Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KESEHATAN LINGKUNGAN


Materi 2. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai dan Analisis Kualitas Air
Sungai Di Yogyakarta

NAMA : HANIFAH RULYASTUTI

NIM : 2000029175

GOLONGAN : C1

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2020
PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUNGAI DAN ANALISIS
KUALITAS AIR SUNGAI DI YOGYAKARTA

A. TUJUAN
1. Menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai
2. Menganalisis kualitas air sungai secara deskriptif
3. Menganalisis kualitas air sungai secara kuantitatif dengan mengukur kadar DO,
pH dan CO2
4. Membandingkan kualitas air sungai antara daerah hulu, tengah dan hilir
B. DASAR TEORI
Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat
yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaan,
sebagai contoh, air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar mutu yang berbeda
dengan air untuk dikonsumsi. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur
kondisi fisika, kimia dan biologi (Rahayu, 2009).
kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah
tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan
aktivitas manusia. Kualitas air sungai dapat diamati dengan melihat status mutu air.
Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu air sumber air dalam kondisi
tercemar atau kondisi baik dengan membandingkan dengan baku mutu yang telah
ditetapkan(Agustiningsih, dkk.2012).
Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak
terkendali dari aktivitas pembangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai dengan
daya dukung sungai (Mawardi, 2010). Kegiatan di sepanjang bantaran sungai, seperti
pemukiman dan pertanian berpengaruh pada kualitas air, semakin ke hilir sungai
tekanan pencemaran semakin tinggi (Pullanikkatil et al., 2015). Selain dua wilayah
tersebut, area industri yang menghasilkan logam dari aktivitasnya, memberikan
pengaruh pada lingkungan terutama kualitas air (Setyaningrum et al., 2014). Sehingga
diperlukan adanya pengendalian pencemaran dan arah kebijakan untuk menjaga
sumber daya air (Huang et al., 2013). Oleh karena itu, perlu adanya kajian terhadap
kualitas air sungai Bengawan Solo di daerah aliran Bojonegoro. Menurut Mahyudin et
al., (2015), perubahan tataguna lahan ditandai dengan meningkatnya aktivitas
domestik, pertanian dan atau industri akan mempengaruhi kualitas air sungai,
terutama yang berupa limbah domestik.
Status mutu air sungai menunjukan tingkat pencemaran suatu sumber air dalam
waktu tertentu, dibandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Mahyudin, dkk.
2015). Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu Klasifikasi Mutu Air ditetapkan menjadi 4
(empat) kelas; kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut. Air kelas dua adalah air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Air kelas tiga adalah
air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Air kelas empat
adalah air yang peruntukannya untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP No. 82
Tahun 2001)
Baku mutu air parameter fisik yaitu temperatur pada kelas 1,2, dan 3 deviasi 3 oC
dari keadaan alamiah dan deviasi 5 dari keadaan ialamiah pada kelas 4. pH pada kelas
1, 2, dan 3 yaitu 6-9 dan pada kelas 4 5-9. COD 10 mg/L pada kelas 1, 25 mg/L pada
kelas 2, 50 mg/L pada kelas 3 dan 100 mg/L pada kelas 4. Untuk nilai DO 6 mg/L
pada kelas 1, 4 mg/L pada kelas 2, 3 mg/L pada kelas 3 dan 0 mg/L pada kelas 4 (PP
NO. 82, 2001).
C. BAHAN DAN ALAT
1. Sampel air sungai di daerah hulu, tengah dan hilir
2. Ecology Kit (untuk mengukur DO, CO2)
3. pH meter
4. Termometer
D. CARA KERJA
1. Menentukan lokasi sungai untuk diambil sampel yaitu di bagian hulu, tengah dan
hilir.
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melihat secara parameter fisik air sungai yang meliputi: bau, warna, suhu,
kekeruhan, TDS, dan rasa,
4. mencatat hasilnya.
5. Melihat bagaimana karakteristik sungai tersebut, apakah banyak sampah, mengalir
6. cepat/lambat/tersumbat, banyak keluarga yang mengalirkan limbahnya lewat pipa,
dan lain sebagainya.
a) Cara Mengukur Parameter DO
1. Menyiapkan botol kaca, kemudian dibilas dengan sampel air sungai sebanyak 3
kali.
2. Mengisi botol kaca tersebut sampai penuh kemudian ditutup dengan penutupnya.
3. Bukalah tutupnya, kemudian ditetesi 5 tetes Manganios Sulphate Solution dan 5
tetes Alkali-Azide Reagent.
4. Mengocok sampel tersebut sampai homogen dan mengusahakan tidak muncul
gelembung-gelembung air.
5. Setelah didiamkan beberapa saat, sampel akan berubah warnanya menjadi orange
sampai kekuningan dan muncul endapan.
6. meletakkan sampel dan didiamkan selama 2 menit sampai endapan menjadi
separuh dari botol.
7. menetesi dengan 10 tetes Sulphuric Acid Solution
8. menutup lagi botol dan kocok sampai semua bahan terlarut dan sampel menjadi
berwarna kuning.
9. membilas tabung plastic dengan larutan dalam botol kemudian mengisi dengan
larutan tersebut sebanyak 5 ml kemudian ditutup.
10. meneteskan 1 tetes Starch Indikator kedalam tabung, kemudian kocok secara
memutar sampai larutan tercampur dan berwarna violet sampai biru.
11. menyiapkan pipet titrasi, membersihkan dan mengisi dengan HI 3810-0 Titrant
Solution sampai angka 0 ml.
12. memulai titrasi dengan melewati lubang di tutup tabung plastik sambil digoyang
agar tercampur sampai larutan didalam tabung berubah warnanya manjadi bening
atau tidak berwarna biru lagi.
13. membaca skala dalam pipa titrasi, berapa ml jumlah titrant solution yang terpakai
kemudian X 10 (dikalikan10) hasilnya adalah mg/L O2 yang terlarut.
14. Jika hasilnya dibawah 5 mg/L O2, maka mengulangi langkah ke-9 tetapi larutan
ditambah sebanyak 10 ml.
15. mengulangi titrasi kemudian hasil dari skala pipa titrasi dikalikan 5 ( X 5) dan
hasilnya adalah mg/L O2 yang terlarut.
b) Cara Mengukur Paramater CO2
1. Membilas tabung plastic dengan sampel kemudian isilah dengan sampel sebanyak
5 ml kemudian tutup.
2. meneteskan 1 tetes Phenolphtalein Indikator lewat tutup tabung, kemudian
goyang memutar sampai larutan tercampur.
3. Jika larutan berwarna menjadi merah muda atau merah maka CO2 yang terlarut
adalah 0 mg/L CO2, jika larutan tetap tidak berwarna/bening maka melanjutkan
langkah berikutnya.
4. melakukan titrasi, mengambil pipet titrasi, membersihkan isi dengan larutan HI
3818-0 sampai skala 0 ml.
5. melakukan titrasi sambil tabung digoyang agar larutan tercampur dan
menghentikan apabila larutan menjadi berwarna merah muda.
6. membaca skala di pipa titrasi, kemudian hasilnya dikalikan dengan 100 ( X 100)
dan hasilnya adalah mg/L CO2.
7. Apabila hasilnya dibawah 50 mg/L CO2 maka ulangi mulai langkah 1 tetapi
sampel air sungai ditambahkan menjadi 10 ml.
8. Kemudian hasil titrasi dikalikan 50, maka hasilnya adalah mg/L CO2
9. Apabila hasilnya masih dibawah 10 mg/L CO2, maka mengulangi lagi mulai
langkah 1 akan tetapi sampel air sungai ditambahkan lagi menjadi 50 ml.
10. Kemudian hasil titrasi dikalikan 10, maka hasilnya adalah mg/L CO2
c) Cara Mengukur pH.
1. menyiapkan pH meter
2. meletakkan sampel dalam tabung kaca
3. menghidupkan tombol power pH meter
4. Memasukkan ujung pH meter ke dalam tabung yang sebelumnya telah diisi
sampel air sungai.
5. mendiamkan selama 5 menit.
6. Membaca nilai yang muncul.
7. mengulangi sebanyak 3 kali
d) cara kerja pengukuran alkalinitas
1. mengambil sampel 5ml
2. memasukkan indicator PP 1 tetel lalu digojog
3. jika cairan tidak bewarna maka menandakan phenophthalin = 0
4. mengambil sampel sebanyak 5ml lalu ditetei dengan bromphenol blue
sebanyak 1 tetes
5. jika berubah menjadi warna kuning maka nenungjukan acidity test
6. jika warnanya berubah menjadi hijau atau biru maka mengambil dengan pipet
ukur HI 3811-0 sampai angka 0,0 lalu mentitrasi sampai warnanya berubah
menjadi kuning, lalu memncatat skala dam memasukkan rumus (skala X 300=
mgL CaCO3)
7. jika cairan bewarna pink atau merah itu berarti menandakan PP alkalinitas,
mengambil cairan HI-3811-0 dengan pipet ukur sampai angka 0,0, lalu
memasukkan setetes demi setetes sambal digojog sampai warna pink atau
merah memudar, lalu mencatat skala menggunakan rumus (skala X 300= mgL
CaCO3)
e) cara kerja pengukuran hardness dengan ecology test kid
1. mengambil sampel sebanyak 5 ml
2. memasukkan 5 tetes hardness buffer lalu digojog
3. memasukkan 1 tetes calmagite indicator sampai warna menjadi violet-merah.
4. Mengambil HI-3812-0 EDTA dengan pipet ukur sampai skala 0,0
5. Setelah menjadi ungu lalu digojog selama 15 menit.
6. Memasukkan HI-3812-0 EDTA sampai warna menjadi kebiruan.
7. Mencatat skala dan memasukkan kedalam rumus: skala x 300 = mg/l CaCO3
f) Prosedur kerja pengukuran co2 dengan ecology test kid
1. Mengambil sampel sebanyak 5 ml.
2. Mengambil 1 tetes indicator pp lalu digojog, jika bewarna pink atau merah
berarti menandakan CO2 nol.
3. Jika tidak bewarna, mengambil HI-3818-0 dengan pipet ukur sampai skala 0,0.
4. Menitrasi sampai warna menjadi pink sambal digojog
5. Mencatat skala lalu memasukkan dalam rumus: skala x 100: mg/L CO2
E. HASIL
DATA PARAMETER FISIK

NO PARAMETER HULU TENGAH HILIR


FISIK
1. Warna Tidak bewarna Cokelat Sedikit cokelat
2. Bau Tidak berbau Bau amis Bau lumpur
3. Rasa Tidak berasa Pahit pahit
4. Kekeruhan jernih Keruh sedikit keruh
5. Suhu (oC) 24 26,5 25
6. Karakteristik sungai pendukung
a. Adanya sampah Tidak ada Ada sampah Ada daun dan
(jenis sampah) sampah plastic, anorganik ranting pohon,
hanya daun dan seperti plastic, tidak ada
ranting disekitar ada sampah sampah plasitk.
pinggir sungai. daun dan
ranting pohon,
b. Kecepatan aliran 0,3 0,2 0,1
sungai (m/s)
c. Lainya… Tidak ada air Ada air limbah Ada air limbah
limbah rumah pabrik, ada rumah tangga.
tangga maupun limbah rumah
limbah pabrik. tangga,

DATA PENGUKURAN LAPANGAN

NO PARAMETER KIMIA HULU TENGAH HILIR


1. DO (mg/L) 8,2 4,5 6,3
2. CO2(mg/L) 5 14 9
3. Alkalinitas (mg/L 150 65 80
CaCO3)
4. Hardness (mg/CaCO3) 170 256 200
5. pH 6 7,5 7

F. PEMBAHASAN
Titik pengambilan sampel air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai yang
diatur dengan ketentuan sungai dengan debit kurang dari 5 m3 /detik, sampel air
diambil pada satu titik ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari
permukaan sehingga diperoleh sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara
merata. Sungai dengan debit antara 5 m3 /detik – 150 m3 /detik, sampel air diambil
pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan sehingga diperoleh sampel air permukaan sampai ke dasar
secara merata kemudian dicampurkan. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 /detik,
sampel air diambil minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼, ½, dan ¾
lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan sehingga
diperoleh sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara merata lalu dicampurkan
(SNI,2008)
Pada tabel hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada hulu sungai tidak ada sampah
plastic, hanya daun, ranting disekitar pinggir sungai dan juga tidak ada air limbah
rumah tangga maupun limbah pabrik. Pada bagian tengah terdapat sampah anorganik
seperti plastic, ada sampah daun, ranting pohon juga ada air limbah pabrik dan, ada
limbah rumah tangga. Pada bagian hilir terdapat daun, ranting pohon, tidak ada
sampah plasitk dan ada air limbah rumah tangga.
Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22 Tahun
2007 Sungai Gajah Wong mulai dari bagian hulu kearah hilir sampai Dusun
Ngebelgedhe, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman menurut peruntuknnya sebagai sungai
kelas satu. Sungai Gajah Wong mulai Dusun Ngebelgedhe, Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman kearah hilir sampai pertemuan dengan Sungai Opak di Dusun Karet,
Wonokromo, Pleret, Bantul menurut peruntuknnya sebagai sungai kelas dua.
Dari data pengukuran lapangan sungai Gajah Wong yang telah diperoleh DO
pada hulu 8,2 mg/L, DO pada tengah 4,5 mg/L, dan DO pada hilir 6,3 mg/L, yang
menunjukkan bahwa pada bagian hulu termasuk kelas 1, pada bagian tengah termasuk
kelas 2 dan pada bagian hilir termasuk kelas 1. Kadar CO2 pada sungai Gajah Wong
yaitu 5 mg/L pada bagian hulu, 14 mg/L pada bagian tengah dan 9 mg/L pada bagian
hilir yang berarti menunjukkan pada bagian hulu termasuk kelas 1, pada bagian
tengah termasuk kelas 2 dan pad bagian hilir termasuk kelas 1.. Nilai alkalinitas yang
diperoleh data pengukuran lapangan yaitu 150 mg/L CaCO3pada hulu, 65 mg/L
CaCO3 pada tengah dan 80 mg/L CaCO3 pada hilir. Hardness yang diperoleh yaitu
170 mg/CaCO3 pada bagian hulu, 256 pada bagian tengah dan 80m pada bagian hilir.
pH yang diperoleh dari data pengukuran lapangan yaitu; pada bagian hulu memiliki
kadar pH 6, pada bagian tengah mempunyai kadar pH dan pada bagian hilir
mempunyai kadar pH 7 yang menunjukkan pada bagian hulu, tengah dan hilir
termasuk kedalam kelas 1.
Dari data parameter fisik dan data pengukuran lapangan yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada bagian hilir telah mengalami penurunan kualitas dari
bagian hulu yang ditandai dengan perubahan parameter fisik, pada bagian hulu tidak
bewarna, tidak berbau, tidak berasa dan jernih karena tidak ada sampah anorganik
serta tidak ada air limbah rumah tangga maupun pabrik. sedangkan pada hilir telah
mengalami perubahan yaitu sedikit berwarna coklat, bau lumpur, berasa pahit, dan
sedikit keruh karena ada sampah organic serta ada air limbah rumah tangga. Pada
tengah telah mengalami pencemaran yang ditunjukkan berwarna cokelat, berbau amis,
berasa pahit dan berwarna keruh, karena terdapat sampah organic maupun anorganik
dan terdapat air limbah pabrik maupun air limbah rumah tangga. Pada parameter
kimia pun menunjukkan terjadinya penurunan kualitas air sungai pada bagian tengah
dan hilir, yang pada awalnya memiliki nilai DO 8,2 mg/L, CO2 5 mg/L, alkalinitas
150 mg/L CaCO3, hardness 170 mg/CaCO3 dan pH 6 menjadi DO 4,5 mg/L, CO2 14
mg/L, alkalinitas 65 mg/L CaCO3, hardness 256 mg/CaCO3 dan pH 7,5 pad abagian
tengah dan DO 6,3 mg/L, CO2 9 mg/L, alkalinitas 80 mg/L CaCO3, hardness 299
mg/CaCO3 dan pH 7 pada bagian hilir.
G. KESIMPULAN
1. Dapat menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai.
2. Dapat menganalisis kualitas air sungai secara deskriptif
3. Dapat menganalisis kualitas air sungai secara kuantitatif dengan mengukur kadar
DO, pH dan CO2
4. Dapat membandingkan kualitas air sungai antara daerah hulu, tengah dan hilir
H. DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, Dyah. 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis. Semarang : Program
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro
Semarang
Huang, J., Jinyan, Z., Y., H., W, F., and D, d. X. 2013. Evaluation of the Impacts of
Land Use on Water Quality: A Case Study in The Chaohu Lake Basin. The
Scientific World Journal Vol. 7; 1-7
Mahyudin, Soemarno dan Tri Budi Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J – Pal. Vol. 6. No.2. Hal. 2087-3522.
Mahyudin, Soemarno, dan Prayogo, T. 2015. Analisis Kualitas Air dan Strategi
Pengendalian PencemaranAir Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J-PAL 6(2); 105-114.
Mawardi, I. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan Daya Dukung
Semberdaya Air di Pulau Jawa serta Upaya Penanganannya. J. Hidrosfir
Indonesia 5(2); 1-11
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Penetapan Kelasa Air Sungai Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik
Indonesia.
Pullanikkatil, D., G., P. L., and dan Ruhiiga T. M. 2015. Impact of Land Use on
Water Quality in the Likangala Catchment, Southern Malawi. African Journal of
Aquatic Science vol 40 (3); 277-286.
Rahayu, Rudy, Meine, Indra, dan Bruno. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran
Sungai. Bogor : WAC
Setyaningrum, D., Susatyo, E. B., dan Alauhdin, M. 2014. Sintesis Membran Kitosan-
Silika Abu Sekam Padi untuk Filtrasi Ion Cd2+ dan Cu2+ . Indonesian Journal
of Chemical Science 3 (1); 75-80.
SNI No. 6989.57:2008, “Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan”

Anda mungkin juga menyukai