Anda di halaman 1dari 3

1.

Determinan Penyakit Pes

Determinan Penyakit adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi


risiko terhadap terjadinya penyakit/masalah kesehatan. Determinan penyakit menunjuk
kepada faktor penyebab dari suatu penyakit/masalah kesehatan baik yang menjelaskan
Frekwensi, penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan
itu sendiri.

Penyebab pes adalah bakteri Yersinia pestis yang banyak terdapat dalam hewan pengerat.
Misalnya,tikus, tupai, marmut, ataupun bajing. Bakteri ini bisa memasuki tubuh manusia
ketika seseorang mengalami kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Kontak ini bisa
berupa kontak langsung dari hewan yang sudah terinfeksi melalui kulit manusia yang
mengalami luka atau kontak tak langsung melalui gigitan dari hewan tersebut.

Bakteri ini sendiri bisa tumbuh dan berkembangan di kerongkongan kutu. Bakteri akan
keluar dari kerongkongan kutu dan masuk ke kulit, ketika kutu tersebut menggigit hewan atau
manusia dan mengisap darah dari tubuh inang.

Faktor-faktor risiko penyakit pes :

 Berprofesi sebagai dokter atau perawat hewan.

 Sering melakukan kegiatan di alam terbuka.

 Suka berpergian ke area di mana terdapat infeksi pes.

 Tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk dan populasi hewan pengerat yang
banyak.

 Kontak langsung dengan hewan yang mati atau terinfeksi pes.

2. Distribusi Frekuensi Penyakit Pes

Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada pengelompokan


masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan
dalam epidemiologi adalah :

a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Penyakit ini dilaporkan pertama kali di China tahun 2010 dan menyebar di tahun 2013.
Januari 2014, H5N8 terdeteksi pada unggas dan bangkai burung liar di Korea Selatan.
Kemudian menyusul wabah di negara China dan Jepang.

Sejak bulan Agustus 2017 hingga 17 November 2017, WHO melaporkan sebanyak 2.267
kasus Pes (termasuk di dalamnya kasus konfirm, probable dan suspek) dengan 195 kematian.
Di Indonesia, wilayah endemis Pes pada umumnya merupakan wilayah yang terletak diantara
1000-1500 meter diatas permukaan air laut.

KLB sering dilaporkan di wilayah pedesaan yang dikelilingi oleh bukit dan
pegunungan berapi yang terbagi menjadi empat daerah yaitu Kabupaten Boyolali Provinsi
Jawa Tengah, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten Pasuruan Provinsi
Jawa Timur dan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Propinsi tersebut menjadi daerah
pengawasan Pes. KLB Pes yang pernah dilaporkan di Indonesia yaitu KLB yang terjadi pada
tahun 1957, 1959, 1968, 1970 dan 1997.
Sumber :

Rahmawati, Emy. (2013). Partisipasi ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah
tangkapan tikus dan pinjal di desa sukabumi kecamatan cepogo kabupaten boyolali.
Unnes Journal of Public Health, 2 (3). Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/3024/2797

Ismah, Zata. (2018). Bahan ajar dasar epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam Negeri Medan. Diakses dari
http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20EPID.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Buletin master pie. Halaman 8, volume
04. Diakses dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Edisi_4.pdf

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/SE_Dirjen_P2P_Tentang_Peningkatan_Kew
aspadaan_Terhadap_Penyakit_PES_Black_Death.pdf

Anda mungkin juga menyukai