Anda di halaman 1dari 6

DETEKTOR RADIASI

Detektor radiasi merupakan tranducer (sensor) yang dapat mengenali adanya radiasi
nuklir, baik alfa, beta, maupun gamma. Pendeteksian radiasi ionisasi di alam sekitar
menjadi sangat penting karena tubuh manusia tidak mampu mengindera kehadiran radiasi
ionisasi. Konsep dasar pendeteksian radiasi ionisasi didasarkan atas interaksi partikel
radiasi dengan materi penyusun detektor, sehingga terjadi ionisasi.

Pengetahuan tentang inti isotop radioaktif dapat diperoleh dengan menganalisa partikel-
partikel yang dipancarkan oleh inti tersebut. Analisa ini diantaranya digunakan untuk
mengetahui informasi jenis partikel radiasi, arah gerak, kecepatan, momentum, muatan,
massa dan spin. Dengan demikian, untuk mengetahui informasi tentang partikel radiasi
diperlukan suatu eksperimen menggunakan peralatan deteksi radiasi. Namun sayangnya
semua informasi ini tidak dapat diperoleh jika hanya menggunakan satu jenis peralatan
deteksi.

Semua jenis peralatan deteksi partikel radiasi memiliki prinsip yang sangat mirip, yaitu
partikel radiasi memasuki detektor dan terjadilah interaksi antara partikel radiasi dengan
material detektor, sehingga terjadi proses eksitasi atau ionisasi molekul-molekul material
detektor. Apabila material detektor tersebut terbuat dari gas, maka interaksi antara semua
partikel radiasi alpha (α), beta positif (β+), beta negatif (β-), gamma (γ) dan netron
dengan gas akan terjadi proses ionisasi yang menghasilkan ion positif dan elektron.
Dengan demikian, diperlukan teknik untuk memisahkan dua jenis partikel tersebut dalam
waktu yang sangat singkat, karena apabila kedua jenis partikel ini tetap berdekatan maka
mereka akan bergabung kembali sehingga tidak menimbulkan sinyal listrik. Pemilihan
material detektor sangat bergantung pada jenis partikel radiasi yang akan dideteksi serta
tujuan yang ingin diperoleh dari pendeteksian. Partikel alpha (α) memiliki daya tembus
kecil, sehingga detektor untuk partikel radiasi alpha (α) memiliki ukuran sangat tipis.
Berdasarkan daya tembus partikel, maka biasanya detektor partikel beta (β) memiliki
ketebalan sekitar 0,1 mm - 1 mm sedangkan detektor gamma (γ) memiliki ketebalan
sekitar 5 cm.

Jenis Detektor Radiasi


1. Elektroskup (Electroscope)
2. Kamar Ionisasi (Ionization Chamber)
3. Pencacah Proporsional
4. Detektor NaI(Tl)
5. Detektor Isian Gas

1. Elektroskup
Elektroskup merupakan peralatan yang paling awal untuk mendeteksi ionisasi radiasi dari
dua buah kepingan emas tipis. Bahan radioaktif ditempatkan di dalam wadah
electroscope bermuatan. Radiasi yang dihasilkan oleh bahan radioaktif tersebut
menyebabkan gas yang ada di dalam electroscope tersebut terionisasi.
Muatan-muatan yang terkumpul pada kepingan itu menyebabkan kepingan itu menyatu
(converge). Laju konvergensi itu secara langsung sebanding dengan jumlah ionisasi dan
juga sebanding dengan jumlah radiasi.

2. Kamar Ionisasi
Kamar ionisasi tersusun atas sejumlah volume gas kecil pada tekanan atmosfer dalam
kamar, I dan di dalamnya terdapat dua elektroda, E dan E’, dipertahankan pada beta
potensial tinggi menggunakan sumber tegangan, V.

Berkas radiasi masuk ke dalam chamber sehingga menyebabkan ionisasi. Ion yang
dihasilkan pada ionisasi itu dikumpulkan pada elektroda + dan - . Tegangan dijaga tetap
tinggi, sehingga tidak ada rekombinasi partikel.

a.
Kamar Ionisasi
untuk berkas partikel kontinue atau x-ray
b. Kamar Ionisasi dan rangkaian untuk deteksi berkas partikel tunggal

1. Pencacah Proporsional
Pencacah Proporsional merupakan bentuk modifikasi dari kamar ionisasi, perbedaannya
terdapat pada dua aspek.
i. Pada pencacah proporsional salah satu elektroda berupa silinder berlubang
(hollow cylinder), dan satu elektroda lagi berupa kawat di dalam silinder sepanjang
sumbu silinder itu.
ii. Tegangan yang terpasang pada pencacah proporsional lebih besar daripada
kamar ionisasi. Ukuran pulsa akan meningkat sejalan dengan kenaikkan tegangan
sampai dengan batas tegangan tertentu. Ukuran pulsa berbanding langsung dengan
jumlah ionisasi primer partikel.

2. Detektor NaI(Tl)

Detektor NaI(Tl) merupakan detektor jenis sintilasi. Bahan sintilator berupa kristal
tunggal Natrium Iodida yang didopping dengan sedikit Tallium. Sinar gamma yang
terdeteksi berinteraksi dengan atom-atom bahan sintilator berupa interaksi efek
fotolistrik, hamburan Compton dan efek pembentukan pasangan. Elektron bebas hasil
interaksi selanjutnya akan mengalami proses ionisasi dan penetralan (excitasi).
1.
Detektor Isian
Gas
Interaksi semua partikel radiasi dengan gas adalah proses ionisasi dan menimbulkan ion
positif dan elektron. Untuk memisahkan kedua jenis partikel yang berlainan tersebut
digunakan medan listrik yang ditimbulkan oleh dua buah elektroda yaitu anoda yang
bermuatan listrik positif dan katoda yang bermuatan listrik negatif. Prinsip ionisasi gas
oleh partikel radiasi dapat digunakan untuk mengembangkan detektor radiasi. Detektor
dengan prinsip ionisasi gas ini disebut detektor isian gas (gas-filled detector) Bentuk fisik
dari detektor isian gas terdiri dari tabung gas yang berisi gas yang akan terionisasi oleh
kehadiran pertikel radiasi. Gas yang biasa digunakan adalah gas mulia dengan campuran
gas poliatomik sebagai ‘quench gas’, tetapi ada juga yang hanya diisi dengan udara biasa
dengan tekanan sedikit lebih rendah dari pada tekanan udara diluar. Tutup silinder yang
terletak di bagian depan detektor terbuat dari material sejenis polimer tipis sedemikian
sehingga partikel alpha (α) dapat menembusnya. Selongsong silinder berfungsi sebagai
katoda dan kawat yang terletak di sumbu silinder dan terisolasi dengan dinding silinder
sebagai anoda. Beda tegangan (V) dipasangkan antara dinding silinder dengan anoda
melalui hambatan (R).

Prinsip Kerja Detektor Isian Gas

Detektor isian gas bekerja dengan memanfaatkan ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi
selama melewati suatu gas. Secara khas pencacah seperti ini terdiri dari dua buah
elektrode yang diberi beda potensial listrik tertentu. Ruang antara dua elektrode itu diisi
dengan suatu gas. Radiasi pengion, yang melewati ruang antara elektrode tersebut, akan
melesapkan sebagian atau semua energinya dengan membangkitkan pasangan-pasangan
elektron ion. Elektron dan ion ini merupakan pembawa muatan yang bergerak karena
pengaruh medan listrik. Ketika radiasi memasuki detektor kemudian berinteraksi dengan
atom-atom gas isian maka atom-atom tersebut akan mengeluarkan elektron dari orbitnya.
Elektron-elektron ini kemudian dikumpulkan menggunakan medan listrik dan dibentuk
menjadi pulsa tegangan atau arus listrik yang dapat dianalisa oleh suatu rangkaian
elektronik. Dengan kata lain muatan yang dihasilkan oleh radiasi tersebut diubah menjadi
pulsa oleh piranti elektronika dan partikel-partikel itu dicacah secara individual

Gambar 1. Skema
Detektor Isian Gas
Misalkan antara
anoda dan katoda
terpasang beda potensial sebesar V volt dan radiasi memasuki detektor sehingga
terbentuklah sejumlah elektron dan ion-ion positif. Amplitudo sinyal listrik yang
terbentuk sebanding dengan jumlah elektron atau ion ( dengan demikian sebanding
dengan tenaga radiasi yang memasuki detektor) dan tidak tergantung pada tegangan V.
Beda tegangan antara katoda dan anoda hanyalah mempengaruhi laju gerak elektron
menuju ke anoda dan ion positif menuju katoda. Detektor gas isian dengan tegangan V
yang relatif rendah seperti ini dinamakan detektor ionisasi.

Siklus pembentukan sinyal listrik berakhir ketika ion sampai di katoda. Namun demikian,
ion-ion ini dapat menumbuk katoda sehingga dapat menumbuk katoda sehingga dapat
dihasilkan elektron dari katoda sehingga dapat memicu terjadinya proses ionisasi
sekunder. Untuk menghindari agar proses ini tidak terjadi maka gas pengisi pada detektor
adalah gas dengan struktur molekul sederhana misalnya gas argon dan gas dengan
struktur molekul kompleks seperti ethanol.

Anda mungkin juga menyukai