1. Ampas Tebu
Ampas tebu atau bagas adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan)
cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu
yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32%
dari berat tebu giling.
Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia
(IKAGI) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di
Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007), sehingga ampas tebu
yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60%
dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar.,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur, dan
lain-lain. Oleh karena itu, diperkirakan sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut
belum dimanfaatkan. (Husin, 2007)
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara
1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini
dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase
mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat
bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa,
pentosan dan lignin. (Husin, 2007)
Berikut kandungan serat ampas tebu menurut (Tewari, dkk 2012)
(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:KfbpAo7D730J:ep
rints.ums.ac.id/45135/5/BAB%25201.pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id)
Tanaman tebu merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Budidaya tanaman tebu, yang merupakan bahan
baku utama dalam pembuatan gula, mengalami peningkatan yang sangat
pesat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan gula yang meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan gaya hidup masyarakat.
Peningkatan produksi gula berdampak pada peningkatan produksi ampas tebu.
Ampas tebu merupakan limbah dari tanaman tebu yang sudah dilakukan
penggilingan untuk proses pembuatan gula (Rokhman dkk, 2014).
Ampas tebu merupakan salah satu potensi serat alam dengan jumlah yang
melimpah. Jumlah ampas tebu yang dihasilkan dari tanaman tebu ialah sekitar
30% dari berat tanaman tebu tersebut (Purnawan dkk, 2012). Sejauh ini
pemanfaatan ampas tebu belum maksimal, sebagian besar hanya digunakan
sebagai bahan bakar. Beberapa penelitian menyatakan ampas tebu dapat
digunakan sebagai penguat material lain seperti serat sintetik dalam pembuatan
kapal, papan partikel, mortar dan tapak rem (Andriyanti dkk, 2012).
Bentuk serat ampas tebu hampir menyerupai bentuk fiber sintetik yang
tersedia di pasaran. Kandungan ampas tebu terdiri dari selulosa (52,42%),
hemiselulosa (25,8%), lignin (21,69%), abu (2,73%) dan ethanol (1,66%)
(Tewari dkk, 2012). Kadar serat pada ampas tebu yang cukup tinggi sekitar 44%-
48% menyebabkan material ini dapat digunakan sebagai material tambahan untuk
memberikan kekuatan pada material lain. Kandungan selulosa yang cukup tinggi
juga memberikan sifat kuat pada serat ampas tebu. Kelebihan lain dari
penggunaan serat ampas tebu sebagai material penguat ialah jumlahnya yang
cukup banyak, mudah dijumpai dan harganya yang terjangkau (Agunsoye, 2013).
Dari berbagai sifat dan kelebihan ampas tebu diatas, peneliti ingin mengetahui
pengaruh penambahan serat ampas tebu terhadap kekuatan tekan resin komposit
nanofill.
Data dari Statistik Pertanian 2014
2. Pisang