A. Pendahuluan
Keselamatan kesehatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Faktor-faktor yang memengaruhi keselamatan kerja di antaranya
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Kapasitas kerja adalah kondisi
kesehatan jasmani dan rohani, gizi kerja yang baik, serta kemampuan fisik prima yang
diperlukan agar seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Beban kerja
meliputi beban fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan
fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau
penyakit. Kondisi lingkungan kerja di antaranya panas, debu, zat kimia, dan lain-lain,
yang merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan inilah yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja.
Untuk memberikan lingkungan kerja yang aman agar tidak terjadi penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian materi dan nonmateri, maka langkah
awal yang penting dilakukan adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang ada di area
kerja. Identifikasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara pemantauan di area
kerja secara teratur. Pemantauan merupakan bagian dari upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat menimpa pekerja,
terutama yang paling rentan adalah pekerja muda. Berdasarkan data yang dirilis oleh
International Labour Organisation (ILO, 2018), angka kecelakaan tertinggi dan terbesar
menimpa pekerja muda (usia 18-24 tahun).
B. Area Kerja
Area kerja/tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber- sumber
bahaya (UU K3 Nomor 1 tahun 1970 pasal 1 ayat 1). Tempat kerja adalah semua
ruangan, lapangan, halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian tempat kerja.
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (UU K3 Nomor
1 tahun 1970 pasal 2).
Laboratorium adalah suatu tempat yang berbentuk ruangan terbuka, ruang tertutup,
kebun sekolah, rumah kaca, atau lingkungan lain yang digunakan untuk melakukan
percobaan atau penelitian. Ruang atau kamar yang dimaksud adalah gedung yang
dibatasi dinding, atap, atau alam terbuka. Dalam hal ini, pengertian laboratorium yang
dimaksud adalah laboratorium yang berupa ruang tertutup dan digunakan sebagai
tempat untuk melakukan eksperimen sebagai pembuktian kebenaran teori yang
diberikan dalam kelas untuk merangsang percobaan tertentu secara terpimpin atau
menemukan sendiri dan meningkatkan daya nalar siswa.
Ada lima komponen dalam siklus pengelolaan lingkungan kerja. Berikut kelima
komponen tersebut.
Dua faktor penting sangat mempengaruhi situasi kerja di laboratorium dapat terbentuk,
vaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut pemaparan kedua faktor tersebut.
a) Faktor internal, adalah kesadaran dan pemahaman terhadap diri sendiri yang
memegang peran vital bagi persiapan dan proses kerja di laboratorium.
b) Faktor eksternal, adalah aspek fisik tempat kerja (laboratorium), seperti kondisi 2)
bangunan, ketersediaan meja-kursi, dan lain-lain.
Salah satu bagian penting dari standar keselamatan kesehatan kerja adalah waih
melaksanakan penataan area kerja, Hal ini diatur dalam standar OSHA 1910.22 (a) (1
yang berbunyi, "Semua tempat kerja yang ditujukan bagi karyawan harus benar-benar
aman dan dapat menjamin keselamatan kerja para karyawan."
d) Memberi umpan balik yang positif Biarkan karyawan mengetahui seberapa baik
mereka menerapkan housekeeping dan tentukan bagaimana cara memperbaikinya.
b) peralatan kerja dan lingkungan kerja dibersihkan setiap selesai bekerja meja kerja,
c) melakukan serah terima kondisi tempat kerja, peralatan kerja, dan kondisi
pekerjaan untuk karyawan yang shift,
d) limbah sisa analisis yang tergolong B3 ditempatkan dalam drum plastik dan diberi
label sesuai dengan jenisnya, dan
Penerapan good housekeeping dapat dilakukan dengan cara menerapkan budaya kerja
Negara Jepang dikenal dengan konsep 5R atau 5S (Ringkas/Seiri, Rapi/Seiton,
Resik/Seiso, Rawat/Seiketsu, Rajin/Shitsuke). Konsep 5R/55 adalah konsep
pemanfaatan tempat kerja yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan, atau
ruangan untuk menciptakan area kerja yang rapi, meningkatkan disiplin kerja, dan
meningkatkan produktivitas. Pengaturan tempat kerja yang lebih efisien bermanfaat
untuk meningkatkan kenyamanan agar tempat kerja selalu bersih dan luas, mengurangi
bahaya di tempat kerja agar kualitas tempat kerja selalu bagus/baik, dan menambah
penghematan karena mengurangi pemborosan di tempat kerja. Berikut ini penjelasan
tentang prinsip 5 R. Ringkas/Seiri
b) Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih bisa digunakan.
Rapi/Seiton
Resik/Seiso
Rawat/Seiketsu
Menjaga agar semua konsep yang telah diterapkan harus tetap terlaksana, Untu
membantu agar penerapan 5R ini dapat terus terlaksana, dapat dilakukan dengan cara:
Janji 5R/5S
K3 Pada gambar 2.3, bahan kimla diletak sembarangan sehingga berisiko bahaya
5R/5S Tata letak bahan kimia tidak rapi
Efek
b) Bahaya bahan kimia: dapat mengalami kebocoran, berbau, toksik, e terbakar, dan
lain-lain.
solusi
SR/SS Bahan kimia ditata rapi dan dikelompokkan sesual aturan di MSDS dan diberi
label.
Hal-hal yang sebaiknya dipantau atau diinspeksi untuk membantu menentukan aspek-
aspek di tempat kerja di antaranya sebagal berikut.
1) Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK di tempat kerja, meliput
a) Bahaya biologis, bahaya yang disebabkan oleh organisme, seperti virus, baktek
b) Bahaya kimiawi, bahaya yang disebabkan oleh uap, cairan, gas, debu, kabut atau
asap.
c) Bahaya ergonomis, bahaya yang disebabkan oleh gerakan berulang, postur yang
salah saat bekerja, metode bekerja tidak tepat, serta desain posisi kerja dan
peralatan tidak dirancang dengan benar.
d) Bahaya fisik, bahaya yang disebabkan oleh kebisingan, getaran, suhu ekstrem,
pencahayaan, dan lain-lain.
f) Bahaya keselamatan, bahaya yang disebabkan oleh kondisi dan tindakan tidak
aman
b) memiliki ruangan yang cukup untuk penyimpanan reagen, alat, barang habis pakai,
dan peralatan lainnya, dan
Jarak minimum meja kerja harus dipertimbangkan demi kenyamanan dalam melakukan
kegiatan laboratorium. Posisi meja kerja sebisa mungkin tidak menggangu kegiatan
personel lainnya. Adapun jarak antar meja kerja sebagai berikut.
a) Jika pekerja di salah satu sisi meja dan tidak ada pekerja yang lewat di
belakangnya maka jarak minimum 1.020 mm.
b) Jika pekerja di salah satu sisi meja, namun terdapat pekerja lain yang lewat di
belakangnya, maka jarak minimum 1.200 mm.
c) Jika pekerja di salah satu sisi meja (pada dua meja yang sejajar) dan tidak ada (E
pekerja lain yang lewat di belakangnya, maka jarak minimum 1.350 mm.
d) Jika pekerja di salah satu sisi meja (pada dua meja yang sejajar), namun ada
pekerja lain yang lewat di belakangnya, maka jarak minimum 1800 mm.
c) Pengunjung harus didampingi oleh petugas laboratorium setiap saat dan lokasi
pengunjung dicatat dalam buku catatan pengunjung.
d) Perlu memasang tanda khusus karyawan pada area tertentu (area yang hanya
karyawan yang diperbolehkan masuk).
Pekerja muda menurut standar internasional adalah pekerja yang berusia 18 tahun.
Ada dua kelompok pekerja muda, yaitu:
1 Pekerja muda di atas usia minimum kerja, tetapi di bawah usia 18 tahun.
b) Para pekerja tersebut dilindungi oleh pembatasan khusus terkait dengan jenis
pekerjaan yang mungkin mereka lakukan, bahaya yang mungkin mengenai mereka,
dan jam kerja yang mereka jalani.
a) Para pekerja ini dianggap dewasa dan berlaku untuk semua pekerja dewasa.
b) Usia ini tidak lagi menikmati perlindungan pekerja anak, termasuk larangan kerja
berbahaya atau ketentuan khusus dalam peraturan K3.
Faktor risiko bagi pekerja muda dikategorikan menjadi faktor risiko kategori A, B, C dan
D. Berikut penjelasan mengenai keempat kategori tersebut.
Bahan-bahan kimia beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama.
antara lain sistem pemapasan yang melalui proses inhalasi (menghirup), pencemaan
(menelan), dan penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasive.
Bahaya fisik adalah bahaya di tempat kerja yang bersifat fisika, antara lain kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, radiasi, dan lain-lain.
Studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh manusia disebut dengan ergonomi
Faktor risiko/bahaya kategori B merupakan faktor risiko yang diakibatkan oleh listrik
kebakaran, dan mekanikal tanpa pelindung. Contoh potensi bahaya listrikadalah
bahaya jut listrik dan panas yang ditimbulkan oleh energi listrik dan medan listrik.
Faktor risiko kategori D adalah faktor risiko yang terkait dengan harkat dan man serta
psikis dan mental pekerja. Tindakan-tindakan (seperti intimidasi atau pelece sering
mengancam kesejahteraan dan keamanan pekerja di tempat kerja, Con faktor risiko
kategori D adalah pelecehan dan penganiayaan, pelecehan seksual. d HIV/AIDS di
tempat kerja.
a) Mengetahui apa yang terjadi, hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yano
komprehensif tentang kejadian yang mungkin memengaruhi tiap elemen.
b) Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi, setelah mengidentifikasi daftar
kejadian penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin
ada/terjadi.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko yakni sebagai berikut.
1) Inspeksi
2) Check list
4) What if
6) Audit
7) Critical Incident Analysis
Keparahan atau tingkat kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu potensi bahaya yang
sudah dievaluasi sebelumnya dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut.
a) Manusia
c) Lingkungan
a) Ringan
b) Berat/Serius
c) Meninggal
a) Satu orang
b) Beberapa orang
a) Frekuensi pemaparan
b) Komposisi risiko
c) Pemahaman dan kesadaran terhadap risiko, dapat dilakukan melalui informasi yang
bersifat umum, pengamatan langsung, tanda peringatan, dan indikator peralatan
A) Mungkin
C) Tidak mungkin
1) Mengidentifikasi bahaya
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan bahaya dan jenis kecelakaan yang
mungkin dapat terjadi.
3) Menetapkan pengendalian
Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian risiko antara lain hierarki atau
urutan dalam pengendalian risiko.
Rangkuman
ii. Area kerja/tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya.
iii. Dua faktor penting yang sangat memengaruhi terbentuknya situasi kerja di
laboratorium yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
iv. Penerapan standar housekeeping di area kerja dapat meningkatkan produktivitas,
keselamatan kerja, continous improvement, dan meningkatkan mutu perusahaan.
vii. Objek pemantauan lingkungan kerja adalah potensi bahaya, peraturan perundang-
undangan, dan permasalahan K3.
viii. Faktor risiko bagi pekerja muda adalah tahap perkembangan fisik, tahap
perkembangan psikososial dan emosional, keterampilan kerja dan pengalaman
kerja, tingkat pendidikan pekerja muda, dan faktor lintas sektoral.
ix. Empat kategori potensi risiko pekerja muda di antaranya risiko kategori A (kimia, 9.
biologi, fisik, ergonomis), risiko kategori B (risiko yang diakibatkan oleh listrik,
kebakaran, dan mekanikal), risiko kategori C (berhubungan dengan kesehatan
kerja), dan risiko kategori D (harkat dan martabat serta psikis dan mental pekerja).