Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

IODO-IODIMETRI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YIOGYAKARTA
2017
KELOMPOK 4
MUHAMMAD DZUHRI FERIANTO
MUHAMMAD RIDHA RIVALDI
TRI ILMA HUMAIRAH
YASINTA ISNAINI
I. TUJUAN
1. Dapat membuat larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N
2. Dapat melakukan standarisasi larutan Natrium
Tiosulfat menggunakan Kalium Dikromat
3. Dapat membuat larutan Iodium 0,1 N / Iod 0,1 N
4. Dapat melakukan standarisasi larutan Iod dengan
larutan Natrium Tiosulfat
5. Dapat menentukan kadar cuprum (Cu) dalam
kristal Cu(SO4)2.5H2O
II. DASAR TEORI
Iodometri adalah titrasi dengan larutan standar iodium (I2).
Iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang dibebaskan
dari suatu reaksi redoks, menggunakan larutan standar
Natrium Tiosulfat.
Iodium merupakan oksidator lemah dibanding kalium
permanganat maupun kalium dikromat, beberapa reaksi
oksidasinya :

Sn2+ + I2 Sn4+ + 2 I-

H2S + I2 S + 2 H+ + 2 I-
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
II. DASAR TEORI
Peranan titrasi iodi iodometri dalam kehidupan sehari hari :
1. Penentuan kadar vitamin C
2. Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih
3. Untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat oksidator
{Besi (III), Tembaga (II) }

I2 dapat dapat bertindak sebagai indikator.


membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum.
Titik ekuivalen ditandai dengan hilangnya warna biru dari
larutan.
Penambahan amilum dilakukan sebelum titik ekuivalen
terjadi yaitu saat titran berwarna kuning jerami.
II. DASAR TEORI
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa
pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri
terdiri dari 2, yaitu:
1. Metode langsung = bahan pereduksi
langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium.
2. Metode titrasi balik = bahan pereduksi
dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam
jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat
III. METODE
A. ALAT B. BAHAN
1. Kaca arloji 1. Iodium kristal
2. Sendok sungu 2. Kalium Iodida
3. Gelas beker 250ml 3. Natrium Tiosulfat
4. Labu takar 4. Kalium Dikromat
5. Buret 5. Cupper Pentahidrat
6. Pemanas 6. Asam Sulfat
7. Corong 7. Larutan Kanji
8. Pipet tetes 8. HCl 25%
9. KClO3
10. Akuades
III. METODE
C. CARA KERJA

1.Pembuatan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N

Aquades
yang didihkan
Natrium tio sulfat 1L
ditimbang Ditanda bataskan
2.Standarisasi larutan Na2S2O3 dgn larutan standart K2Cr2O7

Aquades 25 mL 1 gram KI
K2Cr2O7
0,15005 gram

HCL 5 mL 25 %

dititrasi
Larutan A
Larutan A warna kuning hampir hilang Amilum

dititrasi Hasil akhir


3.Pembuatan larutan Iod 0,1 N

3,1750 gram iodium Larutan B


KI 10 gram
Aquadest 10 mL
Dikocok hingga larut
(larutan A)

Ditanda bataskan vol 250 mL


4.Standarisasi Larutan Iod dgn larutan Na2S2O3 Standar

Amilum
25 ml larutan Iod warna kuning
hampir hilang
Larutan tsb dititrasi
dengan Na.Tiosulfat 0,1
5.Penentuan Kadar Cu dalam Cu (SO4) 5H2O

CuSO4.5H20 0,40004 gram KI 10 gram 25 mL aquadest


VI. DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan Na2S2O3 1N
BM Na2S2O3 : 248,18 gram/mol
Berat Na2S2O3 : 124,3168 gram
Volume Na2S2O3 : 1000 ml
Diencerkan menjadi 0,1 N

2. Standarisasi Normalitas larutan Na2S2O3 dengan garam kristal


No K2Cr2O7
Berat Volume Berat KI Volume Volume Na2S2O3 Perubahan warna
K2Cr2O7 K2Cr2O7 HCL 25% dalam buret

1 0,1 gram 25 ml 1,0 gram 5 ml 36,2 ml Hitam-Kuning-


Biru-Hijau
2 0,1 gram 25 ml 1,0 gram 5 ml 36,2 ml Hitam-Kuning-
Biru-Hijau
3. Pembuatan Larutan Iodium 0,1 N
Berat Iod : 3,1755 gram
BM Iod : 253,81 gram/mol

Diencerkan menjadi 0,05 N


V pekat : 12,5 ml V encer : 250 ml
N pekat : 1 N N encer : 0,05 N

4. Standarisasi larutan Iod dengan larutan Na2S2O3


No Volume Iod Volume Indikator Perubahan warna
Na2S2O3
1 25 ml 54,8 ml 2 tetes amilum Hitam-Kuning-Bening
2 25 ml 54,4 ml 2 tetes amilum Hitam-Kuning-Bening
5. Penentuan Kadar Cu dalam Cu(SO4)2.5H2O

NO Berat Berat KI Volume Volume Perubahan Warna


Cu(SO4)2.5H2O Aquadest Na2S2O3

1. 0,4046 gram 0,4 gram 25 ml 45 ml Hijau-Abuabu-Ungu-


Susu-Putih Pucat
2. 0,4123 gram 0,4 gram 25 ml 45,1 ml Hijau-Abuabu-Ungu-
Susu-Putih Pucat
V. PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1N
a. Mencari massa Na2S2O3
Diketahui : a. BM = 248,18 g/mol
b. Volume = 1000 ml
c. BE = BM
=124,09 g/mol
N = Massa/BE X 1000/V(ml)
1N = Massa/124,09 g/mol X 1000/1000ml
Massa = 124,09 gram
b. Diencerkan dengan 100ml akuades menjadi 0,1 N
2. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O4 0,1 N
Diketahui : a. N K2Cr2O4 = 0,1 N
b. V K2Cr2o4 = 25 ml
c. V Na2S2O3 = 36,2 ml
N Na2S2O3 . V Na2S2O3 = N K2Cr2O4 . V K2Cr204
N Na2S2O3 . 36,2 ML = 0,1 N . 25 ml
N Na2S2O3 = 0,0690 N
3. Pembuatan larutan Iodium 0,1N
a. Mencari massa Iod
Diketahui : a. BM = 254 g/mol
b. Volume = 250 ml
c. BE = BM
=127 g/mol
N = Massa/BE X 1000/V(ml)
0,1N = Massa/127 g/mol X 1000/250ml
Massa = 3,175 gram
b. Diencerkan dengan 12,5ml akuades menjadi 0,05N
4. Standarisasi larutan Iod dengan Na2S2O3
Standar.
Diketahui : a. N Na2S2O3 = 0,0690 N
b. V Na2S2O3 = 54,6 ml
c. V Iod = 25 ml
N Na2S2O3 . V Na2S2O3 = N Iod . V Iod
0,0690 N . 54,6 ml = N Iod . 25 ml
N Iod = 0,1507 N
5. Penentuan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O
Diketahui :
a. Massa sampel = 0,40845 gram
b. Volume rata-rata Na2S2O3 = 45,05 ml
1. Secara Teoritis :
Kadar Cu = Ar Cu/Mr X 100%
= 63,5/249,5 X 100% = 25,4509 %
2. Secara Percobaan
mg Cu = (N . V) Na2S2O3 . BM Cu
= 0,0690 N . 45,05 ml . 63,5 g/mol
= 197,3865 mg = 0,1974 gram
Kadar Cu (Percobaan)
= Massa Cu/Massa Sampel X 100%
= 0,1974 gram/0,40845 gram X 100%
= 48,3290 %
VI. PEMBAHASAN
Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 bertujuan untuk
menentukan konsentrasi Na2S2O3 yang merupakan larutan sekunder. Titrasi
dilakukan pada suasana asam sehingga ditambah HCl 25% dan KI berfungsi
untuk mereduksi analit sehingga bisa dijadikan standarisasi. Titrasi awal
dilakukan sampai larutan berubah menjadi kuning kemudian ditambah
amilum sebagai indikator. Titik akhir ditandai dengan berubahnya warna biru
menjadi hijau. Dan diperoleh normalitas Na2S2O3 sebesar 0,0690 N
Standarisasi larutan Iod dengan Na2S2O3 standar. Penambahan KI saat
pembutan larutan Iod berfungsi untuk memperbesar kelarutan Iodium yang
sukar larut dalam air. Titik akhir pada percobaan ini adalah larutan berubah
menjadi bening padahal seharusnya titik akhir yang diperoleh adalah biru
kehijauan. Hal ini disebabkan sifat Iodium yang mudah menguap pada saat
erlenmeyer dibiarkan dalam keadaan terbuka sehingga tidak ada iodium yang
bereaksi dengan Na2S2O3. Dan normalitas larutan Iod diperoleh sebesar 0,1507 N
VI. PEMBAHASAN
Penentuan kadar Cu dalam CuSO4.5H2O dilakukan dengan titrasi
dengan larutan Na2S2O3 dan ditambahkan amilum sebagai indikator untuk
memperjelas perubahan warna. Titik akhir pada percobaan ini adalah putih
keruh. Kadar Cu yang diperoleh dari percobaan adalah 48,3290% , Namun
secara teoritis seharusnya 25,4509%. Kesalahan ini dikarenkan adanya zat
pengotor didalam CuSO4.5H2O dan kesalahan praktikan dalam menentukan
titik akhir titrasi serta faktor-faktor lainnya yang mungkin terjadi.
VII. KESIMPULAN
1. Normalitas Na2S2O3 = 0,0690 N
2. Normalitas Iod = 0,1507 N
3. Kadar Cu
A. Secara teoritis = 25,4509 %
B. Secara Percobaan = 48,3290 %
IX. DAFTAR PUSTAKA
Wiwoho,S.ST,Novita.2017.Modul Praktikum Iodo-
Iodimetri.Yogyakarta:STTN-BATAN

Https://www.google.com.hk/amp/s/Mutmainnahlatief.wordpress.co
m/2012/01/06/308/amp

https://nurijawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/Iodo-
Iodimetri

Anda mungkin juga menyukai