Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI INDUSTRI

PENGEMBANGAN BIOETANOL BERBAHAN DASAR


LIMBAH PANGAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK
KEMANDIRIAN ENERGI DI INDONESIA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Industri

Dosen pengampu : Sardi, ST.,MT

DISUSUN OLEH:

Nur Muhammad Safi’i (16320072)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS JANABADRA
2017

1
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................................................. 3
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
II. PENERAPAN KAWASAN EKO INDUSTRIAL BIOETANOL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER DAYA
KEMANDIRIAN ENERGI DI INDONESIA .................................................................................................... 6
2.1 Konsep Dasar Penerapan .............................................................................................................. 6
2.2 Prospek Penerapan Ekologi Industri di Indonesia......................................................................... 7
2.3 Penerapan Ekologi Industri pada Industri Bioetanol .................................................................... 8
III. KESIMPULAN ...................................................................................................................................... 9
VI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 10

2
ABSTRAK
Pembangunan di bidang energi diarahkan menuju peningkatan kemampuan iptek dalam
konservasi sumber energi, efisiensi pemanfaatan energi, diversifikasi penggunaan energi, dan
pengembangan energi baru terbarukan. Pengembangan ekologi industri bioetanol yang
berbahan dasar limbah pangan merupakan suatu usaha untuk membuat konsep baru dalam
mempelajari dampak sistem industri bioetanol berbahan dasar limbah pangan pada
lingkungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen
utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada hasil dari limbah industri
pangan, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses
dematerialisasi dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Ekologi industri pabrik bioetanol berbahan dasar limbah pangan memberikan beberapa
dampak positif, antara lain : pendirian industry bioetanol berbahan dasar limbah pangan dapat
meningkatkan perekonomian daerah melalui pembukaan lapangan kerja baru sehingga dapat
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, secara sosial dengan adanya pabrik bioetanol
berbahan dasar limbah industri pangan yang merupakan komoditas terbesar di Indonesia mata
pencahariaan masyarakat lebih variatif sehingga akan memajukan daerah setempat, dan dari
aspek
lingkungan pemanfaatan limbah industri pangan untuk produksi bioetanol akan sangat
menguntungkan karena dapat meminimalkan limbah organik yang terbuang ke lingkungan.

3
I. PENDAHULUAN
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan
motor penggerak yang memberikan dasar bagi proses pembangunan. Agar pembangunan itu
sendiri dapat berkelanjutan, maka harus diadakan perubahan mendasar pada kualitas
pembangunan tersebut. Secara umum, industri dan setiap kegiatan industrialisasi harus
dirangsang agar lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan pencemar dan
limbah yang lebih sedikit, lebih berdasar pada
penggunaan sumber daya yang dapat pulih dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan [1].
Pada dasarnya ekologi industri merupakan suatu pendekatan manajemen lingkungan dimana
suatu sistem tidak dilihat secara terpisah dengan sistem sekelilingnya tetapi merupakan
bagian utuh yang saling mendukung dalam rangka mengoptimalkan siklus material ketika
suatu bahan baku diproses menjadi produk [2]. Ekologi industri dirancang agar suatu sistem
dapat berintegrasi antar industri menyerupai ekosistem yang ada di alam, sehingga interaksi
antar industri dalam sistem ekologi industry berlangsung secara alam.
Konsep ekologi industri telah banyak dikembangkan di negara-negara maju dan bahkan di
negara-negara maju dan bahkan di negara-negara berkembang seperti sistem ekologi industri
Kalundborg di Denmark, Brownville di Amerika Serikat, Guitang di Cina dan Naroda di
India [3-4]. Di negara maju, ekologi industri telah digunakan sebagai salah satu instrument
untuk merancang pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sementara itu di negara-negara berkembang, masih terdapat kendala bahwa sumber daya
alam yang melimpah masih belum dapat dioptimalkan penggunaannya.
Ekologi industri juga merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi
atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi [5].
Sebenarnya tidak ada satupun definisi tunggal dari ekologi industri yang berlaku umum.
Namun pada dasarnya, kebanyakan pengertian yang diberikan mengandung atribut yang
serupa, walaupun dengan menggunakan penekanan yang berbeda.
Konsep dasar ekologi industri dalam hal ini dapat dijelaskan seperti berikut : manufaktur
menggunakan material murni, diekstrak menjadi produk tertentu yang kemudian digunakan
oleh industri lain atau langsung dikonsumsi oleh konsumen. Produk sisa yang dihasilkan dari
proses produksi ini atau sisa konsumsi konsumen kemudian diproses ulang sehingga nantinya
dapat digunakan lagi untuk pertumbuhan material murni. Semua tahapan yang dilalui ini
terbentuk dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem tertutup, dimana semua sisa
produksi dipulihkan kembali.

4
Memang di setiap proses tidak semuanya selalu efisien, akan ada fliksi-fliksi dan hilangnya
beberapa sumber daya selama proses daur hidup tersebut. Namun demikian, sebenarnya
tujuan utama ekologi industri tidak lain adalah mengurangi penggunaan material murni,
khususnya bahan baku dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui [6].
Konsep ekologi industri ini dapat diterapkan untuk mengembangkan terciptanya sumber
energi baru yang berasal dari limbah proses industry sebelumnya. Dengan menerapkan
konsep ekologi industri beberapa industry dapat melakukan sistem pertukaran limbah yang
dapat digunakan oleh perusahaan lainnya dalam suatu kawasan. Limbah dari suatu kegiatan
industri bisa jadi merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi bagi
industri yang lain.
Di Indonesia belum banyak dikembangkan sumber energi baru yang berasal dari limbah atau
buangan industri lain dalam suatu kerangka ekologi industri. Energi baru adalah bentuk
energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun
energi tak terbarukan antara lain hidrogen, coal bed methane, batubara yang dicairkan
(liquefied coal), gasifikasi batubara (gasified coal) dan nuklir; sedangkan energi terbarukan
adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan
habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, bahan bakar
nabati (biofuel), arus sungai, energi surya, energi angin, biomasa, dan energi laut.
Industri etanol/bioetanol mempunyai prospek yang sangat bagus di Indonesia, karena
kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Dalam perkembangannya
industri etanol diarahkan untuk diversifikasi penggunaan produk untuk bahan bakar biofuel,
yang merupakan salah satu bahan bakar yang dapat diperbaharui, karena bahan bakunya
dapat diperbaharui, misal : tetes tebu/molase, singkong, sorgum dll. Bahan bakar hayati
generasi kedua (bioetanol) merupakan alternative yang lebih sustainable karena dapat
memanfaatkan residu yang juga dapat mengurangi beban pencemaran lingkungan. Akan
tetapi, salah satu tantangan bagi bioetanol generasi kedua ini yaitu tingkat produktivitasnya
yang masih rendah.
Pada kajian kali ini membahas penerapan ekologi industri untuk produksi bioetanol di
Indonesia.Indonesia merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan industri
bioetanol. Indonesia masih mempunyai lahan kosong yang masih luas dan bisa dimanfaatkan
untuk pertanian tebu. Tanaman tebu ini merupakan bahan utama pada industri gula. Dengan
jumlah produksi tanaman tebu yang meningkat setiap tahunnya sehingga memungkinkan
buangan limbah dalam molase meningkat.

5
Tujuan utama ekologi industri dalam ruang lingkup industri bioetanol tidak lain adalah untuk
memajukan dan melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan baik itu secara regional
maupun lokal, dengan mencoba menemukan kebutuhan generasi sekarang dengan generasi
yang akan datang. Secara rinci, terdapat tiga prinsip kunci untuk mendukung tujuan tersebut,
antara lain : (1) penggunaan sumber daya limbah industri gula sebagai sumber daya yang
berkelanjutan untuk industri bioetanol; (2) meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar
industri gula, (3) memelihara kelangsungan hidup ekologi sistem alami.

II. PENERAPAN KAWASAN EKO INDUSTRIAL BIOETANOL SEBAGAI


SALAH SATU SUMBER DAYA KEMANDIRIAN ENERGI DI INDONESIA

2.1 Konsep Dasar Penerapan


Konsep ekologi industri dapat berhubungan dan diimplikasikan dalam sistem industri. Ada
dua hal yang mendasari konsep ekologi industri, yaitu metabolisme industri dan ekosistem
industri [7]. Metabolisme industry merupakan suatu cara bagaimana industri tersebut
menangani aliran material dan aliran energinya secara keseluruhan melalui suatu system
industri, kepada konsumen dan pada tempat pembuangan akhirnya. Ada tiga konsep
metabolisme alami yang dibawakan dalam konsep
ekologi industri. Pertama, metabolisme industri merupakan integrasi menyeluruh dari
sekumpulan proses fisik yang mengubah bahan baku dan energi menjadi produk akhir dan
limbah dalam keadaan steady state. Kedua, metabolisme industri dapat diuji sebagai sebuah
unit operasi secara individu dalam sebuah proses produksi secara industri, pada level pabrik
maupun global. Ketiga, ekologi industri dianggap sebagai suatu hal yang dianalogikan antara
metabolisme biologi dengan metabolisme industri adalah konsep daur hidup.
Terdapat lima komponen utama dalam ekosistem industri yaitu produsen bahan baku utama,
sumber energi, prosesor material dan manufaktur, sektor pengolahan limbah dan kemudian
yang terakhir sector konsumen. Pada suatu sistem yang ideal, aliran material antara kelima
komponen tersebut sangat tinggi. Masing-masing sistem material berkembang dengan
sendirinya sehingga memaksimalkan efisiensi sistem dengan memanfaatkan material dan
energi.

6
1. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen
utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada.
2. Membuat siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi.
3. Proses dematerialisasi.
4. Pengurangan dan penghilanganketergantungan pada sumber energi yang tidak
terbarukan [8].

2.2 Prospek Penerapan Ekologi Industri di Indonesia


Persoalan utama negara berkembang seperti Indonesia adalah sumber daya alam yang
melimpah namun masih belum dioptimalkan penggunaannya. Kawasan industri masih berupa
suatu kawasan yang belum terpadu secara sistematis dan hanya berupa kumpulan industri
yang berdiri sendiri. Konsep ekologi industri di Indonesia masih dapat terus dikembangkan
sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pembangunan industri yan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Indonesia adalah negara agraris sehingga penataan kawasan ekologi
industri dapat dimulai dari pendirian kawasan industri terpadu di dekat kawasan pertanian
masyarakat atau lebih dikenal dengan kawasan agroindustri.
Beberapa contoh industri yang dapat diintegrasikan di Indonesia, antara lain perkebunan tebu,
industri gula, industri bioetanol, industri pulp dan kertas, industri pupuk, industri semen, serta
industri logam alkali.
Interaksi antar industri tersebut dapat digambarkan pada skema 2.1.

Skema 2.1. Ekologi Industri di Perkebunan Tebu

7
2.3 Penerapan Ekologi Industri pada Industri Bioetanol
Adanya industri gula dapat memacu bertambahnya limbah industri yang menimbulkan
permasalahan lingkungan. Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi,
mengharuskan suatu industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk
mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran
lingkungan dengan cara pengolahan limbah menjadi mahal dan tidak menyelesaikan
permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas,
dan sumber daya alam semakin menipis.
Oleh karena itu, perlu adanya sistem baru yang dapat meningkatkan produk suatu industri,
penghematan bahan baku sekaligus meminimalkan pencemaran lingkungan, sistem tersebut
kita kenal dengan ekologi industri.
Pada ekologi industri ini tidak hanya membahas tentang masalah polusi dan lingkungan tetapi
juga mempertimbangkan kesinambungan industri serta aspek ekonomi tetap diutamakan.
Dengan ekologi industri akan tercipta suatu sistem yang terpadu di antara industri-industri
yang ada didalamnya dan saling bersimbiosis secara mutualisme [9]. Apabila yang menjadi
fokus adalah industri gula dan bioetanol maka skema ekologi industrinya dapat digambarkan
pada skema 2.2.

Skema 2.2. Ekologi Industri Pabrik Bioetanol

Optimasi penggunaan material dan energi dalam kegiatan industri dimulai dengan
menganalisa proses industri gula untuk menghilangkan limbah yang terbuang. Pada industri
gula masing-masing proses unit pengolahan dibuat seefektif mungkin. Kemudian dibuat
simbiosis antara industri gula dengan industri yang lain sehingga bisa meminimalkan
penggunaan energi dan produk samping. Bagi industri yang lainnya, keuntungan yang bisa

8
diambil dengan adanya industri gula adalah bisa memperoleh bahan baku industri yang
mempunyai harga sangat minimal untuk memperoleh produk dengan harga jual tinggi
sehingga bisa menguntungkan dari segi ekonomi. Harga bahan baku tersebut murah
dikarenakan menggunakan limbah dari industri gula. Bioetanol yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif sehingga dapat mengurangi penggunaan bensin.
Sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Pada sektor ekonomi keberadaan industri pengolahan gula di Indonesia dapat membantu
pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan adanya pabrik
gula akan membuka lapangan kerja baru. Dengan demikian adanya pabrik gula juga bisa
membantu pemecahan salah satu masalah negara yaitu pengangguran. Pada sektor
lingkungan, dengan adanya konsep ekologi industri
diharapkan berdirinya suatu industri tidak akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan.
Limbah-limbah hasil industri pada tiap-tiap stasiun pengolahan di industri pabrik gula bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri lain, sehingga akan menimbulkan keseimbangan
lingkungan.

III. KESIMPULAN
Konsep ekologi industri dapat diterapkan pada pengembangan bioetanol berbahan dasar
limbah industri pangan, seperti limbah industri gula berbahan dasar tebu. Pada contoh bentuk
ekologi industri pada perkebunan tebu dan industri etanol dapat terlihat aliran material antar
industri yang bersangkutan berada pada siklus tertutup sehingga lebih efisien.

9
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] Allenby, B. R., 2001, Sustainable Development, National Academic Press, Washington D.
C., USA.
[2] Garner, H., and Koeleland, G. A., Industrial Ecology: An Introduction, 1995, National
Pollution Prevention Centre for Higher Education, University of Michigan, USA.
[3] Richards, D. J., and Frosch, R. A., 1997, The Industrial Green Game : Overview and
Perspective, National Academic Press, Washington, D. C., USA.
[4] Nonamem, and Singh, K., 2001, Naroda Eco-Industrial Parks, J. Industrial Tech., 3(6) :
21-29.
[5] Manahan, S. E., 1999, Industrial Ecology: Environmental Chemistry and Hazardous
Waste, Lewis Publishers, New York, USA.
[6] Tibbs, R., 1993, Industrial Ecology: An Environmental Agenda for Industry, Global
Business Network, Emer Yville, California, USA.
[7] van Berkel, R., 2001, Industrial Metabolism, Curtin University Press, Australia.
[8] Erkman, S., dan Ramesh, R., 2000, Cleaner Production at the System Level : Industrial
Ecology as a Tool for Development Planning (Case Study in India), UNEP 6th International
High-Level Seminar on Cleaner Production, Montreal Canada.
[9] Marian, R. C., 2007, Uncovering Industrial Symbiosys, Journal of Industrial Ecology,
Volume 11, Number 1, Yale University, USA.

10

Anda mungkin juga menyukai