Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi

Senin, 9 Januari 2017

Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi
1.

Tujuan
Mengetahui dosis optimum dalam proses koagulasi-flokulasi.
Mencari nilai parameter G dan td yang paling sesuai untuk air sampel

2.

Dasar Teori
Proses Koagulasi dan flokulasi adalah proses yang sangat penting pada

pengolahan air limbah da air minum. Koagulasi atau destabilisasi menghasilkan


pencampuran bahan kimia dan partikulat. Flokulasi menghasilkan partikulat yang
lebih besar dan stabil. Kedua proses tersebut umumnya digunakan pada awal proses
pengolahan air untuk menghilangkan partikulat dan warna.
Analisa awal untuk proses desain pengolahan air seringkali dengan percobaan
koagulasi dan flokulasi di laboraturium. Tes yang dilakukan disebut Jartest. Tes
koagulasi dan flokulasi dilakukan untuk mencari dosisi optimum untuk menghilangkan
partikulat dan warna.
Prinsip koagulasi kimiawi destabilisasi agregasi dan pengikatan partikelpartikel koloid secara bersama-sama. Proses ini menyangkut pembentukan flok-flok
yang mengabsorbsi dan mengikat partikel koloid di dalam air hingga terbentuk flokflok yang lebih besar sehingga mudah diendapkan dan disaring.
Yang termasuk dalam bagian proses koagulasi dan flokulasi adalah:

Pembubuhan dosis koagulan dengan dosis yang sesuai.

Pencampuran cepat (flash mixing).

Pencampuran lambat (slow mixing)

Proses ini tergantung pada waktu & intensitas pengadukan. Pengadukan


dilakukan dalam dua tingkat :
Pengadukan cepat (flash mixing)tahap koagulasi. Pengadukan dengan
kecepatan yang tinggi dan tempo yang singkat. Segera setelah pembubuhan
koagulan, reaksi kimia fisik berhenti. Tiap saat mulai terbentuk mikroflok
tetapi masih terlalu kecil untuk mengendap dan sulit terlihat. Nilai G untuk
pengadukan cepat adalah 700-1000 det-1 untuk waktu pengadukan selama
1|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
30-60 detik. Sedangkan untuk waktu pengadukan 1-2 detik, nilai G yang
dianjurkan untuk digunakan adalah 3000 to 5000 det-1.
Pengadukan lambat (slow mixing)tahap flokulasi. Diperlukan tenaga dari
luar, untuk mendorong partikel-partikel berkontak dengan cara yang lebih
intensif agar mengembangkan flok-flok sampai optimum untuk dapat
mengendap dengan memuaskan. Gaya eksternal ini berupa pencampuran
lambat dan pengadukan lambat dari suspensi. Nilai G untuk pengadukan
lambat adalah 20-80 det-1 dengan waktu pengadukan 20-60 menit. Dalam
desain flokulator, nilai G X td (juga dikenal dengan angka Champ);
umumnya digunakan sebagai parameter desain.
Parameter penting dalam koagulasi & flokulasi :
Dosis alum dan dosis bahan bahan kimia pengatur. Dosis alum
merupakan dosis/konsentrasi yang paling efektif untuk menurunkan
kekeruhan. Nilai konsentrasi koagulan sangat bervariasi tergantung
kepada kekeruhan air baku.
Gradien kecepatan. Laju perubahan rambatan kecepatan dalam suatu
jarak tertentu sesuai dengan arah dari aliran.
Waktu detensi. Menentukan seberapa lama suatu molekul air tinggal
dalam suatu bak sebelum keluar dari bak tersebut (outlet).

3.

4.

Alat
1.

Peralatan Jartest (jartester)

2.

Gelas beaker dengan volume 1 liter sebanyak 6 buah.

3.

Turbidimeter

4.

pH meter

5.

Thermometer

6.

Pipet ukur

7.

Gelas beaker vol. 10 ml untuk wadah koagulan sebanyak 6 buah

8.

Stopwatch

9.

Penggaris

Bahan
1.

Larutan Koagulan (tawas)

2.

Larutan pengatur pH (H2SO4 0,1 N atau NaOH 0,1 N)


2|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
3.

5.

Sampel air

Prosedur Percobaan
a. Melakukan jartest untuk mencari dosis optimum
Ambil sampel air permukaan. Analisa terlebih dahulu pH, suhu dan
kekeruhan.
Letakkan 6 gelas beaker dengan vol. 1 liter pada jartest dan siapkan
koagulan pada wadah gelas beaker 10 ml dengan dosis berbeda (misal:
5;10;15;20;25;30 mg/L).
Jalankan jartester dengan kecepatan putaran 200 rpm selama 1 menit
dan tambahkan segera koagulan pada beaker glas vol. 1 L, biarkan 1
beaker sebagai kontrol (tidak diberi koagulan).
Setelah 1 menit, kurangi kecepatan putaran menjadi 90 rpm selama 5
menit, kemudian diturunkan lagi menjadi 60 rpm selama 5 menit dan
terakhir diturunkan lagi kecepatan putarannya sebesar 30 rpm selama
5 menit.
Matikan jartester dan biarkan flok mengendap selama 20 menit.
Ambil supernatan dalam gelas beaker pada titik yang sama (misal 10
cm dari permukaan air). Pada saat mengambil air jaga agar flok tdk
terganggu.
Analisa kembali pH, suhu dan kekeruhan.
Tentukan pada dosis koagulan manakah yang paling optimum untuk
menurunkan kekeruhan.
b. Melakukan Jartest untuk mencari pH optimum
Ulangi lakukan jartest seperti prosedur diatas, namun dosis koagulan
tidak lagi bervariasi, dengan pH yang berbeda-beda.
Ambil nilai dosis koagulan optimum yang sudah di dapat dari
percobaan a, siapkan koagulan pada beaker 10 ml.
Lakukan analisa awal terhadap kekeruhan, pH dan suhu.
Siapkan larutan H2SO4 0,1 N dan NaOH 0,1 N, pipet sejumlah vol.
Tertentu dan masukkan ke beaker 10 ml.
Siapkan sampel air, masukkan larutan H2SO4 0,1 N dan NaOH 0,1 N
ukur kembali pH-nya.
Jalankan jartest kembali dengan prosedur seperti pada percobaan a.
3|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
c. Melakukan jartest untuk menentukan nilai putaran paddle pengadukan cepat
yang paling sesuai.
Dari percobaan a dan b, didapat dosis dan pH optimum untuk air
tersebut. Gunakan dosis dan pH optimum tersebut untuk percobaan
jartest kali ini.
Tentukan 3 seri nilai putaran paddle untuk pengadukan cepat, misal :
n=200 ; 150 dan 100 rpm.
Lakukan analisa pH, suhu & kekeruhan untuk air sampel awal.
Lakukan jartest dengan nilai putaran seperti nilai yang telah
ditentukan diatas. Waktu detensi untuk pengadukan cepat sama
dengan waktu detensi pada percobaan a dan b yaitu 1 menit. Demikian
pula nilai putaran & waktu detensi untuk pengadukan lambatnya yaitu
90; 60 dan 30 rpm dengan waktu tinggal masing-masing 5 menit,
dilanjutkan dengan pengendapan selama 20 menit.
Ulangi prosedur di atas untuk masing- masing nilai variasi putaran
untuk pengadukan cepat.
Lakukan analisa pH, suhu dan kekeruhan untuk setiap air sampel dari
hasil pengadukan yang berbeda.
Catat nilai putaran mana yang memberikan hasil paling optimal.
d. Melakukan jartest untuk menentukan nilai putaran paddle pengadukan lambat
yang paling sesuai.
Dari percobaan a, b dan c, didapat dosis dan pH optimum dan nilai
putaran (n) pengadukan cepat untuk air tersebut. Gunakan dosis dan
pH optimum dan nilai putaran (n) tersebut untuk percobaan jartest
kali ini.
Tentukan 3 seri nilai putaran paddle untuk pengadukan lambat, misal :
seri n1=90 ; 60 dan 30 rpm, seri n2=75;50;20 rpm, seri n3=50;20 dan 5
rpm
Lakukan analisa pH, suhu & kekeruhan untuk air sampel awal.
Lakukan jartest dengan nilai putaran seperti nilai yang telah
ditentukan diatas. Waktu detensi untuk pengadukan cepat sama
dengan waktu detensi pada percobaan a dan b yaitu 1 menit. Demikian
pula nilai putaran & waktu detensi untuk pengadukan lambatnya tetap
sama dengan percobaan sebelumnya dengan waktu tinggal masingmasing 5 menit, dilanjutkan dengan pengendapan selama 20 menit.
4|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
Ulangi prosedur di atas untuk masing- masing nilai variasi putaran
untuk pengadukan lambat.
Lakukan analisa pH, suhu dan kekeruhan untuk setiap air sampel dari
hasil pengadukan yang berbeda.
Catat nilai putaran mana yang memberikan hasil paling optimal.

6.

Prosedur Memproses Hasil Percobaan


Isilah tabel hasil pengamatan yang berisi dosis & pH optimum.
Dari hasil percobaan tentukan nilai pengadukan cepat dan lambat yang paling
sesuai untuk air tersebut. Pemilihan nilai putaran yang paling optimum
berdasarkan % efisiensi penurunan kekeruhan yang paling besar.

Nilai putaran yang paling optimum (rpm) dikonversi ke rps


Nilai n (dalam rps) dihitung bilangan reynold yang menentukan sifat aliran
(apakah bersifat turbulen atau laminer). Apabila nilai Nre 500 turbulen;
Nre < 500 laminer.
Apabila sifat aliran adalah torbulen, maka perhitungan P(daya) menggunakan
persamaan torbulen, begitu juga jika aliran laminer maka dihitung dengan
persamaan laminer.
Dari nilai daya (P), hitunglah gradien kecepatan denggan menggunakan
persamaan 2
Bandingkan dengan nilai yang dianjurkan sebagai parameter desain di dasar
teori.

7.

Tabel
a. Menentukan dosis koagulan optimum
pH awal

: 7,89

Suhu awal

: 26,C

Kekeruhan awal

: 102 FTU

Nilai putaran pengadukan cepat

: 200 rpm

Waktu pengadukan

: 60 detik

Nilai putaran & waktu pengad. Lambat

90 rpm

5 menit

60 rpm

5 menit
5|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
45 rpm

5 menit

Menghitung dosis koagulan

Dosis koagulan ditambahkan 0 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL dan 20 mL


Tabel untuk mencari dosis optimum
Dosis Koagulan (mg/L)
0

10

12,5

16

25

7,82

7,67

7,66

7,70

7,77

Suhu (C)

26

26

26

27,7

25,5

Kekeruhan (FTU)

52

46,62

45,02

42,28

12,77

49,01

54,29

55,86

58,54

87,48

pH

% Penurunan kekeruhan

Grafik Penurunan Kekeruhan


60

K
50
e
k
40
e F
r T 30
u U
20
h
a
10
n
)

0
0

10

15

20

25

30

Dosis Koagulan (mg/L)


Selama praktikum dosis koagulan terpilih = 25 mg/L

6|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
*dipilih 25 mg/L karena penurunan kekeruhan pada penambahan
koagulan 25 mg/L paling besar. % penurunan kekeruhan juga paling tinggi
yakni 87,48%
b. Menentukan pH optimum
Tidak perlu melakukan percobaan pH optimum karena pada penambahan
koagulan optimum pH sampel masih pada range pH 6-7,8 dosis optimum.
c. Menentukan nilai putaran optimum pada pengadukan cepat.
pH awal

: 7,85

Suhu awal

:26C

Kekeruhan awal

: 96 NTU

Waktu pengad. Cepat

: 60 detik

Nilai Putaran pengd. Cepat (rpm)


200

150

120

pH

6,85

6,95

7,06

Suhu (C)

26,7

26

26,5

Kekeruhan (FTU)

10,27

9,97

23,24

% Penurunan kekeruhan

89,30

89,61

75,79

Putaran cepat dipilih adalah 150 rpm selama 1 menit. Nilai 150 rpm
dipilih karena nilai % penurunan kekeruhan dengan putaran cepat 150
rpm paling tinggi 89,61 %.
d. Menentukan nilai putaran optimum pada pengadukan lambat.
pH awal

: 7,5

Suhu awal

: 26 C

Kekeruhan awal

:89 NTU

Nilai putaran pengad. Lambat,


rpm
Waktu pengadukan, menit
pH
Suhu (C)
Kekeruhan (FTU)
% Penurunana kekeruhan

60
5

45 30
5
5
7,08
2,63
10,07
88,68

60
5

30 15
5
5
6,98
2,65
8,97
89,92

7|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
Seri putaran pengadukan lambat terpilih

8.

60 rpm

5 menit

45 rpm

5 menit

15 rpm

5 menit

Perhitungan
Dari percobaan jartester diatas didapat hasil :
Nilai koagulan optimum 25 mg/L.
Seri putaran cepat adalah 150 rpm dengan waktu 1 menit
Seri putaran lambat terpilih adalah 90 rpm; 60 rpm dan 45 rpm
masing-masing 5 menit.
Data dari sampel air dengan percobaan jartester terpilih adalah :
pH

: 7,8

Suhu (C)

: 26

Kekeruhan awal (NTU)

: 102

Kekeruhan (NTU)

: 2,65

% Penurunan kekeruhan dari seri Jartest terpilih adalah

Konversi putaran terpilih dari rpm ke rps


(

a. Sehingga putaran cepat dalam rps = 2 rps


b. Putaran lambat =
90 rpm

1,5 rps

60 rpm

1 rps

30 rpm

0,5 rps

Menghitung bilangan Reynolds

a. Nre Putaran cepat 200 rpm = 23874,2292


b. Nre Putaran lambat
90 rpm

10.754,1573
8|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
60 rpm

7.169,4382

30 rpm

3.584,7191

Bilangan Reynolds menunjukan putaran torbulen sehingga digunakan rumus


a. P putaran cepat = 0,09047 N m/dt
b. P putaran lambat
90 rpm

0,0082 N m/det

60 rpm

0,0024 N m/det

30 rpm

0,0003 N m/det

Menghitung gradien kecepatan menggunakan rumus

a. Gradien kecepatan untuk putaran cepat = 318,82 1/det


b. Gradien kecepatan untuk putaran lamab
90 rpm

95,98 1/det

60 rpm

51,92 1/det

30 rpm

8,35 1/det

9|Pa ge

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017

9.

Pembahasan Data
a. kaitannya dengan efisiensi bahan kimia, dosis maksimum atau minimum
belum tentu dosis yang tepat untuk dipilih. Maka dari itu dilakukan analisa
penentuan dosis optimum. Dari analisa Mencari dosis koagulan optimum
dipilih 25 mg/L karena penurunan kekeruhan pada penambahan koagulan
25 mg/L paling besar. penurunan kekeruhan pada dosis 25 mg/L adalah
87,48%
b. Dalam percobaan penentuan pengadukan cepat maupun lambat optimum,
praktikan mengambil simpulan bahwa tidak semua pengadukan yang
maksimal yang menjadi pengadukan optimum.
c. Dalam dosis koagulan optimum, pH masuk dalam range yang ditentukan
yakni 6-7,8 sehingga tidak dilakukan percobaan untuk mencari PH
optimum.
d. Dari percobaan Koagulasi dan Flokulasi, penetuan dosis koagulan optimum
dan pengadukan optimum. Didapat sebuah analisa Penentuan kriteria
desain harus tetap sesuai dengan air baku yang akan diolah. Sebab,
kriteria desain suatu unit koagulasi dan flokulasi yang terdapat dalam
kriteria Desain terkadang tidak sesuai dengan air baku yang akan diolah.

10.

Kesimpulan
Dari rangkain langkah praktikum koagulasi-flokulasi yang dilakukan, praktikan
dapat mengambil kesimpulan :
a. penentukan pengadukan cepat optimum digunakan sampel pengadukan
cepat 200, 150 dan 120 rpm, dengan pengadukan masing-masing 1 menit.
Dari hasil analisa pengadukan cepat 150 rpm lah yang paling optimum.
Dengan pengadukan cepat 150 rpm selama 1 menit didapat penurunan
kekeruhan sebesar 89,61 %.
b. Dari analisa Mencari dosis koagulan optimum dipilih 25 mg/L karena
penurunan kekeruhan pada penambahan koagulan 25 mg/L paling besar.
penurunan kekeruhan pada dosis 25 mg/L adalah 87,48%
10 | P a g e

Laporan Praktikum 2 Koagulasi-Flokulasi


Senin, 9 Januari 2017
c. Pada proses penentuan pengadukan lambat optimum, digunakan dua seri
pengadukan lambat. Yakni I (60; 45 dan 30) dan II (60; 30 dan 15. Dari
ketiga percobaan dapat simpulakan pengadukan lambat 60; 30 dan 15 rpm
lah yang paling optimum karena dengan pengadukan cepat 150 rpm
selama 1 menit dan pengadukan lambat 60; 30 dan 15 rpm masing-masing
selama 5 menit didapat % penurunan kekeruhan terbesar yakni 89,92 %.

11.

Referensi
1. Modul Praktikum Koagulasi-Flokulasi.
2. Data pratikum pada tanggal 9 Januari 2017.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai