Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PADA PT INALUM (PERSERO)

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai syarat menyelesaikan


Pendidikan Program Diploma 3

Oleh
MADHAN HABIBIE SARAGIH
NIM 1605092048

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan serta limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini tepat pada waktunya guna memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Administrasi Niaga Program

Studi Administrasi Bisnis.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, banyak pembimbing dan bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak baik materi, moral, dan spiritual sehingga Tugas

Akhir ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Maka pada kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. M. Syahruddin, S.T.,M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.

2. Agus Edy Rangkuti, S.E.,M.Si., Ketua Jurusan Administrasi Niaga

Politeknik Negeri Medan.

3. Safaruddin, S.E.,M.Si., Sekretaris Jurusan Administrasi Niaga Politeknik

Negeri Medan.

4. Suri Purnami, S.E.,M.A., Kepala Program Studi Administrasi Bisnis

Politeknik Negeri Medan serta Dosen Pembimbing Praktek Kerja

Lapangan yang selalu bersedia membimbing dalam proses penyusunan

Laporan Praktik Kerja Lapangan.

5. Erwinsyah S, S.Si,M.Kom, Sekretaris program studi Administrasi Bisnis

6. Bapak Ronald Simbolon, Bapak Syafrizal Nugroho, Bapak Bayu Mulia,

dan Bapak Marusaha Manurung selaku Pembimbing yang selalu

iii
membimbing dan memberikan ilmu yang sangat berharga pada saat

Praktik kerja Lapangan.

7. Bapak/Ibu Staff pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri

Medan.

8. Seluruh Staf Pegawai dan karyawan PT Inalum (Persero) Kantor PLTA

Paritohan, Kec. Pintupohan Meranti.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis khususnya, Ayahanda Rusdi

Saragih dan Ibunda Susantri Siregar, dan juga kepada adik saya Fikri

Rizaldi Saragih.

Semoga Tuhan membalas semua budi yang diberikan oleh semua pihak,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi

penyajian materi maupun bahasa penyampaian. Hal ini disebabkan karena

kemampuan, pengalaman ilmu yang dimiliki masih terbatas. Diharapkan laporan

Praktik Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi seluruh pembacanya dan khususnya

bagi mahasiswa Politeknik Negeri Medan Jurusan Administras Niaga Program

Studi Administrasi Binis ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan

ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Paritohan, 23 Mei 2019

Penulis,

MADHAN HABIBIE SARAGIH

NIM 1605092048

iv
ABSTRAK
Tugas Akhir ini mencoba memaparkan tentang program-program apa dari
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah
dilaksanakan di PT Inalum (Persero), baik dari segi komitmen dan kebijakan,
perencanaan, pengorganisasian,dan pelaksanaan.

Populasi penelitian adalah seluruh pekerja yang terdaftar sebagai karyawan,


sementara sampel penelitian adalah pihak- pihak yang terlibat di dalam
penerapan SMK3 di PT Inalum (Persero). Penelitian dilakukan dengan survey
kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung.

Hasil penelitian ini mengkaji tentang komitmen dan kebijakan, perencanaan,


pengorganisasian, dan penerapan K3 di PT Inalum (Persero). Komitmen dan
kebijakan pimpinan terhadap penerapan K3 sudah ada dan tertulis.
Perencanaan K3 di PT Inalum (Persero) telah dilakukan sebelum perumusan
program, salah satunya dengan pengumpulan data dan penentuan prioritas.
Penerapan K3 dilakukan dalam bentuk pelaksanaan pelatihan, sosialisasi,
dan penyediaan alat pelindung diri. Rekomendasi bagi pihak manajemen
untuk lebih memperkuat komitmen agar lebih meningkatkan kinerja,
penyediaan personil SMK3 yang memenuhi syarat, pihak pimpinan
mengkomunikasikan K3 ke seluruh jajaran manajemen, karyawan, dan tamu
perusahaan.

v
ABSTRACT

This Final Project tries to explain what programs of the Occupational Safety and
Health Management System that have been implemented at PT Inalum
(Persero), both in terms of commitment and policy, planning, organizing, and
implementing.
The study population was all workers registered as employees, while the study
sample was those who were involved in implementing SMK3 at PT Inalum
(Persero). The study was conducted with a qualitative survey. Data collected
through interviews and direct observation.
The results of this study study the commitment and policy, planning, organizing,
and application of OSH at PT Inalum (Persero). Commitment and leadership
policy towards the application of OSH already exists and is written. OSH planning
at PT Inalum (Persero) has been carried out before the formulation of the
program, one of which is by collecting data and determining priorities. The
application of OSH is carried out in the form of training, socialization, and the
provision of personal protective equipment. Recommendations for management
to further strengthen commitment to further improve performance, the provision
of qualified SMK3 personnel, the leadership of communicating OSH to all levels
of management, employees, and company guests.

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Aluminium Ingot 23

Gambar 4.2 Aluminium Alloy 24

Gambar 4.3 Aluminium Billet 25

Gambar 4.4 Logo PT Inalum (Persero) 27

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT Inalum (Persero) 29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 2 Struktur Organisasi

Lampiran 3 Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident)

viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ISI ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
1.5 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6
2.2 Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja 7
2.4 Kecelakaan Kerja 11
2.5 Kebijakan dan Undang-Undang yang Mengatur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11
2.6 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja 12
BAB 3 METODE PENELITIAN 15
3.1 Cara Pengumpulan Data 15
3.2 Jenis Sumber Data 16
3.3 Teknik Analisis Data 16
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 18
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan 18

ix
4.1.2 Ruang Lingkup PT Indonesia Asahan
Aluminium (Persero) 21
4.1.3 Produk PT Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) 23
4.1.4 Visi dan Misi PT Indonesia Asahan
Aluminium (Persero) 25
4.1.5 Nilai-nilai PT Indonesia Asahan
Aluminium (Persero) 26
4.1.6 Logo PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) 27
4.1.7 Struktur Organisasi PT Indonesia
Asahan Aluminium (Persero) 28
4.1.8 Job Description PT Indonesia Asahan
Aluminium (Persero) 29
4.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) 31
4.2.1 Penerapan Sistem Manjemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada PT Inalum 32
4.2.2 Komitmen dan Kebijakan 33
4.2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada PT Inalum (Persero) 35
4.2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja pada
PT Inalum (Persero) 36
4.2.5 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja pada
PT Inalum (Persero) 36
4.2.6 Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada PT Inalum (Persero) 37
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 39
5.1 Simpulan 39
5.2 Saran 39
LAMPIRAN

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang

menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi

sejak dini yang menuntut berbagai perusahaan untuk selalu aktif dalam

peningkatan produksinya yang berpengaruh pada pengguna mesin-mesin,

pekerjaan yang memiliki resiko kecelakaan yang tinggi serta peralatan

produksi yang semakin meningkat guna menunjang kelancaran produksi.

Dengan adanya peningkatan produksi maka akan meningkat pula potensi

bahaya kecelakaan kerja dan kesehatan yang menurun.

PT Inalum (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan dan energi, yang dalam setiap proses kerjanya tidak terlepas

dari potensi bahaya. Potensi bahaya tersebut dapat berupa kecelakaan yang

terjadi di dalam kantor yang diakibatkan peralatan yang sudah tidak layak

pakai maupun peralatan kantor yang sudah rusak, serta di lapangan yang

diakibatkan oleh penggunaan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai

dampak signifikan pada keselamatan dan kesehatan kerja dan juga bisa

disebabkan adanya faktor fisik lingkungan kerja seperti bising, panas ataupun

penerangan yang kurang merupakan faktor pendukung terjadinya suatu

kecelakaan kerja. Mengingat begitu banyaknya potensi bahaya tersebut yang

pastinya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan

maka PT Inalum (Persero) kantor PLTA menyadari bahwa perlu dan

pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan

sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah dan dihilangkan.

1
2

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja sangat diperlukan,

karena sangat mempengaruhi dalam setiap pekerjaan yang dilaksanakan di

dalam suatu perusahaan, oleh sebab itu perlu diperhatikan semua elemen

dalam setiap pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal

yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya

manusia, karena sangat penting dalam peningkatan jaminan sosial dan

kesejahteraan para pekerja.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan satu upaya

menciptakan tenaga kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja

pada penyakit akibat lemahnya pengawasan dan kurangnya pemahaman

serta kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja berakibat

meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain

merugikan perusahaan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan

mempengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) karena kemingkinan besar

akan memakan korban.

Dalam pencapaian tersebut, maka perusahaan wajib menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, perlunya

karyawan dibimbing dengan cara-cara pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja, ini digunakan untuk memelihatan dari

segala resiko kerja, misalnya dalam hal tekanan kerja yang berat serta

kecelakaan yang dapat terjadi pada saat bekerja, upaya untuk menciptakan

tenaga kerja yang aman, sehat, bebas dari resiko kecelakaan yang dapat

membahayakan pekerja.

Kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat


3

besar karena kita ketahui bahwa manusia adalah satu-satunya sumber daya

yang tidak dapat digantikan dengan teknologi apapun. Oleh sebab itu, dalam

membangun tenaga kerja yang sehat dan berkualitas perlu diterapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang baik sehingga

hak para pekerja terpenuhi. Mengingat sangat pentingnya pelaksanaan

program K3 ini, maka penulis tertarik untuk mengambil judul: “PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA

PT INALUM (PERSERO) KANTOR PLTA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah adalah

sebagai berikut “Bagaimana Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesejatan Kerja Pada PT Inalum (Persero) kantor PLTA”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja pada PT Inalum (Persero) kantor PLTA.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan tugas akhir adalah:

1. Bagi penulis sebagai bahan referensi bagi penulis, berikutnya yang ingin

mendalami pembahasan tentang penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Karyawan PT Inalum (Persero)

kantor PLTA.
4

2. Bagi perusahaan sebagai masukan bagi perusahaan terutama panitia

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja kaaryawan, sehingga

meningkatkan semangat dan produktivitas kerjanya.

3. Bagi pembaca sebagai bahan referensi bagi masyarakat umum yang ingin

mengetahui lebih dalam tentang penerapan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini akan diuraikan dalam beberapa bab dan

setiap bab terdiri dari sub bab penjelasan singkat mengenai isi tiap bab dalam

sistematika sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika pemulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis menguraikan dengan jelas kajian kepustakaan

yang bersumber dari buku yang sesuai dengan judul tugas akhir yang

dibahas oleh penulis yaitu mengenai penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi cara pengumpulan data, jenis sumber data dan

teknis analisis data.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis menguraikan mengenai segala informasi

tentang gambaran umum perusahaan, yaitu mengenai gambaran umum


5

perusahaan yaitu mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi,

visi, misi dan moto perusahaan, logo dan makna logo perusahaan, hasil

penelitian tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja pada PT Inalum (Persero) kantor PLTA, serta analisis

dan evaluasi.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, penulis menguraikan tentang simpulan dari

seluruh pembahasan tugas akhir ini dan mengemukakan saran-saran

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan masukan bagi PT Inalum

(Persero) kantor PLTA dalam Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Buntarto (2015: 1), keselamatan kerja adalah suatu keadaan

terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja.

Menurut Buntarto (2015: 4), kesehatan kerja adalah suatu kondisi

kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan

usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun

penyakit umum.

Menurut Suma’mur dalam Sucipto (2014: 2) menyatakan, “Keselamatan dan

kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya, dan manusia pada umumnya”.

Suma’mur dalam Sucipto (2014: 2) mengatakan, “Keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan suasana kerja yang

aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan”.

Dari penjelasan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk

menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya

baik itu fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,

masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai keselamatan dan

6
7

kesehatan kerja tidak selalu membicarakan masalah keamanan fisik dari para

pekerja saja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.

2.2 Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Buntarto (2015: 5) menyatakan, “Bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani

tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya”. Secara singkat, ruang lingkup

keselamatan dan kesehatan kerja adalah, sebagai berikut:

1. Memelihara lingkungan yang sehat

2. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja

3. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul

dari kerja

4. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan

5. Merehabilitas pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2011: 125), faktor-faktor yang mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan kerja adalah, sebagai berikut:

1. Kebersihan

Kebersihan merupakan syarat yang utama bagi pegawai agar dapat tetap

sehat, dan pelaksanaannya tidak memerlukan banyak biaya. Untuk menjaga

kesehatan, semua ruangan hendaknya tetap dalam keadaan bersih.

Penumpukan abu dan kotoran tidak boleh terjadi, karena semua ruangan kerja,

lorong dan tangga harus dibersihkan setiap hari.

Perlunya disediakan tempat sampah dalam jumlah yang cukup, bersih dan
8

bebas hama, tidak bocor dan dapat dibersihkan dengan mudah. Bahan buangan

dan sisa diupayakan disingkirkan diluar jam kerja untuk menghindari resiko yang

dapat mempengaruhi kesehatan. Ruang kerja harus bebas dan bersih dari tikus,

serangga dan binatang lainnya. Karena binatang tersebut merupakan penyebar

penyakit. Pada daerah malaria, semua tempat kerja harus dibersihkan dan

ditutup untuk mencegah nyamuk.

2. Air minum dan kesehatan

Air minum yang bersih dari sumber yang sehat secara teratur hendaknya

diperiksa dan harus disediakan secara cuma-cuma dekat tempat kerja. Hal ini

penting karena ditempat persediaan air yang disangsikan kebersihannya, dan di

tempat terbuka, apabila tidak ada persediaan air bersih, pegawai akan

cenderung untuk menyegarkan diri dengan air kotor.

3. Urusan rumah tangga

Kerapian dalam ruang kerja membantu pencapaian produktivita dan

mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika jalan sempir dan tidak bebas dari

tumpukan bahan dan hambatan lain, maka waktu akan terbuang untuk

menggeser hambatan tersebut sewaktu bahan dibawa ke tempat kerja atau

mesin. Tempat penyimpanan harus diberi tanda pengenal seperlunya. Demikian

juga perkakas dan perabot di tempat kerja, hendaknya selalu dikembalikan ke

tempat penyimpanan atau ditempatkan di rak yang letaknya di lingkungan tempat

kerja dan pengaturannya membuat mudah untuk diambil.

4. Ventilasi, pemanasan dan pendinginan

Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan keserasian para

pegawai, oleh karenanya merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja.

Pengaruh udara panas dan akibatnya dapat menyebabkan banyak waktu yang
9

hilang karena pegawai tiap kali harus pergi keluar akibat “keadaan kerja yang

tidak tertahan”.

Suhu efektif atau adya pendinginan udara tergantung dari:

a. Laju perbaikan udara

b. Suhu Udara

c. Kelembapan

Ketiga faktor tersebut dan radiasi memungkinkan untuk menghitung suhu

efektif. Ventilasi dapat bersifat alamiah, berupa ventilasi buatan maupun ventilasi

alamiah, maupun ventilasi yang merupakan kombinasi. Air Conditioner diadakan

untuk menolak suhu ekstrim atau suhu di atas/di bawah rata-rata. Udara segar

dan bersih harus disalurkan ke tempat kerja yang tertutup sehingga terjadi

pergantian udara beberapa kali. Untuk tiap pegawai yang bekerja di suatu

ruangan sedikitnya harus mendapat ruang udara.

5. Tempat kerja, ruang kerja dan tempat duduk

Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersedia cukup

tempat untuk bergerak tanpa mendapat gangguan dari teman sekerjanya,

gangguang dari mesin ataupun dari tumpukan bahan. Dalam keadaan tertentu

kepadatan tempat kerja dapat berakibat buruk bagi kesehatan pegawai, tetapi

pada umumnya kepadatan termaksud menyangkut masalah efesiensi kerja.

Bekerja dengan berdiri terus-menerus merupakan salah satu sebab merasa

letih yang pada umumnya dapat dihindari. Bagi pegawai pria maupun wanita

harus disediakan tempat duduk, sehingga waktu bekerja dia dapat melakukan

pekerjaannya sembari duduk.

6. Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan meniadakan


10

penyebabnya, apakah itu merupakan sebab teknis atau sebab yang datang dari

manusia. Upaya ke arah ini terlampau beraneka ragam untuk dibahas, yakni

mencakup upaya memenuhi peraturan dan standar teknis, antara lain meliputi

pengawasan dan pemeliharaan tingkat yang tinggi, memelihara hubungan

industri yang baik, perawatan kesehatan dan kesejahteraan pendidikan pegawai

unit kerja. Pengumuman dapat berupa pemberritahuan, peringatan atau cara

menggunakan penggunaan warna yang jelas/mencolok agar dapat menarik

perhatian kepada hal yang dapat menimbulkan bahaya.

7. Pencegah Kebakaran

Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di daerah beriklim

panas dan kering serta lingkungan industri tertentu. Pencegahan kebakaran

merupakan salah satu masalah untuk semua yang bersangkutan dan perlu

dilaksanakan dengan cepat menurut peraturan pencegah kebakaran, seperti

larangan untuk merokok di tempat yang mudah menimbulkan kebakaran.

Mencegah itu lebih baik dari pada memadamkan kebakaran, tetapi harus

ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapan lainnya untuk pemadam

kebakaran, yang harus dipelihara dalam keadaan baik. Manajemen dan

pengawasan hendaknya diberitahu tentang apa yang seharusnya dilakukan

pegawai jika timbul kebakaran.

8. Penerangan/cahaya, warna, dan bising di tempat kerja

Pemanfaatan penerangan/cahaya, dan warna di tempat kerja dengan

setepat-tepatnya mempunyai arti penting dalam menunjang keselamatan dan

kesehatan kerja. Kebisingan di tempat kerja merupakan faktor yang perlu

dicegah atau dihilangkan karena dapat menghasilkan kerusakan.


11

2.4 Kecelakaan Kerja

Kesehatan lingkungan dan K3 (Tribowo dan Pusphandani, 2013: 94)

menyatakan, “Bahwa kecelakaan akibat kerja adalah kejadian yang tak terduga

dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan yang

berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan atau perkantoran.

Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakan dapat terjadi dikarenakan

oleh pekerjaan atau waktu melaksanakan pekerjaan.”

Oleh sebab itu dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting yaitu:

1. Kecelakaan kerja akibat langsung pekerjaan

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya

sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada

saat perjalanan transpor dari tempat kerja, atau waktu rekreasi atau cuti.

Sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan

perusahaan dan perkantoran. Terdapat tiga kelompok kecelakaan:

1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan dan perkantoran

2. Kecelakaan lalu-lintas

3. Kecelakaan dirumah

2.5 Kebijakan dan Undang-Undang yang Mengatur Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Menurut Sucipto (2014: 4), “Kebijakan dan Undang-undang yang mengatur

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah, sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja


12

Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan

tempat kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan

berkewajiban memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik

pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat baru sesuai dengan

sifat-sifat pekerjaan yang diberikan oleh pekerja, serta pemerikasaan kesehatan

secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat

pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

3. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak material, cuti

sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.”

2.6 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Twiwibowo dan Pusphandani (2013: 107) menyatakan, “Bahwa penerapan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah, sebagai berikut:

1. Pembentukan Komitmen

Komitmen merupakan modal utama dalam penerapan K3 secara nyata

mengenai arti penting keselamatan dan kesehatan kerja. Pembentukan

komitmen tentang arti pentingnya K3 harus dimulai dari level Top Management

supaya penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

berjalan dengan efektif dan optimal. Sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun

1970 tentang keselamatan kerja dijelaskan bahwa unsur pimpinan (direktur)


13

bertanggung jawab untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Unsur pimpinan inilah yang nantinya diharapkan bisa membuat kebijakan-

kebijakan dan aspek penunjang/fasilitas sampai dengan karyawan level bawah

untuk menjalankan fungsi K3 untuk mencapai “Zero Accident”.

2. Perencanaan

Perencanaan disini dimasukkan sebagai dasar penerapan program sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang nantinya akan dilaksanakan

secara menyeluruh oleh seluruh karyawan, dalam menentukan program kerja

K3.

3. Pengorganisasian

Bentuk komitmen dari pimpinan perusahaan selain melalui kebaikan

tertulis, dapat juga memfasilitasi pembentukan komite K3 yang khusus mengenai

permasalahan K3 yang terdiri dari kompetensinya masing-masing. Selain itu,

diperlukan seseorang yang berkompeten dibidang K3 yang tersertifikasi sebagai

ahli K3. Dalam penerapan program kerja serta aktivitas-aktivitas K3 mampu

menggerakkan jalannya organisasi.

4. Penerapan

Penerapan K3 tentu saja berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas program-

program kerja tersebut. Contoh program kerja yang bisa dilakukan yaitu

semacam safety campaign, safety training, dan safety for visitor.

5. Pelaporan

Setiap penerapan program-program K3 harus dilakukan pelaporan sebagai

buti sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dilakukan perbaikan

secara bertahap. Pelaporan K3 harus disusun secara rapi sebagai penunjang

administrasi K3 yang terintegritas.


14

6. Evaluasi

Proses evaluasi memang sangat diperlukan sebagai bentuk pengukuran

efektivitas prosedur penerapan K3 adalah sedemikian efektif atau belum. Secara

praktis biasanya dibentuk suatu tim auditor untuk melakukan audit dan verifikasi

mengenai penerapan yang dijalankan mengenai sistem manajemen K3.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Cara Pengumpulan Data

Suatu penelitian yang baik dapat dibuktikan kebenarannya, dibutuhkan

adanya data sebagai bukti dan informasi yang cukup dari sumber yang potensial

dan terpercaya. Dengan adanya data dan informasi tersebut, penulis dapat

menganalisa dan mengwvaluasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja pada PT Inalum (Persero) kantor PLTA.

Menurut Arikunto (2010: 265), “Mengumpul data adalah mengamati variable

yang akan diteliti dengan metode interview, tes, observasi, dokumentasi dan

sebagainya”. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir pada PT Inalum

(Persero) kantor PLTA adalah:

1. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

Studi lapangan (field research) adalah perolehan data dari kegiatan yang

dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan. Dalam metode penelitian ini

penulis menggunakan beberapa teknik:

a. Teknik observasi yaitu melakukan penelitian dengan melakukan

pengamatan langsung pada PT Inalum (Persero) kantor PLTA. Dengan

menggunakan teknik ini penulis memperoleh data yang akurat mengenai

permasalahan yang sedang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan

obervasi terhadap prosedur penerapan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja PT Inalum (Persero) kantor PLTA.

b. Teknik Wawancara yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung kepada salah satu karyawan dari bagian
15
16

bidang perencanaan yaitu departemen yang membuat Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

2. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Library research adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari

teori-teori yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti dengan membeli buku-

buku pendukung dan pergi ke perpustakaan.

3.2 Jenis Sumber Data

Menurut Arikunto (2010: 172), “Yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah dari mana data dapat diperoleh”. Tugas akhir ini menggunakan

dua jenis sumber data yaitu:

1. Data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung atau dari sumber asli

dari perusahaan melalui wawancara dengan seorang karyawan bagian bidang

perencanaan. Seorang anggota Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3) dan seorang karyawan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku atau informasi-informasi

yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan tugas akhir. Buku referensi

diperoleh melalui studi pustaka, yaitu membaca buku-buku yang ada di

perpustakaan, dan dari dokumen perusahaan tentang penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif. Dalam metode ini data yang diperoleh akan
17

dikumpulkan, diklasifikasi, dianalisa dan diinterpretasikan sehinggan diperoleh

gambaran yang jelas dari masalah yang diteliti.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Kuala Tanjung, beralamat di

Kuala Tanjung, Desa Sei Suka, Batu Bara, Sumatera Utara, Indonesia. PT

Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Kuala Tanjung memproduksi luminium

Ingot, alloy, dan billet. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) d a l a m

me mp r o d u k s i a l u mi n i u m memberikan kualitas yang terbaik kepada

pengguna aluminium khusus untuk Negera Indonesia dan Mancanegara.

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahan

Kegagalan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk memanfaatkan

derasnya debit air dari Danau Toba melalui Sungai Asahan, mendorong

Pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air. Pada tahun 1972,

rencana pembangunan PLTA menguat setelah pemerintah menerima laporan

dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang yang menyatakan

bahwa studi kelayakan pembangunan PLTA memungkinkan dibangun sekaligus

dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang

dihasilkannya.

Menindaklanjuti studi kelayakan tersebut, pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo,

setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan

ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk proyek ini, Pemerintah Republik

Indonesia dan 12 (dua belas) Perusahaan Penanam Modal Jepang

18
19

menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium

Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan.

Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah:

Sumitomo Chemical, Sumitomo Corporation, Nippon Light Metal

Company, Itochu, Nissho Iwai, Nichimen, Showa Denko K.K., Marubeni,

Mitsubishi Chemical Industries, Mitsubishi Corp, dan Mitsui Aluminium Co.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di

Jakarta, kedua belas Perusahaan Penanam Modal Tersebut bersama

Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co,

Ltd. (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 November 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium, sebuah

perusahaan patungan antara Pemerintah Indonesia dan Jepang didirikan di

Jakarta. Indonesia Asahan Aluminium adalah perusahaan yang membangun

dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk.

Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan

Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%.

Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan

sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak tanggal 10 Februari

1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah

Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi

terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil

Pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan

pengembangan Proyek Asahan.


20

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dapat dicatat sebagai pelopor

dan perusahaan pertama di Indonesia, yang bergerak dalam bidang Industri

peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen. Secara de facto,

perubahan status Indonesia Asahan Aluminium dari PMA menjadi BUMN terjadi

pada tanggal 1 November 2013, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang

dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia

dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang, berlangsung pada tanggal 9

Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada tanggal

19 Desember 2013, setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang

dimiliki pihak Konsorsium.

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141

pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun

2014. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau lebih dikenal sebagai PT

Inalum merupakan BUMN pertama dan terbesar Indonesia yang bergerak

dibidang peleburan Aluminium.

Sejak diakuisisi oleh Pemerintah, PT Indonesia Asahan Aluminium (Pesero)

kini tengah mengembangkan produksi hilir aluminium dengan mendorong

diversifikasi produk dari aluminium ingot ke aluminium alloy, billet dan wire rod,

serta menggarap pabrik peleburan baru yang terintegrasi di Kawasan Industri

dan Pelabuhan Internasional Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, Kalimantan

Utara, Indonesia.

Dan pada saat ini PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) telah menjadi

induk holding industri di bidang pertambangan yang beranggotakan BUMN

pertambangan seperti: Aneka Tambang, Bukit Asam, Timah, dan Freeport

Indonesia.
21

4.1.2. Ruang Lingkup PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Ruang lingkup PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) terdiri dari 2

(dua) bagian diantaranya adalah:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA yang dimiliki PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) berlokasi di

Paritohan, Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Sungai Asahan dengan panjang 150 KM memiliki potensi debit pada musim

kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan lebih dari 100 m3/detik. Potensi

tersebut dimanfaatkan untuk menggerakkan 2 (dua) stasiun PLTA yaitu PLTA di

Sigura-gura dan PLTA Tangga dengan kapasitas total sebagai berikut:

a. Kapasitas terpasang : 603 MW

b. Output tetap : 426 MW

c. Output puncak : 513 MW

Untuk keperluan operasional PLTA Sigura-gura dan Tangga tersebut, PT

Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Kuala Tanjung memiliki 3 (tiga) buah

bendungan (dam), yaitu:

a. Bendungan pengatur (regulating dam). Terletak di Siruar ± 14.5 KM dari

Danau Toba. Fungsi dari bendungan ini adalah untuk mengatur kestabilan

air keluar dari Danau Toba ke sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun

pembangkit listrik secara konstan.

b. Bendungan penadah air Sigura-gura (Sigura-gura Intake Dam). Berada di

Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun

pembangkit listrik Sigura-gura yang berada 200 M di dalam perut bumi

dengan 4 generator masing-masing berkapasitas 71,5 MW dan merupakan

PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.


22

c. Bendungan penadah air Tangga (Tangga Intake Dam). Bendungan ini

berfungsi untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Sigura-gura

untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga. Air disalurkan melalui

sebuah terowongan bawah tanah yang panjangnya 3.150 M. Di PLTA ini

terpasang 4 unit generator masing-masing berkapasitas 79,2 MW dan

berada di atas permukaan tanah.

2. Pabrik Peleburan Aluminium (Smelter Plant)

Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum

(Persero) dibangun di atas areal seluas 200 ha berlokasi di Kuala Tanjung,

Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara yang

berjarak sekitar 117 KM dari kota Medan. Pabrik peleburan terdiri dari 3 (tiga)

pabrik utama, yaitu:

a. Pabrik Karbon (Carbon Plant)

Tempat memproduksi balok-balok anoda karbon yang akan digunakan

pada tungku-tungku reduksi. Pabrik karbon terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Pabrik Karbon Mentah (Green Plant)

2. Pabrik Pemanggangan Anoda (Baking Plant)

3. Pabrik Penangkaian Anoda (Rodding Plant)

b. Pabrik Reduksi (Reduction Plant)

Terdiri dari 3 (tiga) gedung utama, masing-masing gedung terpasang 170

unit tungku tipe anoda prapanggang dengan desain 170 KA dan telah

dikembangkan menjadi 190 KA. Kapasitas produksi 225.000 ton/tahun dari 510

unit tungku reduksi. Kapasitas tersebut sampai saat ini telah dikembangkan

sampai 260.000 ton/tahun. Pada tungku reduksi bahan baku alumina (Al2O3)

dilebur dengan proses elektrolisa menjadi cairan aluminium.


23

c. Pabrik Penuangan (Casting Plant)

Tempat pencetakan aluminium cair menjadi aluminium batangan.

Aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan, setelah

dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung dibentuk menjadi

aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (± 22,7 kg)

dan merupakan produk akhir PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Di

gedung ini terdapat 10 buah tungku penampung masing-masing berkapasitas 30

ton dan 7 unit mesin cetak ingot.

4.1.3 Produk PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium

adalah aluminium asli yang terdiri dari 3 (tiga) Jenis yakni:

1. Aluminium Batangan (Ingot)

Aluminium batangan Inalum memiliki berat 22.7 kg perbatangnya dengan 2

(dua) jenis kualitas produk yaitu 99.90% dan 99.70% Aluminium. Aluminium

batangan terdaftar pada London Metal Exchange (LME) tanggal 23

September 1987.

Gambar 4.1 Aluminium Ingot


Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
24

2. Aluminium Foundry Alloy

Aluminium foundry alloy memiliki berat sekitar 10 Kg perbatang. Untuk

memproduksi foundry alloy, PT Inalum menggunakan teknologi terkini yang

telah digunakan di smelter terkemuka untuk mengahasilkan produk kelas

dunia. Proses pencetakaan dibantu proses degassing menggunakan

nitrogen dan filter untuk menyaring pengotor yang ada sehingga produk

alloy yang dihasilkan memilliki kualitas yang tinggi.

Gambar 4.2 Aluminium Alloy


Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

3. Aluminium Billet

Aluminium billet terdiri dari 2 (dua) jenis produk yaitu tipe 6061 dan 6063.

Tipe 6061 memiliki kekuatan menengah dan umum dipergunakan dalam

struktur bangunan serta transportasi. Tipe 6063 memiliki extrudability tinggi

dengan kecepaktan ekstusi yang lebih baik sehingga cocok dipergunakan

dalam arsitektur dengan kekuatan rendah hingga menengah. Diameter


25

yang tersedia adalah diameter 5, 7, dan 8 inci.

Gambar 4.3 Aluminium Billet


Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

4.1.4 Visi dan Misi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi untuk dijadikan landasan dari

berjalannya perusahaan tersebut sehingga dapat mencapai target maupun

tujuan dari perusahaan yang telah ditentukan. Adapun visi, misi dan nilai PT

Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sampai dengan tahun 2025 seperti yang

tertuang pada Surat Keputusan Direksi No. SK-005/DIR/2014 adalah sebagai

berikut:

a. Visi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

”Menjadi Perusahaan Global Terkemuka Berbasis Aluminium Terpadu

Ramah Lingkungan”. Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai Perusahaan

Terkemuka berbasis Aluminium yang ramah lingkuangan, maka PT Inalum

(Persero) sebagai perusahaan milik negara turut melaksanakan serta menunjang

kebijakan dan program Pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan

nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha, yaitu

aluminium bumi dan terbarukan baik di dalam maupun di luar negeri.


26

b. Misi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Misi dari PT Indonesia Asahan Aluminium dalam mewujudkan misinya

adalah sebagai berikut:

1. Menjalankan operasi peleburan aluminium terpadu yang

menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai

bagi pemangku kepentingan.

2. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan

nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha

berkesinambungan.

3. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan

sekitar melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dan

PKBL (Program Kemitraaan dan Bina Lingkungan) yang tepat sasaran.

4. Meningkatkan kompetensi SDM (Sumber Daya Manusia) secara

terencana dan berkesinambungan untuk kelancaran operasional dan

pengembangan industri aluminium.

4.1.5 Nilai-nilai PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Dalam mencapai visi dan misinya PT Indonesia Asahan Aluminium

(Persero) berkomitmen untuk menerapkan tata nilai. Nilai-nilai PT Indonesia

Asahan Aluminium (Persero) dirangkum dalam kata “ProsPeKTIF” adapun

singkatan dari kata tersebut adalah sebagai berikut:

a. Profesional

Kami bekerja secara profesional dengan menerapkan praktik bisnis terbaik.


27

b. Pengembangan

Kami tumbuh menjadi besar melalui pengembangan berkesinambungan.

c. Kerjasama

Kami tangguh melampaui harapan melalui kerja sama yang sinergi.

d. Tanggung jawab

Kami bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi terbaik.

e. Integritas

Kami menjalankan bisnis dengan integritas.

f. Faedah

Kami berusaha menjalankan bisnis menguntungkan untuk kesejahteraan

4.1.6 Logo PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Gambar 4.4 Logo PT Indonesia Asahan Aluminium


Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
Pada tanggal 1 November 2013 sebagai bagian dari upaya pengembangan

akibat berakhirnya kontrak dengan Jepang dan resmi menjadi BUMN, logo PT

Indonesia Asahan Aluminium (Persero) mengalami perubahan, yakni berupa

warna dan huruf, yang merupakan representasi (menginisialkan) dari Aluminium,

untuk penjelasannya sebagai berikut:


28

1. Logogram

Visual logogram merupakan stilasi huruf ‘A’ dan ‘L’ yaitu simbol kimia dari

Aluminium dan menyiratkan ruang lingkup usaha Perseroan yakni industri

Aluminium. Arah logogram mengarah ke kanan atas yang mengekspresikan

karakter yang progresif sebagai pelopor dan market leader industri berbasis

Aluminium di Indonesia dan siap bersaing di kancah global.

2. Logotype

Logotype menggunakan huruf lowercase dan bold yang memberikan

makna bahwa personifikasi Perseroan adalah sosok yang disiplin dan profesional

(bold), sekaligus ramah dan humaniora (lowercase).

3. Warna Logogram dan Logotype

Logogram dan logotype memiliki 3 (tiga) warna yaitu biru, hijau dan merah

yang berarti sebagai berikut:

a. “BIRU” memiliki makna industri berteknologi canggih.

b. “HIJAU” menggambarkan makna ramah lingkungan.

c. “MERAH” menggambarkan kebanggaan Bangsa Indonesia.

4.1.7 Struktur Organisasi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Struktur organisasi merupakan suatu sistematika penyusunan kedudukan

dalam perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari pembagian tugas serta

tanggung jawab dari masing-masing bagian karyawan yang disesuaikan dengan

keahliannya. Struktur organisasi bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem

kerja sama antar karyawan dengan baik dan berguna bagi perusahaan.

Agar mempermudah pengawasan, atasan memberikan pekerjaan yang

layak kepada seluruh karyawan sesuai dengan keahlian karyawan. Adapun


29

struktur organisasi yang terdapat pada PT Indonesia Asahan Aluminium

(Persero) adalah sebagai berikut:

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT Indonesia Asahan Aluminium


(Persero)
Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

4.1.8 Uraian Tugas (Job Description) PT Indonesia Asahan Aluminium

(Persero)

Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Indonesia

Asahan Aluminium (Persero) dan setiap bagiannya memiliki tugas dan

wewenang:
30

1. Direktur Utama

Direktur Utama adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya

berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili

Perseroan.

2. Direktur

Direktur adalah anggota Direksi karena jabatannya melaksanakan tugas

untuk kepentingan perseroan sesuai dengan ruang lingkup/fungsi masing masing

seperti tersebut dibawah ini:

a. Umum dan Sumber Daya Manusia

b. Keuangan

c. Pengembangan dan Bisnis

d. Operasi

3. Direktorat

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk mengawasi

pelaksanaan ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup dan

fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai General Manager (GM).

4. Departemen

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk mengawasi

pelaksanaan dari ketentuan yang telah digariskan atau ditentukan oleh Divisi

masing-masing. Departemen dikepalai oleh Senior Manager (SM).

5. Seksi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk melaksanakan

setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan atau digariskan oleh departemen

masingmasing. Seksi dikepalai oleh Manager.


31

6. Sub-seksi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk melaksanakan

setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan atau digariskan oleh seksi masing-

masing. Sub Seksi dikepalai oleh Junior Manager (JM).

4.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada

PT Inalum (Persero), disusun menjadi satu kesatuan dengan sistem

manajemen mutu dan manajemen lingkungan. Dalam perencanaannya

seluruh standar dan pedoman sistem tersebut disusun dalam prosedur

Rencana Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan

(RMK3L).

RMK3L merupakan integrasi pemenuhan Sistem Manajemen Mutu

(ISO 9001:2000), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSAS 18001:1999)

dan Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004) yang dituangkan dalam

prosedur yang dapat digunakan untuk melihat, memeriksa, mengkaji, menilai,

mengukur efektifitas, mengetahui ketaatan atau kepatuhan petugas di

lapangan. RMK3L dibuat berdasarkan pada persyaratan pelanggan

(kontrak), peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan

lainnya. Prosedur dan persyaratan yang digunakan selama pelaksanaan

pekerjaan akan ditinjau kembali secara rutin untuk menjamin kebijaksanaan

dan prosedur- prosedur yang terkandung didalamnya memenuhi persyaratan

kontrak, peraturan legal dan persyaratan lainnya untuk mencapai

peningkatan yang berkesinambungan.


32

4.2.1 Penerapan Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada PT Inalum

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang sudah

diterapkan oleh PT Inalum (Persero). Penerapan K3 sangat penting untuk

mengendalikan risiko yang berdampak pada kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.

Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa

tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3

mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus

dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga

harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam

pelaksanaanya untuk menjamin bahwa sistem itu dapat berperan dan berfungsi

dengan baik serta berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.

PT Inalum (Persero) telah menerapkan SMK3 agar tercapainya tujuan K3

perusahaan. Terbukti dengan PT Inalum (Persero) telah memiliki sertifikasi

OHSAS 18001 dan mendapatkan bendera emas sebagai penghargaan untuk

“zero accident”. OHSAS 18001 adalah standar menetapkan persyaratan dari

suatu penerapan SMK3. Penerapan SMK3 pada PT Inalum (Persero)

mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menekan angka kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan

sehingga terciptanya suasana yang menyenangkan bagi seluruh karyawan.

3. Mengurangi kerugian material perusahaan serta korban jiwa.

4. Menjamin kesehatan pekerja agar terbebas dari penyakit akibat kerja

Pelaksanaan kegiatan K3 tidak hanya ditujukan pada tenaga kerja yang


33

berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi juga bagaimana

dapat mengendalikan risiko terhadap peralatan, aset dan sumber produksi

sehingga dapat digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari

kecelakaan kerja. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT

Inalum (Persero) antara lain:

1. Tersedianya Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di sudut ruangan setiap

bagian. APAR adalah alat pemadam kebakaran portable, karena bentuknya

yang kecil dan praktis sehingga mudah dipindahkan dan dibawa kemana-

mana.

2. Pada ruangan kerja setiap bagian terdapat kotak Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan (P3K) sehingga apabila kecelakaan kecil terjadi, pertolongan

dapat segera dilakukan.

3. Pada ruangan kerja setiap bagian terdapat pendingin ruangan.

Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) untuk memberikan perlindungan

terhadap potensi-potensi bahaya yang tidak dapat dieliminasi. Alat Pelindung

Diri ini dugunakan jika karyawan di PT Inalum (Persero) melakukan kegiatan

ditempat yang terdapat potensi bahaya. Secara umum, prosedur alat

pelindung diri minimal yang harus dipakai di area kerja yaitu helm, kacamata,

sarung tangan, rompi, sepatu safety.

4.2.2 Komitmen dan Kebijakan

Untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan seluruh komunitas yang

berhubungan dengan seluruh kegiatan perusahaan, PT Inalum (Persero)

selalu mengadakan pengendalian setiap resiko mutu, keselamatan dan

kesehatan kerja dan lingkungan sehingga akan dihasilkan proses kerja dan
34

produk yang berkualitas, sehat dan aman serta baik terhadap lingkungan.

Untuk mencapai komitmen tersebut maka perusahaaan menetapkan:

1. Mematuhi semua ketentuan peraturan dan persyaratan lain yang

relevan, terkait dengan masalah mutu, keselamatan dan kesehatan kerja

serta lingkungan.

2. Berusaha mengendalikan resiko mutu, keselamatan dan kesehatan kerja

serta lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit kerja

serta pencemaran lingkungan maupun penurunan kepuasan pelanggan.

3. Berusaha mengendalikan aspek penting mutu, keselamatan dan

kesehatan kerja serta lingkungan terutama penggunaan sumber daya

manusia, sumber daya alam, pengelolaan kualitas udara dan penanganan

limbah termasuk aspek lainnya yang berdampak negatif terhadap mutu,

keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.

4. Menjamin seluruh karyawan dan pihak terkait lainnya kompeten dengan

cara memberikan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas-tugasnya.

Menjadikan kerangka ini sebagai acuan dalam penetapan tujuan dan

sasaran mutu, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.

5. Berusaha agar kebijakan ini dikomunikasikan dan dapat dipahami oleh

seluruh karyawan, pihak pemasok dan sub kontraktor terkait.

6. Menjamin peningkatan berkesinambungan terhadap penerapan Sistem

Manajemen mutu, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.

7. Menjamin agar kegiatan ini tersedia bagi publik yang memelukannya.

Kebijakan tersebut tentunya disesuaikan dengan sifat, skala dan

dampak dari kegiatan dan produk perusahaan yang dihasilkan.

Kebijakan K3 ditinjau ulang secara berkala satu tahun sekali atau bila terjadi
35

perubahan internal dan eksternal yang mempunyai dampak terhadap K3

secara berarti.

4.2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Inalum (Persero)

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat terlaksana apabila seluruh

unsur yang berada di perusahaan, baik pihak manajemen maupun tenaga kerja

bersama-sama berkomitmen melaksanakan upaya pencegahan kecelakaan

kerja, tujuan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Inalum (Persero) adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan semangat kerja karyawan

Jika karyawan merasa nyaman dan tenang dalam bekerja, maka pekerja

akan semangat melakukan pekerjaan. PT Inalum (Persero) selalu

memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada seluruh karyawan agar

menambah semangat kerja.

2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

Jika keselamatan dan kesehatan kerja karyawan diperhatikan dengan

baik oleh perusahaan, maka akan meminimalisir resiko kecelakaan di

lingkungan kerja. Jika tingkat kecelakaan di suatu perusahaan rendah, maka

tidak ada hambatan untuk menyelesaikan pekerjaan atau aktivitas di

perusahaan. Dalam hal ini, para karyawan akan menyelesaikan pekerjaan

tepat waktunya sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

3. Mencegah dan meminimalisir resiko kecelakaan di lingkungan kerja

Hampir semua pekerjaan yang dilakukan karyawan memiliki tingkat resiko

masing-masing. Namun resiko setinggi apapun dapat dicegah dan

diminimalisir dengan diterapkannya sistem manajemen keselamatan dan


36

kesehatan kerja yang baik dalam perusahaan.

4. Meningkatkan motivasi atau gairah para pekerja

PT Inalum (Persero) selalu melindungi keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan sehingga karyawan dapat memaksimalkan semua

kemampuannya dalam bekerja tanpa rasa khawatir.

4.2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja pada PT Inalum (Persero)

Kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan kerugian material, korban jiwa

dan gangguan kesehatan bagi pekerja, tetapi dapat mengganggu proses dalam

bekerja. Adapun penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada PT Inalum

(Persero) yaitu:

1. Kelalaian karyawan dalam bertindak disela pekerjaannya, sehingga hal-hal

kecil penyebab kecelakaan mungkin saja dapat terjadi.

2. Akibat peralatan yang sudah tidak layak pakai. Hal ini dapat terjadi karena

pekerja tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap peralatan

yang akan digunakan sebelum memulai suatu pekerjaan.

3. Kesalahan dalam melakukan prosedur pekerjaan.

4. Kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh karyawan dalam melakukan

pekerjaannya tidak maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh perusahaan, sehingga kesalahan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan dapat terjadi.

4.2.5 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja pada PT Inalum (Persero)

Adapun cara-cara mengurangi kecelakaan kerja pada PT Inalum

(Persero) yaitu:
37

1. Menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman melalui penataan ruangan,

menjaga kebersihan lingkungan kerja dan mengatur suhu serta penerangan

yang cukup.

2. Memberi penjelasan kepada pekerja mengenai kondisi dan bahaya di tempat

kerja dan pemakaian APD.

3. Melakukan pemeriksaan berkala terhadap izin peralatan.

4. Melakukan pelatihan APAR untuk semua karyawan

5. Melakukan pengaturan waktu kerja sehingga setiap karyawan hanya bekerja

selama 8 jam dalam 1 hari kerja. Dengan 1 jam untuk waktu istirahat.

6. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

4.2.6 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT Inalum

(Persero)

Program-program K3 yang dilakukan PT Inalum (Persero) yaitu:

1. Melakukan sosialisasi kepada pekerja untuk membahas pentingnya

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui safety meeting yang

dilaksanakan setiap bulannya oleh bagian Administrasi dan Personalia.

2. Memasang rambu-rambu K3. Penggunaan simbol dalam rambu-rambu K3

sangatlah penting untuk mengkomunikasikan peraturan ataupun petunjuk di

area tertentu. Rambu-rambu K3 yang terdapat di kantor PT Inalum (Persero)

yaitu:

a. Rambu K3 Dilarang Merokok

Puntung rokok, serta merokok di kawasan yang dilarang merokok dapat

menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja jika tidak ditangani sesuai
38

dengan aturan yang ada. Adanya rambu “DILARANG MEROKOK”

menjadi salah satu langkah pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

b. Rambu Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam keadaan darurat saat

terjadinya kecelakaan kerja (kebakaran, gempa bumi, dan lainnya).

Rambu atau petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung

terlaksananya SMK3. Petunjuk jalur evakuasi yang terletak disetiap

dinding-dinding lorong yang mudah dilihat ini bertujuan untuk dapat

mempermudah karyawan saat terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat

meminimalisir korban saat terjadinya kecelakaan kerja.

3. Melakukan kampanye K3. Kampanye ini dapat didefinisikan sebagai sebuah

program yang ditujukan untuk mempengaruhi pekerja untuk berfikir atau

bertindak secara aman. Tujuan dari program kampanye K3 untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan evaluasi data untuk

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Inalum (Persero)” maka penulis

mengambil simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Inalum (Persero)

telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

2. PT Inalum (Persero) telah melakukan program-program K3 melalui poster-

poster, rambu-rambu dan sosialisasi tentang keselamatan dan kesehatan

kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

3. PT Inalum (Persero) telah menyediakan peralatan keselamatan kerja seperti

alat-alat pelindung diri yang memadai.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan kepada

PT Inalum (Persero) adalah:

1. Bagian Administrasi dan Personalia PT Inalum (Persero) diharapkan selalu

menghimbau kepada setiap karyawan agar selalu mengikuti peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, terutama mengenai

peraturan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang wajib

diterapkan saat melakukan setiap pekerjaan agar setiap karyawan merasa

aman saat melakukan pekerjaan.


39
40

2. Setiap karyawan PT Inalum (Persero), diharapkan untuk selalu berhati-hati

dalam melakukan setiap pekerjaan dan selalu memperhatikan serta

melakukan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar tidak terjadi

insiden yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Yogyakarta: PT PUSTAKA BARU.
Sucipto, Cecep Dani. 2019. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Sinungan, Muchdarsyah. 2014. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi
Aksara.
Simanjuntak, Pantas. 2014. Tata Tulis Laporan. Medan: USU Press.
Tribowo, Cecep dan Mitha Erlisya Pusphandani. 2017. Kesehatan Lingkungan
K3. Yogyakarta: Nuha Medika.

41
Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apakah pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan di PT

Inalum (Persero)?

2. Apakah Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi PT Inalum

(Persero)?

3. Apa sajakah syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi

karyawan PT Inalum (Persero)?

4. Bagaimana Penerapan Keselamatan dan Kesehatan kerja pada PT

Inalum (Persero)?

5. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja di PT Inalum (Persero)? Jika

pernah, Apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja karyawan di PT Inalum

(Persero)?

6. Apa sajakah manfaat yang dirasakan oleh perusahaan setelah

melaksanakan/menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

7. Apa yang saudara harapkan dari pelaksanaan penerapan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja?


Lampiran 2
Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai