Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan merencanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah


(IPAL) domestik pada unit ekualisasi dan unit aerasi. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan persyaratan baku mutu lingkungan PermenLHK No.68 tahun
2016, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Tempat dan Waktu

Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan magang dan praktik kerja
lapang yang dilaksanakan di PT Nusantara Water Centre Indonesia yang berpusat
di Meruya Ilir, RT.1/RW.9, Srengseng, Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 11620. Magang dan praktik kerja lapang dilaksanakan dari
bulan Januari hingga bulan Juli 2018. Ringkasan laporan magang dan praktik kerja
lapang (PKL) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan bahan
kimia. Bahan uji yang digunakan adalah contoh air limbah PT X. Bahan kimia
yang digunakan meliputi larutan H2SO4 20 %, larutan pereaksi H2SO4, larutan
standar KHP (Kalium hidrogen Ptalat) ekuivalen dengan COD, larutan H2SO4 1N
atau larutan NaOH 1N, larutan NaSO3, larutan buffer, larutan phosphate, larutan
MgSO4, larutan CaCl2, larutan FeCl2, benih/bakteri, larutan glukosa glutamic acid,
larutan fenol,

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri atas pH meter,


spektrofotometer, COD reaktor, tabung refluks, botol BOD, oven, desikator, labu
ukur 1000 mL, pipet volumetri 10 mL, pipet volumetri 25 mL, erlenmeyer 50 mL,
labu ukur 500 mL, corong pemisah.

25
26

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan empat tahap yaitu, identifikasi masalah, kajian


pustaka, pengumpulan data, dan pengolahan data. Data yang diperoleh
dibandingkan dengan PermenLHK. 68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Observasi dilakukan untuk menentukan topik permasalahan dan
menentunkan pengambilan data. Sebagai acuan dalam perencanaan. Indentifikasi
masalah, hasil sampling lapangan, kemudian sampel yang diambil dari sumber
limbah dianalisis. Analisis sampel dilakukan untuk mengetahui beban dan
karakteristik dari limbah.
Hasil dari data analisis maka dilakukan pengkajian melalui beberapa jurnal
dan buku refrensi. Sebagai acuan dalam perencaan. Pengumpulan data sekunder
hasil analisis pada lab dan debit air dikumpulkan berdasarkan perhitungan
lapangan. Hasil sampling lapangan diambil dari sumber limbah. Tujuan analisis
yaitu untuk mengetahui beban dan karakteristik air limbah. Sedangkan neraca air
yang didapatkan dari pihak ketiga, digunakan untuk mengetahui perhitungan
jumlah pemakain keluar dan masuknya air dalam sehari pada perusahaan.
Data yang telah diperoleh kemudian menjadi acuan dalam perhitungan. Data
acuan dalam perencanaan diperoleh dengan menggunakan aplikasi excel dan
autocad. Perencanaan dan Perhitungan desain IPAL pada bak ekualisasi dan bak
aerasi.
27

Tahap tahapan Percobaan

Tahapan-tahapan percobaan, merencakan Instalasi Air Limbah (IPAL) domestik


pada industry PT X. Melalui beberapa tahapan diantaranya seperti pada flow
pengerjaan dibawah.

Gambar.3 Flow Tahapan Percobaan Perencanaan

Cara Kerja

Pengukuran pH (SNI 06-6989.11-2004)

Pada elektroda di bersihkan dengan kertas tisu kering, bilas elektroda dengan
air aquades. Elektroda dicelupkan ke dalam contoh uji sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
28

Analisa COD (SNI 06-6989.02-2009)

Sampel dihomogenkan terlebih dahulu, kemudian masukkan kedalam


tabung refluks yang telah dicuci dan masukkan H2SO4 20 %, kemudian pipet
sampel dan ditambahkan larutan pencerna dan tambahkan larutan pereaksi H2SO4
yang memadai ke dalam tabung, seperti yang sesuai dalam tabel.Tabung sampel
dikocok perlahan hingga homogen. Kemudian tabung pada COD reaktor yang telah
dipanaskan pada suhu 1050C dilakukan refluks selama 2 jam kemudian baca pada
spektrofotometer. Dapat dilihat pada Tabel 3 penambahan larutan pada analisa
COD.
Tabel 3. Penambahan Larutan pada Analisis COD
Tabung Contoh Uji Larutan Larutan Total
Pencerna Pencerna Asam Sulfat volume
(mL) (mL) (mL) (mL)
16 x 100 mm 2.5 1.50 3.5 7.5

20 x 100 mm 5.0 3.50 7.0 15.0

25 x 100 mm 10.0 6.0 14.0 30.0

Pengawetan contoh uji, diawetkan dengn menambahkan H2SO4 sampai


pH <2 dan contoh uji disimpan pada pendingin 4 oC dengan waktu simpan 7 hari.
Pembuatan kurva yaitu dengan mengoptimalkan spektrofotometer untuk pengujian
kadar COD sesuai dengan instruksi kerja pengoperasian alat, kemudian siapkan 5
larutan standar KHP (Potassium Hydrogen Phthalate) ekuivalen dengan COD,
untuk mewakili kisaran konsentrasi (low range dan high range), digunakan volume
pereaksi yang sama dengan antara sampel dan larutan standart KHP, kemudian
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dan 600 nm, kurva kalibrasi
dan linier disimpan rekaman kurva dalam alat atau cetak.

Perhitungan :
Kadar COD (mg O2/L) = c x fp
29

Analisa BOD (APHA 5210-BOD-B-2005)

Sampel yang bersifat asam atau basa dinetralkan dengan mengunanakn


H2SO4 1 N atau NaOH 1 N sampai pH 6,5 -7,5 selanjutnya bila sampel
mengandung klorin, ditambahkan kira-kira 1 mL larutan NaSO3 sampai klorinnya
hilang. Kemudian volume sampel dipipet yang ke dalam labu ukur 1000 mL
menurut rumus pengenceran (10 x 100) : COD. Pada labu ukur 1 liter, masukkan
1 mL buffer 1 mL phosphate + 3 mL MgSO4 + 3 mL CaCl2 + 3 mL FeCl2.
Kemudian campuran dilarutkan dengan aquadest yang telah diaerasi sampai jenuh
(DO > 6,9) dan dikocok. Lalu dimasukkan benih/bakteri sebanyak 1 mL lalu aduk.
Kemudian dituangkan ke dalam 2 botol BOD, untuk DO0 hari dan DO5 hari lalu
diuji kadar oksigen terlarut (DO)0 hari untuk DO5 hari, disimpan pada botol BOD
ke dalam inkubator dengan suhu 200C selama 5 hari, kemudiam diperiksa kadar
oksigen terlarut (DO) 5 hari setelah pengeraman. Blanko dibuat dan dilakukan
langkah 3-9 tanpa menggunakan sampel. Untuk perlakuan standar BOD, dipipet
20 mL larutkan glukosa glutamic acid dan dilanjutkan langkah. Sesuai standar
prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
Perhitungan :
BOD = (DO0 sampel – DO5 sampel) - (DO0 balanko – DO5 blanko x 1000 : ml
sampel
Ket:
DO0= Oksigen terlarut yang terukur pada hari ke-0/ sebelum inkubasi.
DO5 = Oksigen terlarut yang terukur pada hari ke-5/ setelah inkubasi.

Analisa NH3-N (SNI 06-6989.30-2005)

Untuk sampel uji dengan kadar ammonium 0,006-0,5 mg/L, hal pertama kali
yang dilakukan ialah dipipet 25 mL contoh uji dan dimasukkan ke erlenmeyer 50
mL kemudian tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan kemudian
tambahkan juga 1 mL natrium nitroprusid, dihomogenkan. Lalu ditambahkan 2,5
mL larutan pengoksidasi dan dihomogenkan. Kemudian erlenmeyer tersebut
ditutup dengan plastik atau paraffin lalu dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan
warna kemudian dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, dibaca
serapannya pada gelombang 640 nm.
30

Sampel dengan kadar amonium lebih besar dari 5 mg/L (Metode Titrasi)
Standarisasi H2SO4 0,02 N dilakukan dengan cara sebagai berikut: dipipet 10 mL
Na2CO2 0,05 N, kemudian dititrasi dengan menggunakan indikator metil jingga.
Ammonia hasil destilasi dititrasi dengan larutan penitar H2SO4 0,02 N dengan
menggunakan indikator campuran sampai terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi ungu. Volume asam sulfat yang digunakan dicatat.

Perhitungan :
Kadar ammonia (mg N/L) = X x fp

Ket:
C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran ( mg/L)

Metode titrasi :
Pada labu ukur 500 mL dimasukkan sampel perkiraan kadar NH3-N dalam
contoh uji (tabel 4) untuk destilasi, kemudian ditambahkan 25 mL larutan
penyangga borat, kemudian diatur pHnya sampai 9,5 dengan penambahan NaOH
6 N, setelah itu dipasang alat penyulingan dan dilakukan penyulingan dengan
kecepatan 6-10 mL/menit, kemudian hasil sulingan (destilat) ditampung ke dalam
labu erlenmmeyer yang berisi 50 mL larutan asam borat sampai 200 mL (Ujung
kondensor harus tercelup dalam larutan), kemudian diencerkan menjadi 500 mL
dengan penambahan air suling.
Table 4. Kadar Amonium pada Analisis NH3-N
Kadar Amonium dalam sampel Volume Sampel (mL)
(mg/L)
5 – 10 250
10 – 20 100
20 – 50 50
50 – 100 25
31

Analisa Minyak dan Lemak

Botol contoh uji dibilas terlebih dahulu dengan 10 mL dengan pelarut organik
kedalam corong pemisah. Volume contoh uji seluruhnya dikocok dengan kuat
selama 2 menit lalu lapisan memisah dibiarkan terbentuk dan keluarkan lapisan air
dan tampung ke dalam corong pemisah 2, bila hasil yang diperoleh lapisan pelarut
yang jernih (tembus pandang), dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, dilakukan
sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Kemudian bahan yang
disentrifugasi dipindahkan kembali ke corong pemisah 1 (satu). Selanjutnya
digabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah 2 (dua).
Kemudian dilakukan ekstraksi 2 (dua) kali lagi dengan pelarut 10 mL tiap kalinya,
pada wadah contoh yang telah dicuci dengan bagian pelarut. Lapisan dibiarkan
memisah, dan lapisan air dikeluarkan. Ulangi langkah tersebut bila terdapat emulsi
dalam tahap ekstraksi berikutnya, lalu hasil ekstraksi digabungkan dalam corong
pisah 1 (satu). Ekstraksi 1 (satu) kali lagi dengan pelarut 10 mL. Lapisan pelarut
dikeluarkan melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g, Na2SO4
anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam cawan bersih yang
telah ditimbang. Hasil ekstraksi dikeringkan dalam oven pada suhu 80 0C selama
lebihkurang 30 menit, hingga pelarut, ke dalam cawan bersih yang tekah ditimbang
sebelumnya. Cawan dipindahkan kedalam desikator selama lebih kurang 15 menit,
kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik lalu catat hasil penimbangan
cawan diresidu minyak dan lemak.

Analisa TSS (SNI 06-6989(1), 03- 2004)

Saringan yang telah basah terlebih dahulu saringan dengan sedikit air suling,
penyaringan dengan peralatan vakum, Aduk contoh uji untuk memperoleh contoh
homogeny, selanjutnya pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh
diaduk dengan pengaduk magnetik. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10
mL air suling, biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum
selama3 menit agar di peroleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan
terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan, kemudian kertas saring
dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring ke wadah timbang aluminium
sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Goch, cawan dipindahkan dari
32

rangkaian peralatannya. Keringkan terlebih dahulu ke dalam oven setidaknya


salama 1 jam pada suhu 1030C sampai dengan 1050C, di dalam desikator untuk
menyeimbangkan suhu dan timbangan. Tahapan pengeringan, pendinginan
diulangi dalam desikator, dan dilakukan penimbangan sampai diperoleh berat
konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan
sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
*Catatan: Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, diameter
ketas saring diperbesar atau volume sampel uji dikurangi. Maka diukur volume
contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampai dengan 200 mg.
Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum, volume contoh uji
diperbesar sampai 1000 mL.
Perhitungan:
TSS (mg/L) = (A-B) x 103
volume contoh uji

Penentuan Model IPAL

Beberapa kriteria dalam penentuan model bak ekualisasi dan bak aerasi IPAL
untuk air limbah domestik pada PT X sebagai berikut :
a. Sistem pengoperasian dan pengolahan harus mudah.
b. Efisiensi dari pengolahan limbah harus mampu menghasilkan buangan yang
memenuhi baku mutu air limbah.
c. Lahan yang diperlukan untuk pembangunan instalasi tidak terlalu besar.
d. Mampu menguraikan air limbah dengan beban BOD.

Anda mungkin juga menyukai