TITRASI IODOMETRI
OLEH:
4.2. Bahan
No Nama Konsentrasi Jumlah
1 HCl 0,1 M Secukupnya
2 KI 0,1M Secukupnya
3 Na2CO3 0,1M Secukupnya
4 NH4OH 0,1 M Secukupnya
5 CuSO4 0,1 M Secukupnya
6 Na2S2O3 0,1 M Secukupnya
7 K2Cr2O7 0,1 M Secukupnya
Gambar 6
c. Titrat tersebut diatas dititrasi dengan - Dilakukan titrasi dengan larutan
larutan Na2S2O3 sampai warna biru tua Na2S2O3 sampai warna biru tua berubah
berubah menjadi hijau. menjadi kehijauan
Gambar 7
gram 1000
Massa = 6,2114 gram 0,05M x
Pembuatan indikator amilum dilakukan dengan melarutkan sebanyak 0,75 gram 248 500
dalam 50 mL aquades dan didihkan sampai membentuk jelatin. Pada percobaan, warna gelatin
yang didapatkan tidak sampai jernih yang kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengadukan
saat amilum dipanaskan, yang menyebabkan terdapatnya amilum yang tidak larut dalam air.
Larutan KI dalam percobaan ini digunakan untuk penambahan pada larutan standar primer
dan digunakan untuk membuat titrat (CuSO4 + KI) saat titrasi penentuan kadar tembaga dalam
sampel. Larutan KI dibuat dengan melarutkan 4,1525 gram KI dalam aquades sebanyak 250 mL
kemudian dikocok hingga homogen dan menghasilkan larutan yang tidak berwarna.
Perhitungan pembuatan larutan standar primer KI
massa 1000
M x
Mr V
gram 1000
Massa = 4,1525 gram 0,1M x
166 250
3. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 0,1 N
Standarisasi larutan Na2S2O3 dilakukan menggunakan suatu titrat yang dibuat dengan
menambahkan berturut-turut 100 mL aquades, 6 mL HCl pekat, dan 30 mL larutan KI 0,1 N pada
25 mL larutan K2Cr2O7 yang menghasilkan larutan berwarna coklat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
Cr2O72- + 6I- + 14H+ 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
Iodin yang dibebaskan pada reaksi di atas dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna coklat pada
larutan memudar. Kemudian larutan ditambahkan amilum 1 mL sampai larutan berwarna biru
yang seharusnya larutan berwarna biru tersebut digunakan sebagai titrat pada standarisasi larutan
Na2S2O3. Namun pada percobaan yang dilakukan, titrat yang dibuat masih berwarna coklat.
Karena keberadaan I2 pada titrat sangat berlebih (akibat tidak dititrasi terlebih dahulu dengan
Na2S3O3) sehingga penambahan amilum tidak dapat mengubah seluruh I2 menjadi kompleks yang
berwarna biru.
Titrat tersebut selanjutnya dititrasi dengan larutan Na 2S2O3 yang menyebabkan titrat yang
berwarna coklat berubah menjadi hijau yang menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
menghasilkan larutan berwarna biru. Sebanyak 0,7 mL larutan tersebut dinetralkan dengan amonia
yang ditambahkan sedikit demi sedikit yang dikontrol dengan indikator universal sampai
indikator universal menunjukan pH=7. Larutan menjadi berwarna biru muda setelah
ditambahkan amonia. Kemudian larutan tersebut ditambahkan KI 0,1 N masing-masing sebanyak
12 mL. Setelah penambahan KI larutan tetap berwarna biru muda. Seharusnya penambahan KI
dilakukan sampai larutan berwarna kuning yang menandakan terdapat I2 sesuai reaksi berikut.
Cu2+ + 4I- Cu2I2(s) + I2
Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan Na2S3O3 sampai warna kuning pada larutan tersebut
memudar. Kemudian ditambahkan 1 mL indikator amilum yang akan menyebabkan larutan
berwarna biru kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang.
Namun percobaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur, sehingga sesuai prosedur
penambahan KI tidak dilakukan sampai larutan berwarna kuning terlebih dahulu namun larutan
setelah ditambah KI dititrasi sampai menghasilkan warna kuning yang kemudian baru
ditambahkan indikator amilum yang menyebabkan larutan berubah menjadi berwarna biru muda
dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru larutan hilang.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyaknya volume larutan Na2S3O3 yang diperlukan pada
proses titrasi adalah sebagai berikut.
Titrasi 1 : menghabiskan 23 mL
Titrasi 2 : menghabiskan 27,05 mL
Jadi, rata-rata larutan Na2S3O3 0,294 N yang digunakan untuk titrasi adalah 23,7 mL. Dengan
demikian dapat dihitung konsentrasi CuSO4 dengan perhitungan seperti berikut :
V1 (Na2S3O3) = 23,7 mL
N1 (Na2S3O3) = 0,147 M
V2 (CuSO4) = 5 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 N1 23,7 mL x 0,294 N
N2 1,393 N 0,69 M
V2 5 mL
BE = BM 65,37
65,37
e 1
= 0,091 gram
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan perhitungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
kadar tembaga dalam sampel CuSO4 adalah 16,54 %.
V. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa aquades yang digunakan pada prosedur 1.a di atas perlu dididihkan?
Jawab:
Karena jika aquades biasa digunakan maka garam tiosulfat pada Na2SO3 sedikit larut. Jika
garam tiosulfat sedikit larut akan mempengaruhi titrasi, maka dari itu digunakan aquades
yang panas karena suhu dapat mempercepat/mempengaruhi suatu laju reaksi.
2. Apakah fungsi HCl dalam prosedur 3.b di atas?
Jawab:
Karena pada prosedur 3.b di atas digunakan K 2Cr2O7 yang merupakan senyawa inert.
Pada penambahan HCl ini memberikan suasana asam pada larutan yang dapat
mengakibatkan reaksi berlangsung lebih cepat. Penambahan asam kuat HCl digunakan
untuk membantu reduksi Cr2O72- menjadi Cr3+. (Lihat reaksi di pembahasan)
3. Apakah fungsi KI dalam prosedur di atas dan mengapa pada prosedur 4.b digunakan 30
mL KI?
Jawab:
Fungsi KI dalam percobaan ini sebagai zat reduksi yakni membebaskan Iod dari Iodida.
Penggunaan KI 30 mL agar pembentukan Iod dalam reaksi itu lebih banyak, sehingga
jika ditambahkan amilum perubahan warna akan tampak jelas.
4. Mengapa larutan amilum ditambahkan setelah titrasi dilakukan (langkah 4.c) dan tidak
sebelum titrasi dilakukan (langkah 4.b)?
Jawab:
Amilum ditambahkan pada akhir titrasi agar amilum tidak mengikat Iod karena akan
menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Jika
ditambahkan sebelum titrasi maka Iod akan dibungkus oleh amilum dan amilum akan
membentuk suspensi yang tidak stabil dan akan membentuk senyawa kompleks dengan
Iodium yang sukar larut.
REFERENSI
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
G. H. Jeffery. 1989. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. Avon: Bath Press.
Sastrawidana, I Dewa Ketut., I Nyoman Selamat., dan I Gusti Lanang Wiratma. 2001. Buku
Penuntun Belajar Kimia Analitik Kualitatif. Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja
Selamat, I Nyoman, dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja
Selamat, I Nyoman, dkk. 2002. Kimia Analitik Kuantitatif . Singaraja : Jurusan Pendidikan
Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja