Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan disajikan terkait industri pulp
dan kertas yang meliputi bahan baku, proses pengolahan, karakteristik dan jenis limbah yang
dihasilkan; dampak limbah padat industri pulp dan kertas terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia; serta upaya untuk meminimasi limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut.
Menurut Rini (2002) dalam Rahmani (2016), kayu sebagai bahan baku dalam industri
kertas mengandung beberapa komponen, yaitu:
1) Selulosa, merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam pembuatan kertas karena
bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001) dalam kayu mengandung sekitar 50 %
komponen selulosa.
2) Hemiselulosa, lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.
3) Lignin, berfungsi merekatkan serat-serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pada proses pulping
secara kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan komponen lignin tanpa mengurangi
serat selulosa. Menurut Stanley (2001) komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.
4) Bahan ekstraktif, yang meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain.
Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam
limbah industri kertas. Menurut Stanley (2001), jumlah komponen hemiselulosa dan hidrokarbon
dalam kayu adalah sekitar 20 %.
2) Pulping
Chip dimasak di dalam digester untuk memisahkan serat kayu (bahan yang digunakan
untuk membuat kertas) dengan lignin. Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor
ke bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus
(presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan
cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor. Proses ini terbagi atas 3 macam, yaitu
Chemical Pulp Production Process, Semi-chemical Pulp Production Process, dan Mechanical
Production Process. Hasil dari proses ini adalah pulp atau bubur kertas. Pulp ini yang akan
diolah menjadi kertas pada mesin kertas (paper machine) (Rahmani, 2016).
Menara absorbsi dibuat minimal 2 buah. Penguliran air dari atas ke bawah dengan spray
berlawanan dengan aliran SO2 yang dimasukkan ke menara absorbsi. Liquor yang keluar dari
menara berisi sejumlah SO2 yang bebas lalu dimasukkan dalam reclain tank. Akhirnya liquor
dimasukkan dalam digester sebagai larutan kalsium dan magnesium bi sulfit. Berdasarkan
analisa kira-ira 4,5% total SO2 dan 3,5% SO2 bebas. Digester ini diisi penuh dengan potongan-
potongan kayu halus dan asam pemasak dengan kapasitas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu
dan 3000 sampai 51000 galon asam-asam. Digester dipanaskan secara langsung dengan steam
(uap) dengan tekanan 70-160 lb/in2 tergantung dari jenis kayu yang dipakai. Waktu yang
diperlukan 10-11 jam dengan suhu 1050-1550 oC.
Setelah pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak, pulp dikeluarkan dan
masuk dalam blowpit dengan diberi air jernih. Dari blowpit ini pulp dimasukkan, diayak dan
seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk dipadatkan dengan jalan membuang airnya
dengan mesin ayakan 80. Kemudian pulp dimasukkan dalam tanki pemutih dan diputihkan
dengna klorin dengan penambahan cairan kapur sebagai penetralnya. Selesai pemutihan pulp
dimasukkan dalam mesin-chest dan dikeringkan. Selanjutnya dibuat roll-roll pulp. Sifat pulp
memiliki kekuatan tinggi, warna tua, sulit diputihkan, tak dapat digunakan sebagai bahan
dissolving pulp. Kegunaan pulp ini sebagai kertas bungkus, kertas tulis, kertas cetak, linerboard,
dan sebagainya.
3) Washing
Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus.
Proses akhir dari penyaringan berada pada sand removal cyclones yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dari pulp. Alat – alat yang digunakan dalam proses cleaning adalah :
a) Magnetic Separator, bekerja secara magnetik yaitu memisahkan kotoran yang mengandung
logam seperti serta partikel-partikel lainnya yang bersifat magnet.
b) HCC (High Consistency Cleaner) bekerja secara sentrifugal, yaitu memisahkan kotoran yang
ukurannya hampir sama dengan serat berdasarkan berat jenisnya (Rahmani, 2016).
4) Oxygen Delignification
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH)
di dalam delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Proses ini bertujuan sebagai
proses pra-bleaching untuk mengurangi bilangan kappa (kadar lignin sisa), sehingga mengurangi
pemakaian bahan kimia pemutih pada proses pemutihan. Dari proses ini akan dihasilkan pulp
berwarna cokelat yang akan dikirim ke unit bleaching dan filtrat yang dikirim ke unit pengolahan
limbah cair (Effluent Treatment Plant) (Rahmani, 2016).
5) Bleaching
Bleaching merupakan proses yang mengubah pulp untuk lebih putih, bersinar, halus dan
mudah menyerap. Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan untuk
menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Apabila pada proses pemutihan digunakan klorin,
maka dari unit ini akan dihasilkan limbah cair yang mengandung chlorinated organic
compounds yang diketahui sangat berbahaya terhadap lingkungan. Teknologi bleaching yang
digunakan adalah:
a) Elemental Chlorine Free (ECF), pada konsep ini unsur klor masih boleh digunakan, tetapi tidak
dalam bentuk Cl2 melainkan dalam bentuk senyawa lain misalnya ClO2.
b) Total Chlorine Free (TCF), pada konsep TCF sama sekali tidak digunakan unsur klor. Sebagai
pengganti klorin pada konsep TCF biasanya digunakan oksigen atau ozon (Rahmani, 2016).
Chemical pulp menggunakan NaOH dan ClO2 sebagai pemutih, semi-chemical pulp
menggunakan H2O2 sebagai pemutih dan mechanical-pulp menggunakan H2O2 dan/atau Na2SO3.
6) Screening
Bundel serat yang lebih kecil dan kotoran lainnya dihilangkan dari pulp dalam proses
penyaringan untuk mendapatkan bubur bersih (Rahmani, 2016).
7) Refining
Refining adalah proses penggilingan bubur serat lebih lanjut untuk menghasilkan bubur
serat yang lebih halus. Setelah itu bubur serat tersebut diolah kembali dengan cara dipotong dan
digiling dengan menggunakan 2 buah pisau pemotong yang berbentuk disc plate (Rahmani,
2016).
Dampak Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas terhadap Kesehatan Manusia
Menurut Green (2005) dalam Rahmani (2016), terdapat beberapa senyawa dalam
limbah padat industri pulp dan kertas yang berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan
manusia, yaitu:
1) Asbes, yang dapat menyebabkan kanker paru-paru.
2) Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin yang
berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.
3) Kromium heksavalen dan senyawa nikel, bersifat karsinogenik terhadap paru-paru dan organ
pernafasan lain. Menurut Palar (2008), ion-ion Cr 6+ (kromium heksavalen) dalam proses
metabolisme dalam tubuh akan menghalangi atau mampu menghambat kerja dari enzim
benzopiren hidroksilase yang dapat mengakibatkan perubahan pada kemampuan pertumbuhan
sel, sehingga sel-sel menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol (menjadi sel kanker). Hal
inilah yang menjadi dasar dari penggolongan kromium ke dalam kelompok logam yang bersifat
karsinogenik.
4) Debu kayu (utamanya kayu keras), yang dikenal sebagai penyebab kanker pada saluran
pernafasan.
5) Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioksin yang berpeluang besar
menyebabkan kanker. Menurut Yuniarti (2008), dioksin adalah senyawa organik yang sukar
terdegradasi dan konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena
adanya proses biomagnifikasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi dioksin di dalam jaringan tubuh
menjadi ratusan kali lebih besar. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi
dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat badan. Dalam jumlah
sedikit saja dioksin sudah sangat berbahaya, apalagi dalam jumlah besar maka dioksin akan
bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan
penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Dioksin juga
akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker
prostat dan kanker testis, sedangkan pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara
dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar
rongga rahim.
Menurut Rahmani (2016), air limbah industri pulp dan kertas sangat berbahaya terhadap
kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah
tersebut. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit
kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit
di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti:
1) Virus
2) Vibrio cholera
3) Taenia spp.
4) Ascaris spp.
5) Enterobius spp.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air limbah juga dapat
mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta
bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar (Rahmani, 2016).
Menurut Rahmani (2016), pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan
untuk menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses pemutihan pulp
lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Di antara inovasi teknologi dalam proses pulping
tersebut, ada dua jenis teknologi yang bisa dikatakan bersifat revolusif dan sangat aman terhadap
lingkungan serta kemungkinan besar bisa memberikan harapan untuk diterapkan dalam skala
pabrik di masa depan. Kedua jenis teknologi pulping tersebut adalah proses bio-pulping dan
proses organosolv.
a) ASAM
ASAM adalah singkatan dari Alkaline-Sulfite-Antrhraquinone-Methanol yang pada
dasarnya merupakan modifikasi proses pulping konvensional. Proses ini kombinasi antara proses
kraft dan proses sulfit. Penambahan metanol dan antrakuinon dalam proses ini akan
mempercepat proses delignifikasi serta dapat mengurangi degradasi karbohidrat selama proses
pulping sehingga rendemen pulp meningkat.
Dibandingkan dengan proses kraft konvensional, proses ASAM memiliki beberapa
keunggulan, antara lain dapat mengolah semua jenis kayu, rendemen pulp yang dihasilkan lebih
tinggi, pulp yang dihasilkan mudah diputihkan dan mempunyai sifat kekuatan yang prima, serta
dapat mengurangi emisi gas sulfur yang terjadi pada proses konvensional.
b) Organosolv
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia
organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah
terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan
sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang
dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv
memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur
ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga
lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa
lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi
biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang relatif
kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak dalam
proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses organosolv,
namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu
proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell
(menggunakan asam asetat), dan proses organocell (menggunakan metanol).
Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara misalnya di
Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai diterapkan dalam beberapa
pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang telah beroperasi dalam skala pabrik di
New Brunswick (Kanada) terbukti mampu manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft,
rendemen tinggi, dan sifat pendauran bahan kimia yang sangat baik.
c) Memanfaatkan Jamur
Proses pulping konvensional baik dengan cara mekanis maupun cara kimia
membutuhkan energi yang sangat tinggi. Di lain pihak, secara alami ada sejumlah
mikroorganisme perusak kayu (dalam hal ini jamur) yang mampu mendegradasi lignin.
Kemampuan jamur dalam mendegradasi lignin secara alami ini selanjutnya diteliti dan
dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai agen dalam proses delignifikasi dalam teknologi
pulping dan bleaching. Teknologi ini selanjutnya disebut sebagai teknologi bio-pulping dan
teknologi bio-bleaching. Dari sisi lingkungan, penemuan ini merupakan terobosan besar dalam
teknologi pulping dan bleaching dan diharapkan mampu menjawab permasalahan lingkungan
yang ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas karena pemrosesannya tidak menggunakan bahan
kimia.
Namun, bila dibandingkan dengan proses pulping secara kimia yang berlangsung pada
suhu dan tekanan tinggi serta pH yang ekstrim, proses ini sangat lambat. Karena prosesnya
lambat, maka aplikasi bio-pulping secara penuh belum bisa diterapkan dalam skala industri. Saat
ini aplikasi bio-pulping baru pada tahap pre-treatment terhadap kayu yang akan dimasak, baik
pada proses mekanis maupun proses kimia. Proses mekanis yang diberi perlakuan biologis
disebut biomechanical pulping, sedangkan proses kimia yang diberi perlakuan biologis disebut
biochemical pulping.
Beberapa penelitian melaporkan, dengan adanya fungal pre-treatment konsumsi energi
pada saat proses pulping menjadi berkurang. Perlakuan ini juga terbukti dapat menurunkan
bilangan kappa serta dapat meningkatkan sifat bleachability pulp yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Bioremediasi Limbah Cair Industri Kertas menggunakan Imobilisasi Enzim Kasar dan Sel
Bakteri dengan Kalsium Alginat. Electronic Theses and Dissertations (ETD) Gadjah Mada
University. [Diakses di http://etd.repository.ugm.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Efendi, Muchammad. 2015. Dampak Negatif akibat dari Limbah Pabrik Kertas. Makalah Jurusan Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS), Yogyakarta. [Diakses di http://
http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].
Hastutik, dkk. 2004. Pengaruh Limbah Padat Kertas terhadap Hasil Tanaman Bawang Merah. Jurnal
PKMI: Hal. 1-8. [Diakses di http://directory.umm.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Isyuniarto, dkk. 2007. Degradasi Limbah Cair Industri Kertas menggunakan Oksidan Ozon dan Kapur.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007. ISSN 0216-3128: Hal. 55-60. [Diakses di
http://digilib.batan.go.id, tanggal 13 Mei 2016].
Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan ke empat. Jakarta: Rineka Cipta.
Prastyo, dkk. 2012. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Padat. [Diakses di
http://situsresmierzadiego.blogspot.co.id, tanggal 13 Mei 2016].
Rahmani, Siti Astari. 2016. Proses Pengolahan Pulp dan Kertas. [Diakses di http://
http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].
Wagiyanto, Didik. 2009. Minimasi Limbah dalam Industri Pulp and Paper. [Diakses di
http://d12x.blog.uns.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Yuniarti, Ade. 2008. Identifikasi Bahaya-bahaya Zat Kimia pada Industri Pulp/Kertas. [Diakses di
http://www.blogster.com, tanggal 13 Mei 2016].