MAKALAH APLIKASI
ANALISIS AIR
MEJA 4 – KELAS XI.5
ANNISA EKA FASYA
FANY YASINTHA
FARRAH NURKHALIZA
MARYO WIBISONO
M. IHSAN FACHRIANSYAH
RAISSA JULIETA ANGGRAINI
RESHA M. RIZKY
WILDAN FIRDAUS KHANISTYA PUTRA
TP. 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr.wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa)
atas tersusunya makalah ini. Dimana makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari
labolatorium volumetri setelah kami melakukan ptraktikum selama kurang lebih satu
minggu.
Makalah ini berjudul aplikasi analisis air secara analisis volumetri dan berisikan
informasi-informasii mengenai analisis air yang dibutuhkan dalam melakukan praktikum
aplikasi analisis air seperti Pendahuluan, dasar, tujuan,reaksi,alat dan bahan,data
pengamatan,perhitungan,kesimpulan,dan pembahasan.
Kami berharap dengan makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami tapi juga
bermanfaat bagi orang lain atau pembaca untuk menambahkan wawasan ilmu
pengetahuannya. Kami menyadari makalah ini belum sempurna karena kesempurnaan
hanya milik Tuhan semata, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan bagi kami sebagai penyusun di makalah berikutnya
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisa air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar
suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip
titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum
termasuk ke dalam analisa volumetrik.
Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam
keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu,
baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat
kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber
bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini
dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga,
kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air
tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan
menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air
tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar
atau belum (anonim, 2009).
Rumusan Masalah
1. Berapa nilai kebutuhan oksigen secara biologi suatu sampel air?
2. Berapa nilai oksigen terlarut dalam suatu sampel air?
3. Berapa kadar jumlah materi organik dalam suatu sampel air?
4. Berapa nilai alkalinitas suatu sampel air?
5. Berapa nilai kebutuhan oksigen secara kimia suatu sampel air?
6. Berapa kadar CO2 bebas dalam sampel?
Tujuan
Tujuan percobaan analisa air, antara lain:
1. Mempelajari beberapa cara penganalisaan air.
2. Mengetahui standar kualitas air
3. Menentukan apakah air tersebut tercemar atau tidak atau air tersebut layak dipakai
atau tidak.
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan ini antara lain dapat mengetahui cara
menganalisa air, dan dapat menentukan menganalisa kualitas sampel air yang diuji.
BAB II
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
Dasar :
Reaksi :
Cara kerja
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
2. Ditimbang ± 0,49 gram K2Cr2O7 ,
3. Dimasukkan ke labu ukur 100 ml,diimpitkan dan dihomogenkan,
4. Dipipet 10,00 ml larutan, dimasukkan ke Erlenmeyer asah,
5. Diencerkan dengan 50 ml air, ditambahkan 5 ml HCL 4N dan 5 ml KI 10%
6. Larutan dititar dengan Na2S2O3 0,1 N hingga kuning muda,
7. Ditambahkan indikator kanji,
8. Dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1N hingga TA biru kehijauan, dan
9. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volumepenitar
maksimal 0,10 mL.
Data pengamatan
Dilakukan pada D0
TITRAN TITRAT V.TITRAN V.TITRAT INDIKATOR TITIK AKHIR
11,38 ml Hijau
K2Cr2O7 Na2S2O3 10 ml Kanji
11,45 ml Kebiruan
Perhitungan
mg sampel
N Na2S2O3 pada D0 =
Vp x Fp x bst asam oksa lat
131,2
= = 0,0235 N
10 x 11,415 x 49
mg sampel
N Na2S2O3 pada D6 =
Vp x Fp x bst asam oksalat
122,7
=0,0213 N
11,74 x 10 x 49
Pembahasan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum standarisasi larutan Natrium Tiosulfat dengan BBP
Kalium dikromat yang telah dilakukan diperoleh konsentrasi larutan Na2S2O3 pada hari
pertama sebesar 0,0235 N dan konsentrasi larutan Na2S2O3 pada hari ke6 sebesar 0,0213 N.
Tujuan :
Menetapkan kadar oksigen terlarut dalam sampel air dengan metode Iodometri
Mengetahui kualitas sampel air
Dasar :
O2 dalam sampel akan mengoksidasikan MnSO 4 dalam suasana pH tinggi (basa)
sehingga membentuk endapan MnO2. Dengan penambahan H2SO4 dan alkali iodida azida,
maka akan dilepaskan I2 yang setara dengan Oksigen pada larutan. I 2 yang terbentuk lalu
dititar dengan larutan Na2S2O3 dan indikator kanji dengan TA tak berwarna.
Reaksi :
MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4
2Mn(OH)2 + 1/2 O2 2MnO2 + H2O
MnO2 + 2 KI + 2sH2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
2. Bahan :
Sampel air
Larutan MnSO4
Larutkan 480 MnSO4.4H2O dalam 600 mL air suling, setelah larut encerkan dengan
aquadest sampai 1000 mL dan disimpan di botol berwarna coklat.
Larutan alkali iodida azida
Timbang 10 gram NaN3 larutkan dalam 500 mL aqudest, tambahkan 500 gram NaOH dan
135 gram NaI aduk sampai larut. Encerkan larutan ini dengan aquadest menjadi tepat 1
liter. (NaOH dan NaI bisa diganti dengan 700 gram KOH & 150 gram KI). Simpan larutan
ini ke dalam botol.
Larutan H2SO4 4N
Indikator kanji
Timbang 0,5 gram kanji larutkan dalam 100 mL air mendidih, aduk hingga larut dan
simpan di tempat dingin (refrigerator).
Larutan Na2S2O3 0,025 N
Timbang 6,205 gram Na2S2O3.5H2O larutkan dalam aquadest yang telah dididihkan
terlebih dahulu (agar bebas CO2). Standarkan normalitasnya saat akan dipakai dengan
larutan standar (KIO3 atau K2Cr2O7).
Air suling
Cara Kerja: :
Penetapan Kadar DO
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan botol Winkler ke dalam wadah berisi sampel (botol Winkler didasar
wadah dan tenggelam), ditunggu hingga penuh,
3. Dipipet 2 mL MnSO4 dan 2 mL Alkali Iodida Azida, ditambahkan pada botol Winkler
berisi sampel (botol winkler masih di dalam wadah berisi sampel dan pipet diletakkan di
dasar botol Winkler),
4. Dihomogenkan, ditunggu 15 menit hingga endapan turun di dasar botol,
5. Larutan jernih di botol Winkler dituangkan ke erlenmeyer asah 500 mL,
6. Endapan yang tersisa di botol Winkler dilarutkan dengan H 2SO4 4 N hingga larut, lalu
dituangkan juga ke erlenmeyer asah 500 mL yang sama,
7. Larutan di erlenmeyer asah dititar dengan Na2S2O3 0,02 N hingga kuning seulas,
8. Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator kanji (warna larutan menjadi biru),
9. Larutan dititar kembali dengan Na2S2O3 0,02 N hingga tak berwarna, dan
10. Dilakukan minimal duplo.
Blanko
1. Dimasukkan botol Winkler ke dalam wadah berisi air suling (botol Winkler didasar
wadah dan tenggelam), ditunggu hingga penuh,
2. Dipipet 2 mL MnSO4 dan 2 mL Alkali Iodida Azida, ditambahkan pada botol Winkler
berisi air suling (botol winkler masih di dalam wadah berisi air suling dan pipet
diletakkan di dasar botol Winkler),
3. Dihomogenkan, ditunggu 15 menit hingga endapan turun di dasar botol,
4. Larutan jernih di botol Winkler dituangkan ke erlenmeyer asah 500 mL,
5. Endapan yang tersisa di botol Winkler dilarutkan dengan H 2SO4 4N hingga larut, lalu
dituangkan juga ke erlenmeyer asah 500 mL yang sama,
6. Larutan di erlenmeyer asah dititar dengan Na2S2O3 0,02 N hingga kuning seulas,
7. Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator kanji (warna larutan menjadi biru), dan
8. Larutan dititar kembali dengan Na2S2O3 0,02 N hingga tak berwarna.
Data Pengamatan :
TITRAN V. TITRAT V. TITRAN INDIKATOR WARNA TA
TITRAT
(mL) (mL)
300 2,26
Sampel air Na2S2O3 295,07 2,63
Kanji Tak berwarna
Air suling 0,025N 300 2,16
Perhitungan :
Diketahui:
2,26 +2,63
Vp = = 2,45 mL
2
Vp blanko = 2,16 mL
Np = 0,0235 N
Bst O2 =8
300+ 295,07
V contoh = = 297,45 mL
2
V contoh blanko = 300 mL
1000
Kadar DO= x V p x N p x Bst O 2
V contoh−4
1000
¿ x 2,45 x 0,0235 x 8
297,54−4
¿ 1,5691 ppm
1000
Ka dar DO blanko= x V p x N p x Bst O2
V contoh −4
1000
¿ x 2,16 x 0,0235 x 8
300−4
¿ 1,3719 ppm
Pembahasan :
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukkan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO
pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO
rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme lainnya. Selain itu, kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.oleh sebab pengukuran parameter ini sangat
dianjurkan disamping parameter lain seperti COD dan BOD.
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-
komponen kimia maupun organik menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen
memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik
sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan
adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan
komponen dalam air.
Pada saat sampling botol winkler dimasukkan kedalam genangan air hingga penuh,
untuk menghindari adanya turbulensi yang akan meningkatkan kandungan oksigen dalam
air. Sebelum memulai penetapan DO sampel lebih baik diaerasi terlebih dahulu. Aerasi
dapat menurunkan kandungan gas-gas terlarut,seperti CO2 atau H2S, bahkan dapat
menghilangkan besi dan mangan. Aerasi juga dapat dilakukan untuk tujuan memperbaiki
rasa dan bau pada proses penyediaan air minum. Aerasi dilakukan ±2jam untuk
mendapatkan oksigen jenuh. Oksigen jenuh adalah oksigen sebagai zat terlarut sudah tidak
dapat dilarutkan kembali oleh air sebagai pelarutnya.
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
Metoda titrasi dengan cara Winkler
Metoda elektrokimia
Untuk penetapan kali ini digunakan cara Winkler.
1. Cara Winkler
Prinsip dari metoda winkler ini adalah metode titrasi Iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnSO 4 dan Alkali Iodide Azida, sehingga akan
terbentuk endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 maka endapan yang terbentuk akan
larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I 2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Jika reaksi penguraian komponen
kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya,
oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan
yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Kelebihan metoda winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana
dengan cara titrasi bedasarkan metode winkler lebih analitis, teliti, serta akurat apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi
iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan Natrium Tiosulfat dan
penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi
tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Kelemahan metode winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana
dengan cara winkler penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati TA
agar amilum tidak menyelimuti Iod karena akan menyebabkan Iod tak dapat bereaksi
dengan Natrium Tiosulfat sehingga hasilnya akan lebih kecil daripada seharusnya. Proses
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I 2 mudah menguap. Dan
ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada
titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung
untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam
larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda Perak (Ag)
dan anoda Timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik
yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Pada cara DO meter, harus diperhatikan
suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital
terhadap akurasai penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Di samping itu,
sebagaimana lazimnya instrumen digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan
akurasinya hasil analisis. Biasanya, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih
dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika
sifat penentuannya bersifat kisaran.
Kesimpulan:
Setelah mengikuti praktikum Penentuan DO (Dissolved Oxygen) metode titrasi
Winkler dalam sampel air kram SMAKBO yang dilaksanakan di Laboratorium Volumetri –
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO), didapat hasil dari sampel yang diuji
sebesar 1,5691 ppm dan kadar DO blanko sebesar 1,3719. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa air bersih (sampel) yang dianalisis masih memenuhi syarat dalam baku
mutu air bersih, karena kadar oksigen terlarut yang mendekati kadar maksimum yang
ditentukan berdasarkan Standar Kualitas Air di Perairan Umum (Peraturan Pemerintah N0.20
Tahun 1990) untuk air yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu ≥ 6 ppm.
b. Metoda Elektrokimia
Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk menganalisa
kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan selanjutnya
menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa dengan
mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO
meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya
menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini
dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi
kimia yang akan terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- PbO + H2O + 2e
Tujuan :
Menetapkan kadar BOD dalam suatu sampel air
Mengetahui kualitas sampel air
Dasar :
Biologycal Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroba untuk mengoksidasikan zat – zat pencemar organik di dalam air. Bakteri yang
dilibatkan dalam reaksi ini bersifat aerobik, dan hasil oksidasi menghasilkan air dan
karbondioksida. Reaksi BOD berlangsung pada suhu 200C selama 5 hari.
Reaksi :
CnHaObNcSd + n O2 (bakteri) n CO2 + H2O + NO2 + SO2
MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + 1/2 O2 2MnO2 + H2O
MnO2 + 2 KI + H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Cara Kerja :
Penetapan Kadar BOD
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Disiapkan sampel di dalam botol winkler yang telah diinkubasi selama 5 hari pada suhu
200C,
3. Dipipet 2 mL larutan MnSO4 dan dimasukan ke dalam botol Winkler (dasar botol) lalu
dilepas secara perlahan di dasar botol sambil dingkat pelan – pelan,
4. Dipipet larutan alkali iodide, cara memasukannya seperti memasukan larutan MnSO4,
5. Larutan yang ada di dalam botol Winkler dihomogenkan dan ditunggu hingga endapan
mengendap,
6. Cairan jernih dituangkan terlebih dahulu ke erlenmeyer asah, sementara endapan yang
terbentuk harus dilarutkan terlebih dahulu dengan larutan H 2SO4 4 N kemudian
dituangkan ke dalam erlenmeyer asah yang sama,
7. Dititar dengan menggunakan larutan Na 2S2O3 0,02 N hingga berwarna kuning muda
seulas,
8. Larutan ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji, dikocok hingga berubah warna menjadi
biru,
9. Kemudian dititar kembali dengan larutan Na2S2O3 0,02 N hingga tidak berwarna, dan
10. Pekerjaan dilakukan duplo.
Blanko
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Disiapkan air suling di dalam botol winkler yang telah diinkubasi selama 5 hari pada suhu
200C,
3. Dipipet 2 mL larutan MnSO4 dan dimasukan ke dalam botol Winkler (dasar botol) lalu
dilepas secara perlahan di dasar botol sambil dingkat pelan – pelan,
4. Dipipet larutan alkali iodide, cara memasukannya seperti memasukan larutan MnSO4,
5. Larutan yang ada di dalam botol Winkler dihomogenkan dan ditunggu hingga endapan
mengendap,
6. Cairan jernih dituangkan terlebih dahulu ke erlenmeyer asah, sementara endapan yang
terbentuk harus dilarutkan terlebih dahulu dengan larutan H 2SO4 4 N kemudian
dituangkan ke dalam erlenmeyer asah yang sama,
7. Dititar dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,02 N hingga berwarna kuning muda
seulas,
8. Larutan ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji, dikocok hingga berubah warna menjadi
biru,
9. Kemudian dititar kembali dengan larutan Na2S2O3 0,02 N hingga tidak berwarna, dan
10. Pekerjaan dilakukan duplo.
Data Pengamatan :
V. Titrat V. Titran
Titrat Titran Indikator Warna TA
(mL) (mL)
300 2,26
Sampel air
D0 Na2S2O3 295,07 2,63 Tak
Air suling 300 2,16 Kanji
Sampel air 0,025 N 300 2,48 berwarna
D6
Air suling 296.31 2,45
Perhitungan :
Diketahui:
2,26 +2,63
Vp D0 = = 2,45 mL
2
Vp D6 = 2,48 mL
Vp blanko D0 = 2,16 mL
Vp blanko D6 = 2,45 mL
Np D0 = 0,0235 N
Np D6 = 0,0213 N
Bst O2 =8
300+ 295,07
V contoh D0 = = 297,45 mL
2
V contoh D6 = 300 mL
V contoh blanko D0 = 300 mL
V contoh D6 = 296,31 mL
1000
¿ x 2,45 x 0,0235 x 8
297,54−4
¿ 1,5691 ppm
1000
¿ x 2,48 x 0,0213 x 8
300−4
¿ 1,4277 ppm
1000
¿ x 2,16 x 0,0235 x 8
300−4
¿ 1,3719 ppm
1000
¿ x 2,45 x 0,0213 x 8
296,31−4
¿ 1,4282 ppm
¿ ( 1,5691−1,4277 ) −( 1,3719−1,4282 )
¿ 0,1977 ppm
Keterangan
D0 sampel = nilai BOD (DO) sampel pada hari ke 0
D5 sampel = nilai BOD sampel pada hari ke 5
D0 blanko = nilai BOD (DO) blanko pada hari ke 0
D5 blanko = nilai BOD blanko pada hari ke 5
Vbotol = volume botol Winkler
4 mL = 2 mL MnSO4 + 2 mL Alkali Iodida Azida
a = Vp untuk D0 sampel
b = Vp untuk D5 sampel
c = Vp untuk D0 blanko
a = Vp untuk D5 blanko
Pembahasan :
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme pada saat penguraian bahan / zat – zat organik pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanannya dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.
Penentuan BOD sebenarnya adalah suatu prosedur yang menyangkut pengukuran
banyaknya oksigen yang digunakan oleh suatu mikroorganisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu peraiaran, pada kondisi yang hampir
sama dengan kondisi yang ada di alam. Semakin tinggi nilai BOD, maka semakin banyak
jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroba, dan jumlah zat organik yang ada di sampel
berbanding lurus dengan kebutuhan Oksigen. Artinya, semakin tinggi nilai BOD maka
semakin banyak jumlah zat organik yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan kualitas
sampel air dapat dinyatakan buruk.
Fungsi dari BOD antara lain:
Menentukan tingkat pencemaran sampel air
Menentukan kualitas suatu sampel air
Menelusuri aliran pencemaran dan tingkat hulu ke muara
Mengukur kebutuhan oksigen nyata dalam air
Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DO awal
dan DO setelah diinkubasi selama 5 hari, dimana selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang
diperlukan oleh mikroba.
Selama pemeriksaan/pengerjaan BOD sampel yang diperiksa harus bebas dari udara
luar untuk mencegah kontaminasi oksigen yang berada di udara bebas. Maka dari itu,
pengambilan sampel dilakukan masih dalam wadah penampung dengan posisi air berada
lebih tinggi dari pada botol sampel. Pada saat penambahan pereaksi MnSO 4 dan Alkali Iodida
Azida pun harus dilakukan tanpa mengeluarkan botol. Setelah didiamkan sekitar 15 menit
maka akan timbul endapan Mn(OH)2 yang berwarna coklat. Ketika akan dititar, larutan
sampel dimasukan ke erlenmeyer asah. Untuk melarutkan endapan digunakan H 2SO4 4N.
Natrium tiosulfat adalah bahan baku sekunder, maka dari itu harus distandarisasi terlebih
dahulu dengan KIO3 atau K2Cr2O7. Saat itulah diperlukan erlenmeyer asah agar Iod yang
digunakan tidak menguap sehingga memperkecil terjadinya kesalahan kerja. Digunakannya
indikator kanji untuk mengetahui titik akhir namun penambahannya pada saat mendekati
titik akhir. Konsentrasi air buangan atau sampel tersebut juga harus berada pada suatu
tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada
selama pemeriksaan berlangsung. Hal ini penting diperhatikan mengingat Oksigen
kelarutannya dalam air sangatlah terbatas. Waktu inkubasi dilakukan selama 5 hari dalam
suhu 200C dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi dari amonia yang cukup tinggi.
Sebagaimana diketahui bahwa amonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi
nitrit atau nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD.
Pada hari ke-0 dapat dilihat nilai DO pada sampel lebih kecil dibanding nilai DO pada
blanko. Hal ini dikarenakan nilai DO pada blanko oksigen yang ditambahkan tidak banyak
digunakan untuk mikroba, sedangkan pada sampel dikarenakan didalamnya mengandung
bahan organik sehingga memungkinkan mikroba melakukan aktivitasnya yaitu mengoksidasi
bahan organik dalam sampel walaupun masih dalam jumlah yang sedikit sehingga oksigen
yang digunakan oleh mikroba pada sampel lebih banyak dibanding pada blanko.
Sedangkan untuk DO pada hari kelima, DO pada sampel ini lebih kecil dibanding
dengan nilai DO pada hari ke 0 hal ini dikarenakan oksigen terlarut berkurang karena
digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Telah optimalnya kinerja
mikroba untuk mengoksidasi zat organik, kondisi proses yang telah optimal seperti
temperatur yang digunakan dimana temperatur yang digunakan adalah sebesar 20 oC,
adanya mikroba didalamnya dengan waktu inkubasi yang digunakan adalah selama 5 hari
dengan ketersediaan oksigen yang cukup (Salmin, 2005). Selain itu tepatnya kondisi pH
dimana pH harus netral, serta tidak terdapatnya senyawa toksik maka mikroba tidak akan
teracuni/optimal dalam mengoksidasi bahan organik (Sembiring, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik
yang akan diuraikan, adanya mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa
organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses
penguraian itu. Waktu pengambilan sampel, titik pengambilan sampel, dan waktu
pengamatan juga mempengaruhi kadar BOD dalam air.
1. Waktu pengambilan sampel
Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam penentuan
waktu pengambilan contoh pada sumber air. Contoh perlu diambil pada waktu tertentu dan
periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan kualitas
air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut tidaklah menggambarkan kualitas air pada
saat-saat yang lain. Hal ini terjadi terutama pada kualitas air yang berubah setiap waktu.
2. Titik pengambilan sampel
Lokasi pengambilan sampel perlu ditetapkan karena untuk mengetahui perubahan
kualitas air akibat aktivitas lingkungan sekitarnya. Penentuan titik pengambilan sampel air
dilakukan bertujuan utk mendapatkan contoh air yang andal. Sampel air yang andal adalah
contoh air yang mewakili keadaan kualitas sumber air tersebut. Agar diperoleh contoh air
yang andal tersebut, maka titik pengambilan contoh air yang dipilih adalah tempat dimana
air yang betul-betul tercampur dengan baik berdasarkan kecepatan aliran dan lebar.
3. Waktu pengamatan
Pengamatan yang kurang tepat saat dilakukannya titrasi akan mempengaruhi
perhitungan oksigen terlarut dalam air, sehingga juga akan mempengaruhi nilai BOD.
Berikut ini adalah tabel nilai DO untuk tingkat pencemaran perairan:
Tabel 1. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO
Tingkat Pencemaran Parameter DO (ppm)
Rendah >5
Sedang 0-5
Tinggi 0
Sumber : (Wirosarjono,1974)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan / analisa BOD air kran SMK – SMAK Bogor dapat
disimpulkan bahwa nilai BOD pada sampel adalah sebesar 0, 1977 ppm dengan pengukuran
selama 6 hari. sedangkan menurut literatur (Jobsheet modul BOD, program studi D3-analis
kimia) nilai BOD yang diperbolehkan untuk air bersih tidak boleh lebih dari 10 ppm, sehingga
sampel air limbah dapat dikatakan tidak tercemar.
Dasar
KMnO4 merupakan BBS yang kenormalan nya tidak dapat ditentukan secara teori, oleh
Karena itu dilakukan standarisasi. KMnO4 adalah oksidator kuat, oleh Karena itu sebagai BBP
dipilih Asam Oksalat yang merupakan asam reduktor.Penitaran dilakukan tanpa indicator
dengan warna TA merah muda seulas.
Reaksi
2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 (COOH)2 2 MnSO4 + K2SO4 + CO2 + H2O
Tujuan
Menetapkan kenormalan KMnO4 dengan BBP Asam Oksalat
Kaca arloji
Pengaduk
Pipet volumetri 10 mL dan bulb
Erlenmeyer
Buret 50 mL
Corong
Labu semprot
Pipet tetes
Pembakar teklu
Bahan
KMnO4 0,1 N
Air suling
H2SO4 4N
Korek api
Cara Kerja
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
7. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1 N hingga mencapai TA (Titik Akhir) berwarna merah
muda seulas, dan
Data Penitaran
FP : 100/10 = 10x
Bs tAsam Oksalat = 63
Data Penimbangan
Bobot Kaca Arloji + Sampel : 26,2303 gram
Perhitungan
mg BBP
N KMnO4=
FP x V P x Bst BBP
632,0
N KMnO4=
10 x 10,00 x 63
N KMnO4= 0,1003 N
Pembahasan
Reaksi oksidasi dengan melibatkan KMnO4 berlangsung dalam waktu yang relatif
lambat, oleh karena itu dibutuhkan H2SO4 untuk mempercepat reaksi. Selain itu reaksi ion
MnO4- paling optimal berada di suasana asam, karena kalau dalam suasana basa dan netral,
daya oksidasinya menurun. Meskipun membutuhkan pengasaman, asam yang dipakai
haruslah non oksidator dan non reduktor.
1. Asam yang digunakan tidak boleh Asam Halogen (HCl, HBr, dan HI) karena bersifat
reduktor, jika hal ini dilakukan maka akan terjadi kesalahan positif.
2. Asam yang digunakan tidak boleh asam – asam oksidator (HNO 3, H2SO4 pekat, HClO4),
jika hal ini dilakukan maka akan terjadi kesalahan negatif.
Sebelum dititar, larutan hendaknya dipanaskan terlebih dahulu karena untuk
menyempurnakan dan mempercepat reaksi. Akan tetapi hendaknya dalam pemanasan
suhunya jangan terlalu tinggi karena akan menguraikan Asam Oksalat menjadi CO 2 dan H2O.
KMnO4 adalah zat yang sudah berwarna, sehingga dalam penitaran tidak
membutuhkan indikator tambahan (auto indikator). Satu tetes larutan KMnO 4 0,1 N dalam ±
200 mL air akan menghasilkan warna merah jambu muda yang nyata.
Reaksi
Alat :
Cara Kerja
Hasil pengamatan
Volume Volume
Titrat Titran Indikator Titik akhir
Titrat Titran
4,95 ml
Air Sampel
50 ml 4,95 ml
KMnO4
Air suling 4,90 ml - Merah muda seulas
0,1N
10,10 ml
(COOH)2.2H2O 10 ml
9,90 ml
Perhitungan
10
Faktor KMnO4 =
5−b
1000
Angka Permanganat = × {{ (10 × α ) × F KMnO4 } – c } × 0,316
ml contoh
mg sampel
N KMnO4 = Vp x Fp x bst asam oksalat
632
= = 0,1003 N
10 x 10 x 63
10
Faktor KMnO4 =
5−4,90
= 100 ml
1000
Angka permanganat = × {{ (10 × α ) × F KMnO4 } – c } × 0,316
ml contoh
1000
= × {{ (10 × 4,95 ) × 100 } – 10 } × 0,316
50
= 156,104 PPM
Pembahasan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan , diperoleh angka permanganat dalam sampel
air kran dengan metode TOM sebesar 156,104 PPM dengan konsentrasi KMnO4 sebesar 0,1003
N.
STANDARISASI H2SO4
1. TEORI
Dalam metode titrasi asidi-alkalimetri,H2SO4 adalah larutan yang termasuk Bahan Baku
Sekunder (BBS). BBS, khususnya H2SO4 mudah menarik uap air dan memiliki sifat yang tidak
stabil. Karena sifatnya yang tidak stabil maka kenormalannya tidak dapat dihitung secara teoritis,
namun dapat dilakukan dengan penitaran agar ketetapan konsentrasinya dapat diketahui secara
pasti.
Untuk mengetahui konsentrasinya maka digunakan Bahan Baku Primer (BBP). Beberapa
BBP seperti Na2CO3 dan Na2B4O7.10H2O dapat digunakan untuk menetapkan kenormalan asam.
Dalam penetapan kali ini digunakan BBP Na 2CO3. Kenormalannya telah ditetapkan maka BBP
tersebut cukup mantap sehingga dapat digunakan sebagai penitar.
2. TUJUAN
Untuk mengetahui normalitas H2SO4 dengan BBP Na2CO3 menggunakan titrasi asidimetri
3. DASAR
Soda Kering (Na2CO3) adalah garam yang bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan
H2SO4. Karena H2SO4 adalah asam kuat sedangkan Na2CO3 bersifat basa lemah, maka dipakai
indikator Sindur Metil (SM) sebagai indikator yang mempunyai trayek pH 3,1 – 4,5 (titar setara
pada pH ± 3,7).
4. REAKSI
ALAT BAHAN
1. Pipet volume 10 mL 1. Na2CO3 0,1075 gr
2. Erlenmeyer 2. H2SO4 0,02N
3. Buret selbah 3. Air suling
4. Teklu 4. Indikator SM
5. Kaki tiga 5. Tisue
6. Kasa asbes
7. Labu ukur 100 mL
8. Piala gelas 400 mL
9. Piala gelas 800 mL
10. Kaca arloji
11. Pengaduk
12. Labu semprot
13. Pipet tetes
14. Bulb
15. Alat baca buret
16. Alas titar
6. CARA KERJA
7. DATA PENGAMATAN
8. PERHITUNGAN
Rumus :
Bst Na2CO3 = 53
9. PEMBAHASAN
Penetapan kenormalan H2SO4 0,02 N dengan BBP soda kering merupakan salah satu
contoh dari penetapan menggunakan metode alkali asidimetri. Penetapan dengan metode ini
merupakan reaksi penetralan atau netralisasi. Dalam penetapan ini digunakan indikator SM sebagai
petunjuk karena trayek pHnya yaitu sebesar 3,1-4,5 dengan titik ekuivalennya berada di pH sekitar
3,7. Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa maka dalam keadaan ini indikator SM akan
menunjukan warna kuning, setelah dititar dengan H 2SO4 larutan akan berwarna sindur.
10.KESIMPULAN
Pada penetapan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencari kenormalam H 2SO4 menggunakan
metode alkali asidimetri dengan BBP Na2CO3, dimana normalitas dari H2SO4 adalah 0,01557 N dengan
TA sindur.
PENETAPAN ALKALINITAS AIR
Teori :
Dasar :
HCO3- + H+ H2CO3
Alat:
1. Pipet volmetri 50 mL
2. Bulb
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Buret 50 mL
7. Statif dan klem
8. Piala gelas 400 & 800 ml
Bahan:
1. Sampel air
2. Air suling
3. Indikator PP
4. Larutan Na2S2O3
5. Larutan H2SO4 0,02N
6. Indikator BCG
7. Indikator SM
Cara Kerja
Penetapan
(Prosedur A)
Data Pengamatan
*Penetapan
*Standarisasi
*standarisasi
Vp = 13,03 mL
Bst Na2CO3 = 53
Fp = 10x
Mg sampel = 107,5 mg
mg sampel
N=
Vp x Fp X bst sampel
107,5
=
13,03 x 53 x 10
= 0.01557 N
*penetapan
= 71,31 ppm
Keterangan
50 = Mr CaCO3
Pembahasan
Alkalinitas merupakan konsentrasi total dari unsur basa yang terkandung dalam
air dan biasa dinyatakan dalam mg/liter atau setara dengan kalsium karbonat
(CaCO3). Dikatakan bahwa alkalinitas dalam air tawar sangat berperan penting karena
alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tapi
juga mempengaruhi parameter-parameter lainnya. Alkalinitas adalah kapasitas air
untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan.
Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam
perairan yang dapat menetralkan kation hydrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida . Pengukuran alkalinitas dapat dilakukan dengan
metode titrasi.
Teori
Makhluk hidup, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan
oksigen yang terlarut di dalam air. Begitu juga dengan manusia dan makhluk hidup lainnya
yang hidup di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan.
Air yang mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme,
ikan dan hewan air lainnya. Oleh karena itu, oksigen yang terlarut dalam air sangat penting
bagi kehidupan. Maka, untuk mengukur jumlah oksigen terlarut dalam air dapat ditentukan
dengan cara COD.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd,1990). Sedangkan
oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air dan diukur dalam satuan
ppm.
Tujuan
Dasar
Zat organik dalam contoh dalam keadaan asam yang mendidih dapat dioksidasikan
dengan K2Cr2O7 berlebih. Kelebihan K2Cr2O7 dapat ditentukan melalui titrasi dengan
menggunakan larutan Fe (II), dengan menggunakan larutan feroin sebagai indikator.
Perubahan warna yang terjadi yaitu dari hijau biru menjadi merah coklat pada waktu titik
akhir tercapai.
Reaksi
Alat :
1. Labu ukur 100 ml 9. Corong
2. Labu semprot plastik 10. Buret
3. Pipet volume 25 ml & 10 ml 11. Klem dan statif
4. Erlenmeyer 12. Piala Gelas 400 ml & 800 ml
5. Gelask ukur 25 ml 13. Alat baca buret
6. Teklu 14. Alas titar
7. Kaki tiga 15. Bulb
8. Kasa asbes 16. Batu didih
Bahan :
1. Larutan K2Cr2O7
2. Indikator Feroin
3. Larutan FAS
4. Asam Sulfat Pekat
5. Air suling
6. Sampel air
7. Korek api
Cara Kerja
Blanko :
Data Pengamatan
Data Penimbangan :
Bobot Kaca arloji + K2Cr2O7 = 14,0893 gr
Bobot Kaca arloji kosong = 13,5898 gr
Bobot K2Cr2O7 = 0,4995 gr
100
Fp = =10 x
10
(21,50+ 21,70 )
Vp = =21,60 ml
2
Penetapan Chemical Oxygen Demand (COD) :
Perhitungan
mg sampel
N FAS =
Fp x Vp x Bst K 2Cr 2O 7
499,5
= = 0,0472 N
10 x 21,60 x 49
= - 2,27 ppm
Pembahasan
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik
yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kalium dikromat pada
kondisia asam dan panas dengan katalisator asam sulfat. Sehingga segala macam bahan
organik, baik yang mudah terurai maupun yang kompleks dan sulit terurai akan teroksidasi.
Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya
bahan organik yang sulit terurai yang ada diperairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD,
namun BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor
air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut berarti beban pencemaran meningkat
sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan
polutan-polutan dalam air yang menyebabkan konsumsi bertambah. Pada prinsipnya
pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium dikromat sebagai oksidator
pada sampel ( dengan volume yang terukur ) yang telah ditambahkan asam pekat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium dikromat dititar dengan
FAS. Dengan demikian kalium dikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks
anorganik yang ada diperairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (Santo,1978),
sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit “overstimate” untuk
gambaran kandungan bahan organik. Karena digunakan kalium dikromat, maka penetapan
ini digunakan titrasi dikromatometri.
Pada penetapan kali ini didapatkan nilai COD negatif (-), kemungkinan kesalahan ini
dikarenakan oleh “human error” dan juga oleh kesalahan sampel dimana sampel dengan
blanko merupakan bahan yang sama. Dan karena adanya sedikit penyimpangan pada proses
titrasi yang menyebabkan volume blanko lebih sedikit dari volume pada penetapannya,
maka angka COD yang didapat pun negatif (-).
Kesimpulan
Pada penetapan kali ini sampel air dioksidasi oleh kalium dikromat yang berlebih
terukur, kemudian kelebihan kalium dikromat dititrasi oleh FAS 0,0472 N dengan rata-rata
volume sebesar 51,85 ml. Kemudian dilakukan cara yang sama pada air suling sehingga
didapatkan volume blanko sebesar 51,70 ml. Karena adanya kesalahan pada pengerjaan
penetapan ini dimana volume blanko lebih kecil daripada volume penetapan, maka
didapatkan angka COD sebesar -2,27 ppm.
Penetapan Kadar CO2 bebas dalam Air
Teori :
CO2 dalam perairan merupakan hasil dari pross respirasi dan proses penguraian
bahan organic. CO2 dalam air terdapat juga dalam bentuk karbonat yang terlarut
sebagian dan bikarbonat yang tidak begitu stabil sehingga alga dapat menggunakan
sebagian HCO3- untuk fotosintesis. Bila kandungan CO 2 tinggi, maka pH akan rendah
dan bila kandungan CO2 rendah, maka pH akan tinggi. Pengaruh yang merugikan
kandungan CO2 pada pembudidayaan ikan adalah akan terjadinya perikatan
konsentrasi CO2, selama periode oksigen terlalu rendah. Karbondioksida bersifat
asam dan larut dalam air. Dengan natrium karbonat terjadi reaksi netralisasi melalui
penitaran sehingga titik akhir berwarna merah muda seulas dengan indikator PP.
Dasar :
Reaksi :
Alat:
1. Pipet volumetri 50 mL
2. Bulb
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Buret 50 mL
7. Statif dan klem
8. Piala gelas 400 & 800 ml
Bahan:
1. Sampel air
2. Larutan Na2CO3 0,02N
3. Indikator PP
4. Air suling
Cara Kerja :
Penetapan
Data Pengamatan :
*Penetapan
Perhitungan :
Vp = 0,41 mL
Np = 0.02 N
Bst CO2 = 44
Np x Vp x bst CO 2 x 1000
CO2 =
v sampel
0,02 x 0,41 x 44 x 1000
=
50,00
= 7.216 ppm
Pembahasan :
Karbondioksida merupakan parameter kualitas air yang dapat meracuni ikan bila
kandungan oksigen terlalu rendah. Konsentrasi yang tinggi dari CO 2 merupakan pengaruh
yang cukup besar terhadap kehidupan aquatic karena akan menghambat pernapasan dan
pertukaran gas, terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat menyebakan kematian bagi
makhluk hidup di bawah air.
Dalam perairan alami, gas CO2 dihasilkan dari penguraian bahan-bahan organic oleh
bakteri. Ganggang yang menggunakan CO 2 dalam berfotosintesis juga menghasilkan CO2,
melalui proses metabolisme tanpa cahaya. Pada perairan yang mengandung oksigen terlarut
sebanyak 2 ppm, maka kadar CO 2 yang masih dapat ditoleransi oleh ikan sebanyak 12 ppm.
Apabila kandungan CO2 tinggi, maka air menjadi asam dan dapat juga bersifat korosif,
sedangkan jika kadar CO2 rendah maka, air menjadi basa dan dapat menimbulkan
perkaratan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari percobaan ini yaiutu bahwa kran air SMK-
SMAK Bogor memiliki kalitas yang cukup baik.
Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum ini adalah :
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil akhir
agar galat yang ada tidak besar .
2. Praktikan diharapkan untuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan
percobaan ini.
3. Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–
kesulitan yang ada saat praktikum
Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi. 2014. Analisis
Volumetri. Bogor : SMK – SMAK Bogor.
https://www.tneutron.net/blog/penentuan-kadar-alkalinitas/
http://goelanzsaw\blogspot.co.id/2013/02/analisa-bod-dalam-air.html
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/pengolahan-limbah-industri/laporan-
biochemical-oxygen-demand-bod/
http://noerarifinyusuf.blogspot.com/2015/07/penetapan-kadar-bod-biologycal-oxygen.html
https://eka78.wordpress.com/2013/03/06/pemeriksaan-kualitas-air-biological-oxygen-
demand-sungai-kaligarang-semarang/
http://noerarifinyusuf.blogspot.com/2015/07/penetapan-kadar-do-dissolved-oxygen.html
https://tulisankimia.wordpress.com/2015/03/10/penetapan-kadar-oksigen-terlarut-
dissolved-oxygen/
http://gandaparulian.blogspot.co.id/
http://teknologikimiaindustri.blogspot.co.id/2011/02/oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-
do.html