Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS DASAR

PERCOBAAN V
IODOMETRI DAN IODIMETRI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : AFRIZA DWI SINTA


NPM : 10060314051
KELOMPOK :5
SHIFT :B
ASISTEN : ILHAM KHOLIKUL R,S,FARM
TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN 9 2015
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN : SENIN 23 MARET 2015

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LABORATORIUM TERPADU UNIT A
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2015/1436 H
I. TUJUAN
Untuk dapat menguasai prinsip dan prosedur analisis kuantitatif dengan

metode volumetri berupa Reaki Iodometri dan Iodimetri.

II. TEORI
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya
metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya
praktis dan tidak benyak masalah dan mudah.
1. Iodimetri

iodimetri atau langsung

Merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2) dan


digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau dengan kata
lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup
kuat seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah
(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung
pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan
tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif.
Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri
merupakan oksidator yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji
(reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I2 ) sebagai larutan
standart.(Underwood,1986)
2. Iodometri
Proses iodometri atau tak langsung
Merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4 5H2O. Pada
Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida
berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan
larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai
titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator) mula-mula direaksikan
dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan
larutan tiosulfat.
Reaksinya : oksidator + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 (Underwood,1986)
Reaksi redoks
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron
sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana
atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya
pada reduktor , atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi .
Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada
suatu senyawa, tidak kepada atom saja.
(Khopkar, 1990)

Indikator kanji
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indiator sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung
kepada pelarut seperti karbon tetra klorida atau klorofom, dan kadang-
kadang ini digunakan dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim
digunakan suatu larutan (dispesi koloid) kanji, karena warna biru tua
kompleks pati iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iodium. Kepekaan
itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan
netral dan lebih besar dengan adanya ion iodide.
Kanji sebetulnya tidak larut dalam air, tetapi terdispersi berupa koloid.kanji
dengan adanya I- Dengan I2 bereaksi membentuk kompleks berwarna biru
intensif (I2 Diadsorpsi oleh larutan kanji)

Analisa Bahan
Na2S2O3
- Bentuk kristal putih dengan rasa dingin pahit
- Larut dalam air dan minyak terpentin, tidak larut dalam alkohol
- Dapat membentuk asam sulfat dan sulfur dalam larutan air
- Biasanya tersedia dalam bentuk Na2S2O3.5H2O
(Pringgodigdo, 1973)
2.8.2 Akuades
- BM = 18,016; titik didih = 100 oC; titik leleh = 0 oC
- Cairan tak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
- Larut dalam dietil alkohol dan dietil eter , bersifat polar dan pH = 7
(Basri,1996)
NH4OH
- Tidak berwarna sangat berbau,
- Densitas(25oC) =0,9; titik leleh = -74 oC; titik didih = -30,9 oC
- Larut dalam air dan alkohol
- Reaksi eksoterm dengan H2SO4 maupun asam mineral kuat
2NH4OH + H2SO4 (NH4)SO4 + 2H2O
(Daintith,1994)
K2Cr2O7
- Padatan kristal berwarna merah dan bersifat racun
- Larut dalam air
- bersifat oksidator kuat
- Titik leleh = 396oC; densitas =2,76 g/mL
- Terdekomposisi pada suhu 500 oC (Mulyono, 1997)
CuSO4
- Berbentuk kristal biru, berwarna putih saat terdehidrasi
- beracun, massa jenis = 2,284
- agak larut dalam gliserin, larut dalam air
(Daintith,1994)
2.8.8 Indikator amilum
- putih, amorf, tidak berasa
- tidak larut sempurna dalam air dingin, alkohol eter
- membentuk gel dengan air panas, terdekomposisi saat di panaskan
(Basri, 1996)

III. ALAT DAN BAHAN

NO ALAT-ALAT BAHAN-BAHAN
1 BURET Kanji
2 LABU TAKAR
3 CuSO4
ERLENMEYER
4 STATIP DAN KLEM H2SO4
BURET
5 K2Cr2O7
6 PIPET TETES
8 PIPET VOLUM Aquadest
9 PIPET GONDOK
10 GELAS UKUR CuSO4
11 GELAS KIMIA Na2S2O3
HOT PLATE HCl

IV. PROSEDUR

1. Percobaan ke 1

Dibuat larutan Baku Primer K2Crr2O7 0,01 N , kemudian di

masukan K2Cr2O7 ke dalam labu erlenmeyer. Selanjutnya pipet 25 ml

K2Cr2O7. Buret yang sudah dibersihakan , di bilas dengan larutan

Na2S2O3 lalu di isi dengan larutan Na2S2O3.Lalu K2Cr2O3


Ditambahkan 15 ml KI 10% dan di tambahkan 10 mL HCl 4N.Segera

dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning

muda.Selanjutnya di tambahkan 5 cc larutan kanji.Kemudian dititrasi

lagi dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna hijau muda.(Titik

akhir)Di catat keadaan Buret. (Di lakukan duplo)

2. Percobaan ke 2

Di encer kan larutan CuSO4 sampai 100 mL atau tanda batas

.Lalu di pipet 25 mL kemudian di masukan ke dalam labu

titrasi.Ditambahkan 15 mL H2SO4 4N dan di tambahkan 1 gram KI

atau 15 ml KI 10% (Di biarkan dulu 1menit agar berekasi dan labu

ukur di tutup dengan kertas).Selanjutnya di titrasi dengan larutan

Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dari berwarna Coklat ke warna kuning

muda.Kemudian di tambahkan 2 mL kanji , larutan akan berubah

menjadi warna Biru.Di titrasi lagi dengan larutan Na2S2O3 sampai

larutan berwarna Kehijauan (tetap warna biru hilang).Titik Akhir di

capai ketika semua I2 bereaksi dengan Na2S2O3.Di catat volume Buret

yang di pakai.(Di lakukan duplo)


V. PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

No Perhitungan
1
Konsentrasi 0,1 N K2Cr2O7

K = 2 x 39 = 78

Cr = 2 x 52 = 104

O = 7 x 16 = 112

78+104+112 = 294
Gr = 0,01 N x 1/6 294 x 500
______________________
1000
0,01N x 49 x 500
______________ =0,245
1000

2
Konsentrasi Na2S2O3
Na = 23 x 2 = 46
S = 32 x 2 = 64
O = 6 x 3 = 48
0,01 x 1/2 248,18 x 1000
____________________ = 1,2409 g
1000
3
Pengenceran V1 x N1 = V2 x N2
Na2S2O3 = K2Cr2O7

V1 = 100 x 0,05
_____________ =10 ml
0,5
V1 x N1 = V2 X N2
_________
V1

N1 = 25 x 0,01
_______ = 0,04
5,5

4 Konsentrasi CuSO4
V1 x N1 = V2 X N2
N2 = V2 X N2
_________
V2
N2 = 2,5 x 0,04
_________ = 4 x 10 -3
25

Kadar Cu2+ = 0,0004 x 63,57


= 0,25 N gr/ml

A. Pengamatan

1. Percobaan ke 1

Percobaan ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu

titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium direaksikan dengan

iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium

thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat

sendiri adalah K2Cr2O7.

Setelah larutan Baku Primer K2Cr2O7 0,01 N di dapatkan

sebanyak 0,245 gram , kemudian di masukan K2Cr2O7 ke dalam labu

ukur dan diberi aquadest sebanyak 500ml. Selanjutnya siapkan 2 labu

erlenmeyer dan pipet 25 ml K2Cr2O7 , dimasukan 25 ml K2Cr2O7 ke


dalam labu erlenmeyer.Buret yang sudah dibersihakan , di bilas

dengan larutan Na2S2O3 lalu buret di isi dengan larutan Na2S2O3

sampai 50 mL.Lalu larutan K2Cr2O7 yang berada di labu erlenmeyer

ditambahkan 15 ml KI 10% larutan tetap berwarna kuning

muda.Ketika di tambahkan 10 mL HCl 4N larutan yang awalannya

berwarna kuning berubah menjadi warna coklat.Slanjutnya K2Cr2O7

dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning

muda, volume yang digunakan saat titrasi sampai 35,5 mL. Lalu di

tambahkan 5 ml larutan kanji yang terjadi larutan berubah menjadi

warna hijau kehitaman.Kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3

sampai larutan berwarna hijau , volume yang digunakan untuk titrasi

dari awalnya 35,5 mL ke 41,9 ml.Saat di diamkan terdapat

endapan.Dari prosedur kerja seharunya di lakukan duplo tetap terjadi

kesalahan larutan

2. Percobaan ke 2

Sesuai perhitungan di ambil 1,2484 gram CuSO4 di encer kan

larutan CuSO4 sampai 100 mL atau tanda batas.Sesuai perhitungan

pengenceran CuSO4 di pipet 10 mL di encerkan kembali sebanyak 100

mL.Lalu di pipet 25 mL kemudian di masukan ke dalam labu

titrasi.Larutan CuSO4 yang ada di labu titrasi ,d itambahkan 15 mL

H2SO4 4N dan di tambahkan 1 gram KI atau 15 ml KI 10% (Di

biarkan dulu 1menit agar berekasi dan labu ukur di tutup dengan
kertas) larutan menjadi berwarna coklat.Selanjutnya Larutan CuSO4 di

titrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan mengalami

perubahan warna dari Coklat ke warna kuning muda.Kemudian di

tambahkan 2 mL kanji , larutan akan berubah menjadi warna hijau ke

biru.Di titrasi lagi dengan larutan Na2S2O3 sampai larutan berwarna

Kehijauan ( warna biru hilang).Pada pentitrasian Pertama volume

Na2S2O3 yang digunakan 10 mL lalu titrasi setelah diberi kanji adalah

13 mL. Saat pentitrasi Kedua karena percobaan di lakukan duplo

volume Na2S2O3 yang digunakan 27,6 mL lalu titrasi setelah di beri

kanji adalah 34,6 mL.

B. PEMBAHASAN

1. Percobaan ke 1

Setelah larutan Baku Primer K2Cr2O7 0,01 N di dapatkan

sebanyak 0,245 gram , kemudian di masukan K2Cr2O7 ke dalam labu

ukur dan diberi aquadest sebanyak 500ml. Selanjutnya siapkan 2 labu

erlenmeyer dan pipet 25 ml K2Cr2O7 , dimasukan 25 ml K2Cr2O7 ke

dalam labu erlenmeyer.Buret yang sudah dibersihakan , di bilas

dengan larutan Na2S2O3 lalu buret di isi dengan larutan Na2S2O3

sampai 50 mL.Lalu larutan K2Cr2O7 yang berada di labu erlenmeyer


ditambahkan 15 ml KI 10% larutan tetap berwarna kuning

muda.Ketika di tambahkan 10 mL HCl 4N larutan yang awalannya

berwarna kuning berubah menjadi warna coklat.Fungsi penambahan

HCl dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam sebab

larutan yang terdiri dari kalium dikromat dan kalium iodida berada

dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah.Dan dari

penambahan HCl yaitu hanya sebagai katalis atau mempercepat suatu

reaksi.Selanjutnya K2Cr2O7 dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai

larutan berwarna kuning muda, volume yang digunakan saat titrasi

sampai 35,5 mL. Lalu di tambahkan 5 ml larutan kanji yang terjadi

larutan berubah menjadi warna hijau kehitaman.Kegunaan larutan

kanji untuk mempermudah dan memperjelas melihat perubahan warna

saat titik akhir titrasi.Larutan kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3

sampai larutan berwarna hijau , volume yang digunakan untuk titrasi

dari awalnya 35,5 mL ke 41,9 ml.Saat di diamkan terdapat

endapan.Dari prosedur kerja seharunya di lakukan duplo tetap terjadi

kesalahan larutan

2. Percobaan ke 2

Sesuai perhitungan di ambil 1,2484 gram CuSO4 di encer kan larutan

CuSO4 sampai 100 mL atau tanda batas.Sesuai perhitungan

pengenceran CuSO4 di pipet 10 mL di encerkan kembali sebanyak 100


mL.Lalu di pipet 25 mL kemudian di masukan ke dalam labu

titrasi.Larutan CuSO4 yang ada di labu titrasi ,d itambahkan 15 mL

H2SO4 4N dan di tambahkan 1 gram KI atau 15 ml KI 10% (Di biarkan

dulu 1menit agar berekasi dan labu ukur di tutup dengan kertas)

larutan menjadi berwarna coklat. Penambahan padatan KI bertujuan

untuk pembentukan iodium.Penambahan KI seharusnya di tambahkan

sebelum H2SO4, tetapi hal ini umtuk menghindari terjadinya

penguapan KI oleh sinat matahari yang akan menyebabkan tidak

terjadinya reaksi.Dan penggunaan Erlenmeyer asah atau tutup berguna

untuk mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam

sampel.Selanjutnya Larutan CuSO4 di titrasi dengan larutan Natrium

Tiosulfat (Na2S2O3) dan mengalami perubahan warna dari Coklat ke

warna kuning muda.Kemudian di tambahkan 2 mL kanji , larutan akan

berubah menjadi warna hijau ke biru. Penambahan indikator kanji ini

dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang terjadi pada

larutan tersebut. Bertemunya I2 dengan kanji ini akan menyebabakan

larutan berwarna biru kehitaman.Di titrasi lagi dengan larutan Na2S2O3

sampai larutan berwarna Kehijauan ( warna biru hilang).Pada

pentitrasian Pertama volume Na2S2O3 yang digunakan 10 mL lalu

titrasi setelah diberi kanji adalah 13 mL. Saat pentitrasi Kedua karena

percobaan di lakukan duplo volume Na2S2O3 yang digunakan 27,6 mL

lalu titrasi setelah di beri kanji adalah 34,6 mL.


VI. KESIMPULAN
1. Konsentrasi Na2S2O3 adalah 1,2409 N g/ml
2. Massa Cu yang terkandung dalam CuSO4 adalah 0,25 N
3. Iodometri adalah proses titrasi secara langsung dan digunakan
untuk menentukan kadar tembaga dalam suatu cuplikan
4. Pada iodometri titik akhir titrasinya didasarkan atas
terbentuknya iodium bebas dengan bantuan indikator amilum
(indikator kanji)
5. Dalam larutan yang agak asam, oksidasi dengan katalis
tembaga dari ion iodida terjadi dengan kecepatan yang cukup tinggi.
6. Dari percobaan yang di lakukan, di peroleh kadar Cu dalam
larutan

VII. DAFTAR PUSTAKA


Basri, Sarjoni,1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Daintith, John, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Khopkar,S.M., 1990,Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press,
Jakarta.
Mulyono,H.A.M., 2001,Kamus Kimia, Genesindo, Bandung.
Rivai, Harrizul, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.
Underwood,A.L.,Day,R.A.,1986,Analisis Kimia Kuanitatif,
Erlangga, Jakarta.
Vogel,1985,Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, Kalman Media Pusaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai