Anda di halaman 1dari 143

TUGAS TKFS

(Materi : TERMODINAMIKA)

Disusun oleh :
Anas Sadewo (3215160766)
Ivanzieo Viooli Sulthon (3215160800)
Ilham Mubarak (3215143651)

Kelompok 3
Pendidikan Fisika A 2016

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2018
( Konsep – Konsep Dasar Termodinamika)

A. Koordinat – Koordinat Termodinamika


Besaranmakrokopis yang
dikaitkandenganbagiandalamdarisystemdisebutdengankoordinattermodinamika.Dala
mTermodinamikabesaranmakroskopis yang menggambarkansysteminiadalahtekanan
gas (p), volume gas (V), dantemperatur gas (T).
Ketigabesaraninidapatdiamatidandiukursecaralangsung.Misalnya, tekanan gas
diukurdenganmenggunakan barometer atau manometer.Volume gas
diukurdenganmenggunakanpiknometer, dantemperatur gas
dapatdiukurdenganthermometer
Eksperimenmenunjukkan, bahwa tekanan gas (p), volume gas (V), dan
temperatur gas (T) mempunyai kaitan tertentu. Artinya, gas dapat diberi harga volume
tertentu, misalnya 2 liter. Kemudian gas dipanaskan sampai temperatur tertentu,
0
misalnya 75 C, ternyata tekanan gas sudah mempunyai harga yang pasti. Secara
matematis, antara p, V, dan T mempunyai hubungan fungsional: f (p, V, T) = 0. Dari
hubungan empiris ini dapat dibuat ramalan-ramalan tertentu. Misalnya mengenai:
koefisien muai gas, kapasitas kalor gas, energi-dalam gas, dan koordinat sistem
lainnya. (Yunus C & Michael A, 2008, hal 2)
Hubungan ketiga besaran ini telah dipelajari danditeliti oleh para ilmuwan.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan ketigavariabel tersebut, mari kita pelajari
beberapa hukum mengenai gas ideal.
1.Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanangas adalah
Robert Boyle (1627 - 1691). Boyle telah menyelidiki hubungantekanan dan volume
gas dalam wadah tertutup pada temperatur tetap.
Boyle menemukan bahwa :
“hasil kali tekanan dan volume gas pada temperatur tetap adalahkonstan”
Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle.Secara matematis, Hukum
Boyle dituliskan dalam bentuk :
P V = konstan atau P1 V1 = P2 V2
Keterangan :
P1 = tekanan gas awal (N/m2)
V1 = volume gas awal (m3)
P2 = tekanan gas akhir
V2 = volume akhir
Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan volumepada

temperatur tetap dapat digambarkan dalam bentuk grafik sepertiGambar 1 berikut.


Gambar 1 : Grafik hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap. (Ahmad
Hamid, 1985, hal 70)

2. Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles (1747 - 1823)menemukan
bahwa:
“ Volume gas berbanding lurus dengan temperatur mudaknya, jikatekanan
gas di dalam ruang tertutup dijaga konstan.”
Pernyataan Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan dituliskandalam bentuk
persamaan :
V V1 V2
 konstan atau 
T T1 T2
Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)
Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut
dapatdigambarkan dalam bentuk grafik, seperti gambar 2 berikut.
Gambar 2. Grafik hubungan volume dan temperatur pada tekanan tetap.(Ahmad
Hamid, 1985, hal 71)
Jika digambarkan sampai temperatur rendah, grafik akan memotongsumbu di
sekitar -273 °C atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jikadapat didinginkan
sampai volume -273 °C, maka volumenya akan nol.Grafik ini dapat berlaku untuk
semua jenis gas. Semua jenis gas tidakdapat didinginkan lagi, hingga tempteraturnya
kurang dari -273 °C. Ini berarti temperatur -273 °C atau 0 K merupakan suhu terendah
yang dapat dicapaigas. Temperatur ini disebut temperatur nol mutlak. Nol mutlak
merupakandasar bagi skala temperatur yang dikenal sebagai skala mutlak atau
skalaKelvin. Pada skala ini, temperatur dinyatakan dalam Kelvin (K).
3. Hukum Gay Lussac
Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidikihubungan
tekanan dan temperatur gas pada volume tetap. Gay Lussacmenyatakan:
“Jika volume gas pada ruang tertutup dibuat tetap, maka tekanangas berbanding
lurus dengan temperatur gas.”
Pernyataan ini disebut Hukum Gay Lussac yang dituliskan dalam
bentukpersamaan berikut :

P P1 P2
 Konstan atau 
T T1 T2
Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar 3berikutini.
Gambar 3.Grafikhubungantekanandantemperaturepada volume tetap(Ahmad Hamid,
1985, hal 72)
4. Hukum Boyle - Gay Lussac
Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum Boyle,hukum
Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan menjadi satupersamaan. Hasil
gabungan ketiga hukum tersebut dikenal sebagai hukumBoyle - Gay Lussac. Hukum
ini dinyatakan dalam bentuk persamaan :
PV P1V1 P2V2
 Konstan atau 
T T1 T2
Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda
mempunyaikarakteristik yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk
itudiperlukan satu konstanta lagi yang dapat digunakan untuk semua jenis
gas.Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman (k).Jadi, dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan berikut :
PV  NkT atau PV  nN A kT
Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)
n = jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)
Pada persamaan tersebut, NA k disebut dengan konstanta gas umum(R). Jadi,
persamaan gas tersebut dapat diubah menjadi :
PV  nRT
Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,314 J/mol K= 0,082 L atm/mol K
Persamaan inilah yang disebut dengan Persamaan Gas Ideal. (Ahmad Hamid, 1985,
hal 73)

Contoh soal
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volume V dan suhu 27oC mempunyai tekanan
1,5 x 105 Pa. Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga volumenya menjadi ¼
V. Berapakah tekanan gas sekarang ?
Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 +273)K = 300K
V1 = V
V2 = ¼ V
P1 = 1,5 x 105 Pa ( proses isotermikditekanperlahan-lahan )
Ditanya : P2 = ……?
Jawab :
P1  V1  P2V2
1,5  10 5  V  P2  1 4 V
P2  5  10 5 Pa
B. Matematika untuk Termodinamika
Terdapat dua teorema sederhana dalamturunan parsial kalkulus yang sangat
sering digunakan dalam hal ini. Antara lain hubungan antara ketiga koordinat x, y, z,
maka ,
f x, y, z   0 ……… (1)
dengan ,

 x   x 
x  fungsi y, z maka : dx    dy    dz ………... (2)
 y Z  z  y
Dan y  fungsix, z maka :

 y   y 
dy    dx    dz ……….. (3)
 x Z  z  x
Mensubtitusi persamaan (3) kedalam persamaan (2) diperoleh :
x  fungsi y, z maka :

 x   y   y    x 
dx      dx    dz     dz ………. (4)
 y  z  x  z  z  x   z  y
atau

 x   y   x   y   x  
dx      dx         dz .......…(5)
 y  z  x  z  y  z  z  x  z  y 
Dari ketiga koordinat tersebut hanya terdapat dua variabel bebas x, y  . Jika dz  0 dan
dx  0 , diperoleh :
 x   y 
     1 ………… (6)
 y  z  x  z
 x  1
   ………………….(7)
 y  z  y 
 z  z
Jika dy  0 dan dz  0 , diperoleh :

 x   y   x 
        0 ………. (8)
 y  z  z  x  z  y

 x   y   x 
       …………….(9)
 y  z  z  x  z  y

 x   y   x 
        1 ………………(10)
 y  z  z  x  z  y
Kembali ke sistem hidrostatik berdasarkan persamaan (9), diperoleh :
 P   V   P 
       ……………….. (11)
 V T  T  P  T v
atau
 V 
 
 T  p  P 
   ……………. (12)
 V   T v
 
 P T
Dari persamaan koefisien muai volume isobarik dan kompresibilitas isometrik :

1  v  1  v 
   dan k   
v  T  P v  P T
Subtitusi kedalam persamaan (11) diperoleh :
 P  
    ……………….. (13)
 T v k
Persamaan P  fungsiT ,V  :

 P   P 
dP    dT    dV
 T V  V T
Berdasarkan persamaan kompresibilitas isometrick dan persamaan (13)
1  v 
k   
v  P T

 P  
  
 T v k
Diperoleh :
 1
dP  dT  dV ……………. (14)
k kV
Lalu pada volume tetap (dV = 0), diperoleh :

dP  dT …………….. (15)
k
Dengan mengintegrasikan kedua keadaan tersebut, diperoleh :
pf Tf

 dP   k dT
Pi Ti
…………………. (16)

Dan ,

Pf  Pi  T f  Ti  ……………… (17)
k
(Fauzi Bakrie & Dr. Esmar Budi, 2015, hal

Contoh soal :
Massa air raksa pada tekanan 1 atmosfir (1,01325 x 105 Pa) dan temperatur 0oC
diusahakan agar volume tetap. Temperatur dinaikkan hingga 10oC, berapa Pa tekanan
akhirnya ?
 airraksa  181 106 K 1
kairraksa  3,82  1011 Pa1
Jawab :

Menggunakan persamaan : Pf  Pi  T f  Ti 
k
Diperoleh :
181  106  10
Pf  1,01325  10  5

3,82  1011
181  10 6  10
Pf  11
 1,01325  105
3,82  10
Pf  473  105  1,01325  105
Pf  474,01325  105 Pa

(Fauzi Bakrie & Dr. Esmar Budi, 2015, hal


C. Koefisien Muai Volume Isobarik dan Kompresibilitas Isometrik
Setiap infinitesimal dalam koordinat termodinamika ( P, V , T ) harus memenuhi
persyaratan bahwa ia menggambarkan perubahan kuantitas yang kecil terhadap
kuantitasnya sendiri tetapi perubahan kuantitas yang besar terhadap efek yang
ditimbulkan oleh kelakuan beberapa molekul.Persamaan keadaan suatu sistem dapat
dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut dapatdipecahkan untuk menyatakan
setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya.Analisisnya :
1. V  fungsiT , P
Maka diferensial parsialnya :
 V   V 
dV    d    dP
 T  P  P  T
Kuantitas kemuaian volume rata didefinisikan :
perubahan volume per satuan volume
Muai volume rata 
perubahan temperatur

Pengaruh temperatur terhadap volume suatu zat pada tekanan konstan disebut
koefisien pengembangan suatu zat. Koefisien pengembangan (koefisien
expansion/koefisien muai ruang) suatu zat dapat ditentukan dengan persamaan :
1  V 
  
V  T  P
1  v 
  
v  T  P
dimana : V = volume zat sebenarnya
v = volume jenis zat
Pengaruh tekanan terhadap volume suatu zat pada temperatur konstan disebut
kompresibilitas suatu zat Kompresibilitas suatu zat dapat ditentukan dengan
persamaan :
 V 
1
k  
 P T
V
1  v 
k  
v  P T
Tanda negatif karena pertambahan tekanan menyebabkan pengurangan volume zat.
2. P  fungsiT , V 
Maka diferensial parsialnya :
 P   P 
dP    dT    dV
 T V  V T
3. T  fungsiP, V 
Maka diferensial parsialnya :
 T   T 
dT    dP    dV
 P V  V P
Contoh soal :
Persamaan keadaan gas ideal yaitu : PV  RT buktikan lahbahwa :
1
a.  
T
1
b. k 
P
Jawab :
a. Koordinat termodinamika ( P, V , T ), maka V  fungsiT , P
Karena  terjadi pada tekanan tetap berarti V  fungsiT  saja.
Lalu persamaan : PV  RT menggunakan perubahan differensial keadaan
menjadi :
 V  R
Pdv  RdT    
 T  P P
karena
1  V  1 R
    , maka
V  T  P V P
1
   terbukti
T
b. Terjadi pada suhu tetap berarti V  fungsiP saja
PV  RT
V  RTP 1
RT
dV   RTP  2 dP  
P2
 V  RT
    2 , karena
 P  T P
1 RT
k  x 2
V P
RT 1
k x , maka
PV P
1
k   terbukti
P
(Fauzi Bakrie & Dr. Esmar Budi, 2015, hal
D. Besaran Intensif dan Ekstensif
Dalam termodinamika dikenal dengan besaran ekstensif yaitu besaran yang
bergantung pada ukuran sistem, misalnya volume. Koordinat ekstensif system
berbanding lurus dengan ukuran sistem. Sedangkan besaran intensif merupakan
besaran yang tidak bergantung pada massa, contohnya suhu dan tekanan.
Tabel Sistem Termodinamika, Koordinat Ekstensif dan Intensif
Sistemtermodinamika Koordinat ekstensif Koordinat intensif
Sistem hidrostatika Tekanan Volume
Kawat teregang Gaya tegang Panjang
Selaput permukaan Tegangan permukaan Luas
Sel listrik Elektromotansi Muatan
Lempeng dielektrik Intensitas listrik Polarisasi
Batang paramagnetic Intensitas magnetik Magnetisasi

(Fauzi Bakrie & Dr. Esmar Budi, 2015, hal

E. Termodinamika dan Energi


Kata “Termodinamika” berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata therme
(panas) dan dynamics (power). Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara energi (panas) dan kerja (usaha) dari suatu sistem. Salah satu hukum
dasar yang digunakan dalam alam adalah hukum kekekalan energi. Keadaan
sederhana selama interaksi, energi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk
lainnya, tetapi total nilai dari energinya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa energi tidak
dapat dibentuk ataupun dimusnahkan. Termodinamika dibagi menjadi dua berdasarkan
ukuran objek tinjauannya, yaitu termodinamika klasik (dengan pendekatan
makroskopis yang tidak
System
menghendaki pengetahuan
SI CGS BE
tentang perilaku partikel
Length Meter (m) Centimeter Foot (ft)
secara individu) dan
Mass Kilogram (cm) Slug (sl)
termodinamika
Time (Kg) Gram (g) Second
statistik (dengan
pendekatan mikroskopis
berdasarkan kebiasaan rata – rata dari kelompok besar dari partikel).
Second (s) Second (s) (s)

Termodinamika memiliki hukum – hukum dasar diantaranya Hukum Nol


Termodinamika, Hukum I Termodinamika, dan Hukum II Termodinamika. Dalam
Termodinamika. Hukum I Termodinamika merupakan bentuk sederhana dari hukum
Kekelan Energi. Hal ini menunjukkan bahwa energi merupakan sifat dari
Termodinamika, sedangkan Hukum II Termodinamika menunjukkan bahwa energi
memiliki kualitas, kuantitas, dan proses nyata yang terjadi dalam arah dari penurunan
kualitas energi.Energi memiliki bentuk – bentuk yangberagam.DalamTermodinamika,
energi ada dalam bentuk transfer panas dan kerja (usaha). Transfer panas dalam
bentuk energi yang dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem lainnya yang suhunya
berbeda. Termodinamika sepakat dengan keadaan kesetimbangan dan perubahan dari
satu keadaan kesetimbangan ke lainnya. Perubahan suhu merupakan daya penggerak
energi agar bisa ditransfer dalam bentuk panas. (Fauzi Bakrie & Dr. Esmar Budi,
2015, hal
Contoh Soal
Sebuah bola pejal memiliki massa 100 g dijatuhkan dari ketinggian 10 m. Berapa berat
benda tersebut dalam satuan Sistem Inggris, jika g = 9.807 m/s2 ?

Diketahui : m = 1 kg, g = 9.807 m/s2

Ditanya : W dalam satuan Sistem Inggris ?

Jawab :
W  mg
 1kg  1 ft  1lbm  
 
W  100 g  9.807m / s 2    
1lbf

 1000 g  0.3048m  0.45359kg  32.174lbm  ft / s
2

W  0.22047lbf

F. Dimensi dan Satuan


Dimensi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan fisik alami suatu
kuantitas atau nama yang diberikan kepada setiap besaran yang terukur. Satuan adalah
standar atau dasar ukuran yang menentukan dimensi. Sistem satuan saat ini ada
beberapa macam diantaranya Sistem Internasional ( dari Le Système International d’
Unitès ), Sistem CGS (Centimeter, Gram, Sekon), dan Sistem Inggris, tetapi yang
biasa digunakan adalah Sistem Internasional dan Sistem Inggris.

Tabel tujuh besaran pokok dan


satuan dalam SI.
Pada Sistem Internasional, satuan gaya adalah newton (N) yang didefinisikan
bahwagaya yang diperlukan untuk mempercepat sebuah massa 1 kg pada nilai 1 m/s2,
sedangkan pada Sistem Inggris, satuan gaya adalahpound-gaya (lbf) yang
didefinisikan bahwa gaya yang diperlukan untuk mempercepat massa 32.74 lbm (1
slug) pada nilai 1 ft/s2.

1 𝑁 = 1 𝑚/𝑠 2 1 𝑙𝑏𝑚 = 0.45359 𝑘𝑔

1 𝑙𝑏𝑓 = 32.174 𝑙𝑏𝑚/𝑓𝑡 2 1 𝑓𝑡 = 12 𝑖𝑛 = 0.3048 𝑚

Satuan kerja atau usaha dalam Sistem Internasional adalah Joule (J),
sedangkan dalam Sistem Inggris adalah Btu (British thermal unit). Berikut ini faktor
konversi yang banyak digunakan :

1 𝐽 = 1 𝑁. 𝑚 1 ℎ𝑝 = 745,7𝑊 = 550 𝑓𝑡 ∙ 𝑙𝑏/𝑑𝑡

1 𝐵𝑡𝑢 = 1.0551 𝑘𝐽 = 1.0551 × 103 𝐽 1 𝑊 = 3.413 𝐵𝑡𝑢/𝑗𝑎𝑚

(Yunus C & Michael A, 2008, hal 8-11)


Contoh soal
Buktikan bahwa massa 1 lbm memiliki berat di Bumi sebesar 1 lbf!
Diketahui : m = 1 lbm, g = 32.174 ft/s2
Ditanya : W dalam satuan Sistem Inggris ?
Jawab :
W  mg
 
 
W  1.00lbm  32.174 ft / s 2 
1lbf

2 
 32.174lbm  ft / s 
W  1.00lbf

G. Sistem Tertutup dan Terbuka


Sistem adalah kuantitas dari hal – hal atau bagian yang dipilih untuk menjadi
pusat yang diperhatikan, sedangkan bagian di luar sistem yang dapat saling
mempengaruhi dengan sistem adalah lingkungan. Sistem dipertimbangkan menjadi
dua yaitu tertutup atau terbukaberdasarkan apakah massanya tetap atau volumenya
tetap dalam sistem tersebut.
Sistem tertutup(dikenal dengan kontrol massa)terdiri dari jumlah massa yang
tetap dan tidak ada massa yang berpindah melewati pembatas, tetapi energi seperti
panas atau kerja dapat melewati pembatas dan volume tidak menjadi tetap.Dalam
kasus khusu, bahkan energi tidak dapat melewati pembatas, sistem ini disebut sistem
terisolasi. Sistem terbuka (dikenal dengan kontrol volume) merupakan sistem yang
biasanya menyertakan alat yang membuat kenaikan massa karena massa dan energi
dapat melewati pembatasnya. Pada sistem terbuka, pembatasnya disebut juga kontrol
permukaan dapat berupa nyata atau imajiner.

(a) (b)
Gambar. (a) Sistem tertutup dengan pembatas tetap, (b) Sistem tertutup
dengan pembatas berubah – ubah.

(a) (b)
Gambar. Sistem terbuka dengan (a) pembatas imajiner,
(b) pembatas tetap dan bergerak.(Yunus C & Michael A, 2008, hal 22)

Contoh soal
Sebuah sistem mengalami penambahan kalor sebanyak 2000 Joule dan sistem
melakukan kerja sebanyak 1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem
tersebut ?
Diketahui : Q = 2000 J
J = 1000 J
Ditanya : U ?
Jawab :
U  Q  W
U  2000 J  1000 J
U  1000 J
Jadi, perubahan energi sistem tersebut adalah 1000 Joule.
H. Bentuk – Bentuk Energi
Energi muncul dengan bentuk – bentuk yang berbeda seperti energi listrik,
energi magnet, energi panas, energi mekanik, energi potensial, dan lain – lain. Bentuk
energi sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
 Energi makroskopik, energi yang keberadaannya ditandai dari posisinya
terhadap lingkungan, contoh energi kinetik (KE) dan energi potensial
(PE).
 Energi mikroskopik, energi yang keberadaannya ditentukan oleh struktur
internal dari zat pembawa energi itu sendiri tidak bergantung pada
lingkungannya, contoh energi dalam (U).
Dalam analisis termodinamika, energi total (E) setiap satuan massa yang sering
dilambangkan dengan (e).
E
e (kJ/kg)
m
Energi makroskopik sebuah sistem berhubungan dengan gerak dan pengaruh
luar lainnya seperti gravitasi, kemagnetan, listrik, dan tegangan permukaan.

Energi Kinetik Energi Potensial


2
mV
KE  PE  mgz (kJ)
2 (kJ)
Energi per satuan massa : Energi per satuan massa :
V2
ke  pe  gz
2 (kJ/kg)
(kJ/kg)
Energi Total dari Sistem
V2
E  U  KE  PE  U  m  mgz
2 (kJ)
Energi per satuan massa :
V2
e  u  ke  pe  u   gz
2 (kJ/kg)

Mass flow rate (𝒎̇) adalah jumlah massa yang mengalir melalui penampang
per satuan waktu. Volume flow rate (𝑉̇ ) adalah volume fluida yang mengalir melalui
penampang per satuan waktu.

Mass flow rate


 
m   V  AcVavg
(kg/s)

Volume flow rate


 
E  m e (kJ/s atau kW)
Beberapa pengertian fisik terhadap Energi Dalam :
 Sensible energy, bagian energi dalam dari suatu sistem yang berhubungan
dengan energi kinetik dari molekul.
 Latent energy,Energi dalam terkait dengan fase sistem.
 Chemical energy, Energi dalam terkait dengan ikatan atom dalam molekul.
 Nuclear energy, Jumlah yang sangat besar dari energi terkait dengan ikatan
kuat dengan inti atom itu sendiri.
Bentuk – bentuk energi tidak disimpan dalam suatu sistem dapat dilihat sebagai bentuk
dinamis energi atau sebagai interaksi energi. Hanya dua bentuk interaksi energi yang
terkait dengan sistem tertutup dalam termodinamika adalah transfer panas dan kerja.
Ada bentuk energi lainnya yaitu energi mekanik yang didefinisikan sebagai bentuk
energi yang daoat dikonversi ke kerja mekanik secara menyeluruh dan langsung oleh
perangkat mekanik yang ideal. Energi yang memiliki bentuk yang sama dengan energi
mekanik diantaranya energi kinetik dan energi potensial. Energi mekanik dari fluida
yang mengalir dapat diselesaikan dengan persamaan :

Energi mekanik
Dimana : P
  V2 
𝑃 E mech  m emech  m   gz 
𝜌
adalah energi yang mengalir  2 

 E mech  me mech
P V2
e mech    gz
 2
2 2
𝑉2
adalah energi kinetik
2

gz adalah energi potensial

Contoh soal :
Sebuah tempat dinilai berguna untuk sebuah membangun kincir anginyang diamati
memiliki angin stabil di kecepatan pada 8.5 m/s. Tentukan energi angin (a) per satuan
massa, (b) jika massa 10 kg, dan (c) dengan tingkat aliran sebesar 1.154 kg / s untuk
udara.

Diketahui : v = 8.5 m/s m = 1154 kg/s
m = 10 kg

Ditanya : (a) e? (b) E ? (c) E ?
Jawab :

v 2 8.5m / s   1J / kg 
2

(a) e    2 2   36.1J / kg
2 2  1m / s 
(b) E  me  10kg36.1J / kg  361J
 
 1kW 
(c) E  m e  1154kg / s 36.1J / kg    41.7kW
 1000 J / s 
I. Besaran – Besaran Sistem
Karakteristik suatu sistem dapat juga disebut dengan
besaran. Beberapa besaran yang tak asing yaitu tekanan (P),
suhu (T), volume (V) dan massa (m). Besaran-besaran tersebut
dapat diperluas kedalam beberapa besaran lain seperti viskositas,
konduktivitas termal, modulus elastisitas, hambatan listrik
bahkan kecapatan dan elevasi.

Besaran-besaran dapat dibagi menjadi besaran ekstensif


dan intensif. Besaran intensif yaitu besaran yang tidak dipengaruhi oleh massa suatu
sistem, seperti suhu, tekanan, dan massa jenis. Besaran ekstensif yaitu besaran yang
dipengaruhi oleh ukurannya baik ukuran dalam perluasan maupun ukuran sistem.
Total massa, total volume, dan total momentum adalah contoh besaran ekstensif.
Beberapa bagian akan memiliki nilai yang sama dengan besaran intensif sebagai
sistem sebenarnya, tetapi sebagiannya adalah besaran ekstensif.(Yunus C & Michael
A, 2008, hal 23)
Massa jenis dan spesifik gravitasi

Massa jenis dapat didefinisikan sebagai massa per satuan volume . Yaitu :
𝑚
P= (kg/m3)
𝑉

Kebalikan dari massa jenis yaitu spesifik volume v, yang mana dapat
didefinisikan sebagai volume per satuan massa. Rumusnya yaitu:

𝑉 1
v =𝑚=𝑝

Massa jenis biasanya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Kebanyakan massa
jenis dari suatu gas berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
suhu. Variasi massa jenis dalam wujud cair dan padat biasanya tekanan dapat
diabaikan.
Spesifik gravitasi atau massa jenis relatif didefinisikan sebagai rasio massa
jenis suatu zat dengan massa jenis suatu zat standar pada temperatur tertentu (biasanya
air pada suhu 4oC, massa jenis nya yaitu p = 1000kg/m3).
𝑝
SG = 𝑝𝐻20

Berat per satuan volume disebut berat spesifik atau berat jenis, yang dapat dirumuskan
dengan:
ys = pg (N/m3)

Dimana g adalah percepatan gravitasi.(Yunus C & Michael A, 2008, hal 24)

Contoh soal
Berat jenis suatu sistem didefinisikan sebagai berat per satuan volume. Apakah berat
jenis termasuk besaran intensif atau ekstensif?

Jawab :
Berat jenis:
𝑤
y1 = 𝑉

Jika kita bagi sistem menjadi setengahnya , masing-masing beratnya menjadi


W/2 dan begitupun dengan volumenya V/2. Berat jenis nya menjadi:
𝑤/2
y= = y1
𝑉/2

yang mana besarnya sama seperti berat jenis mula-mula. Dengan begitu, berat
jenis termasuk besaran intensif.(Yunus C & Michael A, 2008, hal 31)

J. Keadaan Kesetimbangan Sistem


Termodinamika membahas mengenai keadaan kesetimbangan. Dalam suatu
kesetimbangan tidak ada ketidakteraturan potensial dengan sistem. Suatu sistem dapat
dikatakan mengalami kesetimbangan termal apabila temperaturenya sama didalam
sistem, seperti yang ditunjukkan Fig.2-11.
Kesetimbangan mekanik berhubungan
dengan tekanan dan suatu sistem dalam
kesetimbangan tekanan dikatakan setimbang
jika tidak ada perubahan tekanan di manapun
dari sistem terhadap waktu. Dan yang terakhir,
suatu sistem dikatakan kesetimbangan kimia
jika komposisi kimia nya tidak bereaksi
terhadap waktu, oleh karenanya tidak terjadi
reaksi.

Postulate keadaan
Sebuah sistem dikatakan sistem kompresibel sederhana apabila tidak adanya listrik,
efek magnetik, gravitasi, gerak, dan efek tegangan permukaan. Dampak tersebut
berhubungan dengan medan gaya eksternal dan dapat diabaikan untuk sebagian besar
rekayasa masalah. Jika tidak, properti tambahan
perlu ditentukan untuk masing-masing efek yang
signifikan. Postulat keadaan mensyaratkan bahwa
dua sifat properti menjadi tidak dipengaruhi oleh
apapun untuk memperbaiki keadaan. Dua
properti adalah independen jika satu properti dapat
bervariasi sementara yang lain tetap konstan.
Temperatur dan volume tertentu, misalnya, selalu
sifat independen, dan bersama sama mereka dapat
memperbaiki keadaan sistem kompresibel
sederhana (Fig. 2-12).

Suhu dan tekanan adalah properti independen untuk sistem tunggal, tetapi akan
menjadi properti dependen jika mereka adalah sistem ganda. Pada tingkat permukaan
(P = 1 atm), air mendidih pada 100°C, tetapi pada saat diatas gunung dimana
tekanannya lebih renda, air akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah. Itu
adalah T = f(P) selama proses tunggal, oleh karena itu suhu dan tekanan tidak akan
cukup untuk memperbaiki keadaan dari dua sistem.(Yunus C & Michael A, 2008, hal
25)

K. Proses dan Siklus


Perubahan yang dialami oleh suatu sistem dari sistem kesetimbangan ke
kesetimbangan lainnya disebut proses. Untuk menggambarkan secara lengkapnya,
pertama kita harus menentukan keadaan awal dan keadaan akhir sebagaimana sistem
yang dilaluinya dan interaksi dengan sekitarnya.
Ketika suatu gas di dalam piston silinder tiba-tiba dikompres, semua molekul
yang berada dekat dengan piston tidak memiliki cukup waktu untuk melarikan dan
mereka akan bertumbukan di tempat yang
lebih kecil didekat piston, sehingga akan
membentuk daerah dengan tekanan yang tinggi.
Karena memiliki perbedaan tekanan, maka
sistem tersebut tidak lagi disebut memiliki
kesetimbangan dan karenanya itu membuat sistem
memasuki proses nonquasi-equilibrium.
Meskipun jika piston bergerak dengan sangat
lambat, molekul akan memiliki waktu yang cukup untuk terdistribusi dan tidak akan
ada molekul yang bertumbukan di piston tersebut.
Diagram proses diplot dengan menggunakan besaran termodinamika sebagai
sistem koordinat yang mana sangat berguna untuk memvisualisasikan suatu proses.
Beberapa besaran yang biasa digunakan sebagai koordinat termodinamika yaitu
temperatur (T), tekanan (P), dan Volume (V). Sebuah kata diberikan tambahan –iso
biasanya digunakan untuk mencirikan sebuah proses pada sifat yang memiliki
konstanta tetap. Sebuah proses isotermal, sebagi contoh, adalah sebuah proses selama
temperatur T tetap konstan; proses isobarik adalah proses selama tekanannya
tetapkonstan; dan proses isokhorik (isometric) adalah sebuah proses dimana spesifik
volume nya tetap konstan.(Yunus C & Michael A, 2008, hal 27)
Beberapa proses dalam termodinamika antara lain, proses isotermal, proses isokhorik,
proses isobarik, dan proses adiabatik.

a. Proses
Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan gas
dengan tekanantetap. Pada garis P – V proses isobarik
dapat digambarkan seperti pada berikut. Usaha
proses isobarik dapat ditentukan dari luas kurva di
bawah grafik P – V.
W = P(VA – VB)
b. Proses isotermal
Proses isotermal adalah proses
perubahankeadaan sistem pada suhu tetap (Gambar
14.3). Proses ini mengikuti hukum Boyle, yaitu : PV
= konstan. Untuk menghitung usaha yang dilakukan
oleh sistem, kita tentukan dahulu persamaan tekanan
sebagai fungsi volume berdasarkan
persamaankeadaan gas ideal,yaitu: P V= nRT .Pada
proses ini berlaku hukum boyle:
PAVA = PBVB
Karena suhunya tetap maka pada proses isotermis ini tidak terjadi perubahan
energi dalam . Sedangkan usahanya dapat dihitung dari luas daerah di
bawah kurva, besarnya seperti berikut.
𝑉
W = nRTPn𝑉𝐵
𝐴

c. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses perubahan
keadaan sistem pada volume tetap. Karena gas tidak
mengalami perubahan volume, maka usaha yang
dilakukan oleh gas sama nol.
W=0

d. Proses Adiabatik
Proses
adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem
tanpa adanya kalor yang masuk ke atau keluar dari
sistem (gas), yaitu Q =0. Kurva adiabatik lebih
curam di- banding kurva isotermal.
Q=0
W = -ΔU

(Giancolli, 2001, hal 85-89)


Contoh soal
Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris
hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan
usaha luar gas tersebut! (1 atm = 1,01 x 105 Pa).
Diketahui :
𝑉1 = 2,0 𝑚3 𝑉2 = 4,5 𝑚3
P = 2 atm 1 𝑎𝑡𝑚 = 1,01 × 105 𝑃𝑎
Ditanya : W?
Jawab :
W  PV 
W  PV2  V1 
 
W  2,02  10 5 Pa 4,5m 3  2,0m 3  5,05  10 5 J

L. Tekanan

Tekanan merupakan salah satu properti yang terpenting dalam termodinamika.


Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal yang diberikan fluida per satuan luas. Kita
berbicara tentang tekanan hanya jika kita berurusan dengan gas atau cairan. Kebalikan
dari tekanan pada padatan adalah stress. Karena tekanan didefinisikan sebagai gaya
per satuan luas daerah, maka satuannya adalah newton per meter persegi (N/m2), atau
disebut Pascal (Pa).

1 Pa = 1 N/m2

Tekanan yang menggunakan satuan pascal terlalu kecil nilainya, sehingga


biasanya kita mengubahnya menjadi kilopascal (1 kPa = 103Pa) dan megapascal (1
Mpa = 106Pa). Tiga satuan unit tekanan yang biasa digunakan terkhususnya Eropa
yaitu bar, atmospher, dan kilogram-force per satuan centimeter persegi:
1 bar = 105 = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101.325 Pa = 101,325 kPa = 1,01325bars
1 kgf/cm2 = 9,807 N/cm2 = 9,807 x 104 N/m2 = 9,807 x 104 Pa
= 0,9679 atm
= 0,9807 bar

Tekanan pada setiap posisi tertentu disebut


tekanan absolute yang nilainya diukur relative terhadap
tekanan nol absolut atau dapat disebutkan bahwa
pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi
tekanan nol absolut disebut tekanan absolut, sedang
tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif
terhadap tekanan atmosfir. Tekanan gage (Pgage)
adalah perbedaan antara tekanan absolut dengan
tekanan atmosfir. Pgage dapat bernilai positif dan
bernilai negatif. Tekanan vakum adalah tekanan
dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara tekanan atmosfir dengan tekanan absolut.
Pgage = Pabs - Patm
Pvac = Patm - Pabs
Pabs = Patm - Pac
Alat pengukur tekanan untuk diatas atmosfir
adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum
disebut manometer vakum, sedang alat pengukur
tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat banyak
jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U,
manometer pegas, atau transduser elektronik. (Yunus C
& Michael A, 2008, hal 33-34)

Contoh soal
Sebuah ruang hampa dihubungkan dengan bilik yang memiliki tekanan pengukuran
yaitu 5,8 psi pada tempat dimana tekanan atmosfirnya adalah 14,5 psi. Tentukan
tekanan absolut di bilik.
Diketahui : Patm = 14,5 psi Pvac = 5,8 psi
Ditanya : Pabs?
Jawab:
Pabs = Patm - Pvac
Pabs = 14,5 psi – 5,8 psi
Pabs = 8,7 psi

Tekanan pada sebuat titik


Tekanan adalah perbandingan gaya persatuan luas daerah dan
itu terkesan membuktikan bahwa tekanan adalah besar vektor,
tetapi nyatanya tidak. Bagaimapun, tekanna di setiap titik
dalam flida adalah sama besar di semua arah. Itu membuktikan
bahwa besarnya tekanan tidak di tentukan oleh arah dan karena
itulah tekanan termasuk besaran skalar.
Variasi tekanan berdasarkan kedalaman
Untuk mendapatkan hubungan tekanan pada setiap kedalaman,
anggap fluida berbentuk segi panjang dengan tinggi Δz, panjang
Δx, dan satuan kedalaman (Δy = 1 unit) di sistem
kesetimbangan, yang ditunjukkan oleh gambar Fig. 2-18.
Anggap massa jenis fluida p adalah konstan, gaya yang bekerja
seimbang pada sumbu z vertikal.
∑Fz = maz = 0:
P2Δx Δy – P1 Δx Δy - pg Δx Δz Δy = 0
Dimana W = mg = pg Δx Δz Δy adalah berat fluida. Persamaan tersebut dapat
disederhanakan menjadi:
ΔP = P2 – P1 = pg Δz = ˠs Δz
Dimana ˠs Δz adalah berat spesifik fluida. (Yunus C & Michael A, 2008, hal 34-37)

Alat untuk mengukur tekanan


Barometer
Barometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara. Barometer air raksa terdiri dari
tabung gelas berisi air raksa, bagian atasnya tertutup dan
bagian bawahnya terbuka dimasukkan ke dalam bejana air
raksa.
Patm = pgh
Dimana p adalah massa jenis raksa, g adalah percepatan
gravitasi dan h adalah ketinggian air raksa. Dengan catatan
bahwa luas penampang tabung harus kecil agar tegangan
permukaan dapat diabaikan.
Jika kita mengganti air raksa menjadi air yang
digunkaan untuk menghidup tekanan atmosfir, ketinggian air
sekita 10,3 yang diperlukan. Tekanan biasanya digunakan
untuk memprakirakan perkiraan cuaca yang didasarkan pada
ketinggian air raksa dalam tabung. Tekanan standar atmosfir,
misalnua adalah 760 mmHg (29.92 inHg) pada 0°C. Satuan
mmHg disebut juga torr, dimana 1 atm = 760 torr dan 1 torr
= 133.3 Pa. Tekanan atmosfir (Patm) berubah dari 101.325
kPa pada ketinggian air laut ke 89.88, 79.50, 54.05, 26.5, and
5.53 kPa pada ketinggian dari 1000, 2000, 5000, 10,000, and
20,000 meter. Ingat bahwa tekanan atmosfir pada suatu
tempat adalah berat udara diatas permukaan lokasi tersebut
per satuan luas.
Berdasarkan suhu, massa jenis air menjadi
lebih kecil pada kenaikan ketinggian dan
karena itu volumenya akan mengandung
sedikit udara dan sedikit oksigen. Untuk
mengimbangi efek tersebut, orang-orang yang
tinggal di daerah yang lebih tinggi menjadikan
paru-parunya lebih efesien.
Biasanya, sebuah 2.0-L mesin mobil akan
bertingkat seperti 1.7-L mesin mobil pada
ketinggian 1500 m karena 15% nya hilang
karena tekanan dan karena itu 15% berpindah ke massa jenis udara (Fig. 2–35).
(Yunus C & Michael A, 2008, hal 37-39)

Contoh soal

Tentukan tekanan atmosfir pada lokasi dimana pada barometermenunjukkan 740


mmHg dan percepatan gravitasinya g = 9,81 m/s2. Anggap suhu air raksa menjadi 10oC
dengan massa jenis nya yaitu 13.570 kg/m3

Diketahui : p = 13.570 kg/m3 g = 9,81 m/s2 h = 0,74 m


Ditanya : Patm ?
Jawab:
Patm = pgh
Patm = (13.570 kg/m3) (9,81 m/s2)(0,74m)
Patm = 98500 Pa = 98,5 kPa

Manometer
Manometer adalah alat pengukur tekanan udara di dalam ruang tertutup.
Perbedaan ketinggian fluida dalam kesetimbangan statik dan terbuka ke atmosfer,
sehingga persamaannya menjadi :
P2 = Patm + pgh
Dimana p adalah massa jenis fluida di dalam tabung. Bagaimanapun, diameter
tabungnya harus cukup besar (lebih dari beberapa milimeter) untuk memastikan bahwa
efek tegangan permukaan dan kapilaritas dapat
diabaikan.Tekanan suatu daerah di sebuah tempat
akan semakin besar seiring dengan berkurangnya
ketinggian suatu tempat.
Pbawah > Patas
Sebagai contoh, tekanan di dasar tanki Fig.
2–39 dapat dihitung dari tekanan paling atas
sampai bawah. Dimana tekanannya adalah Patm,
sampai menuju titik 1 pada dasar tangki yang
nilainya setara dengan P1. Persamaannya yaitu :
Patm + p1gh1 + p2gh2 + p3gh3 = P1
Hubungan untuk perbedaan tekanan P1 – P2 dapat dihitung denganmemulai
nya dari point 1 dengan P1 , bergerak sepanjang tabung dengan menambahkan atau
mengurangkan pgh sampai point 2 dan mengatur hasilnya sehingga sama dengan P2:
P1 + p1g(a+h) - p2gh – p1ga = P2
Persamaan tersebut disederhakan menjadi:
P1 – P2 = (p2-p1)gh
Ketika fluida mengalir di dalam pipa yang berisi gas
, maka p1<<p2 dan
P1 – P2 = p2gh

Contoh soal
Sebuah manometer digunakan untuk mengukur tekanan di dalam tanki. Fluida yang
digunakan adalah memiliki spefisik gravitasi 0,85 dan tinggi kolom manometer 55cm.
Jika tekanan pada tempat itu adalah 96 kPa. Tentukan tekanan absolut di dalam tanki.
Diketahui : pH2O = 1000kg/m3 SG = 0,85 Patm = 96 kPa
𝜌 =850 kg/m3 g = 9,81 m/s2 h = 0,55 m
Ditanya :
Jawab :
p = SG(pH2O) = (0,85)(1000kg/m3) = 850 kg/m3
P = Patm + pgh
P = 96 kPa + (850 kg/m3)(9,81 m/s2)(0,55m)
P = 100.600 Pa
P = 100,6 kPa

“Suhu dan Hukum Ke-nol Termodinamika”


Kita familiar dengan suhu sebagai ukuran “panas” atau “dingin, tapi susah untuk
memberikan definisi yang tepat untuk suhu tersebut. Kita tidak dapat menyertakan nilai
numeric untuk suhu berdasarkan indra perasa kita saja. Beberapa properti bahan berubah
dengan suhu dapat berulang dan dapat diprediksi, dan hal ini membentuk dasar untuk
pengukuran suhu yang tepat. Suhu juga diukur dengan menggunakan beberapa properti
suhu yang bergantung pada lainnya.
a. Kesetimbangan Termal
Ketika benda memiliki kontak dengan benda lain yang memiliki suhu berbeda, panas
akan ditransfer dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah sampai
kedua benda tersebut mencapai suhu yang sama.Pada saat itu, perpindahan panas berhenti,
dan dua benda dikatakan telah mencapai kesetimbangan termal. Kesetaraan suhu adalah
satu-satunya persyaratan untuk kesetimbangan termal.

(a) Thermoscope dan benda A dalam kesetimbangan termal. (S adalah adiabatic)


(b) Termoscope dan benda B juga dalam kesetimbangan termal, pada pembacaan
termoscope yang sama.

(c) Jika (a) dan (b) benar, hukum ke-nol termodinamika adalah keadaan benda A dan
benda B juga dalam kesetimbangan termal.
Fakta eksperimental tersebut menyimpulkan hukum ke-nol termodinamika, yakni :
“Jika benda A dan B masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga
T, maka A dan B dalam kesetimbangan termal dengan masing-masingnya.”
Sehingga, hukum ke nol termodinamika menyatakan bahwa jika dua benda berada
dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, mereka juga dalam kesetimbangan
termal dengan satu sama lain. Hukum ke-nol ini berfungsi sebagai dasar untuk validitas
pengukuran suhu. Dengan mengganti benda ketiga dengan termometer, hukum ke-nol
dapat disajikan kembali sebagai “dua benda berada dalam kesetimbangan termal jika
keduanya memiliki pembacaan suhu sama bahkan jika mereka tidak bersentuhan.”
Hukum ke-nol pertama kali dirumuskan dan diberi label oleh R. H. Fowler pada
tahun 1931. Seperti namanya, nilainya sebagai prinsip mendasar fisika yang diakui lebih
dari setengah abad setelah perumusan pertama dan hukum kedua termodinamika. Hukum
ini dinamakan hukum ke-nol karena seharusnya mendahului hukum pertama dan hukum
kedua termodinamika. (Zemansky, Mark W. dan Richard H. Dittman, 1976, hal 45-55)
b. Konsep suhu (temperatur)

FASE Titik Lenyap


PADAT =
Titik
Mencair (ES) Sublimasi
Titik Lebur = Melenyap
Titik
Beku Membe
ku Menyublim

Menguap
FASE CAIR FASE GAS
(AIR) (UAP AIR)

Mengembun
Titik Uap = Titik Embun
Gambar 2.3
Air (H2O) dalam fase padat bentuk dan volumenya tidak berubah. Air dalam fase padat
disebut es. Jika es dinaikkan temperaturnya, es mulai mencair dan akhirnya es berubah
menjadi air semuanya. Dalam perubahan fase dari fase padat ke fase cair temperatur zat
tetap dan disebut sebagai titik lebur. Kalor yang terlibat dalam perubahan fase ini disebut
kalor laten, dalam hal ini disebut kalor lebur. Sedangkan proses perubahan fase padat ke
fase cair disebut mencair.
Air (H2O) dalam fase cair disebut air. Air volumenya tetap tetapi bentuknya berubah -ubah
sesuai dengan wadahnya. Jika air dinaikkan temperaturnya, maka air mulai mendidih dan
berubah propertinya menjadi uap air (H2O). Dalam perubahan fase dari fase cair ke fase
gas temperatur zat tetap dan disebut sebagai titik uap. Kalor yang terlibat dalam perubahan
fase ini disebut kalor laten, dalam hal ini disebut kalor penguapan. Sedangkan proses
perubahan fase cair ke fase gas disebut menguap.
Proses sebaliknya adalah perubahan fase gas ke fase cair dan dari fase cair ke fase padat.
Perubahan dari fase gas ke fase cair zat melepaskan kalor dan temperaturnya turun. Dalam
perubahan fase ini dikenal titik embun dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut kalor
pengembunan. Proses perubahan fase gas ke fase cair disebut mengembun.
Sedangkan pada proses perubahan fase cair ke fase padat dikenal titik beku dan kalor yang
terlibat di dalamnya disebut sebagai kalor pembekuan. Proses perubahan fase cair ke fase
padat disebut membeku.
Jika kondisi alam memungkinkan, maka fase gas dapat berubah langsung ke fase padat
atau sebaliknya. Perubahan dari fase gas ke fase padat disebut menyublim. Dalam peristiwa
menyublim dikenal titik sublimasi dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut kalor
sublimasi. Sedangkan perubahan dari fase padat ke fase gas disebut melenyap (ada orang
yang menyebut menyublim). Dalam peristiwa melenyap dikenal titik lenyap (ada orang
yang menyebut titik sublimasi) dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut kalor
pelenyapan (ada orang yang menyebut kalor sublimasi).
Dari uraian tersebut di atas dikenal temperatur tetap pada perubahan fase zat, yaitu:
1. titik embun = titik uap
2. titk lebur = titik beku dan
3. titik sublimasi = titik lenyap.
Dari uraian tersebut di atas juga dikenal istilah kalor laten, yaitu kalor yang
diperlukan atau dilepaskan pada saat perubahan fase zat. Kalor laten tersebut adalah:

1. kalor pengembunan = kalor penguapan


2. kalor lebur = kalor beku dan
3. kalor sublimasi = kalor pelenyapan.

Uraian di atas mendeskripsikan (menjelaskan) konsep


temperatur.Suhu adalah salah satu dari tujuh besaran pokok SI.
Para fisikawan mengukur suhu pada skala Kelvin, yang ditandai
dengan satuan yang disebut kelvin. Meskipun suhu benda
tampaknya tidak memiliki batas atas, namun memiliki batas
bawah; batas bawah suhu diambil sebagai nol pada skala suhu

Kelvin. Suhu ruangan kurang lebih 290 kelvin, atau 290 K sebagai
penulisannya, di atas nol mutlak.

Ketika alam semesta dimulai 13.7 miliar tahun lalu, suhunya sekitar 1039 K. Saat alam
semesta mengembang ia mengalami pendinginan, dan sekarang telah mencapai suhu rata-
rata sekitar 3 K. Kita di bumi ini sedikit lebih hangat dari itu karena kita kebetulan tinggal
di dekat sebuah bintang (matahari). Tanpa matahari, kita juga akan berada di 3 K tersebut
(atau, lebih tepatnya, kita tidak mungkin ada).
Kesetimbangan termal digambarkan oleh variabel suhu dari kedua sistem. Suhu sistem
pada kesetimbangan termal dinyatakan oleh nilai numerik. Skala suhu diperoleh dengan
menggunakan sistem yang dipilih, disebut termometer yang memiliki
properti thermometric yang berubah dengan suhu dan siap diukur.
Beberapa properti zat dipengaruhi oleh suhu ini dapat digunakan untuk
menentukan suhu tubuh. Suhu diukur mengacu pada pengukuran skala
suhu standar. Thermometer diklasifikasikan berdasarkan properti
thermometric dan skala merupakan Celsius, Fahrenheit, Rankine, Kelvin
dll.Setiap zat memiliki properti thermometric berbeda. Misalnya,
alkohol memiliki perbedaan ekspansi perilaku dengan merkuri sehingga
pengukuran suhu dengan termometer yang berbeda akan memberikan
hasil yang berbeda pada kondisi tertentu.
Celcius (oC) Fahrenheit (oF) Kelvin (K) Rankine (R)

100 (boiling point of 212 373.15 671.67


water)
32.02 273.16 491.69
0.01(triple point of
water) -459.67 0 0

-273.15(zero absolute)

Skala Suhu
Skala suhu yang digunakan dalam SI dan sistem English sekarang adalah skala Celsius
(dahulu dinamakan skala seratus derajat; di tahun 1948 berganti nama setelah astronom
Swedia A. Celcius, 1704-1744, yang merancangnya) dan skala Fahrenheit (berganti nama
setelah pembuat instrumen asal Jerman G. Fahrenheit, 1686-1736), masing-masing. Pada
skala Celsius, titik es dan titik uap awalnya ditetapkan nilainya masing-masing pada 0 dan
100oC. Nilai yang sesuai pada skala Fahrenheit adalah 32 dan 212oF. Ini sering disebut
sebagai skala dua-titik sejak nilai suhu ditetapkan pada dua titik berbeda.
Dalam termodinamika, ini sangat diperlukan untuk memiliki skala suhu yang berdiri
sendiri pada properti zat apa saja. Seperti sebuah skala suhu yang dinamakan skala suhu
termodinamika, yang dikembangkan kemudian bersama dengan hukum kedua
termodinamika. Skala suhu termodinamika dalam SI adalah skala Kelvin yang dinamakan
setelah Lord Kelvin (1824-1907). Satuan suhu pada skala ini adalah kelvin. Skala suhu
termodinamika dalam sistem English adalah skala Rankine, dinamakan setelah William
Rankine (1820-1872). Satuan suhu pada skala ini adalah rankine, yang disimbolkan dengan
R.
c. Pengukuran suhu
Triple-point pada Air
Untuk mengatur skala suhu, kita pilih beberapa fenomena termal yang dapat diproses ulang
dan, cukup secara sembarangan, menetapkan suhu Kelvin tertentu untuk lingkungan
tersebut; yaitu, kita pilih titik tetap standar dan memberikan suhu fixed-point standar. Kita
bisa, misalnya, pilih titik beku atau titik didih air tetapi, karena alasan teknis, kita pilih
bukan tripel-point air.
Air cairan, es padat, dan uap air (air gas) dapat
berdampingan, dalam kesetimbangan termal, hanya pada satu
pengaturan nilai tekanan dan suhu. FIG. 18-4 menampilkan
triple-point pada sel, yang mana disebut juga triple-point air
yang dapat dicapai dalam laboratorium. Melalui kesepakatan
internasional, triple-point pada air ditetapkan senilai 273.16
K sebagai suhu fixed-point standar untuk kalibrasi
thermometer; yakni,
𝑇3 = 273.16 𝐾 (𝑡𝑟𝑖𝑝𝑙𝑒−𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒)
dimana tulisan di bawah garis 3 pada T berarti "triple point".
Kesepakakatan ini juga mengatur ukuran kelvin sebagai
1/273.16 pada perbandingan antara nol absolut dan triple-point
suhu air.
Catatan : kita tidak menggunakan tanda derajat dalam
melaporkan suhu Kelvin. Ditulis 300 K (bukan 3000K), dan dibaca “300 kelvin” (bukan
“300 derajat Kelvin”). Awalan SI yang biasa berlaku. 0.0035 K adalah 3.5 mK. Tidak ada
perbedaan penamaan yang membuat antara suhu Kelvin dan suhu berbeda. Jadi kita dapat
tulis, “titik didih sulfur adalah 717.8 K” dan “suhu bak air mencapai 8.5 K.”
Celcius diakui sebagai skala berskala seratus derajat (ilmuwan Swedia, A. Celcius; 1701-
1744). Pada tahun 1948 berubah menjadi derajat Celcius (0C). Gunakan jalur es air sebagai
0 0C dan titik didih 100 0
C. Sementara Fahrenheit (ilmuwan Jerman, 1686-1736)
menggunakan titik es 32 0F dan titik didih sebagai 212 0F.
Thermometer Thermometric symbol
Gas (fix volume) Pressure P
Electrical resistant Electrical resistance R’
thermocouple Thermal Emf Ε
Helium vapor (sat.) Pressure P
Paramagnetic salt Magnetic Susceptibility χ
Black body radiation Radiation exitance Rbb

Pengukuran suhu dari sistem artinya sistem termal


dibandingkan dengan sistem standar yang disebut Y
Isoterm
thermometer
termometer. Nilai numerik dari suhu ditentukan
dengan membandingkan setiap himpunan numerik
dari isotermis sistem dengan himpunan numerik dari Y = Y1
isotermis termometer.
Setiap isotermis sistem diberikan oleh kurva Y vs X
di mana Y dan X adalah koordinat kumpulan
isotermis dari suatu sistem.
Sebuah garis Y = Y1 dipilih yang memotong isoterm
X1 X
pada titik-titik yang masing-masing memiliki Y sama
tetapi berbeda X. Koordinat X disebut properti thermometric. Y adalah bentuk fungsi
thermometric. Setiap yang berpotongan berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain
(memiliki suhu yang sama).
Jika X adalah properti thermometric dan fungsi thermometric dinyatakan oleh θ (X)
sehingga suhu semua sistem itu berada dalam kesetimbangan termal dengan itu diberikan
oleh:
𝜃(𝑥) = 𝑎𝑋 (𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡 𝑌)
𝑎 = konstanta sembarang. Fungsi thermometric didefinisikan sehingga θ
berbanding lurus dengan X. Nilai dari 𝑎harus ditetapkan sehingga ada hubungan numerik
antara θ (X) dan X.
Dengan menggunakan hubungan di atas, termometer ditempatkan dalam kontak dengan
sistem untuk mengukur θ (X). Perlu standar yang dipilih sembarang sebagai titik
tetap.Sebelum tahun 1954, skala suhu metrik internasional adalah Celcius. Ini digunakan
untuk dua titik tetap, es dan titik uap air. Interval suhu antara titik-titik ini adalah 100
derajat. Namun, sulit untuk mengukur titik akurasi es.Sejak tahun 1954, titik tetap yang
dipilih sebagai temperatur referensi bagi penentuan skala suhu triple point air (273,16 K).
Sebuah skala suhu internasional baru yakni Kelvin.
d. Besaran Termometrik
Besaran fisis tertentu yang propertinya dapat berubah karena temperaturnya berubah atau
diubah disebut sebagai besaran termometrik (Thermometric Property).

e. Jenis-Jenis Termometer berdasarkan besaran termometriknya


Termometer adalah alat pengukur temperatur. Agar dapat dilakukan pengukuran secara
kuantitatif termometer perlu dilengkapi dengan skala. Bagaimana caranya membubuhi
skala pada termometer ? Apa pertimbangan fisisnya ?
Semua tipe dan jenis termometer didasarkan pada gejala alam yang berkaitan dengan
perubahan properti fisis suatu besaran karena adanya kalor yang masuk atau keluar dari
besaran tersebut. Adapun contoh jenis termometer dan Thermometric Propertynya
dilukiskan seperti tabel berikut.
Tabel 1: Jenis Termometer dan Thermometric Property
No. Jenis/Nama Thermometric Property
termometer
1. Termometer Gas V = V (T) Volume gas sebagai fungsi temperatur.
Tekanan Tetap
2. Termometer Gas p = p (T) Tekanan gas sebagai fungsi temperatur
Volume Tetap
3. Termometer Cairan L = L (T) Panjang kolom cairan sebagai fungsi
temperatur
4. Termometer ρ = ρ (T) Hambatan jenis resistor sebagai fungsi
Hambatan Jenis temperatur
(Resistor)
5. Termometer Pirometer I = I (T) Intensitas cahaya sebagai fungsi temperatur
Optis
6. Termometer ε = ε (T) Gaya gerak listrik (ggl) termokopel
Termokopel sebagai fungsi temperatur
7. Termistor i = i (T) Kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu
(Termometer Kuat hambatan listrik sebagai fungsi temperatur
Arus Listrik)
8. Termometer R = R (T) Hambatan resistor sebagai fungsi
Hambatan Listrik temperatur
9. Termometer Bimetal L = L (T) Panjang dua logam yang berlainan
(Dua Logam) jenisnya sebagai fungsi temperatur
Masing-masing jenis termometer memiliki keuntungan dan kekurangannya sendiri-sendiri.
Masing-masing jenis termometer juga mempunyai daerah pengukuran dan batas ukur yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena Thermometric Property yang digunakan juga
berbeda.
Jika Thermometric Property dilambangkan sebagai X, maka X = X (T). Ini berarti
Thermometric Property (X) sebagai fungsi temperatur (T). Fungsi apa yang digunakan
dalampembuatan termometer ? Apakah fungsi linier atau fungsi kuadratis atau fungsi
pangkat n ?
Fungsi ini dapat dipilih atau ditentukan sendiri oleh pembuat termometer. Pilihan yang
ditetapkan akan menentukan properti skala termometer. Dalam kasus ini, memilih diartikan
sebagai menentukan kondisi dan konstruksi termometer sedemikan rupa sehingga skala
linier atau skala lainnya dapat tercapai.
Demi kemudahan pembacaan skala pada termometer, X selalu dipilih sebagai fungsi linier
dari T. Pilihan demikian menghasilkan skala termometer yang dipilih berproperti linier
pula. Ini berarti
X=cT
Persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk X / T = c atau X1/ T1= X2/ T2 dengan kata
lain X / T pada setiap keadaan harus bernilai sama, dalam arti kenaikan satu skala pada
termometer selalu sama. Inilah yang dimaksud dengan fungsi linier.
Dalam sistem satuan internasional telah disepakati, bahwa titik acuan untuk temperatur
adalah temperatur tripel air. Temperatur tripel air adalah temperatur air murni yang berada
dalam keadaan setimbang termal dengan es dan uap air jenuhnya. Temperatur ini berharga
273,16 K (Kelvin) dan dapat direalisasikan dengan menggunakan sel tripel.
Jika T = temperatur yang hendak diketahui, X = harga Thermometric Property pada
temperatur yang hendak diukur, T1 = temperatur acuan yang dipilih, dan X1 = harga
Thermometric Property pada temperatur acuan atau temperatur yang dipilih, maka
denganmenggunakan temperatur titik tripel dapat diperoleh persamaan:
T= 273,16 (X / X1) K (Kelvin)
Syarat-Syarat Termometric
Untuk mengukur temperatur suatu benda dapat digunakan zat yang properti fisisnya
(thermometric property-nya) dapat berubah karena perubahan temperatur. Diharapkan
perubahan properti fisis ini semaksimal mungkin dapat menunjukkan perubahan-perubahan
temperatur yang sekecil mungkin. Oleh sebab itu, dalam pengukuran temperatur
(termometri) dengan menggunakan perubahan properti fisis suatu zat diperlukan syarat-
syarat termometri sebagai berikut.
1. Zat yang digunakan,
2. Properti fisis zat (thermometric property), dan
3. Tingkatan kuantitatif yang menyatakan besar kecilnya temperatur.
Ketiga syarat termometri ini saling kait mengait sulit untuk dipisahkan. Properti
fisis tergantung pada zat yang digunakan, sedangkan batas-batas ukuran kuantitatif yang
dapat dicapai termometer bergantung kepada zat dan properti fisis zat yang digunakan.
Oleh sebab itu, dalam pembuatan termometer harus diperhatikan ketiga syarat termometri
tersebut. Adapun zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur (termometri)
antara lain:
1. zat padat, misalnya: platina dan alumel.
2. zat cair, misalnya: airraksa (raksa) dan alkohol.
3. zat gas, misalnya: udara, zat air, dan zat lemas.
Properti -properti fisis zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur
(termometri) antara lain:
1. perubahan volume gas.
2. perubahan tekanan gas.
3. perubahan panjang kolom cairan.
4. perubahan harga hambatan listrik atau hambatan jenis.
5. perubahan gaya gerak listrik.
6. perubahan harga kuat arus listrik.
7. perubahan intensitas cahaya karena perubahan temperatur.
8. perubahan warna zat.
9. perubahan panjang dua logam yang berlainan jenisnya.
Tingkatan yang menyatakan besar kecilnya temperatur ditunjukkan oleh nilai atau harga
temperatur. Penentuan harga ini harus dapat direproduksi, artinya, jika temperatur dari
suatu keadaan sudah dinyatakan dalam suatu harga, misalnya 500C, maka setiap kali kita
memperoleh harga itu, keadaan sesungguhnya harus tepat sama dengan keadaan semula
atau sebaliknya.
Dalam pengukuran temperatur ada korespondensi timbal balik antara keadaan temperatur
dan angka atau harga temperatur itu serta keajegan penunjukkannya. Untuk ini diperlukan
suatu patokan yang tetap. Dengan patokan harga yang tetap, pengertian tentang patokan itu
sendiri, dan perkembangan ilmu yang mendasarinya, maka timbul bermacam-macam jenis
termometer, timbul berbagai macam derajat temperatur, dan masalah-masalah lainnya yang
berkaitan dengan pengukuran temperatur. Oleh sebab itu, akan dibahas tentang jenis-jenis
termometer, derajat temperatur, dan skala temperatur.
Seperti telah dijelaskan di atas, jenis-jenis termometer bergantung pada properti fisis zat
(thermometric property) yang digunakan. Jenis-jenis termometer yang lazim digunakan
antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Termometer Gas Volume Tetap
Sesuai dengan namanya, termometer ini dibuat berdasarkan pada perubahan
tekanan gas karena adanya perubahan temperatur. Volume gas dapat membesar karena
kenaikan temperatur yang diikuti oleh penurunan tekanan gas dan dapat mengecil karena
penurunan temperatur yang diikuti oleh kenaikan tekanan gas. Jadi, pada termometer gas
volume tetap, thermometric property-nya adalahtekanan gas(p) yang diwakili oleh
perubahan panjangkolom air raksa (raksa). Ini berarti p = p( T ). Adapun bentuk skematis
termometer gas volume tetap seperti dilukiskan pada gambar 2.7 berikut.

Pengatur L = panjang
Permukaan kolom raksa
Air Raksa

Benda yang
akan diukur
temperatur
nya

Gambar 2.7: Termometer Gas Volume Tetap


Bagaimanakah cara kerja termometer gas volume tetap seperti gambar 2.7 ?
Apabila benda yang akan diukur temperaturnya (A) disentuhkan pada bola B, maka gas
dalam bola B akan memuai dan mendesak air raksa dalam pipa C ke bawah dan dalam pipa
E ke atas. Pipa C dan pipa E dihubungkan dengan pipa karet D yang lentur dan dapat
ditarik ke bawah atau ke atas.
Apabila gas bola B memuai dan mendesak air raksa dalam pipa C, maka volume gas
bertambah. Agar volume gas tetap seperti semula, yaitu pada pengatur permukaan raksa,
maka pipa karet D dapat dinaikkan atau diturunkan, sehingga volume gas pada bola B
dapat dijaga tetap.
Pada keadaan 1, misalnya pada titik tetap es yang sedang melebur atau air yang sedang
membeku di bawah tekanan udara luar 1 atmosfer, tinggi raksa adalah h1 dan tekanannya
p1. Pada keadaan 2, misalnya pada titik didih air atau titik embun air di bawah tekanan
udara luar 1 atmosfer, tinggi raksa adalah h2 dan tekanannya adalah P2. Dalam hal ini kita
dapat melakukan interpolasi linier (membuat titik-titik atau harga tertentu diantara kedua
titik tetap) dan ekstrapolasi linier (membuat titik-titik tertentu di luar kedua titik tetap).Jika
kaki-kaki manometer mempunyai luas penampang yang sama, misalnya seluas A, tinggi
cairan raksa yang berada di atas tanda volume tetap (pengatur permukaan raksa) adalah h,
sedangkan massa jenis raksa adalah ρ, maka untuk percepatan gravitasi bumi g dan tekanan
udara luar sebesar po, berlaku persamaan-persamaan berikut.
p1= po+ ρ g h1 p2= po+ ρ g h2; p = po+ ρgh
Dengan menggunakan persamaan (p V / T) = C dengan volume V tetap dan subsitusi
sederhana dapat diperoleh persamaan:
T = T1 + {(h – h1) / (h2 – h1)}{T2 – T1}
Dengan mengambil T1 = temperatur titik lebur es atau titik beku air pada tekanan udara
luar 1 atmosfer = 00C = 273 K dan h1 = tinggi raksa pada saat disentuhkan pada es yang
sedang melebur, serta T2 = temperatur titik didih air atau titik embun air pada tekanan 1
atmosfer = 1000 C = 373 K dan h2 = tinggi raksa pada saat disentuhkan pada air sedang
mendidih, sedangkan h adalah sembarang posisi permukaan raksa di kaki E, maka
temperatur T dapat diketahui, karena temperatur T merupakan fungsi linier tinggi raksa h.
2. Termometer Gas Tekanan Tetap
Termometer gas tekanan tetap dibuat berdasarkan pada perubahan volume gas yang
berubah karena adanya perubahan temperatur. Pada proses volume tetap, kenaikan
temperatur mengakibatkan tekanan gas naik dan sebaliknya penurunan temperatur akan
mengakibatkan tekanan gas menurun. Pada proses tekanan tetap, volume gas akan
bertambah jika temperatur gas naik dan sebaliknya volume gas akan mengecil jika
temperatur gas turun. Jadi, pada termometer gas tekanan tetap, thermometric property-nya
adalah volume gas (V) yang diwakili oleh panjang kolom air raksa. Ini berarti V = V( T ).
Dengan cara yang sama seperti di atas, dapat dituliskan persamaan berikut.
T = T1 + {(V – V1) / (V2 – V1)} (T2 – T1)
Dengan menggunakan persamaan di atas dapat ditentukan harga temperatur sembarang T
karena volume gas dalam bola B dapat diukur, yaitu V.
3. Termometer Cairan
Termometer cairan dibuat berdasarkan pada perubahan volume cairan karena adanya
perubahan temperatur. Namun karena luas penampang kolom cairan A dipandang tetap,
maka perubahan volume cairan dapat diwakili oleh perubahan tinggi kolom cairannya. Ini
berarti Thermometric Property-nya adalah panjang atau tinggi kolom cairan, sehingga
dapatdiperoleh L = L(T).Pada dasarnya, temperatur untuk termometer cairan seperti
gambar 2.9, harga temperaturnya diukur dengan perubahan volume cairan dengan
persamaan
T = f (V)
Jika untuk titik-titik tetap dengan temperatur T1 dan T2 volume cairan masing-masing V1
dan V2, maka interpolasi dan eksptrapolasi linier ditentukan dengan persamaan
T = T1 + {(V – V1) / (V2 – V1)} (T2 – T1)
Selanjutnya, jika tandon cairan mempunyai volume V0 dan luas penampang tabung halus
adalah A, maka volume dapat dinyatakan dengan panjang tabung L di atas tandon cairan
dengan persamaan-persamaan berikut.
V1 = V0 + A L1
V2 = V0 + A L2
V = V0 + A L
Dengan melakukan substitusi sederhana dapat diperoleh persamaan berikut.
T = T1 + {(L – L1) / (L2 – L1)} (T2 – T1)
Dengan menggunakan persamaan di atas dapat ditentukan harga sembarang temperatur T
karena harga L dapat diukur. Tegasnya, ukuran temperatur dapat dilaksanakan dengan
mengukur panjang kolom cairan di atas tandon cairan.
4. Termometer Hambatan Listrik
Termometer hambatan jenis dibuat berdasarkan pada perubahan hambatan jenis suatu
penghantar karena adanya perubahan temperatur. Ini berarti Thermometric Property-nya
adalah hambatan suatu konduktor, sehingga R = R( T ).
Hambatan listrik (R) dari berbagai konduktor atau zat berubah menurut temperaturnya.
Perubahan ini akan sangat jelas jika temperaturnya sudah mendekati harga – 273 0C. Ini
berarti, mulai suatu temperatur tertentu, hambatan listrik tiba-tiba menjadi sangat kecil atau
dapat dikatakan konduksi listriknya menjadi sangat besar. Hal ini, dalam istilah kelistrikan
disebut sebagai konduktor supra.
Batas -batas temperatur untuk menjadi konduktor supra untuk berbagai konduktor berbeda-
beda. Bahkan ada zat yang tidak dapat diketahui batas-batas temperaturnya karena
kesulitan untuk membuat temperatur rendah.Hambatan listrik yang berubah karena
perubahan temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur temperatur dan dalam hal ini
digunakan daerah hambatan listrik di atas konduktor supra.
Sesuai dengan perubahan temperatur T , hambatan listrik R dapat berubah, sehingga untuk
tegangan batere yang standar kuat arus listriknya juga ikut berubah. Jadi kuat arus listrik
menjadi thermometric property dari termometer hambatan listrik. Untuk keperluan praktis,
kalibrasi alat ini diperlukan; karena yang berubah adalah hambatan listriknya (R), tetapi
yang terukur adalah kuat arus listriknya (I).Menurut Callendar (1886), untuk pengukuran
yang presisi (pengukuran yang tepat dan akurat) digunakan hambatan listrik platina dengan
menggunakan rumus empiris berikut.
T = {(Rt – R0) / (R100 – R0)} 100 + δ {(T / 100) – 1} (T / 100)
dengan T sebagai temperatur dalam 0C, sedangkan Rt, R0, dan R100 masing-masing adalah
hambatan listrik dalam ohm (Ω) untuk temperatur T, temperatur titik es, dan temperatur
titik uap air, serta δ adalah konstante yang harganya bergantung pada karakteristik
hambatan platina dan diperoleh melalui kalibrasi pada titik belerang.
Dengan jalan yang sama, secara teoritis, kalibrasi antara hambatan R dengan kuat arus
listrik I yang menggunakan batere standar dapat digunakan persamaan berikut.
T = {(It – I0) / (I100 – I0)} 100 + δ {(T / 100) – 1} (T / 100)
Termometer hambatan listrik mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1) hambatan R dapat ditanam dalam benda pejal (masif) yang akan diukur
temperaturnya
2) batas ukurnya sangat lebar, yakni dari –253 0C sampai 1200 0C (ada yang
menyatakan sampai titik lebur platina, yakni 1760 0C)
–3
3) ketelitian termometer hambatan listrik platina dapat mencapai 10 derajat celcius
atau 0,001 0C.

Termometer hambatan listrik dapat dibuat mini dan portable (dapat dibawa kemana-mana
dengan bobot yang ringan). Volume termometer mini ini adalah 1 mm3 dan dapat
digunakan untuk mengukur temperatur dari –20 0C sampai 120 0C. Termometer hambatan
listrik dengan ukuran mini ini disebut termizet.
5. Termometer Termokopel
Termometer termokopel dibuat berdasarkan pada: (1) adanya gaya gerak listrik (ggl)
Seebeck, (2) adanya ggl Peltier, dan (3) adanya ggl Thomson pada sambungan dua logam
yang berbeda jenisnya, serta (4) adanya perubahan temperatur pada sambungan dua logam.
Ini berarti termometer termokopel dibuat berdasarkan pada hasil percobaan Seebeck,
Peltier, dan Thomson.
Pada tahun 1826 Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa ggl dapat ditimbulkan
dengan cara-cara termal. Jika logam A disambungkan dengan logam B dan kedua
sambungan berbeda temperaturnya, maka akan timbul ggl termal atau ggl Seebeck yang
disebabkan karena adanya kerapatan elektron bebas dalam logam yang berbeda
temperaturnya.
Apabila dua logam A dan B yang berlainan jenisnya disambungkan dan kedua sambungan
itu berbeda temperaturnya, maka elektron-elektronnya berdifusi dari logam A ke logam B
atau sebaliknya. Kedua sambungan berfungsi sebagai sumber ggl dan jika ada arus listrik
dari logam yang satu ke logam lainnya, maka ada tenaga yang dibebaskan atau
diabsorbsikan. Perpindahan tenaga ini berbentuk aliran kalor di antara sambungan dan
sekelilingnya. Kalor ini disebut kalor Peltier (Jean C.A. Peltier adalah penemu kalor yang
mengalir di antara dua sambungan logam yang berbeda jenisnya dan berlainan
temperaturnya dan beliau adalah seorang ahli Ilmu Alam bangsa Perancis).
Eksperimen menunjukkan, bahwa kalor Peltier yang dipindahkan pada setiap sambungan
berbanding dengan jumlah muatan listrik yang melewati sambungan dan membalik
arahnya apabila arus listrik juga membalik arahnya. Jumlah tenaga panas (dalam joule)
yang diabsorbsikan atau dibebaskan pada sambungan logam-logam A dan B per jumlah
muatan listrik (dalam coulomb) yang dipindahkan disebut ggl Peltier (πAB). Jadi
𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑙𝑡𝑖𝑒𝑟 (𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒)
𝜋𝐴𝐵 =
𝑄 (𝑐𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏)
Ternyata bahwa ggl Peltier (πAB) tidak hanya bergantung pada properti kedua logam,
tetapi juga pada temperatur sambungan dan tidak bergantung pada sambungan lain yang
mungkin ada.Sir William Thomson (Lord Kelvin) menemukan, bahwa kepadatan elektron
bebas akan berlainan dari titik ke titik dalam suatu kawat yang ujung-ujungnya mempunyai
temperatur yang berbeda. Jadi, setiap bagian dari kawat yang temperaturnya berbeda atau
tidak seragam (heterogen) merupakan sumber ggl.
Apabila arus listrik mengalir dalam kawat yang temperaturnya tidak seragam, maka pada
semua titik dalam kawat, kalor akan dibebaskan atau diabsorbsikan, dan kalor ini disebut
sebagai kalor Thomson. Kalor Thomson sebanding dengan jumlah muatan listrik yang
melewati bagian kawat dan sebanding dengan perbedaan temperatur antara ujung-ujung
bagian kawat.
Apabila suatu bagian kawat yang pendek (A) mempunyai perbedaan temperatur (dt), maka
jumlah kalor yang dibebaskan atau diabsorbsikan (dalam joule) dalam bagian kawat per
jumlah muatan listrik yang dipindahkan (dalam coulomb) disebut sebagai ggl Thomson (τA
dt). Jadi ggl Thomson dapat dituliskan dalam persamaan berikut.
𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑇ℎ𝑜𝑚𝑠𝑜𝑛 (𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒)
𝑇𝐴 𝑑𝑡 =
𝑄(𝑐𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏)
Jumlah ggl Thomson dalam kawat yang ujung-ujungnya mempunyai temperatur t1 dan t2
adalah:
𝑡2

∫ 𝑇𝐴 𝑑𝑡
𝑡1

Eksperimen menunjukkan, bahwa kalor Thomson dapat dibalik dan tergantung dari
properti kawat serta temperatur rata-rata dari bagian kawat yang temperaturnya
heterogen.Pada hakikatnya, ggl Seebeck (εAB) pada termokopel adalah perpaduan dua ggl
Peltier dan dua ggl Thomson yang persamaannya biasa disebut sebagai persamaan dasar
termokopel yang ditulis sebagai berikut.
𝑡

𝜀𝐴𝐵 = (𝜋𝐴𝐵 )𝑡 − (𝜋𝐴𝐵 )𝑡𝑅 + ∫(𝑇𝐴 − 𝑇𝐵 )𝑑𝑡


𝑡𝑅

dengan t = temperatur sambungan percobaan (test junction) dan tR = temperatur


sambungan penunjukan (reference junction) yang dibuat tetap.
Jadi, dapat dinyatakan, bahwa Thermometric Property dari termometer termokopel adalah
adanya ggl karena perubahan temperatur, sehingga ε = ε( T ).Benda yang akan diukur
temperaturnya disentuhkan pada sambungan logam I dan logam II dan disebut sebagai
sambungan percobaan dengan temperatur t. Andaikan logam I disebut logam A, logam II
disebut sebagai logam B, dan logam tembaga disebut sebagai logam C; maka ada tiga
sambungan, yaitu: (1) sambungan AB, (2) sambungan BC, dan (3) sambungan CA.
Sambungan BC dan sambungan CA ada dalam wadah yang temperaturnya dijaga tetap
yang disebut sebagai temperatur acuan atau sambungan penunjukkan dengan temperatur
tR. Jika persamaan dasar termokopel diterapkan dalam kasus ini, maka diperoleh
persamaan dasar termometer termokopel berikut.
𝑡

𝜀𝐴𝐵𝐶 = (𝜋𝐴𝐵 )𝑡 + (𝜋𝐵𝐶 )𝑡𝑅 + (𝜋𝐶𝐴 )𝑡𝑅 + ∫(𝑇𝐴 − 𝑇𝐵 )𝑑𝑡


𝑡𝑅

Persamaan ini berlaku pada termometer termokopel karena ggl Thomson pada logam C
(logam tembaga) tidak ada serta sambungan BC dan CA temperaturnya sama, yaitu tR.
Dengan demikian, persamaan ini dapat diubah menjadi persamaan berikut.
𝑡

𝜀𝐴𝐵𝐶 = (𝜋𝐴𝐵 )𝑡 − (𝜋𝐴𝐵 )𝑡𝑅 + ∫(𝑇𝐴 − 𝑇𝐵 )𝑑𝑡


𝑡𝑅

Pada hakikatnya persamaan di atas merupakan harga ggl termokopel dari logam-logam A
dan B saja dengan temperatur sambungan t dan tR, sehingga εABC = εAB = εAC - εBC;
apabila temperatur ujung-ujung logam tembaga (logam C) sama.Jika M adalah suatu logam
dan L ialah logam timah hitam, percobaan-percobaan menunjukkan, bahwa ggl termal εML
tergantung pada temperatur t dari sambungan percobaan dan tR temperatur acuan. Apabila
tR = 00 C, maka harga εML dapat ditulis sebagai berikut.
εML = a t + ½ b t2

Persamaan di atas merupakan persamaan dasar termometer termokopel dengan a dan b


berupa konstante percobaan yang harganya seperti tabel berikut.
Konstante a dan b dalam persamaan εML = at + ½bt2 dengan tR = 00 C

Logam L = logam timah hitam a (μV / derajat C) b (μV / derajat C)


dan Logam M = . . .
Aluminium - 0,47 0,003

Tembaga 2,76 0,012


Emas 2,90 0,0093
Besi 16,6 - 0,030
Nikel 19,1 - 0,030
Platina - 1,79 - 0,035
Perak 2,50 0,012
Baja 10,8 - 0,016
6. Pirometer Optik
Pirometer Optik (Optis) merupakan termometer sekunder, dalam arti pirometer optik
digunakan untuk mengukur temperatur di atas 10000C sampai 12000C. Mengapa demikian
? Karena suatu benda yang bertemperatur lebih dari 5000C akan memancarkan cahaya yang
dapat dilihat (cahaya tampak). Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam kegelapan.
Intensitas cahaya tampak akan meningkat dengan bertambahnya temperatur. Pada suatu
benda yang bertemperatur 6000C akan tampak cahaya merah tua, pada temperatur 7000C
tampak cahaya merah, pada temperatur 8500C tampak cahaya merah muda, dan jika
temperaturnya 10000C tampak cahaya jingga kekuning-kuningan. Setelah temperatur
benda lewat 10000C sampai 12000C, benda akan memancarkan cahaya putih kekuning-
kuningan. Di atas temperatur 12000C, benda akan memancarkan cahaya dengan perubahan
warna yang lambat dan perubahan intensitas yang cepat. Ini berarti, intensitas cahaya yang
kelihatan oleh mata bertambah dengan sangat cepat dan intensitas segala warna bertambah
serta warna cahaya mendekati maksimum (ingat grafik warna untuk mata dalam kuliah
Optika).
Prinsip dasar pengukuran temperatur dengan pirometer optik ada dua, yaitu: (1) dengan
menentukan intensitas cahaya tampak, dan (2) dengan menentukan perbandingan dua
intensitas cahaya tampak. Cara yang terbanyak digunakan adalah cara membandingkan dua
intensitas cahaya tampak yang dipancarkan oleh benda hitam sempurna (black body
radiator) dengan benda lain yang ditera. Jadi, Thermometric Property dari termometer
pirometer opticadalah intensitas cahaya, sehingga: I = I(T ).
Jenis -jenis pirometer optik banyak ragamnya, antara lain: (1) pirometer optik penyinaran
total yang didasarkan pada hukum Stefan – Boltzmann (Et=σoT4), dan (2) pirometer optik
foto elektrik yang berdasarkan pada prinsip kerja fotosel.
f. Temperatur Gas Ideal
Misalkan sejumlah gas dimasukkan ke dalam bola termometer gas volume konstan
sehingga P3 tekanan, ketika bola ini dikelilingi oleh air pada titik tripel, adalah sama
dengan 1000 mm Hg. Menjaganya agar volume V konstan, dilakukan prosedur yang
hasilnya diplot pada Fig. 1-7 untuk empat gas yang berbeda dalam rangka untuk mengukur
6 (P) tidak hanya dari kondensasi uap tetapi juga dari kondensasi sulfur.

Grafik menyampaikan informasi bahwa, meskipun pembacaan termometer gas konstan


volume tergantung pada sifat gas pada nilai-nilai biasa Pa, semua gas menunjukkan suhu
yang sama seperti Ps diturunkan dan dibuat untuk mendekati nol.
Oleh karena itu kita mendefinisikan suhu gas ideal T dengan persamaan :
𝑃
𝑇 = 273.16 𝐾 lim ( ) (𝑉 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
𝑃𝑇𝑃→0 𝑃𝑇𝑃
Meskipun skala suhu gas-ideal independen dari sifat-sifat salah satu gas tertentu, tapi
masih tergantung pada sifat-sifat gas pada umumnya. Suhu gas-ideal terendah yang dapat
diukur dengan termometer gas adalah sekitar 0.5 K, asalkan tekanan rendah He3
digunakan. Suhu T = tetap belum terdefinisi. Skala gas-ideal dan skala Kelvin adalah
identik.
g. Skala Temperatur
Jika Thermometric Property dilambangkan X, maka X = X( T ). Fungsi apa yang digunakan
? Fungsi yang digunakan dapat dipilih atau ditentukan sendiri. Pilihan yang diambil akan
menentukan properti skala termometer.
Untuk kemudahan membaca skala, maka X selalu dipilih sebagai fungsi linier dari
temperatur T. Pilihan demikian menghasilkan skala termometer yang berproperti linier
pula. Memilih disini berarti menentukan kondisi dan konstruksi alat hingga skala
liniertercapai. Ini berarti,
X = c TatauX / T= c atau (X1/T1) = (X2/T2)
Jika keadaan 1 adalah keadaan yang dicari dan untuk ini angka indeks ditiadakan, maka
diperoleh hubungan
T = T2 (X / X2)
Dengan T = temperatur yang hendak diketahui atau hendak diukur, X = harga
Thermometric Property pada temperatur yang hendak diukur atau hendak dibaca,
T2=temperatur acuan yang telah dipilih atau diketahui, dan X2 = harga Thermometric
Property pada temperatur acuan atau temperatur yang ditentukan.
Dalam sistem satuan internasional telah disepakati agar sebagai titik acuan diambil
temperatur tripel air atau titik tripel air, dengan harga T3 = 273,16 K. Dengan ini
persamaan tersebut berubah menjadi T = 273,16 (X / X3) K
Skala temperatur pada termometer gas volume konstan harus ditentukan dengan persamaan
T = 273,16 ( p / p3) K
Sedangkan skala temperatur pada termometer cairan harus ditentukan dengan persamaan
T= 273,16 ( L / L3) K
Persoalannya ialah, apakah makna p, p3, L, dan L3 ?
Pada termometer gas ternyata bahwa hubungan linier antara tekanan ( p ) dan temperatur (
T ) pada volume konstan benar-benar terpenuhi dengan baik, jika jumlah partikel gas yang
digunakan sangat kecil sehingga p3mendekati nol.
h. Termokopel
Sebuah termokopel dikalibrasi dengan mengukur emf termal pada berbagai suhu yang
diketahui, persimpangan referensi yang disimpan pada 0°C. Hasil pengukuran tersebut
pada kebanyakan termokopel biasanya dapat diwakili oleh persamaan kubik sebagai
berikut:

di mana adalah emf termal dan konstanta c0, c1, c2, dan c3 adalah busur yang berbeda
untuk setiap termokopel. Dalam kisaran terbatas dari temperatur, Persamaan kuadrat
seringkali cukup. Kisaran termokopel tergantung pada bahan yang menyusun. Beberapa
platinum-platinum-rhodium memiliki jangkauan hingga 1600°C. Keuntungan dari
termokopel adalah bahwa ia datang ke kesetimbangan termal dengan cukup cepat dengan
sistem yang temperaturnya akan diukur, karena massanya kecil. Maka dapat disimpulkan
perubahan suhu mudah, tapi tidak begitu akurat sebagai sensor suhu platinum. (Zemansky,
Mark W. dan Richard H. Dittman,1976, hal 56-76)

PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


1. Pendahuluan Hukum Pertama Termodinamika

Hukum I termodinamika “Bila suatu sistem yang lingkungannya bersuhu


berbeda dan kerja bisa dilakukan pada sistem, mengalami suatu proses, maka energi
yang dipindahkan dengan cara non-mekanis yang sama dengan perbedaan antara
perubahan energi dalam sistem dan kerja yang dilakukan.”
Sistem didefinisikan sebagai pusat perhatian, sedangkan lingkungan adalah
bagian di luar sistem yang mempengaruhi sistem secara langsung. Ketika bekerja
dengan perangkat seperti mesin sering berguna untuk menentukan sistem yang akan
volume diidentifikasi dengan aliran dan di luar, ini disebut volume control.
Keadaan sistem di mana properti yang pasti, nilai tidak berubah selama kondisi
eksternal yang tidak berubah disebut keadaan setimbang. Keadaan suatu sistem dapat
berubah melalui dua proses yaitu melalui proses kerja atau melalui proses
penghantaran kalor. Kedua proses tersebut berpengaruh terhadap keadaan sistem yang
direpresentasikan oleh energi dalam sistem. Dalam termodinamika, sistem akan
melakukan kerja pada perubahan keadaan bila ada penyimpangan boundary dari
sistem terhadap gaya-gaya luar.
Sistem Termodinamika ada tiga macam, yaitu :
a. Sistem tertutup
Dalam sistem tertutup massa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada
massa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem,tetapi volumenya bisa
berubah.Yang dapat keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk
panas atau kerja.
Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
massa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas
masuk kedalam massa udara didalam balon.
b. Sistem terbuka
Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk
kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi
energi adalah sistem terbuka.
Sistem mesinmotor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana
campuran bahan bahanbakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang
keluar sistem melalui knalpot. Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain
merupakan sistem termodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan
massa keluar masuk sistem tersebut.
c. Sistem terisolasi
Tidak ada pertukaran massa dan energi sistem dengan lingkungan. Atau
dengan kata lain sistem tidak terpengaruh sama sekali oleh lingkungan Misalnya:
Tabung gas yang terisolasi.
Penggunaan termodinamika koordinat plot isoline, garis sepanjang mana
properti adalah konstan. Mereka termasuk garis suhu konstan, atau isoterm, pada
diagram p-v, garis volume konstan, atau isochors pada T-P diagram, dan tekanan
konstan garis, atau isobar, pada diagram T-V untuk gas ideal.
Hukum I termodinamika secara mathematic :

dQ = dW+dU+dEK+dEp (1.0)

dimana :
dU = Pertambahan energi dalam
dEK = Pertambahan energi kinetik
dEp = Pertambahan energi potensial

Dalam persoalan termodinamika, sistem-sistem sebagian besar mengalami


energi kinetik dan energi potensial yang konstan (pada sistem-sistem yang diisolasi)
atau dEK=0 dan dEp=0, maka hukum I termodinamika menjadi :

dQ = dU + dW (1.1)

Sering juga persamaan ini ditulis dengan menyisipkan faktor equivalent


mekanis dari panas J, dengan demikian:

𝟏
dQ = dU + dW (1.2)
𝑱

dimana :
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
J=4185,8 𝑘.𝑐𝑎𝑙
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
J=4,1858 𝑐𝑎𝑙
Dalam satuan british :
𝑓𝑡.𝑙𝑏
J=778,16 𝐵.𝑇.𝑈
𝑓𝑡.𝑙𝑏
J=778 (dalam teknik)
𝐵.𝑇.𝑈

Contoh soal:
Kedalam sejumlah gas dialirkan kalor sebesar 300 joule. Kemudian gasdikenai
kerja120 joule. Berapakah perubahan energi dalam gas?

Penyelesaian
Q = 300 joule (menyerap)
W = -120 joule (dikenai kerja)

Perubahan energi dalamnya memenuhi :


Q=W+U
300 = -120 + U
U = 420 joule

Contoh soal:
Suatu gas di dalam ruang tertutup dipanasi sehingga memuai. Akibatnya,gastersebut
melakukan usaha sebesar 200 J. Selama pemuaian, gasmenyerap kalor sebanyak 300 J.
Tentukan kenaikan energi dalam gas.

Penyelesaian :
Diketahui:
W = 200 J (melakukan usaha)
Q = 300 J (kalor ditambahkan)
Ditanyakan: ΔU = ... ?
Jawab:
Untuk mencari perubahan energi dalam,gunakan Hukum I Termodinamika.
Q = ΔU + W
ΔU =Q-W
= 300 J - 200 J
= 100J
Proses-Proses Termodinamika
 Proses Isobarik
 Tekanan konstan

Kerja: Vf

W  pdV
Vi
p  kons tan

W  p(V f  Vi )  p V
Kalor:
Q  nCP T  nCP (T f  Ti )

Perubahan Energi Dalam:


U  Q  W  U  nCP T  pV
pV  nRT  pV  nRT
CP  CV  R  U  nCP T  nRT  nCV T

R = Konstanta gas universal = 8.31 J/mol.K


CP = Kapasitas panas tekanan konstan
Contoh Soal:
Pada suatu proses isobarik, 1 mol nitrogen mengalami pemampatan dari 2litermenjadi
1 liter pada tekanan 2 .105 Pa. Tentukan usaha yang dilakukanlingkungan pada
nitrogen.
Penyelesaian:
Diketahui:
V1 = 2 liter = 2 . 10-3 m3
V2 = 1 liter = 1 . 10-3 m3
P = 2 . 105 Pa
Ditanyakan: W = .... ?
Jawab:
Pada proses isobarik, tekanan gas tetap.
W = P ΔV
= P (V2 - V1)
= 2 . 105 (1 . 10-3 - 2 .10-3)
= -2 . 102 J
Jadi, usaha yang dilakukan lingkungan pada nitrogen adalah 200 J.
 Proses Isotermis
 Temperatur konstan

Kerja : Gas Ideal : pV  nRT


nRT
T  kons tan  p
V
Vf

W  pdV
Vi
Vf
nRT Vf
W dV  nRT ln
Vi
V Vi
Perubahan Energi Dalam :
U  nCV T
Kalor :
Vf
U  Q  W  Q  U  W  nCV T  nRT ln
Vi

Contoh Soal :
Lima mol suatu gas ideal suhunya 27oC memuai secara isotermal dari 0,5 m3menjadi
1 m3. Tentukan usaha yang dilakukan oleh gas jika menggunakantetapan gas umum R
= 8,31 J/mol K.
Penyelesaian :
Diketahui :
n = 5 mol
T = 27 + 273 = 300 K
V1 = 0,5 m3
V2 = 1 m3
Ditanyakan : W = .... ?
Jawab:
V 
W  nRT ln  2 
 V1 
 1 
W  5 x8.31x300 x ln  
 0.5 
W  5184 J

 Proses Adiabatik
 Tidak ada kalor yang hilang

Kerja: Adiabatik : pV   kons tan


C
p    CV 
V
Vf Vf

 pdV   CV

W dV
Vi Vi

1 Vf
W C V  1
  1 Vi

 
C

V f 1  V  1
pV  1C  piVi  p f V f
 i 
W C
W
C
1 

V f 1  Vi  1 
pV   C  piVi   p f V f

W
1
1 
 
p f V f V f 1  piVi  Vi  1 
1
1 
 p f V f  piVi 
Perubahan Energi Dalam:

Q  0 U  Q  W  U  W 
1
 p f V f  piVi 
 1

 Proses Isokorik
 Volume konstan

Kerja: Vf

W  pdV
Vi

V f  Vi  W 0
Kalor :
Q  nCV T  nCV (T f  Ti )
Perubahan Energi Dalam :
U  Q  W  U  nCV T
2. Transfer Energi Panas
Heat transferialah perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan
suhu di antara benda atau material, atau Transfer panas terjadi karena perbedaan suhu.
Perubahan temperatur dapat menyebabkan perubahan volume dan tekanan. Jadi
perubahan panas menjadi kerja mekanik dijelaskan oleh perubahan suhu, volume dan
tekanan.
Ketika suatu benda diletakkan di medium yang berada pada suhu yang
berbeda, transfer energi mengambil tempat di antara benda dan medium lingkungan
hingga tercapai kesetimbangan termal, yaitu benda dan medium mencapai suhu yang
sama. Arah dari transfer energi selalu dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah. Setelah kesetimbangan suhu tercapai, transfer energi berhenti. Panas atau
kalor didefinisikan sebagai bentuk energi yang dipindahkan di antara dua sistem (atau
sistem dengan lingkungannya) oleh sifat dari perbedaan suhu. Panas merupakan energi
yang berada dalam transisi karena hanya dapat disadari keberadaannya jika melewati
tepi batas sistem.
Sebagai bentuk energi, panas memiliki satuan energi, kJ (atau Btu) merupakan
satuan yang umum digunakan. Banyaknya panas yang dipindahkan selama proses di
antara dua keadaan (keadaan 1 dan 2) dituliskan dengan Q12, atau Q saja. Transfer
massa per satuan massa dari sistem dituliskan dengan q dan ditentukan dengan
𝑄
𝑞= (𝑘𝐽/𝑘𝑔)
𝑚
Laju transfer panas disimbolkan dengan 𝑄̇ , di mana titik di atas huruf Q artinya
turunan terhadap waktu, atau “per satuan waktu”. Laju transfer panas 𝑄̇ memiliki
satuan kJ/s yang ekuivalen dengan kW. Ketika 𝑄̇ berubah terhadap waktu, banyaknya
transfer panas selama proses terjadi ditentukan dengan cara meng-integralkan 𝑄̇
terhadap interval waktu dari proses:
𝑡2
𝑄 = ∫ 𝑄̇ 𝑑𝑡 (𝑘𝐽)
𝑡1

Ketika 𝑄̇ konstan selama proses terjadi, hubungan direduksi menjadi


𝑄 = 𝑄̇ ∆𝑡 (𝑘𝐽)
di mana Δt = t2 – t1 merupakan interval waku selama proses terjadi.

Hubungan antara q, Q, dan 𝑄̇


Latar belakang dari Panas / Kalor
Panas dapat didefinisikan sebagai energi yang tergabung dengan gerakan acak
dari atom dan molekul-molekul. Meskipun telah dikemukakan pada abad ke-18 dan
awal abad ke-19 bahwa panas adalah manifestasi dari gerak pada level molekuler,
pandangan yang kuat terhadap panas hingga abad ke-19 didasarkan pada teori kalori
yang diajukan oleh kimiawan asal Perancis yaitu Antoine Lavoisier (1744-1794) pada
1789. Teori kalorik menyatakan bahwa zat seperti cairan yang disebut kalorik dan zat
nya bersifat tak-bermassa, tak-berwarna, tak-berbau, dan tak-berasa sehingga dapat
dituangkan dari satu benda ke benda yang lain. ketika kalorik ditambahkan ke benda,
suhu meningkat; dan ketika kalorik dilepaskan dari benda, suhunya naik. Ketika benda
tidak dapat menampung lebih banyak kalorik, seperti saat kaca atau gula tidak dapat
melarutkan garam atau gula lagi.benda tersebut dikatakan jenuh dengan kalorik.
Interpretasi ini memunculkan istilah cairan jenuh dan uap jenuh yang hingga saat ini
masih digunakan.

Di awal abad ke-19, panas dianggap sebagai fluida tidak terlihat yang disebut kalorik
dan mengalir dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin.
Teori kalorik terpatahkan segera setelah diperkenalkan. Teori kalorik
menyatakan bahwa panas adalah zat yang tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan. Namun, telah diketahui bahwa panas dapat diproduksi dengan cara
menggosok kedua belah telapak tangan atau menggosok dua buah kayu bersama-sama.
Pada tahun 1798, Benjamin Thompson asal Amerika (Count Rumford) (1754-1814)
menunjukkan dalam papernya bahwa panas dapat diproduksi secara kontinyu melalui
gesekan. Validitas dari teori kalorik juga ditantang oleh hal-hal lain. Hingga muncul
suatu percobaan yang penuh kehati-hatian oleh James P. Joule dari Inggris (1818-
1889) yang dipublikasikan pada tahun 1843 akhirnya menguatkan keraguan bahwa
panas sama sekali bukanlah suatu zat sehingga teori kalorik tidak lagi digunakan.
Meskipun teori kalorik ditinggalkan sama sekali pada perengahan abad ke-19, teori
tersebut berkontribusi terhadap perkembangan termodinamika dan transfer panas.
Mekanisme Perpindahan Panas

Konduksi(hantaran)adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari


tempat yang suhunya tinggi ketempatyang suhunya lebih rendah, dengan media
penghantar panas tetap.

Konveksiyaitu perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan


fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa
fluida (cairan/gas).

Macam-macam Konveksi:
1. Konveksi bebas/konveksi alamiah.
Perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja dan
tidak ada tenaga dariluar yang mendorongnya.
Contoh: plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan
dari luar
2. Konveksi paksaan.
Perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga
dari luar
Contoh: plat panas dihembus udara dengan kipas/blower

Radiasi(sinaran) adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/ sinaran/


radiasi gelombang elektro-magnetik, tanpa memerlukan media perantara.

Contoh soal
Sebuah lilin dibakar di dalam ruang yang terisolasi. Jika ruang (udara dan lilin)
dianggap sebagai sistem, tentukan (a) apakah ada perpindahan panas selama proses
pembakaran tersebut dan (b) apakah ada perubahan energi dalam dari sistem?
Penyelesaian:
(a) Permukaan dalam dari ruang tersebut membentuk tepi batas. Panas dikatakan
sebagai sesuatu yang melewati tepi batas. Karena ruang tersebut diisolasi, terjadi
sistem adiabatik dan tidak ada panas yang melewati tepi batas. Sehingga Q = 0
untuk proses tersebut.
(b) Energi dalam melibatkan energi-energi yang ada dalam berbagai bentuk (laten,
kimia, nuklir). Karena tidak ada peningkatan atau penurunan pada total energi
dalam dari sistem, ΔU = 0 untuk proses tersebut.
3. Bentuk-bentuk Usaha Mekanik
Apabila suatu kakas F diberikan kepada sebuah partikel dan menyebabkan
partikel tersebut mengalami pergeseran sebesar ds, usaha mekanis yang dilakukan
kakas tersebut sama dengan :

Dengan F dan ds besaran skalar dari Vektor F dan ds dan θ adalah sudut antara
F dan ds. Usaha merupakan besaran skalar. Besarnya sudut θ akan mempengaruhi
tanda dari usaha, usaha dapat berharga positif atau negatif. Gambar 2-1 (a) dan 2-1
(b)menunjukkan kakas luar yang bekerja searah dengan pergeseran, maka usaha yang
dilakukan oleh kakas berharga positif dan gambar 2-1 (c) dan 2-1 (d) menunjukkan
kakas luar bekerja berlawanan arah dengan pergeseran, maka usaha yang dilakukan
oleh kakas berharga negatif.

Usaha positif berarti usaha dilakukan pada sistem. Usaha negatif berarti usaha
dilakukan oleh sistem. Gambar 2-1 (b) menunjukkan bahwa kakas F paralel dengan
pergeseran ds atau θ=0o sehingga cosθ=1, maka :

Sedangkan gambar 2-1(b) menunjukkan bahwa kakas F antiparalel dengan


pergeseran ds atau θ=180o sehingga cos θ=-1, maka:
Jika θ=900, kakas tidak mempunyai komponen dalam arah pergeseran sehingga
tidak ada usaha yang dilakukan pada partikel.

Apabila partikel bergerak dari titik 1 ketitik 2, usaha yang dilakukan adalah
integral dari persamaan (2-1)

Satuan usaha
Usaha positif berarti usaha dilakukan pada sistem dan usaha negatif berarti
usaha dilakukan oleh sistem. Jadi, usaha positif berarti energi meninggalkan sistem
dan usaha negatif berarti energi ditambahkan pada sistem. Usaha didefinisikan sebagai
perkalian kakas (dalam newton) dengan jarak (dalam meter). Satuan usaha dalam
satuan SI adalah Joule (J)

1J=1Nm

Dalam sistem teknik, satuan dari kakas adalah pound-force (lb) dan satuan
panjang adalah kaki(ft). Oleh karena itu satuan usaha dalam sistem ini adalah ft-lb.
Dalam sistem cgs, satuan usaha adalah dynecentimeter(Dcm) atau erg. Dengan
menggunakan hubungan antara newton, dyne, erg, meter, centimeter, dan kaki
diperoleh hubungan

(Hugh D Young, 2004, hal 220 – 230)


Contoh soal:
Apakah mungkin mengubah energi dalam menjadi energi mekanis? Jelaskanlah
jawaban Anda dengan contoh!
Penyelesaian:
Mungkin saja. Mesin lokomotif uap adalah contoh yang baik untuk menjelaskan
bagaimana energi dalam diubah menjadi energi mekanis. Air dipanaskan
sampaimelewati titik didih sehingga menguap. Melalui proses mekanis yang
dikontrol,ekspansi uap air dibiarkan untuk menekan sebuah piston. Energi kinetik
translasipiston seringkali diubah menjadi energi kinetik rotasi dari roda-roda mesin
uap itu.
Contoh:
Sebuah kakas sebesar 1000N dikenakan pada sebuah balok bermassa 50kg. Kakas
membentuk sudut 600 dengan bidang mendatar positif. Tentukan usaha yang
dilakukan oleh kakas agar balok bergeser horizontal sepanjang 60m.
Penyelesaian:
Diketahui : F = 1000 N θ = 600
m = 50kg s = 60m
Ditanya: usaha yang dilakukan oleh kakas agar balok bergeser horizontal sepanjang
60m
penyelesaian :

𝑊 = ∫ 𝐹 cos 60𝑑𝑠
1

W = (1000 cos 60)(60)


W = 3x104J
W = 30kJ

4. Konsep Kalor
Kalor adalah perpindahan energi internal. Kalor mengalir dari satu bagian
sistem ke bagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena ada perbedaan
temperatur. Selama pengaliran itu kita tidak dapat mengetahui proses keseluruhannya.
Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung. Kuantitas yang diketahui selama
proses berlangsung adalah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu. Sehingga
kalornya adalah
2
Q   Qdt
1

dan hanya bisa ditentukan bila waktu  2   1 telah berlalu. Hanya setelah aliran itu
berhenti barulah dapat mengacu pada kalor energi internal yang telah dipindahkan dari
suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke sistem lain yang temperaturnya lebih
rendah.
Tidak benar bila kita mengatakan ‘kalor dalam benda’ seperti halnya bila kita
mengatakan ‘lerka dalam benda’. Pelaksanaan kerja dan aliran kalor adalah metode
untuk mengubah energi internal suatu sistem. Kita tidak bisa memisahkan atau
membagi energi internal menjadi bagian termal dan bagian mekanis.
Kita telah mengetahui bahwa kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem
bukan merupakan fungsi koordinat sistem, tetapi bergantung pada lintasan yang dilalui
sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir. Begitu juga untuk kalor yang dipindahkan
dari suatu sistem. Q bukan merupakan fungsi koordinat termodinamika, tetapi
bergantung pada lintasan. Jadi, sejumlah kerja infinitesimal adalah diferensial
taksaksama dan dilambangkan dengan đ Q .
Bayangkan sistem A dalam sentuhan terman dengan sistem B, kedua sistem itu
dilingkungi oleh dinding adiabatik. Untuk sistem A, berlaku:

U f Ui  Q  W

dan untuk sistem B saja,

U 'f  U i'  Q'W '

Dengan menjumlahkannya didapatkan

(U f  U 'f )  (U i  U i' )  Q  Q'W  W '

Karena (U f  U 'f )  (Ui  Ui' ) adalah perubahan energy sistem gabungan dan

W  W adalah kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q  Q' adalah kalor
yang dipindahkan oleh sistem gabungan. Karena sistem gabungan ini dilingkungi oleh
dinding adiabatik, maka:

Q  Q'  0

dan

Q  Q '

Dengan kata lain, dalam kondisi adiabatik, kalor yang dibuang (atau diterima)
oleh sistem A sama dengan kalor yang diterima (atau dibuang) oleh sistem B.
Persamaan Q  Q' merupakan dasar penghitungan dari suhu menengah setelah
sepotong logam panas terjatuh ke dalam sampel air dingin yang terkandung dalam
kalorimeter.

Contoh soal:
Sebuah kentang awalnya berada pada suhu kamar (250C) sedang dipanggang dalam
oven yang suhunya dijaga tetap pada 2000C, seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. Apakah ada perpindahan kalor selama proses pemanggangan ini?

Solusi:
Sebuah kentang akan dipanggang didalam oven, berarti hal ini yang akan menentukan
apakah ada perpindahan kalor dalam proses ini. Dalam hal ini kentang diasumsikan
sebagai sistem dan kulit kentang yang akan menjadi batas sistemnya. Sebagian energi
di dalam oven akan melewati kulit ke dalam kentang. Karena tenaga penggerak pada
transfer energi ini adalah perbedaan temperatur, maka terdapat perpindahan kalor pada
proses ini. (Cengel, Yunus A dan Michael A Boles, 2008, hal 66-70)

Persamaan Keadaan Gas Ideal

Gas ideal didefinisikan sebagai sistem banyak partikel yang partikelnya tidak saling
berinteraksi. Dalam realitanya tidak ada sistem semacam ini, tetapi sistem gas real yang
kerapatannya sangat rendah akan sangat mendekati sifat-sifat dari gas ideal. Hal ini karena
kerapatan partikel yang sangat rendah menyebabkan kemungkinan terjadinya interaksi antar
partikelnya sangat kecil, sehingga praktis partikelnya tidak saling berinteraksi. Perumusan
persamaan keadaan gas ideal diperoleh dari generalisasi hasil eksperimen terhadap gas real
yang berkerapatan rendah. Perumusan pertama diperoleh R. Boyle (1664) dan E. Mariotte
(1676) terkait dengan gas yang berada dalam keadaan temperatur konstan. Diperoleh bahwa
perubahan tekanan berbanding terbalik dengan perubahan volume pada gas bertemperatur
konstan, yaitu

pV  pOVO
Kemudian di tahun 1802 Gay-Lussac memperoleh perumusan hubungan temperatur dan
volume untuk gas dalam tekanan konstan, yaitu bahwa perubahan volume sebanding dengan
perubahan temperature

T
V VO
TO
Penggabungan kedua relasi di atas menghasilkan

pV pOVO
 (2.3)
T TO
Karena persamaan di atas adalah besaran ekstensif, maka nilainya sebanding dengan jumlah
partikel, sehingga
pV
 kN (2.4)
T
dengan k adalah konstanta kesebandingan yang dikenal sebagai konstanta Boltzman k = 1;
360658 * 10-23 JK-1.

Model gas ideal :


1. Gas terdiri dari partikel (atom/molekul) dalam jumlah besar
2. Partikel tersebar merata dan bergerak bebas
3. Jarak antar partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel
4. Tidak ada gaya interaksi antara partikel kecuali jika bertumbukan
5. Sifat tumbukan adalah lenting sempurna dan dalam waktu yang singkat
6. Berlaku hukum gerak Newton
7. Partikel gas berupa titik massa, yaitu tiap partikel memiliki massa tapi tidak memiliki
volume, jadi partikel bebas bergerak dalam wadah karena tidak memakan tempat
Gas ideal dapat mengalami perubahan keadaan melalui proses isotermal, isobarik, dan
isokorik. Dalam proses isotermal (suhu tetap), gas ideal berprilaku mengikuti persamaan :
PV  RT  tetapan PV  tetapan
Pada proses isokorik (volume tetap) gas ideal dinyatakan dengan persamaan :
 nR  P
P T  tetapan  T  tetapan
V  T
Pada proses isobarik (tekanan tetap) gas ideal dinyatakan dengan
persamaan :
 nR  V
V  T  tetapan  T  tetapan
 P  T
Contoh soal :

Determine the mass of the air in a vacant room whose dimensions are 4 m x 5 m x 6 m at 100
kPa and 25°C.
Jawab :
The mass of air in a room is to be determined
A sketch of the room is given in Fig. 4–48. Air at specified conditions can be treated as an

ideal gas. From Table A–1, the gas constant of air is R = 0.287 kPa ・ m3/kg ・ K and the

absolute temperature is T = 25°C + 273 = 298 K. The volume of the room is


V  4m5m6m  120m 3
The mass of air in the room is determined from the ideal-gas relation to be

m
PV

100kPa 120m 3   140.3kg
RT 0.278kPa.m 3 / kg.K 298K 
Persamaan Gas Real
Persamaan keadaan gas ideal dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan gas real ketika
kerapatan gas realnya sangat rendah, karena ketika itu jarak antar partikel sangat renggang
dan interaksi antar partikel dapat diabaikan. Tetapi untuk kerapatan gas yang tidak cukup
rendah, persamaan keadaan gas ideal tidak lagi dapat dipakai. Terlebih lagi bila terjadi
perubahan fase
dari fase gas menjadi fase cair.

Perbedaan dengan gas ideal disebabkan karena partikel-partikel gas real tidak dapat dianggap
sebagai partikel titik dan terdapat interaksi antara mereka. Secara umum dapat digambarkan
potensial interaksi antara dua partikel gas real yang tidak bermuatan. Untuk jarak yang sangat
dekat potensialnya bersifat tolak menolak (bernilai positif ), sehingga partikel dapat
dibayangkan memiliki volume tertentu. Sedangkan untuk jarak yang agak jauh, potensialnya
bersifat tarik menarik (bernilai negatif), sehingga terdapat gaya tarik lemah
antar partikel (gaya Van der Waals). Bila energi kinetik partikel lebih rendah dari energi
potensialnya maka kedua partikel akan terikat, dan sistem akan berubah keadaannya dari fase
gas menjadi fase cair ataupun fase padatan.
Salah satu persamaan keadaan yang berupaya untuk menggambarkan keadaan gas real adalah
persamaan gas Van der Waals. Persamaan Van der Waals dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Karena setiap partikel tidak benar-benar partikel titik, tetapi memiliki suatu volume tertentu,
maka volume dalam persamaan gas ideal harus dimodifikasi, dikurangi dengan volume yang
ditempati partikel-partikel gas,

V  V  Nb

dengan b adalah konstanta yang sebanding dengan volume yang ditempati setiap partikel.
Gaya interaksi akibat partikel lain yang bekerja pada sebuah partikel gas real, secara umum
akan bersifat sama ke segala arah. Tetapi bagi partikel yang berada di permukaan (yang
berada dekat dindin wadah), tidak ada gaya tarik dari partikel dari luar sistem sehingga secara
total ada gaya ke arah dalam sistem. Besarnya gaya tarik total ini sebanding dengan kerapatan
partikel yang ada di dalam sistem. Gaya yang bekerja pada permukaan juga sebanding dengan
jumlah partikel yang ada di permukaan yang secara kasar sebanding dengan kerapatan
partikel dalam sistem, jadi total gayanya sebanding dengan kuadrat kerapatan partikel.
Sehingga tekanan yang diberikan sistem ke dinding wadah akan lebih kecil dibandingkan bila
seandainya sistemnya adalah gas ideal, karena itu
N 2
p  ( p  a( ) )
V
dengan a adalah suatu konstanta. Maka persamaan gas Van der Waals diberikan oleh

N 2
( p  a( ) )(V  Nb)  NkT
V
Diagram pada gambar () menunjukkan beberapa garis keadaan pada temperatur konstan. Pada
beberapa garis (lihat garis ) tampak bahwa ketika sistem mengalami kompresi volume, pada
suatu titik (titik kritis) tekanannya tidak bertambah tetapi terus berkurang. Kondisi ini dapat
dianggap sebagai proses perubahan fase.

Untuk mendapatkan persamaan keadaan gas real dapat juga dilakukan pendekatan terhadap
persamaan keadaan gas real melalui konsep deret pangkat (ataupun deret Taylor). Pendekatan
semacam ini disebut sebagai ekspansi virial. Bila dilakukan pendekatan persamaan gas real
sebagai fungsi dari tekanan maka dapat dituliskan

pV  NkT  B(T ) p  C (T ) p 2  ....

dengan B(T);C(T); : : : adalah koefisien virial pertama, kedua dan seterusnya yang secara
umum merupakan fungsi temperatur. Bila dilakukan ekspansi terhadap rapat partikel maka
dapat dituliskan

2
N N
pV  NkT  BO (T )  C ' (T )   ...
V V 

dengan B’(T);C’(T); … adalah koefisien virial terkait. Nilai-nilai koefisien virial ini diperoleh
dari
eksperimen.
Faktor Kompresibilitas

Faktor kompresibilitas adalah ukuran penyimpangan dari perilaku gas ideal. Penyimpangan
dari perilaku gas ideal pada suhu dan tekanan tertentu dapat ditentukan dengan memunculkan
suatu faktor koreksi yang disebut faktor kompresibilitas, Z.
pv  ZRT

Dapat juga ditunjukan dengan

v aktual
Z
videal
Z = 1 untuk gas ideal

Untuk gas real, z dapat lebih besar atau lebih kecil dari satu. Makin jauh z dari harga diatas,
gas makin menyimpang dari gas ideal. Gas berlaku beda pada suhu dan tekanan tertentu,
tetapiberlaku sama pada suhu dan tekanan yang diormalkan masing-masing terhadap suhu dan
tekanan kritisnya, yaitu:

P T
PR  TR 
Pcr Tcr

PR = Tekanan Reduksi; TR = suhu reduksi


Faktor z untuk semua kira-kira bernilai sama pada suhu dan tekanan reduksi yang sama. Hal
ini disebut prinsip hubungan keadaan. Secara eksperimen z dapat digambarkan dengan grafik
sebagai berikut (untuk berbagai gas)

Contoh :
Hitunglah tekanan uap air pada 600˚F dan 0,514 ft3/lbm, menggunakan:
a. Tabel uap
b. Persamaan gas ideal
c. Diagram kompresibilitas umum

Jawab:
Konstanta untuk uap diketahui :
R=0,5956 ft3/(lbm.R)
Pcr = 3204 psia
Tcr 1165.3

a. Menurut Tabel A-6E (uap) untuk:


V = 0,514 ft3/lbm
T = 600˚F
Diproleh nilai P= 1000 psia

b. Dengan asumsi uap sebagai gas ideal:


RT (0,5956 psia. ft 3 / Ibm.R)1060.R 
p   1228,3 psia
v 0,514 ft 3 / Ibm

c. Dengan

vR 
vaktual

 
0,514 ft 3 / Ibm 3204 psia  diagram
 2,373 kompresibilitas:
R.Tcr  
0,5956 psia. ft 3 / Ibm.R 1165,3.R 
T 1060 R
T R   0,91
Tcr 1165,3R

Berdasarkan Vr dan Tr  Pr =0,33

P  P R Pcr  0,333204 psia  1057,3 psia

Energi Kinetik Gas

Teori kinetik merupakan konsep bahwa zat terdiri dari atom yang bergerak acak terus
menerus. Adapun asumsi-asumsi yang menyatakan dalil-dalil dasar teori kinetik gas yaitu :
1. Ada sejumlah besar molekul N, masing-masing dengan massa m, yang bergerak acak
dengan berbagai laju.
2. Rata-rata molekul-molekul berada jauh satu dari yang lainnya
3. Molekul-molekul dianggap mengikuti hukum mekanika klasik, dan dianggap
berinteraksi satu sama lain hanya ketika bertumbukan. Walaupun molekul - molekul
saling memberikan gaya tarik yang lemah diantara tumbukan, energi potensial yang
dihubungkan dengan gaya ini lebih kecil jika dibandingkan dengan energi kinetik, dan
diabaikan.
4. Tumbukan dengan molekul yang lain atau dinding bejana dianggap lenting
5. sempurna.

Adapun tumbukan suatu molekul gas akan mengalami perubahan impuls. Suatu molekul gas
yang menumbuk dinding secara tegak lurus dengan kecepatan v,akan terpantul kembali
dengan kecepatan yang besarnya sama dengan v juga, hanya arahnya yang berlawanan. Maka
perubahan impuls yang dialami tiap molekul pada saat tumbukan, sama dengan

mv  mvx   mvx   2mv


dimana m adalah massa molekul untuk satu tumbukan. Molekul ini melakukan banyak
tumbukan dengan dinding, yang masing-masing dipisahkan oleh waktu  t , dimana waktu
tersebut digunakan untuk melakukan satu tumbukan bolak-balik dengan jarak 2l  v x oleh

karena itu, t  2l / v x . Dengan adanya hal tersebut maka gaya rata-rata dari banyak
tumbukan akan sama dengan gaya yang diberikan dalam satu tumbukan (Hukum Newton 2).

Tekanan gas pada suatu wadah merupakan gerak molekul-molekul yang menabrak dinding
wadah, dimana tekanan besarnya sama dengan gaya yang berbanding terbalik dengan luas
penampang, yang dirumuskan:

F 1 Nmv 2 1 Nmv 2
P  
A 3 Al 3 V
dimana :
p = Tekanan gas (N/m2)
F = Gaya (N)
V = Volume bejana (m3)
v = Kecepatan rata-rata (m/s)
m = Massa (kg)

2 1 
PV  N  mv 2 
3 2 
dapat dituliskan
21 2
kT   mv 
32 
maka energy kinetic dalam gas :

1 2 3
EK  mv  kT
2 2
Pada persamaan diatas dikatakan bahwa energi kinetik translasi rata-rata dari molekul dalam
gas berbanding lurus dengan temperatur mutlak. Sehingga semakin tinggi temperatur, maka
semakin cepat molekul bergerak rata-rata. (Giancoli, 2001: 467-469).

Dalam membicarakan gas ideal, ada yang disebut dengan kapasitas panas gas. Panas
merupakan energi yang mengalami perpindahan. Jika panas ditambahkan ke sebuah bahan,
maka energi molekulernya naik. Jika gas dibiarkan memuai gas akan melakukan kerja dengan
menekan dindng yang bergerak pada wadahnya. Dengan volume yang dijaga konstan, yang
diamati adalah Cv, yaitu kapasitas panas molar pada volume konstan.

Dalam model kinetik molekuler sederhana, energi molekuler terdiri dari energi kinetik
translasi Kudari model yang berupa titik. Energi ini berbanding lurus terhadap suhu absolut T,
seperti ditunjukkan dalam persamaan energi kinetic translasi rata-rata dari n mol gas ideal
3
yaitu K u  nRT . Ketika suhu berubah hanya sedikit sebesar dT , perubahan energi kinetik
2
yang sesuai adalah dK = 3/2 nR dT. Dari definisi kapasitas panas molar pada volume konstan,
dengan persamaan dQ= nCv dT , dimana dQ adalah masukan panas yang dibutuhkan untuk
perubahan dT . Jika Kudigambarkan sebagai energi molekuler total, maka dQ dan dKu
haruslah setara. Dengan penyetaraan nCv dT =3/2 nR dT sehingga didapatkan persamaan
3
Cv  R . Hasil sederhana ini menyatakan bahwa kapasitas panas molar pada volume
2
konstan dari semua gas yang molekulnya dapat direpresentasikan sebagai titik adalah sama
dengan 3/2 R.

Ketika panas mengalir kedalam sebuah gas monoatomik pada volume konstan, seluruh energi
tambahan berubah menjadi kenaikan energi kinetik molekuler translasi acak. Tetapi ketika
suhu dinaikkan dengn jumlah yang sama pada sebuah gas diatomik dan poliatomik, panas
tambahan dibutuhkan untuk menyediakan kenaikan energi rotasi dan vibrasi. Maka gas
poliatomik memiliki kapasitas panas lebih besar dari gas monoatomik.

Harga v C yang besar untuk sejumlah molekul gas menunjukkan peranan dari energi vibrasi.
Sebagai tambahan, sebuah molekul dengan tiga atom atau lebih yang tak berada pada garis
lurus memiliki tiga, bukan dua, derajat kebebasan rotasi. Dari grafik diatas didapatkan bahwa
kapasitas panas akan bergantung pada suhu, secara umum, bertambah seiring kenaikan suhu.
(Freedman, 2000: 509-511).

Contoh soal :

piston–cylinder device initially contains air at 150 kPa and 27°C. At this state, the piston is
resting on a pair of stops, as shown in Fig. 5–32, and the enclosed volume is 400 L. The mass
of the piston is such that a 350-kPa pressure is required to move it. The air is now heated until
its volume has doubled. Determine (a) the final temperature, (b) the work done by the air, and
(c) the total heat transferred to the air.

Answer :

(a) The final temperature can be determined easily by using the ideal-gas relation between
states 1 and 3 in the following form :
P1V1 P3V3 150kPaV1  350kPa2V1 
    T3 = 1400 K
T1 T3 300K T3
(b) The work done could be determined by integration, but for this case it is much easier
to find it from the area under the process curve on a P-V diagram, shown in Fig.

 
A  V2  V1 P2  0.4m 3 350kPa  140m 3 .kPa  W  140kJ

(c) Under the stated assumptions and observations, the energy balance on the system
between the initial and final states (process 1–3) can be expressed as

Ein  E out  E system

m
PV

150kPa 0.4m 3  
 0.697kg
RT 0.278kPa.m 3 / kg.K 300 K 

The internal energies are determined from the air table to be

U 1  214.07 kJ
kg
U 3  1113.52 kJ
kg
Thus,

Qin  140kJ  0.697kg 1113.52  214.07  kJ   767kJ


 kg
(Cengel, Yunus A dan Michael A Boles, 2015, hal 75-85)
Persamaan-Persamaan Keadaan Berbagai Sistem Termodinamika
Pengertian Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah
batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut
lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan
dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.
Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan:
 sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan.
Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
 sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran
benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi
pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu
sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkanh sebagai
sifat pembatasnya:
 pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
 pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
 sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan
lingkungannya.Sebuahpembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut
permeabel.Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena
pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan
gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi
yang keluar dari sistem.
1. Sistem Terisolasai
Sistem terisolasi, adalah sistem yang dinding pembatasnya tidak dapat dilewati
oleh partikel dan energi. Tidak ada pertukaran partikel maupun energi antara sistem
dan lingkungan. Sistem semacam ini dicirikan dengan nilai total energi E, jumlah
partikel N dan volume V yang tetap. Dalam realitanya sistem semacam ini tidak ada,
tetapi sembarang sistem yang dindingnya sulit ditembus energi maupun partikel
(seperti termos) dapat didekati sebagai sistem terisolasi. Variabel keadaan untuk
sistem ini adalah (E, V, N)

2. Sistem Tertutup
Sistem tertutup, adalah sistem yang dinding pembatasnya tidak dapat dilewati
oleh partikel tetapi masih dapat dilewati energi panas. Sistem semacam ini memiliki
nilai jumlah partikel dan volume yang tetap, tetapi energi tidak lagi menjadi variabel
keadaan yang konstan. Sebagai gantinya, ketika terdapat kesetimbangan jumlah energi
yang keluar dan masuk sistem, sistem dan lingkungan memiliki nilai temperatur yang
sama. Variabel keadaan untuk sistem ini adalah (N, V, T). Sebagai contohnya, air
dalam botol gelas tertutup, molekul air dan uap air tidak dapat keluar tetapi energi
panas air dapat keluar sampai dinding luar botol tadi.
3. Sistem Terbuka
Sistem terbuka, adalah sistem yang dinding pembatasnya dapat dilewati oleh
partikel dan energi. Sebagai contoh, air dalam gelas terbuka. Ketika terjadi
kesetimbangan jumlah energi yang masuk dan keluar serta kesetimbangan jumlah
partikelyang masuk dan keluar, maka sistem dan lingkungan memiliki nilai temperatur
T dan potensial kimia µ yang sama. Variabel keadaan untuk sistem ini adalah (T, V,
µ)
Persamaan Keadaan Berbagai Sistem Termodinamika
1. Persamaan Van Der Waals
Persamaan gas nyata yang paling dikenal adalah persamaan gas Van Der Waals (1873)
sebagai berikut :
 a 
 P  2 V  b   RT
 V 
Dengan a dan b adalah tetapan yang nilainya bergantung pada jenis gas.

Gas a ( J .m 3 / kmol2 ) b (m 3 / kmol)

He 4.4  10 3 0.0234

H2 24.8 0.0266

O2 138 0.0318

CO2 366 0.0429

H 2O 580 0.0319
Hg 292 0.055
Van Der Waals mencoba untuk menyempurnakan persamaan gas ideal dengan
melibatkan dua faktor (yang diabaikan dalam perumusan persamaan gas ideal) yang berperan
dalam menggambarkan perilaku gas yaitu gaya tarik antar molekul gas yang direpresentasikan
a
oleh suku dan volume yang ditempati oleh molekul gas tersebut (direpresentasikan oleh
V2
b). Sebetulnya molekul gas hanya menempati 1/1000 volume ruangan. Jika tekanan gas naik
maka volume yang ditempati oleh molekul gas meningkat. Van Der Waals memperbaiki V
dalam gas ideal dengan v-b, dimana b adalah volume yang ditempati molekul gas persatuan
massa. Penentuan tetapan a dan b dalam persamaan Van Der Waals berdasarkan pengamatan
bahwa titik isoterm kritis pada diagram P-V memiliki titik infleksi horizontal pada titik kritis.
Sehingga turunan pertama dan kedua P terhadap V pada titik kritis adalah nol.

 P 
  0
 V  T TCP tetap

 2P 
 2  0
 V  T TCP tetap
Sehingga diperoleh :
27 R 2TCP2 R TCP
a ; b
64 PCP 8PCP
Rumusan persamaan gas nyata Van Der Waals memperhitungkan faktor geometri molekul
dimana molekul dipandang sebagai bola pejal yang menempati ruang dan ada interaksi antara
satu molekul dengan molekul lain. Gaya interaksi antara 2 molekul digambarkan sebagai
berikut:

a = faktor yang bergantung pada gaya antar molekul


b = faktor yang bergantung pada ukuran molekul
Koreksi 1:
Volume gas bukan volume dalam ruang keseluruhan tetapi volume yang digunakan satu
molekul tunggal. Karena volume yang ditempati satu molekul tunggal selalu ditempati juga
oleh satu molekul tunggal lain maka ada volume yang “tidak terpakai” dan dinyatakan dengan
b. Jika gas terdiri dari n molekul maka volume tak terpakai adalah nb sehingga volume jenis
V berubah menjadi (V-nb).
Volume bola (garis putus-putus) = 4 3d 3 . Total volume tak terpakai untuk sistem dengan N

molekul adalah 1 2 N  4 3d 3 . 1 2 N molekul karena dalam bola, 1 2 volume diisi salah

satu dari dua partikel tunggal dan 12 lagi diisi satu molekul tunggal lain.

b  2 3 Nd 3  2 3 nN Ad 3 N  nN A adalah volume/mol. Volume molekul per molekul

1 8 N  4 3d 3  1 6 N Ad 3
Koreksi 2 :
Gaya tarik antara molekul diperhitungkan. Molekul yang mendekati dinding bergerak
diperlambat. Gaya rata-rata mendorong dinding lebih kecil jika gaya tarik menarik tidak ada.
Penurunan tekanan sebanding dengan jumlah molekul per volume n  N / V untuk molekul
gas yang menempati lapisan terluar bola. Lapisan yang dibawah yang lebih dalam akan
memberikan tekanan yang lebih rendah demikian seterusnya sehingga penurunan tekanan
sebanding dengan an 2 dengan a = tetapan yang bergantung pada gaya tarik molekul.
an 2  a( N V )  aN A n 2 V 2  a N A V 2  a V 2
2 2

Dengan a  aN A sehingga tekanan P dari persamaan ini adalah :


2

 a 
 P  2 V  b   RT
RT a
P  2
V  b V atau
 V 

2. Persamaan Beatitie-Bridgeman
Persamaan keadaan Beatitie-Bridgeman (1928) disusun berdasarkan lima tetapan yang
didapat dengan cara percobaan sebagai berikut :

P
Ru T 

c 
 A
1 3  v  B  2
v 2  vT  v
Dengan :
 a  b
A  A0 1   ; B  B0 1  
 v  v
Persamaan Beatitie memiliki keakuratan baik pada gas nyata dengan kerapatan tinggi
(0.8 CP )
Tetapan persamaan Beatitie-Bridgeman (Cengel,2005)
Gas 𝑨𝟎 a 𝑩𝟎 b c
Udara 131.8441 0.01931 0.04611 -0.001101 4.34 × 104
Argon 130.7802 0.02328 0.03931 0.0 5.99 × 104
𝑪𝑶𝟐 507.2836 0.07132 0.10476 0.07235 6.60 × 105
Hidrogen 20.0117 -0.00506 0.02096 -0.04359 504
Nitrogen 136.2315 0.02617 0.05046 -0.00691 4.2 × 104
Oksigen 151.0857 0.02562 0.04624 0.004208 4.8 × 104
Helium 2.1886 0.05984 0.01400 0.0 40

3. Persamaan Benedict-Webb-Rubin


Ru T  C0  1 bRu T  a a c     v2
P   B0 Ru T  A0  2  2   6  3 1  2 e
v2  T v v 3
v v T2  v 
Tetapan persamaan Beatitie-Bridgeman (Cengel,2005)

Gas a 𝑨𝟎 b 𝑩𝟎 c 𝑪𝟎  

1.511 1.404 8.470


CO2 13.86 277.30 0.007210 0.04991 0.00539
× 106 × 107 × 10−5
1.054 8.673 1.350
CO 3.71 135.87 0.002632 0.05454 0.0060
× 105 × 105 × 10−4
7.379 8.164 1.272
N2 2.54 106.73 0.002328 0.04074 0.0053
× 104 × 105 × 10−4

4. Persamaan Virial

RT a(T ) b(T ) c(T )


P  2  3  4  ......
v v v v

Persamaan ini didapat secara percobaan dan teori menggunakan mekanika statistik.
Pada tekanan mendekati nol koefisien sebagai fungsi suhu menjadi nol dan persamaan
virial menjadi persamaan gas ideal.

T1<
Tc
T>
Tc


C

Contoh soal :
T= T2<
Tc Tc
1. Diketahui koefisien virial untuk uap isopropanol pada 200C:
B =  388 cm3 mol1 C =  26.000 cm6 mol2
Hitung Z dan V dari uap isopropanol pada 200C dan 10 bar dengan menggunakan
persamaan sbb.:
a) Persamaan keadaan gas ideal
b) Persamaan keadaan virial dengan 2 suku
c) Persamaan keadaan virial dengan 3 suku
Pembahasan :
T = 200C = 473,15K

R = 83,14 cm3 bar mol1 K1


a) Persamaan gas ideal

Z=1
RT 83,14 473,15
V    3.934 cm 3 mol 1
P 10

b) Persamaan virial 2 suku

PV BP
Z  1
RT RT
Z
PV

10 3.546  0,9014
RT 83,14 473,15

V
RT
B
83,14 473,15  388  3.546 cm 3 mol 1
P 10

c) Persamaan virial 3 suku

PV B C
Z  1  2
RT V V
RT  B C 
V  1   
P  V V2 
Persamaan diselesaikan secara iteratif.

RT  B C 
Vi 1  1   2 
 V V 
P  i i 

RT  B C 
Iterasi 1 : V1  1   2 
 V V 
P  0 0 

Sebagai tebakan awal digunakan V0 = Vgas ideal = 3.934


 388 26.000 
V1  3.934 1   2 
 3.539
 3.934 3.934 

RT  B C 
V2  1   2 
Iterasi 2 :
P  V1 V1 

 388 26.000 
V2  3.934 1   2 
 3.495
 3.539 3.539 
Iterasi diteruskan sampai selisih antara Vi+1 Vi sangat kecil
Setelah iterasi ke 5 diperoleh hasil : V = 3.488 cm3 mol1
Z = 0,8866
(Cutnell, John D. dan Kenneth W. Johnson. 2013, hal 89-99)

Penentuan Kapasitas Panas Eksperimental


Specific Heats of Gases

Memanaskan gas tertentu umumnya dinyatakan sebagai memanaskan spesifik molar.


Untuk gas ideal monoatomik energi internal semua dalam bentuk energi kinetik, dan teori
kinetik memberikan ekspresi untuk energi itu, terkait dengan suhu kinetik. Ekspresi untuk
energi internal
U  nN A KEavg  nN A 32 KT  32 nRT

 
Dua spesifikasi panas didefinisikan untuk gas, satu untuk volume konstan CV dan satu

untuk tekanan konstan CP  . Untuk proses volume konstan dengan gas ideal monoatomik
hukum pertama termodinamika memberikan :
Q  CV nT Q  U  PV  U
1 U 3
CV   R
n T 2
aplikasi lebih lanjut dari hukum gas ideal dan hukum pertama memberikan hubungan
C P  CV  R

CP

Rasio memanaskan spesifik CV adalah faktor dalam proses mesin adiabatik dan dalam

menentukan kecepatan suara dalam gas. Rasio ini   1,66 untuk gas monoatomik ideal dan
  1,4 untuk udara, yang didominasi gas diatomik.

Constant Volume Specific Heat

Molar panas spesifik pada volume konstan didefinisikan oleh


Q  CV nT volume konstan
Menggunakan hukum pertama termodinamika ini dapat dimasukkan ke dalam bentuk
U  PV  nCV T
1 U
tapi karena ΔV = 0, ekspresi untuk CV menjadi CV 
n T
3 3 J
Untuk gas ideal monoatomik, U  nRT , jadi CV  R  12.5
2 2 mol  K

Nilai ini sesuai baik dengan eksperimen untuk gas mulia monoatomik seperti helium
dan argon, tetapi tidak menggambarkan gas diatomik atau poliatomik sejak rotasi molekul dan
getaran berkontribusi pada panas spesifik. Ekuipartisi energi memprediksi
f f
U  nRT dan CV  R dimana f adalah jumlah derajat kebebasan dalam gerak
2 2
molekul

Constant Pressure Specific Heat

Molar panas spesifik pada tekanan konstan didefinisikan oleh


Q  nCP T tekanan konstan
Menggunakan hukum pertama termodinamika untuk proses tekanan konstan ini dapat
dimasukkan ke dalam bentuk
U  PV  nCP T

Dari hukum gas ideal (PV = nRT) di bawah kondisi tekanan konstan dapat dilihat bahwa
U
PV  nRT ,maka  nR  nC P
T
1 U
Karena volume konstan panas spesifik adalah CV 
n T
berikut bahwa
C P  CV  R
Untuk gas ideal monoatomik
5 J
CP  R  20.8
2 mol  K

Molar Specific Heats of Gases

Spesifik panas molar gas dari gas ideal monoatomik adalah:

Volume konstan :
3 J R
CV  R  12.5 ; untuk masing-masing tiga derajat translasi
2 mol  K 2
kebebasan

Tekanan konstan :
5 J
CP  R  20.8 ; C P  CV  R
2 mol  K
Untuk molekul diatomik, dua derajat rotasi kebebasan ditambahkan, sesuai dengan
rotasi sekitar dua sumbu tegak lurus melalui pusat molekul. Ini akan diharapkan untuk
5
memberikan CV  R , yang ditanggung dalam contoh seperti nitrogen dan oksigen. Sebuah
2
molekul poliatomik umum akan dapat memutar sekitar tiga sumbu tegak lurus, yang akan
diharapkan untuk memberikan CV  3R . Keberangkatan dari nilai ini yang diamati
menunjukkan bahwa derajat getaran kebebasan juga harus disertakan untuk penjelasan
lengkap spesifik memanaskan gas.
Selected Specific Heats

Model konstan volume panas spesifik berdasarkan ekuipartisi energi dan termasuk derajat
rotasi kebebasan serta translasi mampu menjelaskan memanaskan spesifik untuk molekul
diatomik. Keberangkatan dari model ini dalam kasus molekul poliatomik menunjukkan
keterlibatan getaran.
C P  CV  R
Tekanan konstan panas spesifik terkait dengan nilai volume konstan oleh .
CP

Rasio memanaskan spesifik CV adalah faktor dalam proses mesin adiabatik dan dalam

menentukan kecepatan suara dalam gas.Hidrogen sebagai contoh molekul diatomik


Hydrogen Specific Heat
Perilaku panas spesifik hidrogen dengan perubahan suhu sangat membingungkan di
awal abad ke-20. Pada suhu rendah berperilaku seperti gas monoatomik, tetapi pada suhu
yang lebih tinggi panas spesifik mengambil nilai yang sama dengan molekul diatomik
lainnya. Butuh pengembangan teori kuantum untuk menunjukkan bahwa diatomik hidrogen,
dengan inersia rotasi yang kecil, diperlukan sejumlah besar energi untuk membangkitkan
rotasi molekul keadaan kuantum bersemangat pertama. Karena tidak bisa mendapatkan
jumlah energi pada suhu rendah, itu bertindak seperti gas monoatomik.
Contoh soal
1. Dalam gas ideal terdapat 2 kmol gas yang dipertahankan pada suhu tetap 0°C, dimana
gas itu dimampatkan dari volume 4m 3 menjadi 1m 3 . Jika R = 8,314 J/mol K, berapa
kJ-kah kerja yang timbul?
Jawab :
 V 
W  nR ln 2 
 V1 
 1
W  2  10 3  8,314  273  ln 
 4
W  6300  10 3 J
W  6300kJ
Harga W “negatif” berarti bahwa kerja terjadi dari lingkungan ke sistem gas.
Proses Adiabatik Quasistatik
Pengertian Proses Kuasi-statik

Proses kuasi-statik adalah proses dalam keadaan ideal dengan hanya mengubah sedikit saja
gaya eksternal yang beraksi pada sistem sehingga gaya takberimbangnya sangat kecil. Proses
kuasi-statik merupakan suatu pengidealan yang dapat diterapkan untuk segala sistem
termodinamika, termasuk sistem listrik dan magnetik.
Proses Adiabatik Kuasi-statik untuk Gas Ideal
Dalam proses quasistatic adiabatik gas tidak pertukaran panas dengan lingkungannya. Dalam
proses ini
PV   kons tan atau TV  1  kons tan
CP
dimana  
CV
Dalam proses adiabatik perubahan energi internal (dan temperatur ) dari hasil gas hanya dari
pekerjaan yang dilakukan oleh gas
 PdV  dW  dU  nCV dT
Dari persamaan keadaan untuk gas ideal

PdV  VdP  nRdT

Menghilangkan perbedaan suhu dari dua persamaan di atas, kita mendapatkan persamaan
diferensial yang berkaitan volume dan tekanan.

R
PdV  VdP   PdV
CV

Memisahkan variabel, dan mengganti R  C P  CV , kita memperoleh

dV dP
 
V P
Mengintegrasikan kedua belah pihak dalam batas yang tepat
Vf Pf
 ln   ln
Vi Pi
sehingga
 
PiVi  Pf V f
atau

Dari persamaan keadaan untuk gas ideal kita bisa mendapatkan hubungan antara volume dan
tekanan.
Pemuaian Adiabatik Kuasi-statik Gas

Gambar 8.1 Pemuaian bebas gas ke ruang vakum


Tinjau suatu wadah adiabat disekat oleh dinding adiabat sehingga terbagi menjadi dua.
Satu bagian terisi gas dan yang lain hampa (vakum). Jika sekat dibuka, gas akan memuai
(berekspansi) memenuhi seluruh ruang. Jadi meskipun volume bertambah, namun tidak ada
kerja yang dilakukan. Bagaimana jika dinding pemisah adalah dinding diatermis?. Tinjau dua
buah sistem didalam ruang adiabat. Kedua sistem dibatasi oleh dinding diatermis.
Gambar 8.1 Pemuaian bebas antara sistem A dan B
Jika T1>T2 maka jika sistem A dan B bersentuhan, kedua sistem akan berubah menuju ke
keadaan kesetimbangan termal, sehingga suhu kedua sistem sama. Pada saat itu orang
mengatakan bahwa sesuatu telah berpindah dari satu siste bersuhu tinggi ke sistem lain yang
bersuhu rendah. Sesuatu itu kemudian disebut kalor. Benda bersuhu tinggi mengandung
banyak kalor.
Hukum Kedua Termodinamika
a. Pendahuluan hukum kedua termodinamika
Hukum Termodinamika I adalah :
1. Menetapkan adanya suatu ekivalensi antara panas dan kerja (panas ↔ kerja)
2. Digunakan untuk menghubungkan dan menentukan type – type energi yang
terlibatdalam suatu proses.
3. Atau menyatakan bahwa sewaktu proses berlangsung terdapat suatu
keseimbanganenergi.
Hukum termodinamika I merupakan pernyataan dari hukum kekekalan energi dan tidak
menyatakan sesuatu apapun mengenai arah dari proses yang berlangsung. Proses
termodinamika itu dapat berlangsung kedua arah yaitu :
- Diekspansikan (pengembangan)
- Dikompresikan (penekanan)

Hukum Termodinamika I juga belum menjelaskan kearah mana suatu perubahan keadaan itu
berjalan dan apakah perubahan itu reversible atau irreversible. Dalam pengembangannya
diterangkan dan dibahas dalam Hukum Termodinamika II.

Suatu proses yang melibatkan suatu sistem baik terbuka


maupun tertutup akan memenuhi prinsip kekekalan energi.
Sebagai contoh secangkir kopi panas yang diletakkan di atas meja ruangan dingin, lama
kelamaan akan menjadi dingin (Figure 7—1). Proses ini memenuhi hukum I termodinamika
karena energi kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diserap. Sekarang mari kita tinjau
proses sebaliknya, Secangkir kopi panas yang diletakkan di atas meja ruangan dingin menjadi
lebih panas karena menerima kalor dari udara di sekelilingnya. Kita semua tahu bahwa proses
ini tidak akan pernah terjadi. Meskipun pernyataan ini memenuhi hukum I termodinamika,
dimana jumlah kalor yang dilepas oleh udara adalah sama dengan jumlah kalor yang
diperoleh oleh kopi.

Contoh lainnya adalah perpindahan panas dari kawat pemanas


ruang dengan aliran arus listrik melalui resistor (Gbr. 7-2).
Sekali lagi dalam hukum I termodinamika, menyatakan bahwa
jumlah energi listrik yang di pasok ke kawat resistensi sama
dengan jumlah energi yang ditransfer ke udara ruangan sebagai
panas. Sekarang mari kita tinjau proses sebaliknya. Proses ini
akan membuat panas yang diberikan tidak menyebabkan jumlah yang setara dengan
energi listrik yang akan dihasilkan dalam kawat resistensi.

Dari kedua contoh diatas menunjukan proses tidak terbalikkan (non reversible). Hukum I
termodinamika tidak dibatasi oleh arah proses. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
digunakan Hukum II termodinamika.
Jadi : Hukum Termodinamika II, memberikan batasan-batasan tentang arah yang dijalani
suatu proses, dan memberikan kriteria apakah proses itu reversible atau irreversible dan salah
satu akibat dari hukum termodinamika II ialah perkembangan dari suatu sifat phisik alam
yang disebut entropi.

b. Tandon Kalor (RESERVOAR ENERGI PANAS)

Tandon kalor adalah sumber kalor yang memiliki


kapasitas kalor yang sangat besar sehingga dalam menyerap
dan melepaskan kalor dalam jumlah tak terbatas tanpa
menimbulkan perubahan suhu tandon tersebut.Contoh
tandon di alam antara lain air laut, danau, sungai, matahari,
atmosfir dan lain sebagainya. Namun demikian tandon
kalor tidak mesti berukuran besar, dengan ukuran kecilpun
seperti pemanas atau tungku pemanas dapat dikatakan sebagai tandon.

Dalam prakteknya, tendon yang berukuran besar


air seperti laut, danau, dan sungai serta udara atmosfer dapat
dimodelkan secara akurat sebagai tempat cadangan energi panas karena energi panas yang
besar tersebut memiliki kemampuan penyimpanan energi atau massa termal (Figure 7-6).
Misalnya megajoule energi limbah yang dibuang di sungai-sungai besar oleh pembangkit
listrik tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap suhu air.

Tiap bentuk yang memiliki energi panas dengan kapasitas besar relatif terhadap jumlah
energy yang disediakan atau diserap dapat dimodelkan sebagai reservoir .
Sebuah sistem dua fase juga dapat dimodelkan sebagai reservoir karena dapat menyerap
dan melepaskan sejumlah besar energy panas dengan suhu konstan. Contoh lain reservoir
energi panas adalah tungku industri. Suhu pada tungku secara hati-hati dikendalikan, dan
mereka mampu menyimpan energy panas dalam jumlah besar secara isotermal. Oleh karena
itu, mereka dapat dimodelkan sebagai reservoir.
Reservoir tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik yang besar atau wilayah yang luas,
misalnya udara dalam sebuah ruangan. Menghilangnya panas pada sebuah televisi dalam
suatu ruangan tidak mempengaruhi suhu di ruangan dtersebut, hal itu dikarenakan jumlah
perpindahan panas dari televisi ke udara tidak memerlukan energy yang cukup besar.
Hukum termodinamika II menentukan mana arah perpindahan energi yang mungkin
dan yang tidak secara spontan sesuai dengan pengamatan RudolfClausius

“Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah
dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”

Jadi suatu proses dapat berlangsung jika memenuhi hukum I dan II termodinamika. Kegunaan
hukum II termodinamika tidak hanya terbatas pada penentuan arah proses, namun juga
memunculkan pengertian “kualitas” energi (disamping “kuantitas” energi). Hukum I
termodinamika berkaitan dengan kuantitas energi dan transformasinya dari satu bentuk ke
bentuk lain. Sementara kualitas energi berkaitan dengan derajat degradasi energi selama
proses berlangsung.

c. Arah proses termodinamika (Reversibel and irreversible proses)


Proses termodinamika yang berlangsung secara alami seluruhnya disebut proses
ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara spontan pada satu arah
tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah.

Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-
balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya. Proses reversibel
merupakan proses seperti-kesetimbangan(quasi equilibrium process). Di alam, proses
reversible biasanya tak dapat berlangsung.

d. Mesin Kalor

Mesin kalor adalah suatu alat yang menggunakan kalor/panas untuk melakukan
usaha/kerja. Beberapa contoh dari mesin kalor adalah mesin Carnot, mesin Brayton, mesin
Otto (mesin bakar), mesin Rankine, dan mesin disel. Pada mesin kalor selalu terdapat dua
reservoir. Reservoir yang memberikan kalor besar disebut reservoir kalor/reservoir panas.
Sedangkan reservoir lainnya disebut reservoir dingin. Reservoir dingin berfungsi menyerap
kalor dalam jumlah yang besar tanpa terjadi perubahan panas yang berarti. Mesin kalor
memiliki tiga ciri utama yaitu:
Mesin menerima kalor dari sumber yang memiliki temperatur tinggi atau disebut reservoir
panas.
1. Mesin menggunakan sebagian kalor yang diterima untuk melakukan usaha/kerja.
2. Sisa dari kalor yang tidak digunakan dibuang ke temperatur yang lebih rendah atau
disebut reservoir dingin.
3. Mesin beroperasi pada siklus.
Perubahan energi pada mesin kalor secara skematis diberikan pada gambar diatas. Qin

menyatakan besarnya kalor yang masuk, dan subscript H menyatakan reservoir panas. Qout
menyatakan besarnya kalor yang dibuang, dan subscript C menyatakan reservoir dingin.
Sedangkan Wnet ,out menyatakan usaha/kerja yang dihasilkan yang besarnya adalah

. Wnet ,out  Wout  Win (1)

Dengan Win adalah usaha yang dibutuhkan kembali oleh mesin untuk memompa air

masuk ke boiler, sedangkan Wout adalah usaha yang dihasilkan untuk melakukan kerja
mekanis.
Karena mesin bekerja dalam suatu siklus maka tidak terjadi perubahan energi dalam pada
sistem atau ∆𝑈 = 0, sehingga menurut hukum I termodinamika adalah :
U  Q  W
0  Q W
W Q

Jika jumlah kalor yang diterima mesin besarnya adalah Q  Qin  Qout , maka :

W net ,out Qin  Qout (2)

Efisiensi Thermal pada mesin kalor


Pada mesin kalor, besar usaha/kerja yang dihasilkan selalu kurang dari besar kalor input
Qin  . Hal itu dikarenakan hanya sebagian kalor yang diterima yang diubah menjadi usaha,
dan sisanya dibuang. Perbandingan kalor input Qin  yang diubah menjadi usaha adalah

ukuran kinerja dari mesin kalor yang disebut efisiensi termal  th  . Efisiensi termal sebuah
mesin kalor adalah perbandingan antara usaha yang dihasilkan dan kalor yang diserap dari
reseivor bersuhu tinggi (reseivor panas). Efisiensi termal pada
mesin kalor adalah : Wnet ,out
th 
Qin
Karena W net ,out Qin  Qout , maka bisa juga ditulis :

Qout QL
th  1  atau  th  1 
Qin QH

dengan QH adalah kalor dari tempat yang bertemperatur tinggi, dan QL adalah kalor dari
tempat yang bertemperatur rendah.
Nilai dari efisiensi tidak pernah lebih besar dari 1 (100%). Pada mesin aktual, nilai
efisiensi selalu kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kalor yang diserap
diubah menjadi kerja, dan besar Qout tidak pernah bernilai nol.
Contoh soal:
Sebuah mesin kalor menerima panas sebesar 80 MW. Jika besar kalor yang dibuang
sebesar 50 MW, hitunglah besar usaha yang dihasilkan dan efisiensi termal mesin kalor
tersebut.
Solusi :
Diketahui : QH  80MW
QL  50MW

Ditanya : Wnet ,out dan  th ?

Jawab :
Besar usaha yang dihasilkan mesin kalor yaitu
Wnet ,out  QH  QL  80  50MW  30MW

Sedangkan efisiensi termal mesin kalor yaitu


Wnet ,out Wnet ,out 30MW
 th     0,375atau37,5%
Qin QH 80MW

e. Refrigerator dan Pompa Panas


Kita semua mengetahui bahwa panas yang mengalami penurunan suhu ialah karena
terjadinya perpindahan temperature dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah. Hal tersebut
dapat terjadi secara alami tanpa menggunakan alat buatan. Namun, adapula perangkat atau
alat yang dibuat untuk meindahkan temperature dari suhu tinggi ke suhu rendah, alah tersebut
disebut sebagai refrigerator.
Lemari es sebagai salah satu contoh dari refrigerator. Dalam refrigerator, cairan akan
bekerja di dalamnya. Cairan yang bekerja dalam siklus pendinginan tersebut disebut sebagai
refrigerant. Proses pendinginan yang paling sering digunakan ialah mesin kompresor uap
yang melibatkan empat komponen utama, yaitu kompresor, kondensor, perluasan katup, dan

evaporator, seperti ditunjukkan pada Gambar. 7-19.

Refrigeran memasuki kompresor sebagai uap dan dikompresi ke tekanan kondensor.


Kemudian, refrigerant meninggalkan kompresor pada suhu yang relatif tinggi dan mengalir
melalui kumparan kondensor dengan menolak panas ke medium sekitarnya. Setelah itu,
refrigerant memasuki pipa kapiler di mana tekanan dan suhunya turun drastis karena efek
throttling. Suhu rendah refrigeran kemudian memasuki evaporator, yaitu tempat di mana
refrigeran akan menguap dengan menyerap panas dari ruang didinginkan. Siklus akan selesai
setelah refrigeran meninggalkan evaporator dan masuk kembali ke dalam kompresor.

Koefisien Kinerja Refrigerator


Koeficien kinerja refrigerator adalah sebagai berikut :
QH  QC  W  0 , maka | QH | QC  | W | dengan | QH || QC |
Persamaan di atas merupakan hubungan nilai-mutlak yang berlaku untuk
mesin kalor dan pendingin. Siklus pendingin terbaik adalah yang
memindahkan kalor QC terbanyak dari dalam pendingin dengan kerja
mekanik W sedikit mungkin. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pendinginnya, rasio
ini disebut koefisien kinerja
QC QC (coeficient of performance).
COPR  
W QH  QC
(1.1)
Contoh Soal
Sebuah kulkas penyimpan makanan, ditampikan dalam Fig. 7-21, mempertahankan suhu
sebesar 4°C untuk menghilangkan panas pada kecepatan 360 kJ/min. JIka kekuatan yang
diperlukan untuk menginpuy ke dalam lemari es adalah 2kW, tentukan (a) Koefisien dari
kinerja kulkas dan (b) Tingkat penolakan panas ke ruang lemari es.

Penyelesaian :

a. Koefisien kinerja refrigerator :


QC 360kJ / min 1kW
COPR     3kJ
W 2kW 60kJ / min

b. Tingkat penolakan panas ke ruang lemari es :


 60kJ / min 
QH  QC  W  360kJ / min  2kW    480kJ / min
 1kW 

Pompa Panas
-21
Pompa kalor adalah pendingin (refrigerators) yang meningkatkan energi yang didapat
dengan mendinginkan dari energi bersuhu rendah ke tingkat suhu yang lebih tinggi dengan
bantuan eksternal (pendorong) energi dan dikirim dari kompresor ke refrigeran Pompa kalor
merujuk pada fakta bahwa baik pendinginan dan kinerja pemanasan pada refrigerator yang
digunakan.
Dalam pompa kalor, pendinginan dan pengurangan kadar uap air dari udara dilakukan
dalam evaporator sebagai refrigeran suhu rendah memasuki evaporator sebagai campuran cair
dan uap yang diuapkan dengan masukan panas dari beban (Gambar. 7-20). Uap refrigeran
memasuki garis hisap kompresor dalam kondisi jenuh atau sedikit superheated yang
menimbulkan tekanan dan, akibatnya, suhu pendingin. Tekanan tinggi dan suhu uap
refrigeran memasuki penukar panas kondensor yang menggunakan udara ambien atau air
untuk mendinginkan refrigeran ke suhu jenuhnya sebelum sepenuhnya kondensasi ke kondisi
cair setelah kondensor Pada kondensor, refrigeran mengalami dua fase kondensasi, berubah
dari uap ke fase cair. Selama proses ini, panas dibuang oleh kondensor untuk memanaskan
udara atau air di sekitarnya. Sebuah perangkat throttling seperti katup, lubang pelat, atau pipa
kapiler digunakan untuk memperluas refrigeran cair yang menyebabkan beberapa refrigeran
menguap karena suhu dan tekanan berkurang. Setelah proses ekspansi, pendingin memasuki
evaporator dalam keadaan dua fase. Siklus berulang lagi.

Ukuran kinerja dari pompa panas juga dinyatakan dalam koefisien kinerja COPHP ,
sebagai berikut :
QC QC
COPHP   (1.2)
W QH  QC

Gambar. 7-20

Perbandingan dari persamaan (1.1) dan (1.2) adalah :


COPHP  COPR  1 (1.3)

Qc dan QH adalah nilai tetap. Hubungan tersebut mengartikan bahwa koefisien kinerja

pompa panas selalu lebih besar dari kesatuan karena COPR yang selalu positif. Artinya,
pompa panas akan berfungsi sebagai perlawanan pemanas.

Contoh Soal
Sebuah pompa panas digunakan untuk menjaga suhu ruang tetap pada pada 20 ° C. Suatu
hari, suhu udara di luar mengalami penurunan hingga 2 ° C sehingga rumah diperkirakan
kehilangan panas pada kecepatan 80.000 kJ / jam. Jika pompa panas ini memiliki COP 2,5,
tentukan (a) Energi yang digunakan oleh pompa panas dan (b) tingkat di mana panas yang
diserap dari dingin udara luar.
Penyelesaian :
a. Besar energy yang digunakan :
QH 80.000kJ / h
W   32.000kJ / h
COPHP 2,5
b. Tingkat di mana panas yang diserap dari dingin udara luar:
QC  QH  W  80.000kJ / h  32.000kJ / h  48.000kJ / h

f. Mesin Abadi

Hukum ke I termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan


dan dimusnahkan, tapi hanya dapat diubah kebentuk energi yang lain. Mesin yang prinsip
kerjanya melanggar hukum ke I termodinamika disebut mesin abadi jenis pertama. Mesin ini
menciptakan energi yang dibutuhkan sendiri agar dapat berfungsi. Sedangkan mesin yang

prinsip kerjanya melanggar hukum ke II termodinamika disebut mesin abadi jenis kedua.

Gambar diatas adalah pembangkit listrik tenaga uap. Mesin tersebut dibuat untuk
memanaskan uap yang dilakukan oleh resistensi pemanas didalam boiler, bukan oleh energi
yang dipasok dari bahan bakar fosil atau nuklir. Sebagian dari listrik yang dihasilkan oleh
mesin tersebut akan digunakan untuk daya resistor dan pompa. Sisanya akan disalurkan ke
jaringan listrik sebagai usaha yang dihasilkan Wnet ,out . Penemu mesin ini mengatakan bahwa

setelah sistem dimulai, mesin ini akan menghasilkan listrik tanpa batas tanpa memerlukan
masukan energi dari luar.
Jika mesin ini bekerja, maka dapat memecahkan masalah energi dunia. Namun setelah
diperiksa, sistem tertutup oleh daerah yang diarsir terus memasok energi ke luar dengan besar
Qout  Wnet ,out tanpa menerima energi apapun. Artinya, sistem ini menciptakan energi dengan

besar Qout  Wnet ,out yang jelas melanggar hukum ke I termodinamika. Oleh karena itu mesin

ini dikatakan mesin abadi jenis pertama jika dikembangkan lebih lanjut.
Ide baru pun dikembangkan oleh penemu yang sama. Dia menyarankan modifikasi agar
dapat meningkatkan efisiensi termal dari pembagkit listrik tanpa melanggar hukum petama.
Jika satu setengah lebih dari kalor yang diubah menjadi uap didalam tungku akan dibuang di
kondensor ke lingkungan, maka penemu menyarankan untuk membuang komponen ini dan
mengirimkan uap untuk pompa segera setelah meninggalkan turbin seperti yang ditunjukkan
pada gambar dibawah. Dengan cara ini semua kalor yang diubah menjadi uap di boiler akan
diubah menjadi usaha. Dengan demikian pembangkit listrik ini akan memiliki efisiensi termal
100%. Penemu menyadari bahwa beberapa kalor akan hilang dan gesekan antara komponen
bergerak yang tidak dapat dihindari dapat mengurangi efisiensi, namun diharapkan tidak

kurang dari 80% . Kemudian mesin ini dinamakan mesin abadi jenis kedua, karena bekerja
pada siklus dan bekerja dengan satu reservoir saja. Mesin ini memenuhi hukum I
termodinamika tetapi melanggar hukum ke II. Oleh karena itu mesin ini juga tidak dapat
bekerja.

Seandainya mesin abadi ini ada, maka dia akan berfungsi sebagai kalor dengan efisiensi
 th  1 , berarti tanpa membuang kalor Qout sedikitpun, atau mampu berfungsi sebagai mesin
pendingin tanpa memerlukan usaha luar. Tapi kenyataannya hingga saat ini, mesin abadi
memang tidak ada, dengan kata lain kedua hukum termodinamika sebenarnya adalah hukum
alam.
g. Hukum kedua termodinamika dan efisiensi
Efisiensi thermal adalah ukuran kinerja mesin kalor yang merupakan sebagian kecil dari
panas masukan ke mesin panas yang akan dikonversi ke output kerja. Efisiensi termal dari
mesin panas dapat dinyatakan sebagai
network output
thermal efficency 
total heat input

Atau bisa juga dinyatakan sebagai


Wnet ,out Qout
 th  atau  th  1 
Qin Qin

Dimana Wnet,out = Qin - Qout

Perangkat siklus dari kepentingan praktis seperti mesin panas, lemari es, dan pompa panas
yang beroperasi antara suhu menengah-tinggi (atau reservoir) di TH suhu dan suhu
menengah-rendah (atau reservoir) pada suhu TL. Untuk menciptakan keseragaman dalam
penanganan mesin panas, lemari es, dan pompa panas, kita mendefinisikan dua kuantitas:

QH = besarnya perpindahan panas antara perangkat siklik dan suhu tinggi menengah
pada suhu TH
QL = besarnya perpindahan panas antara perangkat siklik dan suhu rendah menengah
pada suhu TL

KeduaQH dan QL didefinisikan sebagai besaran dan oleh karena itu muatannya bernilai positif.
Sehingga efisiensi termalnya dapat dinyatakan sebagai

Wnet,out = QH – QL

Wnet ,out QL
 th  atau  th  1 
QH QH

Efisiensi termal mesin panas selalu kurang dari satu karena keduanya QL dan QH
didefinisikan sebagai jumlah positif.

Efisiensi termal adalah ukuran dari seberapa efisien sebuah mesin panas dalam mengkonversi
panas yang diterima untuk bekerja. Para engineer terus mencoba untuk meningkatkan
efisiensi dari mesin panas. Karena peningkatan efisiensi berpengaruh pada berkurangnya
konsumsi pemakaian bahan bakar dan mengurangi polusi.

Efisiensi termal dari mesin panas penghasil relatif rendah. Contohnya pada mesin mobil,
mesin mobil memiliki efisiensi termal sekitar 25 persen. Artinya, mesin mobil mengkonversi
sekitar 25 persen dari energi kimia dari bensin untuk kerja mekanik. Jumlah ini setinggi 40
persen untuk mesin diesel dan pabrik gas-turbin besar. Juga setinggi 60 persen untuk
pembangkit listrik tenaga gas-uap gabungan yang besar (setinggi = sama besarnya). Jadi,
bahkan dengan mesin panas yang paling efisien yang tersedia saat ini, hampir satu-setengah
dari energi yang diberikan berakhir di sungai, danau, atau sebagai limbah.
h. Analisa Hukum Kedua Sistem Tertutup
Sistem tertutup adalah sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas
dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Dalam sistem tertutup masa
dari system yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar dari sistem atau masuk kedalam
sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat keluar masuk sistem tertutup adalah energi
dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang
dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi
panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Selain itu Rumah hijau adalah contoh dari
sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan
lingkungan.

i. Penerapan Hukum Kedua Termodinamika


Penerapan hukum kedua termodinamika dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah
kulkas. Kulkas harus mempunyai pembuang panas di belakangnya, yang suhunya lebih tinggi
dari udara di sekitar. Karena jika tidak, panas dari dalam kulkas tidak bisa terbuang keluar.
Hukum kedua termodinamika menyebutkan bahwa tidak mungkin untuk membuat sebuah
mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum
kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah, dengan kata lain, tidak
semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Aliran energi
kalor yaitu dari panas ke dingin, dari suhu tinggi ke suhu yang rendah.
Contoh lainnya adalah mesin mobil, energi panas hasil pembakaran bahan bakar diubah
menjadi energi gerak mobil. Tetapi, dalam semua mesin kalor kita ketahui bahwa pengubahan
energi panas ke energi mekanik selalu disertai pengeluaran gas buang, yang membawa
sejumlah energi panas. Dengan demikian, hanya sebagian energi panas hasil pembakaran
bahan bakar yang diubah ke energi mekanik.
Contoh lain adalah dalam mesin pembangkit tenaga listrik; batu bara atau bahan bakar lain
dibakar dan energi panas yang dihasilkan digunakan untuk mengubah wujud air ke uap. Uap
ini diarahkan ke sudu-sudu sebuah turbin, membuat sudu-sudu ini berputar. Akhirnya energi
mekanik putaran ini digunakan untuk menggerakkan generator listrik.
Contoh lainnya lagi adalah Air Conditioner (AC) alias Pengkondision Udara merupakan
seperangkat alat yang mampu mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama
mengkondisikan ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan
sekitarnya. Filter (penyaring) tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan dari udara.
AC yang digunakan dalam sebuah gedung biasanya menggunakan AC sentral. Selain itu, jenis
AC lainnya yang umum adalah AC ruangan yang terpasang di sebuah jendela. Kunci utama
dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem,
menjadi cair dan melepaskan panas saat dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan
menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan
lalu gas dengan memberi atau mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area. Sebuah penyaring
udara, kipas, dan cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah
kompresor (pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan
refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali
ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan
cara pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan,
yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.

Reversible and Irreversible Process


Hukum ke-2 termodinamika menyatakan bahwa tidak ada mesin yang benar-benar memiliki
efisiensi kerja 100%. Lalu berapakah nilai tertinggi efiensi kerja yang dapat dicapai suatu
mesin?
Irreversible Process
Proses terjadi pada arah tertentu. Beberapa proses tidak dapat beralur ke arah yang sebaliknya
dan mengembalikan sistem pada keadaan semula. Proses tersebut diklasifikasikan sebagai
irreversible process. Contohnya, segelas kopi panas yang telah berubah menjadi dingin tidak
dapat menjadi panas kembali dengan menyerap kalor yang ia lepas ke lingkungannya.
Reversible Process
Yaitu proses yang dapat terjadi pada arah atau alur yang sebaliknya tanpa meninggalkan
bekas ke lingkungannya. Dalam proses ini, baik lingkungan maupun sistem dapat kembali ke
keadaan awalnya di akhir proses. Hal ini memungkinkan hanya jika pertukaran total kalor dan
total usaha antara sistem dan lingkungan adalah nol.
Seluruh sistem dapat kembali ke keadaan awalnya melalui serangkaian proses, terlepas dari
apakah proses yang terjadi bersifat reversible ataupun irreversible. Namun pada reversible
process, pengembalian keadaan tersebut terjadi tanpa meninggalkan bekas ke
lingkungannya. Sedangkan pada irreversible process, pada umumnya, lingkungan melakukan
usaha pada sistem sehingga tidak kembali ke keadaan awalnya.
Reversible process umumnya tidak terjadi di alam. Ia adalah bentuk idealisasi dari proses
yang sebenarnya. Sedangkan segala proses yang terjadi di alam umumnya bersifat
irreversible. Lalu mengapa kita mengkaji proses yang fiktif? Ada dua alasan. Pertama, hal itu
memudahkan analisa. Ke dua, model ideal tersebut memudahkan pembandingan dengan
proses yang sebenarnya.
Irreversibilitas
Yaitu faktor yang mengakibatkan suatu proses memiliki sifat irreversible. Meliputi gaya
gesek, perluasan yang tak terkendali, percampuran dua fluida, transfer kalor melalui
perbedaan temperatur tertentu, hambatan listrik, perubahan bentuk suatu padatan yang tidak
elastis, dan reaksi kimia.

Proses reversibel secara internal dan eksternal


Reversible secara internal: proses yang tidak melibatkan irreversibilitas di dalam batas sistem
selama proses terjadi. Pada tipe ini, sistem melalui suatu keseimbangan, dan ketika lalu proses
dibalik, sistem berjalan melalui keseimbangan yang sama untuk kemudian kembali ke
keadaan awalnya. Proses keseimbangan-kuasi adalah contoh reversible proses internal.
Reverrsibel secara eksternal: proses yang tidak melibatkan irreversibilitas di luar batas sistem
selama proses terjadi. Penghantaran panas antara reservoir dan sistem adalah contoh
reversible proses eksternal selama permukaan luar sistem berada pada termperatur reservoir.
Reversible total/ reversible: proses yang tidak melibatkan irreversibilitas baik di dalam batas
sistem, maupun di luar batas/lingkungannya. Tipe ini tidak melibatkan transfer panas pada
perbedaan termperatur tertentu, perubahan keseimbangan non kuasi, dan gaya gesek atau
dampak disipatif lainnya.
Siklus Carnot
Mesin panas bekerja secara siklus, artinya fluida yang bekerja pada mesin panas kembali ke
keadaan awalnya ketika proses berakhir di tiap-tiap siklus. Siklus yang paling efisien adalah
siklus reversible, yakni siklus yang seluruhnya terdiri dari proses-proses reversible. Pada
kenyataannya, siklus reversible tidak dapat dilakukan karena hubungan irreversibilitas antara
masing-masing proses tidak dapat dihilangkan. Salah satu contoh siklus reversible adalah
siklus carnot. Siklus carnot ditemukan oleh Sadi Carnot, ahli mesin Prancis pada tahun 1824.
Mesin ini terdiri dari 4 reversibel proses, 2 isotermal dan 2 adiabatik, yang dapat diatur untuk
sistem tertutup ataupun steady-flow.
Misal, sistem tertutup terdiri berisi gas dalam piston silinder adiabatic. Sekat pada kepada
silinder dapat dilepas sehingga silinder dapat melakukan kontak langsung dengan reservoir
untuk mentransfer panas. Empat reversible proses pada siklus carnot tersebut dijabarkan
menjadi:
1. Penyebaran isothermal reversible (Proses 1-2, TH=konstan)
Pada keadaan 1, kepala silinder tertutup sehingga
tidak terjadi kontak dengan sumber pada temperature
TH. Gas menyebar secara perlahan, melakukan kerja
ke lingkungannya. Sementara gas menyebar,
temperature gas menurun. Segera setelah
temperature menurun pada dT, beberapa panas ditransfer dari reservoir ke gas,
menaikkan temperature gas ke TH. sehingga temperature gas konstan pada TH. Sejak
beda temperature antara gas dan reservoir tidak melampaui dT, terjadilah proses
reversible transfer panas. Hal ini berlangsung hingga piston mencapai posisi 2. Jumlah
panas yang ditransfer pada gas selama proses ini adalah QH.

2. Penyebaran adiabatik reversibel (proses 2-3, temperatur menurun dari TH ke TL)


Pada keadaan 2, reservoir yang melakukan kontak dengan
kepala silinder dilepas dan digantikan dengan sekat
(insulation) sehingga sistem menjadi adiabatic. Gas lanjut
untuk menyebar secara perlahan, mengerjakan usaha ke
lingkungannya hingga temperature turun dari TH ke TL
(keadaan 3). Piston diasumsikan tak memiliki gaya gesek
dan proses dalam keadaan keseimbangan-kuasi, sehingga proses tersebut bersifat
reversible selama ia adiabatic.
3. Pemampatan isotermal reversibel (proses 3-4, TL = konstan)
Pada keadaan 3, sekat pada kepala silinder dilepas dan
silinder dibawa untuk melalukan kontak dengan sink pada
temperature TL. Kini piston terdorong ke dalam oleh gaya eksternal, melakukan kerja
pada gas. Ketika gas termampat, temperaturnya meningkat. Namun seketika setelah
temperature meningkat sebesar dT, panas ditransfer dari gas ke sink, mengakibatkan
temperature gas turun menjadi TL. gas temperature konstan pada TL . sejak beda
temperature antara gas dan sink tidak melampaui dT, terjadilah proses transfer panas
reversible. Hal ini berlangsung hingga piston mencapai keadaan 4. Jumlah panas yang
dilepas dari gas selama proses ini sebesar QL .
4. Pemampatan adiabatik reversibel (proses 4-1, temperatur naik dari TL ke TH)
Keadaan 4 adalah ketika reversoir temperatur rendah
dihilangkan, sekat kembali ditempatkan di kepala silinder dan
gas termampat dengan cara reversible, gas kembali ke keadaan
awalnya (keadaan 1). Temperatur naik dari TL ke TH selama
proses pemampatan adiabatik reversibel, terjadilah satu siklus utuh.
Diagram P-V dari siklus tersebut
Area di bawah kurva merepresentasikan usaha pada batas
sistem untuk proses keseimbangan-kuasi (reversibel internal),
area di bawah kurva 1-2-3 adalah usaha yang dikerjakan oleh
gas selama sesi penyebaran dari siklus, dan area di bawah
kurva 3-4-1 adalah usaha yang dikerjakan oleh gas selama
sesi pemampatan dari siklus. Area yang dikelilingi oleh garis
siklus (area 1-2-3-4-1) adalah perbedaan antara 2 tipe proses
dan merepresentasikan total usaha yang dikerjakan selama
siklus.

Siklus carnot reversed (sebaliknya)


Mesin panas carnot menggambarkan siklus reversibel total.
Sehingga seluruh alur prosesnya dapat dibalik, menjadi
siklus pendingin carnot. Secara umum, siklusnya sama,
kecuali arah interaksi antara panas dan usaha yang
berkebalikan, yakni panas yang berjumlah QL diserap dari
reservoir terperatur rendah, panas dalam jumlah QH dilepas
ke reservoir temperatur tinggi, dan input usaha Wnet,in
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua tahap.
Prinsip Carnot
Mesin panas tidak dapat dioperasikan melalui pertukaran
panas dengan reservoir tunggal dan mesin pendingin tidak
dapat dioperasikan tanpa input energi total dari sumber
eksternal. Dua kesimpulan yang berhubungan dengan
efisiensi termal dari mesin panas reversibel dan irreversibel
yang dikenal sebagai prinsip carnot:
1. Efisiensi mesin panas irreversibel selalu lebih rendah
daripada efisiensi reversibel antara dua reservoir yang
sama.
2. Efisiensi dari seluruh mesin panas reversibel yang beroperasi antara dua reservoir
adalah sama besar.

Pembuktian prinsip ke-1


Satu mesin bersifat reversibel, yang lainnya irreversibel. Masing-masing mesin mendapat
suplai panas sebesar QH. Jumlah usaha yang diproduksi oleh mesin panas reversibel adalah
Wrev (W reversibel) dan jumlah usaha yang diproduksi oleh mesin irreversibel adalah W irrev
(W irreversibel). Dalam prinsip ke-1, mesin panas irreversibel lebih efisien daripada mesin
reversibel (ηth,irrev >ηth,rev) dan menghasilkan lebih banyak usaha daripada yang reversibel.
Sekarang, mesin diatur dengan alur reversibel (terbalik) dan beroperasi sebagai pendingin.
Pendingin ini akan menerima input usaha sebesar Wrev dan melepas panas ke reservoir
temperatur tinggi. Sejak pendingin melepas panas dalam jumlah QH ke reservoir temperatur
tinggi dan mesin panas irreversibel menerima sejumlah panas yang sama besar dari reservoir
tersebut, total pertukaran panas untuk reservoir ini adalah nol.
Jika pendingin dan mesin irreversibel dikombinasikan, maka mesin akan menghasilkan total
usaha sebesar Wirrev – Wrev selama terjadi pertukaran panas dengan reservoir tunggal. Maka
dari itu, asumsi awal bahwa ηth,irrev >ηth,rev tidak benar. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
mesin penghasil panas yang lebih efisien daripada mesin panas reversibel yang beroperasi
antara reservoir-reservoir yang sama.
Prinsip ke-2 carnot dapat dibuktikan dengan cara yang sama.
Kali ini, mesin irreversibel digantikan dengan mesin reversibel
lain yang lebih efisien dan menghasilkan lebih banyak kerja
daripada mesin reversibel yang sebelumnya. Singkat cerita,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada mesin penghasil panas yang
lebih efisien daripada mesin panas reversibel yang beroperasi
antara reservoir-reservoir yang sama, dengan mengabaikan
bagaimana siklus terlaksana secara utuh atau apa jenis fluida
yang digunakan.

Skala temperatur termodinamika


Yakni, skala temperatur yang tidak bergantung pada bahan yang digunakan untuk mengukur
temperatur.
Jika renergi reservoir bergantung pada temperaturnya, maka efisiensi termal dari mesin panas
reversibel merupakan fungsi dari temperatur reservoirnya. Secara matematis, perumusannya:
𝜂𝑡ℎ,𝑟𝑒𝑣 = 𝑔(𝑇𝐻 , 𝑇𝐿 ) atau
𝑄𝐻
= 𝑓(𝑇𝐻 , 𝑇𝐿 )
𝑄𝐿
dengan
𝑄
𝜂𝑡ℎ = 1 − 𝑄 𝐿 .
𝐻
𝑄𝐻
TH adalah temperatur tinggi, TL adalah temperatur rendah. Bentuk fungsi = 𝑓(𝑇𝐻 , 𝑇𝐿 )
𝑄𝐿

dapat diilustrasikan melalui gambar berikut.


Mesin A dan C mendapat suplai panas yang sama besar dengan Q1 dari reservoir temperature
tinggi pada T1. Mesin C melepas Q3 ke reservoir remperatur rendah pada T3. Mesin B
menerima panas Q2 yang dilepas oleh mesin A pada temperature T2 dan melepas panas
sebesar Q3 ke reservoir pada T3.
Jumlah panas yang dilepas mesin B dan C sama besar selama A dan B dapat dikombinasikan
dengan mesin reversible tunggal yang beroperasi antara reservoir-reservoir yang sama
sebagaimana mesin C dan mesin yang dikombinasikan tersebut memiliki efisiensi sebesar
mesin C. sejak input panas ke mesin C sama besar dengan input panas pada kombinasi mesin
A dan B, maka kedua sistem haruslah melepas panas dalam jumlah yang sama. Sehingga:
𝑄1
= 𝑓(𝑇1 , 𝑇2 )
𝑄2
𝑄2
= 𝑓(𝑇2 , 𝑇3 )
𝑄3
𝑄1
= 𝑓(𝑇1 , 𝑇3 )
𝑄3
𝑄1 𝑄1 𝑄2
=
𝑄3 𝑄2 𝑄3
𝑓(𝑇1 , 𝑇3 ) = 𝑓(𝑇1 , 𝑇2 ). 𝑓(𝑇2 , 𝑇3 )

Sehingga, skala temperatur termodinamika dirumuskan sebagai:

yang dinyatakan dalam skala Kelvin dan bernilai absolut. Pada skala Kelvin, perbandingan
temperatur bergantung pada perbandingan transfer panas antara mesin panas reversibel dan
reservoir, serta tidak bergantung pada bahannya.
Triple point air: keadaan dimana ketiga fase air berada
dalam keseimbangan, yakni pada 273,16 K. Besar Kelvin
diidentifikasikan sebagai perbandingan temperatur antara
absolut nol dan temperatur air pada triple pointnya. 1 K
identik dengan 1 ◦C.
T(◦C) = T(K) – 273,15

Mesin kalor carnot


Hipotetis mesin kalor yang beroperasi pada siklus Carnot reversibel adalah disebut Mesin
Carnot. Efisiensi termal dari mesin panas, reversibel atau
ireversibel adalah sebagai berikut

dimana QH adalah panas yang ditransfer ke mesin panas dari suhu tinggi reservoir pada TH,
dan QL adalah panas yang dibuang ke reservoir suhu rendah di T L. Untuk mesin panas
reversibel, rasio perpindahan panas dalam hubungan di atas dapat digantikan oleh rasio suhu
absolut dari dua reservoir. Maka efisiensi mesin Carnot, atau mesin panas reversibel, menjadi

Hubungan ini sering disebut sebagai efisiensi Carnot, karena Mesin Carnot adalah
mesin reversibel yang paling dikenal. Ini adalah yang tertinggi efisiensi mesin panasnya yang
beroperasi antara dua reservoir energi panas pada suhu TL dan TH dapat memiliki (Gambar. 7-
46). Semua ireversibel (yaitu,sebenarnya) mesin panas yang beroperasi di antara batas suhu
ini (TL dan TH) memiliki efisiensi yang lebih rendah.
Sebuah mesin panas sebenarnya tidak dapat mencapai maksimum, ini teoritis nilai
efisiensi karena tidak mungkin untuk sepenuhnya menghilangkan semua ketidak dapat
baliknya terkait dengan siklus yang sebenarnya. Perhatikan bahwa T L dan TH adalah suhu
mutlak. Menggunakan °C atau °F untuk suhu dalam hubungan ini memberikan hasil yang
terlalu dalam kesalahan.Efisiensi termal sebenarnya dan mesin panas reversibel operasi antara
suhu yang sama batas bandingkan sebagai berikut (Gambar 7-47.):

Kebanyakan perangkat kerja-memproduksi (mesin panas) dalam operasi ini memiliki efisiensi
di bawah 40 persen, yang muncul relatif rendah untuk 100 persen. Namun, ketika kinerja
mesin panas sebenarnya dinilai, efisiensi tidak harus dibandingkan dengan 100 persen;
Sebaliknya, mereka harus dibandingkan dengan efisiensi mesin panas reversibel yang
beroperasi antara temperatur yang sama batas, karena ini adalah benar batas atas teoritis untuk
efisiensi,tidak 100 persen. Efisiensi maksimum dari pembangkit listrik tenaga uap yang
beroperasi di antara TH= 1000 K dan TL= 300 K adalah 70 persen, seperti yang ditentukan
dari Persamaan. 7-18.
Dibandingkan dengan nilai ini, efisiensi sebenarnya 40 persen tampaknya tidak begitu
buruk, meskipun masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Hal ini jelas dari Persamaan. 7-18
bahwa efisiensi mesin panas Carnot meningkat sebagai TH meningkat, atau sebagai TL
menurun. Hal ini diharapkan karena sebagai TL menurun, begitu juga jumlah panas yang
ditolak, dan sebagai TL mendekati nol, efisiensi Carnot pendekatan kesatuan. Hal ini juga
berlaku untuk mesin panas sebenarnya. Efisiensi termal mesin panas sebenarnya bisa
dimaksimalkan dengan menyediakan panas ke mesin pada suhu yang paling tinggi (dibatasi
oleh kekuatan material) dan menolak panas dari mesin di Suhu serendah mungkin (dibatasi
oleh suhu pendinginan menengah seperti sungai, danau, atau atmosfer).
Kualitas energy.
Mesin panas carnot dalam Contoh 7-5 menerima panas dari sumber di 925 K dan
mengkonversi 67,2 persen untuk bekerja sambil menolak sisanya (32,8 persen) untuk wastafel
di 303 K. Sekarang mari kita lihat bagaimana efisiensi termal bervariasi dengan suhu sumber
ketika suhu wastafel tetap konstan. Efisiensi termal dari Mesin Carnot yang menolak panas ke
wastafel di 303 K dievaluasi pada berbagai suhu sumber menggunakan Persamaan. 7-18 dan
tercantum dalam Gambar. 7-49.
Jelas efisiensi termal menurun sebagai sumber suhu diturunkan. Ketika panas dipasok
ke mesin panas pada 500 bukannya 925 K, misalnya, efisiensi termal turun dari 67,2 ke 39,4
persen. Artinya, fraksi panas yang dapat dikonversi untuk bekerja tetes menjadi 39,4 persen
ketika suhu sumber turun menjadi 500 K. Ketika temperatur sumber 350 K, fraksi ini menjadi
hanya 13,4 persen.
Nilai-nilai efisiensi ini menunjukkan bahwa energi memiliki kualitas maupun
kuantitas. Hal ini jelas dari nilai-nilai efisiensi termal pada Gambar. 7-49 bahwa lebih dari
Suhu tinggi energi panas dapat dikonversi untuk bekerja. Oleh karena itu, tinggi suhu,
semakin tinggi kualitas energi (Gambar. 7-50). Jumlah besar energi surya, misalnya, dapat
disimpan dalam besar badan air disebut kolam surya di sekitar 350 K. energi bisa tersimpan
ini kemudian dipasok ke mesin panas untuk menghasilkan karya (listrik).
Namun, efisiensi pembangkit listrik solar pond sangat rendah (di bawah 5 persen)
karena rendahnya kualitas energi yang tersimpan dalam sumber, dan biaya konstruksi dan
pemeliharaan relatif tinggi. Oleh karena itu, mereka tidak kompetitif meskipun pasokan energi
dari tanaman tersebut bebas. Suhu (dan dengan demikian kualitas) dari energi matahari yang
tersimpan bisa dinaikkan dengan memanfaatkan berkonsentrasi kolektor, tetapi biaya
peralatan dalam kasus itu menjadi sangat tinggi. Kerja adalah bentuk yang lebih berharga
energi dari panas sejak 100 persen kerja dapat diubah menjadi panas, tetapi hanya sebagian
kecil dari panas dapat dikonversi bekerja.
Ketika panas ditransfer dari tubuh suhu tinggi ke lowertemperature satu, itu
terdegradasi karena kurang dari itu sekarang dapat dikonversi ke kerja. Misalnya, jika 100 kJ
panas ditransfer dari tubuh pada 1000 K untuk tubuh pada 300 K, pada akhirnya kita akan
memiliki 100 kJ energi panas yang tersimpan di 300 K, yang tidak memiliki nilai praktis.
Tetapi jika konversi ini dilakukan melalui mesin panas, sampai dengan 1? 300/1000? 70
persen itu bisa dikonversi ke pekerjaan, yang merupakan bentuk yang lebih berharga energi.
Jadi 70 kJ potensi kerja yang terbuang akibat perpindahan panas ini, dan energi terdegradasi.
(Tipler, Paul A. 2002, hal 76 – 98)

REFRIGERATOR Carnot
Lemari es atau pompa panas yang beroperasi pada siklus Carnot terbalik adalah
disebut kulkas Carnot, atau pompa panas Carnot. Koefisien kinerja dari setiap lemari es atau
panas pompa, reversibel atau ireversibel, adalah diberikan oleh pers. 7-9 dan 7-11 sebagai

dimana QL adalah jumlah panas yang diserap dari media-suhu rendah dan QH adalah jumlah
panas yang dibuang ke media-suhu tinggi. Itu COP dari semua kulkas reversibel atau pompa
panas dapat ditentukan dengan mengganti rasio perpindahan panas dalam hubungan di atas
dengan rasio dari suhu mutlak tinggi dan suhu rendah waduk, sebagai diungkapkan oleh Eq.
7-16. Maka hubungan COP untuk lemari es reversible dan pompa panas menjadi
Ini adalah koefisien kinerja tertinggi yang kulkas atau operasi pompa panas antara batas suhu
TL dan TH dapat memiliki. Semua lemari es aktual atau pompa panas beroperasi antara suhu
ini batas (TL dan TH) memiliki koefisien lebih rendah dari kinerja (Gambar. 7-51).

GAMBAR 7-51

Tidak ada kulkas yang dapat memiliki COP lebih tinggi dari kulkas reversible yang
beroperasi antara batas suhu yang sama. Koefisien kinerja kulkas aktual dan reversible
beroperasi antara batas suhu yang sama dapat dibandingkan sebagai berikut :
Irreversible refrigerator
reversible refrigerator
impossible refrigerator
Suatu relasi serupa dapat diperoleh untuk pompa panas dengan mengganti semua
COPR ini dalam Pers. 7-22 oleh COPHP. COP dari kulkas atau panas pompa reversibel adalah
nilai teoritis maksimum untuk batas suhu tertentu. kulkas sebenarnya atau panas pompa
mungkin mendekati nilai-nilai ini sebagai desain mereka ditingkatkan, tetapi mereka tidak
pernah bisa menjangkau mereka.
Sebagai catatan akhir, COP dari kedua kulkas dan pompa panas berkurang TL
berkurang. Artinya, membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk menyerap panas dari Media-
suhu yang lebih rendah. Sebagai suhu ruang berpendingin mendekati nol, jumlah pekerjaan
yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah terbatas pendinginan mendekati tak terhingga
dan COPR mendekati nol.

PERTIDAKSAMAAN CLAUSIUS
Hukum kedua termodinamika sering kali melibatkan pernyataan pertidaksamaan.
Pertidaksamaan yang berakibat besar dalam termodinamika adalah pertidaksamaan Clausius,
yang dinyatakan pertama kali oleh fisikawan Jerman R. J. E. Clausius (1822-1888), dan
dinyatakan sebagai berikut
Q
T 0

Integral tertutup dari Q T selalu mendekati atau sama dengan nol. Pertidaksamaan ini
berlaku untuk semua siklus, reversible (bolak-balik) maupun irreversible (satu arah). Simbol

 digunakan untuk menandakan penggabungan yang akan dilakukan selama siklus

berlangsung. Perpindahan (transfer) kalor dari atau ke sebuah sistem dianggap sebagai
sejumlah diferensial dari peripindahan kalor. Integral tertutup dari Q T dapat dianggap
sebagai jumlah dari seluruh deferensial perpindahan kalor dibagi dengan suhu pada batas
sistem.
Untuk menjelaskan pertidaksamaan Clausius,
perhatikan sebuah sistem yang terhubung dengan sebuah
reservoir energi kalor pada termodinamika yang konstan,
temperatur TRsampai ke sebuah perangkat siklus reversible
(bolak-balik). Perangkat siklus reversible (bolak-balik)
menerima kalor/kalor QR dari reservoir dan menyediakan
kalor Q untuk sistem yang temperatur pada bagian batas

yaitu T serta menghasilkan usaha Wrev akibat dari proses


perpindahan kalor. Keseimbangan energi dari kombinasi
sistem tersebut dinyatakan dengan :

Ein  Eout  Ec


QR  (Wrev  Wsys )  dEc
Wc  Wrev  Wsys
QR  Wc  dEc

Dimana WC adalah usaha total dari kombinasi sistem (Wrev  Wsys ) dan dE C adalah

perubahan total energinya. Karena perangkat (mesin) siklus adalah reversible (bolak-balik),
maka berlaku :
QR Q

TR T
Q
QR  TR
T
Dimana tanda Q ditentukan oleh sistem (positif jika menuju ke sistem dan
negatif jika dari sistem) dan tanda dari QR ditentukan oleh mesin siklus reversible. Eliminasi
QR dari kedua persamaan diatas, sehingga
Q
WC  TR  dEC
T

Jika sistem serta mesin panas diperlukan untuk menjalani siklus, maka :

Jika siklus dari sistem dibiarkan selama mesin siklus mengalami integral tertutup, dimana
perubahan energi selama siklus sama dengan nol, maka :
Q
WC  TR 
T

Berdasarkan gagasan Kevin-Planck dari hukum termodinamika kedua menyatakan “Tidak ada
sistem yang dapat menghasilkan sejumlah energi ketika beroperasi dalam siklus dan
mentransfer kalor dalam keadaan satu energi kalor. Dengan begitu persamaan di atas
seharusnya
Q
T 0

Pertidaksamaan ini disebut dengan pertidaksamaan Clausius. Pertidaksamaan ini berlaku


untuk semua siklus termodinamika, reversible atau irreversible, termasuk siklus pendinginan.
Untuk siklus reversible dalam (internally reversible cycle) persamaan menjadi :
 Q 
  T
 int rev
0

Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan di dalam pertidaksamaan Clausius berlaku


untuk keseluruhan atau hanya pada siklus reversible (bolak-balik) dalam (internally reversible
cycle) dan pertidaksamaan berlaku untuk yang irreversible (satu arah). Definisi entropi
didasari oleh rumusan pertidaksamaan Clausius. Hasil perhitungan dari integral tertutup hanya
bergantung pada kondisi awal dan kondisi akhir proses, tidak tergantung dari lintasan
 Q 
prosesnya, sehingga   menyatakan suatu sifat. (Zemansky, Mark W. dan Richard H.
 T  int rev
Dittman, 1976, hal 170 - 188)

ENTROPI
Entropi dapat dikatakan sebagai ukuran dari ketidak beraturan suatu molekul. Sebagai suatu
sistem menjadi lebih teratur, posisi molekul menjadi kurang diprediksi dan entropi meningkat.
Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa entropi dari suatu zat sangat rendah ketika
dalam fase padat dan tinggi saat fase gas. Pada saat fase padat, molekul suatu zat terus
berosilasi sekitar posisi kesetimbangan mereka, tetapi mereka tidak bisa bergerak relatif
terhadap satu sama lain dan dan posisi mereka pada setiap saat dapat diprediksi dengan
kepastian yang baik. Pada fase gas, molekul bergerak secara acak, bertabrakan satu sama lain,
dan mengubah arah, sehingga sangat sulit untuk memprediksi secara akurat keadaan
mikroskopis sistem pada setiap saat. Pada peristiwa ini, nilai entropi tinggi.
Bila dilihat secara mikroskopis (dari sudut pandang
termodinamika statistik), sebuah sistem yang terisolasi yang
tampaknya pada keadaan keseimbangan mungkin menunjukkan
aktivitas tingkat tinggo karena gerak terus-menerus dari molekul.
Untuk setiap keadaan keseimbangan makroskopik ada hubungan
sejumlah besar kemungkinan keadaan mikroskopis atau konfigurasi
molekul. Entropi dari suatu sistem berhubungan dengan jumlah total
kemungkinan keadaan mikroskopis sistem yang disebut probabilitas
termodinamika p, yang berhubungan dengan Boltzmann, dinyatakan sebagai
S  k ln p
Dimana k =1,3806x10-23 J/K adalah konstanta Boltzman. Dengan demikian, entropi adalah
ukuran ketidakteraturan molekul, dan gangguan molekul dari sistem peningkatan yang
terisolasi kapanpun yang menjalani sebuah proses.
Seperti disebutkan sebelumnya, molekul-molekul zat dalam
fase padat terus berosilasi, menciptakan ketidakpastian tentang posisi
mereka. Osilasi ini berubah karena suhu menurun, dan molekul
seharusnya menjadi bergerak pada nol mutlak. Ini merupakan
keadaan urutan molekul terakhir (dan energi minimum). Oleh karena
itu, entropi zat kristal murni pada suhu nol mutlak adalah nol karena tidak ada ketidakpastian
tentang keadaan molekul pada saat itu. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum ketiga
termodinamika. Hukum ketiga termodinamika memberikan titik acuan mutlak untuk
penentuan entropi. Entropi ditentukan relatif terhadap titik ini disebut entropi mutlak, dan hal
ini sangat berguna dalam analisis termodinamika reaksi kimia. Perhatikan bahwa entropi dari
suatu zat yang tidak kristal murni (seperti larutan padat) tidak nol pada suhu nol mutlak. Hal
ini karena lebih dari satu konfigurasi molekul ada untuk seperti zat, yang memperkenalkan
beberapa ketidakpastian tentang keadaan mikroskopis suatu zat. Sebuah zat kristal murni
pada suhu nol mutlak berada di urutan sempurna, dan entropi adalah nol (hukum ketiga
termodinamika).
Molekul dalam fase gas memiliki
sejumlah energi kinetik. Namun, kita tahu
bahwa tidak peduli seberapa besar energi
kinetiknya, molekul gas tidak memutar
pada roda yang dimasukkan ke dalam
wadah dan menghasilkan usaha. Hal ini karena molekul gas, dan energi yang dimiliki tidak
teratur. Mungkin sejumlah molekul mencoba untuk memutar roda ke satu arah pada setiap
saat adalah sama dengan jumlahmolekul yang mencoba untuk memutar dalam arah yang
berlawanan, menyebabkan roda untuk tetap bergerak. Oleh karena itu, kita tidak bisa
mengambil pekerjaan yang berguna secara langsung dari energi yang tidak teratur. Ketidak
teraturan energi tidak menciptakan banyak efek yang berguna, tidak peduli seberapa besar
energi itu.
Perhatikan gambar poros berputar di samping. Kali ini
energi molekul benar-benar diatur karena molekul pada batang
berputar ke arah yang sama secara bersama-sama. Energi yang
bekerja ini dapat dengan mudah digunakan untuk melakukan
pekerjaan yang berguna seperti menaikkan berat badan atau
menghasilkan listrik. Dengan tidak adanya gesekan,membesarkan
nilai berat beban dengan poros berputar tidak membuat gangguan
apapun (entropi), dan dengan demikian energi tidak terdegradasi
(hilang) selama proses ini.

Untuk mengembangkan hubungan definisi entropi, mari kita amati persamaan terakhir ini
lebih dekat. Di sini kita memiliki jumlah yang tidak terpisahkan yaitu siklus adalah nol. Kita
tahu bahwa tidak akan terpisahkan siklus kerja yang tidak nol. Jika tidak,maka mesin panas
yang bekerja pada siklus seperti pembangkit listrik tenaga uap akan menghasilkan nol kerja
bersih.
Sekarang, perhatikan volume yang ditempati oleh gas dalam perangkat piston-silinder
menjalani siklus, seperti yang ditunjukkan di bawah ini :

Ketika piston kembali ke posisi awal di akhir siklus, volume gas juga kembali ke nilai
awalnya. Sehingga perubahan bersih dalam volume selama siklus adalah nol. Hal ini juga
dinyatakan sebagai

Di bawah terdiri dari dua proses reversibel A dan B. Terapkan ketidaksetaraan Clausius untuk
siklus ini. Apa yang Anda simpulkan tentang dua integral ini?

P 2 B

A 1

V
A cycle composed of two
reversible processes.
Integral sepanjang jalan reversible internal, proses B, adalah perubahan entropi S1 -S2.
Karena itu,

atau

Secara umum perubahan entropi selama proses didefinisikan sebagai


Qnet
dS 
T

dimana : = berlaku untuk proses reversible internal


> Berlaku untuk proses ireversibel
Mempertimbangkan efek dari perpindahan panas pada entropi untuk kasus reversibel internal.

Qnet
dS 
T
T temperatur yang satu ini, Jika :

Qnet  0, then dS  0
Qnet  0, then dS  0
Qnet  0, then dS  0

Dengan demikian, perubahan entropi sistem akan memiliki tanda yang sama sebagai
perpindahan panas dalam proses reversibel.

Dari atas, kita melihat bahwa untuk proses adiabatik reversibel

dS  0
S2  S1

Proses reversible adiabatik disebut proses isentropik.


Perubahan entropi disebabkan oleh perpindahan panas dan ketidak dapat baliknya.
perpindahan panas ke sistem meningkatkan entropi, perpindahan panas dari sistem menurun
itu. Pengaruh ketidak dapat baliknya selalu meningkatkan entropi. Bahkan, sebuah proses di
mana perpindahan panas keluar dari sistem memungkinkan, sehingga ireversibel jika bahwa
perubahan entropi sebenarnya positif. Gesekan adalah salah satu sumber ketidak dapat
baliknya dalam suatu sistem.

Perubahan entropi selama proses diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan dS atas


proses:

Sgen adalah nol untuk proses reversible internal.


integral dilakukan dengan menerapkan hukum pertama yang memiliki proses untuk
mendapatkan perpindahan panas sebagai fungsi suhu. Integrasi ini tidak mudah dilakukan,
secara umum.
Contoh Soal :
Untuk pembangkit listrik tertentu, panas ditambahkan dan menolak kedua terjadi pada suhu
konstan dan tidak ada proses lainnya mengalami perpindahan panas. Panas ditambahkan
dalam jumlah 3150 kJ di 440oC dan ditolak dalam jumlah 1.950 kJ di 20oC. Apakah
ketidaksetaraan Clausius puas dan siklus reversibel atau ireversibel?

Jawab :
Hitung kerja bersih, efisiensi siklus, dan efisiensi Carnot berdasarkan TH dan TL untuk siklus
ini.

Wnet  Qin  Qout  (3150  1950) kJ  1200 kJ

Wnet 1200 kJ
th    0.381 or 38.1%
Qin 3150 kJ
TL (20  273) K
th , Carnot  1   1  0.589 or 58.9%
TH (440  273) K

PRINSIP PERUBAHAN ENTROPI


Perubahan Entropi Sebagai Persyaratan Kesetimbangan.Telah diuraikan bahwa setiap proses
yang berlangsung secara spontan dalam sistem tersekat selalu disertai dengan peningkatan
entropi. Bila entropi sistem mencapai harga yang maksimum, maka entropi tidak akan dapat
berubah lagi dan bila ∆S = 0, keadaan ini akan tercapai apabila proses berjalan reversibel atau
apabila sistem mencapai kesetimbangan.
Pertimbangkan siklus yang terdiri dari dua proses: proses 1-2, yang merupakan sewenang-
wenang (reversibel atau ireversibel), dan proses 2-1, yang merupakan internal reversibel. Dari
ketidaksetaraan Clausius,
𝛿𝑄
∮ ≤0
𝑇
atau
2 1
𝛿𝑄 𝛿𝑄
∫ +∫ ( ) ≤0
1 𝑇 2 𝑇 𝑖𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑣

Integral kedua dalam hubungan sebelumnya diakui sebagai entropi mengubah S1 2 S2.
Karena itu,
2
𝛿𝑄
∫ + 𝑆1 − 𝑆2 ≤ 0
1 𝑇
yang dapat disusun kembali sebagai
2
𝛿𝑄
𝑆1 − 𝑆2 ≥ ∫
1 𝑇
Hal ini juga dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial sebagai
𝛿𝑄
𝑑𝑆 ≥
𝑇

di mana kesetaraan berlaku untuk proses reversibel internal dan ketidaksetaraan untuk proses
ireversibel. Kami dapat menyimpulkan dari persamaan ini bahwa perubahan entropi dari
sistem tertutup selama proses ireversibel adalah lebih besar dari yang tidak terpisahkan dari
dQ / T dievaluasi untuk proses itu. Dalam membatasi kasus proses reversibel, dua kuantitas
menjadi sama. Kami lagi menekankan bahwa T dalam hubungan ini adalah suhu
termodinamika di batas di mana dQ panas diferensial ditransfer antara sistem dan sekitarnya.
Kuantitas ∆𝑆 = 𝑆2 − 𝑆1 merupakan perubahan entropi sistem.Untuk proses reversibel,
2
menjadi sama dengan ∫1 𝛿𝑄/𝑇, yang mewakili perpindahan entropi dengan panas.

Tanda ketimpangan dalam hubungan sebelumnya adalah pengingat bahwa perubahan entropi
dari sistem tertutup selama proses ireversibel adalah selalu lebih besar dari transfer entropi.
Artinya, beberapa entropi yang dihasilkan atau dibuat selama proses ireversibel, dan generasi
ini adalah karena seluruhnya kehadiran ketidak dapat baliknya. Entropi yang dihasilkan
selama proses adalah disebut generasi entropi dan dilambangkan dengan sgen. Mencatat
bahwa perbedaan antara perubahan entropi dari sistem tertutup dan transfer entropi adalah
sama dengan entropi generasi dapat ditulis ulang sebagai persamaan sebagai
2
𝛿𝑄
∆𝑆𝑠𝑦𝑠 = 𝑆2 − 𝑆1 = ∫ + 𝑆𝑔𝑒𝑛
1 𝑇
Perhatikan bahwa generasi entropi sgen selalu kuantitas positif atau nol.Nilainya tergantung
pada proses, dan dengan demikian itu bukan milik sistem.Juga, dengan tidak adanya transfer
entropi, perubahan entropi dari suatu sistem adalah sama dengan generasi entropi.
Untuk sebuah sistem terisolasi (atau hanya sebuah sistem tertutup adiabatik), transfer panas
nol, mengurangi ke

∆𝑆𝑖𝑠𝑜𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 ≥ 0

Persamaan ini dapat dinyatakan sebagai entropi dari suatu sistem yang terisolasi selamaproses
selalu meningkatkan atau, dalam kasus membatasi proses reversibel,tetap konstan. Dengan
kata lain, tidak pernah berkurang. Ini dikenal sebagai Peningkatan prinsip entropi. Perhatikan
bahwa dengan tidak adanya transfer panas,Perubahan entropi disebabkan ketidak dapat
baliknya saja, dan efeknya selalu untuk meningkatkan entropi.

Entropi adalah properti yang luas, sehingga total entropi dari suatu sistem adalah sama dengan
jumlah dari entropi dari bagian-bagian dari sistem. Terisolasi sistem dapat terdiri dari
sejumlah subsistem. Sebuah sistem dan sekitarnya, misalnya, merupakan suatu sistem yang
terisolasi karena kedua dapat tertutup oleh batas sewenang-wenang yang cukup besar di mana
tidak ada panas, kerja, atau perpindahan massa. Oleh karena itu, sistem dan sekitarnya dapat
dilihat sebagai dua subsistem dari terisolasi sistem, dan perubahan entropi sistem terisolasi ini
selama proses adalah jumlah dari perubahan entropi dari sistem dan sekitarnya, yang adalah
sama dengan generasi entropi sejak sistem terisolasi tidak melibatkan entropi transfer. Itu
adalah,
𝑆𝑔𝑒𝑛 = ∆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑆𝑠𝑦𝑠 + ∆𝑆𝑠𝑢𝑟𝑟 ≥ 0

di mana kesetaraan berlaku untuk proses reversibel dan ketidaksetaraan untuk yang
ireversibel. Perhatikan bahwa DSsurr mengacu perubahan dalam entropi lingkungan sebagai
akibat dari terjadinya proses yang sedang dipertimbangkan.

Karena tidak ada proses yang sebenarnya benar-benar reversibel, kita dapat menyimpulkan
bahwa beberapa entropi dihasilkan selama proses, dan oleh karena itu entropi alam
semesta,yang dapat dianggap sebagai sistem yang terisolasi, secara terus menerus meningkat.
Semakin ireversibel proses, semakin besar entropi yang dihasilkan selama proses itu. Tidak
ada entropi dihasilkan selama proses yang dapat dibalik (𝑆𝑔𝑒𝑛 = 0).

Entropi meningkat alam semesta merupakan perhatian utama tidak hanya untuk insinyur
tetapi juga untuk filsuf, teolog, ekonom, dan lingkungan karena entropi dipandang sebagai
ukuran dari gangguan (atau "mixed-up-ness")
di alam semesta.
Peningkatan prinsip entropi tidak berarti bahwa entropi dari sistem tidak dapat berkurang.
Perubahan entropi dari suatu sistem bisa negatif selama proses (Gambar. 7-8), tapi generasi
entropi tidak bisa. Peningkatan prinsip entropi dapat diringkas sebagai berikut:
> 0 Irreversible process
𝑆𝑔𝑒𝑛 { = 0 Reversible process
< 0 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠

Perhatikan bahwa generasi entropi sgen selalu kuantitas positif atau nol.Nilainya tergantung
pada proses, dan dengan demikian itu bukan milik sistem.Juga, dengan tidak adanya transfer
entropi, perubahan entropi dari suatu sistem adalah sama dengan generasi entropi.

Hubungan ini berfungsi sebagai kriteria dalam menentukan apakah suatu proses adalah
reversibel, ireversibel, atau tidak mungkin.
Hal di alam memiliki kecenderungan untuk berubah sampai mereka mencapai
keadaan keseimbangan. Peningkatan prinsip entropi menyatakan bahwa entropi dari
suatusistem terisolasi meningkat sampai entropi sistem mencapai maksimum nilai. Pada saat
itu, sistem ini dikatakan telah mencapai keadaan setimbang sejak kenaikan prinsip entropi
melarang sistem dari menjalani perubahan dari negara yang menghasilkan penurunan entropi.

Beberapa Keterangan tentang Entropi


Mengingat diskusi sebelumnya, kita menarik kesimpulan berikut:
1. Proses dapat terjadi pada arah tertentu saja, tidak ke segala arah.Sebuah proses harus
melanjutkan ke arah yang sesuai dengan kenaikan prinsip entropi, yaitu, sgen $ 0. Sebuah
proses yang melanggar prinsip ini tidak mungkin. Prinsip ini sering memaksa kimia reaksi
datang ke berhenti sebelum mencapai penyelesaian.

2. Entropi adalah properti nonconserved, dan tidak ada hal seperti konservasi dari entropi
prinsip. Entropi adalah kekal selama ideal proses reversibel saja dan meningkat selama semua
proses yang sebenarnya.

3. Kinerja sistem rekayasa yang terdegradasi oleh kehadiran ketidak dapat baliknya, dan
generasi entropi adalah ukuran besaran dari ketidak dapat baliknya hadir selama proses itu.
Semakin besar sejauh dari ketidak dapat baliknya, semakin besar generasi entropi. Oleh
karena itu, entropi generasi dapat digunakan sebagai ukuran kuantitatif ketidak dapat baliknya
terkait dengan proses. Hal ini juga digunakan untuk menetapkan kriteria untuk
kinerjaperangkat rekayasa. Hal ini diilustrasikan lebih lanjut dalam Contoh 7-2.
Contoh soal :
Generasi entropi selama proses panas
Sebuah sumber panas pada 800 K kehilangan 2.000 kJ panas ke wastafel di (a) 500 K dan (B)
750 K. Tentukan proses yang transfer panas lebih ireversibel.
Solusi Panas ditransfer dari sumber panas untuk dua heat sink di berbagai suhu. Proses
perpindahan panas yang lebih ireversibel adalah ditentukan.

Analisis Panas ditransfer dari sumber panas untuk dua heat sink di berbagai
suhu. Proses perpindahan panas yang lebih ireversibel adalah
ditentukan.
Analisis Sebuah sketsa dari waduk ditunjukkan pada. Kedua kasus melibatkan perpindahan
panas melalui perbedaan suhu yang terbatas, dan karena itu keduanya ireversibel. Besarnya
berbaliknya yang terkait dengan setiap proses dapat ditentukan dengan menghitung perubahan
entropi total untuk setiap kasus.Total perubahan entropi untuk proses perpindahan panas yang
melibatkan dua waduk (Sumber dan tenggelam) adalah jumlah perubahan entropi setiap
reservoir sejak dua waduk membentuk sistem adiabatik.

Atau mereka? Pernyataan masalah memberi kesan bahwa dua waduk berada dalam kontak
langsung selama proses transfer panas. Tapi ini tidak bisa kasus karena suhu pada titik hanya
dapat memiliki satu nilai, dan dengan demikian
tidak bisa 800 K pada satu sisi titik kontak dan 500 K di sisi lain. Dengan kata lain, fungsi
temperatur tidak dapat memiliki diskontinuitas melompat.

Oleh karena itu, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa dua waduk dipisahkan oleh partisi
di mana suhu turun dari 800 K di satu sisi untuk 500 K (atau 750 K) di sisi lain. Dalam hal
ini, perubahan entropi dari partisi juga harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi perubahan
entropi total untuk proses ini. Namun, mengingat entropi yang adalah properti dan nilai-nilai
properti tergantung pada keadaan sistem, kita dapat menyatakan bahwa entropi perubahan
partisi adalah nol karena partisi tampaknya telah mengalami Proses stabil dan dengan
demikian tidak mengalami perubahan sifat pada setiap titik. Kami mendasarkan argumen ini
pada kenyataan bahwa suhu pada kedua sisi partisi dan seluruh tetap konstan selama proses
ini. Karena itu, kita dibenarkan untuk menganggap bahwa ∆𝑆𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0 sejak entropi (serta
energi) isi partisi tetap konstan selama proses ini.
Perubahan entropi untuk setiap reservoir dapat ditentukan dari Persamaan. 7-6 karena masing-
masing waduk mengalami suatu proses isotermal reversibel internal. (A) Untuk proses
perpindahan panas ke wastafel di 500 K:
𝑄𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 −200 𝑘𝐽
∆𝑆𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 = = = −2.5 kJ/K
𝑇𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 800 K

𝑄𝑠𝑖𝑛𝑘 2000 𝑘𝐽
∆𝑆𝑠𝑖𝑛𝑘 = = = +4.0 kJ/K
𝑇𝑠𝑖𝑛𝑘 500 K
dan
𝑆𝑔𝑒𝑛 = ∆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑆𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 + ∆𝑆𝑠𝑖𝑛𝑘 = (−2.5 + 4.0)𝑘𝐽/𝐾 = 1.5𝑘𝐽/𝐾
Oleh karena itu, 1,5 kJ / K entropi yang dihasilkan selama proses ini. mencatat bahwa kedua
waduk telah mengalami proses reversible internal, seluruh yang generasi entropi berlangsung
di partisi. (B) Mengulangi perhitungan pada bagian (a) untuk suhu tenggelam 750 K, kita
memperoleh

∆𝑆𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 = −2.5 𝑘𝐽/𝐾

∆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = +2.7 𝑘𝐽/𝐾


dan

∆𝑆𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 = ∆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (−2.5 + 2.7 ) kJ/K = 0.2 kJ/K


Total perubahan entropi untuk proses di bagian (b) lebih kecil, dan karena itu kurang
ireversibel. Ini diharapkan karena proses di (b) melibatkan perbedaan suhu yang lebih kecil
dan dengan demikian ireversibilitas lebih kecil.
Diskusi ketidak dapat baliknya terkait dengan kedua proses bisa dihilangkan dengan operasi
mesin panas Carnot antara sumber dan wastafel. Untuk hal ini dapat menunjukkan bahwa
∆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0 .
(Halliday David, 1985, hal 123 – 138)

PERUBAHAN ENTROPI PADA BERBAGAI PROSES


Proses perpindahan kalor isotermal adalah reversible secara internal. Proses perpindahan
kalor isotermal dapat ditentukan dengan melakukan integrasi

 Q 
2 2
 Q  2
S   
1
Q int rev 
T  int rev 1  T0  int rev T0 1
    
1

Jadi,

S 
Q
kJ / K 
T0
Dimana 𝑇0 adalah temperatur konstan dari sistem dan Q adalah perpindahan panas untuk
proses reversible secara internal. Persamaan tersebut berguna untuk menentukan perubahan
entropi dari reservoir energi kalor yang dapat menyearap atau memasok panas tanpa batas
pada temperatur konstan. Perubahan entropi dari sistem saat proses reversible secara internal.
Proses isotermal dapat positif ataupun negatif, tergantung arah perpindahan kalor.
Perpindahan kalor ke sistem meningkatkan entropi dari suatu sistem, sedangkan perpindahan
kalor dari sistem menurun. Faktanya, kehilangan kalor adalah satu-satunya cara entropi dapat
berkurang.

Contoh soal :
*Entropi berubah selama proses isotermal
Sebuah perangkat piston yang berbentuk silinder berisi campuran
cairan-uap air pada temperatur 30 K. Selama proses tekanan konstan,
750 kJ kalor ditransfer ke air. Akibatnya, bagian dari cairan di dalam
silinder menguap. Tentukan perubahan entropi air selama proses ini!
Solusi
Kalor ditransfer ke campuran cairan-uap air di piston silinder pada
tekanan konstan. Perubahan entropi air dapat ditentukan.
Analisis
Kita ambil seluruh air (uap air) di dalam silinder sebagai sistem (seperti gambar). Ini adalah
sistem tertutup karena tidak ada massa yang melintasi batas sistem selam aproses tersebut.
Kita catat bahwa temperatur sistem konstan pada 300 K selama proses ini, sejak temperatur
dari sebuah zat murni tetap konstan pada nilai jenuh selama perubahan fase pada tekanan
konstan. Sistem ini mengalami suatu proses reversible secara internal, proses isotermal,
sehingga perubahan entropi dapat ditentukan secara langsung, yait
Q 750kJ
S sys,isothermal    2,5 kJ / K
Tsys 300K

Diskusi
Perubahan entropi dari sistem ini bernilai positif, karena
perpindahan kalor terjadi di dalam sistem.

*Perubahan entropi zat di dalam sebuah tangki


Sebuah tangki keras berisi 5 kg dari pendingin-134a awalnya di
208C dan 140 kPa. Pendingin sekarang didinginkan sambil diaduk
sampai tetes tekanannya 100 kPa. Tentukan perubahan entropi pendingin selama proses ini!
Solusi
Pendingin di dalam tangki didinginkan sambil diaduk.
Asumsi
Volume tangki konstan dan dengan demikian v2=v1.
Analisis
Anggap pendingin di dalam tangki sebagai sistem, yang mana sistem tertutup karena tidak
ada massa yang melewati batas sistem selama proses. Perubahan entropi dari suatu zat
selama proses hanya berbeda anara nilai-nilai entropi awal dan akhir keadaan. Keadaan awal
pendingin telah diketahui. Volume selama proses ini tetap (konstan). Sifat-sifat pendingin di
kedua keadaan yaitu
Keadaan 1
P1  140 kPa
T1  20  C
s1  1,0625 kJ/kg  K
v1  0,16544 m 3 / kg
Keadaan2
P1  100 kPa
v 2  v1
v f  0,0007258 m 3 / kg
v g  0,19255 m 3 / kg

Pendingin adalah campuran cair-uap jenuh pada keadaan akhir sejak 𝑣𝑓 , 𝑣2 , 𝑣𝑔 pada tekanan
100 kPa.
v2  v f 0,16544  0,0007258
x2    0,859
v fg 0,19255  0,0007258
s2  s f  x2 s fg
s2  0,07182  (0,859)0,88008)  0,8278 kJ / kg  K

Perubahan entropi berlangsung selama proses, yaitu


S  m( s2  s1 )  (5kg)(0,8278  1,0625) kJ/kg  K
S  -1,173 kJ/K

*Perubahan entropi pada tekanan konstan


Sebuah perangkat piston-silinder awalnya berisi 3 lbm air cair pada 20 psia dan 708F. Air
dipanaskan pada tekanan konstan dengan penambahan panas 3450 Btu. Tentukan perubahan
entropi air selama proses ini!

Solusi
Cairan liquid di dalam piston-silinder dipanaskan pada tekanan konstan.
Asumsi
1. Tangki dalam keadaan diam dan energi kinetik dan energi potensial menjadi nol, ∆𝐾𝐸 =
∆𝑃𝐸 = 0,2 .
2. Proses ini setimbang
3. Tekanan tetUap konstasn selama proses dan dengan demikian 𝑃2 = 𝑃1
Analisis
Pada keadaan ini air dalam silinder sebagai sistem. Ini adalah sistem tertutup karena tidak
ada massa yang berpindah melewati batas sistem selama proses. Perangkat piston-silinder
biasanya melibatkan sebuah batas usaha, dan batas usaha Wb. Kalor dipindahkan ke sistem.
Air sebagai cairan yang terkompresi pada keadaan awal karena tekanannya lebih besar dari
tekanan saturasi 0,3632 psia pada 708 F. Air yang terkompresi sebagai cair jenuh pada suhu
tertentu, dengan sifat awal sebagai berikut
Keadaan 1
P1  20 psia
T1  70  C
s1  s f @ 70 F  0,07459 Btu/lbm  R
h1  h f @ 70 F  30,08 Btu/lbm

Pada keadaan akhir, tekanan masih 20 psia, tetapi perlu satu sifat untuk lebih tepatnya.
Ein  E out  E system
   
Net energy transferby heat, work, and mass Change in internal,kinetic,potensial,etc., energies

Q in Wb  U
Qin  H  m(h2  h1 )
3450 Btu  (3 lbm)( h2 - 38,08 Btu/lbm)
h 2  1188,1 Btu/lbm
Karena ∆𝑈 + 𝑊𝑏 = ∆𝐻 pada tekanan kontan pada keadaan setimbang. Kemudian,
Keadaan 2
P2  20 psia
h2  1188,1 Btu/lbm
s 2  1,7761 Btu/lbm  R

Perubahan entropi pada water selama proses yaitu


S  m( s 2  s1 )
S  (3 lbm )(1,7761  0,07459) Btu / lbm  R
S  5,105 Btu/R

DIAGRAM TS
Untuk setiap jumlah kalor infinitesimal yang memasuki system dalam bagian infinetisimal
suatu proses terbalikkan, persamaannya ialah :

Qnet
dS 
T
Qnet  TdS

atau perpindahan panas tambahan dalam proses adalah produk dari suhu dan diferensial
entropi, daerah diferensial bawah kurva yang diplotkan pada diagram T-S.

Pada gambar di atas, perpindahan panas dalam proses reversible internal ditampilkan sebagai
daerah di bawah kurva yang diplotkan pada diagram T-S.

Jadi, jumlah total kalor yang dipindahkan dalam proses terbalikkan adalah :

Integral ini dapat ditafsirkan secara grafis sebagai luas dibawah kurva pada diagram T yang
dirajah sepanjang sumbu Y dan S sepanjang sumbu X. sifat kurva pada diagram T-S
ditentukan oleh jenis proses terbalikkan yang dilaksanakan oleh system itu.
Untuk isotermal, proses reversibel, suhu konstan dan integral untuk menemukan perubahan
entropi mudah dilakukan. Jika sistem memiliki suhu konstan yaitu To perubahan entropi
menjadi :

Untuk Adiabatik, Proses Reversible (isentropik)

Untuk proses adiabatik, di mana tidak ada transfer panas, maka perubahan entropi adalah

Pada proses ini adiabatik dan reversibel, kesetaraan berlaku dan perubahan entropi adalah

S  S2  S1  0
S2  S1
Atau per-unit bassis massa :

S
s
m
s2  s1

Pada adiabatik, proses reversible adalah proses entropi konstan dan disebut isentropik. Seperti
yang akan ditampilkan kemudian untuk gas ideal, pada adiabatik proses reversibel adalah
sama dengan proses politropis mana politropis eksponen n = k = Cp / Cv.
Prinsip peningkatan entropi untuk sistem tertutup bertukar panas dengan lingkungannya pada
Tsurr suhu konstan ditemukan dengan menggunakan persamaan untuk entropi yang dihasilkan
untuk suatu sistem yang terisolasi.

Surroundings
Tsurr
A general closed system (a
cup of coffee) exchanging Qout, sys
heat with its surroundings
System
Boundary
S gen  Stotal  Ssys   Ssurr  0
Ssys  ( S2  S1 ) sys
Qnet , surr
 S surr 
Tsurr
Qnet , surr
S gen  Stotal  m( s2  s1 ) sys  0
Tsurr
dimana,
Qnet , surr  Qnet , sys  (0  Qout , sys )  Qout , sys
*Pengaruh perpindahan panas pada Entropi
Dengan menerapkan hukum kedua untuk situasi berikut. Pertimbangkan transfer panas dari
reservoir panas pada suhu T untuk reservoir panas pada suhu T - T> 0 di mana T> 0,
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

HR
Two heat reservoirs
at exchanging heat over
T a
finite temperature
Q difference

HR
at
T-T

Hukum kedua untuk sistem terisolasi terdiri dari dua waduk panas

S gen  Stotal  S sys   S surr  0


S gen  Stotal  S HR @T  S HR @T  T

Secara umum, jika secara internal reversible adalah :

Q Q
S gen  STotal  
T T  T
Sekarang sebagai T  0, Sgen 0 .Oleh karena itu, untuk reversibel perpindahan panas,
maka T harus kecil. Apabila T besar, Sgen meningkatkan dan proses menjadi ireversibel.

Contoh soal :
Cari total perubahan entropi atau generasi entropi untuk transfer 1000 kJ energi panas dari
reservoir panas pada 1000 K untuk reservoir panas pada 500 K.

HR
at T Areas
T=100 = 1000 kJ
0K
1000 K
Q=1000 kJ

HR 500 K
at
T-T =
500K

Hukum kedua untuk sistem terisolasi adalah 0 1 2 S, kJ/K


Q Q
S gen  STotal  
T T  T
1000kJ 1000kJ
 
1000 K 500 K
kJ
 ( 1  2)
K
kJ
1
K

PERUBAHAN ENTROPI ZAT PADAT DAN ZAT CAIR


Entropi dapat berubah dalam reaksi kimia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (a)
perubahan komposisi atom-atom; (b) perubahan fase; (c) perubahan dalam susunan/struktur.
Contoh, reaksi penguraian kalium klorat dengan katalis mangan dioksida. Persamaan
kimianya:
Penguraian termal kalium klorat menghasilkan peningkatan entropi sangat besar, sebab dua
mol pereaksi berwujud padat diubah menjadi dua mol yang juga padat dan tiga mol berwujud
gas. Kelebihan tiga mol gas ini mengakibatkan peningkatan entropi sangan besar, yaitu
808,14 J/K. Sebaliknya, pada reaksi pembentukan gas amoniadari unsur-unsurnya dengan
persamaan:

Terjadi pengurangan jumlah mol gas, dari empat mol diubah menjadi 2 mol sehingga
entropinya turun. Perubahan entropinya =-198,55 J/K. Dalam reaksi yang tidak terjadi
perubahan dalam jumlah mol maupun perubahan fasa, entropinya sukar diramalkan. Contoh :

Satu mol ion tembaga (II) bereaksi dengan satu mol logam seng membentuk satu mol logam
tembaga dan satu mol ion seng (II). Untuk reaksi tersebut sukar diramalkan, apakah
entropinya meningkat atau menurun. Perubahan entropi hanya dapat ditentukan dari
perbedaan struktur antara kristal tembaga dan seng serta perbedaan jumlah hidrasi dari kedua
ion dalam larutan. Menurut perhitungan, reaksi tersebut menghasilkan perubahan entropi
sekitar -21,0 J/K.
Contoh soal :
Pengaruh entropi padat dan cair

Metana cair umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi kriogenik. Kritis suhu metana
adalah 191 K (atau 82 ° C), dan dengan demikian metana harus dipertahankan di bawah 191
K untuk tetap dalam fase cair. Sifat cairan metana pada berbagai suhu dan tekanan yang
diberikan pada Tabel 8-1. Menentukan perubahan entropi metana cair karena mengalami
proses dari 110 K dan 1 MPa sampai 120 K dan 5 MPa (a) menggunakan properti ditabulasi
dan (b) mendekati metana cair sebagai zat mampat. Apakah yang kesalahan yang terlibat
dalam kasus yang terakhir?

Solusi
metana cair mengalami proses antara dua negara yang ditentukan. Perubahan entropi metana
akan ditentukan dengan menggunakan data aktual dan dengan asumsi metana menjadi
mampat.

Analisis
(a) Kami menganggap massa satuan metana cair (Gbr. 8-29). Sifat metana pada keadaan awal
dan akhir yang

Bagian 1 𝑃1 = 1 MPa 𝑆1 = 4.875 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾


𝑇1 = 110 K 𝐶𝑝1 = 3.471 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
Bagian 2 𝑃2 = 5 MPa 𝑆2 = 5.145 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
𝑇2 = 120 𝐾 𝐶𝑃2 = 3.486 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
Karena itu,
∆𝑆 = 𝑆2 − 𝑆1 = 5.145 − 4.875 = 0.270 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
(b) Mendekati metana cair sebagai zat mampat, entropi nya perubahan bertekad untuk
menjadi
𝑇2 120 𝐾
∆𝑆 = 𝐶𝑎𝑣𝑔 ln = (3.4785 𝑘𝐽/𝐾 ∙ 𝐾) ln = 0.303 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
𝑇1 110 𝐾
Since
𝐶𝑝1 + 𝐶𝑝2 3.471 + 3.486
𝐶𝑎𝑣𝑔 = = = 3.4785 𝑘𝐽/𝑘𝑔 ∙ 𝐾
2 2

PERUBAHAN ENTROPI ZAT MURNI


Entropi adalah properti, dan dengan demikian nilai entropi dari suatu sistem adalah tetap
setelah keadaan dari sistem adalah tetap. Menentukan dua intensif independen .Sifat
perbaikan keadaan sistem kompresibel sederhana, dan dengan demikian nilai entropi, serta
nilai-nilai properti lainnya di bagian itu. Mulai dengan hubungannya mendefinisikan,
perubahan entropi suatu zat dapat dinyatakan dalam properti lainnya .Tapi secara umum, ini
hubungan yang terlalu rumit dan tidak praktis untuk digunakan untuk perhitungan tangan.
Oleh karena itu, menggunakan state referensi yang cocok, entropi zat dievaluasi dari data
properti terukur berikut agak terlibat perhitungan, dan hasilnya ditabulasi dengan cara yang
sama seperti yang lain properti seperti v, u, dan h . Nilai-nilai entropi dalam tabel properti
diberikan relatif terhadap sewenang-wenang bagian referensi. Dalam tabel uap entropi cairan
jenuh sf pada 0.01 ° C adalah ditugaskan nilai nol. Untuk refrigerant-134a, nilai nol
ditugaskan cairan jenuh pada 40 ° C. Nilai-nilai entropi menjadi negatif pada temperatur di
bawah nilai referensi.

Nilai entropi pada keadaan tertentu ditentukan seperti milik yang lain. Dalam cairan
terkompresi dan superheated daerah uap, dapat diperoleh langsung dari tabel di bagian
tertentu. Dalam campuran jenuh wilayah itu ditentukan dari s = sf + xsfg di mana x adalah
kualitas dan sf dan SFG jenuh nilai yang tercantum dalam tabel kejenuhan.
Dengan tidak adanya data cair terkompresi, entropi cairan terkompresi
dapat didekati dengan entropi cairan jenuh di diberikan
suhu: s @ T, P  sf @ T

(Fig. 6-10)

Perubahan entropi dari massa m ditentukan (sistem tertutup) selama proses :

Entropi-perubahan dan hubungan isentropik untuk proses dapat diringkas sebagai berikut:
yang merupakan selisih antara nilai-nilai entropi pada akhir dan awal bagian.Ketika
mempelajari aspek kedua hukum proses, entropi umumnya digunakan sebagai koordinat pada
diagram seperti T-s dan diagram h-s. Itu
Karakteristik umum dari T-s diagram zat murni ditunjukkan pada gambar dibawah dengan
menggunakan data untuk air. Perhatikan dari diagram ini bahwa constant volume yang garis
curam daripada garis tekanan konstan dan tekanan konstant yang garis sejajar dengan garis
konstan suhu di jenuh cair-uap wilayah campuran. Juga, garis tekanan konstant hampir
bertepatan dengan garis cair jenuh di wilayah cair terkompresi.

Contoh soal :
Sebuah tangki kaku berisi 5 kg dari refrigeran-134a awalnya di 20C dan 140 kPa. refrigeran
didinginkan sampai tekanannya turun menjadi 100 kPa. Menentukan perubahan entropi
refrigeran selama proses ini.

JAWAB :
Volume konstan : v1=v2
Bagian pertama : P1=140 kPa, T1=20C, from table A-10
s1=1.0532(kJ/kg K), v1=0.1652(m3/kg)
bagian akhir: P2=100 kPa, and v2=v1=0.1652 (m3/kg)
vf=0.0007258(m3/kg)
3
g=0.1917(m /kg)
since vf< v2< vg it is inside the saturation region
x2=(v2-vf)/vfg=(0.1652-0.0007258)/0.191=0.865
sf = 0.0678, sg = 0.9395
s2 =sf + x2(sg-sf)
= 0.0678 + 0.865(0.9395-0.0678) = 0.822
DS = m(s2 - s1) = (5)(-0.231) = -1.157 (kJ/kg K)

HUBUNGAN T dS
Untuk setiap jumlah kalor infinitesimal yang memasuki system dalam bagian infinitesimal
suatu proses terbalikkan,persamaannya ialah
𝑑𝑄𝑅 = 𝑇 𝑑𝑆
Jadi jumlah total kalor yang dipindahkan dalam proses terbalikkan ialah

𝑄𝑅 = ∫ 𝑇 𝑑𝑆
𝑖

Integral ini dapat ditafsirkan secara grafis sebagai luas di bawah kurva pada diagram T yang
dirajah sepanjang sumbu Y dan S sepanjang sumbu X. Sifat kurva pada diagram TS
ditentukan oleh jenis proses terbalikkan yang dilaksanakan oleh sistem itu. Jelaslah bahwa
prose isotherm digambarkan sebagai garis horizontal.
Dalam kaus proses adiabtik terbalikkan,kita dapat
𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 =
𝑇

dan 𝑑𝑄𝑅 = 0
sehingga jika T tidak nol,
𝑑𝑆 = 0
dan S adalah tetapan. Jadi,selama proses adiabatic terbalikkan berlangsung,entropi system
tetap, atau dengan perkataan lain system mengalami proses isentrop. Jelaskan bahwa proses
isotrop dalam diagram TS digambarkan sebagai garis vertical.
Jika kedua setimbang berdekatan infinitesimal, maka :
𝑑𝑄 = 𝑇 𝑑𝑆 0
𝑑𝑄 𝑑𝑆
=𝑇
𝑇 𝑑𝑇
dan
Pada volum tetap,

𝑑𝑄 𝜕𝑆
( ) = 𝐶𝑉 = 𝑇 ( ) ;
𝑑𝑇 𝜕𝑇 𝑉

dan pada tekanan tetap,


𝑑𝑄 𝜕𝑆
( ) = 𝐶𝑉 = 𝑇 ( )
𝑑𝑇 𝜕𝑇 𝑉

Jika variasi temperature CV diketahui,perubahan entropi selama proses isovolum berlangsung


dapat dihitung dari persamaan
𝑓 𝐶𝑣
𝑆𝑖 − 𝑆𝑓 = ∫𝑖 𝑑𝑇 (isovolum)
𝑇

Demikian juga untuk proses isobar,


𝑓 𝐶𝑣
𝑆𝑖 − 𝑆𝑓 = ∫𝑖 𝑑𝑇 (isobaric)
𝑇

Persamaan tersebut memberikan cara umum untuk menghitung perubahan entropi,tetapi


bukan cara untuk menghitung entropi mutlak suatu system dalam keadaan tertentu. Jika
sekumpulan tabel diperlukan untuk mendapatkan perbedaan entropi dan bukan entropi
mutlak, prosedurnya dapat dipermudah dengan memilih keadaan baku sekehendak dan
menghitung perubahan entropi system dari keadaan baku ke keadaan lainnya. Jadi,dalam
kasus air, keadaan bakunya dipilih air jenuh pada 0,01°C dan tekanan uapnya sendiri 611 Pa.
Entropinya dihitung terhadap keadaan acuan ini.
Kemiringan kurva pada diagram TS yang menggambarkan proses isovolum terbalikkan,
menurut persamaan (8.6) ialah

𝜕𝑇 𝑇
( ) =
𝜕𝑆 𝑉 𝐶𝑉

Dan dari persamaan (8.7),kemiringan isobar terbalikkan ialah


𝜕𝑇 𝑇
( ) =
𝜕𝑆 𝑃 𝐶𝑃
Contoh Soal :
T-S Diagram Siklus Carnot

Tampilkan siklus Carnot pada diagram T-S dan menunjukkan daerah yang mewakili panas
disediakan QH, panas ditolak QL, dan output kerja bersih wnet, keluar pada diagram ini.
Solusi
Siklus Carnot Yang akan ditampilkan PADA diagram T-S, dan daerah adalah yang mewakili
QH, QL, Dan wnet, Keluar Harus ditunjukkan.

Analisis
Ingat bahwa siklus Carnot terdiri dari dua isotermal reversibel (T 5 konstan) proses dan dua
isentropik proses (s 5 konstan). Empat proses ini membentuk persegi panjang pada diagram
T-S, seperti ditunjukkan pada Gambar diatas.
Pada diagram T-S, area di bawah kurva proses mewakili panas mentransfer untuk proses itu.
Dengan demikian A12B daerah merupakan QH, daerah A43B mewakili QL, dan perbedaan
antara dua (daerah dalam warna) ini sejak mewakili pekerjaan .

𝑊𝑛𝑒𝑡,𝑜𝑢𝑡 = 𝑄𝐻 − 𝑄𝐿

Oleh karena itu, daerah tertutup oleh jalan siklus (area 1234) pada T-S diagram merupakan
kerja bersih. Ingat bahwa daerah tertutup oleh jalan siklus juga merupakan pekerjaan bersih
pada diagram P-V.
KUMPULAN SOAL – SOAL HOTS TERMODINAMIKA
1. Suatu gas ideal monoatomic di dalam ruang tertutup mempunyai tekanan 1,2 x 105 Padan
volume air 40 liter. Bila gas memuai secara isobaric sehingga volumenya menjadi 50 liter,
maka gas akan menyerap kalor darilingkungan sebesar 2 x 103 J . pada akhir proses
Pernyataan yang tepat adalah ?
1) Suhu gas akan bertambah
2) Gas melakukan usaha sebesar 1,2 x 103 J
3) Gas mengalami perubahan energy dalam 800 J
4) Massa jenis gas bertambah

2. Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga
volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha luar gas
tersebut!

3. 1,5 m3 gas helium yang bersuhu 270 C dipanaskan secara isobarik hingga suhunya
meningkat 600 C dari suhu awal. Jika tekanan gas helium 2 x 105 N/m2 , gas helium
melakukan usaha luar sebesar....

4. Sebuah mesin uap yanag mempunyai efesiensi75% dari efesiensi idealnya bekerja didua
reservoir panas yang temperaturnya T1 dan T2 = 2470 C . Daya mesin uap tersebut 1500
W . Jika besarnya kalor yang diserap oleh reserviior panas adalah 4000 J , temperature T1
adalah ?

5. Sebuah mesin kalor real dalam suatu siklusnya menyerap kalor 900 joule dari reservoir
bertemperatur 3500 C dalam setiap siklusnya, mesin tersebut melepaskan kalor sebesar
700 joule ke reversior bertemperatur 200 C. nilai efesiensi tersebut yang mungkin adalah?
Pembahasan
1. Diketahui :
P = 1,2 x 105 Pa, V1 = 40 L = 0,04 m3 , V2 = 50 L = 0,05 m3 , Q = 2x103 J

Pada proses isobaric, tekanan tetap sehingga berlaku :


 T2 = 5/4 T1
 T2 = 1,25 T1
Karena T2 lebih besar dari T1 maka suhu gas bertambah benar .

Usaha yang dilakukan gas untuk proses isobaric :


W = P (V2 - V1 )
=1,2 x 105 ( 0,05 - 0,04 )
= 1,2 x 103 J
Maka Pernyataan 2 juga benar

Karena pernyataan 1 dan 2 benar maka pernyataan 3 juga benar.


masa jenis dirumuskn sebagai berikut p = m/V .
dari rumus tersebut dapat kita lihat bahwa massa jenis gas berbanding terbalik
dengan volume gas. Karena volume gas bertambah dan massanya tetap, maka massa
jenis gas berkurang. Artinya pernyataan 4 salah.

Jadi pernyataan yang tepat adalah pernyataan 1, 2 dan 3


2. Diketahui :
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap
W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0)
= 5,05 x 105 joule
3. Diketahui:
V1 = 1,5 m3
T1 = 270 C = 300 K
T2 = 870 C = 360 K
P = 2 x 105 N/m2
W = PΔV
Mencari V2 :
=

V2 =( ) x T2

=( ) x 360 = 1,8 m3

W = PΔV
= 2 x 105(1,8 − 1,5)
= 0,6 x 105
= 60 x 103
= 60 kJ
4. Diketahui:
ƞmv = 75 % efesiensi ideal
T2 = 2470 C = 520 K
P = 1500 W
Q1 = 4000 J
T1 =?
Dijawab;
Pada awal , disebutkan bahwa daya mesin uap adalah 1500 W atau dapat ditulis
dengan 1500 J/s . dengan demikian, dalam 1 sekon usaha yang dilakukan sebanyak
1500 J .
Mula-mula, tentukan efesiensi mesin uap
ƞmv =

= 37.5 %
Oleh karena efeiensi mesin uap 75 % dari idealnya maka ;
ƞmv = 75 % efesiensi ideal
 )

 T1 = 1040 K = 7670 C
Jadi temperature T1 = 7670 C
5. Diketahui:
Q1 = 900J
T1 = 2500 C = 623 K
Q2 = 700 J
T2 = 200 C = 293 K
ƞmv= ?
Dijawab:
Mula-mula tentukan usaha yang dilakukan oleh mesin
W = Q1 - Q2
= 900 J - 700 J
= 200 J
Kemudian tentukan efesiensi mesin
ƞmv =

= 22.23 %
= 0.22
Selanjutnya tentukan efesiensi mesin carnot
=

= 52.96 %
= 0.53
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Yunus A dan Michael A Boles. 2008. Introduction to Thermodynamics and Heat
Transfer 2nd Edition. New York : McGraw-Hill Education.
Cengel, Yunus A dan Michael A Boles. 2015. Thermodynamics : An Engineering Approach,
Eight Edition. New York : McGraw-Hill Education.
Cutnell, John D. dan Kenneth W. Johnson. 2013. Introduction to Physics. Singapore : John
Wiley & Sons Singapore Pte.
Fauzi Bakri, M.Si & Dr. Esmar Budi. 2015. Fisika Termodinamika. Jakarta : Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNJ
Giancoli, Douglas C. 2001. Física Edisi relima, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Halliday, David. 1985. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga
Hamid, Ahmad Abu. 2007. Diktat Kuliah Termodinamika. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hugh, D Young. 2004. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.
Tipler, Paul A. 2002. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Zemansky, Mark W. dan Richard H. Dittman. 1976. Heat And Thermodynamics. USA :
McGraw-Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai