Anda di halaman 1dari 13

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

1. Asam Sulfat (H2SO4)


Risk (R)
R23 : Beracun karena inhalasi.
R25 : Beracun bila tertelan.
R36 : Mengiritasi mata.
R38 : Mengiritasi kulit.
Safety (S)
S2 : Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
S24 : Hindari kontak dengan kulit.
S25 : Hindari konta dengan mata.
S27 : Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
2. Asam Asetat (CH3COOH)
Risk (R)
R22 : berbahaya jika tertelan.
R36 : mengiritasi mata.
R56 : toksis bagi organisme tanah.
Safety (S)
S20 : dilarang (jangan) makan dan minum.
S46 : jika tertelan, segera hubungi dokter.
S24 : hindari kontak dengan mata.
S25 : hindari kontak dengan kulit.
2. Kristal Kalium Iodida (KI)
Risk (R)
R24 : berbahaya jika kontak dengan kulit.
R36 : mengiritasi mata.
R37 : mengganggu sistem pernapasan.
Safety (S)
S2 : jauhkan dari jangkauan anak-anak.
S13 : jauhkan dari makanan, minuman dan bahan makanan hewan.
S24 : hindari kontak dengan mata.
S25 : hindari kontak dengan kulit.
3. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
Risk (R)
R22 : berbahaya jika tertelan.
R20 : Berbahaya karena inhalasi.

i
R16 : Mengiritasi mata.
Safety (S)
S2 : jauhkan dari jangkauan anak-anak.
S24 : hindari kontak dengan mata.
S25 : hindari kontak dengan kulit.
4. Iodine
Risk (R)
R22 : Berbahaya jika tertelan.
R25 : Beracun jika tertelan.
R36 : Mengiritasi mata.
R37 : Mengganggu sistem pernafasan.
R35 : Mengiritasi kulit.
Safety (S)
S1 : Tutup rapat-rapat.
S2 : Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
S24 : hindari kontak dengan mata.
5. Kaporit
Risk (R)
R22 : berbahaya jika tertelan.
R36 : mengiritasi mata.
R38 : Mengiritasi kulit.
Safety (S)
S20 : dilarang (jangan) makan dan minum.
S46 : jika tertelan, segera hubungi dokter.
S24 : hindari kontak dengan mata.
S25 : hindari kontak dengan kulit.
6. Kalium Dkromat (K2Cr2O7)
Risk (R)
R10 : Mudah terbakar.
R22 : Berbahaya jika tertelan.
R20 : Berbahaya karena inhalasi.
R36 : Mengiritasi mata.
Safety (S)
S17 :Jauhkan dari bahan mudah terbakar.
S64 : Jika tertelan, bersihkan mulut dengan air (jika orang tersebut dalam keadaan sadar).

ii
S25 : Hindari kontak dengan mata.
S36 : Gunakan pakaian pelindung yang sesuai.

iii
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar klor aktif dalam sampel air.
B. Prinsip Percobaan
Penentuan kadar klor aktif sampel air melalui metode titrasi iodometri berupa
pembebasan iodin dari kalium iodida, kemudian dititrasi menggunakan larutan standar
natrium tiosulfat dan indikator kanji hingga tercapai titik akhir titrasi (hilangnya warna biru
dari larutan) (Asnawi, 2020).
C. Metode Kerja
C.1 Alat
1. Buret 25 mL (4 buah)
2. Statip dan Klem (4 pasang)
3. Erlenmeyer 250 mL (7 buah)
4. Labu pengencer 250 mL (1 buah)
5. Labu pengencer 100 mL (1 buah)
6. Labu pengencer 50 mL (1 buah)
7. Gelas kimia 1000 mL (1 buah)
8. Gelas kimia 250 mL (1 buah)
9. Hot Plate (1 set)
10.Pipet volume 25 mL (1 buah)
11.Pipet volume 10 mL (1 buah)
12.Spatula (1 buah)
13.Neraca Analitik (1 set)
14.Pipet tetes (2 buah)
15.Bulb (2 buah)
16.Botol semprot (1 buah)
17.Corong (1 buah)
C.2 Bahan
1. Sampel air
2. Asam sulfat (H2SO4) pekat
3. Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N
4. Iodine 0,028 N
5. Asam asetat (CH3COOH)
6. Kristal kalium iodida (KI)
7. Kaporit
8. Larutan amilum/kanji
9. Kertas pH universal

1
10.Aquades

C.3 Prosedur Kerja


C.3.1 Tahap Preparasi Bahan
C.3.1.1 Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N.

Na2S2O3 2 N

Diambil 1,25 mL dimasukkan ke dalam labu pengencer 250 mL.


Ditambahkan aquades hingga tanda batas, kemudian dihomogenkan.

Hasil

C.3.1.2 Pembuatan Larutan Kanji.

Tepung Kanji

Sebanyak 3 gram ditimbang pada neraca analitik dan dimasukkan kedalam


gelas kimia 100 mL.
Ditambahkan aquades sebanyak 100 mL dan dihomogenkan.
Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih.

Hasil

C.3.1.3 Standarisasi Larutan Na2S2O3.

K2Cr2O7 0,01 N

Dambil 25 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL yang telah berisi 1


mL H2SO4 pekat dan 1 gram KI kemudian diaduk perlahan.
Dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai titik akhir titrasi
tercapai (warna kuning hamper hilang/kuning bening).
Ditambahkan 1 tarikan pipet larutan kanji dan dilanjutkan titrasi sampai
warna biru hilang.
Dihitung normalitas Na2S2O3 dengan rumus :
Normalitas Na2S2O3 =

Hasil

2
C.3.2. Tahap Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Sampel Air dan Blanko (Akuades).
C.3.2.1. Pengujian Sampel Air

Sampel Air

Diambil 100 mL yang telah ditambahkan kaporit dimasukkan masing-masing ke


dalam 4 erlenmeyer 250 mL.
Ditambahkan masing-masing 1 tetes cairan kaporit dan 5 mL asam asetat glasial.
Diukur pH masing-masing larutan menggunakan kertas pH universal.
Ditambahkan 1 gram kristal KI.
Dititrasi masing-masing larutan menggunakan larutan Na2S2O3 hingga warna
larutan hampir hilang.
Ditambahkan 1 tarikan pipet larutan kanji.
Dititrasi hingga warna biru hilang pada titik akhir titrasi
Dihitung volume Na2S2O3

Hasil
C.3.2.2. Pengujian Blanko

Aquades

Diambil 100 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.


Ditambahkan 5 mL asam asetat glasial.
Diukur pH menggunakan kertas pH universal.
Ditambahkan 1 gram kristal KI.
Dititrasi masing-masing larutan menggunakan larutan Na2S2O3 hingga warna
larutan hampir hilang.
Ditambahkan 1 tarikan pipet larutan kanji.
Ditambahkan larutan iodine 0,028 N hingga muncul warna biru.
Dititrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru hilang.

Hasil

D.Hasil dan Pembahasan


D.1. Hasil
D.1.1. Data Pengamatan
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Klor Aktif Sampel Air
Perlakuan Sampel 1 Sampel 2

Ditambahkan asam asetat glasial pH 3 pH 3


warna tetap (bening) warna tetap (bening)

Ditambah KI Kuning Pekat Kuning Pekat

3
V1 Na2S2O3 2,9 mL 3 mL

Ditambah larutan kanji warna tetap warna tetap

Ditambah iodine 0,028 N 1 tarikan pipet 1 tarikan pipet


Larutan berwarna Larutan berwarna biru
biru

V2 Na2S2O3 0,9 mL 1,1 mL

D.1.2. Analisis Data


D.1.2.1 Standarisasi Na2S2O3 0,01 N
N K 2Cr 2O 7 × V K 2Cr 2O 7
N Na2S2O3 =
V Na 2S 2O 3
0,01 N × 25 mL
N Na2S2O3 =
21,3 mL
0,25
N Na2S2O3 = N
21,3
N Na2S2O3 = 0,0117370892 N ≈ 0,0117 N
D.1.2.2 Pengujian Klor Aktif
A = Volume titran Na2S2O3 untuk sampel (mL)
B = Volume titran Na2S2O3 untuk blanko (mL)
N = Normalitas larutan titran Na2S2O3
V = Volume sampel (mL)
Diketahui :
A sampel 1 = 3,8 mL
A sampel 2 = 3,9 mL
A = 3,85 mL
B = 2,8 mL
N Na2S2O3 = 0,00117 N
V sampel = 100 mL
Penyelesaian :
(A-B) × N × 35453
klor aktif (mg Cl2/L) =
V

( 3,85 - 2,8 ) × 0,0117 × 35453


=
100

4
43 5,540105
= mg/L Cl2
100

= 4,35540105 mg/L Cl2 ≈ 4,35 mg/L Cl2

5
D.1.3 Gambar

Gambar 1. Proses pembuatan larutan indikator Kanji dengan cara didihkan

Gambar 2. Larutan K2Cr2O7 0,01 N yang telah ditambahkan H2SO4 pekat dan KI 20%

Gambar 3. Setelah dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N

Gambar 4. Sampel air yang telah ditambahkan kaporit

Gambar. 5 Setelah ditambahkan asam asetat glasial, dicek pH larutan

6
Gambar 6. Larutan ditambahkan KI padatan (untuk blanko tidak berubah warna)

Gambar 7. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N hingga warna kuning hamper hilang

Gambar 8. Ditambahkan indikator kanji (untuk blanko ditambahkan lagi iodine 0,028 N)

Gambar 9. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N hingga warna biru hilang

D.2. Pembahasan
Residu klorin disebut juga dengan klorin bebas atau aktif, dapat diartikan jumlah klorin yang
tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu. Residu klorin ini terdapat dalam dua
bentuk antara lain residu klorin terikat dan residu klorin bebas (Schoefer, 2008).

7
Desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme patogen
kecuali spora bakteri yang terdapat di permukaan benda mati (non-biologis, seperti pakaian, lantai
dan dinding). Definfeksi juga merupakan proses pengurangan jumlah mikroorganisme pada suatu
sampel. Hal ini berbeda dengan sterilisasi yaitu penghilangan jumlah bakteri secara total.
Desinfeksi terdiri atas klorinasi, ozonisasi, radiasi UV, dan pemanasan dengan tekanan Pada
percobaan menggunakan desinfeksi klorinasi untuk mengetahui kadar klor aktif dalam sampel air.
Klorinasi banyak digunakan pada pengolahan dan penyediaan air domestik, disamping itu sering
pula digunakan pada air limbah yang jumlah klor yang digunakan tergantung pada konsentrasi
organik dan zat NH3-N dalam air yang diolah. Klor berasal dari gas klor Cl 2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau
larutan HOCl (asam hipoklorit) (Asnawi, 2020).
Klorin dalam bentuk produk kimia buatan menimbulkan dampak terhadap kesehatan, seperti
penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Selain berdampak pada kesehatan, senyawa klorin
juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik berupa produk maupun limbah yang
dihasilkan. Senyawa klorin juga dapat disebabkan dari pembakaran sampah dan kebocoran klorin
dalam proses industri (Hasan,2006)
Titrasi tidak langsung (iodometri) merupakan titrasi yang bertujuan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih kecil dari pada sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Prinsip Iodometri, sampel yang bersifat
oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rohman, 2009). Sifat oksidator kuat
pada klorin akan direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium.
Sampel air yang digunakan ditambahkan kaporit karena klor yang terkandung didalamnya
sangat sedikit sehingga sulit untuk diamati. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
OCI⁻ + 2 KI + 2 CH₃COOH I₂ + KCH₃COO + H₂O + CI⁻
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan karena
kompleks Iod Amilum yang terbentuk dari hasil reaksi antara OCI ⁻ dan KI dalam suasana
asam berupa penambahan asam asetat (Rohayati, 2016). Fungsi penambahan asam asetat
yaitu agar iodium bereaksi dengan hidroksida dari asam asetat dan akan menjadi ion iodida
(Ulfa, 2015) , kemudian penambahan amilum dipecah kembali oleh Na ₂S ₂O ₃ dengan
reaksi sebagai berikut :
I₂ + Kanji (berwarna biru )
I₂ + Na₂S₂O₃ Na₂S4O6+ 2NaI
Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar
amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali
ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan
sifat I2 yang mudah menguap. Ketika titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi
dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.

8
Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada
saat titik akhir titrasi (Underwood, 1986).
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Standar Baku Mutu untuk Alkalinitas adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Klor Aktif /Sisa Klor pada Kolam Renang, dan Media Air Spa
No. Tempat Parameter Unit Standar Baku Keterangan
Wisata/ Mutu (kadar
Lokasi minimum/kisaran)
1. Kolam Sisa klor mg/L 1-1,5 Kolam beratap/tidak
Renang bebas beratap
mg/L 2-3 Kolam panas dalam
ruangan
Sisa klor mg/L 3 Semua jenis kolam
terikat renang
2. Media Air Sisa klor mg/L Minimum 1 SPA biasa
SPA bebas mg/L 2-3 SPA panas
Sisa klor mg/L Minimum 3 SPA biasa
terikat
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa kadar klor aktif dalam sampel air
yang diuji sebesar 4,35 mg/L Cl2. Nilai tersebut tidak memenuhi standar menurut
Permenkes RI No.32/Menkes/Per/VI/2017 Tentang Persyaratan Kolam Renang dan Media
Air Spa dimana kandungan klor dengan batas maksimum 3 mg/L.
E. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh kadar klor aktif dalam sampel air sebesar
4,35 mg/L Cl2.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, Isran dan Ika Fitriani Juli Palupi. Modul Praktek Pengolahan Limbah. Politeknik Industri
Logam Morowali. Morowali. 2020

Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


32/MENKES/PER/VI/2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum. Jakarta. 2017

Hasan, Achmad. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT Vol 7. No, 1 (2006):
90-96

Rohayati, Euis Safarin dan Galih Rizky Puji Mega Lestari. “Pemeriksaan Kadar Klorin pada Air
PDAM Tirta Galuh Cabang Ciamis”. Jurnal STIKes Muhammadiyah Vol. 3, No.2 (2016):
5.

Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib Gandjar. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
2009

Schoefer, Y, dkk. Health Risks of Early Swimming Pool Attendance. International Journal Hygine
and Environment Health Vol. 211 No. 3-4 (2008): 369.

Ulfa, Ade Maria. Penetapan Kadar Klorin (Cl 2) pada Beras Menggunakan Metode Iodometri.
Jurnal Kesehatan Holistik Vol 9, No 4 (2015): 199.

Underwood, Day A.R. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-6. Erlangga. Jakarta. 1986.

Anda mungkin juga menyukai