Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT PERTAMINA PERSERO REFINERY UNIT V BALIKPAPAN


ANALISIS PENYEBAB KERUSAKAN TANGKI R-3
MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

Disusun oleh:
Christine Anasthacia Purba
122110069
Laporan umum

BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERTAMINA merupakan perusahaan minyak dan gas yang berdiri sejak 10 Desember 1957 yang awalnya diberi nama PT
PERMINA dan merupakan perusahaan yang dimiliki pemerintah Indonesia. Selama berdiri PT PERTAMINA (persero) telah
banyak mengalami perubahan nama.

PT PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas milik pemerintah juga memiliki beberapa tugas. Tugas dari PT
PERTAMINA adalah menyediakan serta menjamin pemenuhan akan kebuthan BBM, sebagai sumber devisa negara,
sebagai pelaksanaan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta menyediakan kesempatan kerja.

Kapasitas
Kilang Provinsi
(MBSD)
RU I Pangkalan Brandan Sumatera Utara 5
RU II Dumai Riau 170
RU III Plaju & Sungai
Sumatera Selatan 145.6
Gerong
RU IV Cilacap Jawa Tengah 348
RU V Balikpapan Kalimantan Timur 260
RU VI Balongan Jawa Barat 125
RU VII Kasim-Sorong Irian Jaya 10
VISI DAN MISI PERUSAHAAN
Visi
Visi dari perusahaan ini yaitu menjadi perusahaan yang memiliki kemampuan untuk membawa nama bangsa
untuk bersaing dengan perusahaan lain di dalam maupun luar negeri dan menjadi perusahaan energi nasional
kelas dunia.
Misi
Misi dari perusahaan ini yaitu menjalankan industri minyak dan gas dalam negeri secara terintegritas dan
energi baru secara terbarukan dan handal.

LOGO PT PERTAMINA

Keuletan, kesungguhan dan Sumber daya


keberanian dalam menghadapi
energi
berbagai tantangan
berwawasan
Dapat dipercaya dan lingkungan
bertanggung jawab

Elemen logo berbentuk huruf “P” yang secara keseluruhan


mengambarkan bentuk panah dimaksudkan sebagai
PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif.
 LOKASI PT PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN
 Lokasi kilang minyak di Balikpapan terletak di tepi Pantai Teluk Balikpapan dengan luas 2,5 km 2 . Lokasi kilang
yang berdekatan dengan perairan laut mempermudah transportasi produk dan bahan baku keluar maupun
menuju kilang
SISTEM PRODUKSI
  Bahan Baku Produksi
Feed atau ahan baku produksi merupakan hal sang sangat penting yang dibutuhkan untuk mengolah suatu produk. Feed yang digunakan
dalam pengolahan di PT PERTAMINA (Persero) RU V Balikapan terdiri dari crude yang berasal dari dalam dan luar kalimantan.

 PROSES PRODUKSI
 Proses unit kilang Balikpapan I
Kilang Balikpapan I merupakan kilang lama yang telah di-upgrade pada tahun 1997. Kilang Balikapan I memiliki kapasitas produksi
sebesar 60.000 barrel per hari, yang terdiri dari beberapa unit operasi antara lain :
 Dehydration Plant (DHP)
Dalam pengiriman crude akan dilakukan pencampuran dengan air sehingga komposisinya menjadi 37% air dan 63% minyak mentah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari pembekuan yang bisa terjadi pada saat pengiriman karena viskositasnya tinggi
 Crude Distillation Unit V (CDU V)
CDU V memiliki kapasitas 60.000 barrel per hari. Unit ini memiliki fungsi untuk memisahkan crude oil berdasarkan titik didihnya
 High Vacum Unit (HVU)
HVU III memiliki kapasitas sebesar 2500 BPSD. Unit ini berfungsi untuk mengolah long residue menjadi beberapa produk seperti
Paraffinic Oil Distilate
 Wax plant
Wax plant berfungsi untuk memisahkan lilin yang terkandung dalam Paraffinic Oil Distillate (POD) baik yang ringan maupun
medium.
 Proses Unit Kilang Balikpapan II
 Hydroskimming Complex (HSC)
Enam plant yang termasuk dalam Hydroskimming Complex terdiri dari :
- Plant 1 : Crude Distilling Unit IV (CDU IV)
Seperti halnya CDU V, CDU IV juga berfungsi untuk memisahkan fraksi fraksi berdasarkan titik didihnya pada tekanan
atmosferik.. CDU IV juga didesain untuk mengolah crude dari Handil dan Bekapai.
- Plant 4 : Naphtha Hydrotreater Unit
NHT merupakan unit proses katalis dngan menggunakan gas hidrogen untuk mendekomposisi sulfur organik, senyawa
nitrogen, dan oksigen yang terkandung pada hidrokarbon. Proses ini juga mendekomposisi senyawa organo-metalik dan senyawa
organik jenuh. NHT juga bertujuan untuk menghilangkan racun katalis pada naphtha yang akan memasuki platforming unit.
- Plant 5 : Platforming unit
Platforming unit dirancang untuk membentuk molekul hidrokarbon tertentu yang dapat digunakan untuk bahan bakar mesin
secara katalik dalam rentang titik didih nafta dan menghasilkan komponen blending bahan bakar dengan nilai oktan yang lebih
tinggi.
- Plant 6 : LPG recovery unit
LPG recovery unit digunakan untuk memproses campuran aliran LPG yang diproduksi CDU, hydrocracker, dan platformer. Unit
ini juga memproduksi aliran gas campuran yang kemudian dikirim ke sistem fuel gas untuk dicampur dengan aliran off-gas dari
bermacam unit di kilang sebelum digunakan sebagai fuel gas.
- Plant 7 : Sour water stripper unit
Sour water stripper disebut juga sour water treating unit yag digunakan untuk menghilangkan hidrogen sulfida dan amoniak
dari air buangan unit CDU IV, HVU II, HC unibon unit, naphta hydroteater, dan LPG recovery unit. Air yang sudah diolah akan
bebas dari H2S dan amoniak dan mempunyai spesifikasi yang baik sehingga dapat kembali digunakan untuk desalting di CDU IV.
 Hydrocracking Complex (HCC)
 Hydrocracking Complex (HCC) merupakan tempat berlangsungnya proses sekunder. Pada unit hydrocracker terjadi reaksi perengkahan dari
produk distilasi vakum dengan bantuan gas hidrogen yang dihasilkan dari hydrogen plant. Unit utama yang terdapat dalam kompleks ini
adalah unit hydrocracker. Unit pemprosesan yang digunakan dalam Hydrocracking Complex (HCC) adalah:
 Plant 2 : High Vacuum Unit II (HVU II)
HVU II merupakan proses yang bertujuan untuk mengolah long residue yang tidak dapat difraksinasi lagi dalam CDU. Proses yang
terjadi pada unit ini adalah proses distilasi pada tekanan vakum. Penggunaan tekanan vakum bertujuan untuk menurunkan titik didih dari
long residue karna bila didistilasi pada tekanan atmosferik membutuhkan temperatur yang tinggi. Temperatur yang tinggi dihindari dalam
distilasi agar tidak terjadi perengkahan (cracking) yang tidak diinginkan dalam proses distilasi.
 Plant 3 : Hydrocracker Unibon (HCU)
Fraksi berat yang diolah di dalam unit ini adalah HVGO yang berasal dari HVU II dan HVU III. Prosesnya adalah katalik dan mengkonsumsi
hidrogen ketika mengkonversi konstituen dari crude yang berberat molekul tinggi menjadi produk yang lebih berharga dan berberat moekul
rendah, seperti naphtha, kerosene, dan solar. Umpan yang digunakan adalah HVGO yang diproduksi oleh palnt 2, HVU II dan sedikit umpan
HVGO dari unit distilasi vakum dan sisanya adalah filter oil dari wax plant.
 Plant 8 : Hydrogen plant
Umpan yang digunakan dalam hydrogen plant yaitu gas alam campuran Vico dan Unocal. Hydrogen plant berfungsi untuk menyediakan
gas H2 bagi hydrocracker unit. Prinsip reaksi yang digunakan dalam unit ini adalah reaksi steam reforming, yaitu mereaksikan gas alam
dengan steam sehingga menghasilkan H2. Kapasitas produksi dari hydrogen plant adalah 80.000 NM3/jam
 Plant 19 : Flare gas recovery plant
Semua gas berlebih akan dibakar ke flare gas stack. Pembakaran harus dilakukan karena gas itu akan berbahaya apabila sampai
terbakar di bawah. Flare gas recovery plant dapat mengolah gas-gas tersebut sebelum dibakar di flare gas stac menjadi LPG dan fuel gas.
 Plant 35 : Hydrogen recovery plant
Hydrogen recovery plant memiliki kapasitas sebesar 14467 Nm 3/jam. Umpan dari unit ini adalah Low Pressure Separator (LPS) off-gas
yang berasal dari HCU. Unit ini berfungsi untuk mengolah gas hasil LPS menjadi gas hidrogen dengan kemurnian 98%. Gas LPS diumpankan ke
scrubber untuk dihilangkan kandungan amoniaknya.air utilitas digunakan untuk melarutkan amoniak di dalam gas.
PENGENDALIAN KUALITAS
 Laboratorium PERTAMINA RU V Balikpapan terdiri atas 3 seksi laboratorium utama, yaitu :
 Seksi Evaluasi Crude
Seksi ini merupakan evaluasi crude yang belum pernah diolah dikilang Balikpapan dan crude lama, tetapi menunjukkan
perubahan spesifikasi. Evaluasi crude dilakukan dengan cara mengolah sample crude pada kondisi operasi yang sama dengan
kondisi kilang.
 Seksi produksi cair (BBM dan Non-BBM)
Laboratorium di seksi produksi cair bertugas memeriksa sifat-sifat fisik bahan baku, produk setengah jadi, dan produk akhir yang
fraksinya adalah cair seperti bensin, avtur, kerosin, solar dan LSWR pada saat disimpan di tangki dan pada saat dikapalkan.
Karakteristik-karakteristik diperiksa adalah:

Angka oktana : Pemeriksaan angka oktan terutama dilakukan terhadap bensin. Pemeriksaan angka oktana dilakukan setiap hari
dengan metode ASTM D-2700-80 menggunakan mesin Capporated Fuel Oil (CFR). Pemeriksaan angka oktana dilakukan dengan cara
membandingkan karakteristik ketukan yang timbul dari sampel dengan karakteristik ketukan standar yang telah diketahui angka
oktannya

Angka cetane solar : Pemeriksaan Cetane Number (CN) dilakukan setiap hari dengan metode ASTM-D-163-79, dengan mesin CFR
yang khusus untuk menghitung CN dari solar. Kualitas penyalaan dari sample solar (karakteristik ketukannya) dibandingkan dengan
kualitas penyalaan solar standar yang telah diketahui cetane number-nya.

Spesifik Grafity (SG) : Analisis SG menggunakan metode ASTM D 1298. Alat untuk mengukur specific gravity (60/60oF) dari
minyak yang berfraksi ringan dan fraksi berat adalah menggunakan Hydrometer.
Sulphur content : Analisis kandungan sulfur dilakukan dengan metode flame methode. Sample minyak dibakar
oleh oksige yang dialirkan sehingga, semua sulfur beruah menjadi SO2 kemudin dialirkan kedalam tabung berisi
H2O2, sehingga SO2 berubah menjadi H2SO4. Larutan H2SO4 dititrasi dengan larutan basa yaitu NaOH. Banyaknya
NaOH yang dititrasi menunjukkan jumlah sulfur yang terkandung pada sample.

Viskositas : Pengukuran viskositas dilakukan dengan memasukkan sample kedalam tabung berbentuk U. Tabung
dicelupkan kedalam cairan minyak, sehingga terjaga pada suhu 100 0F. Penentuan kiminatic viscocity dilakukan
dengan mengamati seberapa lama cairan sample mengalir melewati titik tertentu.

Smoke point (IP 57/55) : Instrument yang digunaan adalah tabung logam lampu pijar. Sample (biasanya berupa
avtur dan kerosin) dimasukkan kedalam alat ukur. Sumbu dinyalakan dan dimasukkan kedalam suatu ruang dimana
terdapat petunjuk ketinggian nyala api. Pemutar sumbu diputar untuk membesarkan nyala api, kemudian diputar
balik sampai api tidak mengeluarkan asap. Ketinggian diukur dan dicatat sebagai smoke point.

 Seksi produk gas dan lindungan lingkungan : Tugas dari laboratorium atau seksi ini adalah memeriksa bahan
baku, produk setelah jadi, dan produk akhir dalam fase gas, serta pengujian bahan-bahan kimia baru yang akan
diterima oleh pertamina. Pengujian dilakukan untuk mengetahui komposisi gas secara kimia, sedangkan ecara
fisik yang diuji adalha RVP dan specific grafity.
KESELAMATAN KERJA, HIGIENIS DAN LIMBAH
PT PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan memiliki peraturan keselamatan di dalam kilang yang disebut dengan “10 golden rules”yang berisi
peraturan-peraturan di bidang :
 Izin kerja aman dan analisa keselamatan pekerjaan
 Bekerja di ketinggian
 Bekerja di perairan
 Memasuki ruang terbatas
 Pengamanan sumber energi
 Bekerja dengan bahan kimia
 Bekerja dengan alat angkat
 Pengendalian sumber pemicu nyala api
 Keselamatan berkendara
 Mencegah pencemaran lingkungan

Selama bekerja, para pekerja diwajibkan menggunakan safety seperti :


 Sepatu safety
 Topi (helmet) pelindung
 Sarung tangan (gloves) untuk melakukan pengerjaan panas
 Tutup telinga (ear plug) untuk kawasan yang mempunyai kebisingan di atas 88 desibel.
 Masker untuk kawasan dengan bau gas yang menyengat dan beracun.
 Kacamata safety
Pengolahan Limbah
 Pengolah limbah gas
Limbah gas yang dihasilkan dikilang di Kilang RU V Balikpapan berupa gas nafta, gas beracun, gas sisa
dan hasil pembakaran, serta gas berlebih dari kilang. Beberapa fasilitas yang digunakan untk mengolah
limbah gas kilang ialah LPG plant, incenerator, stack, flare dan fuel gas system.
 Incenerator : Incenerator berfungsi untuk membakar gas-gas yang diperkirakan beracun, lalu dibuang ke
udara.
 Stack : Stack berfungsi sebagai pembuang hasil dan sisa pembakaran yang mengandung CO 2, asap, dan
debu. Stack dirancang cukup tinggi agar polutan yang terbuang naik ke atas dan tidak terhirup oleh
manusia.
 Flare : Flare berfungsi untuk membakar gas-gas berlebih dari kilang. Flare dirancang cukup tinggi untuk
mencegah pencemaran gas hidrokarbon pada manusia.

 Pengolahan Limbah Padat


 Katalis bekas yang mengandung platina dapat didaur ulang atau dijual kembali. Katalis bekas yang tidak
mengandung logam mulai dapat diolah menjadi paving block atau dikirim ke perusahaan pengolah limbah
B3.
 Sampah bekas nonproses seperti tanah galian dan lumpur dibuang ke luar area kilang.
 Sampah perkantoran dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Balikpapan.
 Pengolahan limbah cair
Limbah cair dari kilang dapat berupa air sisa proses, air hujan, serta slop oil. Slop oil mencakup minyak bocoran
dan minyak buangan yang off-spec. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk mengolah limbah cair kilang adalah oil
catcher, CPI, SWS, dan EWTP.
 Oil catcher
Oil catcher berfungsi untuk memisahkan minyak dan air dengan prinsip gravitasi. Sedimen kasar akan
mengendap di dasar kolom. Minyak yang mengapung ditangkap menggunakan oil skimmer dan dikirim ke tangki
slop oil. Air bersih kemudian dibuang ke laut.
 Corrugated plat interceptor (CPI)
Pada CPI terdapat lempengan miring untuk mengumpulkan butiran minyak. Partikel sedimen yang dibagian atas
lempeng akan meluncur ke dasar separator. Minyak yang terkumpul kemudian diambil menggunakan oil
skimmer, sedangkan sludge terkumpul pada pit.
 Sour Water Stripper Unit (SWS)
SWS berfungsi untuk menghilangkan H2S dan NH3 dari air yang berasal dari penyulingan, hydrocracker, dan LPG
recovery unit. Air hasil olahan tidak boleh mengandung NH3 lebih batas yang ditentukan.
 Effluent Water Treatment Plant (EWTP)
EWTP berfungsi untuk mengurangi kandungan minyak dan senyawa berbahaya lainnya sampai batas aman air
untuk dialirkan ke laut. Umpan EWTP berasal dari buangan proses Kilang Balikpapan I dan Kilang Balikpapan II,
CPI, serta SWS.
STRUKTUR ORGANISASI
DISTRIBUSI & PEMASARAN

Hasil produksi PT PERTAMINA RU V Balikpapan berupa bahan bakar minyak seperti bensin, avtur, solar, gas , dan
lain-lain. Semua hasil produksi tersebut dialirkan melalui pipa-pipa yang telah diatur. selain memalui pipa bawah
laut pendistribusian produk jadi perusahaan juga melalui kapal tanker yang memiliki kapasitas angkut yang
berbeda-beda sesuai dengan permintaan. Pendistribusian produk jadi yang berupa bahan bakar minyak juga dapat
dilakukan dengan mobil pengangkut bahan bakar. Bahan bakar minyak yang didistribusikan menggunakan mobil
pengangkut minyak tersebut hanya mendistribusikan produk ke SPBU disekitar daerah Balikpapan saja
LAPORAN KHUSUS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
 Masalah maintenance merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan untuk kelancaran operasional.
Perawatan didefininsikan sebagai semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan atau mengembalikan
sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan mesin, dan
menekan downtime sekecil mungkin. Pada PT PERTAMINA Persero perawatan merupakan hal yang sangat
penting, terutama perawatan bagi tangki penyimpanan crude yang merupakan feed untuk proses produksi.
Perawatan tangki di PT PERTAMINA RU V Balikpapan menggunakan kegiatan overhaul.
 Kegiatan overhaul merupakan kegiatan perbaikan tangki dimana seluruh bagian tangki dibongkar untuk
diperbaiki setiap 4 tahun sekali yang dilakukan oleh bagian overhaul Perawatan tangki dilakukan setiap empat
tahun sekali, namun saat pemeriksaan didapatkan permasalahan pada tangki R-3 yang berisi crude mengalami
ledakan yang menyebabkan kerusakan pada roof dan sekitarnya. Kerusakan pada tangki R-3 tersebut terjadi
dua tahun setelah overhaul. Karena tangki tersebut mengalami kerusakan parah maka, perusahaan
memutuskan untuk melakukan overhaul pada tangki R-3 tersebut. Namun, perusahaan harus terlebihdahulu
menganalisis penyebab terjadinya kerusakan tangki tersebut berdasarkan data-data yang sudah ada.
 Untuk menganalisa penyebab terjadinya kerusakan yang terjadi pada tangki R-3 maka digunakan metode Fault
Tree Analysis (FTA). Fault tree analysis merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui penyebab
berdasarkan beberapa kemungkinan yang diperkirakan merupakan penyebab suatu kerusakan tersebut
 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah yang dihadapi yaitu bagaimana menganalisis
penyebab kerusakan tangki yang terjadi di tangki R-3 .

 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam kegiatan analisis penyebab kerusakan tangki R-3, yaitu :
1. Analisis hanya dilakukan pada kerusakan di tangki R-3
2. Data kerusakan dan perbaikan yang digunakan adalah dari rekomendasi bulan Desember 2013 -
Januari 2014.

 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab terjadinya kerusakan pada tangki R-3 s erta
mengetahui keandalan tangki untuk beroperasi kembali setelah di overhaul.

 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari analisis penyebab kerusakan tangki R-3 ini adalah untuk dapat
mengetahui penyebab kerusakan tangki R-3 dari beberapa sisi seperti dari segi konstruksi dan segi operasional
serta dapat mengetahui proses overhaul yang akan dilakukan untuk memperbaiki tangki R-3 tersebut agar tidak
terjadi lagi kerusakan pada tangki R-3
LANDASAN TEORI
 Pemeliharaan (Maintenance)
Perawatan didefininsikan sebagai semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan atau
mengembalikan sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang
usia kegunaan mesin, dan menekan downtime sekecil mungkin.
 Overhaul
Overhaul merupakan bentuk preventive maintenance (kegiatan perawatan) yang dilakukan berdasarkan
running hours, kilo meter dan volume (condition based) atau ditentukan berdasarkan waktu atau hari
kalender (time based) guna mengembalikan peralatan ke performance yang terbaik serta menjaga
operasi peralatan sebelum terjadi kerusakan atau menekan kemungkinan terjadi kerusakan.
Pemeliharaan overhaul ini dieksekusi berdasarkan master schedule yang telah diterbitkan oleh
reliability.
 Fault Tree Analysis
FTA adalah metode analisis deduktif dengan menggambarkan grafik enumerasi dan analisis bagaimana
suatu kerusakan bisa terjadi dan berapa peluang terjadinya kerusakan FTA lebih difokuskan pada
kerusakan yang memiliki tingkat kepentingan pada level paling tinggi (undesired top-level event). FTA
akan menunjukkan hubungan logika (logical connections) antara kerusakan dengan kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada sistem dengan menggunakan simbol-simbol boolean. Analisis deduktif dilakukan
dimulai dengan mendefinisikan kerusakan (undesired event) dan kemudian secara sistematis akan
melibatkan semua kemungkinan kejadian (event) dan kesalahan yang dapat menyebabkan munculnya
kerusakan (undesired event). Analisis deduktif tersebut akan mengidentifikasi semua kejadian dan
penyebabnya, mulai dari kejadian-kejadian yang muncul sampai penyebab paling awal yang mungkin.
FTA menggunakan analisis untuk mencari hubungan sebab dan akibat dari suatu kejadian dalam sistem.
Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan sebagai bahan analisis dalam
kerja praktek yang telah terlaksana adalah tangki
R-3
Tempat dan Waktu Penelitian
Analisis masalah pada tangki R-3 ini terjadi di
Refinery Unit V Balikpapan,tepatnya pada bagian
Stat.Eng dan overhaul.
Instrumen Pengumpulan Data

Data Primer
Data Sekunder
KERANGKA PENELITIAN
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
 Data Desain Tangki
No OPR SEQ Desceription Val Design Val max UOM
1 1 10 Service Crude oil Crude oil -
2 1 20 Total capacity 12399 11717 M3
3 1 30 Liquid temperature 55 55 DEG C
4 1 40 SG of liquid 0,8 0,8 -
5 1 50 Minimax liquid height 1,75 / 11,50 1,75 / 11,51 M
6 1 60 Max loading rate 800 800 KL/HR
7 1 70 Max unloading rate 1000 1000 TON/HR
8 1 80 Foundation total load  -  -  -
Foundation total
9 1 90 <36 - CM
settlement
10 1 100 Bundwall tot vol of liquid 7900 7900 M3
11 1 110 Bundwall free board  -  -  -
Hydrotest press heating
12 2 10 30 30 KG/CM1
coil
13 2 20 Heigh of water static test  -  -  -
14 2 30 Breathing valve YES YES -
15 2 40 PSV setting press P20/V6 P20/V7 CM H2O
16 2 50 Number of mixer      
17 2 60 Pneumatic test rof only 7,5 7,5 CM H2O
No OPR SEQ Desceription Val Design Val max UOM
18 2 70 Vacuum test bottom only 10 10 CM H2O

19 2 80 Foundation inspection freq      

20 2 90 Type of foundation cover SAND BITUMEN SAND BITUMEN -

21 2 100 Bundwall inspection freq      

22 3 10 Applicable code API 650 API 651 -

23 3 20 Max working temperature 55 55 DEG C

24 3 30 Tank outside diameter 36 36 M

25 3 40 Total tank height 12,22 12,22 M

26 3 50 Number of courses SEVEN (7) SEVEN (7) COURSE


27 3 60 Roof tickness 4,8 4,8 MM
28 3 70 Bottom thickness 9,5 9,5 MM
29 3 80 Course #1 19x1830x7620 19x1830x7620 MM
30 3 90 Course #2 16x1830x7620 16x 1830x7620 MM
31 3 100 Course #3 12,7x1830x7620 12,7x1830x7621 MM

32 3 110 Course #4 11,1x1830x7620 11,1x1830 x7621 MM

33 3 120 Course #5 9,5 x 1830 x 7620 9,5x 830x7621 MM

34 3 130 Course #6 6,35x1520x7620 6,35x1520 x7620 MM

35 3 140 Course #7 6,35x1520x7620 6,35x1520x7620 MM


36 3 150 Course #8 -   - - 
37 3 160 Course #9  -  -  -
38 3 170 Course #10  - -   -
39 3 180 Corrosion allowance 1,5 1,5 MM

40 3 190 Radiographic shell SPOT SPOT -

41 3 200 Joint Efficiency shell 0,85 0,85 -


42 3 210 Preheating YES YES -
43 3 220 PWHT NONE NONE -

44 3 230 Type of foundation cover CANCELED CANCELED -


No OPR SEQ Desceription Val Design Val max UOM
45 3 240 Internal coating RED LEAD RED LEAD -
Internal coating
46 3 250      
thickness
47 3 260 Painting type ALUMINIUM ALUMINIUM -
48
48 3
3 270
270 Painting
Painting thickness
thickness 25
25 200
200 MICRON
MICRON

49
49 3
3 280
280 Insulation type
Insulation type  -
 -  -
 - -

50
50 3
3 290
290 Insulation
Insulation thickness
thickness - 
-  - 
-  - 

51
51 3
3 300
300 Type
Type of
of shell
shell material
material ASTM
ASTM A283-GRC
A283-GRC ASTM
ASTM A283-GRC
A283-GRC --

52
52 3
3 310
310 Num
Num of
of grounding
grounding 3
3 3
3 SETS
SETS
53
53 3
3 320
320 Aplicable
Aplicable code
code SHELL
SHELL STD
STD SHELL
SHELL STD
STD --
54
54 3
3 330
330 Foundation
Foundation type
type SAND
SAND CUSHION
CUSHION SAND
SAND CUSHION
CUSHION --

55
55 3
3 340
340 Max
Max vert
vert load
load force
force  -
 -  -
 -  -
 -
56
56 3
3 350
350 Max
Max horz
horz load
load force
force  -
 -  -
 -  -
 -
57
57 3
3 360
360 Max
Max up
up lift
lift pressure
pressure  -
 -  -
 -  -
 -
58
58 3
3 370
370 Ultimate
Ultimate load
load  -
 -  -
 -  -
 -
59
59 3
3 380
380 Type of wall
Type of wall DIKE
DIKE DIKE
DIKE --
60
60 3
3 390
390 Height/length
Height/length 2
2 / 6,5 xx 62,5
/ 6,5 62,5 3
3 / 6,5 xx 62,5
/ 6,5 62,5 M
M
61
61 3
3 400
400 Top
Top width
width 1,5
1,5 2,5
2,5 M
M
62 3 410 Vol of fill (soil)      
62 3 410 Vol of fill (soil)
63 3 420 Num of drain valve      
63 3 420 Num of drain valve
 Tata kerja organisasi

 Shift supervisor tank farm oil movement menyiapkan proses transfer, membuat surat permintaan
contoh opening ke laboratory dan meminta izin power ke shift superintenden.
 Laboratory mengambil sample opening sesuai surat permintaan contoh dari shift supervisor tank
farm oil movement dan melakukan analisa.
 Shift supervisor tank farm bersama operator rumah pompa oil movement menyetop dan
meyakinkan bahwa pelaksanaan transfer antar tangki sudah dilakukan dengan aman.
 Laboratory mengambil contoh closing dan melakukan analisa
 Laboratory melaporkan hasil analisa (opening dan closing) ke supply chain and optimization, oil
movement , finance accounting.
 Oil movement melakukan key in data ukuran tank opening dan closing ke GLS-SAMK sebagai
laporan atas pelaksanaan instruksi penyaluran.
 Oil movement mengirimkan data transfer antar tangki ke supply chain and optimization dan
laboratory melakukan key in data analisa.
Data proyek overhaul tanki R-3 tahun 2012

 Pada proyek overhaul tahun 2012 telah dilakukan penggantian pipa service emulsi dia 6” pada
outlet Tengki R-3 panjang 18 meter (3 batang), Flange = 3 pcs, Elbow 9 deg 2 pcs, Tee 1 pcs.
Telah dilakukan juga pengujian NDT, hydrostatic test = 30 Kg/cm, penggantian insulasi sesuai
Spec : N (betchtel) cove aluminium tebal 0.8 mm. Rock wool density 150 Kg/m3 : Temperatur =
65 – 320 derajad cellcius tebal 6 cm.. Selain itu telah dilakukan penggantian steam trap dia
3/4” sebanyak 8 Pcs, spec: TLV stainless Steel 316, dilakukan penambahan pemasangan pipa
pemadam / foam chember sebanyak 4 joint (4 batang). Spec : Sch 120 Galv Cs A 120 SMLS.
 Untuk steam coil pada tangki R-3 dilakukan penggantian angle support line steam coil tanki R-3
sebanyak 120 pcs. Pada shell plate tanki R-3 juga telah dilakukan pengganian shell plate pada
course 6 sebanyak 15 sheet plate steel A 283,GR, 3/8x6’x25’ . setelah dilakukan penggantian
shell dilakukan dilakukan pengetesan NDT pada las-lasan dengan radiography sebanyak 30 titik.
Kronologis terjadinya ledakan pada tangki R-3
Dalam melakukan pengolahan data untuk menganalisis kerusakan yang terjadi pada tangki R-3 adalah dengan
membandingkan hasil overhaul terakhir pada tahun 2012 sebelum terjadinya kerusakan dengan hasil yang
didapatkan saat terjadinya kerusakan pada tangki R-3 juga dengan TKO dan desain tanki.
 Pada tanggal 15 Desember 2013 jam 20:12 tangki R3 mulai ditarik ke CDU 5 dengan rate sebesar 162
m3/jam. Tanggal 19 Desember 2013 jam 03:35 wita, posisi tangki R-3 mulai idle dengan level total 1951
mm, level air 242mm , temperatur = 610C.
 Tanggal 22 Desember 2013 sekitar pukul 04:07 transfer crude SLC dari tangki A-15 masuk ke tangki R-3
dengan temperatur SLC 39,5 0C. Kondisi pondasi secara visual terlihat masih baik (tidak ada kerusakan).
Valve steam coil posisi open 1 ½ draft untuk temperature crude 60-650C. Transfer dari tangki A-15 dengan
pompa 15 & pompa 16 Rumah pompa A, rate sekitar 600-700 KL/jam (kemampuan pompa ke tangki R-3
adalah maksimum 800 KL/jam). Temperatur minyak SCL yang ditransfer dari tangki A-15 adalah 39,5 0C.
Jam 04.15 pada tengki R-3 ada bunyi letupan, maka transfer crude dari tengki A-15 di stop dan dinding /
shell tengki bagian atas arah utara terjadi kerusakan. Kondisi tengki setelah kejadian level total 2032 mm,
level air 243 mm, temperature 73.50 oC. Jam 04.30 bukaan valve steam pemanas di amankan / ditutup
penuh. Jam 06.00 dilakukan pengukuran temperatur oleh Stat. Inps.Eng pada shell plate course 1 didapat
temperature = 74 oC. Jam 09.45 dilakukan pengukuran temperature oleh MA 4 pada shell plate course 1
didapat temperatur = 74 oC. Jam 11.00 pengamanan tengki, mulai tarik kosong dan ditransfer ke tengki R-1.
Posisi tengki yang terbuka diamankan dengan cara ditutup dengan menggunakan terpal untuk mengurangi
vapour dan masuknya air hujan.
 Dari data yang didapatkan bahwa tangki R-3 sudah dinyatakan layak untuk
digunakan menampung crude oil setelah dilakukan overhaul tahun 2012.
Semua bagian tangki telah dilakukan perbaikan dan telah di uji coba di
workshop sebelum dipasangkan pada tangki R-3. Sebelum pelaksanaan
pentransferan crude antar tangki telah dilakukan perijinan yang telah
disetujui. Saat dilakukan pentransferan crude dapat dilihat pada data
rekomendasi bahwa tangki R-3 dalam keadaan kosong , pipa untuk transfer
crude juga sudah terpasang dengan baik, dan breather valve juga telah
dipasang dengan keadaan yang baik setelah test di maintenance area
tepatnya pada bagian workshop. Sebelum terjadinya ledakan crude yang
berada di dalam tangki R-3 ditarik ke CDU V dengan rate yang normal dan
setelah tangki kosong didapatkan data bahwa tangki memiliki temperatur
610C. Dengan keadaan tangki yang normal maka pentransferan crude
dilakukan dari tangki A-15 ke tangki R-3 dengan temperatur crude SLC
39,500C yaitu keadaan temperatur normal crude. Hal ini sudah sesuai
dengan standar bahwa dalam melakukan pentransferan crude, temperatur
crude harus dalam temperatur normal. Sebelum diakukan pentransferan
keadaan valve steam coil posisi open 1,5 draft untuk mengatur temperatur
crude 60-650C, Sedangkan dalam peraturan untuk mentransfer crude posisi
steam coil sebaiknya open secara perlahan sampai crude penuh didalam
tangki.
 Selain itu crude SLC dialirkan dengan rate sebesar 600-700 KL/jam. Dapat
dilihat bahwa desain tangki untuk maximum loading rate adalah sebesar 800
KL/jam. Rate tersebut hampir mendekati batas maximal yang telah
ditetapkan. Dengan keadaan rate yang mendekati batas maksimal dan open
draft yang cukup besar sebelum crude masuk kedalam tangki maka membuat
ledakan yang terjadi pada tangki R-3. Sebelum crude masuk kedalam tangki
steam coil telah open 1,5 draft yang artinya bahwa tangki sudah panas
terlebih dahulu dengan temperatur 60-700C lalu crude masuk ke dalam tangki
dengan temperatur normal yang mengakibatkan terjadinya ledakan. Dapat
diketahui bahwa crude SLC masih memiliki banyak campuran seperti heavy
naphta,avtur,sulfur,gas, kerosin dan masih banyak lagi yang terkandung
didalam crude SLC tersebut yang memiliki titik didih yang berbeda. Dengan
kemampuan breather valve yang memiliki kapasitas vacum 4 cm KA dan
kapasitas pressure 6 cm KA, breather valve tidak mampu menahan tekanan
vapour yang dihasilkan oleh crude SLC . hal ini menyebabkan las-lasan tangki
bagian atas terbuka akibat ledakan yang terjadi. Las-lasan bagian atas tangki
didesain tidak terlalu kuat karna jika dilas dengan kuat mala atap tangki akan
terlepas jika terjadi ledakan yang serupa.
Dari data yang telah dianalisis dapat dilihat secara rinci menggunakan fault tree analysis untuk mengetahui
secara detail kemungkinan penyebab kerusakan yang terjadi di R3, berikut gambaran penyebab kerusakan tangki
R3 dengan fault tree analysis :
KESIMPULAN
Tangki R-3 mengalami over
pressure

Kondisi steam coil yang memanaskan tangki pada


saat minyak belum terisi dengan posisi valve steam
coil posisi open 1 ½ draft untuk temperature crude
60-650C

Crude masuk dari transfer crude


SLC dari tangki A-15 masuk ke
tangki R-3 dengan temperatur SLC
39,5 0C dan rate sekitar 600-700
KL/jam (kemampuan pompa ke breather valve tidak bisa menahan
tangki R-3 adalah maksimum 800 tekanan yang tinggi sehingga
KL/jam) menimbulkan ledakan kecil yang
menyebabkan merusakkan roof
plate tangki R-3.
SARAN
Perlu ditingkatkan pengawasan
pada saat melakukan pentransferan
crude

Lebih memeriksa kondisi tangki


sudah siap beroperasi atau tidak
untuk menerima crude yang masuk

Mengontrol besarnya tekanan dan


temperatur yang ada di dalam tangki agar
tidak terjadi kerusakan yang serupa

Anda mungkin juga menyukai