara penditribusian air dan pemeliharaan jaringan perpipaan
kepada para pelanggan menjadi tanggung jawab mitra.

1.4.2 Fungsi organisasi


Pengertian organisasi dapat diartikan sebagai dua atau lebih orang
yang berada di dalam satu wadah yang sama dan memiliki satu
tujuan. Tujuan tersebut nantinya akan dicapai bersama dengan
anggota dari organisasi tersebut melalui kerjasama dari pihak yang
bersangkutan. Perlu pula diketahui bahwa di dalam organisasi dapat
ditemukan berbagai ilmu. Ilmu yang dimaksud tersebut adalah ilmu
yang tidak bisa didapatkan di tempat umum seperti bangku sekolah.
Setiap organisasi juga tentunya memiliki susunan atau struktur yang
dimulai dari jabatan seorang ketua organisasi. Kemudian akan diikuti
dengan wakil, sekretaris, bendahara, dan berbagai bidang lainnya
sesuai dengan kebutuhan dari organisasi tersebut. Berikut ini adalah
beberapa fungsi organisasi :
1. memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa
yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota dalam
organisasi.
2. untuk meningkatkan skill dan kemampuan dari anggota organisasi
dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan.
3. untuk memberikan pengetahuan dan mencerdaskan pada tiap
anggota organisasi.

1.4.3 Laboratorium Perusahaan


Laboratorium PDAM TKR Kab. Tangerang merupakan sub bagian produksi
yang bertanggung jawab langsung kepada kepala bagian produksi. Sub
bagian laboratorium memegang peran penting bagian produksi, karena
tugas pokonya memeriksa kualitas air dan bahan baku pengolahan air baku
yang mendukung berjalannya fungsi bagian produksi dalam melaksanakan
proses pengolahan air bersih sesuai dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan dan kuantitas sesuai kapasitas yang tersedia.
Pemeriksaan kualitas air yang dilakukan oleh Lab. PDAM TKR meliputi
pemeriksaan air baku, air bersih dan air baku. Parameter yang biasa
digunakan untuk pemeriksaan kualitas air meliputi 3 parameter, yaitu
parameter fisika (bau, rasa, warna, suhu, kekeruhan, zat padat terlarut,
dan daya hantar listrik). Parameter kimia (Aluminium, Amoniak, Besi,
Mangan, Zat organik, kesadahan total, khlorida, florida, dll), serta
parameter mikrobiologi (Total Coliform dan fecal coliform).
Pelayanan yang diberikan oleh bagian produksi khususnya sub bagian
Lab. Tidak hanya penyediaan air bersih yang sesuai standar kualitas
kesehatan saja, melainkan juga jasa pelayanan pemeriksaan sebagian air
bersih dari masyarakat dengan haraga terjangkau. Berikut ini contoh
gambar laboratorium PDAM TIRTA KERTA RAHARJA.
1.5 Struktur Organisasi
PDAM TKR Kab. Tangerang memiliki susunan struktur sesuai dengan SK Bupati
Tangerang No. 35 tahun 1999 tentang susunan dan tata kerja PDAM Tirta Kerta
Raharja Kab. Tangerang, yaitu terdiri dari 7 bab dan 77 pasal. Susunan organisasi
PDAM Kab. Tangerang terdiri dari :
1. Bupati tangerang
2. Dewan pengawas
3. Dewan direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang membawahi Direktur
Umum dan Direktur Teknik
4. Unsur pembantu Dewan Direksi, yaitu Satuan Pengawas Intern, Satuan
Pengawas Usaha Air Curah dan Peran Swasta, serta satuan penelitian dan
pengembangan
5. Unsur pelaksana perusahaan, yaitu bagian dan sub IKK, wilayah dan cabang

Berikut ini adalah gambar struktur organisasi PDAM TIRTA KERTA RAHARJA.
1.6 Denah lokasi dunia usaha
Berikut ini adalah gambar denah lokasi dunia usaha PDAM TIRTA KERTA
RAHARJA.
1.7 Metode pengumpulan data
Pada saat melakukan analisa dan penyusunan laporan ini, penulis menggunakan
satu metode pengumpulan data, yaitu :
 Secara tidak langsung
Penulis mencari data dan tinjauan pustaka untuk menyelesaikan laporan
prakerin ini. Untuk pengumpulan datanya kita menggunakan dua metode
Analisis :
o Analisis penentuan kadar khlorida secara Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang
berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag⁺.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
AgNO₃. Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag⁺ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Berikut ini adalah rumus perhitungan untuk analisa kadar
khlorida secara argentometri :
Kadar % Cl⁻ = mmol Cl⁻ x Ar Cl x 100%
Berat Sampel
Titrasi pengendapan atau argentometri adalah titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran
dan analit. Hal pertama yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah
pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu
titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Salah satu jenis titrasi
pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl⁻, I⁻, Br⁻) dengan ion perak Ag⁺. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang
berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat
AgNO₃. Metode atau cara pengerjaan argentometri di bagi empat yaitu
dengan cara mohr, cara volhard, cara vajans, dan dengan cara metode
liebig. Pada cara mohr biasanya dipakai dalam penetuan klorida dan
bromide. Cara mohr di titrasi dalam suasana netral. Cara mohr jika di titrasi
dengan dengan ion perak dan larutan indikator K₂CrO₄ yang berlebih dan
menghasilkan endapan yang kemerah-merahan. Pada metode volhard
pentitrasian dilakukan secara langsung dalam suasana asam, dimana
menggunakan ion halogen terlebih dahulu dengan ion perak yang berlebih.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan indikator Fe⁺³ dan CNS yang
berlebih yang menghasilkan larutan yang berwarna merah. Pada metode
vajans, ion halogenida dengan AgNO₃ membentuk endapan perak yang
berlebih sehingga membentuk endapan perak pada titik ekuivalen. Cara
vajans di titrasi dalam suasana netral atau sedikit basa. Pada cara ini
menggunakan indikator fluorescein. Pada metode liebig titik akhir titrasi
ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak
nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan
putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks
sianida yang stabil.
Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala
dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat
lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah :
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion
sejenis, dll.

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu
keadaan tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat
dalam larutan, maka kesimpulan yang lebihumum mengenai
pengendapan dasar larutan adalah : y Pengendapan terjadi jika Q >
Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy Larutan tepat jenuh jika Q =
Ksp (Petrucci, 1989). Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali
larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut.
Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam
tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar
untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat
berubah dengan perubahan temperature. Umumnya kenaikan
temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga
tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar.
Berikut ini beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk analisa
penentuan kadar khlorida secara Argentometri :

 Alat :
1. krus porselen 11. Hot plate
2. oven 12. Thermometer
3. neraca analitik 13. Spatula
4. buret 14. Botol Semprot
5. pipet tetes
6. water bath
7. desikator
8. beaker glass
9. gelas ukur
10. batang pengaduk
 Bahan :
1. AgCl
2. larutan AgNO₃ 0,1 N
3. K2CrO₄
4. HNO₃ 0,05 M
5. HCl 0,1 M
6. Aquadest

o Analisis Penentuan Kadar Mangan dengan metode


spektrofotometri dalam sampel air.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan
inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi. Sinar atau
cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Dalam interaksi materi dengan cahaya
atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik
kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi
absorbsi ataupun spektroskopi emisi. Pengertian spektroskopi
dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada
interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya
lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi
dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat).
Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut
sebagai sifat dualistik cahaya yaitu :
1.) Sebagai gelombang
2.) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi
penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi
sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi
absorbs. Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir)
memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara
materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang
digunakan. Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang
disebut spektrofotometer terdiri dari :
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read
out (pembaca).

Fungsi masing-masing bagian :


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer
 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hydrogen.
 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram.
 UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator.
 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
 Kepekaan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi.

Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)


 Photocell, misalnya CdS.
 Phototube
 Hantaran foto
 Dioda foto
 Detektor panas
5. Read out berfungsi sebagai suatu xsistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau


cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat
tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/Iₒ atau Iₒ/It
(perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi
(sampel). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar
terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih
banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum
lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi :
“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya)
yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu
fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai :
A = a . b . c atau A = ε . b . c
Dimana :
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan
juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur
dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm)
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit :
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).
Berikut ini beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk analisa
penentuan kadar Mangan dengan metode spektrofotometri dalam sampel
air :
 Alat :
1. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer)
2. Gelas ukur
3. Beker glass
4. Pipet mikro
5. Kuvet
6. Botol semprot
7. Pipet volume
 Bahan :
1. Larutan induk Mn 1000 ppm
2. HNO₃ pekat
3. Aquadest
4. Sampel Air
5. Sampel standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6,0 ppm
Bab ll

KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

A. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Baku


Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum.
Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan
pengolahan air bersih. Berdasarkan SNI 6774:2008 tentang spesifikasi unit paket
instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang tata cara perencanaan unit
paket instalasi pengolahan air pada bagian istilah dan definisi yang disebut dengan
air baku yaitu air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan
atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum (sumber: S Novita, USU). Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau,
sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air
buangan atau air laut. Sumber air yang layak harus berdasarkan ketentuan berikut:
Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan.
a. Kondisi iklim.
b. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake.
c. Tingkat kesalamatan operator.
d. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA.
e. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang.
f. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang.

Dalam jumlah air yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang dikumpulkan
dengan cara rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai sebuah sumber air.
Dimana kualitas sumber air bawah tanah secara umum sangat baik bagi air
permukaan dan di beberapa tempat yang memiliki musim dingin yang bisa
memanfaatkan salju sebagai sumber air. Hal ini adalah menghemat biaya
operasional dan pemeliharaan karena secara umum kualitas air bawah tanah
sangat baik sebagai air baku.

2.2 Air Minum


Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No. 492/2010 Pasal 3, “Air minum aman bagi kesehatan apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat
dalam parameter wajib dan tambahan”. Persyaratan fisika, yaitu :
a. Tidak berbau.
b. Jumlah zat padat yang terlarut, kurang dari 500 mg/L.
c. Kekeruhan, kurang dari 5 skala NTU.
d. Tidak berasa.
e. Suhu 0ᵒC, suhu udara ± 3ºC.
f. Tidak berwarna, kurang dari 15 skala NCU.
Persyaratan kimia, yaitu :
a.) pH 6,5 - 8,5.
b.) Kadar kimia anorganik dan kimia organik, sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan no. 492/2010 (terlampir).

Persyaratan mikrobiologi, yaitu :

a) Koliform tinja (E. Coli), 0 per 100ml.

b) Total koliform, 0 per 100ml.

Persyaratan radioaktif, yaitu:

a. Aktifitas alpha, kurang dari 0,1 Bg/L.

b. Aktifitas beta, kurang dari 1,0 Bg/L.

2.3 Syarat penyediaan air minum


Sistem penyedian air minum harus memenuhi beberapa persyaratan utama.
Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan
persyaratan kontinuitas (Sinulingga, 2013).
a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
minum. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia,
persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut
berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa
persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :
1. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara
atau kurang lebih 25ᵒC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas
yang diperbolehkan adalah 25ᵒC ± 3ᵒC.
2. Syarat-syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam
jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara
lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO₂ agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng
(Zn),chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
1.) Syarat-syarat Bakteriologis dan Mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik
yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini
ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam
air.
2.) Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air minum tidak
boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
b. Persyaratan Kuantitatif (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air bakuyang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari
standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah
kebutuhan air bersih.
c. Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun
musim hujan. Kontinuitas juga dapatdiartikan bahwa air bersih harus tersedia
24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan
tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi padasetiap wilayah
di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air
dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap
prioritas pemakaian air. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjaudari dua
aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen
memerlukanair untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak
ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena
itu, diperlukan reservoir pelayanan danfasilitas energi yang siap setiap
saat.Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan
aliran tertentu.Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 – 1,2 m/dt.
Ukuran pipa harus tidak melebihidimensi yang diperlukan dan juga tekanan
dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat
ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan
minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.
2.4 Parameter kualitas air minum
Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui Permenkes RI
nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum, meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.
Terdapat 2 parameter kualitas air minum, yaitu sebagai berikut.
1. Parameter wajib yaitu :
a.) Parameter mikrobiologi
b.) Parameter kimia anorganik
2. Parameter yang tidak wajib yaitu :
a.) Parameter fisik
b.)Parameter kimiawi

Tabel 2.1 Parameter pada persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes RI nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.

N0. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang


diperbolehkan
1. parameter wajib
a. Parameter mikrobiologi
1.) E. Coli Jumlah per 100 ml 0
2.) Total bakteri koliform sampel 0
Jumlah per 100 ml
sampel
b. Kimia anorganik
1.) Arsen mg/l 0,01
2.) Fluoride mg/l 1,5
3.) Total kromium mg/l 0,05
4.) Cadmium mg/l 0,003
5.) Nitrit mg/l 3
6.) Nitrat mg/l 50
7.) Sianida mg/l 0,07
8.) Selenium mg/l 0,01
2. parameter yang tidak wajib
a. Fisik
1.) Bau
2.) Warna TCU
3.) TDS Mg/l
4.) Kekeruhan NTU
5.) Rasa
6.) Suhu ᵒC
b. Kimiawi
1.) Alumunium mg/l 0,2
2.) Besi mg/l 0,3
3.) Kesadahan mg/l 500
4.) Khlorida mg/l 250
5.) Mangan mg/l 0,4
6.) Ph 6,5 – 8,5
7.) Seng mg/l 3
8.) Sulfat mg/l 250
9.) Tembaga mg/l 2
10.) Ammonia mg/l 1,5

Berikut ini kita akan membahas tentang pentingnya penentuan parameter-parameter kimia di
dalam air minum dan metode-metode yang direkomendasikan untuk penentuan kadar
parameter-parameter kimia tersebut.

1. Bau dan Rasa


Untuk mengetahui bau dan rasa, penentuan dapat dilakukan dengan metode
organoleptik. Uji organoleptik atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penentuan
kualitas. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran
mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
2. Warna
Warna pada air minum akan memberikan kesan visual yang baik bagi konsumen. Warna
dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri dan turbidimeter.
3. TDS
TDS akan memberikan warna pada air minum dan mengganggu pencernaan. TDS dapat
ditentukan dengan mengggunakan konduktivitas meter dengan probenya.
4. Kekeruhan
Kekeruhan akan memberikan warna pada air minum dan berpotensi mengganggu
pencernaan. Kekeruhan dapat ditentukan dengan menggunakan turbidimeter.
5. Arsenik
Kehadiran arsenik dalam air ini tidak berwarna dan tidak berasa. Dalam jangka pendek,
komsumsi arsen berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan percernaan, mati
rasa pada tangan dan kaki, kelumpuhan parsial, dan kebutaan. Dalam jangka panjang,
kadar arsen yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kanker paru-paru, kandung kemih,
dan ginjal. Kadar arsenik dapat ditentukan menggunakan metode AAS.
6. Fluorida
Fluorida yang berlebihan dalam tubuh dapat merusak jaringan tulang, sehingga tulang
mudah keropos, patah, bahkan hancur. Kadar fluorida ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer.
7. Kadmium
Dalam jangka pendek, komsumsi kadmium berlebihan dapat menyebabkan mual,
muntah, diare, produksi air liur yang berlebihan, kejang-kejang, dan gagal ginjal. Untuk
jangka panjang, kadmium menimbulkan kerusakan fatal pada dara, ginjal, hati, dan
tulang. Kandungan kadmium dalam air ditentukan dengan metode AAS.
8. Nitrat / Nitrit
Dalam jangka pendek, terutama pada bayi, kadar nitrat/nitrit yang berlebihan sangat
berbahaya. Gangguan serius pada bayi ini terjadi karena konversi nitrat menjadi nitrit
pada tubuh sang bayi yang mengganggu distribusi oksigen dalam darah. Ini akan langsung
menjadi akut dalam sekejap dalam sehari. Gejala mencakup sesak napas dan kebiru-
biruaan pada kulit. Dalam jangka panjang, nitrat dan nitrit menyebabkan potensi efek
seumur hidup, seperti diuresis, peningkatan penyimpanan tepung, dan pendarahan pada
limfa. Kadar Nitrat dapat ditentukan dengan metode ISE Probe. Untuk kadar nitrit dapat
ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri. Alternatif lain yang mungkin
dapat digunakan adalah test strip.
9. Sianida
Dalam jangka pendek, komsumsi sianida berlebihan dapat menyebabkan napas cepat
dan tremor (gemetar parah). Untuk jangka panjang. Kadar sianida yang berlebihan dapat
menyebabkan kehilangan berat badan, kerusakan tiroid, dan kerusakan saraf. Penentuan
kadar sianida lebih disarankan dengan menggunakan distilasi. Metode alternatif yang
mungkin dapat digunakan adalah metode spektrofotometri.
10. Selenium
Dalam jangka pendek, kelebihan selenium dalam tubuh menyebabkan kerontokan
rambut, kehilangan kuku, kelelahan dan emosi labil. Dalam jangka panjang, penumpukan
selenium dapat menyebabkan kerusakan, ginjal, hati, saraf, dan peredaran darah.
Penentuan kadar selenium ditentukan dengan metode AAS.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang pentingnya penentuan parameter-parameter
fisika di dalam air minum dan metode-metode yang direkomendasikan untuk penentuan
kadar parameter-parameter fisika
tersebut.
11. Besi
Kadar besi dalam tubuh yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit hemakromatosis,
yaitu tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak besi yang dapat menyebabkan
gagal jantung, hati, dan pankreas. Selain itu, besi dapat memicu pertumbuhan bakteri
yang dapat menyebabkan lendir pada sistem perpipaan, sehingga menyumbat sistem
perpipaan. Selain itu, kadar besi yang berlebihan menimbulkan bau pada air minum dan
memberikan warna kekuning-kuningan sehingga membuat penampilan air menjadi
kurang baik. Kandungan besi dapat diukur dengan menggunakan AAS dengan metode
spektrofotometri.
12. Kesadahan
Sebenarnya kesadahan tidak memiliki keluhan secara langsung dalam komsumsi air
minum, namun kesadahan dapat menyebabkan scaling sehingga diameter pipa menjadi
kecil dan selanjutnya mengakibatkan distribusi airpun menjadi kecil. Kadar kesadahan
dapat ditentukan dengan metode titrasi.
13. Khlorida
Khlorida ini adalah senyawa halogen klor. Tingkat toksisitasnya tergantung pada gugus
senyawanya. Seperti NaCl tidak beracun, berbeda dengan karboksil klorida sangat
beracun. Di Indonesia, klor digunakan sebagai disinfektan dalam penyediaan air minum.
Dalam jumlah banyak, klor dapat menyebabkan korosi pada sistem perpipaan
penyediaan air panas. Sebagai disinfektan, sisa klor dalam penyediaan air sengaja
dipertahankan pada konsentrasi 1mg/L untuk mencegah terjadinya rekontaminasi oleh
mikroorganisme, tetapi klor ini dapat terikat dengan senyawa organik yang bersifat
karsinogenik, sehingga akan lebih baik jika penggunaan klor sebagai disinfektan
dihindari.Kadar klorida dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrametri.
14. Mangan
Mangan bersifat racun yang dapat menyerang saraf sehingga menyebabkan sindrom
Parkinson pada orang lanjut usia. Mangan yang berlebih memberikan warna kehitaman
pada air minum. Sedangkan, sama halnya dengan besi, mangan juga dapat memacu
pertumbuhan bakteri yang menimbulkan lender pada perpipaan. Kadar mangan dapat
ditentukan dengan dengan metode AAS atau spektrofotometri.
15. PH
Selain mempengaruhi rasa dalam air, pH juga mengidentifikasi kehadiran dari senyawa
kimia dan mikroba tertentu. Penentuan pH dapat menggunakan pH meter.
16. Seng
Kadar seng yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan dengan gejala demam,
pusing, mual, diare dan kelelahan.Penentuan kandungan seng dalam air lebih disarankan
dengan menggunakan metode AAS, namun metode spektrofotometri juga dapat menjadi
alternatif yang disarankan.
17. Sulfat
Kadar sulfat berlebihan yang dikomsumsi dalam tubuh dapat menyebakan diare akut.
Penentuan kadar sulfat dilakukan dengan metode spektrofotometri.
18. Tembaga
Untuk jangka pendek, kadar tembaga yang berlebihan menyebabkan gangguan
pencernaan seperti mual dan muntah. Untuk jangka panjang, kadar tembaga yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.Penentuan kandungan
tembaga lebih disarankan dengan menggunakan metode AAS, namun metode
spektrofotometri juga dapat menjadi alternatif yang disarankan.
19. Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar
manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer
pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi
pada jaringan tubuh laindi luar usus. Jenis Escherichia coli terdiri dari 2 species yaitu:
Escherichia coli dan Escherichia hermanis (Anonim, 1991). Escherichia coli sebagai salah
satu contoh terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan
makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli mula-mula di isolasi oleh
Escherich (1885) dari tinja bayi. Sejak diketahui bahwa jasad tersebut tersebar pada
semua individu, maka analisis bakteriologi air minumditujukan pada semua individu,
maka analisis bakteriologi air minum ditujukan kepada kehadiran jasad tersebut
(Suriawiria, 1996).

1.5 Sistem pengolahan air minum IPA Cikokol


Pada umumnya instalasi Pengolahan Air Minum merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi serta
dilengkapi dengan pengontrolan proses juga instrument pengukuran yang dibutuhkan. Instalasi
ini harus didesain untuk menghasilkan air yang layak dikonsumsi masyarakat bagaimanapun
kondisi cuaca dan lingkungan. Selain itu, sistem dan sub sistem dalam instalasi yang akan
didesain harus sederhana, efektif, dapat diandalkan, tahan lama, dan murah dalam pembiayaan.
Tujuan dari sistem pengolahan air minum yaitu untuk mengolah sumber air baku menjadi air
minum yang sesuai dengan standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Tingkat pengolahan air
minum ini tergantung pada karakteristik sumber air baku yang digunakan. Sumber air baku
berasal dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan cenderung memiliki tingkat kekeruhan
yang cukup tinggi dan adanya kemungkinan kontaminasi oleh mikroba yang lebih besar. Untuk
pengolahan sumber air baku yang berasal dari air permukaan ini, unit filtrasi hampir selalu
diperlukan. Sedangkan air tanah memiliki kecenderungan untuk tidak terkontaminasi dan
adanya padatan tersuspensi yang lebih sedikit. Akan tetapi, gas terlarut yang ada pada air tanah
ini harus dihilangkan, demikian juga kesadahannya (ion-ion kalsium dan magnesium). Eksplorasi
air tanah secara besar-besaran sebagai sumber air baku tidak memungkinkan lagi
karena selain air tanah dangkal telah banyak terpakai, pemakaian air tanah dalam akan
menimbulkan ruang kosong didalam tanah. Ruang kosong ini akan sangat rentan
terhadap goyangan lempeng bumi yang akan mengakibatkan kelongsoran. Dengan
pertimbangan tersebut, eksplorasi air ditekankan pada peningkatan eksplorasi air
permukaan dari sungai-sungai yang ada. Secara umum, proses pengolahan air minum
dengan sumber air baku yang berasal dari air permukaan dapat digambarkan sebagai
berikut :

Intake

prasedimertasi

koagulasi alum

flokulasi

Pengolahan
Sedimentasi
lumpur

Filtrasi Ke badan air

Desinfeksi Kaporit

Kapur

Reservoir

Gambar skema pengolahan air minum


1.6 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang
menggunakan dasar interaksi energy dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panajang gelombang
maksimum yang memberikan absorbansi maksimum. Salah satu prinsip kerja
spektrofotometri didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh spese kimia
tertentu didaerah ultra violet dan sinar tampak (visible). Pada spektrofotometer, yang
penting untuk diperhatikan ialah perbedaan antara spektrofotometer sinar tunggal dan
spektrofotometer sinar ganda. Spektrofotometer sinar tunggal biasanya dipakai untuk
kawasan spectrum Ultra ungu dan cahaya yang terlihat. Spektrofotometer sinar ganda
dapat dipergunakan baik dalam kawasan ultra ungu dan cahaya yang terlihat maupun
dalam kawasan infra merah. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah
bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca
langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik
yang sudah diregresikan. Secara sederhana instrument spektrofotometeri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :
Sumber cahaya – monokromatis – sel sampel – detector- read out.

Fungsi masing-masing bagian :


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monokromatis.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu
Detektor foto (Photo detector), Photocell, misalnya CdS, Phototube,
Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas.
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detector. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
a. Pada saat pengenceran alat, alat pengenceran harus betul-betul
bersih tanpa adanya zat pengotor.
b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril.
c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan.
d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan
tidak keruh.
e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus
berwarna.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya


yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak
dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/Iₒ atau Iₒ/It (perbandingan
cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel).
Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari
gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang
atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya


yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan
hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi : “jumlah radiasi
cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap
atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya
cahaya yang dihamburkan :

T = It/Iₒ atau % T = It /Iₒ x 100 % . Dan absorbansi dinyatakan dengan


rumus :

A = -log T = T = -log It/Iₒ

Dimana Iₒ merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I₁ adalah


intensitas cahaya setelah melewati sampel. Spektrofotometer modern
dikalibrasi secara langsung dalam satuan absorbansi. (Dalam beberapa
buku lama log I0/I disebut densitas optik dan I digunakan sebagai ganti
simbol P). Perbandingan I/I0 disebut transmitans (T), dan beberapa
instrumen disajikan dalam % transmitans, (I/Iₒ) x 100. Sehingga
hubungan absorbansi dan transmitans dapat ditulis sebagai:
𝑨 = − 𝐥𝐨g T

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila


peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut :

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak
terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau
suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi.

1.7 Titrimetri
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Dalam setiap metode titrimetri selalu
terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran.
Reaksi dasar antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan persamaan
umum berikut ini :
Analit + Titran Hasil reaksi
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi
kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi
yang kuantitatif/stokiometrik.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan. Penggolongan analisis
titrimetri ini, berdasarkan ;
1.) Reaksi Kimia :
o Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan
ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya. Berdasarkan
sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan
larutan baku asam. Contoh : HCl, H₂SO₄
2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan
larutan baku basa. Contoh : NaOH, KOH.
o Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Reaksi redoks adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat
sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai
reduktor dan sebaliknya. Berdasarkan larutan bakunya, titrasi
dibagi atas :
1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana
larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
 Permanganometri, larutan bakunya : KMnO₄
 Dikromatometri, larutan bakunya : K₂Cr₂O₇
 Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO₄)₂, Ce(NH₄)₂SO₄
 Iodimetri, larutan bakunya : I₂
2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku
yang digunakan bersifat sebagai reduktor. yang termasuk
titrasi reduksimetri adalah : Iodometri, larutan bakunya :
Na₂S₂O₃ . 5H₂O

o Reaksi Pengendapan (presipitasi)


Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang
menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak
terionisasi. Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO₃
2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO₃)₂ atau logam
raksa itu sendiri.
o Reaksi pembentukan kompleks
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar
ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan
bakunya : EDTA
2.) Berdasarkan cara titrasi :
 Titrasi langsung
 Titrasi tidak langsung
 Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
3.) Berdasarkan jumlah sampel
 Titrasi makro :
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 ml
Ketelitian buret : 0,02 ml
 Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml
 Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml

2. Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat
dan teliti. Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku
dinamakan senyawa baku. Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan
untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan
baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil
penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.
Contohnya : H₂C₂O₄.2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃,
K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
 Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya
oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian
digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan
natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Berikut ini
adalah tabel dari larutan baku primer dan baku sekunder.

No. Larutan baku Baku primer


1. NaOH H2C2O4(asam oksalat), C6H5COOH (asam benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (natrium tetrabonat), Na2CO3 (natrium
karbonat)
3. KMnO₄ H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (natrium tiosulfat)
5. Serium (IV) sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO₃ NaCl, NH4CNS
7. Na₂S₂O₃ K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa

3. Kenormalan Larutan
adalah jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan
ekuivalen dan bobot ekuivalen besarnya ditentukan oleh reaksi yang
terjadi, meskipun ada hubungannya dengan mol, Mr atau Ar.

4. Teori Dasar Titrasi Asam – Basa


1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius
 Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan
dapat menghasilkan ion H⁺.
 Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat
menghasilkan ion OH⁻.
2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry
 Asam adalah pemberi/ donor proton.
 Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori Asam – Basa menurut Lewis
 Asam adalah pemberi pasangan elektron.
 Basa adalah penerima pasangan elektron.
5. Indikator dalam Titrasi Asam – Basa
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator
asam – basa.

No. Nama indikator Warna Trayek PH


Asam Basa
1. Metil kuning Merah kuning jingga 2,9 – 4,0
2. Metil jingga Merah jingga kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo fenol blue Kuning ungu 3,0 – 4,6
4. Metil merah Merah kuning 4,2 – 6,2
5. Fenol merah Kuning merah 6,4 – 8,0
6. Timol blue Kuning biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphthalein Tidak berwarna merah ungu 8,0 – 9,8

6. Bobot Ekuivalen
BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara
dengan ion OH⁻ atau ion H⁺. Contoh :
 HCl H⁺ + Cl⁻
1 mol HCl setara dengan 1 mol H⁺
BE HCl = 1 mol
 H₂SO₄ 2H⁺ + SO₄²⁻
1 mol H₂SO₄ setara dengan 2 mol H⁺
½ mol H₂SO₄ setara dengan 1 mol H⁺
BE H₂SO₄ = ½ mol.
BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN DI LABORATORIUM

3.2 Parameter yang di uji coba


Berikut ini adalah parameter yang digunakan untuk uji coba kadar
khlorida secara argentometri dan kadar mangan secara
spektrofotometri :
1. Nilai keasaman (PH) dan alkalinitas
Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral,
berkisar antara 6 hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar
memiliki pH sangat asam atau pH cenderung basa, tergantung
dari jenis limbah dan komponen pencemarnya.
2. BOD/COD
BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup di
dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-
bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya
mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut. COD
(Chemical Oxygen Demand), merupakan uji yang lebih cepat
daripada uji BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia
tertentu untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan oksidan (misalnya kalium dikromat) untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air.
3. Suhu
Kenaikan suhu tersebut akan mengakibatkan menurunnya
oksigen terlarut di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi
kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya.
Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali ditandai dengan
munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan
untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga kembali
pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan
kematian ikan dan hewan lainnya.

4. Warna, rasa dan bau


Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan
petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air
seringkali dihubungkan dengan bau air. bau air dapat
disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, panggang,
plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup
maupun mati.
5. Jumlah padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran
partikel dan sifat-sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi
padatan terendap (sediman), padatan tersuspensi dan
padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari
partikel-partikel yang berukuran relatif besar berat sehingga
dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersuspensi
adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan
tersuspesni berukuran lebih kecil dan lebih ringan daripada
padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari
senyawasenyawa anorganik dan organik yang larut dalam air
seperti gula dan garam-garam mineral hasil buangan industri
kimia. Kehadiran mikroba pencemar Air merupakan habitat
berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa dan bakteri.
Dari sekian banyak mikroba yang bersifat patogen atau
merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat
tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut
berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas
lainnya.
A. Metodologi praktikum
B. Pengambilan sampel
C. Penentuan kadar khlorida secara Argentometri
 Alat :
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Labu ukur
4. Gelas ukur
5. Pipet volume
6. Pipet ukur
7. Beaker glass
8. Spatula
9. alat pengukur pH
10. pengaduk magnet
11. Corong gelas
12. Pemanas listrik
13. Neraca analitik
14. Kaca arloji
15. Botol timbang
16. Oven
17. botol semprot
18. desikator.
 Bahan :
1. Air suling bebas klorida
2. larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141 N;
3. kertas saring bebas klorida berukuran pori 0,45 µm
4. larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5%
5. larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N
6. suspensi ammonium hidroksida
7. indikator phenolphthalein
8. larutan natrium hidroksida (NaOH) 1N
9. larutan asam sulfat (H2SO4) 1N
10. hidrogen peroksida (H2O2) 30%.
 Prosedur kerja :
7. Persiapan contoh uji
1. Sediakan contoh uji
2. Gunakan volume contoh uji air maksimum 100 mL atau jumlah yang
sesuai dandiencerkan hingga volume 100 mL.
3. Jika contoh uji air berwarna pekat, tambahkan 3 mL suspensi
Al(OH)3, lalu aduk, biarkan mengendap kemudian di saring.
4. Jika contoh uji air mengandung sulfida, sulfit atau tiosulfat,
tambahkan 1 mL H2O2 30% dan aduk selama 1 menit.
5. Apabila contoh uji keruh, saring dengan kertas saring berukuran pori
0,45 µm.
6. Jika pH tidak pada kisaran 7 sampai dengan 10, atur dengan
menambahkan larutan NaOH 1N atau H2SO4 1N.
8. Persiapan pengujian
Pembakuan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,0141 N.
a) Pipet 25 mL larutan NaCl 0,0141 N, masukkan ke dalam labu
erlenmeyer 100 mL. Buatlarutan blanko menggunakan 25 mL air
suling.
b) Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk.
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah
kecoklatan.
d) Catat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk contoh uji (A
mL) dan blanko (B mL).
e) Lakukan pengukuran duplo. Bila standar deviasi (SD) kadar klorida
secara duplo lebih besar dari 5%, maka dilakukan titrasi yang ketiga.
f) Catat volume AgNO3 yang digunakan, kemudian dirata-ratakan.
g) Hitung normalitas larutan baku AgNO3.
9. Analisa kadar khlorida
1) Gunakan 100 ml contoh uji air secara duplo, lalu masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Buat larutan blanko.
2) Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5%.
3) Kemudian Titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna
merah kecoklatan dari Ag2CrO4.
4) Kemudian catat volume AgNO3 yang digunakan.
5) Lakukan titrasi blanko, seperti langkah sebelumnya sampai dengan
terhadap 100 mL airsuling bebas klorida (titrasi larutan blanko
biasanya memerlukan 0,2 mL sampai dengan 0,3 mL larutan baku
AgNO3)
6) Ulangi titrasi tersebut tiga kali (dengan titik akhir titrasi yang
konsisten), rata-ratakan volume AgNO3 yang diperoleh.
D. Penentuan kadar mangan secara spektrofotometri
 Alat :
1. Alat spektrofotometer searapan atom (SSA)
2. Lampu katoda berongga (Holllow Cathode Lamp) mangan
3. Beaker glass
4. Pipet volume
5. Labu ukur
6. Erlenmeyer
7. Corong gelas
8. Kaca arloji
9. Pemanas listrik
10. Seperangkat alat saring vakum
11. Saringan membran dengan ukuran 0,45 µm
12. Neraca analitik
13. Spatula
14. Labu semprot
15. Gelas ukur
 Bahan :
1. Air bebas mineral
2. Asama Nitrat (HNO3) pekat p.a
3. Logam Mangan (Mn) dengan kemurnian minimum 99,0%
4. Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi
5. Larutan pengencer HNO3 0,05 M
6. Larutan pencuci HNO 5%
7. Larutan kalsium
8. Udara tekan
9. Tissue
 Prosedur kerja :
10. Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera di uji, maka contoh uji diawetkan sesuai
petunjuk dibawah ini :
 Wadah : botol plastik (polyethylene) atau botol gelas
 Pengawet :
a.) untuk logam terlarut, saring dengan saringan membrane
berpori 0,45 µm dan diasamkan dengan HNO3 hingga PH < 2
b.) untuk logam total, asamkan dengan HNO3 hingga PH < 2
 Lama penyimpanan : 6 bulan
 Kondisi penyimpanan : suhu ruang
11. Persiapan contoh uji mangan terlarut
1) Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran
berpori 0,45 µm dan diawetkan.
2) Kemudian contoh uji siap diukur
12. Persiapan contoh uji mangan total
1) Homogenkan contoh uji, lalu dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml atau erlenmeyer 100 ml.
2) Tambahkan HNO3 pekat, bila menggunakan beaker glass, tutup
dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong
sebagai penutup.
3) Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 ml – 20 ml.
4) Setelah itu jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka
tambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat.
5) Kemudian tutup beaker glass dengan kaca arloji atau tutup
erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih).
6) Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang
terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih
atau contoh uji menjadi jernih.
7) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam beaker glass.
8) Setelah itu pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 ml (saring
bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda
tera dan dihomogenkan.
9) Kemudian contoh uji siap di ukur serapannya.
13. Pembuatan larutan induk logam mangan 100 mg Mn/L
1) Timbang ± 0,100 gram logam mangan, lalu masukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml.
2) Kemudian tambahkan campuran 10 ml HCl pekat dan 1 ml HNO3
pekat hingga larut.
3) Tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, lalu
homogenkan.
4) Setelah itu hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil
penimbangan.
14. Pembuatan larutan baku logam mangan 10 mg Mn/L
1) Pipet 10 ml larutan standar mangan 100 mg Mn/L, lalu masukkan
ke dalam labu ukur 100 ml.
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
homogenkan.
15. Pembuatan larutan kerja logam mangan (Mn)
1) Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga)
kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang
pengukuran.
16. Pembuatan kurva kalibrasi
1) Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat untuk pengukuran mangan.
2) Aspirasikan larutan blanko ke dalam alat SSA-nyala, kemudian atur
serapan hingga nol.
3) Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur
serapannya pada panjang gelombang yang kita inginkan, kemudian
catat.
4) Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan
pengencer.
5) Kemudian buat kurva kalibrasi dari data langkah sebelumnya dan
tentukan persamaan garis lurusnya.
6) Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995, maka periksa
kondisi alat dan ulangi langkah kedua sampai dengan langkah
ketiga hingga diperoleh nilai koefisien r > 0,995.
17. Pengukuran contoh uji
1.) Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya
pada panjang gelombang yang kita inginkan. Bila diperlukan,
lakukan pengenceran.
2.) Kemudian catat hasil pengukuran.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS
A. Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis terhadap air baku dan air minum yang berasal dari IPA – IPA
PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang serta yang berasal dari pelanggan
eksternal (yang tidak berlangganan air dari PDAM) kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dan peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010, diperoleh hasil
sebagai berikut :
 Hasil Analisis pada parameter Mangan
Berikut ini merupakan hasil analisis sampel air untuk parameter Mangan pada
bulan juli :
Tabel 1. Hasil analisa parameter Mangan

No. Nomor Sampel Jenis Air Volume sampel (ml) C (mg/L)


1. 7/Lab-Eks/VII/13 Air minum 10 0,360
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 Air baku 10 0,083
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 10 0,350
4. 26/Lab-Eks/VII/13 Air minum 10 0,128
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 10 0,019
6. 44/Lab-Eks/VII/13 Air minum 10 0,445
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 Air baku 10 0,311
8. - Air bersih 10 0,378
9. 60/Lab-Eks/VII/13 Air bersih 10 0,069
10. - Air bersih 10 0,214
11. 78/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 10 0,207
12. 85/Lab.Eks/VII/13 Air minum 10 0,214

Hasil dari pengujian tersebut, kemudian dilakukan verifikasi metode dengan menggunakan :

a) Uji presisi (RPD (Relative Percent Different)


b) Uji akurasi :
 Uji blanko
 Uji CRM (Certified Reference Material)
 Recovery (Temu balik)
Hasil verifikasi metode tersebut yaitu sebagai berikut :

a) Uji presisi
Berikut merupakan hasil uji presisi untuk parameter mangan pada bulan juli :
Tabel 2. Hasil Uji Presisi (RPD)

No. Nomor Sampel Volume sampel C₁ C₂ %RPD


(ml)
1. 7/Lab-Eks/VII/13 10 0,360 0,370 2,74
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 10 0,083 0,086 3,55
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 10 0,350 0,359 2,54
4. 26/Lab-Eks/VII/13 10 0,128 0,120 6,45
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 10 0,019 0,020 5,13
6. 44/Lab-Eks/VII/13 10 0,445 0,441 0,90
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 10 0,311 0,316 1,60
8. - 10 0,378 0,381 0,79
9. 60/Lab-Eks/VII/13 10 0,069 0,071 2,85
10. - 10 0,214 0,214 0,00
11. 78/Lab.Eks/VII/13 10 0,207 0,210 1,44
12. 85/Lab.Eks/VII/13 10 0,214 0,216 0,93

b) Uji blanko
(Terlampir)
c) Uji CRM
(Terlampir)
d) Recovery
Berikut ini merupakan hasil Recovery parameter mangan pada bulan juli :
Tabel 3. Hasil Recovery

No. Nomor Sampel Vs+spike (ml) C₁ Ch %R


1. 7/Lab-Eks/VII/13 10 0,658 0,605 91,95
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 10 0,183 0,152 83,06
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 10 0,647 0,511 78,98
4. 26/Lab-Eks/VII/13 10 0,321 0,283 88,16
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 10 0,039 0,038 97,44
6. 44/Lab-Eks/VII/13 10 0,456 0,451 98,9
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 10 0,319 0,316 99,06
8. - 10 0,394 0,398 101,02
9. 60/Lab-Eks/VII/13 10 0,169 0,139 82,25
10. - 10 0,227 0,22 96,92
11. 78/Lab.Eks/VII/13 10 0,219 0,222 101,37
12. 85/Lab.Eks/VII/13 10 0,224 0,22 98,21
 Hasil analisis pada parameter khlorida
Berikut ini merupakan hasil analisis sampel air untuk parameter khlorida pada bulan
juli :
Tabel 4. Hasil Analisa Parameter Khlorida

No. Nomor Sampel Jenis Air Volume Sampel C (mg/L)


1. 3/Lab-Eks/VII/13 Air minum 50 11,61
2. 2/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 50 7,74
3. 11/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 50 13,55
4. 21/Lab-Eks/VII/13 Air minum 50 9,68
5. 21/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 50 17,42
6. 42/Lab-Eks/VII/13 Air minum 50 13,55
7. 29/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 50 24,19
8. 56/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 50 16,45
9. - Air bersih 50 11,61
10. 68/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 50 14,52
11. 75/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 50 16,45
12. 85/Lab-Eks/VII/13 Air minum 50 15,48

Hasil dari pengujian tersebut, kemudian dilakukan verifikasi metode dengan


menggunakan :
a.) Uji Presisi (RPD (Relatif Percent Different)
b.) Uji Akurasi
 Uji blanko
 Uji CRM (Certified Reference Material)
 Recovery (Temu balik)
Hasil verifikasi metode tersebut yaitu sebagai berikut :

a.) Uji Presisi


Berikut merupakan hasil uji presisi untuk parameter khlorida pada bulan juli :
Tabel 5. Hasil Uji Presisi (RPD)

No. Nomor Sampel Volume sampel (ml) C₁ C₂ %RPD


1. 3/Lab-Eks/VII/13 50 11,61 11,13 5,10
2. 2/AM/Lab-Int/VII/13 50 7,74 7,74 0,00
3. 11/AM/Lab-Int/VII/13 50 13,55 14,52 8,00
4. 21/Lab-Eks/VII/13 50 9,68 10,16 6,14
5. 21/AM/Lab-Int/VII/13 50 17,42 16,45 6,40
6. 42/Lab-Eks/VII/13 50 13,55 13,55 0,00
7. 29/AM/Lab-Int/VII/13 50 24,19 24,19 0,00
8. 56/Lab.Eks/VII/13 50 16,45 16,45 0,00
9. - 50 11,61 10,65 8,60
10. 68/Lab.Eks/VII/13 50 14,52 14,52 0,00
11. 75/Lab.Eks/VII/13 50 16,45 15,97 2,96
12. 85/Lab-Eks/VII/13 50 15,48 16,45 6,01

b.) Uji Blanko


(Terlampir)
c.) Uji CRM
(Terlampir)
d.) Recovery
Berikut ini merupakan hasil recovery parameter khlorida pada bulan juli :
Tabel 6. Hasil Recovery

No. Nomor sampel Vs+spike (ml) C₁ Ch %R


1. 3/Lab-Eks/VII/13 50 21,69 20,32 93,68
2. 2/AM/Lab-Int/VII/13 50 11,91 10,65 89,42
3. 11/AM/Lab-Int/VII/13 50 24,29 20,32 83,66
4. 21/Lab-Eks/VII/13 50 15,02 14,52 96,67
5. 21/AM/Lab-Int/VII/13 50 26,13 25,17 96,33
6. 42/Lab-Eks/VII/13 50 24,68 24,68 100,00
7. 29/AM/Lab-Int/VII/13 50 22,26 21,91 98,43
8. 56/Lab.Eks/VII/13 50 14,49 14,52 100,21
9. - 50 11,32 11,61 102,56
10. 68/Lab.Eks/VII/13 50 14,52 14,51 99,93
11. 75/Lab.Eks/VII/13 50 24,68 24,20 98,06
12. 85/Lab-Eks/VII/13 50 15,97 15,16 94,93
A. Pembahasan
 Pembahasan untuk analisis pada Parameter Mangan
Berdasarkan hasil analisis pada sampel air kemudian dibandingkan dengan
standar yang digunakan, maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 7. pengujian dibandingkan dengan standar yang diperbolehkan

No Nomor sampel Jenis Air C.sampel Standar Keterangan


. (mg/L) (mg/L)
1. 7/Lab-Eks/VII/13 Air minum 0,360 0,400 Memenuhi
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 Air baku 0,083 0,500 Memenuhi
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 0,350 0,400 Memenuhi
4. 26/Lab-Eks/VII/13 Air minum 0,128 0,400 Memenuhi
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 0,019 0,400 Memenuhi
6. 44/Lab-Eks/VII/13 Air minum 0,445 0,400 Tidak
Memenuhi
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 Air baku 0,311 0,500 Memenuhi
8. - Air bersih 0,378 0,400 Memenuhi
9. 60/Lab-Eks/VII/13 Air bersih 0,069 0,400 Memenuhi
10. - Air bersih 0,214 0,400 Memenuhi
11. 78/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 0,207 0,400 Memenuhi
12. 85/Lab.Eks/VII/13 Air minum 0,214 0,400 Memenuhi

Berdasarkan data tersebut, Sembilan sampel masih memenuhi persyaratan


untuk digunakan sebagai air minum, sedangkan satu sampel lagi tidak
memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air minum. Satu sampel ini
berasal dari pelanggan eksternal yaitu warga yang tidak berlangganan air dari
PDAM.
Untuk air baku masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan standar maksimal yang
diperbolehkan yaitu sebesar 0,400 mg/L.
Untuk air minum hasil pengolahan di IPA – IPA PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, kadar mangan yang terkandung masih dibawah standar
yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 dengan standar maksimal yang diperbolehkan
yaitu sebesar 0,400 mg/L.
Berdasarkan hasil uji presisi yang telah dilakukan untuk verifikasi metode yang
digunakan untuk menganalisis mangan, selanjutnya hasil tersebut dibandingkan
dengan batas keberterimaan untuk Uji Presisi (RPD) parameter mangan.
Tabel 8. Hasil Uji Presisi setelah dibandingkan dengan batas keberterimaan

No Nomor Sampel %RPD Batas Kesimpulan


. Keberterimaa
n
1. 7/Lab-Eks/VII/13 2,74 <10% Memenuhi
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 3,55 <10% Memenuhi
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 2,54 <10% Memenuhi
4. 26/Lab-Eks/VII/13 6,45 <10% Memenuhi
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 5,13 <10% Memenuhi
6. 44/Lab-Eks/VII/13 0,90 <10% Memenuhi
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 1,60 <10% Memenuhi
8. - 0,79 <10% Memenuhi
9. 60/Lab-Eks/VII/13 2,85 <10% Memenuhi
10. - 0,00 <10% Memenuhi
11. 78/Lab.Eks/VII/13 1,44 <10% Memenuhi
12. 85/Lab.Eks/VII/13 0,93 <10% Memenuhi

Dari hasil data tersebut dapat dilihat bahwa verifikasi metode untuk Uji Presisi
Parameter Mangan masih dibawah atas keberterimaan, sehingga metode yang
digunakan masih bisa terus digunakan. Sedangkan untuk pengujian blanko yang
dilakukan, aquadest yang digunakan sebagai blanko masih dibawah batas
keberterimaan untuk blanko dengan batas maksimal yang diperbolehkan yaitu
0,004 mg/L. sehingga aquadest tersebut dapat digunakan untuk mengencerkan
sampel yang kadar Mangannya lebih dari batas pembacaan maksimal alat
spektrofotometer. Untuk hasil Recovery, kemudian dibandingkan dengan batas
keberterimaan Recovery parameter Mangan.

No. Nomor sampel %R Batas Kesimpulan


keberterimaan
1. 7/Lab-Eks/VII/13 91,95 75% - 120% Memenuhi
2. 3/AB/Lab-Int/VII/13 83,06 75% - 120% Memenuhi
3. 10/AM/Lab-Int/VII/13 78,98 75% - 120% Memenuhi
4. 26/Lab-Eks/VII/13 88,16 75% - 120% Memenuhi
5. 24/AM/Lab-Int/VII/13 97,44 75% - 120% Memenuhi
6. 44/Lab-Eks/VII/13 98,9 75% - 120% Memenuhi
7. 28/AB/Lab-Int/VII/13 99,06 75% - 120% Memenuhi
8. - 101,02 75% - 120% Memenuhi
9. 60/Lab-Eks/VII/13 82,25 75% - 120% Memenuhi
10. - 96,92 75% - 120% Memenuhi
11. 78/Lab.Eks/VII/13 101,37 75% - 120% Memenuhi
12. 85/Lab.Eks/VII/13 98,21 75% - 120% Memenuhi

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perbandingan hasil teori untuk
menentukan target recovery dengan hasil pengukuran setelah ditambahkan
larutan standar (spike matrix), didapatkan bahwa hasil tersebut masih masuk
dalam batas keberterimaan recovery untuk parameter mangan, sehingga
selanjutnya dapat dibuat grafik (control chart). Grafik tersebut dapat dilihat
pada bagian lampiran.

 Pembahasan untuk Analisis pada parameter khlorida


Berdasarkan hasil analisis pada sampel air kemudian dibandingkan dengan
standar yang digunakan, maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil pengujian dibandingkan dengan standar yang diperbolehkan

No Nomor Sampel Jenis Air C.sampel(mg/L Standar Keterangan


. ) (mg/L)
1. 3/Lab-Eks/VII/13 Air minum 11,61 250 Memenuhi
2. 2/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 7,74 250 Memenuhi
3. 11/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 13,55 250 Memenuhi
4. 21/Lab-Eks/VII/13 Air minum 9,68 250 Memenuhi
5. 21/AM/Lab-Int/VII/13 Air minum 17,42 250 Memenuhi
6. 42/Lab-Eks/VII/13 Air minum 13,55 250 Memenuhi
7. 29/AM/Lab-Int/VII/13 Air baku 24,19 250 Memenuhi
8. 56/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 16,45 250 Memenuhi
9. - Air bersih 11,61 250 Memenuhi
10. 68/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 14,52 250 Memenuhi
11. 75/Lab.Eks/VII/13 Air bersih 16,45 250 Memenuhi
12. 85/Lab-Eks/VII/13 Air Minum 15,48 250 Memenuhi

Berdasarkan data tersebut, semua sampel masih memenuhi persyaratan untuk


digunakan sebagai air minum, air baku dapat diolah menjadi air minum dan
begitu pula untuk air bersih.

Anda mungkin juga menyukai