Anda di halaman 1dari 13

MSDS (MATERIAL SAFETY DATA SHEET)

1. Tawas (Al2(SO4)3)
Risk (R)
R22 : Berbahaya jika tertelan.
R37 : Mengganggu sistem pernapasan
R38/36 : Mengiritasi mata dan kulit
Safety (S)
S20 : Dilarang makan dan minum
S24/25 : Hindari kontak mata dan kulit
S29 : Gunakan proteksi mata/muka.

2. Poly Aluminium Chloride (PAC)


Risk (R)
R20 : Berbahaya karna inhalasi
R41 : Kerusakan serius pada mata
Safety (S)
S46 : jika tertelan segera hubungi dokter
S36 : Gunakan pakaian pelindung

i
A. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi optimal koagulan terhadap upaya penjernihan air limbah
menggunakan metode Jar Test.

B. Prinsip Percobaan
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan
dioIah. Flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat
mengendap dalam air. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan konsentrasi
koagulan yang tepat terhadap air baku. Penjernihan air limbah melalui proses koagulasi-
flokulasi menggunakan metode Jar Test untuk menentukan konsentrasi optimal koagulan yang
dapat ditambahkan ke dalam air tersebut (Asnawi, 2021).

C. Metode Kerja
C.1 Alat
1. Gelas beker 1000 ml (4 buah)
2. Gelas beker 500 ml (1 buah)
3. Gelas kimia 100 ml (4 buah)
4. Gelas kimia 50 ml (4 buah)
5. Labu ukur 200 ml (4 buah)
6. Pipet tetes (3 buah)
7. Pipet volume 50 ml (1 buah)
8. Bulb (1 buah)
9. Kertas pH universal
10. Turbidimeter (1 set)
11. Rangkaian alat Jar Test (1 set)
12. Neraca analitik (1 set)
13. Spatula (2 buah)
14. Batang pengaduk (4 buah)
15. Botol sampel ( 8 buah)
16. Penghitung waktu
C.2 Bahan
1. Sampel air limbah
2. Larutan Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3)/Tawas (100 ppm; 200 ppm; 300 ppm dan 400
ppm)
3. Larutan Poyi Aluminium Chloride (PAC) (100 ppm; 200 ppm; 300 ppm dan 400 ppm)
4. Aquades

1
C.3 Prosedur Kerja
C.3.1 Preparasi Bahan

PAC
 Ditimbang dengaan variasi
berat yang berbeda.

PAC 0,02 gr PAC 0,04 gr PAC 0,06 gr PAC 0,08 gr

Tawas
 Ditimbang dengaan variasi
berat yang berbeda.

Tawas 0,02 gr Tawas 0,04 gr Tawas 0,06 gr Tawas 0,08 gr

Tawas
Tawas

Dibuat empat variasi larutan tawas pada labu ukur .


Dipindahkan kedalam botol penyimpanan

Hasil

PAC

Dibuat empat variasi larutan tawas pada labu ukur .


Dipindahkan kedalam botol penyimpanan

Hasil

2
C.3.2 Prosedur Jar Test
Air limbah
Dimasukkan kedalam 4 gelas beker 1 L masing-
masing sebanyak 900 mL.
Ditempatkan masing-masing gelas kimia pada
alat Jar Test dan turunkan pengaduk sampai
tepat di tengah cairan.
Dinyalakan pengadukan pada 100 rpm.

Air limbah 1 Air limbah 2 Air limbah 3 Air limbah 4

Ditambahkan koagulan Ditambahkan koagulan Ditambahkan koagulan


100 ppm sebanyak 50 200 ppm sebanyak 50 300 ppm sebanyak 50 Ditambahkan
mL. koagulan 400 ppm
mL. mL.
sebanyak 50 mL.

 Saat pengadukan mencapai waktu satu menit,


dikurangi kecepatan pengadukan pada 40 rpm.
Kecepatan pengadukan ditahan hingga 15 menit.
 Saat pengadukan 40 rpm mencapai waktu 15
menit, pengadukan dihentikan dan dilakukan
proses sedimentasi selama 15 menit.
 Setelah mencapai waktu 15 menit proses
sedimentasi, diambil supernatan (cairan bagian
atas) menggunakan pipet tetes untuk dilanjutkan
pada pengujian parameter pH, dan kekeruhan.

Hasil

3
C.3.3 Prosedur Pengujian pH dan kekeruhan.

Supernatan

 Untuk uji pH, digunakan kertas pH universal


untuk mengukur pH air limbah sebelum dan
sesudah penambahan koagulan.
 Untuk uji kekeruhan, digunakan alat turbidimeter
dengan memasukkan sampel yang akan diuji
pada botol vial menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas, kemudian diukur
 Setelah diperoleh seluruh hasil pengujian
parameter, dibuatlah grafik dengan mem-plotkan
antara konsentrasi larutan koagulan terhadap
hasil pengujian parameter (pH, dan kekeruhan).

Hasil

Keterangan : dengan prosedur yang sama, lakukan uji jar test terhadap koagulan PAC

3
D. Hasil dan Pembahasan
D.1 Hasil
D.1.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Koagulasi-Flokulasi Sampel Air Limbah

Hasil Pengamatan

Prosedur Kerja Poly Aluminium Chloride


Tawas/Aluminium Sulfat (PAC)

Kondisi air limbah keruh. keruh.


C1 = 100 ppm C1 = 100 ppm
Larutan konsentrasi tawas C2 = 200 ppm C2 = 200 ppm
yang dibuat C3 = 300 ppm C3 = 300 ppm
C4 = 400 ppm C4 = 400 ppm
Air limbah + pengadukan
Tidak terjadi perubahan. Tidak terjadi perubahan.
100 rpm
Air limbah + pengadukan Terbentuk flok-flok Terbentuk flok-flok
100 rpm + koagulan (gumpalan). (gumpalan).
Air limbah + pengadukan Semakin banyak terbentuk Semakin banyak terbentuk
40 rpm + koagulan flok-flok. flok-flok.
Air limbah + pengadukan 0
Terjadi proses pengendapan Terjadi proses pengendapan
rpm + koagulan + setelah
koagulan + flokulan. koagulan + flokulan.
15 menit
Kondisi pH sampel air pH sampel air limbah pH sampel air limbah
limbah sebelum koagulasi- sebelum flokulasi-koagulasi sebelum flokulasi-
flokulasi sebesar 7 koagulasi sebesar 7
C1 = 7 C1 = 7
Kondisi pH sampel air
C2 = 7 C2 = 7
limbah setelah koagulasi-
C3 = 7 C3 = 7
flokulasi
C4 = 7 C4 = 7
Kekeruhan sampel air Kekeruhan sampel air
Kondisi kekeruhan sampel
limbah sebelum flokulasi- limbah sebelum flokulasi-
air limbah sebelum
koagulasi sebesar 64,4 koagulasi sebesar 64,4
koagulasi-flokulasi
NTU. NTU.
Kondisi kekeruhan sampel C1 = 16,75 NTU C1 = 23,3 NTU
air limbah setelah C2 = 12,36 NTU C2 = 21,2 NTU
koagulasi-flokulasi

4
C3 = 11,80 NTU C3 = 20,5 NTU
C4 = 3,09 NTU C4 = 17,91 NTU

D.1.2 Grafik Hasil Pengamatan

Grafik Konsentrasi Koagulan VS Kekeruhan (Tawas & PAC)


70
64.4

60
Kekeruhan (NTU)

50

40

30 23.3 21.2 20.5


16.75 17.91
20
12.36 11.8
10 3.09
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Konsentrasi Koagulan (PPM)

PAC Tawas

Gambar : grafik konsentrasi koagulan tawas VS kekeruhan dan konsentrasi koagulan PAC VS
kekeruhan

D.1.3 Gambar

Gambar 1. Sebelum ditambahkan koagulan tawas/Aluminium Sulfat

5
Gambar 2. Setelah ditambahkan koagulan tawas/Aluminium Sulfat

Gambar 3. Sebelum ditambahkan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC)

Gambar 4. Setelah ditambahkan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC)

Gambar 5. Pengujian pH dan Pengujian Kekeruhan


D.2. Pembahasan

6
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang
akan dioIah, sedangkan flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, koloid, dan yang
tidak dapat mengendap dalam air (Asnawi, 2021).
Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid, dimana partikel-
partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada
proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah
atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang
merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi
secara merata pula. Proses flokulasi dilakukan setelah setelah proses koagulasi dimana pada
proses koagulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut
yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Proses flokulasi berlangsung dengan
pengadukan lambat agar campuran dapat membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan
dapat mengendap dengan cepat (Sisnayanti, 2021)
Proses koagulasi-flokulasi dapat dilakukan salah satunya menggunakan metode Jar
test. Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari
koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses penjernihan air dengan
menggunakan koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok-flok dengan adanya ion-ion
yang terkandung dalam larutan sampel. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil
dan koloid yang tumbuh dan akhirnya sama-sama mengendap. Jar test dilakukan sebagai
simulator clarifier tank untuk menentukan dosis bahan kimia dalam mendapatkan tingkat
kejernihan yang maksimal (Siahaan, 2017).
Percobaan ini juga menentuhan kekeruhan yang ada pada air limbah Alat yang
digunakan untuk mengukur kekeruhan sebelum dan sesudah ditambahkan koagulan yaitu
Turbidimeter. Turbidimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan air atau
suatu larutan. Pengukuran kekeruhan dilakukan berdasarkan sifat optik akibat disperse sinar
dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan sinar yang diperlukan terhadap sinar yang datang.
Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat turbidimeter yang berprinsip pada
spektroskopi absorpsi, dan juga diukur dengan turbidimeter berprinsip cahaya dengan
peletakan detector pada 90˚ terhadap arah sumber sinarnya (Khopkar, 1990).

Koagulan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Tawas dan PAC. Kemampuan
Tawas dan PAC akan dibandingkan untuk menurunkan kekeruhan pada air.

 Tawas (Alum)
Tawas (alum) adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia AL 2(SO4)3.11H2O, 14H20 atau
18H20 umumnya yang digunakan adalah 18H 20. Tawas merupakan bahan koagulan yang
paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran

7
serta mudah penyimpanannya. Bahan ini dapat berfungsi efektif pada ph 4 – 8. Jumlah
pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi
turbidity air baku semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga
tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Semakin
banyak dosis tawas yang ditambahkan maka Ph akan semakin turun, karena dihasilkan
asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara ph 5,8 – 7,4 (Risdianto,
2007)).
 Menurut Raharjo dalam Setianingsih (2000), PAC adalah polimer alumunium yang
merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi
pengolahan air. Sebagai unsur dasarnya adalah alumunium dan alumunium ini
berhubungan dengan unsur lain membentuk unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai
molekul yang cukup panjang. PAC merupakan kelas dari Aluminium Chloride, yang
telah dikenal dalam persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil (-OH)
serta ion – ion aluminium bertaraf Chlorinasi yang berlainan sebagai bentuk polynuclear.
Rumus umum PAC adalah (Al2(OH)nCl6-n)m. PAC digunakan sebagai koagulan dan
flokulan dalam suatu proses pengolahan air. Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi menjadi
2 bagian, yaitu :
 Pada pemrosesan air permukaan untuk keperluan air bersih, air minum dan air untuk
proses industri (PDAM, industri kertas, industri textile, industri baja, industri kayu, dan
lain-lain)
 Pada pemrosesan limbah cair industri, antara lain : industri pulpen dan kertas, industri
textile, industri gula, industri makanan, dan lain – lain.

Gambar 5. Prinsip Kerja Alat Turbidimeter

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32


Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum. Standar Baku Mutu untuk pH dan Kekeruhan adalah sebagai berikut.

8
Berdasarkan tabel data pengamatan diperoleh bahwa kekeruhan terendah sebesar 3,09
NTU yaitu penambahan koagulan larutan Aluminium Sulfat (Tawas) dengan konsentrasi 400
ppm ke dalam air limbah 950 ml . Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi optimum koagulan
adalah Aluminium Sulfat (Tawas) dengan konsentrasi 400 ppm untuk menghilangkan
kekeruhan air limbah. Nilai tersebut memenuhi standar menurut Permenkes RI
No.32/Menkes/Per/VI/2017 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi kekeruhan dengan batas
maksimum 25 NTU. Penggunaan koagulan pada percobaan ini karena sifatnya yang dapat
menarik partikel - partikel lain sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar
dan mudah mengendap. Selain itu karena tawas merupakan koagulan yang harganya murah
dan mudah didapat (Risdianto, 2007). Adapun reaksi hidrolisis tawas dalam air menurut
reaksi umum adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 6H2O → 2Al(OH)3 + 6H+ + SO42-
Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ sehingga pH larutan berkurang (Asnawi, 2021).
Setelah praktikum maka diperoleh data pengamatan dimana kondisi kekeruhan
sampel air limbah sebelum koagulasi-flokulasi sebesar 64,4 NTU . Sedangkan kondisi
kekeruhan sampel air limbah pada penambahan koagulan larutan tawas setelah koagulasi-
flokulasi yaitu konsentrasi 100 ppm (kekeruhan = 16,75 NTU) ; konsentrasi 200 ppm
(kekeruhan = 12,36 NTU) ; konsentrasi 300 ppm (kekeruhan = 11,80 NTU) ; konsentrasi 400
ppm (kekeruhan = 3,09 NTU).
Kondisi kekeruhan sampel air limbah pada penambahan koagulan larutan PAC
setelah koagulasi-flokulasi yaitu konsentrasi 100 ppm (kekeruhan = 23,3 NTU) ; konsentrasi
200 ppm (kekeruhan = 21,2 NTU) ; konsentrasi 300 ppm (kekeruhan = 20,5 NTU) ;
konsentrasi 400 ppm (kekeruhan = 17,91 NTU). Kondisi pH sampel air limbah sebelum dan
setelah koagulasi-flokulasi adalah sama yaitu pada pH netral (pH=7).
Penurunan kekeruhan sampel air baku seiring peningkatan dosis koagulan, Hal ini
terjadi karena adanya reaksi antara koagulan-flokulan dengan alkalinitas dalam sampel yang
menyebabkan berkurangnya alkalinitas seiring penambahan larutan koagulan (Kalavathy,
2017).

9
E. Kesimpulan
Konsentrasi optimal koagulan untuk Tawas/Aluminium Sulfate konsentrasi 400 ppm
dengan kekeruhan sebesar 3,09 NTU dan untuk Poly Aluminium Chloride (PAC) konsentrasi
400 ppm dengan kekeruhan sebesar 17,91 NTU. Konsentrasi tersebut adalah konsentrasi yang
dapat ditambahkan ke dalam sampel air guna mengurangi kekeruhannya. Sampel air limbah
dengan menggunakan koagulan Tawas/Aluminium Sulfate. lebih sedikit kekeruhannya
dibandingkan dengan Poly Aluminium Chloride (PAC).

10
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, Isran dan Ika Fitriani Juli Palupi. Modul Ajar PraktikumPraktek Pengolahan Limbah.
Politeknik Industri Logam Morowali. Morowali. 2021

Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


32/MENKES/PER/VI/2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum. Jakarta. 2017

Kalavathy, Giridhar M.V.S.S dan Viswanadh G.K. A Jar Test Study on the use of Alum and Ferric
Chloride for Turbidity Removal. Jawaharlal Nehru Technological University. Hyderabad,
India. 2017

Khopkar, S.M. Kimia Dasar Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta. 1990

Risdianto, Dian. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah Industri
Jamu (Studi Kasus Pt. Sido Muncul). Universitas Diponegoro. Semarang. 2007

Siahaan, Sherly. Perhitungan Jumlah Bahan Kimia Pada Eksternal Water Treatment. Politeknik
Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi. Bekasi. 2017

Sisnayanti.,dkk. Perbandingan Penggunaan Tawas dan PAC Terhadap Kekeruhan dan pH Air
Baku PDAM Tirta Musi Palembang. Vol 6, No 2, Hal 107-116. 2021

Anda mungkin juga menyukai