Anda di halaman 1dari 104

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk


POLYESTER DIVISION

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Yogaswara
NIM 15020104

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk
POLYESTER DIVISION

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Yogaswara
NIM 15020104

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019

i
Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Nama Mahasiswa : Yogaswara


NIM : 15020104
Dosen Pembimbing 1 : Soni Widodo, M.KKK
Dosen Pembimbing 2 : Ira Puspita Windiari, ST, M.Sc
Pembimbing Lapangan : Gardhika Tommy P

ABSTRAK

Industri adalah suatu usaha, proses atau kegiatan pengolahan bahan baku
baik bahan mentah ataupun bahan setengah jadi agar menjadi barang yang bernilai
ekonomis lebih tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Manajemen risiko
keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya pengelolaan bahaya yang
berpotensi menimbulkan risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Tujuan dari Tugas Akhir
ini, yaitu mengetahui konsep dasar, mengetahui prosedur dan implementasi dari
HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control) yang
telah diterapkan di PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah metode observasi lapangan, wawancara,
dan studi literatur. Data yg didapatkan kemudian diolah dengan Metode kualitatif.
Pengambilan data dilapangan diambil dari Departement SMT yang terdapat di
area DTY CP 3 dengan aktivitas Maintenance. Manajemen Risiko K3 yang
diterapkan oleh di PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division menggunakan
metode HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining
Control), melalui tahapan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan
pengendalian. Implementasi HIRAC (Hazard Identification, Risk Assessment &
Control) sesuai dengan regulasi dan prosedur pada Doc.No.C2X-002 revisi 0
mengenai HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining
Control). Dapat disimpulkan bahwa konsep manajemen risiko K3 di PT Indorama
Synthetics Tbk Polyester Division yaitu dengan metode HIRADC (Hazard
Identification, Risk Assessment and Determining Control) dan implementasinya
telah sesuai dengan prosedur Doc.No.C2X-002 revisi 0 mengenai HIRADC
(Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control).

Kata Kunci : Risk, Manajemen risiko, HIRADC

ii
LEMBARAN PERNYATAAN ORSINILITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Yogaswara
NIM : 15020104
Program Studi : Fire and Safety
Judul Tugas Akhir : Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir ini adalah benar – benar karya saya sendiri, dan bukan hasil
plagiat dari karya orang lain. Semua sumber yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
2. Apabila dikemudian hari terbukti diketahui bahwa isi Tugas Akhir saya
merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat hukum dari
keadaan tersebut.

Demikian pernyataan ini di buat dengan segala kesadaran dan tanpa paksaan.

Indramayu, Desember 2019

Yang menyatakan

Yogaswara
NIM.15020104

iii
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk
POLYESTER DIVISION

Periode, 1 Oktober – 1 November 2019

Oleh

Yogaswara

NIM 15020104

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


Pendidikan Diploma III ( D- III )
pada Program Studi Fire and Safety
Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, Desember 2019

Disahkan oleh
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Soni Widodo M.KKK Ira Puspita Windiari, ST, M.Sc


NIDN. 0416127703 NIDN. 0425038903
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fire and Safety

Amiroel Pribadi Madoeretno


NIDN. 0423015001

iv
TUGAS AKHIR INI TELAH DISIDANG
DI DEPAN PENGUJI SIDANG TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY
AKAMIGAS BALONGAN

HARI/TANGGAL : JUM’AT, 13 DESEMBER 2019

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk
POLYESTER DIVISION

Yogaswara

NIM 15020104

NO NAMA PENGUJI JABATAN TANDA TANGAN

1 Soni Widodo, M.KKK Pembimbing 1

2 Ira Puspita Windiari, ST, M.Sc Pembimbing 2

3 Mutiara Salsabiela, S.Pi.,M.Si Penguji

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas akhir ini. Laporan ini
berjudul ” Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan
Produksi di PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division.
Maka dengan rasa tulus, penyusun menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini perkenankanlah penyusun untuk
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moral, material,
maupun spiritual.
2. Bapak H. Nahnudin Islamy selaku Pembina Yayasan Akamigas Balongan,
Indramayu.
3. Ibu Hj. Hanifah Handayani Selaku Direktur Akamigas Balongan, Indramayu.
4. Bapak Amiroel Pribadi Madoeretno, SKM, MKKK selaku ketua program studi
Fire and Safety Akamigas Balongan, Indramayu.
5. Bapak Soni Widodo SKM. M . KKK selaku dosen pembimbing 1, Indramayu.
6. Ibu Ira Puspita Windiari, ST., M.Se selaku dosen pembimbing 2, Indramayu.
7. Bapak H. Komarudin, ST yang menjabat selaku HSE Manager, PT Indorama
Synthetics Tbk Polyester Division.
8. Bapak Deny Irawan, SH yang menjabat selaku HOD Departement Fire and
Safety, PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division.
9. Bapak Gardhika Tommy P selaku pembimbing lapangan, PT Indorama
Synthetics Tbk Polyester Division.
10. Karyawan Departement Fire and Safety di PT Indorama Synthetics Tbk
Polyester Division
11. Karyawan dan staff di PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division
12. Teman-teman Fire and Safety Akamigas Balongan, Indramayu.

vi
Semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi penyusun. Dengan segala kerendahan hati, penyusun
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan
laporan Tugas Akhir ini.

Indramayu, Desember 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang........................................................................ 1

1.2 Tema ....................................................................................... 4

1.3 Tujuan ..................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum................................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 4

1.4 Manfaat ................................................................................... 5

1.4.1 Mahasiswa ..................................................................... 5

1.4.2 Akamigas Balongan ...................................................... 6

1.4.3 Perusahaan .................................................................... 6

viii
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 7

2.1 Keselamatan Kerja ............................................................ 7

2.2 Bahaya .............................................................................. 9

2.3 Risiko ................................................................................. 12

2.4 Teori Teori Dasar Penyebab Kecelakaan .......................... 15

2.4.1 Teori Domino ......................................................... 15

2.4.2 Teori Bird & Lotus ................................................ 17

2.4.3 Teori Swiss Cheese ............................................... 18

2.5 Manajemen Risiko ............................................................. 19

2.5.1 Hubungan Manajemen Risiko dan Manajemen

K3 ........................................................................... 22

2.5.2 Proses Manajemen Risiko dalam Sistem

Manajemen K3 ....................................................... 25

2.6 Manajemen Risiko dengan Metode HIRADC ................. 26

BAB III METODOLOGI ......................................................................... 37

3.1 Metode Pelaksanaan Tugas Akhir ..................................... 37

3.2 Objek dan Ruang Lingkup Pelaksanaan Tugas Akhir ....... 37

3.3 Sumber Data ...................................................................... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 38

3.5 Pengolahan Data ................................................................ 39

3.6 Penyajian Data ................................................................... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................... 40

4.1 PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division ................. 40

ix
4.2 Visi dan Misi PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

............................................................................................. 42

4.3 Struktur Organisasi Depertement Fire and Safety ............... 43

4.4 Peta Lokasi PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

............................................................................................. ..44

4.5 Layout PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division ..... ..45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 46

5.1 Hasil ..................................................................................... 46

5.1.1 Konsep Dasar Manajemen Risiko K3....................... 46

5.1.2 Prosedur HIRADC .................................................... 49

5.1.3 Implementasi HIRADC ............................................ 57

5.1.3.1 Identifikasi Bahaya ......................................... 57

5.1.3.2 Penilaian Risiko ............................................ 60

5.1.3.3 Pengendalian Risiko..................................... 66

5.2 Pembahasan ......................................................................... 72

5.2.1 Konsep Dasar Manajemen Risiko K3........................ 72

5.2.2 Prosedur HIRADC ..................................................... 74

5.2.3 Implementasi HIRADC ............................................. 75

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 78

6.1 Kesimpulan .......................................................................... 78

6.2 Saran .................................................................................... 79

x
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Domino dari H.W. Heinrich ....................................... 16

Gambar 2.2 Teori Bird & Lotus ............................................................... 17

Gambar 2.3 Swiss Cheese Model dari T. Reason .................................... 18

Gambar 2.4 Hubungan Manajemen Risiko dengan SMK3...................... 23

Gambar 2.5 Proses Penerapan Manajemen Risiko dalam Konteks

Manajemen K3 ..................................................................... 25

Gambar 2.6 Hazard Identification Riask Assessment and Determine

Control Model ...................................................................... 27

Gambar 2.7 Klasifikasi Pekerjaan ............................................................ 27

Gambar 2.8 Konsultasikan Pekerjaan ...................................................... 28

Gambar 2.9 Identifikasi Bahaya............................................................... 28

Gambar 2.10 Penilaian Risiko ................................................................... 30

Gambar 2.11 Penentuan Kontrol ................................................................ 33

Gambar 2.12 Hirarki Pengendalian Bahaya ............................................... 34

Gambar 2.13 Implementasi ........................................................................ 36

Gambar 4.1 PT. Indorama Synthetics Tbk ................................................... 40

Gambar 4.2 Struktur Organisasi ................................................................... 43

Gambar 4.3 Peta Lokasi ............................................................................... 44

Gambar 4.4 Layout ....................................................................................... 45

Gambar 5.1 Mesin DTY ............................................................................... 58

Gambar 5.2 Workshop SMT ........................................................................ 59

xii
Gambar 5.3 Aktivitas Pengelasan/gerinda ................................................... 66

Gambar 5.4 Registrasi Permit To Work ................................................................ 67

Gambar 5.5 Safety Helmet .................................................................................... 68

Gambar 5.6 Ear Plug ............................................................................................ 69

Gambar 5.7 Safety gloves ............................................................................. 69

Gambar 5.8 Safety Shoes ....................................................................................... 69

Gambar 5.9 Safety Helmet .................................................................................... 70

Gambar 5.10 Safety Googgles ................................................................................. 70

Gambar 5.11 Hand Shield Welding......................................................................... 71

Gambar 5.12 Apron ................................................................................................. 71

Gambar 5.13 Welding Gloves ................................................................................. 71

Gambar 5.14 Safety Shoes ....................................................................................... 72

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Likelihood...............................................................................................32

Tabel 2.2 Qonsequnces ..........................................................................................32

Tabel 2.3 Risk Matrix .............................................................................................33

Tabel 5.1 Kriteria untuk menentukan severity .......................................................50

Tabel 5.2 Kriteria untuk menentukan likelihood....................................................51

Tabel 5.3 Risk Evaluation ......................................................................................52

Tabel 5.4 Penilaian Risiko .....................................................................................60

Tabel 5,5 Penilaian Risiko .....................................................................................64

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur HIRAC

Lampiran 2. Form HIRAC

Lampiran 3. Riwayat Hidup

xv
DAFTAR SINGKATAN

AC : Actinium

APD : Alat Pelindung Diri

AS/NZS : Australian Standard/ New Zaeland Standard

CFC : Clorofluorocarbon

CP 3 : Continues Prosses 3

DTY : Drawn Twisting Yarn

HE : Hazard Effect

HIRAC : Hazard Identification Risk Assesment Control

HIRADC : Hazard Identification Risk Assesment and Determining Control

HOD : Head Of Departement

HSE : Health, Safety, Environment

ILO : International Labour Organizations

ISO : International Organization for Standardization

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OH&S : Occupational Health And Safety

OHSAS : Occupational Health And Safety

PAK : Penyakit Akibat Kerja

xvi
PDCA : Plan, Do, Check, Action

PEKA : Pengamatan Keselamatan Kerja

POY : Partially Oriented Yarn

PT : Perseroan Terbatas

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SMT : Spinning Maintenance

SOP : Standar Operasional Prosedur

Tbk : Terbuka

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri adalah suatu usaha, proses atau kegiatan pengolahan

bahan baku baik bahan mentah ataupun bahan setengah jadi agar menjadi

barang yang bernilai ekonomis lebih tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam melakukan bisnisnya, suatu industri pasti menginginkan keuntungan

dari usaha yang mereka lakukan. Dan untuk mendapatkan hal tersebut, hal

yang dilakukan industri adalah meningkatkan produktivitasnya. Seiring

dengan meningkatnya hal tersebut, maka risiko dari industri tersebut akan

meningkat juga. Risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian salah satunya

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu diperlukan adanya

suatu manajemen risiko.

Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu

upaya pengelolaan bahaya yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan

yang tidak diinginkan secara komperehensif, terencana dan terstruktur

dalam suatu kesisteman yang baik. Pada tulisan ini yang digunakan adalah

metode Kualitatif. OHSAS 18001 merupakan salah satu sistem manejemen

K3 yang sudah banyak diterapkan di kalangan industri dunia. Sesuai

persyaratan OHSAS 18001 klausul 4.3.1 bahwa organisasi harus

menetapkan prosedur dan melakukan Identifikasi Bahaya (Hazards

1
2

Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) dan Pengendalian Risiko

(Determining Control) atau disingkat HIRADC.

HIRADC merupakan elemen penting dalam sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja karena berkaitan langsung dengan upaya

pencegahan dan pengendalian bahaya yang digunakan untuk menentukan

objektif dan rencana K3. Metode HIRADC (Hazard Identification Risk

Assessment Determine Control) banyak dilakukan oleh pelaku industri

untuk melakukan risk mapping. HIRADC saat ini telah dikenal sebagai

metode identifikasi bahaya, risk assessment dan determining control yang

biasanya digunakan karena dianggap lebih tepat dan lebih teliti dimana

bahaya yang timbul dijelaskan dari setiap aktivitas kerja. Metode ini juga

memberikan tindakan pengendalian yang sesuai untuk setiap potensi

bahaya. Pengendalian perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya

kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang dapat merugikan

perusahaan.

Secara Global, berdasarkan data dari International Labour

Organizations (ILO) bahwa setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dunia

akibat dari kecelakaan kerja, setiap 15 detik sebanyak 153 pekerja mengalami

kecelakaan dan setiap harinya terdapat 6.300 pekerja meninggal dunia akibat

kecelakaan kerja. Internationasl Labour Organization (ILO) memperkirakan

sekitar 337 juta kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya yang mengakibatkan

sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawanya.


3

Setiap tahun, ribuan kecelakaan terjadi ditempat kerja yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi dan gangguan produksi.

Hingga akhir 2015 menurut BPJS tercatat 105.182 kasus kecelakaan kerja

dan 2.375 kasus diantaranya mengakibatkan kematian. Data kecelakaan

tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota BPJS dengan

jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja

Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian

untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah

kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut

penelitian World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat

kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja.

PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division merupakan

perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi dan merupakan

suatu perusahaan yang dalam kegiatannya melibatkan faktor manusia, mesin

dan lingkungan, Sehingga berpotensi terjadi kecelakaan kerja, kebakaran

dan ledakan. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya pasti terdapat

bahaya, bahaya harus di kenali untuk menetapkan pengendalian yang tepat,

dengan pengendalian yang tepat maka kecelakaan kerja dapat dicegah.

Untuk mengantisipasi hal itu maka PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester

Division harus mengantisipasi risiko-risiko dengan menerapkan norma-

norma keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu penerapan dan

pengelolaan diharapkan dapat mengantisipasi risiko-risiko yang sebenarnya


4

tidak perlu terjadi, dimana akan meningkatkan efisiensi serta meningkatkan

kinerja K3.

Manajemen risiko merupakan hal yang penting yang harus ada di

dalam program suatu perusaahan, terutama perusahan yang memiliki risiko

yang tinggi untuk para pekerjanya. Berdasarkan latar belakang diatas saya

tertarik untuk melakukan tinjauan lebih dalam tentang manajemen risiko K3

di PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division. Dengan membahas

bagaimana cara pelaksanaan dan penerapannya serta sejauh mana para

pekerja memahami pekerjaan dengan berbagai potensi risiko yang ada.

1.2 Tema

Tema yang diambil dalam Tugas Akhir ini yaitu mengenai

“Manajemen Risiko K3 di PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division”

karena identifikasi risiko, penilaian risiko, dan analisis risiko serta

pengawasannya perlu adanya program manajemen risiko K3 yang

berkelanjutan, penerapan kegiatannya serta pemahamannya secara

mendasar.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Sistem Manajemen Risiko K3 di PT Indorama

Synthetics Tbk, Polyester Division

.
5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui program Manajemen Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester

Division.

2. Mengetahui prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) di PT Indorama

Synthetics Tbk, Polyester Division..

3. Mengetahui implementasi HIRADC (Hazard Identification,

Risk Assessment and Determining Control) di PT Indorama

Synthetics Tbk, Polyester Division.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penyusun diantaranya

yaitu :

1.4.1 Mahasiswa

1. Memahami keilmuan mengenai keselamatan kerja dan

kesehatan kerja secara mendalam yang diperoleh dari lapangan

kerja secara nyata.

2. Memberikan kontribusi yang positif berupa wawasan,

referensi, pengalaman untuk kerja praktek, tugas akhir,

maupun kerja di perusahaan.

3. Mengetahui dan memahami tentang penerapan manajemen

risiko di lingkungan kerja PT Indorama Synthetics Tbk,

Polyester Division.
6

4. Meningkatkan kompetensi mahasiswa tentang program

manajemen risiko.

1.4.2 Akamigas Balongan

1. Memberikan konstribusi berupa rekomendasi lokasi kerja

praktek dan tugas akhir.

2. Memberikan sumbangan referensi data berupa informasi

praktis dan wawasan di tempat kerja secara nyata.

1.4.3 Perusahaan

1. Memberikan sumbangan tenaga untuk program penerapan

manajemen risiko K3.

2. Memberikan rekomendasi teori, informasi terbaru dan wawasan

untuk langkah selanjutnya pada program penerapan manajemen

risiko K3.

3. Menciptakan kerjasama yang baik antara perusahaan tempat

Tugas Akhir dengan jurusan fire and safety Akamigas

Balongan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Keselamatan Kerja

K3 dalam suatu perusahaan sangat penting terutama dalam industri

migas. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu upaya

perlindungan dengan tujuan agar tenaga kerja dengan orang lain yang

berbeda dalam tempat kerja dalam keadaan selamat dan sehat (UU No 1/

1970). Menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan kerja adalah kondisi-

kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada

kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja

kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di tempat kerja.

Adapun syarat – syarat keselamatan kerja yang diatur dalam

Undang – Undang Nomor 01 Tahun 1970 (Pasal 3 ayat 1) yang dibuat

untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian – kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat – alat perlindungan diri kepada pekerja;

7
8

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uas, gas, hembusan angina, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;

i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman, dan barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan

dan peyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.


9

2.2 Bahaya

Menurut OHSAS 18001:2007, bahaya adalah sumber, situasi atau

tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau

kombinasi dari semuanya.

Menurut Buntarto (2015), beberapa sumber bahaya yang berpotensi

menyebabkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Bahan Kimia

Bahan kimia yang dimaksud adalah bahan kimia yang mudah

terbakar, bersifat racun, korosif tidak stabil, sangat reaktif dan gas yang

berbahaya.

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan

kimia berbahaya meliputi manajemen cara pengatasan, penyimpanan

dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan

pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, dispose, prosedur keadaan

darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia

dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernapasan (seperti gas

beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui

mulut untuk padatan dan cairan.

2. Bahan-bahan Biologis

Bakteri, jamur, virus, dan parasit merupakan bahan-bahan

biologis yang sering digunakan dalam industri maupun dalam skala

laboratorium. Pada golongan ini, bukan hanya organisme saja, tetapi


10

juga semua bahan biokimia, termasuk di dalamnya gula sederhana,

asam amino, dan substrat yang digunakan dalam proses industri.

Penanganan dalam penyimpanan, proses, maupun pembuangan bahan

biologis ini perlu mendapatkan ketelitian dan kehati-hatian.

3. Aliran listrik

Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan

kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain :

a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika

penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar

keamanan dari peralatan.

c. Penggunaan peralatan perawatan sesuai dengan kondisi kerja sangat

diperlukan untuk menghindarai kecelakaan kerja.

d. Berhati-hati dengan air peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja

sangat dieperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.

e. Berhati-hati dalam memperbaiki atau rnereparasi : peralatan listrik

agar tidak membahayakan pengguna yang lain dengan cara

memberikan keterangan tentang spesifikas peralatan yang telah

direparasi.

f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik

maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari

bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.


11

g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah

meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk

pengendalian gas yang mudah terbakar.

4. Ionisasi Radiasi

Ionisasi radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray

difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif

yang dapat masuk ke tubuh pekerja melalui pernapasan, atau serapan

melalui kulit.

5. Mekanik

Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku dan

penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara

manual yang mernungkinkan kecelakaan kerja apabila terjadi kesalahan

prosedur kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung

tangan, sepatu, dan lain-lain, perlu mendapatkan perhatian khusus

dalam lingkup pekerjaan ini.

6. Api

Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam

laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Pelarut organik seperti

aseton, benzen, butanol, etanol, dietileter, karbon disulfida, toluena,

heksana, dan lain-lain. Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa

yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang

mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan

senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada
12

penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan

kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.

7. Kebisingan

Sumber kecelakaan kerja berupa kebisingan pada umumnya

terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah,

maupun industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi

pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari

peralatan yang berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan

kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka

kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus

memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut.

2.3 Risiko

Risiko adalah kemungkinan atau potensi terjadinya sesuatu yang

menimbulkan kerugian. Besar atau tingginya risiko ini ditentukan oleh

gabungan antara besarnya kemungkinan dan tingkat kerusakan dari dampak

kejadian yang tak diharapkan tersebut (Gunawan, 2013). Menurut OHSAS

18001:2007, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian

berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit

yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.Faktor dari luar

misalnya berkaitan dengan finansial, kebijakan pemerintah, tuntutan pasar,

regulasi dan lainnya. Risiko yang bersumber dari internal misalnya berkaitan
13

dengan operasi, proses atau pekerja. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi

sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya

diantaranya sebagai berikut :

A. Risiko Alam (Natural Risk)

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja

dan dapat terjadi setiap saat, tanpa diduga, waktu, bentuk, dan

kekuatannya. Bencana dapat berupa angina topan atau badai, gempa

bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung api.

Risiko alam menjadi salah satu ancaman bisnis global. Setiap

tahun bencana alam menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Menurut data asuransi, pada tahun 2004, kerugian akibat bencana

alam mencapai US $50 milyar tidak termasuk kerugian yang tidak

ditanggung asuransi yang nilainya justru lebih besar.

B. Risiko Operasional

Risiko dapat bersumber dari kegiatan operasional yang berkaitan

dengan bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar.

Perusahaan dengan sistem manajemen yang kurang baik, mengandung

risiko untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan

berbeda dengan perusahaan lainnya sesuai dengan jenis, bentuk, dan

skala bisnisnya masing-masing. Termasuk risiko operasional antara

lain:
14

1. Ketenagakerjaan

Risiko ketenagakerjaan juga berkaitan dengan hubungan

perburuhan, misalnya kemungkinan adanya mogok kerja yang

berdampak terhadap kelangsungan jalannya perusahaan.

2. Teknologi

Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk

meningkatkan produktivitas juga mengandung berbagai risiko.

Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko

kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.

3. Risiko K3

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber

bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek

manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya

risiko K3 dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact)

antara lain :

1) Kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan.

2) Kebakaran dan peledakan

3) Penyakit akibat kerja

4) Kerusakan sarana produksi

5) Gangguan operasi
15

C. Risiko Keamanan (Security Risk)

Penerapan sistem manajemen sekuriti ini menggunakan

pendekatan manajemen risiko. Manajemen sekuriti dimulai dengan

melakukan identifikasi semua potensi risiko sekuriti yang ada dalam

kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya

melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.

2.4 Teori Dasar Penyebab Kecelakaan

Suatu kecelakaan dapat disebabkan oleh suatu penyebab. Untuk

mengetahui penyebab atau bagaimana kecelakaan itu terjadi maka kita

perlu memahaminya dengan menggunakan teori penyebab kecelakaan.

2.4.1 Teori Domino

Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun

1931. Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh

perbuatan/ tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act),

sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan

dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang

tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.

Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan

oleh kekeliruan, kesalahan yang dilakukan oleh manusia.

Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi

bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh

menurutnya disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu


16

sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan

lingkungannya (environment).

Pada gambar di bawah ini terlihat batu domino disusun

berurutan sesuai dengan faktor-faktor penyebab kecelakaan yang

dimaksud oleh Heinrich. Bila batu pertama atau batu ketiga roboh

ke kanan maka semua batu dikanannya akan roboh. Dengan kata

lain bila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta

tindakan dan kondisi tidak aman, dan kecelakaan serta kerugian

akan timbul. Heinrich mengatakan rantai batu tersebut diputus

pada batu ketiga maka kecelakaan dapat dihindari.

Gambar 2.1 Teori Domino Dari H.W. Heinrich


Sumber: (Heinrich, 1931)

Konsep dasar pada model ini adalah:

1. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian

kejadian yang berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan

sendirinya.
17

2. Penyebab-penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor

fisik.

3. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik

kerja, dan lingkungan sosial kerja.

4. Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

2.4.2 Teori Bird & Loftus

Setelah beberapa dekade munculnya teori domino dari Heinrich,


kemudian muncul model yang lebih modern yang dikembangkan
berdasarkan model dasar yang dibuat oleh Heinrich. Frank E. Bird dan
Robert G. Loftus mengembangkan model tersebut sebagai berikut:

Gambar 2.2 Teori Bird & Loftus

Sumber: (Bird, 1931)

Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh

Heinrich, yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan

Loftus tidak lagi melihat kesalahan terjadi pada manusia/pekerja


18

semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana manajemen lebih

mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak terjadi

kecelakaan.

2.4.3 Teori Swiss Cheese

Pada awalnya model ini dikembangkan untuk industri tenaga

nuklir, pendekatan Reason pada penyebab terjadinya kecelakaan

adalah berdasarkan asumsi bahwa elemen-elemen pokok dari suatu

organisasi harus bekerjasama secara harmonis bila menginginkan

operasional yang efesien dan aman. Setelah itu teori ini banyak

digunakan di dunia penerbangan. Berdasarkan teori dari Reason,

dijelaskan bahwa kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi

pada setiap komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi.

Seperti yang digambarkan pada gambar 2.3 dibawah ini, kegagalan

suatu proses dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan

sistem yang berbeda, dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan

suatu proses produksi tersebut yang gagal.

Gambar 2.3 Swiss cheese model Dari T. Reason

Sumber: (Reason, 1990)


19

Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi, “Direct Cause”

dimana ia sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang

menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi.

Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung

terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung

tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi

yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat

jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu

kecelakaan.

2.5 Manajemen Risiko K3

Manajemen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” atau

“pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusaahaan dan

organisasi. Menurut OHSAS 18001:2007, risiko adalah kombinasi dari

kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan

suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau

paparan tersebut. Menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan

kerja adalah kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat

berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain

(termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di

tempat kerja.

Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis,

penilaian, pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau


20

bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima. Proses manajemen

risiko memerlukan analisa terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi

dalam suatu aktivitas atau pekerjaan, analisa ini bertujuan untuk

menentukan seberapa besar nilai risiko yang mungkin bisa terjadi.

Metode analisa risiko yang dilakukan dalam menajemen risiko

sangat tergantung dari ketersediaan data, sumber informasi, dan tujuan

analisa risiko yang dilakukan. Metode yang digunakan dapat berupa analisa

Kualitatif, Semi-Kuantitatif, dan Kuantitaif, atau bahkan bisa kombinasi

antar ketiga metode tersebut.

1. Analisa Kualitatif (Qualitative Analysis)

Analisa Kualitatif merupakan analisa yang dilakukan dengan

menggunakan skala deskriptif atau kata-kata untuk menggambarkan

besarnya risiko yang dapat terjadi. Skala yang digunakan pada analisa

risiko secara kualitatif dapat disesuaikan dengan keadaan yang ada pada

perusahaan.

Deskripsi masing-masing risiko harus jelas dan tentunya memerlukan

kesepakatan dengan semua pemangku kepentingan agar tidak terjadi

perbedaan persepsi yang signifikan. Penggunaan analisa kualitatif

meliputi beberapa hal berikut:

a. Sebagai kegiatan awal untuk mengidentifikasi risiko yang

membutuhkan analisa lebih detail.


21

b. Ketika nilai risiko yang ada tidak menjelaskan tentang rentang waktu

dan usaha yang diperlukan untuk analisa yang lebih lengkap.

c. Dilakukan apabila kelengkapan data tidak memadai untuk melakukan

analisa kuantitatif.

Salah satu metode dari jenis analisa ini adalah JSA (Job Safety

Analysis).

2. Analisa Semi-Kuantitatif (Semi-Quantitative Analysis)

Di dalam analisa semi-kuantitatif, skala-skala deskripsi yang

digunakan dalam analisa kualitatif diberi nilai, namun nilai-nilai yang

diberikan tidak mesti menggambarkan besarnya kemungkinan dan

konsekuensi yang sesungguhnya. Nilai-nilai ini untuk memberikan acuan

prioritas dari deskripsi yang digunakan dalam analisa kualitatif.

Karena pemberian nilai pada analisa semi-kuantitatif ini belum

tentu menggambarkan risiko yang sebenarnya, maka perlu adanya

perhatian khusus agar hasil analisa lebih valid dan konsisten. Ketepatan

hasil analisa pada Analisa semi-kuantitatif ini sangat tergantung pada

pengalaman orang yang melakukan analisa.

Sebagian praktisi akan mempertimbangkan menggunakan

Frekuensi dan Probabiliti untuk menggantikan Likelihood, Kemungkinan

(likelihood) didapat dari kombinasi kedua elemen tersebut (Frequensi dan

Probability). Frekuensi paparan menggambarkan sejauh mana sumber

risiko itu ada, sedangkan probability menjelaskan tentang kemungkinan

terjadinya kontak dengan risiko. Oleh karena itu sering dikenal dengan
22

Risk Assesment 2 dimensi dan 3 dimensi. Risk Assesment 2 dimensi

adalah Likelihood x Consequency dan Risk Assesment 3 Dimensi

Frequency x Probability x Severity. Salah satu metode dari jenis analisa

ini adalah HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment,

Determining Control).

3. Analisa Kuantitatif (Quantitative Analysis)

Pada analisa kuantitatif sudah menggunakan data numerik, bukan

lagi menggunakan deskripsi seperti pada analisa Kualitatif dan Semi

Kuantitatif. Oleh karena itu kualitas analisa sangat tergantung dari

kelengkapan dan keakuratan data yang tersedia.

Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode

modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan

mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/

data terdahulu.

Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya

(exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan

konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang

ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.

Salah satu metode dari jenis analisa ini adalah HAZOP (Hazard

Operability Study)
23

2.5.1 Hubungan Manajemen Risiko dan Manajemen K3

Manajemen Risiko sangat erat hubungannya dengan K3.

Timbulnya aspek K3 disebabkan karena adanya risiko yang

mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja

sehingga harus dikelola dengan baik.

Sebaliknya, keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan

mendorong perlunya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua

risiko yang ada. Dengan demikian, risiko adalah bagian tidak

terpisahkan dengan manajemen K3 yang diibaratkan sebagai mata

uang dengan dua sisi. Sisi pertama adalah manajemen risiko dan sisi

kedua adalah manajemen K3. Karena itu di dalam berbagai sistem

manajemen K3 selalu menempatkan aspek manajemen risiko sebagai

landasan utama penerapan K3 dalam perusahaan.

Suatu sistem manajemen K3 berintikan manajemen risiko.

Karena itu sasaran utama program K3 adalah mengelola risiko untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan

melalui proses identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendaliannya. Berdasarkan hasil proses manajemen risiko tersebut,

ditetapkan sasaran dan program kerja yang diperlukan untuk

mengelola risiko yang mencakup 4 (empat) unsur penting yaitu

manusia, sarana, proses, dan prosedur.


24

Gambar 2.4 Hubungan Manajemen Risiko dan SMK3

Sumber : (Ramli, 2010)

Pengelolaan risiko tersebut dilakukan melalui sistem

manajemen K3 yang meliputi berbagai elemen dasar misalnya :

 Berkaitan dengan aspek manusia meliputi pelatihan, kompetensi,

komunikasi, konsultasi dan promosi K3.

 Aspek sarana atau peralatan melalui elemen rancang bangun,

inspeksi K3, standarisasi peralatan, kalibrasi dan lainnya.

 Aspek proses mencakup elemen keselamatan proses, keselamatan

pemeliharaan, pengendalian operasi, penyelidikan kecelakaan,

audit K3 dan lainnya


25

 Aspek prosedur mencakup dokumentasi, pengelolaan data dan

informasi, prosedur operasi, pengukuran dan tinjau ulang

manajemen.

2.5.2 Proses Manajemen Risiko dalam Sistem Manajemen K3

Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik yang

meliputi Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Menentukan

Kontrol (HIRADC – Hazard Identification, Risk Assessment, dan

Determining Control) yang merupakan bagian dari manajemen risiko.

HIRADC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam

perusahaan.

Program K3 harus mampu menjawab isu yang ditemukan

dalam HIRADC yang digunakan sebagai dasar menentukan objektif

dan target serta program K3 yang jelas dan terukur.

Gambar 2.5 Proses Penerapan Manajemen Risiko dalam Konteks Manajemen K3

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Melalui proses tersebut, penerapan manajemen risiko dan SMK3

dapat terintegrasi dengan baik dan efektif. Di dalam sistem

manajemen K3 terdapat 3 (tiga) unsur yang saling terkait yaitu :


26

 Isu K3 yang berkaitan dengan risiko yang ada dalam perusahaan.

 Elemen atau program untuk menjawab isu atau risiko yang ada.

 Proses manajemen untuk mengelola sistem manajemen yang

dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) yaitu proses

perencanaan, penerapan, pengukuran, dan pemantauan, serta

tindak lanjut menuju peningkatan berkelanjutan.

2.6 Manajemen Risiko dengan Metode HIRADC

HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment Determing

Control) merupakan metode dari analisis semi-quantitative (semi-

quantitative analysis). Pada Klausa 4.3.1 OHSAS 18001:2007 disebutkan

bahwa suatu organisasi harus membuat, menetapkan, menerapkan dan

memelihara suatu sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

Prosedur tersebut antara lain Hazard Identification / Identifikasi Bahaya,

Risk Assessement / Penilaian Resiko, Risk Control / Pengendalian Resiko

dari bahaya tersebut.


27

Gambar 2.6 HIRADC model.

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

1. Klasifikasi Aktivitas Pekerjaan

Gambar 2.7 Klasifikasi Pekerjaan

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Langkah pertama untuk memulai manajemen risiko adalah dengan

mengklasifikasi pekerjaan di suatu area. Klasifikasi pekerjaan bertujuan

untuk mengetahui besar kecilnya risiko yang terdapat pada pekerjaan

tersebut. Hal lainnya adalah untuk mengetahui pengendalian risiko yang

akan digunakan selanjutnya. Klasifikasi pekerjaan seperti pekerjaan

panas/dingin, pekerjaan di ruang terbatas, pekerjaan menggunakan radiasi,


28

pekerjaan listrik, pekerjaan pengangkatan, pekerjaan di ketinggian,

pekerjaan penggalian.

2. Konsultasi

Gambar 2.8 Konsultasikan Pekerjaan

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Setelah mengklasifikasi pekerjaan, hal selanjutanya yang dilakukan

adalah berkonsultasi pada pekerja atau ahli yang paham dan berpengalaman

dengan pekerjaannya. Ini dapat membantu dalam identifikasi bahaya dan

penyiapan pengendalian risiko.

3. Identifikasi Bahaya

Gambar 2.9 Identifikasi Bahaya

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Langkah berikutnya setelah konsultasi adalah melakukan identifikasi

bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan yang telah ditetapkan.

Keberhasilan suatu proses manajemen risiko sangat ditentukan oleh

kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua risiko yang

ada dalam kegiatan.


29

Jika semua risiko berhasil diidentifikasi dengan lengkap berarti

perusahaan akan dapat melakukan pengelolaan secara komprehensif. Namun

jika upaya identifikasi hanya mampu menjangkau sebagian saja dari potensi

risiko yang ada, berarti masih terdapat peluang untuk terjadinya hal yang

tidak diinginkan. Karena itu, langkah identifikasi bahaya harus dilakukan

dengan teliti dan komprehensif.

Menurut Wachyudi (2010) terdapat beberapa metode dalam

melakukan identifikasi bahaya, antara lain :

a. Observasi/Inspeksi Keselamatan

Metode ini biasa dilakukan oleh fungsi HSE Officer pada suatu

Industri. Tujuannya adalah untuk melihat pelaksanaan pekerjaan di

lapangan, apabila terjadi pekerjaan yang tidak aman, maka harus segera

dihentikan dan dikendalikan agar pekerjaan menjadi aman. Menurut

Herbert Heinrich, dalam penelitiannya pada 750.000 insiden industri, 88

% nya terjadi karena unsafe act (tindakan tidak aman yang dilakukan

seseorang), 10% nya terjadi karena kondisi fisik atau mekanis yang

berbahaya, 2% nya tidak bisa ditentukan, banyak yang menyebutnya

sebagai unlucky (ketidakberuntungan). Observasi / Inspeksi ini

digunakan untuk meminimalisir insiden yang terjadi dilapangan.

b. Pemeriksaan/Audit Surat Izin Kerja

Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan isi surat izin

kerja dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Analisis bagaimana

pekerjaan dilakukan, apakah sudah sesuai, jika belum maka pekerjaan


30

harus dihentikan, dan diskusikan dengan pimpinan pekerja. Ada beberapa

perusahaan, yang menggunakan cheklist khusus untuk pemeriksaan

pekerjaan. Untuk perusahaan yang high risk, cheklist pekerjaan menjadi

bagian dari Surat Izin Kerja.

c. Pengamatan Keselamatan Kerja (PEKA)

Pengamatan keselamatan kerja (PEKA) bertujuan untuk

memberikan panduan tentang cara mengobservasi, mengkoreksi secara

langsung dengan berdiskusi, maupun melaporkan secara tertulis tentang

tindakan atau kondisi tidak aman yang ditemukan di area kerja atau

proyek. Setiap pekerja harus melaporkan kondisi tidak aman (unsafe

condition) dan tindakan tidak aman (unsafe act), karena itu merupakan

sebab dasar terjadinya kecelakaan di suatu tempat kerja.

4. Penilaian Risiko

Gambar 2.10 Penilaian Risiko

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian

risiko yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario


31

dampak yang akan ditimbulkannya. Menurut OHSAS 18001:2007, penilaian

risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-

bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan

menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak. Penilaian risiko

digunakan sebagai langkah saringan untuk menentukkan tingkat risiko

ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan yang dapat

ditimbulkan (severity).

Penilaian Risiko (Risk Assessment) meliputi 2 elemen pokok yaitu :

a) Analisis Risiko (Risk Analysis)

Adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang digambarkan

sebagai kombinasi antara kemungkinan terjadinya (Probabilitas atau

Likelihood) dan keparahan jika risiko tersebut terjadi (Severity atau

Consequences).

b) Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)

Dilakukan untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima

atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau

kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko.

Menurut OHSAS 18001:2007, kemungkinan atau Likelihood

diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan

risiko yang dapat terjadi setiap saat.


32

Tabel 2.1 Likelihood

Level Descriptor Description


A Almost certain In expected to occur in most circumstances
B Likely Will probably occur in most circumstances
C Possible Might occur in some time
D Unlikely Could occur at some time
E Rare May occur only in exceptional cicumstances
Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Untuk keparahan/severity dikategorikan antara kejadian yang

tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling

parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau

kerusakan besar terhadap asset perusahaan.

Tabel 2.2 Consequences

Level Descriptor Example Detail Description


1 Insignificant No injuries, low financial loss
2 Minor First aid treatment, on-site release immediately
contained, medium financial loss
3 Moderate Medical treatment required, on-site release contained
with outside assistance, high financial loss

4 Major Extensive injuries, loss of production capability, off-


site release with no detrimental effects, major
financial loss

5 Catastrophic Death, toxic release off-site with detrimental effect,


huge financial loss
Sumber : (OHSAS 18001, 2007)
33

Dari hasil tersebut selanjutnya dikembangkan matrik atau peringkat

risiko yang mengkombinasikan antara kemungkinan dan keparahannya.

Tabel 2.3 Risk Matrix

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

5. Penentuan Kontrol

Gambar 2.11 Penentuan Kontrol

Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Sejalan dengan konsep manajemen risiko, OHSAS 18001

mensyaratkan organisasi melakukan pengendalian risiko sesuai hasil

identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah dilakukan.


34

Penentuan kontrol untuk pengendalian risiko merupakan langkah

menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Berdasarkan hasil analisa

dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau

tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah

pengendalian lebih lanjut.

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan

mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai

tersebut.

Gambar 2.12 Hirarki Pengendalian Bahaya

Sumber : (Ramli, 2010)

1) Eliminasi

Risiko dapat dihilangkan dengan menghilangkan

sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan


35

timbul dapat dihindarkan. Perusahaan yang menggunakan bahan

baku berbahaya dapat mengeliminirnya dengan cara misalnya tidak

memproduksinya lebih lanjut.

2) Subtitusi

Subtitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan

mengganti alat, bahan, system atau prosedur yang berbahaya

dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. Teknik ini

banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses

produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. Bahan

kimia CFC untuk AC yang berbahaya bagi lingkungan diganti

dengan bahan lain yang lebih ramah terhadap lingkungan.

3) Pengendalian Engineering

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana

teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian

bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain,

penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.

4) Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara

administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat,

cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau

pemeriksaan kesehatan.
36

5) Penggunaan Alat-alat Pelindung Diri (APD)

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah

dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala,

sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator atau masker),

pelindung jatuh, dan pelindung kaki.

Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan

terakhir dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena

APD bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namun

hanya sekadar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce

consequences).

6. Implementasi

Gambar 2.13 Implementasi

(Sumber : (OHSAS 18001, 2007)

Implementasi pengendalian risiko dalam perusahaan harus dipantau

secara berkala untuk memastikan bahwa semua upaya yang telah dirancang

dan ditetapkan telah berjalan dengan baik. Selanjutnya dilakukan tinjau

ulang untuk melihat adanya kelemahan atau kekurangan yang perlu

diperbaiki atau disempurnakan.


BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Pelaksanaan Tugas Akhir

Metode yang digunakan adalah metode deskripsi yakni metode yang

berusaha mendeskripsikan, menjabarkan Manajemen Risiko K3 sesuai

dengan kondisi yang ada, komitmen dan kebijakan yang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang

kecenderungan yang sedang berlangsung di PT Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division.

3.2 Objek dan Ruang Lingkup Pelaksanaan Tugas Akhir

Data yang diperoleh adalah tentang Manajemen Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division

pada Departement SMT (Spinning Maintenance) yang terdapat di area DTY

(Drawn Twisting Yarn) CP 3, pada area ini dilakukan kegiatan maintenance

mesin DTY dan pengelasan/gerinda. Potensi bahaya apa saja yang sering

terjadi dan bagaimana Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang diterapkan kepada pekerja sebelum melakukan pekerjaan.

3.3 Sumber Data

Data yang ingin diperoleh untuk penyusunan laporan berasal dari

data sebagai berikut :

A. Data Primer

37
38

Data yang diperoleh dari observasi lapangan dan tanya jawab dengan

karyawan PT Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division.

B. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen dan catatan perusahaan yang

berhubungan dengan Manajemen Risiko K3 di perusahaan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis diantaranya

adalah sebagai berikut :

A. Observasi Lapangan

Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung,

sekaligus survei ke lapangan untuk mengetahui sistem operasional dan

proses produksi serta mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan cara

penagendaliannya di area produksi PT Indorama Synthetics Tbk,

Polyester Division.

B. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara secara langsung

terhadap pembimbing lapangan, pekerja yang bersangkutan dan petugas

lain yang berwenang sehingga mendukung dalam penyusunan laporan.

Metode wawancara dilakukan dengan cara mengajukan beberapa

pertanyaan yang berhubungan dengan Manajemen Risiko K3 di PT

Indorama Synthetics Tbk, Polyester Division pada Departement SMT

yang terdapat di area DTY CP 3 dengan aktivitas Maintenance.


39

C. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari

dokumen ISO, laporan penelitian sebelumnya, dan mendokumentasikan

Manajmen Risiko K3 pada Departement SMT yang terdapat di area

DTY CP 3 di PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division.

3.5 Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data yang berkaitan dengan

Manajemen Risiko K3. Data diolah dengan memasukan nilai risk

assessment untuk mendapatkan hasil, kesimpulan dan pembahasan yang

sesuai dengan tujuan, penulis menganalisis bahaya dan pengendaliannya

sesuai dengan prosedur yang dimiliki PT Indorama Synthetics Tbk,

Polyester.

3.7 Penyajian Data

Untuk melakukan penyajian data, penulis akan menyajikan tentang

manajemen risiko K3 pada Departemen SMT area DTY CP 3 yang ada

secara deskriptif menggunakan studi litterature yang diperoleh dari teori,

peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti undang – undang dan

peraturan menteri.
BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Gambar 4.1 PT. Indorama Synthetics Tbk


(Sumber: PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)

PT. Indo-Rama Synthetics Tbk mulai beroperasi secara komersial pada

tahun 1975. Indorama, didirikan pada tahun 1975, mulai produksi secara

komersial pada tahun 1976 dengan pabrik Pemintalan kapas di Purwakarta

tepatnya di Desa Kembang Kuning, Ubrug, Jatiluhur yang secara terus

menerus melakukan diversifikasi dan memperluas bisnis Spun Yarn dan

menambah produksi pembuatan Polyester Filament Yarns, “Polyester Stapel

Fibers Pet Resin:, Polyester Chips dan Polyester Filament Fabrics untuk

pasar global dengan lokasi pabrik di Jawa Barat (Purwakarta, Campaka dan

Bandung). Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1990.

Indorama merupakan salah satu eksportir terbesar di Indonesia dan

telah menjadi pemenang tetap dalam memperebutkan penghargaan bergengsi

Primaniyarta untuk prestasi ekspornya. Indorama mengekspor ke para

pelanggan premium di Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan, Asia,

Australia dan Timur Tengah. Suatu proses penanaman modal kembali yang

40
41

terus menerus dan program peningkatan produktivitas telah menjadikan

Indorama salah satu produsen Polyester yang paling kompetitif di seluruh

dunia. Bisnis perusahaan merupakan semua yang berkaitan dengan

memberikan mutu yang unggul, konsisten dan keandalan dengan layanan

yang tepat setiap saat.

Divisi Polyester didirikan pada tahun 1989 pada tahun ini perusahaan

telah mengambil untuk mendirikan pabrik polyester yang merupakan kerja

sama teknis dengan zimmer dan toyoboco, Jepang. Pada tahun 1990

diresmikan oleh menteri perindustrian Tr. Hartono dan mulai berproduksi

secara komersial pada tanggal 17 November 1991.

Divisi polyester Menghasilkan:

a) Polyester chip untuk bahan pet botol, missal:

1. Botol minuman dingin plastik

2. Botol shampoo plastik

3. Pengemasan dalam bentuk film

b) Polyester Staple Fiber (kapas tiruan)

c) Benang Filamen polyester yang terdiri dari:

1. Partially Oriented Yarn (POY)

2. Fully Drawn Yarn (FDY)


42

3. Drawn Twisting Yarn (DTY)

4. Drawn Twisting (DT)

d) Serat Staple Polyester

4.2 Visi dan Misi PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

A. Visi

1) Melakukan yang terbaik dalam mencapai kinerja kualitas yang

sempurna melalui hasil produk

2) Menjadikan pelanggan puas dan setia

3) Menyiapkan kesempatan berkarya bagi para karyawan sesuai dengan

keahlian, pendidikan dan cita cita karir mereka

4) Memaksimalkan keuntungan bagi semua masyarakat dan pemegang

saham kami.

B. Misi

PT Indorama adalah inovasi di segala bidang, yang dengan singkat

dan jelas mengekspresikan langkah maju kelompok kami, kami tetap fokus

pada bahan mentah tekstil dan bahan kemasan sebagai bisnis utama kami

dengan konsentrasi pada polyester.

Polyester adalah serat dan bahan kemasan yang mengagumkan dari

abad lalu dan terus menerus mengubah bentuk dan fitur baru tahun demi

tahun. Kami berkomitmen memperluas aplikasi polyester secara inovati,

serta menawarkan para pelanggan kami bebagai produk dan layanan untuk

memenuhi kebutuhan bisnis mereka.


43

4.3 Struktur Organisasi Departement Fire and Safety

Struktur organisasi yang terdapat pada Department Fire and Safety

adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI
FIRE & SAFETY DEPARTMENT

UNIT HEAD
Mr. Anil Singal

HEAD OF ENGINERING
Mr. Sanjay Mathur

H O D FIRE & SAFETY


H. Komarudin
( Asst. General Manager )

FIRE & SAFETY SECTION


Deny IRAWAN
( Sr. Manager )

FIRE SECTION SAFETY SECTION


ADMINISTRATION
Vacancy Vacancy
( Sr. Eng / Eng ) ( Sr. Eng / Eng )

FIRE ENGINEERING SAFETY ENGINEERING


Gardhika T ( SpV ) Alfin M. ( SpV )

MAINTENANCE
1. Mardi ( SpV ) PLANT CONTROL
2. Eko B.P ( Sr. Opr ) 1. Mulyawan ( Sr.Opr )
2. Setyo W (Sr. Opr )
3. Reri Juniawan ( Opr )

FIRE TRUCK
1. Rahmat ( GL )
2. S. Tamher ( Sr.Opr )
3. Tatang S ( Opr )

Gambar 4.2 Struktur Organisasi

(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)


44

4.4 Peta lokasi PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Alamat dari PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

terdapat di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten

Purwakarta, Jawa Barat

ke arah Jatiluhur
UTARA

PT. Elegant
Textile Industry ke arah Jakarta

Pom kota Purwakarta


Bensin

Jatiluhur

Lokasi
PT. Indorama
Synthetics Tbk.

pintu Tol Jatilihur


Terminal Bus Ciganea

dari arah Tol Cipularang

dari arah Bandung


Tanpa Skala

Gambar 4.3 Peta Lokasi PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)
45

4.5 Layout PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Layout/denah dari PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division


Adalah Sebagai Berikut:

Gambar 4.3 Layout PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Program Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang

diterapkan atau dilakukan oleh PT. Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division hanya melalui program HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control). Didalam

prosedur Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang diterapkan oleh perusahaan, Manajemen Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dengan melalui program HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control).

A. Pengertian HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control)

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) adalah prosses untuk mencegah

kecelakaan / insiden yang dapat terjadi selama pelaksanaan

tugas atau pekerjaan tertentu.

46
47

PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division telah

menerapkan manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dengan melalui program HIRADC (Hazard Identification,

Risk Assessment and Determining Control) dan telah dibuktikan

dengan adanya manual yang jelas berhubungan dengan setiap

aktivitas pekerjaan yang menyangkut Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Pembuatan HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control) ini

dilakukan oleh User sebagai pemohon untuk melakukan

aktivitas pekerjaan yang akan dilakukan serta lebih mengetahui

jenis dan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dari aktivitas

pekerjaan tersebut dan selanjutnya akan di review oleh

Departemen Safety. Dari hasil identifikasi kemudian akan

dilakukan penilaian terhadap potensi bahaya sehingga dapat

diketahui tingkat risiko yang akan diterima.

Bahaya adalah suatu kejadian yang dapat mengakibatkan

pekerja/orang mengalami kecelakaan kerja atau PAK (penyakit

akibat kerja) yang di sebabkan oleh adanya unsafe action

(Tindakan tidak aman) dan unsafe condition (kondisi tidak

aman). Sedangkan isiko adalah potensi kerugian yang bisa

berdampak kecil, sedang, dan tinggi apabila berkontak dengan

suatu bahaya ataupun kegagalan terhadap suatu fungsi. Risiko

juga dapat di artikan sebagai dampak/akibat ketika terjadi


48

kecelakaan kerja atau PAK (penyakit akibat kerja), contohnya

seperti luka sayat, patah tulang, terkena paparan bahan kimia,

dan lain lain.

B. Tujuan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control)

Tujuan dibentuknya prosedur HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control) yaitu

untuk mengidentifikasi, menangani, mengendalikan bahaya dan

risiko yang ditimbulkan dari aktivitas serta untuk menentukan

tujuan / sasaran program Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

C. Regulasi Manajemen Risiko dengan melalui program HIRADC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Determining

Control)

Sistem manajemen risiko yang diterapkan atau

dilakukan oleh PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

melalui program HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) berpedoman pada

regulasi yaitu:

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja
49

2. OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan & Kesehatan Kerja klausul 4.3.1

3. ISO 9001 : 2015 tentang Sistem Manajemen Mutu

4. ISO 14001 : 2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan

5.1.2 Prosedur HIRDAC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester

Division

Prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control) di PT. Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division yang dilihat dari Doc.No.C2X-002 revisi 0

adalah:

1. Melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko dan

menentukan pengendalian yang diperlukan dari:

a. Aktivitas rutin dan non rutin.

b. Aktivitas semua orang yang mempunyai akses terhadap

tempat kerja termasuk didalamnya kontraktor dan tamu.

c. Human behavior capabilities dan faktor manusia lainnya.

d. Infrastuktur, peralatan dan material ditempat kerja yang baik

yang disiapkan oleh organisasi atau oleh yang lain

e. Adanya perubahan atau proposal perubahan dalam organisasi

terhadap aktivitas atau material


50

f. Adanya modifikasi terhadap sistem manajemen OH&S

termasuk perubahan yang sifatnya sementara dan berefek

pada operasi, proses dan aktivitas.

g. Adanya penerapan peraturan yang berhubungan terhadap

penilaian risiko dan implementasi dari pengendalian yang

diperlukan.

h. Adanya perencanaan tempat kerja, proses, instalasi, mesin

atau peralatan, prosedur operasi dan kerja organisasi termsuk

didalamnya adaptasi terhadap kemampuan manusianya.

2. Menentukan severity (keparahan luka) yang dapat terjadi oleh

karena adanya bahaya.

Tabel 5.1 Kriteria untuk menentukan Severity

Severity/
No. Contoh Jenis Luka
Keparahan

Tergores, memar, tersayat, luka dan dapat bekerja kembali


1. Very Low
setelah diobati. Jenis luka ini tidak berakibat Lost time.

Tersayat lebih dalam, keseleo, terbakar ringan,. Luka ini


2. Low
perlu istirahat kurang dari 72 jam.

Terbakar, tulang retak, minor amputasi. Luka yang berakibat

3. Medium mengalami cacat sementara dan harus istirahat lebih dari 72

jam atau mengalami luka serius


51

4. High Cacat permanen, amputasi serius. (Contoh hilang jari)

5. Very High Satu orang atau lebih meninggal dunia

Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

3. Menentukan likelihood (kemungkinan) dari bahaya

Tabel 5.2 Kriteria untuk menentukan Likelihood

No. Likelihood/Kemungkinan Deskripsi

1. Not Likely Resiko yang ada kecil sekali

Beberapa faktor dapat menimbulkan


2. Possible
accident atau incident

Pada kondisi normal accident atau incident

tidak akan terjadi, beberapa kesalahan atau


3. Quite Possible
abnormality dapat menyebabkan terjadinya

accident atau incident

Pada kondisi ini accident atau incident

4. Likely kemungkinan besar terjadi atau sangat sulit

untuk dihindari.

Pada kondisi ini accident atau incident


5. Very likely
hampir pasti terjadi

Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division


52

4. Menentukan risk (risiko) dengan cara matrix dari table ‘Risk

Evaluation’.

Tabel 5.3 Risk Evaluation

LIKELIHOOD
SEVERITY NOT QUITE VERY
POSSIBLE LIKELY
LIKELY POSSIBLE LIKELY
VERY LOW Very Low Very Low Low Medium Medium
LOW Very Low Very Low Medium Medium High
MEDIUM Low Medium Medium High High
HIGH Medium Medium High Very High Very High
VERY HIGH Medium High High Very High Very High
For each situation, Identify Likelihood against Severity
DEFINITION OF RISK LEVEL, ACTION AND TIME SCALES
RISK LEVEL Action and Time Scales
Very Low No action is required and no document record need to be kept
No additional control are necessary, consideration by the work
place parties may be given to a more reasonably practicable
Low
solution. Monitoring is required to ensure that the control are
maintained
Efforts should be made to reduce the risk, but the costs of
prevention in time trouble and money, should be carefully measure
and limited. Risk reduction measure should be implemented within
Medium a defined time. Where the moderate risk is associated with
extremely consequences, further assessment may be necessary to
estabilish more precisely the likelihood of harm as a basis for
determining the need for improved control measure
Work should not be started until the risk has been reduced.
Considerable resources may have to be allocated to reduce the risk.
High
Where the risk involves work in progress, urgent action should be
taken
Work should not be started or continued until the risk has been
Very High reduced. If it is not possible to reduce risk even with unlimited
resources, work has to remain prohibited.
Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division
53

5. Menentukan cara pengendalian dari risiko berdasarkan/prioritas

risk tertinggi.

Untuk menentuan cara pengendaliannya yaitu pihak

department Fire and safety berdiskusi dengan pihak depatement

masing-masing untuk mempertimbangkan besarnya risiko di

area tempat kerja.

6. Melaksanakan pengendalian/control dari risiko yang telah

ditentukan sesuai dengan hirarki pengendalian risiko yang

meliputi:

a. Eliminansi

Risiko dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan

sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko

yang akan timbul dapat dihindarkan.

b. Substitusi

Subtitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan

mengganti alat, bahan, system atau prosedur yang berbahaya

dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.

c. Engineering control

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau

sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu,

pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada

desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.
54

d. Administrasi

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara

administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja,

istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman.

e. APD

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah

dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung

kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator atau

masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki.

7. Setiap departemen mengirimkan hasil HIRADC ke departemen

safety sesuai divisi masing masing

Setelah selesai melakukan HIRADC, HOD dari setiap

departmen. wajib mengirimkan hasil HIRADC ke departemen

safety untuk di setujui oleh petugas departemen Safety.

8. Setiap departemen menyimpan hasil identifikasi bahaya

tersebut.

Setelah form HIRADC disetujui oleh departemen Safety,

maka setiap departemen menyimpan hasil identifikasi bahaya

tersebut dan melakukan sosialisasi terhadap pekerja/karyawan.

Review HIRADC dilakukan apabila:

1. Apabila ada aktivitas baru, maka perlu untuk membuat Risk

Assessment dalam waktu 3 bulan

2. Ada perubahan lay out equipment dan SOP


55

3. HIRADC di review berdasarkan kriteria pada Severity,

Likelihood, dan Risk Evaluation dalam menentukan Ris residual

4. HIRADC di review jika terjadi incident atau accident.

Dalam pembuatan HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) User sebagai pemohon akan

berkerjasama dengan petugas Safety dan HOD area untuk

melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menetapkan

tindakan pengendaliannya. Setelah HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control) selesai

dirumuskan selanjutnya disetujui atau ditandatangani oleh HOD

Fire and Safety Departement dan HSE Manager yang berperan

untuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan pengendaliannya, Manager yang meyakinkan

bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya

telah dilaksanakan.

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) yang telah selesai disetujui wajib untuk

dijelaskan atau disosialisasikan kepada seluruh anggota kerja

kemudian dokumen HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) tersebut dibuatkan

salinannya untuk ditempelkan di lokasi kerja, agar sewaktu-waktu

pekerja dapat membaca kembali dan memahami HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control).


56

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) yang telah disetujui harus dilakukan revisi

jika terjadi kecelakaan kerja, aktivitas baru, dan perubahan lay out

equipment yang berkaitan dengan akibat proses kerja yang belum

tercatat sebagai hazard atau risiko dalam HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control). Dalam

pelaksanaan revisi HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) di suatu pekerjaan, maka

pekerjaan itu harus dihentikan terlebih dahulu. Selanjutnya

dilakukan tahapan manajemen risiko kembali yang terdapat pada

prosedur Doc.No.C2X-002 revisi 0 mengenai HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control).

Tahapan yang dilakukan adalah mengidentifikasi bahaya kembali

oleh user yang dibantu oleh pihak Safety dan HOD area dan

melalukan penilaian risiko serta pengendalian risikonya. Setelah

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) selesai direvisi harus disetujui oleh HOD

Fire and Safety dan HSE Manager.


57

5.1.3 Implementasi HIRDAC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control)

Berdasarkan peninjauan yang penulis fokuskan di PT.

Indorama Synthetics Tbk Polyester Division yaitu pada

Departement SMT yang terdapat di area DTY CP 3 dengan

aktivitas Maintenance yang sudah dilakukan sesuai dengan

prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) berdasarkan Doc.No.C2X-002 revisi 0

mengenai HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) dan didapat dengan hasil sebagai berikut:

5.1.3.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya yang terdapat pada

Doc.No.C2X-002 revisi 0 mengenai HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control)

di Departement SMT memperhatikan seperti:

1. Pekerja

2. Aktivitas yang dilakukan

3. Lokasi

4. Alat yang digunakan

5. Bahaya yang ditimbulkan

6. Sifat pekerjaan

7. Bahan atau material yang digunakan


58

A. Identifikasi bahaya Maintenance Machine DTY

Gambar 5.1 Mesin DTY


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)

Pada area kerja dengan aktivitas maintenance mesin

DTY memiliki sumber bahaya sebagai berikut:

1. Kebisingan

2. Ketinggian

3. Gas polyfix

4. Mesin berputar

5. Manual handling
59

B. Identifikasi bahaya pada area Fabrikasi SMT dengan

aktivitas pengelasan/gerinda

Gambar 5.2 Workshop SMT


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

Pada area kerja dengan aktivitas

Pengelasan/Gerinda memiliki sumber bahaya sebagai

berikut:

1. Benda jatuh

2. Mesin gerinda

3. Bahan mudah terbakar

4. Mesin pengelasan
60

5.1.3.2 Penilaian Risiko

A. Penilaian Risiko pada area lingkungan kerja

mesin DTY

Tabel 5.4 Penilaian Risiko Aktivitas Maintenance Mesin DTY

No Sumber Bahaya Risiko Severity Likelihood Tingkat Pengendalian


Bahaya Risiko

Kebisingan Kontak Pusing, Medium Possible Medium Gunakan Ear


langsung Gangguan plug
1.
dengan Pendengaran
telinga

Ketinggian Terjatuh Memar, Medium Quite Medium Ikuti SOP,


Patah tulang Possible gunakan
2.
tangga dan
safety shoes

Gas polyfix Menghisap Sesak Low Possible Very Gunakan


3.
gas polyfix pernafasan Low masker

Mesin berputar Kontak Luka Medium Possible Medium Ikuti SOP dan
dengan terjepit, gunakan
mesin yang Luka sayat, sarung tangan
4. berputar Luka
(timming potong,
pully,feed Memar,
roll,etc) Patah tulang

Manual Injured Memar, Very Likely Very Ikuti SOP,


handling while Luka Low Low area kerja
5. handing terjepit, selalu bersih,
Luka sayat, gunakan hand
Luka potong gloves

(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)


61

Dari Tabel 5.4 maka dapat di diketahui tingkat

bahaya dan risiko dari aktivitas Maintenance Machine

DTY sebagai berikut:

1. Kontak langsung dengan telinga

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Low, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Quite Possible, dari penilaian tersebut didapat

pada risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.

2. Terjatuh

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Medium, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Quite Possible, dari penilaian tersebut didapat

pada risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.
62

3. Menghisap gas polyfix

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Low, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Possible, dari penilaian tersebut didapat pada

risiko ini tingkat risikonya adalah Very Low atau

Sangat Rendah. Penilaian risiko dilakukan dengan

cara menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’

4. Kontak dengan mesin yang berputar (timming

pully,feed roll,etc)

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Medium, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Possible, dari penilaian tersebut didapat pada

risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.

5. Injured while handing

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Very Low, dan untuk faktor likelihood

diberi nilai Likely, dari penilaian tersebut didapat


63

pada risiko ini tingkat risikonya adalah Very Low

atau Sangat Rendah. Penilaian risiko dilakukan

dengan cara menentukan antara faktor Severity dan

faktor likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.

B. Penilaian Risiko pada area lingkungan kerja Fabrikasi

SMT

Tabel 5.5 Penilaian Risiko Gerinda/pengelasan

No. Sumber Bahaya Risiko Severity Likelihood Tingkat Pengendalian


Bahaya Risiko

1. Benda jatuh Tertimpa Luka Low Quite Medium Ikuti SOP


potong, Possible ,gunakan PPE
Patah seperti safety
tulang shoes, safety
helmet

2. Mesin Terlilit/ Luka High Quite High Dilakukan oleh


gerinda tersayat Sayat Possible orang yang
berkompeten

3. Bahan Kebakaran Luka High Likely Very High Gunakan hot work
mudah Bakar permit, LEL=0
terbakar hingga radius 25
meter, fireman
close monitor, alat
pemadam
kebakaran dan hose
fire hydrant siap.

4. Mesin Terkena Luka Medium Possible Medium Gunakan PPE


pengelasan Percikan bakar pengelasan /
api penggerindaan pada
saat Pengelasan /
pengelasan

(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division)


64

Dari Tabel 5.5 maka dapat di diketahui tingkat

bahaya dan risiko dari aktivitas Gerinda/Pengelasan

sebagai berikut:

1. Tertimpa

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Low, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Quite Possible, dari penilaian tersebut didapat

pada risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.

2. Terlilit/tersayat

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Medium, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Quite Possible, dari penilaian tersebut didapat

pada risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.
65

3. Kebakaran

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity High, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Likely , dari penilaian tersebut didapat pada

risiko ini tingkat risikonya adalah Very High atau

Sangat Tinggi. Penilaian risiko dilakukan dengan

cara menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.

4. Terkena percikan api

Penilaian terhadap risiko ini untuk faktor

Severity Medium, dan untuk faktor likelihood diberi

nilai Possible, dari penilaian tersebut didapat pada

risiko ini tingkat risikonya adalah Medium atau

Sedang. Penilaian risiko dilakukan dengan cara

menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk

Evaluation’.
66

5.1.3.3 Pengendalian Risiko

Pengendalian yang dilakukan oleh PT

Indorama Synthetics Tbk Polyester Division yaitu

dengan merencanakan manajemen dan pengendalian

terhadap kegiatan atau pekerjaan yang dapat

menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi

dan dampak bagi lingkungan, metode yang

dilakukan oleh PT Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division adalah:

a. Engineeering Control

Gambar 5.3 Aktivitas pengelasan/gerinda


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

PT Indorama Synthetics Tbk Polyester

Division menerapkan Engineeering control

(pengendalian teknik) pada aktivitas

pengelasan/gerinda dengan cara menambahkan


67

peralatan yang tidak mudah terbakar seperti pada

gambar di atas. Tujuan dilakukannya

pengendalian ini untuk memisahkan bahaya

dengan pekerjaan pengelasan/gerinda.

b. Control Administration

Gambar 5.4 Registrasi Permit To Work


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

Sebelum melaksanakan aktivitas

maintenance pada area DTY CP 3, kepala

departemen SMT melakukan registrasi permit to

work kepada depertaemen safety bagian

administrasi. Setelah permit to work sudah

memenuhi syarat yang telah ditentukan, permit to

work tersebut di setujui oleh staff admistrasi

depertemen safety dan pekerjaan maintenance

bisa dilakukan. Pengendalian ini dilakukan untuk


68

memastikan area tersebut sudah siap dalam

melakukan aktivitas maintenance.

c. Alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang di terapkan oleh

PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

pada aktivitas maintenance mesin DTY dan

aktivitas pengelasan/gerinda, adalah sebagai

berikut :

A. Alat pelindung diri yang digunakan pada

aktivitas maintenance mesin DTY adalah:

1. Safety helmet (pelindung kepala)

Gambar 5.5 Safety Helmet


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)
69

2. Ear plug (pelindung telinga)

Gambar 5.6 Ear Plug


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

3. Safety gloves (pelindung tangan)

Gambar 5.7 Safety Gloves


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

4. Safety shoes (pelindung kaki)

Gambar 5.8 Safety Shoes


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)
70

B. Alat pelindung diri yang digunakan pada

aktivitas pengelasan/gerinda adalah :

1. Safety helmet (pelindung kepala)

Gambar 5.9 Safety Helmet


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

2. Safety googgles (pelindung mata)

Gambar 5.10 Safety Googgles


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)
71

3. Hand shield welding (pelindung muka)

Gambar 5.11 Hand Shield Welding


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

4. Apron (pelindung badan)

Gambar 5.12 Apron


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

5. Welding gloves (pelindung tangan)

Gambar 5.13 Welding Gloves


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)
72

6. Safety shoes (pelindung kaki)

Gambar 5.14 Safety Shoes


(Sumber : PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester DivisionI)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Program Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

Manajemen Risiko K3 yang diterapkan oleh PT Indorama

Synthetics Tbk Polyester Division melalui program HIRADC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control)

telah sesuai dengan standar OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja klausul 4.3.1 yaitu

identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian.

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) merupakan suatu upaya untuk mencegah

terjadinya incident/accident. HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) dilakukan pada pekerjaan

rutin dan non rutin. Dengan adanya HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control), pekerja


73

bisa mengetahui potensi bahaya apa saja yang ada, besarnya risiko

yang akan terjadi, dan mengetahui pengendalian risiko yang harus

dilakukan.

5.2.2 Prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control)

Prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control) di PT Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division dengan Doc.No.C2X-002 revisi 0 telah sesuai

dengan OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja klausul 4.3.1 organisasi harus

membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko dan penetapan

pengendalian yang diperlukan.

Prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control) pada Departement SMT yang terdapat di

area DTY CP 3 merupakan langkah-langkah atau urutan

pelaksanaan dari program yang telah dibuat. Prosedur bertujuan

untuk mengetahui langkah kerja yang telah ditentukan sehingga

dapat mengetahui bahaya yang ada, melakukan penilaian risiko dan

pengendalian risiko tersebut hingga risiko dapat diterima. Beberapa

prosedur juga dibuat sebagai dukungan dan pertimbangan terhadap

program penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan


74

Kerja melalui metode HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control).

Dalam menentukan tingkat risiko, berbeda dengan standar

OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja klausul 4.3.1. Keparahan (Severity) yang

ditentukan oleh PT Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

tidak menggunakan data numerik. Sementara Menurut Standar

OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja klausul Keparahan (Severity) menggunakan data

numerik. Setelah melakukan wawancara terhadap staf safety, dalam

penentuan tingkat risiko perusahaan tidak menggunakan metode

perkalian, dengan tujuan agar lebih mudah dalam menentukan

tingkat risiko.

5.2.3 Implementasi HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control)

Implementasi HIRADC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Determining Control) yang dilakukan di PT

Indorama Synthetics Tbk Polyester Division pada departemen SMT

(spinning maintenance) yang terdapat di area DTY CP 3 sudah

dilaksanakan melalui tahapan identifikasi bahaya, penilaian risiko

dan penetapan pengendalian. Penulis memilh depertemen SMT

karena pada saat melaksaakan kegiatan perbaikan, sering terjadi

kecelakaan kerja. HIRADC (Hazard Identification, Risk


75

Assessment and Determining Control) dibuat pada pekerjaan rutin

dan non rutin. Dimana sebelum pekerjaan dimulai departemen

SMT membuat HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Determining Control) yang sesuai dengan prosedur

Doc.No.C2X-002 revisi 0.

Implementasi prosedur HIRADC (Hazard Identification,

Risk Assessment and Determining Control) di PT Indorama

Synthetics Tbk Polyester Division sudah diimplementasikan namun

belum berjalan dengan baik karena banyak pekerja yang belum

memahami standar operasional prosedur yang ada karena masih

dianggap tidak begitu penting dan hanya disosialisasikan saat

pekerja menjadi pekerja baru dan ada pekerjaan yang belum

dilakukan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

namun pekerjaan tetap dilaksanakan karena dalam melakukan

perbaikan harus tetap dilakukan dengan tujuan proses produksi

tetap berjalan sesuai target.


76

Langkah langkah dalam HIRADC (Hazard Identification,

Risk Assessment and Determining Control) yaitu :

1. Identifikasi Bahaya

Dalam melakukan identifikasi bahaya, langkah-langkah yang

harus dilakukan yaitu dengan melalui proses observasi

lapangan secara langsung dan wawancara kepada pekerja.

2. Penilaian Risiko

Setelah bahaya diketahui langkah selanjutnya adalah penilaian

risiko pada bahaya yang ada untuk mengetahui risiko dapat

diterima atau tidak. Risk assessment ini mendapatkan hasil

dimana beberapa bahaya memerlukan pengendalian dan

dampak pada lingkungan kerja memerlukan tindakan lebih

lanjut.

3. Pengendalian

Setelah bahaya dilakukan penilaian maka dapat diketahui

bahaya apa saja yang harus dikendalikan / dikontrol, agar suatu

bahaya yang memiliki kategori risiko tinggi dapat dikurangi

hingga risiko lebh rendah sehingga risiko dapat diterima

(Acceptable Risk).
77

Departemen safety mengawasi pembuatan HIRADC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control)

dan berdiskusi dalam menentukan bentuk pengendalian dari risiko

tersebut, sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja klausul 4.3.1

organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil

identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian

selalu terbaru.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja dalam penyusunan tugas akhir di PT.

Indorama Synthetics Tbk Polyester Division, dapat diambil kesimpulan

bahwa:

1) Sebagai bentuk upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan

meminimalisir risiko, manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja

di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division hanya melalui program

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining

Control).

2) Prosedur HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

dapat dilihat pada Doc.No.C2X-002 revisi 0 tentang identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan penetapan pengendalian.

3) Implementasi HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and

Determining Control) di PT. Indorama Synthetics Tbk Polyester Division

adalah sebagai berikut :

a) Pengendalian identifikasi bahaya di PT. Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division secara umum sudah cukup baik khususnya pada

Departement SMT area DTY CP 3 PT. Indorama Synthetics Tbk

Polyester Division yaitu dengan cara eliminasi, substitusi,

78
79

pengendalian teknis (engineering control), kontrol administrasi, dan

APD (Alat Pelindung Diri).

b) Pada tahapan manajemen risiko yaitu penilaian risiko dilakukan pada

setiap identifikasi potensi bahaya dengan tingkat risiko tergantung

pada 2 Faktor keparahan (Severity) adalah tingkat keparahan bahaya

potensial dan faktor Likelihood (kemungkinan) adalah tingkat

kemungkinan risiko bahaya yang akan terjadi. Penilaian risiko

dilakukan dengan cara menentukan antara faktor Severity dan faktor

likelihood yang terdapat pada table ‘Risk Evaluation’.

c) Berdasarkan hasil penilaian risiko yang didapat di Departement SMT

terdapat beberapa aktivitas maintenance yaitu Maintenance Machine

DTY dan pengelasan/gerinda, semua risiko sudah berada pada kondisi

ALARP (As Low as Reasonably Practicable Risk) atau dimana risiko

dapat diterima dan ditoleransi oleh manajemen perusahaan dengan

memperhatikan kewajiban hukum dan kebijakan perusahaan / HSE.

6.2 Saran

1. Agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan dan program HIRADC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control)

berjalan dengan lancar. Maka harus dilakukan pengawasan secara rutin

agar mengetahui kondisi dilapangan. Sehingga dapat mengetahui apabila

terjadi ketidak sesuaian dan bahaya yang tidak teridentifikasi.


80

2. Perlunya koordinasi yang baik terkait prosedur HIRADC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Determining Control) antara pihak

Departemen safety dengan departemen SMT area DTY CP dengan tujuan

kedua pihak tersebut dapat bekerjasama memahami prosedur yang ada.

3. Hasil implementasi Manajemen Risiko K3 dengan menggunakan metode

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining

Control) perlu dikembangkan melalui sosialisasi kepada departemen SMT

area DTY CP 3 tentang bahaya yang dihadapi pada saat pelaksanaan

Maintenance.
DAFTAR PUSTAKA

AS/NZS 4360. 2004. Risk Mangement Standard. Council of Standards Australia

and Council of Standards New Zealand.

Aulia, Ismi. 2014. Analisis Potensi Bahaya dan Pengendaliannya dengan Metode

HIRADC.Makassar : Universitas Islam Alaudin Makassar.

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan Kerja Untuk Industri. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

Gunawan. 2013. Safety Leadership. Jakarta : Dian Rakyat.

ISO 31000. 2018. Risk Management. Switzerland: ISO Organization.

Edwin, Irawan. 2016. Analisis Risiko K3 Dengan Metode HIRARC Pada Area

Produksi PT Cahaya Murni Andalas Permai. Padang : Universitas

Andalas.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I NO.KEP.187/MEN. 1999. Pengendalian

Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja. Menteri Tenaga Kerja.

OHSAS 18001. 2007. Identifikasi Bahaya dan Penilaiaan Risiko atau Hazard

Identification and Risk Assessment. Inggris: OHSAS Organization.


Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 70. 2016. Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Menteri Kesehatan.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.

________________. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif

K3 OHS Risk Management. Jakarta : Dian Rakyat.

________________. 2016. Manajemen Keselamatan Proses Berbasis Risiko

Untuk Industri Migas dan Petrokimia. Jakarta : Yayasan

Pengembangan Keselamatan Prosafe Institute.

Undang – undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kesehatan Kerja.

Wachyudi, Yanuar. 2010. Identifikasi Bahaya, Analisis, dan Pengendalian Risiko

dalam Tahap Desain Proses Produksi Minyak & Gas di Kapal Floating

Production Storage & Offloading (FPSO) untuk Projek Petronas Bukit Tua

Tahun 2010 . Depok: Universitas Indonesia.


RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Yogaswara

Tempat&Tanggal Lahir : Subang, 8 januari 1998

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 97 kg

Golongan darah : B

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kampung Ciomas RT 08 RW 05 Desa

Karangmukti Kecamatan Cipeundeuy,

Kabupaten Subang

KodePos : 41272

Telepon : 082312334344

Email : yogaswara652@gmail.com
A. Pendidikan Formal

1. SDN BUANA MEKAR 2004-2010

2. SMPN 1 CIPEUNDEUY 2010-2013

3. SMK TIM’B SUBANG 2013-2016

4. D.III FIRE & SAFETY AKAMIGAS BALONGAN 2016-Sekarang

B. PengalamanOrganisasi

1. Anggota panitia MOS ( masa orientasi siswa) SMK TIM’B Subang

periode 2014-2016

2. Anggota acara musik reggae tahun 2015

C. Praktikum

1. Praktikum Frist Aid 2016

2. Praktikum FIRE 2 2017

3. Praktikum FIRE 3 2017

4. Praktikum Fisika Dasar I 2017

5. Praktikum Kimia Dasar I 2017

6. Praktikum Polusi dan Penanggulangannya 2018

D. Kunjungan Lapangan

1. Kunjungan Industri : Dasar-Dasar Lingkungan


Tempat : Mangrove Karangsong, Indramayu 2016

2. Kunjungan Praktek : First Aid


Tempat : Kampus Akamigas Balongan 2016

3. Kunjungan Praktek : Hygine Industri


Tempat : Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta 2016

4. Kunjungan Industri : Proses Industri


Tempat : PT. Krakatau Steel, Banten 2016
5. Kunjungan Industri : Manajemen Limbah
Tempat : RSUP D.r Kariadi, Semarang 2017

6. Kunjungan Industri : MSDS, Bahaya Kimia Dan Gas

Tempat : PT. Pertamina EP SP, Subang 2017

E. Seminar dan Pelatihan

1. Peserta “Characther And Personality Building 2016”.


Tanggal : 31 Agustus - 2 September 2016
Tempat : Akamigas Balongan, Indramayu

2. Pelatihan “Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa 2016”.


Tanggal : 20 – 21 September 2016
Tempat : Ipukan, Kuningan

3. Pelatihan English Village “English For Job Interview”


Tanggal : 05 Januari 2018
Tempat : Akamigas Balongan, Indramayu

4. Seminar Basic Training Fire Rescue.


Tanggal : 25 Maret 2017
Tempat : Akamigas Balongan, Indramayu

5. Pelatihan Basic Training Fire Rescue.


Tanggal : 26 Maret 2017
Tempat : Akamigas Balongan, Indramayu

6. Seminar Internasional “CO2 Capture Technology”


Tanggal : 20 September 2017
Tempat : Hotel Aston, Cirebon

7. Seminar Basic Training Safety Construction.


Tanggal : 24 Maret 2018
Tempat : Aakamigas Balongan Indramayu

8. Pelatihan Basic Training Safety Construction.


Tanggal : 25 Maret 2018
Tempat : Aakamigas Balongan Indramayu

9. Seminar Nasional “Oil and Gas Industry and New Paradigms Energy
In Indonesia”
Tanggal : 29 Oktober 2017
Tempat : Aakamigas Balongan Indramayu
Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat
dipertanggung jawabkan, terima kasih

Hormat Saya

Yogaswara

Anda mungkin juga menyukai