Anda di halaman 1dari 2

Cara pembuatan

Sebelum melakukan penyulingan, bahan perlu perlakuan pendahuluan. Perlakuan


pendahuluan meliputi pengecilan ukuran, pengeringan atau pelayuan dan fermentasi
(pemeraman). Pengecilan ukuran dilakukan dengan merajang bahan, perajangan ini
dimaksudkan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dan untuk mengurangi sifat
kamba bahan olah. Pelayuan atau pengeringan bahan dilakukan untuk menguapkan sebagian
air sehingga memudahkan proses penyulingan dan untuk menguraikan zat tidak berbau
menjadi berbau wangi. Sedangkan proses pemeraman dilakukan pada minyak-minyak
tertentu untuk memecahkan sel-sel minyak pada daun (Ketaren, 1985). Penyulingan dengan
air dilakukan seperti proses perebusan, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air.
Ketika air mendidih dan menguap, air membawa serta uap minyak atsiri yang ingin
diperoleh. Uap tersebut kemudian dikondensasi dengan alat kondensor, hasil kondensasi
dipisahkan antara bagian minyak dengan air dengan alat separator. Penyulingan dengan uap
dan air dilakukan seperti metode mengukus. Bahan diletakkan diatas saringan berlubang yang
dibawahnya terdapat air. Air dipanaskan yang kemudian uapnya kontak dengan bahan yang
menyebabkan minyak atsiri ikut menguap. Uap yang dihasilkan dikondensasi dan kemudian
dipisahkan antara minyak dengan air. Sedangkan penyulingan dengan uap langsung
menggunkan uap air jenuh pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Uap jenuh dihasilkan dari
pemanasan air pada instalasi lain seperti pada boiler (Geunther, 2006). Selain dengan
penyulingan yang telah disebutkan diatas minyak atsiri juga dapat diperoleh dengan proses
pengepresan. Ekstraksi dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa
biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman termasuk famili citrus, karena minyak
famili tersebut akan rusak jika diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan
sel-sel yang mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir ke permukaan
bahan. Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak almond, apricot, lemon, kulit jeruk, mandarin, grape fruit dan beberapa jenis minyak
lainnya (Ketaren, 1985). Untuk bahan-bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas
ataupun tekanan, proses ekstraksi dilakukan dengan ekstraksi pelarut mudah menguap atau
dengan ekstraksi lemak padat. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menggunakan
prinsip kelarutan senyawa-senyawa minyak atsiri terhadap beberapa jenis pelarut. Terdapat
beberapa jenis pelarut yang dapat melarutkan minyak atsiri, sebagian besar pelarut tersebut
bersifat semi polar atao non polar. Sedangkan ekstraksi dengan lemak padat menggunakan
prinsip penyerapan senyawa minyak atsiri dengan lemak. Prinsip ekstraksi dengan pelarut
mudah menguap adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang
mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah yang disebut
ekstraktor. Bunga yang ingin diekstrak dimasukkan kedalam ekstraktor dan kemudian pelarut
menguap dimpankan ke dalam ekstraktor. Pelarut yang biasa digunakan adalah petroleum
ether, carbon tetra clorida, chloroform dan pelarut lainnya yang bertitik didih rendah. Pelarut
organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan bunga dan akan melarutkan minyak serta bahan
non volatil yang berupa resin, lilin dan pigmen. Hasil ekstraksi merupakan campuran dari
pelarut dan minyak atsiri yang disebut dengan concrete. Jika concrete dilarutkan dalam
alkohol maka minyak atsiri akan larut sempurna namun zat lilin akan terpisah. Jika dilihat
dari minyak atsiri yang dihasilkan ekstraksi dengan pelarut memberi minyak atsiri yang
memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri hasil proses penyulingan
(Ketaren, 1985). Pada proses ekstraksi pelarut mudah menguap perlu diperhatikan beberapa
tahapan. Pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan merupakan tahap awal dalam ekstraksi
ini. Karakteristik masing-masing pelarut berbeda-beda sehingga zat-zat yang dilarutkan juga
berbeda. Karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah harus dapat
melarutkan zat wangi secara sempurna, memiliki titik didih cukup rendah sehingga mudah
diuapkan, pelarut tidak larut air dan pelarut tidak boleh bereaksi dengan bahan. Beberapa
jenis pelarut yang dianggap baik untuk ekstraksi adalah petroleum ether dan benzena.
Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan mutu minyak
yang cukup baik dibandingkan dengan pelarut murni. Hasil dari ekstraksi berupa campuran
minyak dengan pelarut yang kemudian memasuki tahap pemekatan. Pemekatan dilakukan
dengan menguapkan pelarut sehingga yang tersisa hanya fraksi terlarutnya. Minyak atsiri
yang diperoleh dari hasil pemekatan kemudian dimurnikan untuk menghilangkan senyawa
lain seperti lilin, pigmen dan resin (Ketaren, 2011). Ekstraksi minyak padat biasanya
digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari bunga. Pada umumnya bungan setelah
dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidup dan
tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap
dalam waktu singkat. Kegiatan bunga akan terhenti jika kontak dengan panas atau kontak
dengan pelarut organik. Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu
yang lebih baik, maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi
dalam bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengekstraksi minyak bunga yang menggunakan lemak hewani atau nabati (Guenther, 2006).
Dalam melakukan ekstraksi lemak padat dibutuhkan peralatan berupa pelat glas berbentuk
kotak (chassis) dengan ukuran panjang 75 cm, lebar 60 cm dan tebal 5 cm. Pelat gelas
tersebut dipolesi dengan lemak dan bunga disebarkan dalam ruangan di antara 2 susunan
pelat gelas. Dengan cara ini minyak yang menguap dari bunga akan diabsorb oleh lemak.
Bunga yang telah diekstrak diganti dengan bunga segar setelah 24-36 jam dan umumnya 0,5
kg lemak dapat menyerao minyak atsiri dari bunga dengan berat 1,25 – 1,50 kg. Hasil
ekstraksi berupa campuran minyak atsiri dengan lemak yang disebut dengan pomade
(Guenther, 2006). Minyak atsiri dalam pomade dapat diekstrak dengan alkohol dalam suatu
alat yang disebut batteuses. Campuran alkohol dengan pomade didinginkan di bawah suhu
0oC, sehingga bagian lemak akan membeku sedangkan campuran larutan alkohol dengan
minyak atsiri tetap dalam keadaan cair. Lemak dapat dipisahkan dengan proses penyaringan.
Campuran antara minyak atsiri dengan alkohol disebut dengan extrait. Extrait merupakan
salah satu bahan dasar parfum yang bernilai tinggi, karena mengandung minyak atsiri yang
masih memiliki bau wangi alamiah (Ketaren, 1985).

Anda mungkin juga menyukai