Anda di halaman 1dari 175

USULAN PERBAIKAN PROGRAM KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN
PENDEKATAN HIRARC DAN FTA
(HONDA AHMAD YANI)
BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai


gelar sarjana program studi Teknik Industri

Oleh :

NPM : 16 113 120


NAMA : ALVIN TAHID
JENJANG STUDI : STRATA SATU (S1)
PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Lembar Pengesahan

TUGAS AKHIR SKRIPSI


USULAN PERBAIKAN PROGRAM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN
PENDEKATAN HIRARC DAN FTA
( HONDA AHMAD YANI )
BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai


gelar sarjana program studi Teknik Industri

Program Studi Teknik Industri

Nama : Alvin Tahid


NPM : 16113120

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Rahmat Hermawanto, S.H., M.M Rika Andriyanti Dinata,S.T.


(NIDN 0415017701) NIK: 1795051

Ketua Program Studi


Teknik Industri

Rika Andriyanti Dinata,S.T.


NIK: 1795051

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG

i
2020

ii
RINGKASAN

Honda Ahmad Yani dalam pengoperasiannya tidak luput dari masalah- masalah
yang dihadapi seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan dampak negatif
industri terhadap lingkungan sekitarnya, maka tingkat keselamatan kerja manusia
sebagai faktor produksi sangat diperlukan agar produktivitas yang optimal dapat
dicapai. ISO 45001:2018 mensyaratkan adanya identifikasi bahaya untuk
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu diperlukan adanya
sebuah metode yang dapat memenuhi persyaratan tersebut. Metode yang dipilih
dalam penelitian ini adalah HIRARC ( Hazard Identification Risk Assesment anda
Risk Control) dan metode pendukung yaitu FTA ( Fault Tree Analysis ).
Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja yang terjadi pada bagian divisi service kendaraan di Honda Ahmad Yani
dengan metode Fault Tree Analysis. Mengusulkan tindakan pengendalian risiko
terhadap K3 dengan metode Hazard identification Risk Assesment and Risk
Control serta penerapan dan evaluasi usulan perbaikan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah di tetapkan pada bagian unit divisi service, dan
dampak risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja.

Kata Kunci : Produktivitas, HIRARC, FTA, Keselamatan dan Kesehatan kerja.

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat, hidayah dan ridho-Nya, tugas akhir Skripsi yang berjudul:
“USULAN PERBAIKAN PROGRAM K3 UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN HIRARC DAN FTA” di
Honda Ahmad Yani Bandung terselesaikan dengan baik.
Penulisan tugas akhir Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana Strata Satu pada Fakultas Teknik Industri, Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung. Dalam penulisan ini, tentu tidak lepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Untuk
itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang tua beserta keluarga yang selalu mendukung serta doanya
yang selalu mengalir.
2. Bapak Muchamad Naseer, S.kom., M.T selaku ketua STT Bandung
3. Bapak Danny Aidil Rismayadi, S.SI., M.Kom Selaku pembantu ketua
1 yang juga telah memberikan dukungan sehingga penulisan proposal
skripsi ini terselesaikan.
4. Ibu Rika Andriyanti Dinata S.T selaku Kepala Prodi jurusan teknik
Industri STTB
5. Bapak Agus Rahmat Hermawanto, S.H., M.M selaku pembimbing 1
yang selalu sabar memberikan saran dan masukannya.
6. Ibu Rika Andriyanti Dinata S.T selaku pembimbing 2 yang juga selalu
sabar memberikan saran dan masukanya.
7. Ida Wulandari yang selalu mendukung dengan memberikan
semangat tiada henti
8. Rekan-rekan di PT Imperial Putra Perdana – Honda Ahmad Yani
9. Serta semua pihak yang terlibat dalam penulisan proposal skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas

iii
akhir skripsi ini. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara yang telah memberikan baik
itu dukungan secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dapat
diterima oleh Allah SWT. Aamiin

Bandung, 25 Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i


RINGKASAN............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
BAB 1
PENDAHULUAN ..................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. I-1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
I-9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ I-10
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... I-10
1.5 Batasan Masalah............................................................................. I-11
1.6 Sistematika Penulisan..................................................................... I-12

BAB II
LANDASAN TEORI ................................................................................. II-1
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................ II-1
2.2 Tinjauan Umum Metode HIRARC ................................................. II-8
(Hazard identification Risk Assesment and Risk Control)
2.2.1 Pengertian HIRAR................................................................ II-8
2.2.2 Tujuan HIRARC................................................................................
II-9
2.2.3 Ruang Lingkup Definisi dan Jangkauan HIRARC............... II-10
2.2.4 Potensi Bahaya..................................................................... II-10
2.3 Tinjauan Umum FTA (Fault Tree Analysis)................................... II-25
2.4 Kehilangan Hari dan Jam Kerja...................................................... II-26

v
2.5 Indikator Kinerja Keselamatan....................................................... II-27
2.6 Tinjauan Umum Produktivitas........................................................ II-28
2.6.1 Pengertian Produktivitas....................................................... II-28
2.6.2 Pengukuran Produktivitas..................................................... II-29
2.6.3 Kunci Utama Untuk Mencapai Produktivitas....................... II-30
2.7 Hubungan antara Keslamatan dan Kesehatan Kerja........................ II-35
dengan Produktivitas Karyawan
2.8 Penelitian Terdahulu....................................................................................
II-37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN............................................................. III-1
3.1 Kerangka Penelitian ........................................................................ III-1
3.1.1 Alur Penelitian...................................................................... III-1
3.1.2 Kerangka Konseptual........................................................... III-8
3.2 Populasi dan Sampel....................................................................................
III-9
3.3 Variabel Penelitian.......................................................................................
III-10
3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................................
III-10
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data......................................................
III-10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ix
LAMPIRAN........................................................................................... L-1

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja dan Penanganannya.....................................


I-4
Tabel 1.2 Target Produksi Jasa di Bagian Service Honda Ahmad Yani I-8
Tabel 1.3 Jam Lembur untuk Pemenuhan Target................................ I-8
Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan Kecelakaan Kerja............................ II-7
Tabel 2.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja................................................
II-7
Tabel 2.3 Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja............ II-13
Tabel 2.4 Kriteria Likelihood................................................................
II-19............................................................
Tabel 2.5 Kriteria Consequence/Severity................................................
II-20
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu........................................................... II-37

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Kecelakaan Kerja Honda Ahmad Yani....................... I-2


Gambar 1.2 Total Kecelakaan Kerja PerTahun......................................
I-6
Gambar 2.1 Area timbul Kemungkinan Kecelakaan Kerja.....................
II-6
Gambar 2.2 Area Lift Terjadinya Kemungkinan Kecelakaan Kerja....... II-6
Gambar 2.3 Kolom Probability/Likelihood peluang............................... II-21
Gambar 2.4 Kolom Severity/Keparahan..................................................
II-22
Gambar 2.5 Matrix Penilaian Risiko....................................................... II-22
Gambar 2.6 Tingkat Risiko/Risk Rating.................................................
II-22
Gambar 3.1 Alur Penelitian..................................................................... III-2
Gambar 3.2 Kerangka Konseptual.......................................................... III-7

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Suatu kegiatan produksi di perusahaan, manusia memegang peranan
yang sangat penting selain faktor mesin dan bahan baku. Jadi manusia
sebagai karyawan perlu dipertahankan, usaha mempertahankan karyawan ini
tidak hanya menyangkut masalah mengenai pencegahan kehilangan
karyawan-karyawan tersebut tetapi juga untuk mempertahankan sikap
kerjasama dan kemampuan bekerja dari para karyawan tersebut. Peran
penting dalam kegiatan produktivitas khususnya di divisi service, selain
dituntut untuk memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan, karyawan
juga harus tetap menjaga kondisi keselamatan dan kesehatan kerja baik
dirinya maupun orang lain serta lingkungan kerjanya. Pemeliharaan tools
yang buruk berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
dapat menimbulkan potensi bahaya apabila tools tersebut dalam kodisi rusak
karena jarang melakukan perawatan maupun perbaikan. Apabila karyawan
atau mekanik tidak mengikuti SOP (Standard Operational Procedur) saat
melakasanakan pekerjaan dapat menimbulkan kecelakaan dan potensi bahaya
di lingkungan kerja serta menimbulkan kerugian yang berpengaruh terhadap
produktivitas karyawan yang tertimpa kecelakaan tersebut.
Program-program keselamatan dan kesehatan misalnya, akan
membantu untuk memelihara kondisi fisik mereka, sementara program-
program pelayanan karyawan dalam berbagai bentuknya memelihara sikap
para karyawan. Oleh karena itu untuk menjaga agar apa yang telah dicapai
dan dihasilkan selama pembangunan ini tetap utuh dan selamat serta menjaga
agar proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien maka
perlu adanya peningkatan program di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja.
Honda Ahmad Yani merupakan dealer resmi penjualan serta pelayanan
purna jual kendaraan yang bersifat industri yang bergerak dibidang otomotif
yang telah menerapkan program K3 diseluruh bagian-bagian yang ada di

I-1
I-2

perusahaan tersebut terutama pada bagian divisi service. Penerapan prosedur


K3 pada bagian K3 ini untuk memberikan perlindungan kepada karyawan
atau mekanik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja ,sekaligus melaksanakan tanggung jawab untuk memperhatikan
keselamatan karyawan yang sudah menjadi hak karyawan dan juga
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta berdampak pada Produktivitas kerja karyawan atau mekanik.
Besar kecilnya kerugian yang diderita tergantung dari besar kecilnya
tingkat frekuensi dan keparahan (severity) kecelakaan yang terjadi.
Kecelakaan akibat kerja akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan proses
produksi dan kelangsungan hidup perusahaan atau dengan kata lain
kecelakaan yang menimpa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja.
Saat ini Honda Ahmad Yani telah berupaya untuk menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan alat pengaman diri
pada beberapa proses, akan tetapi di perusahaan belum terdapat rambu-
rambu keselamatan kerja seperti tanda zat kimia berbahaya, tanda tegangan
tinggi, dan tanda kedalaman. Berikut ini merupakan data kecelakaan kerja di
Honda Ahmad Yani tahun 2017, 2018 dan 2019:

DATA KECELAKAAN KERJA


6

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES

2017 2018 Column1

Gambar 1.1 Data kecelakaan Honda Ahmad Yani


Sumber : Data Tim K3 Honda Ahmad Yani
I-3

Dari Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa data kecelakaan kerja yang terjadi
selama tiga tahun terakhir pada bulan Desember 2018 dan November 2019
terdapat jumlah yang paling terbanyak yaitu dengan jumlah 5 karyawan
setiap bulanya, dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainya. Data tersebut
merupakan observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui wawancara disertai pencatatan terhadap keadaan secara langsung di
lapangan . Berikut adalah data kecelakaan di bagian divisi service kendaraan
di Honda Ahmad Yani :
I-4

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja dan Penanganannya


NO Nama Status kecelakaan Tahun Kronologis Bagian tubuh yang Penanganan
Kecelakaan cedera
Kecelakaan Cidera
Pemberian
Terjepit oleh velg roda Luka robek pada jari pertolongan
1 Ridwan Luka Terjepit Okt
dan disc brake pada saat manis tangan sebelah pertama
Hermawan Berat 2019 pemeriksaan bearing roda kiri mengenai disc hanya
brake depan menggunakan
perban dan
betadine
Pemberian
Tergores oleh bagian Luka robek pada jari pertolongan
2 Kukuh Luka Tergores Mei
dongkrak yang tajam pada telunjuk ,tangan kanan pertama
Prasetyo Sedang 2019 saat proses mendongkrak menggunakan
betadine.
Pertolongan
Tertimpa mobil yang ada Luka pada bagian dada pertama ke
3 Niko Luka Berat Tertimpa Nov
di lift spooring pada bagian kanan atas rumah sakit
Hendriawan 2019 bagian di depan lift untuk
diperiksa
secara lanjut.
Pemberian
Tergores oleh material Luka pada bagian jari pertolongan
4 Fahmi Siddiq Luka Tergores Des
transmisi pada saat telunjuk, tangan kiri pertama
Sedang 2019 penggantian kopling menggunakan
betadine.
Pemberian
I-5

NO Nama Status kecelakaan Tahun Kronologis Bagian tubuh yang Penanganan


Kecelakaan cedera
Kecelakaan Cidera
5 Gilang Luka Tergores Des Tergores oleh bagian disc Luka robek pada bagian pertolongan
brake pada saat ibu jari,tangan kanan pertama
Sedang 2019
pemasangan caliper rem betadine
depan
I-6

Setelah kita lihat data untuk tiga tahun terakhir bisa kita lihat dibawah ini
bahwa data jumlah kecelakaan kerja pada tiga tahun terakhir yaitu 2017,
2018, dan 2019 bisa kita lihat pada gambar dibawah ini :

Total Data Kecelakaan Kerja Per Tahun


35
30
25
20
15
10
5
0
2017 2018 2019

Total Data Kecelakaan Kerja Per Tahun

Gambar 1.2 Total Kecelakaan Kerja Per Tahun


Sumber : Data Tim K3 Honda Ahmad Yani

Gambar 1.2 terlihat total kecelakaan kerja selama 3 tahun terakhir pada tahun
2017 ada 20 kecelakaan kerja, pada tahun 2018 dan 2019 ada 30 kecelakaan
kerja.
Terjadinya hubungan risiko dan kerugian bisnis dikarenakan resiko
bisnis merupakan probabilitas yang gagal dalam operasi organisasi dan
lingkungan seperti persaingan dan kondisi ekonomi yang buruk yang dapat
mengganggu kemampuan organisasi perusahaan untuk pengembalian
investasi dengan kata lain adalah suatu keadaan tertentu yang dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut. Ada dua kemungkinan yang
mempengaruhi dalam resiko bisnis yaitu faktor intermal dan faktor eksternal.
Faktor Eksternal memiliki kecenderungan yang lebih dominan. Salah satu
risiko yang paling dominan adalah bahwa perubahan dalam permintaan untuk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika perubahan positif dan
permintaan pasar mengalami peningkatan, maka resiko bisnis akan menurun.
Sebaliknya, jika permintaan pasar menurun, baik karena persaingan bisnis
I-7

atau perubahan kondisi ekonomi secara umum, maka faktor risiko untuk
investor akan meningkat secara signifikan. Ketika faktor eksternal
dikendalikan diluar perusahaan, maka kemungkinan untuk menarik investor
baru sangat terbatas. Kemungkinan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan faktor resiko dalam bisnis dengan manajemen risiko yang
baik dan terencana. Maka dari itu harus diasumsikan terlebih dahulu bahwa
setiap bisnis memiliki risiko, sehingga dapat dikelola untuk dikurangi hingga
sampai ke titik akhir agar risiko tersebut dapat dihilangkan.
Honda Ahmad Yani dalam pengoperasianya tidak luput dari masalah
yang dihadapi seperti tempat pembuangan limbah botol oli bekas yang berada
di sekitar area stall yang sangat mengganggu dalam proses produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal. Kemudian jumlah ventilasi yang
kurang, sehingga karyawan kurang nyaman dalam bekerja, merasa gerah dan
tidak semangat untuk melakukan aktivitasnya. Penerangan yang kurang
mengakibatkan mata pekerja tidak dapat melihat jelas pada waktu proses
pengepresan dan mengakibatkan jari pekerja terjepit. Kebisingan berskala
besar terutama mesin impact yang dapat menyebabkan pendengaran pekerja
terganggu, dan hanya beberapa pekerja yang menggunakan peralatan
perlindungan diri atau APD.
ISO 45001:2018 mensyaratkan adanya identifikasi bahaya untuk
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan adanya sebuah
metode yang dapat memenuhi persyaratan tersebut. Metode yang dipilih
dalam penelitian ini adalah HIRARC ( Hazard Identification Risk Assesment
anda Risk Control ) dan metode pendukung yaitu FTA ( Fault Tree
Analysis ). Alasan menggunakan metode HIRARC karena melibatkan
pekerja ,tugas, alat dan lingkungan kerja. Dan metode pendukung FTA adalah
suatu metode analisa resiko kuantitatif dengan model grafik dan logika yang
menampilkan kombinasi kejadian yang memungkinkan yaitu rusak atau baik,
yang terjadi dalam sistem, aplikasinya mencakup suatu sistem, equipment dan
sebagai analisis yang sangat diperlukan dengan kedua metode tersebut
sehingga diharapkan kecelakaan dapat dihindari.
Serta hubungan keselamatan kerja dengan tingkat produktivitas adalah
I-8

semakin besar tingkat kecelakaan maka semakin rendah tingkat produktivitas


dan semakin kecil tingkat kecelakaan maka semakin tinggi tingkat
produktivitas. Semakin sedikit kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil
pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat
produktivitas.

Tabel 1.2 Target produksi jasa di bagian divisi Service Honda Ahmad Yani
No Tahun Target Jumlah Keterangan
Produksi/bln Produktivitas
1 2017 400 Juta 355 Juta Tidak Tercapai
2 2018 500 Juta 420 Juta Tidak Tercapai
3 2019 600 Juta 530 Juta Tidak Tercapai

Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukan target produksi jasa dibagian divisi


service Honda Ahmad Yani dari tahun 2017, 2018, dan 2019 menurut hasil
wawancara pihak manajemen dan staff produksi dalam pertahun tidak
mengalami perubahan, target produksi tidak tercapai apabila karyawan tidak
bisa memenuhi target sesuai ketetapan pertahunnya karena disebabkan oleh
berbagai hal seperti akibat dari kecelakaan kerja dan harus cuti untuk
beberapa hari maupun bahkan bulan, agar kondisi karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja sembuh normal seperti semula.

Tabel 1.3 Jam Lembur untuk Pemenuhan Target


No Jenis Pekerjaan Mulai Selesai Personil
1 Perawatan Berkala 16.00 WIB 17.30 WIB 4
(Ringan) Teknisi
2 Perawatan Berkala 16.00 WIB 18.00 WIB 5
(Berat) Teknisi
3 Penggantian 16.00 WIB 19.00 WIB 1
Kopling, dan mobil Forema
mogok. n dan 1
orang
I-9

Teknisi.

Berdasarkan Tabel 1.4 untuk pemenuhan target yang tidak tercapai,


Perusahaan mengadakan dan memberikan lemburan untuk karyawan.
Sehingga target perbulan perusahaan dapat tercapai, akan tetapi dengan
penambahan jam lembur ini, karyawan ataupun teknisi menjadi kurangnya
waktu untuk beristirahat dan berkesan menekankan teknisi maupun karyawan
menjadi tidak nyaman dan stress yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan
kerja yang secara tidak sadar seperti mengantuk pada saat bekerja diwaktu
normal ( bukan jam lembur ), kurangnya konsentrasi dalam bekerja, kelelahan
fisik bagi para pekerja, dan juga mudah emosi sehingga membahayakan
dirinya sendiri, orang lain maupun kendaraan yang sedang diperbaiki atau di
sekitar kendaraan tersebut.
Beberapa kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya
produktivitas adalah penyakit akibat kerja, status gizi tenaga kerja yang
kurang, lingkungan kerja yang kurang membantu untuk produktivitas optimal
tenaga kerja. Hubungan antara kesehatan dengan produktivitas adalah
Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara
nyata, bahkan tingkat produktivitasnya sering menjadi nihil sama sekali.
Keadaan sakit menahun menjadi sangat rendahnya produktivitas untuk waktu
yang relatif panjang. Adapun keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi
turunnya produktivitas yang sering-sering dapat dilihat secara nyata bahkan
besar. Untuk efisiensi produktivitas yang tinggi, pekerjaan harus dilaksanakan
dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Penerapan program K3 yang baik dan efektif, di samping memberikan
perlindungan untuk para karyawan yang berada di lapangan terhadap risiko
kecelakaan kerja dan mencegah kerugian yang besar serta berhubungan
dengan kaitanya produktivitas karyawan terhadap perusahaan, juga akan
meningkatkan kepuasan kerja karyawanya. Sesuai dengan latar belakang
diatas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3)
pada bagian unit service kendaraan di Honda Ahmad Yani ?
I-10

2. Bagaimana mencari akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja bagian


unit divisi Service di Honda Ahmad Yani dengan menggunakan
metode Fault Tree Analysis?
3. Bagaimana penilaian atas risiko-risiko K3 yang terjadi pada bagian
unit divisi Service kendaraan?
4. Bagaimana meminimalisir risiko K3 pada bagian unit service
kendaraan di Honda Ahmad Yani dengan metode Hazard
identification Risk Assesment and Risk Control?
5. Bagaimana upaya perbaikan training penerapan program K3?
6. Bagaimana dampak risiko K3 terhadap produktifitas karyawan pada
bagian unit divisi service di Honda Ahmad Yani ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah kita uraikan di atas,
maka tujuan dari penelitian disusun sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis data kecelakaan kerja pada tiga
tahun terakhir pada tahun 2017, 2018, dan 2019 pada bagian unit divisi
service kendaraan.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja yang terjadi pada bagian unit service kendaraan di
Honda Ahmad Yani dengan metode Fault Tree Analysis.
3. Mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko dan pengendalian
resiko pada bagian unit service kendaraan di Honda Ahmad Yani.
4. Mengusulkan tindakan pengendalian resiko terhadap K3 pada bagian
unit divisi service di Honda Ahmad Yani dengan metode Hazard
identification Risk Assesment and Risk Control .
5. Mengevaluasi dan menerapkan usulan perbaikan program K3 dengan
menerapkan training K3 pada bagian unit divisi service di Honda
Ahmad yani.
6. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak risiko K3 terhadap
produktivitas kerja karyawan pada bagian unit divisi service di Honda
Ahmad Yani.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
I-11

diantaranya :
1. Manfaat Bagi Mahasiswa.
Untuk membandingkan pengetahuan dari teori dan kenyataan di
lapangan. Dan merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar
sarjana pada jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi
Bandung.
2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi.
Bagi perguruan tinggi penelitian ini dapat memberikan nilai
positif dimana hubungan antara perguruan tinggi dengan
instansi/perusahaan semakin baik. Diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi calon lulusan agar dapat diterima bekerja di
perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan pihak perguruan
tinggi.
3. Manfaat Bagi Perusahaan.
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan di Honda Ahmad Yani
dalam usaha mencapai dan meningkatkan produktivitas kerja serta
kemajuan perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.
1.5 Batasan Masalah
1. Objek penelitian pada bagian unit divisi service atau semua
peralatan/mesin yang ada di bagian produksi di Honda Ahmad Yani.
2. Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas alur kerja dan proses kerja
dalam usulan perbaikan program K3 pada bagian unit divisi service di
Honda Ahmad Yani.
3. Data yang di hasilkan berupa data internal dan eksternal yang
dianalisis berupa data kualitatif dan kuantitatif yang disajikan dalam
hasil wawancara dan pengamatan selama penelitian dilakukan,
4. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan beberapa
orang pekerja dari 18 orang karyawan mekanik yang terdiri dari
beberapa bagian yaitu quick service, pair maintenance, General
repair, warranty, dan spooring, serta final inspection.
5. Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja
yang hilang dengan jumlah jam kerja karyawan.
I-12

6. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Hazard


Identification Risk Assesment and Risk Control dan metode Fault Tree
Analysis serta analisis kuantitatif yaitu perhitungan Tingkat frekuensi,
Tingkat Saverity, dan Nilai T Selamat.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan proposal skripsi ini terdiri dari beberapa bagian bab
sebagai berikut ini :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan dari Proposal skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Hasil teori yang akan di kemukakan dalam bab II yaitu pengertian dan
tujuan, program, unsur-unsur yang mendukung, pengukuran serta hubungan
Kesehatan dan keselamatan kerja. Serta pengertian, sebab-sebab dan
pencegahan kecelakaan kerja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Membahas dan menjelaskan secara garis besar mengenai objek
penelitian, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data. Serta
bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah dengan menggunakan
metode yang digunakan dalam memecahkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungan serta cara- cara melakukan pekerjaan. (Budiono, 1992:2).
Sehingga keselamatan dan kesehatan kerja merupakan sarana untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang
penting dalam proses operasional baik di sektor modern maupun tradisional,
apabila dilalaikan akan berakibat sangat fatal dan bisa merugikan orang lain
dan dirinya sendiri maupun perusahaan. Kecelakaan selain menjadi sebab
hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian tidak
langsung yaitu kerusakan-kerusakan mesin dan peralatan-peralatan kerja,
terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan lingkungan kerja
dan lain-lain.

Perlindungan tenaga meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu


perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serata
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman melakukan
pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas
secara nasional. Tenaga kerja memperoleh perlindungan diri dari masalah
sekitarnya dari pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu
pelaksanaan pekerjaannya.
Maka jelaslah keselamatan kerja adalah suatu segi penting dari
perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini bahaya yang timbul dari
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, kadaan tempat
kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental
dari pekerjaan harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.
Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari

II-1
II-2

pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya


bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga mampu mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman ,sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan,sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dalam UU RI No.1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja yang terdapat
pada pasal 1 dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. “Tempat kerja” ialah tempat ruangan atau lapangan,tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 ; termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan,halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut ;
2. “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat
kerja atau bagianya yang berdiri sendiri ;
3. “pengusaha” ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha baik
milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja
;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
suatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan mempergunakan
tempat kerja ;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang mewakili
berkedudukan di luar Indonesia..
4. “direktur”ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
5. “pegawai pengawas” ialah pegawai teknis yang berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknik berkeahlian khusus dari
II-3

luar Departemen Tenaga Kerja yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga


Kerja untuk mengawasi di taatinya Undang-undang ini. Sumber :
Suma’mur P.K “Keselamatan kerja dan Pencegahan Kecelakaan”.
Jakarta. ( 1989 : 30 )
Dalam UU RI No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan tercantum pasal
tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan Kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal di selengarakanya upaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebagaimana diamksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 87 UU RI No.13/2003 tentang ketenagakerjaan juga tertulis :
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang ter integrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana diamksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan. Tanggung jawab, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian, atau pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja. Guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktivitas kerja yag maksimal.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang
II-4

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau


masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang di akibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. (Suma’mur,1996:4).

Ada dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja yaitu:


a. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang
bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini
merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk
mengurangi biaya mengatasi penyakit umum, setiap calon karyawan
diwajibkan mengikuti pemeriksaan atas dirinya oleh dokter perusahaan.
b. Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul setelah seseorang melakukan pekerjaan.
Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
pengganggu kerja dan kesehatan atau dengan mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku. Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan,jiwa,sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu
meliputi empat aspek,antara lain:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan
mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen,yakni
pikiran,emosional, dan spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya misalnya takut, gembira, kuatir, sedih
dan sebagainya.
c. Spiritual sehat tercermin dari seseorang dalam mengekspresikan
II-5

rasa syukur, pujian dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam


fana ini,yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual
dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan
lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,tanpa membedakan
ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya
secara finansial. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti,misalnya berprestasi bagi siswa
atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03/MEN/1998
tentang tata cara pelayanan dan pemeriksaan kecelakaan kerja bahwa yang di
maksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak di
kehendaki dan tidak di duga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan harta benda. Adapun penyebab tingginya angka kecelakaan kerja
di tempat kerja ada dua hal yaitu : Unsafe Action dan Unsafe Condition.
a. Unsafe Action : Tindakan-tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi
para pekerja. Seperti :
1. Adanya pencampuran bahan-bahan kimia
2. Membuang sampah sembarangan
3. Bekerja sambil bercanda dan bergurau
4. Mengerjakan pekerjaan tidak sesuai dengan keterampilan
5. Tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik.
b. Unsafe Condition : Kondisi- kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi
II-6

para pekerja.
1. Tempat kerja yang tidak memenuhi standar
2. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi dengan standar yang telah
di tetapkan
3. Kebisingan di tempat kerja
4. Waktu kerja atau jam terbang yang berlebihan
5. Perlakuan yang tidak menyenangkan dari atasan.
Kecelakaan kerja juga merupakan peristiwa yang tidak direncanakan,
tidak disebabkan oleh sesuatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu
keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya.

Gambar 2.1 Area terjadinya timbul kecelakaan kerja


Sumber : Honda Ahmad Yani , Bandung.
II-7

Gambar 2.2 Area Lift terjadinya timbulnya Kecelakaan kerja


Sumber : Honda Ahmad Yani, Bandung.

Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan kecelakaan kerja ( Probability )

High Suatu kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dan di


identifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
masalah. Kemungkinanya lebih dari 1 dalam 10 kejadian.
Mediu Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kerapatan
m yang lebih jarang dan di identifikasikan sebagai sesuatu yang
menimbulkan masalah. Kemugkinan 1 dalam 10 sampai
dengan 1 sampai 1000 kejadian, kadang-kadan terjadi.
Low Suatu kejadian yang sangat jarang terjadi, tetapi tetap di
identifikasi sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
masalah. Kemungkinanya 1 dalam lebih dari 1000 kejadian.

Tabel 2.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja

Elektronik a. Teriris, terpotong


b. Terlindas, Tertabrak
c. Berkontak dengan bahan
II-8

kimia atau berbahaya lainya


d. Kebocoran gas
e. Menurunya daya
pendengaran, daya
peglihatan
Produksi metal ( manufaktur ) a. Terjepit,tertindas
b. Tertusuk, terpotong,
tergores
c. Terjatuh, Terpeleset.
d. Terjadinya kontak antara
kulit dengan cairan metal,
cairan non metal.
Petrokimia ( minyak dan produksi a. Terjepit, Terlindas
batu bara, produksi karet, b. Teriris, Terpotong, tergores
c. Jatuh Terpeleset
produksi plastik ).
d. Tertabrak
e. Terkena benturan keras
f. Terhirup atau terjadinya
kontak antara kulit dengan
hidrokarbon dan abu, gas,
uap steam, asap dan embun
yang beracun.
Bengkel Otomotif a. Kejatuhan barang dari atas
b. Terjepit atau terlindas
c. Tertabrak atau terpeleset
d. Cedera Tulang dan sendi
e. Terjatuh dan terguling
f. Cedera Punggung dan bahu.

2.2 Tinjauan Umum Metode HIRARC


2.2.1 Pengertian HIRARC

HIRARC atau biasa disebut Hazard Identification Risk Assessment and


Risk Control adalah Proses mengidentifikasi bahaya, mengukur,
mengevaluasi risiko yang muncul dari sebuah bahaya, lalu menghitung
kecukupan dari tindakan pengendalian yang ada dan memutuskan apakah
risiko yang ada dapat diterima atau tidak. HIRAC merupakan suatu pedoman
dalam mengidentifikasi bahaya, menilai resiko dan mengendalikan resiko.
Tujuan HIRARC adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan kerugian
II-9

kepada karyawan dan lain -lain.


b. Untuk mempertimbangkan kemungkinan besar risiko yang
membahayakan siapa pun di lingkungan kerja, dan
c. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan,
memperkenalkan dan memantau tindakan pencegahan untuk memastikan
bahwa risiko tersebut cukup dikendalikan setiap saat.

Dalam melakukan perencanaan kegiatan HIRARC harus memperhatikan hal -


hal berikut : Melihat kondisi mana bahaya yang tampaknya menjadi ancaman
yang signifikan, memastikan apakah pengendalian yang ada memadai, dan
dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan perbaikan atau pencegahan.
Dalam melaksanakan proses HIRARC dibutuhkan 4 langkah sederhana
dalam melaksanakan HIRARC, yaitu:
1) mengklasifikasikan kegiatan kerja lalu mengidentifikasi bahaya.
2) melakukan penilaian risiko (analisis dan memperkirakan risiko dari
setiap bahaya).
3) menghitung atau menaksir kemungkinan terjadinya, dan keparahan
bahaya.
4) memutuskan apakah risiko ditoleransi dan menerapkan langkah-langkah
upaya pengendalian kontrol.
2.2.2 Tujuan HIRARC

Tujuan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko


atau Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga
kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan
kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.
Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja baik karyawan maupun pihak - pihak luar yang terkait dalam kegiatan
perusahaan, serta menentukan pengendalian yang sesuai. Hal ini dilakukan
demi melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja,
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berbagai arah
II-10

keselamatan dan kesehatan kerja:


a. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan
pencegahan sebelumnya.
b. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja.
c. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja.
d. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
Mengenai peraturan Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja yang
terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja dan detail
Pelaksanaan UU Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja. Faktor penyebab
berbahaya yang sering ditemui, diantaranya:
1) Bahaya jenis kimia : terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan
cairan metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam,
asap dan embun yangberacun.
2) Bahaya jenis fisika : lingkungan yang bertemperatur panas dingin,
lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi
dan tekanan udara yang tidak normal.
3) Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek :
pencahayaan dan penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan,
dan bahaya yg ditimbulkan oleh peralatan.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja :
a) Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi
bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan
cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara
b) pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun
peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung,
memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahan-bahan
yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganandarurat.
c) Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.
2.2.3 Ruang Lingkup Definisi dan Jangkauan HIRARC
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta pengontrolannya harus
dilakukan di seluruh aktifitas usaha, termasuk aktifitas rutin dan non rutin,
baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan
II-11

kontrak, suplier dan kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang
masuk ke dalam tempat kerja. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus
dilakukan oleh karyawan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan oleh usaha.
HIRARC adalah singkatan Hazard Identification Risk Assessment and
Risk Control. Jadi ada tiga bagian utama dalam HIRARC, yaitu: upaya
melakukan identifikasi terhadap bahaya dan karakternya, dilanjutkan dengan
melakukan penilaian risiko terhadap bahaya yang ada, setelah itu
merekomendasikan upaya. Salah satu garis besar urutan prosedur HIRARC
adalah :
1. Membuat sebuah metodologi dan prosedur untuk identifikasi bahaya
dan sanalisis risiko.
2. Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)
3. Risk Assessment (Analisis risiko)
4. Risk Controls (Tindakan pengendalian Risiko)
5. Documentation Socialization and Implementing Controls
(Pendokumentasian, sosialisasi dan pelaksanaan tindakan
pengendalian).
2.2.4 Potensi Bahaya
Hazard (bahaya) didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan kerugian berupa cidera atau sakit dan merupakan sumber,
situasi atau kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerugian termasuk
mengakibatkan manusia cedera, gangguan kesehatan atau dampak
lingkungan atau kombinasi semuanya.
Sehingga Potensial Hazard adalah suatu keadaan yang mempunyai
pengaruh terhadap frekuensi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun
besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Kondisi atau aktivitas
atau perubahan keadaan yang mempunyai potensi adanya kecelakaan,
kesakitan atau kerusakan bangunan, lingkungan dan Semua keadaan yang
mempunyai potensi penyebab kerusakan pada orang, fasilitas, hak milik,
ekonomi.
Identifikasi bahaya adalah untuk menyorot yang berisiko signifikan
II-12

bagi keselamatan dan kesehatan karyawan serta menyoroti bahaya yang


berkaitan dengan peralatan tertentu. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama, bahaya kesehatan, bahaya keamanan, dan bahaya
lingkungan:
1. Bahaya Kesehatan
Bahaya kesehatan kerja adalah setiap agen yang dapat menyebabkan
penyakit bagi seorang individu. Bahaya kesehatan yang dapat menjadi
masalah serius dan segera (akut) mempengaruhi atau dapat menyebabkan
masalah kesehatan dalam jangka panjang (Kronis). Semua atau bagian
tubuh mungkin akan terpengaruh. Seseorang pekerja yang mengalami sakit
mungkin tidak mengenali gejala - gejala segera. Sebagai contoh,
kebisingan yang mengakibatkan ketulian (Temporary Treshold Syndrome).
Selain itu, ada beberapa bahaya kesehatan lain seperti bakteri, virus, debu
dan jamur), agen fisik (sumber energi cukup kuat untuk menyakiti tubuh,
seperti arus listrik, panas, cahaya, getaran, kebisingan dan radiasi) dan
bekerja desain (ergonomis).
2. Bahaya Keamanan.
Bahaya keamanan merupakan setiap kekuatan yang cukup kuat untuk
menyebabkan cedera, atau kerusakan. Sebuah kecelakaan yang
disebabkan oleh bahaya keamanan biasanya jelas. Bahaya Keselamatan
menimbulkan bahaya ketika tidak ada kontrol di tempat kerja yang tidak
memadai. Beberapa contoh bahaya keamanan adalah sebagai berikut:
1. Tergelincir/tersandung (seperti kabel di lantai);
2. Bahaya kebakaran (dari bahan yang mudah terbakar);
3. Bagian yang bergerak (mesin), peralatan dan perlengkapan
(yang menjepit);
4. Bekerja diketinggian;
5. Iritasi bahan kimia;
6. Tekanan sistem (seperti ketel uap danpipa);
7. Kendaraan (seperti forklift dantruk);
8. Mengangkat dan operasi penanganan manual lainnya
9. Bekerja sendirian.
II-13

3. BahayaLingkungan
Bahaya lingkungan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh lingkungan
yang dapat menyebabkan kerusakan atau menimbulkan efek. Sebuah
masalah lingkungan mungkin tidak semuanya dapat dikenali dengan jelas.
Sebagai contoh, seorang pekerja melepaskan cairan kimia berbahaya
(limbah B3) ke saluran pembuangan yang langsung ke badan sungai.
Keselamatan lingkungan dapat terancam dan menimbulkan bahaya ketika
kontrol dan prosedur kerja yang tidak diikuti seperti kasus di atas.
Motivasi utama dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu perlu melihat penyebab dan dampak di timbulkan.
Potensi bahaya adalah suatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu
kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut.
Beberapa hal yang tampak jelas berbahaya, seperti bekerja
menggunakan tangga yang tidak stabil atau penanganan bahan kimia bersifat
asam. Namun demikian, banyak kecelakaan kerja yang terjadi akibat situasi
sehari-hari misalnya tersandung tikar di lantai kantor. Ini tidak berarti bahwa
tikar pada umumnya berbahaya namun demikian, hal ini bisa terjadi, tikar
tersebut dalam posisi terlipat atau tidak seharusnya dan menjadi potensi
bahaya dalam kasus ini. Seperti diketahui, potensi bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja dapat berupa berbagai bentuk. Terlebih lagi, masing-masing
resiko bisa menjadi tinggi atau rendah, tergantung pada tingkat peluang
bahaya yang ada. Risiko yang ditimbulkan dapat berupa konsekuensi dan
dapat dibagi empat kategori besar.

Tabel 2.3 Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ketegori A Kategori B Kategori C Kategori D


Potensi bahaya yang Potensi bahaya Risiko Potensi bahaya
II-14

menimbulkan risiko yang terhadap yang


dampak jangka menimbulkan kesejahteraan menimbulkan
panjang pada risiko langsung atau kesehatan resiko pribadi
kesehatan. pada sehari-hari. dan
keselamatan. psikologis.
Bahaya faktor kimia Kebakaran Air minum, Pelecehan,
(debu,uap logam, Listrik,potensi toilet dan termasuk
uap), bahaya faktor bahaya fasilitas intimidasi, dan
biologi mekanikal (tidak mencuci, pelecehan
(penyakit dan adanya pelindung ruang makan seksual,
gangguan oleh mesin) house atau kantin, terinfeksi
virus,bakteri,binatan keeping P3K di tempat HIV/AIDS ,
g dsb). (perawatan buruk kerja. kekerasan
Bahaya faktor fisik pada peralatan). ditempat kerja,
(bising,penerang,geta strees,
ran, iklim narkoba di
kerja,jatuh) tempat kerja.
Cara kerja dan
bahaya faktor
ergonomis (posisi
bangku kerja,
pekerjaan berulang-
ulang, jam kerja
yang lama).
Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh
polusi pada
perusahaan di
masyarakat.

Didalam Tabel A , bahan-bahan bersifat racun atau asam termasuk


dalam kategori A, sedangkan tikar tergulung merupakan bahaya tersandung
II-15

termasuk bagian Housekeeping dalam kategori B. Tentu saja beberapa hal


mungkin dapat termasuk dalam kedua kategori. Misalnya api bisa
ditempatkan dalam kategori A dan B.
Tabel A menggambarkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
mencakup semua dampak kesehatan pada pekerja, dari keselamatan fisik
sampai kesejahteraan mental dan sosial serta bahaya/resiko yang
ditimbulkanya. Tidak akan mungkin bagi seorang pengusaha untuk
mengidentifikasi dan menemukan solusi untuk semua elemen ini tanpa
kerjasama dengan tenaga kerja. Inilah salah satu alasan lagi mengapa
konsultasi antara pekerja dan manajemen sangat penting.
Dalam Tabel B bisa kita lihat apabila peralatan pekerjaan yang rusak
dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan
karyawan mengalami cedera secara permanen ataupun dapat di sembuhkan
dalam jangka waktu yang lama. Disini kita dapat melihat kurangnya perhatian
perusahaan dalam melakukan perawatan rutin terhadap peralatan.
Sedangkan untuk Tabel C seperti halnya obat-obatan, perban maupun
alat P3K kurang lengkap sehingga luka akibat kecelakaan lambat untuk
ditangani. Serta fasilitas toilet yang kurang di perhatikan oleh pihak
perusahaan akan berdampak pada kesehatan karyawanya.
Dalam Tabel D bisa di gambarkan dengan kurangnya perhatian
perusahaan terhadap karyawan, sehingga perusahaan tidak tahu apabila
karyawannya mengidap suatu penyakit berbahaya, seperti penyakit infeksi
paru-paru yang di derita oleh karyawan karena debu yang masuk ke dalam
organ tubuh. Penyebab penyakit ini bisa di sebabkan oleh kurangnya APD
yang diberikan oleh perusahaan berupa masker. Dua hal penting yang perlu
dipertimbangkan ketika mencoba menidentifikasi dan mengatasi resiko di
tempat kerja adalah :
a. Tidak semua pekerja sama.
Manajemen harus menyediakan lingkungan kerja yang aman untuk
pria, wanita, pekerja penyandang cacat dan lain-lain karena kebutuhan
setiap kelompok yang mungkin berbeda. Contohnya, mengangkat benda
berat selama kehamilan dapat meningkatkan resiko keguguran. Begitu
II-16

pula, zat beracup tertentu yang meng ekspos pada pekerja laki-laki muda
dapat meningkatkan kemungkinan cacat lahir pada anak-anak. Pada
resiko yang berbeda (kadang sementara atau permanen), juga dapat
mempengaruhi kesejahteraan pekerja. Sebagai contoh, untuk ibu
menyusui dan anaknya agar tetap sehat, maka ibu perlu istirahat guna
menyusui bayinya. Begitu pula, seorang penyandang cacat mungkin
perlu pula toilet yang lebih luas. Sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja harus cukup sensitif dalam mengidentifikasi dan
membuat ketentuan untuk semua situasi ini.
b. Sektor-sektor, perusahaan dan tempat kerja yang berbeda bisa
menghadapi masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang berbeda .
Kategori tabel diatas mungkin hanya berlaku sebagian untuk perusahaan
atau tidak mencakup semua potensi bahaya/resiko yang ada. Ketika
menganalisis pajanan (exposure) resiko, kita memikirkan tentang bahaya
lain diluar kategori tersebut, misalnya bahaya lalu lintas bagi sebuah
perusahaan logistik, kekerasan yang dihadapi oleh petugas keamanan.
Tahap Pelaksanaan HIRARC dimulai dari :
1) Identifikasi Bahaya
Dalam membuat strategi untuk mengidentifikasi bahaya di
lingkungan kerja, diperlukan langkah awal. Langkah awal dalam
melakukan identifikasi bahaya di lingkungan kerja adalah dengan
mengetahui, apakah pekerjaan itu sesuai untuk analisis pekerjaan bahaya .
Prioritas harus ditujukan ke jenis pekerjaan berikut:
a) Pekerjaan berhubungan dengan cedera atau sakit tingkat tertinggi
b) Pekerjaan berpotensi menyebabkan luka parah atau menonaktifkan
sel/organ tubuh atau sakit
c) Pekerjaan sangat berisiko, dimana satu kesalahan manusia secara
sederhana dapat mengakibatkan kecelakaan parah atau cedera.
d) Pekerjaan yang baru dengan sistem dan aturan yang berbeda dengan
pekerjaan yang lama.
e) Pekerjaan cukup kompleks membutuhkan instruksi tertulis.
II-17

Beberapa jenis pekerjaan diatas harus diketahui terlebih dahulu oleh


pihak Industri, terlebih bagi pekerja sebelum melakukan pekerjaannya.
Dan mengetahui status pekerjaan masing - masing, kemudian melakukan
analisis identifikasi bahaya dengan beberapa cara berikut ini:
1. Melibatkan pekerja, hal ini penting untuk melibatkan pekerja dalam
proses analisis bahaya.
2. Orang yang menganalisis memiliki pemahaman dari pekerjaan, dan
pengetahuan untuk menemukan bahaya. Melibatkan pekerja akan
membantu meminimalkan kelalaian, memastikan analisis kualitas, dan
mendapatkan pekerja untuk memperdalam analisis untuk solusi karena
mereka akan berbagi kepemilikan keselamatan mereka dan program
kesehatan.
3. Review sejarah kecelakaan kerja. Review dilakukan dengan melihat
data kejadian kecelakaan kerja dalam suatu Industri. Review dengan
pekerja sejarah tempat kerja anda kecelakaan dan kerja penyakit yang
membutuhkan perawatan, kerugian yang diperlukan perbaikan atau
penggantian. Kejadian-kejadian ini adalah indikator bahwa kontrol
bahaya yang ada (jika ada) mungkin tidak memadai dan layak
pengawasan lebih.
4. Diadakan diskusi dengan pekerja yang akan menempati posisi yang
dinilai memiliki risiko. Kemudian dilanjut melakukan brainstorming
bersama pekerja untuk ide - ide untuk menghilangkan atau
mengendalikan bahaya. Jika ada bahaya yang menimbulkan bahaya
yang langsung hidup pekerja atau kesehatan, mengambil langsung
tindakan untuk melindungi pekerja. Setiap masalah yang dapat
diperbaiki dengan mudah harus diperbaiki secepat mungkin.
5. Adanya peringkat dan prioritas untuk pekerjaan yang berbahaya. Daftar
pekerjaan dengan bahaya yang menimbulkan risiko yang tidak dapat
diterima, berdasarkan mereka yang paling mungkin terjadi dan dengan
konsekuensi paling parah. Pekerjaan ini harus menjadi prioritas
pertama dalam analisis.
6. Outline langkah-langkah atau tugas. Hampir setiap pekerjaan dapat
II-18

dibuat langkah-langkah kerja. Pemastian pencatatan untuk mencatat


informasi yang cukup untuk menggambarkan setiap tindakan
pekerjaan. Penghindaran membuat rincian langkah-langkah sedemikian
rinci sehingga tidak perlu menjadi panjang atau sangat luas yang tidak
mencakup langkah - langkah dasar. Kemudian, meninjau langkah-
langkah pekerjaan dengan pekerja untuk memastikan tidak ada yang
terlewatkan. Menyertakan pekerja dalam semua tahap dari analisis-
bahaya yang tidak terkendali dari meninjau langkah - langkah
pekerjaan dan prosedur untuk mendiskusikan dan solusi yang
dianjurkan. Kadang-kadang, dalam melakukan analisis bahaya
pekerjaan, foto dan video pekerjaan sangat membantu dan dibutuhkan.
Catatan - catatan visual dapat menjadi referensi berguna ketika
melakukan analisis yang lebih rinci daripekerjaan.
Jenis –jenis sumber bahaya :
a. Bahaya biologi, misalnya terpapar penyakit menular,terpapar bakteri
atau virus.
b. Bahaya ergonomi, misalnya berdiri yang terlalu lama, posisi duduk
yang tidakbaik.
c. Bahaya jatuh, misalnya jatuh dari keketinggianyang lebih rendah,
tergelincir.
d. Bahaya benda tajam, misalnya tertusuk benda tajam,
tersayat/terpotong bendatajam/bergerigi.
e. Bahaya kebisingan,misalnya terpapar suara bising.
f. Bahaya fisiologi, misalnya terjepit benda bergerak,tertimpa benda
yangjatuh.
g. Bahaya lingkungan, misalnya emisi gas buang, penggunaan sumber
daya alam.
h. Bahaya psikologi, misalnya diskriminasi, upah rendah ,tekanan
produksi.
2) Penilaian Risiko (Risk Asessment)
Risk (risiko) merupakan hasil dari kemungkinan sebuah bahaya
menjadi kecelakaan dikombinasikan dengan tingkat keparahan
II-19

cidera/sakit pada sebuah kecelakaan yang terjadi. Risiko tidak bisa


dihilangkan, tetapi bisa ditekan menjadi seminimal mungkin. Sedangkan
Risk Asessment atau Penilaian Risiko adalah Proses mengevaluasi risiko
yang muncul dari sebuah bahaya, lalu menghitung kecukupan dari
tindakan pengendalian yang ada dan memutuskan apakah risiko yang ada
dapat diterima atau tidak.
Risiko yang dapat diterima adalah risiko yang telah dikurangi
tingkatannya menjadi level yang dapat diterima sesuai dengan regulasi
yang diwajibkan, kebijakan dan tujuan K3. Dasar penilaian risiko dan
pengendaliannya (Risk Assessment and Control) dalam prosedur yang
ditetapkan oleh UNSW adalah sebagai berikut (UNSW Health and
Safety,2008):
a. Identifikasi aktivitas.
b. Identifikasi siapa yang mungkin akan terkena risiko pada
aktivitas tertentu.
c. Identifikasi bahaya.
d. Identifikasi risiko yang terkait.
e. Memberi nilai pada risiko dengan control yang ada.
f. Mengidentifikasi control tambahan yang sesuai.
g. Menilai ulang risiko.
h. Membuat semua daftar prosedur keadaan darurat yang
berhubungan dengan aktivitastertentu.
i. Melaksanakan pengendalian risiko.
j. Membuat daftar dokumen legislative yang terkait dengan
penilaian risiko.
k. Otorisasi penilaian risiko.
l. Menandatangani penilaian risiko.
m. Mengamati kontrol yang telah dilakukan.
Secara umum risiko dikategorikan menjadi tiga. Risiko rendah,
risiko sedang, dan risiko tinggi. Pekerjaan bisa dilakukan bila mempunyai
risiko rendah. Bila dari hasil penilaian diketahui bahwa risiko sebuah
pekerjaan adalah“sedang”atau“tinggi”,maka pekerjaan tidak boleh di
II-20

laksanakan. Harus diambil tindakan pengendalian agar risiko sedang atau


tinggi tersebut turun menjadi risiko rendah, barulah pekerjaan bisa
dilaksanakan.
Untuk dapat menghitung nilai risiko, perlu mengetahui
duakomponen utama yaitu Likelihood (kemungkinan) dan Severity
(tingkat keparahan) yang masing masing-mempunyai nilai cakupan poin
satu sampai lima.
A. Likelihood (Kemungkinan Terjadinya)
Adalah kemungkinan terjadinya konsekuensi dengan system pengaman
yang ada. Kriteria Likelihood yang digunakan adalah frekuensi dimana
dalam perhitunganya secara kuantitatif berdasarkan data atau record
perusahaan selama kurun waktu tertentu.
B. Severity (Tingkat keparahan)
Severity merupakan tingkat keparahan yang diperkirakan dapat terjadi.
Kriteria consequences severity yang digunakan adalah akibat apa yang
akan diterima pekerja yang didefinisikan secara kualitatif dan
mempertimbangkan hari kerja yang hilang .

Tabel 2.4 Kriteria Likelihood

Likelihood

Level Kriteria Deskripsi

Kualitatif Kuantitatif

Dapat dipikirkan
1 Jarang Kurang dari 1
terjadi tetapi tidak hanya
kali per 10tahun
saat keadaan yang
ekstrim

2 Kemungkinan Belum terjadi Terjadi 1 kali per


tetapi bisa 10 tahun
kecil
muncul / terjadi
pada
suatu waktu
II-21

Likelihood

Level Kriteria Deskripsi

Kualitatif Kuantitatif

3 Mungkin Seharusnya 1 kali per 5 tahun


terjadi dan sampai 1 kali
mungkin telah pertahun
terjadi / muncul
disini atau di
tempat lain
4 Kemungkinan Dapat terjadi Lebih dari 1 kali
dengan mudah, per tahun hingga
Besar mungkin muncul 1 kali perbulan
dalam keadaan
yang
paling banyak
terjadi
Sering terjadi,
5 Hampir pasti Lebih dari 1 kali
diharapkan
per bulan
muncul dalam
keadaan yang
paling
banyakterjadi

Tabel. 2.5 Kriteria Consequence/Severity

Consequence/Severity

Level Uraian Keparahan Cidera Hari Kerja

1 Kejadian tidak Tidak


menimbulkan menyebabkan
Tidak kerugian atau kehilangan hari
signifikan cedera pada kerja
manusia
II-22

Consequence/Severity

Level Uraian Keparahan Cidera Hari Kerja

2 Menimbulkan Masih dapat


cedera ringan , bekerja pada
kerugian kecil dan hari / shift yang
Kecil sama
tidak menimbulkan
dampak serius
terhadap
kelangsungan bisnis

3 Cedera berat dan Kehilangan hari


dirawat dirumah kerja dibawah 3
Sedang
sakit, tidak hari
menimbulkan cacat
tetap, kerugian
finansial sedang

4 Menimbulkan Kehilangan hari


cedera parah dan kerja 3 hari atau
cacat tetap dan lebih
Berat
kerugian finansial
besar serta
menimbulkan
dampak serius
terhadap
kelangsungan usaha

5 Mengakibatkan Kehilangan hari


korban kerja
meninggal dan selamanya
Bencana
kerugian parah
bahkan dapat
menghentikan
kegiatan usaha
selamanya
Sumber : UNSW Health and Safety (2008)
II-23

Berikut Gambar dari kolom Likelihood dan Severity yang digunakan


sehingga menghasilkan sebuah matrix penilaian risiko (Risk assessment)

Gambar 2.3 Kolom Probability/Likelihood Peluang


Sumber : Ghautama, 2009

Gambar 2.4 Kolom Severity/Keparahan


Sumber : Ghautama, 2009

Sehingga dari kedua komponen diatas menghasilkan sebuah Marix


penilaian risiko (Risk Asessment).
II-24

Gambar 2.5 Matrix Penilaian Risiko


Sumber : Ghautama, 2009

Gambar 2.6 Tingkat Risiko/Risk Rating


Sumber : Ghautama, 2009

Terlihat pada Gambar 2.5 Matrix Penilaian Risiko yang dimana


merupakan hasil gabungan dari dua komponen yaitu Likelihood dan
Severity yang ditandai dengan indikator huruf A sampai dengan E untuk
Likelihood dan penilaian cakupan poin 1 sampai 5 untuk Severity.
Kemudian pada Gambar 2.6 Tingkat Risiko/Risk Rating menunjukkan ada 4
warna dan huruf yang dimana setiap warna memiliki arti terhadap huruf
yang tertera. Berikut penjelasan dari Tingkat Risiko/Risk :

1. Warna merah = Menunjukkan tingkat Risiko terparah

2. Warna orange = Menunjukkan tingkat Risiko tinggi

3. Warna kuning = Menunjukkan tingkat risiko


menengah/sedang (dapat diterima)
4. Warna hijau = Menunjukkan tingkat risiko rendah
3). UpayaPengendalian
Control (pengendalian) adalah upaya pengendalian untuk menekan
risiko menjadi serendah mungkin. Setelah menyelesaikan analisis risiko dan
mempertimbangkan kelayakan pengendalian yang ada, perusahaan harus
menetapkan apakah pengendalian yang ada cukup memadai atau butuh
imprivisasi, atau membutuhkan pengendalian baru. Pengendalian dilakukan
secara sistematis mengikuti hirarki pengendalian yaitu: eliminasi, substitusi,
II-25

rekayasa engineering, administrasi, dan penggunaan APD.


4). Hierarchy of control (Hirarki Pengendalian) :
a. Eliminasi
Menghilangkan sumber bahaya, misanya memperkenalkan
pengangkatan secara mekanik untuk menghilangkan bahaya
pengangkatan manual.
b. Subtitusi
Mengganti dengan material dan mesin yang lebih tidak berbahaya,
misalnya penggantian bagian yang sudah rusak dengan yang baru.
c. Rekayasa Engineering
Memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya, misalnya
memasang system ventilasi, pemberian pelindung pada mesin,
pengurungan sumber suara.
d. Administrasi
Membuat beberapa system berupa prosedur untuk memastikan pekerja
melakukan pekerjaan yang aman, misalnya rambu - rambu, standar
prosedur kerja aman, pemeriksaan peralatan.
e. APD (Alat PelindungDiri)
Melindungi pekerja dengan menggunakan peralatan yang spesifik dari
paparan bahaya, misalnya penggunaan safety glasses, sarung tangan,
respirator.
Tindakan pengendalian dapat digunakan secara kombinasi untuk
memaksimalkan perlindungan, misalnya pengelas menggunakan
respirator diarea yang sirkulasi udaranya sudah baik.
5).Prosedur HIRARC
HIRARC dari pengertiannya saja mengandung arti Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko. Langkah awal yang dilakukan
dalam membuat HIRARC adalah sebagai berikut :
a. Membuat kolom identifikasi semua bahaya potensial yang ada diseluruh
area kerja, yang diidentifikasi adalah : aktivitas, produk dan jasa dari
proses kerja tersebut. Diberikan Nilai apakah risiko yang terlihat dalam
kondisi rutin atau tidak rutin.
II-26

b. Membuat kolom risiko yang ditimbulkan dari bahaya-bahaya yang telah


teridentifikasi.
c. Kemudian dilakukanlah penilaian risiko sesuai dengan matriks
penilaian risiko yang telah dibuat dengan memperhatikan faktor
keparahan (Severity) yang mungkin akan terjadi dan frekuensi
terjadinya bahaya risiko (Likelihood) tersebut. Penilaian dengan nilai
cakupan poin 1 sampai 5. Penlaian risiko ini dengan tujuan membantu
untuk mengetahui apakah bahaya risiko tersebut masuk dalam kelas
signifikan atau tidak.
d. Kemudian melihat apakah ada pengendalian operasional (aturan main)
yang terdapat di area kerja dari aktivitas kerja tersebut terkait risiko.
e. Dilihat juga apakah aktivitas, product, jasa, dan faktor lain yang telah
diidentifikasi telah memiliki pengendalian risiko berdasarkan Hirarki
Pengendalian risiko (Eliminasi – Substitusi - Engineering Control -
Administrative Control - APD), pengendalian tersebut digunakan
dengan alur bergerak terus keatas dari APD ke arah Eliminasi. Risiko
yang memiliki bobot significant dipastikan terdapat pengendalian risiko
degan hirarki pengendalian risiko.
f. Memprioritaskan yang menjadi program manajamen K3 dengan
melihat pertimbangan : Perundangan K3, Teknologi, Keuangan, Bisinis
dan pandangan pihak terkait.
g. Mengevaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko yang telah ada dan program manajemen K3 yang tepat.
h. Review peluang peningkatan berkesinambungan dari hasil identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta program manajemen K3
yang akan, selama atau telah dilaksanakan.

2.3 Tinjauan Umum Fault Tree Analysis


Fault Tree Analysis (FTA) merupakan analisis kesalahan berjenjang
yang mengembangkan diagram logis untuk menelusuri kembali kemungkinan
kesalahan (John Ridley, 2008:50). Menurut James Roughton dan Nathan
II-27

Crutchfield (2016:191) “ The FTA begins with the definition of an


undesirable out come and pulls together all of the components necessary for
that occurrence” FTA dimulai dengan definisi hasil yang tidak diinginkan
dan menarik kesimpulan semua komponen yang diperlukan dalam kejadian
tersebut. Fault Tree Analysis (FTA) juga sering disebut diagram logika yang
digunakan untuk mewakili masing- masing dampak dari suatu peristiwa dan
kontirusi yang menyebabkan suatu peristiwa. Teknik identifikasi bahaya ini
dengan menggunakan pendekatan yang bersifat “Town-Down”, yang dimulai
dari kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian kemudian menganalisa
penyebab-penyebabnya (Yusuf Wahyudi, 2010:21). Diagram ini juga
menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau
kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian bentuk diagram logika
kegagalan ini dari atas kebawah yaitu dari akibat untuk mencari sebab.
Menurut Richma Yulinda Hanif, dkk (2015:139) metode Fault Tree Analysis
(FTA) suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko yang
berperan untuk mengidentifikasi resiko yang berperan terhadap terjadinya
kegagalan. Metode ini dilakukan dengan pendekatan top down, yang diawali
dengan asumsi kegagalan dari kejadian puncak (Top Event) kemudian merinci
sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar (root cause).
Gerbang logika menggambarkan kondisi yang memicu terjadinya kegagalan,
baik kondisi tunggal maupun sekumpulan dari berbagai macam kondisi.
Konstruksi dari Fault Tree Analysis (FTA) meliputi gerbang logika yaitu
gerbang AND dan gerbang OR . Fault Tree Analysis (FTA) mengilustrasikan
keadaan komponen- komponen sistem (basic event) dan hubungan antara
basic event dan top event menyatakan keterhubungan dalam gerbang logika.
Adapun langkah-langkah FTA sebagai berikut:
a. Identifikasi Top Level Event
Pada tahap ini diidentifikasi jenis kerusakan yang terjadi
(undesired event) untuk mengidentifikasi kesalahan sistem. Pemahaman
tentang sistem dilakukan dengan mempelajari semua informasi tentang
sistem dan ruang lingkupnya.
b. Membuat Diagram Pohon Kesalahan
II-28

Diagram pohon kesalahan menunjukan bagaimana suatu top level


events bisa muncul pada jaringan.

c. Menganalisis Pohon Kesalahan


Analisa pohon kesalahan digunakan untuk memperoleh
informasi yang jelas dari suatu sistem dan perbaikan yang
diperlukan.
Dalam membangun model pohon kesalahan (fault tree analysis) dapat
dilakukan dengan cara wawancara dan melakukan pengamatan langsung
terhadap proses kegiatan praktikum di bengkel. Selanjutnya sumber-sumber
kecelakaan kerja tersebut digambarkan dalam bentuk model pohon kesalahan.
2.4 Kehilangan Hari dan Jam Kerja
Suatu kecelakaan dapat mengakibatkan cedera pada bekerja sedemikian
rupa sehingga pekerja tersebut tidak dapat bekerja kembali pada hari yang
sama. Ini yang dimaksud kehilangan hari kerja akibat kecelakaan. Kerugian
bagi perusahaan dengan tidak masuknya kembali pekerja tersebut adalah dari
aspek sumber daya pekerja tersebut dan juga berkonsekuensi pada upah yang
tetap diberikan oleh perusahaan. Semakin lama seorang pekerja tidak dapat
bekerja karena cedera, semakin besar hari hilang, kerugian yang diterima
perusahaan semakin tinggi. (Salami, dkk, 2016).
2.5 Indikator Kinerja Keselamatan
Kinerja keselamatan dapat diperlihatkan dengan kematian atau
penurunan angka kecelakaan kerja atau pencatatan data kecelakaan kerja ini
penting dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi tren angka
kecelakaan di dalam perusahaan ataupun untuk membandingkan kinerja unit
kerja dalam suatu perusahaan ataupun membandingkan suatu jenis kegiatan
yang sama. Tren ini dimanfaatkan sebagai indicator kondisi keselamatan
yang ada di suatu perusahaan atau industri. Perhitungan angka kecelakaan
kerja ini dapat menggunaka perhitungan incidence rate atau angka frekuensi
kecelakaan kerja dan severity rate, atau safety rate, atau angka keparahan
kecelakaan kerja dengan persamaan berikut.

1. Tingkat Frekuensi
II-29

Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap


sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :
Jumlah kecelakaan yang terjadi
Incidence/Frequencyrate = X Faktor
Jumlah Pekerja X Jam kerja
Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah Menteri
Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai dengan
standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja

2. Tingkat Saverity
Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka
beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja
karyawan dengan rumus :

JUMLAH KECELAKAAN YANGTERJADI


Saverity rate = X
JUMLAH PEKERJA
Faktor Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah Menteri
Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai dengan
standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja

Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :


a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung
berdasarkan tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak
mampu bekerja).
b. Jumlah cacat total permanen dan kematian
3. Nilai T Selamat
Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja
pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat
penurunan kecelakaan pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang
berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di
gunakan adalah pengujian “ t ” atau Student Test.
II-30

FR ( n )−FR(n−1)
Safe-T-Score =
FR(n−1)
(Salami, dkk, 2016)
Dimana :
FR (n) : Angka Frekuensi
FR (n-1) : Angka Frekuensi kerja sebelumnya
Apabila diperoleh nilai Safe-T-score positif, artinya kondisi
kecelakaan di suatu perusahaan/industry menunjukkan keadaan yang
meburuk. Sebaliknya, jika angka Safe-T-score bernilai negative, itu
menunjukkan keadaan keselamatan yang membaik. Selain itu, apabila
diperoleh nilai ±2,00, itu menunjukkan perubahan berarti.
1. STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti
2. STS di atas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
3. STS di bawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik.
2.6 Tinjauan Umum Produktivitas.
2.6.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan
cara yang produktif untuk menggunakan sumnber-sumber secara efisien dan
tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi (Salami : 2016). Produktivitas
disini mengikut sertakan sumber daya- sumber daya yang ada seperti halnya
sumber daya manusia dan skill atau ketrampilan, barang, modal, teknologi,
manajemen informasi, energi dan sumber daya lainnya.
Sedangkan menurut Ervianto (2004), dalam bukunya mengatakan
bahwa produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input, atau
rasio antara hasil produk dengan total sumber daya yang digunakan. Menurut
Internasional Labour Organisation (ILO) adalah perbandingan antara
elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan. Elemen-elemen tersebut
adalah berupa tanah, tenaga kerja, modal, dan organisasi.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
mendefinisikan produktivitas merupakan output dibagi dengan elemen-
elemen produksi yang dimanfaatkan. Sebenarnya produktivitas mempunyai
pengertian yang luas, lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan teknik
II-31

manajemen yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari
motivasi yang kuat dari masyarakat dengan cara terus menerus berusaha
meningkatkan kualitas kehidupan. Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto
(2012:14) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan
hubungan antara hasil (jumlah barang dan atau jasa yang di produksi) dengan
sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya) untuk
menghasilkan hasil tersebut.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2004) ada standar yang meliputi
cara pengukuran atas produktivitas yang mencakup dalam tiga hal, yaitu :
1. Kualitas kerja
2. kuantitas kerja
3. ketepatan waktu
Dari definisi-definisi diatas disimpulkan bahwa produktivitas bukanlah
perhitungan akan kuantitas suatu produk tetapi suatu perhitungan rasio,
perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu tingkat
efisiensi, hal ini jelas berbeda dengan produksi, dimana produksi lebih
mengutamakan atau menghitung tingkat kuantitas yang dihasilkan dari
produksi.
2.6.2 Pengukuran produktivitas
Produktivitas adalah pengukuran operasional yang paling umum.
Pengukuran tersebut menunjukkan jumlah output yang dihasilkan untuk
masing-msing unit sumber daya yang digunakan. Manfaat dari pengukuran
produktivitas adalah :
a. Sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi
produksi.
b. Sebagai standart untuk menentukan target atau sasaran tujuan yangnyata.
c. Sebagai pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara
periodik terhadap masalah masalah yang salingberkaitan.
Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang
diperoleh nilai diagnostik yang menunjukkan pada kemacetan dan rintangan
dalam meningkatkan penampilan organisasi. Satu keuntungan praktis dari
pengukuran produktivitas adalah pembayaran staff. Gambaran-gambaran
II-32

data melengkapi suatu dasar andil manfaat atas penampilan yang


ditingkatkan.
Informasi produktivitas dalam bentuk trend dimasa lalu, pelaksanaan
dan proyeksi, memberikan petunjuk-petunjuk pada semua tingkatan
manajemen dan memberikan pedoman dan mengendalikan permasalahan
perusahaan.
Secara umum pengukuran produktivitas dibedakan menjadi tiga macam
(Sinungan 2004) yaitu :
a. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan
pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah
pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan
apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
b. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian
secara relatif.
c. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya. Dan inilah
yang terbaik yang memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda. Yakni
produktivitas total dan produktivitas parsial.
1. Total Produktivitas = Hasil Total/Masukan Total.
2. Produktivitas Parsial= Hasil Parsial/Maksimum Total
2.6.3 Kunci Utama Untuk Mencapai Produktivitas
a. Keahlian, manajemen yang bertanggung jawab
Manajemen adalah faktor utama dalam setiap produktivitas
perusahaan dan faktor yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan
dalam mencapai tujuannya sebab manajemen yang baik akan
menciptakan dinamisnya aktivitas perusahaan. Ikatan krisis antara
manajemenperusahaan dengan produktivitas adalah saksi dalam definisi
dasaqr produktivitas itu sendiri. Pada dasarnya, produktivitas adalah rasio
antara keluaran (output) dan masukan (input) yang bernilai, misalnya
efisiensi dan efektifitas sumber daya yang tersedia, yaitu kepegawaian,
mesin, modal, fasilitas, dan lain-lain untuk mencapai keluaran yang
II-33

sangat bernilai.
Pada hakikatnya, setiap orang dapat mengelola bila sumber daya
tidak terbatas. Namun karena sumber daya yang terbatas tersebut
memaksa manajemen untuk kreatif, yaitu menyelesaikan pekerjaan
secara optimal, dengan sumber daya- sumber daya yang ada untuk
menyelesaikan masalah manajemen perusahaan secara efektif dan
efisien.
Sudah menjadi sifat bahwa semua sumber daya adalah bipolar
(berkutub dua), yaitu secara penuh dapat mengikat dan berguna bagi
produktivitas, atau kurang berguna tidak produktif. Hasil akhir atau
urutan terbawah dari usaha-usaha perusahaan terutama bergantung pada
efektifitas manajemen dalam mengembangkan sumber daya-sumber daya
yang ada. Pertama dan terpenting adalah tanggung jawab manajemen
yang selalu mengembangkan sumber daya-sumber dayayang ada
sehingga manajemen menjadi kunci penghubung seluruh rantai
produktivitas.
b. Kepemimpinan yang luar biasa
Kepemimpinan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
produktivitas sebab segala aktifitas baik maupun buruk yang ada dalam
setiap perusahaan tergantung bagaimana pemimpin mengeluarkan
kebijakan. Jadi sangatlah penting bagi perusahaan mempunyai seorang
pemimpin yang mempunyai kemampuan manajerial yang baik sehingga
mampu memecahkan dan mengendaliokan masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan denganbaik.
Meskipun mudah dikenal, namun kepemimpinan masih sulit
didefinisikan secara jelas. Sebab didalam setiap individu mempunyai
watak atau karakter yang berbeda terhadap gaya kepemimpinannya
masing-masing, dalam artian bahwa pemimpin yang baik dalam satu
situasi mungkin saja bukan pemimpin yang baik dalam situasi yang lain.
c. Kesederhanaan organisasional dan operasional
Yang dimaksud dari masalah tersebut adalah dimana setiap
organisasi ditata atau diusahakan agar sederhana, luwes, dan dapat
II-34

disesuaikan dengan setiap perubahan dan selalu berusaha mengadakan


jumlah tingkat minimum yang konsisten dengan operasi yang efektif. Hal
ini memberi garis pengarahan yang lebih jelas dan menunjang
pengambilan inisiatif lebih besar oleh siapa saja dalam organisasi. Ia juga
memperkuat pertukaran komunikasi dan teknologi serta meningkatkan
pengambilan keputusan diseluruh organisasi.
Sejalan dengan itu, harus pula diupayakan penerapan dari teknik
pengurangan dan penyederhanaan pekerjaan pada masa operasi, dan
kesederhanaan dalam produkpun harus ditekankan. Produk haruslah
menggunakan konstruksipaling sederhana yang mampu mencapai tujuan
yang direncanakan. Dan juga semua kendala operasional harus dikurangi
danhanya pada yang benar-benar diperlukan. Peraturan, prosedur, dan
birokrasi dibuat seminimal mungkin, sehingga memberikan kebebasan
bekerja secara maksimal kepada pegawai. Yang penting secara khusus
adalah pendelegasian wewenang kepada karyawan.
d. Kepegawaian yang efektif
Masalah pertama yang dihadapi oleh perusahaan adalah masalah
yang terkait langsung dengan kepegawaian, sehingga pihak manajemen
haruslah memperhatikan secara penuh terhadap keberadaan daripada
pegawai tersebut yaitu dengan cara meningkatkan mutu atau kualitas
pegawai daripada meningkatkian kuantitas mereka. Dengan menambah
jumlah pegawai belum tentu akan mampu untuk meningkatkan tingkat
produktivitas pegawai, namun apabila perusahaan mampu
menungkatkanmuti atau kualitas pegawai maka secara otomatis
perusahaan tersebut telah meningkatkan produktivitas pegawai dalam
perusahaantersebut.
Adapun ciri-ciri umum dari karyawan yang produktif menurut
Ranft (dalam Timpe : 2007 : 110) adalah :
1. Bermotivasi tinggi, motivasi disebut sebagai faktor krisis dan
karyawan yang termotivasi dapat atau berada di jalan
keproduktivitasan tinggi.
Pengamatan yang khas adalah :
II-35

a. Dapat memotivasi dirisendiri


b. Tekun, bekerja secara produktif pada suatu tugas sampaiselesai
c. Mempunyai kemampuan keras untukbekerja
d. Selalu tepat waktu

e. Bekerja efektif walau tanpapengawasan


f. Berorientasi pada sasaran atautujuan
2. Lebih memenuhi kualifikasi pekerjaan, disini dianggap bahwa
produktivitas tidak mungkin dicapai tanpa kualifikasi yang benar.
1. Pengamatan yang khas adalah :
 Cerdas dan dapat belajar dengan cepat
 Kreatif dan inovatif artinya memahami pekerjaan
 Kompeten secara professional
 Memiliki catatan prestasi yang berhasil
 Selalu meningkatkan diri
2. Mempunyai orientasi pekerjaan yang positif.
 Mempunyai kebiasaan kerja yangbaik
 Selalu terlibat dalampekerjaannya
 Cermat, dapat dipercaya, dan konsisten,Menghormati
manajemen dan tujuannya
 Luwes dan dapat menyesuaikan diri dengan tujuannya
3. Dewasa : kedewasaan adalah atribut pribadi yang dinilai penting
untuk memperlihatkan kinerja yang konsisten.
 Berintegrasi tinggi dan mempunyai rasa tanggung jawab
yang kuat
 Dapat bekerja efektif, disiplin, percaya diri dan mandiri
3. Tugas yang menantang
Tugas merupakan kunci untuk proses yang kreatif dan
produktif dimana pekerjaan atau tugas tersebut harus bias
memeberikan motivasi kepada pegawai. Hal itu terutama menjadi
kunci keproses yang kreatif atau inovatif. Panduan yang optimal dari
pekerjaan dan lingkungan kerja menciptakan suatu getartan dalam
II-36

diri seseorang, kerja seakan-akan bermain saja. Sebaliknya, jika


pekerjaan seseorang tidak memberi kepuasan kepadanya, ia
seringkali akan mengalihkan perhatian dan energinya kepada
kegiatan atau usaha pribadi diluar organisasi atau perusahaan
tersebut. Perhatian khusus harus diberikan kepada tugas pertama
pegawai bekerja terutama bagi pegawai baru, karena hal tersebut
memperkenalkannya pada tanggung jawab, orang dan jalur
komunikasi yang dapat mempengaruhi efektifitas jangka panjang dan
kedudukan pada akhirnya pada organisasi.
4. Perencanaan dan pengendalian umum
Perencanaan yang tidak efektif akan menyebabkan kebocoran
besar dalam produktivitas sedangkan perencanaanyang efektif akan
mampu meningkatkan produktivitas operasional, yakni membantu
memastikan penggunaan sumber daya dengan sebaik-baiknya,
memadukan semua aspek program kedalam suatu yang efisien,
upaya yang tepat, meminimalkan permulaan yang salah dan
pelaksanaan usaha yang tidak produktif, menyediakan kelonggaran
untuk resiko dan keadaan darurat, dan meniadakan krisis manajemen
yang berkelanjutan. Dengan cara yang sama, menjadi sangat penting
untukmenetapkan sistem pengendalian yang efektif yang mengukur
kemajuan terhadap rencana, menemukan penyimpangan, menetapkan
tanggung jawab, menunjukkan tindakan perbaikan, dan memastikan
bahwa kinerja yang tidak memenuhi standard ditingkatkan. Sistem
kendali ini dalam pelaksanaanya harus diterapkan secara adil,
menjamin bahwa itu selalu sah, sederhana, obyektif, tepat waktu, dan
efektif biaya.
5. Pelatihan manajerial khusus
Karena maajemen merupakan faktor yang sangat penting
dalam setiap produktivitas organisasi, menjadi sangat penting bahwa
organisasi berusaha mengembangkan suatu komitmen terhadap
produktivitas dalam seluruh tim manajemennya, dan memberikan
kepada anggota tim tersebut sarana yang berguna untuk menerapkan
II-37

usaha peningkatan produktivitas yang efektif dalam seluruh


organisasi. Suatu sarana yang efektif untuk mencapai ini adalah
berupa pelatihan manajerial khusus. Lanhkahnya bias berwujud
seminar-seminar yang memusatkan pembahasannya pada
produktivitas pribadi, produktivitas manajerial, produktivitas
organisasional dan memerangi produktivitaslawan.

2.6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas


Menurut Simanjuntak (2004:39) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas adalah:
1. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan
Kualitas dan kemampuan fisik karyawan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, kemampuan fisik, dan latihan.
2. Sarana pendukung
Digolongkan menjadi dua yaitu :
• Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan produksi, sarana
dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja, suasana dalam lingkungan.
• Menyangkut kesejahteraan karyawan yang tercermin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan kerja.
3. Suprasarana
Yaitu sebuah sistem yang digunakan manajemen untuk memaksimalkan
dan menciptakan sistem kerja yang optimal yang nantinya akan
menentukan tinggi rendahnya produktivitas karyawan dalam sebuah
perusahaan. Seperti pembagian kerja, memfungsikan manajemen yang
ada, dan lain-lain.
2.7 Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktifitas
karyawan
Penyakit akibat kerja bila tidak ditangani secara sungguh- sungguh dan
terpadu dapat menjadi bomerang bagi pekerja dan perusahaan ditempat mana
mereka bekerja. Bagi TK, penyakit akibat kerja dapat menurunkan
produktivitas kerja sekaligus menurunkan semanagat kerja yang dimiliki
karyawan, sedangkan bagi perusahaan berakibat bagi menurunnya jumlah
II-38

produksi dan kapasitas perusahaan. Salami (2016).


Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dengan
produktivitas kerja yaitu pekerja yang kesejahteraannya buruk tidak hanya
menyebabkan rasa kecil hati tetapi produktivitas dan semangat kerja mereka
akan menurun, lebih lanjut mereka tidak menaruh minat, apatis dalam
melakukan pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap perusahaan akan
berkenaan pula.
Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan salah satu usaha
untuk melindungi karyawan ditempat kerja, dengan adanya perlindungan
karyawan dari was-was, keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3)
diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas karyawan (Ervianto, 2004
: 251).
Hubungan ini juga dapat dilihat dari tujuan utama dari keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan (K3) sebagai berikut : pencegahan dan
pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja dan
peningkatan kesehatan dan gizi TK, perawatan dan mempertinggi efisiensi
dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan
pelipat gandaan kegairahan serta semangat kerja, dan tujuan-tujuan lainnya
(Suma’mur, 2003:3). Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
dengan semangat kerja karyawan dapat dilihat dari pernyataan Flippo (2001:
263) sebagai berikut:
Pencegahan kecelakaan adalah: suatu bagian utama dari fungsi
pemeliharaan karyawan, tetapi merupakan satu bagian dari suatu program
yang menyeluruh, kondisi fisik karyawan dapat diganggu melalui penyakit,
ketegangan dan tekanan seperti halnya melalui kecelakaan sebagian besar
usaha K3 sedang diarahkan pada pencegahan penyakit yang timbul dari
lingkungan tempat kerja lebih-lebih lagi, kesehatan karyawan yang telah
mengakibatkan suatu tingkat ketidak hadiran yang tinggi dan produktifitas
yang rendah.
Selanjutnya Nangoi (2001: 137) menerangkan hubungan melelui
pengertian pentingnya program K3 sebagai berikut:
“Dan bila kita menerima K3 sebagai aspek manajemen, maka masalah
II-39

di bidang ini tidak terbatas pada kerugian yang diakibatkan oleh suatu
kecelakaan kerja (hazard) tidak diterapkanya manajemen K3 ini bisa juga
mengakibatkan lingkungan kerja yang kurang sehat dan amat. Dalam
lingkungan yang seperti ini para karyawan merasa tidak enak dan tidak aman
dalam bekerja, sehingga produktivitas dan efisiensi kerja akan menurun, ini
juga berarti bahwa perusahaan akan sulit melakukan pengembangan
perusahaan (organization development) dan mewujudkan tujuan
dariperusahaan”.
Keadaan ini bisa terjadi mengingat tidak berhasilnya manajemen untuk
memenuhi kebutuhan dasar dari individu, yakni kebutuhan akan keamanan
(need of security). Tiap individu secara psikologis dari suatu yang
membahayakannya, oleh karenanya secara ilmiah ia akan berusaha untuk
tidak menempatkan dirinya pada posisi yang membahayakan, dan bila ia tidak
berhasil memperoleh kebutuhannya itu, maka jelas mereka merasa tidak aman
dan tidak puas dalam bekerja, rasa tidak puas ini akan mempengaruhi
semangat kerja dan tingkat kesehatan fisik maupun mental seorang tenaga
kerja.
2.8 Penelitian Terdahulu
Adapun ringkasan yang dapat dilihat pada tabel 2.6 mengenai
kesimpulan perbedaan dan persamaan serta hasil penelitian terdahulu dan
penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu


No Penulis Perbedaan Persamaan Hasil
1 “Analisis Hanya meneliti Penelitian yang Memperbaiki
Pengaruh Faktor variabel-variabel mempunyai lingkungan
Lingkungan pencahayaan, tujuan untuk kerja agar
Kerja Terhadap sirkulasi udara, meningkatkan terciptanya
Kenyamanan kebersihan, kenyamanan lingkungan
II-40

No Penulis Perbedaan Persamaan Hasil


Kerja Karyawan kenyamanan kerja diikuti yang sehat
Bagian Produksi kerja, Analisis peningkatan dengan
pada PT. Mebel yang di gunakan produktivitas peningkatan
Mulya Abadi di yaitu dengan kerja, Analisis produktivitas
Sukoharjo” metode Fault yang digunakan kerja
Santoso (2002), Tree Analysis yaitu dengan
Universitas serta pengaruh metode Fault
Surakarta kenyamanan Tree Analysis
lingkungan kerja
2 “Evaluasi Hanya sebatas Penelitian Perbaikan
keselamatan pengidentifikasi mempunyai program
Kerja Karyawan an bahaya, serta persamaan keselamatan
pada UD. Ardi pengusulan alat yaitu tentang dan
Jati Tasik Madu pelindung diri identifikasi kesehatan
Karanganyar”. bagi karyawan bahaya dan kerja untuk
Krestiono tanpa mengusulkan karyawan.
(2003), mengusulkan penambahan
Universitas perbaikan Alat pelindung
Surakarta keseluruhan diri, Analisis
program K3 yang
dengan metode digunakan
HIRA tanpa yaitu HIRA
adanya
pengontrolan
risiko-risiko
bahaya
3 ”Analisis dan Penelitian ini Penelitian ini Usulan
Usulan menggunakan mempunyai perbaikan
Perbaikan metode yang persamaan program K3
Sistem berbeda yaitu yaitu untuk
Keselamatan dengan memberikan meningkatka
dan kesehatan menggunakan usulan n
II-41

No Penulis Perbedaan Persamaan Hasil


kerja Karyawan metode perbaikan produktivitas
Dengan DOMINO sistem kerja
Menggunakan keselamatan
Metode Domino dan
di PT. Freeport kesehatan
Indonesia kerja untuk
Tembagapura peningkatan
Papua” produktivitas
Agus Setiawan
(2001),
Universitas
Ahmad Dahlan
Yogyakarta
4 Hubungan Penelitian hanya Penelitian Memperbaiki
Keselamatan mencari sejauh mempunyai sistem
dan Kesehatan mana hubungan persamaan keselamatan
(K3) dengan K3 dengan yaitu mencari dan kesehatan
produktivitas produktivitas hubungan K3 kerja untuk
kerja karyawan, dengan Analisis dengan menunjang
studi perhitungan produktivitas produktivitas
kasus :bagian tingkat kerja dengan kerja
pengolahan frekuensi, analisis
PTPN VIII tingkat saverity, perhitungan
Gunung Mas, dan nilai T tingkat
bogor) selamat tanpa frekuensi,
T.Lestari, pengidentifikasia tingkat
ErlinTrisyuliant n bahaya, saverity, dan
i(2007) penilaian risiko nilai T selamat
serta
pengendalian
risiko yaitu
dengan meode
II-42

No Penulis Perbedaan Persamaan Hasil


HIRARC
5 “Hubungan Penelitian hanya Peneitian ini Memperbaiki
Sikap Pekerja mempelajari mempunyai Program
Terhadap tentang sikap persamaan yaitu keselamatan
Penerapan pekerja terhadap untuk dan kesehatan
Program K3 penerapan memperbaiki kerja untuk
dengan program K3 sikap kerja meningkatkan
Komitmen dengan karyawan produktivitas
Pekerja pada komitmen terhadap kerja dengan
Perusahaan di pekerja, tanpa program K3 komitmen para
PT. Suryamas adanya dengan pekerja.
Lestariprima pengidentifikasia komitmen para
TanjungMorawa n Bahaya, pekerja
”.Ferdinand penilaian risiko,
Siahaan (2005) dan
pengendalian
risiko untuk
mengetahui
tingkat risiko K3
dengan
penggunaan
metode HIRARC
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian.


Didalam penelitian ini, peneliti menentukan bagaimana cara
menerapkan K3 dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard
Identification Risk Assesment and Risk Control ) dengan pendekatan FTA
(Fault tree analysis) guna untuk mengurangi terjadinya gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja di Honda Ahmad Yani.
3.1.1 Alur Penelitian
MULAI

OBSERVASI AWAL

ID EN TIFIKASI MASALAH

TUJUAN PE N ELITIAN

PEN GU MPULAN D ATA


1.OBSERVASI
2.WAWAN CARA
3.D ATA PE RUSAH AAN

Data kurang ?
YA

PEN GOLAH AN DATA


1. H IRARC
2. FTA

AN ALISIS DAN
PEMBAH ASAN

KESIMPULAN DAN
SARAN

SE LESAI

Gambar 3.1 Alur Penelitian

1. Observasi Awal
Langkah awal ini bertujuan untuk lebih mengenal situasi dan hal-hal
yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti
2. Merumuskan Masalah
Menentukan masalah apa yanga akan di teliti, sehingga merumuskan
menjadi salah satu point penting dalam penelitian ini.
3. Penentuan Tujuan
Menentukan tujuan apa saja yang akan kita teliti, tujuan ditentukan
dengan melihat masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
4. Pengumpulan Data.
Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu data hasil dari
observasi lapangan, hasil wawancara dan hasil dari data sekunder perusahaan
Honda Ahmad Yani. Data kualitatif, penelitian ini diperoleh dari observasi
langsung ke tempat penelitian dan wawancara dengan 4 orang pekerja dari 21
orang karyawan yang kompeten di bidang K3 dan observasi langsung. Setelah
melakukan pengumpulan data kualitatif kemudian mengumpulkan data secara
kuantitatif dengan perhitungan Tingkat Frekuensi , Tingkat Severity, dan Nilai
T Selamat.
5. Pengolahan Data.
a. Pengolahan data Kualitatif dengan Metode HIRARC
Dari hasil pengumpulan data sebelumnya data yang telah terkumpul
kemudian memasuki tahap pengolahan data, data diolah dengan
menggunakan metode HIRARC dengan melalui 3 tahap utama HIRARC
yaitu :
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
3. Pengendalian Risiko (Risk Control)
b. Pengolahan data Kualitatif dengan Metode FTA.
Fault Tree adalah sebuah model grafis yang terdiri beberapa
kombinasi kesalahan (faults) secara paralel dan secara berurutan yang
mungkin menyebabkan awal dari failure event yang sudah ditetapkan.
Analisa deduktif ini menunjukkan analisa kualitatif dan kuantitatif dari
sistem engineering yang dianalisa. FTA secara umum dilakukan dalam 5
tahapan, yaitu:
 Mendefinisikan problem dan kondisi batas (boundary condition)
dari sistem.
 Pengkontruksian faul ttree
 Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal pathset
 Analisa kualitatif dari faulttree
 Analisa kuantitatif fault tree. (Suliantoro, dkk,2016)

c. Pengolahan data kuantitatif


1. Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap
sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :
Jumlah kecelakaan yang terjadi
Incidence/Frequencyrate = X Faktor
Jumlah Pekerja X Jam kerja
Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah
Menteri Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai
dengan standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja

2. Tingkat Saverity
Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka
beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja
karyawan dengan rumus :
JUMLAH KECELAKAAN YANGTERJADI
Saverity rate = X
JUMLAH PEKERJA
Faktor Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah
Menteri Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai
dengan standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja
Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :
a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung
berdasarkan tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak
mampu bekerja).
b. Jumlah cacat total permanen dan kematian

3. Nilai T Selamat
Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja
pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan
kecelakaan pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang berdasarkan
pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah
pengujian “ t ” atau Student Test.
FR ( n )−FR(n−1)
Safe-T-Score =
FR(n−1)
(Salami, dkk, 2016)
Dimana :
FR (n) : Angka Frekuensi
FR (n-1) : Angka Frekuensi kerja sebelumnya
Apabila diperoleh nilai Safe-T-score positif, artinya kondisi
kecelakaan di suatu perusahaan/industry menunjukkan keadaan yang
meburuk. Sebaliknya, jika angka Safe-T-score bernilai negative, itu
menunjukkan keadaan keselamatan yang membaik. Selain itu, apabila
diperoleh nilai ±2,00, itu menunjukkan perubahan berarti.
 STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti
4. STS di atas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
5. STS di bawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik
6. Analisis Data dan Pembahasan
a. Analisis data dengan Metode HIRARC
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengolahan
data yang berisi tentang Identifikasi bahaya yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem.
Sumber bahaya yang ditemukan akan dijabarkan menjadi 5 faktor yaitu ,
man, methode, material, machine, dan environment. Potensi bahaya yang
ditemukan pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian risiko
guna menentukan tingkat risiko (risk rating) dan bahaya tersebut. Hasil
dari risk assesment akan dijadikan dasar untuk melakukan risk Control.
Risk Control bertujuan untuk meminimalkan tingkat risiko dari suatu
bahaya yang ada. Bahaya yang masuk dalam kategori moderate Risk, High
risk dan extreme risk akan di tindak lanjuti dengan risk control.

b. Analisis data dengan Metode FTA.


Fault Tree adalah sebuah model grafis yang terdiri beberapa
kombinasi kesalahan (faults) secara paralel dan secara berurutan yang
mungkin menyebabkan awal dari failure event yang sudah ditetapkan.
Analisa deduktif ini menunjukkan analisa kualitatif dan kuantitatif dari
sistem engineering yang dianalisa. FTA secara umum dilakukan dalam 5
tahapan, yaitu:
a) Mendefinisikan problem dan kondisi batas (boundary
condition) dari sistem.
b) Pengkontruksian faulttree
c) Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal pathset
d) Analisa kualitatif dari faulttree
e) Analisa kuantitatif fault tree. (Suliantoro, dkk,2016)
Untuk membangun FTA diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan kecelakaan
Pada dasarnya kecelakaan yang sering terjadi di perusahaan adalah
akibat dari para pekerja itu sendiri. Yang mana pekerja tersebut kurang
berhati-hati dalam mengerjakan pekerjaannya. Misalnya seperti jari
terluka karena terjepit mesin yang sedang proses. Kecelakaan ini terjadi 3
bulan terakhir, dan penyebabnya karena penerangan dalam ruangan
kurang terang. Kemudian didapatkan data berupa jumlah jam kerja
karyawan, jumlah jam kerja karyawan yang hilang, dan jumlah
kecelakaankerja.
2. Mempelajari sistem dengan cara mengetahui spesifikasi peralatan,
lingkungan kerja dan prosedur operasi.
Dalam hal ini para pekerja kurang memperhatikan dan juga
mengabaikan lingkungan kerja pada kondisi yang memungkinkan
kecelakaan kerja dapat terjadi. Perusahaan memberikan pembelajaran
terhadap karyawannya dalam usaha mengurangi tingkat kecelakaan.
Pembelajaran tersebut berupa program keselamatan kerja, meliputi:
pencegahan kecelakaan kerja, pencegahan kebakaran, menunjang
kehandalan operasi pabrik dan pembinaan.
3. Mengembangkan pohon kesalahan.
Setelah mendefinisikan kecelakaan kemudian mengembangkan
pohon kesalahan yang nantinya dapat ditemukan penyebab dari
kecelakaan dapat terjadi. Dan kemudian mencari solusi bagaimana
kecelakaan yang terjadi dapat diantisipasi. Data yang digunakan dalam
membangun FTA adalah jenis kecelakaan kerja yang terjadi di Honda
Ahmad Yani
Simbol-simbol pohon kesalahan :

= Peristiwa dasar

= Peristiwa pengaruh keadaan

= Peristiwa belum berkembang

= Peristiwa eksternal

= Kotak kesalahan

= Dan

= Eklusif atau
c. Analisis data dengan Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu analisis yang berdasarkan pengukuran hasil
usaha keselamatan kerja dari kejadian kecelakaan kerja dan nilai t selamat.
Untuk kejadian kecelakaan ringan analisa yang dilakukan berdasarkan data-
data yang ada diperusahaan.
Langkah-langkah pengukuran hasil usaha keselamatan kerja dan nilai t
selamat, sasaran yang akan diukur adalah sebagai berikut :
A. Tingkat frekuensi / kekerapan kecelakaankerja.
Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang
terjadi tiap sejuta jam kerja manusia. (Salami, dkk. 2016)
B. Tingkat severity atau keparahan kecelakaankerja
Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung
angka beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam
kerja karyawan. (Salami, dkk. 2016)
Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :
 Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung
berdasarkan tanggal (termasuk hari libur selama pekerja
tidak mampu bekerja).
 Jumlah cacat total permanen dan kematian
C. Nilai T Selamat
Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja
pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat
penurunan kecelakaan pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat
yang berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode
yang di gunakan adalah pengujian “ t ” atau Student Test. (Salami,
dkk. 2016)
D. Pengukuran produktivitas kerja
Pengukuran produktivitas kerja ini melibatkan jumlah jam kerja
dikurangi jumlah jam hilang sebagai output, sedangkan input yang
digunakan adalah total jam kerja dalam suatu periode.
7. Kesimpulan dan Saran
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini yaitu untuk meminimalisir
tingkat risiko keselamatan dan kesehatan kerja karyawan khususnya di
bagian divisi service Honda Ahmad Yani, serta seberapa berpengaruhnya
pada Produktivitas Kerja. Kesimpulan di tambahkan dengan informasi
mengenai data-data faktual dengan berbagai penjelasan yang bersifat
objektif, sehingga hasil kesimpulan dari penelitian ini dapat dipertanggung
jawabkan.
3.1.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau
visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep
dengan konsep lainya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang
sedang diteliti (Notoadmodjo, 2010, hidayat, 2007). Kerangka konsep
merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang dianggap penting untuk masalah. Berikut ini kerangka konseptual :

INPUT
 Data Kecelakaan
OUTPUT
Kerja per Tahun
Usulan Perbaikan
 Data Target
Program
produksi jasa
Keselamatan dan
 Data Jumlah
Kesehatan Kerja
Pekerja untuk peningkatan
 Data Jam Kerja Produktivitas kerja.
 Data Jumlah
H ari Hilang
kerja

PROSES
 Analisis Kualitatif dengan
Metode HIRARC dan FTA
 Analisis Kuantitatif dengan
perhitungan Tingkat
Frekuensi, Tingkat Saverity,
dan N ilai T Selamat

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual


3.2 Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu kesimpulanya,
populasi bukan hanya orang tetapi benda-benda alam yang lain. Maka
dari itu populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian
divisi service yaitu 21 orang.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi. Dalam penelitian ini, teknik
sampling yang digunakan adalah sensus.Sensus adalah metode penarikan
sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan apabila jumlah populasi kecil, kurang dari 30 orang.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh K3 dalam upaya untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan di Honda Ahmad Yani.
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif
digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh K3.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
antara lain:
1. Riset lapangan (data primer)
a. Metode interview Pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang
di lakukan secara langsung dan sistematis kepada beberapa pihak
diantaranya: kepala bagian produksi, kepala sie K3, dan para
karyawan di Honda Ahmad Yani.
b. Metode observasi Yaitu perolehan data dengan cara melakukan
pengamatan serta pencatatan secara langsung pada obyek yang
diteliti di Honda Ahmad Yani seperti : sumber daya yang tersedia,
waktu proses,dll.
2. Riset kepustakaan (data sekunder) adalah penelitian dengan
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada seperti : hubungan antara tingkat keselamatan kerja dan
tingkat produktivitas.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data


a. Pengolahan data dan Analisis Kualitatif dengan Metode HIRARC
Dari hasil pengumpulan data sebelumnya data yang telah terkumpul
kemudian memasuki tahap pengolahan data, data diolah dengan
menggunakan metode HIRARC dengan melalui 3 tahap utama HIRARC
yaitu :
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
3. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengolahan
data yang berisi tentang Identifikasi bahaya yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Sumber
bahaya yang ditemukan akan dijabarkan menjadi 5 faktor yaitu , man,
methode, material, machine, dan environment. Potensi bahaya yang
ditemukan pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian risiko
guna menentukan tingkat risiko (risk rating) dan bahaya tersebut. Hasil dari
risk assesment akan dijadikan dasar untuk melakukan risk Control. Risk
Control bertujuan untuk meminimalkan tingkat risiko dari suatu bahaya yang
ada. Bahaya yang masuk dalam kategori moderate Risk, High risk dan
extreme risk akan di tindak lanjuti dengan risk control.
b. Pengolahan data Kualitatif dengan Metode FTA.
Fault Tree adalah sebuah model grafis yang terdiri beberapa
kombinasi kesalahan (faults) secara paralel dan secara berurutan yang
mungkin menyebabkan awal dari failure event yang sudah ditetapkan.
Analisa deduktif ini menunjukkan analisa kualitatif dan kuantitatif dari
sistem engineering yang dianalisa. FTA secara umum dilakukan dalam 5
tahapan, yaitu:
 Mendefinisikan problem dan kondisi batas (boundary condition) dari
sistem.
 Pengkontruksian faul ttree
 Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal pathset
 Analisa kualitatif dari faulttree
 Analisa kuantitatif fault tree. (Suliantoro, dkk,2016)
c. Pengolahan data kuantitatif
1. Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap
sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :
Jumlah kecelakaan yang terjadi
Incidence/Frequencyrate = X Faktor
Jumlah Pekerja X Jam kerja
Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah
Menteri Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai
dengan standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja

2. Tingkat Saverity
Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka
beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja
karyawan dengan rumus :
JUMLAH KECELAKAAN YANGTERJADI
Saverity rate = X
JUMLAH PEKERJA
Faktor Pengali
(Salami, dkk, 2016)
 Faktor Pengali yaitu 1.000.000, merupakan Standar Perintah
Menteri Tenaga Kerja yang berdasarkan perhitungan statistik sesuai
dengan standar ILO.
 Angka 1.000.000 = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja
Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :
a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung
berdasarkan tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak
mampu bekerja).
b. Jumlah cacat total permanen dankematian

3. Nilai T Selamat
Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja
pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat
penurunan kecelakaan pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat
yang berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode
yang di gunakan adalah pengujian “ t ” atau Student Test.
FR ( n )−FR(n−1)
Safe-T-Score =
FR(n−1)
(Salami, dkk, 2016)
Dimana :
FR (n) : Angka Frekuensi
FR (n-1) : Angka Frekuensi kerja sebelumnya
Apabila diperoleh nilai Safe-T-score positif, artinya kondisi
kecelakaan di suatu perusahaan/industry menunjukkan keadaan yang
meburuk. Sebaliknya, jika angka Safe-T-score bernilai negative, itu
menunjukkan keadaan keselamatan yang membaik. Selain itu, apabila
diperoleh nilai ±2,00, itu menunjukkan perubahan berarti.
a. STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan
berarti
b. STS di atas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
c. STS di bawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


4.1.1 Sejarah berdirinya perusahaan
PT. Imperial Putra Perdana didirikan pada tanggal 23 Maret 2011, bergerak
di bidang perbengkelan otomotif., bengkel ini didirikan oleh Bapak Christian
Lesmana. Berlokasi di Jalan Ahmad Yani no. 352 Kelurahan Kacapiring
Kecamatan Batununggal 40271 Bandung, lokasi yang sangat strategis berada di
tengah-tengah keramaian Kota Bandung sehingga mudah di akses oleh pelanggan
setia Honda.
Pada tahun 2011 PT. Imperial Putra Perdana diangkat dan diresmikan oleh
Honda Prospect Motor menjadi Dealer Authorized Honda di Kota Bandung yang
diberi nama menjadi Honda Ahmad Yani yang terdiri dari 3 divisi diantaranya,
sales, service, dan spare part khusus mobil Honda. Honda Ahmad Yani memiliki
16 stall perbaikan di lantai 1, serta gudang penyimpanan mobil baru di lantai 2.
Memiliki ruang tunggu yang nyaman, yang disertai dengan tempat bermain anak
sehingga orang tua tidak perlu khawatir anaknya bosan karena lama menunggu
service.
Belum berjalan lama bergerak di bidang otomotif di Indonesia, Honda
Ahmad Yani memiliki cabang baru yang berlokasi di daerah Sukabumi dengan
nama Honda Perdana Sukabumi. Selain itu, Honda Ahmad Yani memiliki
bengkel perbaikan bodi dan pengecatan bodi kendaraan yang berlokasi di daerah
Metro Soekarno-Hatta Bandung.
Dari tahun ke tahun banyak prestasi yang diraih oleh Honda Ahmad Yani
dari mulai CSI (Customer Service Index) terbaik kedua di Indonesia, juara skill
contest technician untuk regional dan nasional, serta peraih penjualan terbaik se-
Indonesia. Pencapaian yang sangat luar biasa apalagi dengan kapasitas bengkel
yang baru bergerak selama kurun waktu 9 tahun.
4.1.2 Lokasi Bangunan Perusahaan
Honda Ahmad Yani terletak di Jalan Ahmad Yani No. 352 Kelurahan
Kacapiring Kecamatan Batununggal Kota Bandung 40271.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perusahaan


(Sumber: Google maps)

Gambar 4.2 Foto Bangunan Perusahaan


(Sumber : Google )
4.1 .3 Struktur Organisasi
Agar perusahaan dapat mencapai tujuan dengan baik maka struktur
organisasi harus ditata dengan baik, tugas-tugas yang harus dilaksanakan,
wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing anggota di perusahaan harus
jelas, seluruh tugas harus dilaksanakan sebaik-baiknya agar dapat tercapai sesuai
dengan target yang diinginkan.

1. Service Manager
a. Tugas Pokok Service Manager
1. Sebagai penanggungjawab terhadap bisnis bengkel.
2. Sebagai pemimpin dalam operasional untuk menjalankan misi dan
tujuan yang dibebankan oleh top management.
3. Membangun synergy yang optimal antara sales dan aftersales.
b. Tanggung jawab Service Manager
1. Menjalankan Visi dan Misi, kebijakan, serta program dari top
management.
 Menyusun goal dan target yang harus dicapai.
 Menyusun rencana kerja workshop.
2. Bertanggung jawab atas operasional dan memastikan workshop
tersebut menyediakan layanan yang :
 Memberikan kepuasan kepada pelanggan
 Memberikan kualitas hasil kerja yang maksimal
 Menghasilkan profit yang baik
3. Service Manager sebagai anggota dari team manager di suatu dealer
berkewajiban:
 Mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada owner didealer
tersebut.
 Bertanggung jawab terhadap hasil kerja staff dan level
dibawahnya.
4. Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kapabilitas dari personil
workshop terutama service advisor karena mereka adalah team yang
berhubungan langsung dengan customer.

2. Customer Relation Officer (CRO)


a. Tugas pokok
Menangani aspek customer satisfaction (customer follow up dan
customer reminder).
b. Uraian Tugas
1. Merekap data customer yang datang ke workshop dan memasukannya
kedalam database customer.
2. Menghubungi nomor customer yang aktif ataupun tidak aktif secara
berkala untuk mem-follow up kondisi kendaraan customer.
3. Menghubungi customer yang membeli kendaraan baru sesuai petunjuk
dari Honda Prospect Motor (HPM).
4. Bersama service manager membuat program-program customer
satisfaction.
5. Menghubungi customer sehubungan dengan program-program yang
dibuat oleh workshop.
6. Menerima keluhan customer dan menanggapi setiap keluhan dengan
sopan, lugas, dan tegas.
7. Membuat laporan hasil follow up customer yang akan ditujukan ke
service manager dan HPM.

3. Service advisor
a. Tugas pokok

Menerima dan melayani customer secara profesional sesuai dengan


prosedur yang ditentukan oleh HPM yaitu menjalankan langkah pelayanan
dari mulai penerimaan telepon, proses kerja sampai dengan follow up dan
dilakukan dengan tulus sehingga customer merasa puas.
b. Uraian Tugas
1. Menampung dan mendata keluhan customer.
2. Meneliti dan menganalisa keluhan-keluhan customer.
3. Menjelaskan hasil diagnosa kepada customer dengan cara on the spot
pada kendaraan atau guidance (e-communication ).
4. Membuat WO dengan perintah kerja sesuai hasil diagnose.
5. Menjelaskan lamanya estimasi waktu, biaya servis, serta penggantian
part.
6. Bisa menjelaskan dengan baik mengenai procedure warranty maupun
free service.
7. Menjelaskan hasil diagnosa di wo dengan foreman Memberitahukan
kepada customer apabila ada perubahan.
8. Menginformasikan kepada customer apabila kendaraan sudah selesai
dan menjelaskan mengenai hasil pekerjaan, part bekas dan biaya
perbaikan sesuai invoice.
9. Melakukan penyerahan kendaraan dan memberitahukan saran
perbaikan atau service berikutnya.
10. Memprioritaskan kendaraan return job, complain dan claim.
11. Melakukan follow up kepada customer yang complain pada saat di
follow up CRO.

4. Foreman (kepala regu)

a. Tugas pokok

Membantu service manager dalam koordinasi dan penyelenggaraan


pekerjaan, perbaikan dan perawatan kendaraan yang masuk ke workshop
serta mengatur dan melakukan pencatatan kondisi kendaraan baik yang baru
masuk, akan keluar maupun yang menginap.
b. Uraian tugas
1. Mengambil kendaraan dan WO dari service advisor.
2. Melakukan analisa pada kendaraan yang baru diambil dari service
advisor.dan memberikan arahan kepada teknisi yang akan
mengerjakannya.
3. Melakukan koordinasi dari kerja teknisi.
4. Pembagian tugas teknisi.
5. Pemeliharaan toolset, SST (Standard Special Tools), Equipment,
material dan oli.
6. Melakukan control terhadap kualitas hasil kerja teknisi, kelengkapan
alat-alat kerja teknisi, kelengkapan SST (Standard Special Tools) dan
Equipment Workshop, tersedianya material, serta kebersihan area
workshop dan ruangan pendukungnya.
7. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi teknisi dalam
persoalan teknis pada kendaraan.
8. Menentukan perlu atau tidaknya penggantian spare part.
9. Menyerahkan kendaraan yang telah dinyatakan layak delivery
kepada final inspector.
10. Membuat dan menyusun laporan harian workshop mengenai
produktivitas, teknisi dan technical report.
11. Melaksanakan program reinforcement training untuk semua teknisi
yang berada dibawah koordinasinya.
12. Membantu service manager dalam pembinaan workshop dari segi
skill dan kompetensi pada masing-masing teknisi.

5. Final inspector
a. Tugas Pokok

Memeriksa kendaraan yang sudah selesai dikerjakan oleh teknisi.


b. Uraian Tugas
1. Menerima kandaraan yang sudah selesai dikerjakan oleh teknisi.
2. Memeriksa kendaraan sesuai work order dan final inspection sheet.
3. Melakukan road test untuk memastikan kendaraan baik pada saat
jalan.
4. Mengembalikan kendaraan kepada teknisi melalui Foreman apabila
hasil pekerjaan kurang baik.
5. Memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil yang ditemukan pada saat
pengecekan.
6. Memberikan saran perbaikan atas kerusakan yang ditemukan.
6. Teknisi RT (repair techinician) dan Teknisi DT (diagnosis technician)
a. Tugas pokok

Melaksanakan diagnosa terhadap problem teknis, penyetelan dan


perbaikan kendaraan yang masuk ke workshop sesuai dengan work order
dan instruksi foreman dalam waktu yang sesuai dengan “flate rate” nya.
b. Uraian Tugas
1. Menerima kendaraan dan work order dari foreman.
2. Melaksanakan pemeriksaan, penyetelan dan perbaikan kendaraan sesuai
dengan WO dan instruksi foreman.
3. Meneliti dan menentukan bagian-bagian mesin atau kendaraan yang
perlu diganti
4. Meminta persetujuan dari foreman guna penggantian spare part.
5. Menulis dan memberikan catatan pekerjaan-pekerjaan yang telah
dilakukan pada work order.
6. Memberi informasi teknis dan atau non teknis kepada Foreman
sehubungan dengan kendaraan yang dikerjakan.
7. Melaporkan kepada foreman pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.
8. Mengambil part atau material ke gudang atas ijin foreman.
9. Melakukan penggantian spare part yang perlu diganti.
10. Memberi pengarahan kepada teknisi yang baru masuk dan belajar.

7. Teknisi MT (maintenance technician)


a. Tugas Pokok

Melaksanakan pekerjaan maintenance service seperti tune up, servis


berkala dan melakukan perbaikan kendaraan sesuai kemampuanya secara
cermat sesuai dengan instruksi dari foreman.
b. Uraian Tugas
1. Melaksanakan pekerjaan service berkala sesuai prosedur.
2. Melaksanakan pekerjaan tune up dan maintenance kendaraan sesuai
prosedur.
8. Tools man
a. Tugas pokok
Memonitor peminjaman tools, SST, menjaga inventory serta
melayani kebutuhan material di workshop.
b. Uraian tugas
1. Mendata tools, SST, dan material.
2. Membuat buku peminjaman tools dan SST, serta pencatatan
penerimaan & pengeluaran material.
3. Melayani kebutuhan personil workshop yang meminjam SST, tools
dan pengambilan material.
4. Membuat laporan setiap bulan kepada service manager mengenai
kelengkapan SST.
5. Menjaga kebersihan di area kerja dan yang sudah dibebankan
kepadanya.

9. Partman
a. Tugas Pokok

Melakukan proses pelayanan spare part.


b. Uraian tugas
1. Melayani permintaan spare part dari workshop dan direct customer.
2. Mengalokasikan spare part yang telah di estimasi service advisor.
3. Mengecek permintaan part berdasarkan WO.
4. Mencetak lampiran spare part atau nota kontan.
5. Melakukan serah terima spare part ke foreman atau direct customer.
6. Mendata spare part yang statusnya back order.
7. Filling dokumen.
8. Menjaga kebersihan dan kerapihan gudang spare part.

10. Administration Part


a. Tugas pokok

Melakukan pengontrolan terhadap inventory dan gudang spare part.


b. Uraian Tugas
1. Membuat rencana dan melakukan order.
2. Melakukan analisa terhadap inventory spare part.
3. Melakukan updating data part master.
4. Monitoring status back order.
5. Membuat laporan performance spare part.
6. Melakukan aktivitas location control.
7. Updating terhadap media informasi dan material promosi
spare part.
8. Membuat forecast pembelian dan penjualan spare part.
9. Mengesahkan nota kontan yang dibuat oleh partman
berdasarkan otorisasi dari admin workshop.

11. Security
a. Tugas pokok

Menjamin keamanan dan ketertiban dilingkungan kerjanya.

b. Uraian tugas
1. Melakukan kontrol rutin tiap hari terhadap kondisi lingkungan
kerjanya.
2. Mengatur serta mengarahkan kendaraan yang akan service baik
yang booking maupun non booking.
3. Menyapa konsumen dengan ramah dan menawarkan bantuan.
4. Melakukan tindakan pengamanan secepat mungkin saat terjadi hal
yang tidak diinginkan.
5. Menghubungi pihak berwenang apabila terjadi tindakan kriminal
maupun gangguan kamtibmas dilingkungan kerja.
6. Menerima surat ijin keluar kendaraan dari customer.
STRUKTUR ORGANISASI
HONDA AHMAD YANI
(DIVISI SERVICE)
SERVICE
MANAGER
AGUS DADANG

INSTRUCTUR
JAELANI

CUSTOMER RELATION SERVICE ADVISOR FINAL INSPECTION PARTMAN FOREMAN QUICK SERVICE
OFFICER 1.PANGGIH 1.FEBY 1.ACHMAD 1. RACHMAN
1.AGNI 2.RICKO 2.NUGROHO
2.DESY 3.LINDA 3.KAFKA
3.RIZKY 4.ROHENDI HOME SERVICE 4.DINI TECHNICIAN QUICK
5.TOHARI 1.ADE CHANDRA SERVICE
6.ONISTA 1.SAEFUL
2.RIJKI
TOOL MAN
1.FARHAN

FOREMAN PAIR MAINTENANCE FOREMAN GENERAL REPAIR 1 FOREMAN GENERAL REPAIR 2 SECURITY
1. HENDRA 1. IMAM 1.FATRIO 1.USEP

TECHNICIAN PAIR TECHNICIAN GENERAL TECHNICIAN GENERAL


MAINTENANCE REPAIR 1 REPAIR 2
1.KUKUH 1.RIDWAN 1.ALVIN
2.FARHAN 2.REVIAN 2.NIKO
3.RIKO 3.ANDI 3.FAHMI
4.RIKI 4.ATHIF 4.ROBY

Gambar 4.3 Struktur Organisasi K3 divisi service Honda Ahmad Yani Bandung
4.1.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam memelihara keselamatan dan kesehatan kerja juga diterapkan
kebersihan pada bagian lingkungan unit service kendaraan, pegawai juga
diwajibkan untuk selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja. Pegawai juga selalu diwajibkan untuk menjaga
kesehatan dan Kebersihan lingkungan agar kesehatan pegawai dan lingkungan
perusahaan terjaga dan terpelihara, terutama pada bagian unit service yang sering
digunakan untuk memelihara kendaraan yang sedang di service.
4.1.5 Perlengkapan Kerja.
a. Perlengkapan kerja disediakan oleh perusahaan bagi pegawai yang
membutuhkan perlengkapan kerja untuk melakukan pekerjaanya atau
untuk memelihara kesehatannya serta untuk mengindarkan terjadinya
kecelakaan kerja.
b. Seorang Pegawai harus selalu menggunakan perlengkapan kerja yang
telah disediakan dan harus memelihara perlengkapan kerja yang telah
dipercayakan padanya.
c. Perusahaan tidak akan bertanggung jawab terhadap sesuatu mengenai
kesehatan dan keselamatan seorang pegawai bila seorang pegawai tidak
mengindahkan petunjuk kesehatan dan keselamatan kerja atau tidak
menggunakan perlengkapan kerja yang telah disediakan.
4.1.6 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja yang terjadi di Honda Ahmad Yani
Bandung
Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di Honda Ahmad Yani Bandung
yaitu sebagai berikut :

a. Jari tangan robek akibat tergores oleh material caliper rem pada saat
pemasangan caliper rem tersebut.
b. Tubuh bagian dada tertimpa bagian mobil bagian depan, ketika
melakukan pekerjaan spooring.
c. Tangan terjepit pada saat pemeriksaan bearing roda.
d. Jari tangan robek akibat tergores oleh material Transmisi manual, pada
saat proses pemasangan dan pembongkaran kopling manual
kendaraan/mobil.
e. Jari tangan robek akibat goresan pada komponen dongkrak, pada saat
proses mendongkrak kendaraan/mobil.
4.1.7 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Faktor-faktor kecelakaan yang di analisis di Honda Ahmad Yani
Bandung adalah sebagai berikut :
a. Manusia
1) Pekerja belum benar-benar mempersiapkan diri baik fisik dan
mental.
2) Hanya beberapa pekerja yang menggunakan alat perlindungan diri
dan pakaian kerja, dan alat tersebut sering hilang.
3) Pendidikan dan pelatihan bagi karyawan belum mendapat perhatian
penuh dari perusahaan.
4) Pekerja sering mengalami kelelahan dan kejenuhan akibat
kebisingan, kepanasan, dan sikap kerja yang tidak baik
5) Pekerja tidak fokus dalam bekerja
6) Pekerja menggunakan peralatan yang ceroboh.
7) Bekerja dengan kecepatan tidak aman, terlalu cepat atau terlalu
lambat.
b. Mesin, peralatan, dan perlengkapan kerja

1) Peralatan mesin yang tidak diamankan dengan baik atau menaruh di


sembarang tempat setelah bekerja.

2) Peralatan dan perlengkapan kerja tidak rapih, kotor dan tidak terawat
dengan baik.
3) Tidak ada tanda-tanda peringatan keselamatan kerja pada ruangan
produksi.

c. Lingkungan kerja
1) Tempat kerja sering di biarkan kotor.
3) Jumlah ventilasi yang kurang mengakibatkan ruangan menjadi
panas.
4) Sistem penerangan hanya dengan genteng transparan yang
menimbulkan tidak meratanya pencahayaan diruangan.
d.Tata cara kerja
1) Pekerja kurang mengetahui prosedur kerja yang aman.
2) Budaya pekerja yang kurang baik, seperti tidak membersihkan
ruangan, merapihkan peralatan setelah bekerja.

4.1.8 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Honda


Ahmad Yani.
Dalam melakukan aktivitas yang ada di bagian unit service maka
dengan itu perusahaan membentuk Tim Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) yang merupakan wadah kerjasama antara
perusahaan dan pekerja untuk mengembangkan saling pengertian dan
berpartisipasi dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Honda Ahmad Yani disusun oleh 37 orang karyawan. Tujuan utama dari
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Honda Ahmad Yani adalah
memecahkan masalah, mencegah kecelakaan, menghindari kerugian tenaga
kerja dan materil, mencegah kerusakan lingkungan dan meminimalkan
kerusakan pada kejadian kecelakaan.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Gambaran Hasil Penelitian di Honda Ahmad Yani Bandung.

Secara umum, Program K3 yang ada di bagian unit service kendaraan


meliputi beberapa aspek utama, yaitu aturan kesehatan dan keselamatan,
kesadaran atas aturan, pakaian pelindung, lantai bersih, lingkungan kerja,
perlengkapan pemadam kebakaran, layanan pertolongan pertama dan medis.
Pembahasan masing-masing aspek dalam program K3 perusahaan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Aturan kesehatan dan keselamatan yang ada di perusahaan disusun untuk
melindungi setiap karyawan atau setiap orang yang berada di perusahaan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi dokumentasi yanng diteliti dan
dikaji dalam penelitian ini adalah dokumen resmi milik Honda Ahmad
Yani yang berupa prosedur Identifikasi Bahaya Risiko, SOP (Standar
Operational Prosedur), Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
Instruksi Kerja serta formulir atau laporan catatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Dokumen ini dapat memberikan petunjuk tentang cara
kerja di lokasi, bahkan dokumen berpengaruh cukup besar manfaatnya
dalam penelitian ini. Dokumen yang akan di telaah dalam penelitian ini
merupakan data-data sekunder yang di dapatkan di perusahaan pada
bagian unit service kendaraan ini. Bedsararkan hasil wawancara dengan
pihak pimpinan dan juga hasil studi dokumentasi aturan-aturan yang ada
di perusahaan, maka dapat diketahui aturan-aturan umum tentang
keshatan dan keselamatan kerja yang ada di Honda Ahmad Yani
Bandung pada bagian unit service adalah :
d. Setiap karyawan harus sadar dan selalu memperhatikan keselamatan
diri, orang sekitar dan lingkungan
e. Setiap karyawan harus mentaati prosedur kerja yang telah ditentukan
perusahaan setiap kali melakukan pekerjaan.
f. Setiap karyawan harus memberikan laporan setiap kedatangan atau
setelah menggunakan dan meninggalkan fasilitas.
g. Setiap karyawan harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
yang telah di tentukan setiap kali melaksanakan pekerjaan.
h. Setiap Karyawan yang mengoprasikan peralatan harus sudah
mendapatkan ijin atau ditunjuk oleh pihak perusahaan dan pernah
mendapatkan pelatihan alat tersebut.
i. Setiap karyawan tidak melaksanakan sebuah pekerjaan tanpa
sepengetahuan dan seijin petugas yang bertanggung jawab terhadap
daerah tersebut.
2. Supaya setiap orang mengetahui tentang aturan K3 perusahaan, maka
ketika pertama kali manjadi bagian dari Honda Ahmad Yani, karyawan
diberikan orientasi atau pengenalan terhadap program K3 tersebut.
3. Alat Pelindung Diri (APD) atau juga dikenal sebagai salah satu aspek
penting dalam pelaksanaan program K3 di Honda Ahmad Yani bagian
unit service yang berupa, pakaian kerja, sepatu pengaman, sarung tangan,
helm, masker, dan tali pengaman.
4. Lantai bersih, kondisi lantai juga selalu mendapatkan perhatian dari
pihak perusahaan Honda Ahmad Yani bagian unit service selalu
mengupayakan agar lantai kerja bersih, tidak licin, dan tidak ada barang-
barang yang dapat menjadikan karyawan tersandung ketika bekerja.
Pihak perusahaan telah mempunyai tenaga cleaning service yang
tugasnya membersihkan lantai dan menghindari benda-benda yang
membahayakan di lantai.
5. Lingkungan kerja, Karyawan mampu menganalisa kondisi lapangan
kerja, maka karyawan dapat memberikan antisipasi penanganan yang
tepat. Antisipasi penagananan yang tepat ini dimaksudkan untuk
menyediakan sarana keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhanya.
Hal ini hanya dapat karyawan lakukan jika benar-benar mengenali segala
aspek yang ada di lingkungan kerja.
6. Perlengkapan pemadam kebakaran merupakan salah satu alat
pengamanan perusahaan untuk mengatasi masalah ketika terjadi
kebakaran. Alat pemadam kebakaran diletakan hampir di setiap tempat di
lokasi perusahaan. Di setiap dan juga di lobi dipasang alat pemadam
kebakaran. Selain itu pihak perusahaan juga mempunyai instalasi hydrant
untuk pemadam kebakaran. Setiap orang yang mengetahui adanya
kebakaran, harus segera memberikan tanda bahaya dan memadamkan
kebakaran tersebut dengan menggunakan alat pemadam yang tersedia.
7. Layanan pertolongan pertama dan medis pihak perusahaan mempunyai
layanan pertolongan pertama yang bertugas menjaga kerahasiaan medis
penderita atau korban kecelakaan kerja, memberikan pertolongan
pertama dengan cepat dan tepat.
4.2.2 Data dari survei lapangan di Honda Ahmad Yani Bandung.
Survei penelitian untuk mendapatkan data-data secara faktual (data
primer) dilakukan dengan cara pengamatan pada beberapa pekerjaan yang
sedang berlangsung. Pengamatan langsung pelaksanaan fisik pada beberapa
kejadian yang sedang berlagsung bertujuan untuk mengetahui bahaya potensial
yang ada dalam proses pelaksanaan dan yang dianggap khas dalam kegiatan
service kendaraan. Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu
pengendalian risiko (hazard identification), penilaian risiko (risk assesment), dan
pengendalian risiko (risk control).
4.2.3 Identifikasi Bahaya di Honda Ahmad Yani Bandung.
Identifikasi Bahaya merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengetahui potensi bahaya dalam aktivitas pekerjaan. Potensi bahaya yang
dapat diidentifikasi berguna untuk meningkatkan kehati-hatian dalam melakukan
suatu pekerjaan, waspada serta melakukan langkah-langkah pengamanan agar
tidak terjadi kecelakaan. Identifikasi Bahaya adalah salah satu tahapan dari
manajemen risiko K3 yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya
yang ada pada suatu kegiatan kerja/proses kerja tertentu.
4.2.4 Penilaian Risiko di Honda Ahmad Yani Bandung.
Setelah melakukan identifikasi bahaya, maka bahaya yang di dapat akan
dinilai menurut 3 aspek yaitu paparan (E), peluang (L), dan konsekuensi (K) dari
masing-masing bahaya tersebut. Nilai dari masing-masing itu kemudian akan
menunjukan seberapa besar tingkat risikonya. Berikut ini adalah penilaian risiko
di Honda Ahmad Yani Bandung bagian unit service.
4.2.5 Pengendalian Risiko di Honda Ahmad Yani Bandung.
Pengendalian risiko (Risk Control) adalah cara untuk mengatasi potensi
bahaya yang terdapat di dalam linkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat
dikendalikan dengan menentukan suatu skala prioritas prioritas terlebih dahulu
yang kemudian dapat membantu dalam prioritas terlebih dahulu yang kemudian
Dapat membantu dalam pemilihan pengendalian resiko yang disebut hirarki
pengendalian resiko.

Tabel 4.1 Matriks Penilaian Risiko 3D


Bahaya yang Penilaian Resiko
di Identifikasi Paparan Peluang Konsekuensi Nilai Tingkatan Resiko
(E) (L) (K) Resiko
ExLxK

Kategori :
Definisi Definisi Definisi
Paparan(E) Peluang(L) Konsekuensi(K Nilai Resiko
)
Terus Menerus 1 Sangat 1 Fatal 20 E > 20
0 Sering
Berkala 6 Sering 0,6 Major 10 H > 10
Tertentu 3 Sedang 0,3 Sedang 5 M 3 – 10
Tidak Teratur 2 Jarang 0,1 Minor 2 L<3
jarang 1 Sangat 0,0 Tidak 1
Jarang 5 Signifikan

Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)


Keterangan :
1. Extreme (E) Risiko Ekstrim atau Signifikan, Nilai Risiko > 20.
2. High (H) Risiko Tinnggi, Nilai Risiko > 10.
3. Moderate (M) Risiko Sedang, Nilai Risiko 3-10.
4. Low (L) Risiko Rendah, Nilai Risiko < 3.
Tabel 4.2 Identifikasi Risiko, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko di Honda Ahmad Yani Bandung.
Penilaian Risiko

Aktivitas Potensi
No. Lokasi Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
Kecelakaan

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
1. Mengatasi Mesin saat
Overhaul
- Pekerja Unit - Material - Luka bakar. 6 0,3 10 18 - Alat pelindung diri :
membersihkan mesin Service panas - Cidera berat / safety shoes, safety helm,
yang masih panas. - Berdebu meninggalkan iritasi sarung tangan kulit.
- Udara panas. kulit, - Administrative Control :
- Gangguan Implementasi Pengawasan
pernapasan. SOP,
- Alat pelindung diri : Ear
muff, ear plug.
- Aktivitas pada bagian Unit - Bising yang - Dapat menyebabkan 6 0,3 10 18 - Administrative Control :
Service Implementasi Pengawasan
service terpapar oleh di hasilkan penurunan fungsi
SOP,
bising yang di oleh mesin pendengaran bahkan - Alat pelindung diri : Ear
hasilkan oleh mesin. melebihi nilai menyebabkan muff, ear plug.
ambang batas ketulian.
(>85dB).
Penilaian Risiko

Aktivitas Potensi
No. Lokasi Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
Kecelakaan

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
- Pemasangan kembali Unit - Tergores oleh - Luka ringan pada 6 0,6 2 7,2 - Administrative Control :
Overhaul mesin. Service Black Mesin. tangan. Instruksi kerja yang benar.
- Alat pelindung diri :
Safety Shoes, Sarung
tangan.
- Banyaknya debu Unit - Menyebabka - Kurang focus pada 10 0,3 5 15 - Administrative Control :
Service Adanya kebersihan setiap
akibat dari proses n kondisi pekerjaan,
hari.
kerja mesin. kerja buruk. - Gangguan - Alat pelindung diri :
earloop mask.
pernapasan.
2. Proses penggantian oli.
- Pembersihan Unit - Berdebu - Iritasi kulit/mata 10 0,3 2 6 - Alat pelindung diri :
Service safety shoes, safety helm,
Material di Area - Lokasi panas - Gangguan
masker, ear muff, safety
Service. - Area sempit. pernapasan. gloves.
- Tertinggalnya bahan Unit - Jatuh - Memar 6 0,1 2 1,2 - Administrative Control :
Service Adanya kebersihan setiap
kimka : oli, air - Tergelincir - Luka ringan.
hari ketika proses service
radiator dan minyak - Terpeleser.
rem.
Penilaian Risiko

Aktivitas Potensi
No. Lokasi Bahaya Risiko Pengendalian Risiko

(K)KONSEKUENSI
Kecelakaan

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
Kendaraan apabila ada oli, air
radiator atau minyak rem
yang tercecer di lantai.
3. Pengoperasian dan
perawatan alat di unit
angkat (jack stand, car
lift) atau alat service
angkut (trolly, hand
pallet manual).
- Pekerja tidak Unit - Alat angkut - Cidera luka ringan 6 0,3 10 18 - Administrative Control :
Service atau material - Iritasi kulit, membersihkan dan
menggunakan
yang di - Iritasi mata, melakukan perawatan
masker penutup angkat. - Gangguan pada alat-alat pendukung
- Berdebu. pernapasan. service kendaraan.
hidung dan mulut.
- Alat pelindung diri :
safety shoes, earloop
mask.
- Kepala terbentur Unit - Pekerja akan - Dapat menyebabkan 6 0,3 5 9 - Alat pelindung diri :
benda kerja. Service merasakan terluka dan memar safety shoes, safety helm,
pusing dan safety gloves.
Penilaian Risiko

Aktivitas Potensi
No. Lokasi Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
Kecelakaan

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
Sakit kepala - Cidera pada kepala
akibat dari akibat benturan.
benturan dengan
benda kerja.
4. Pembersihan material
ditempat kerja.
- Iklim ditempat kerja Unit -Penyakit akibat - Gangguan 6 0,6 5 18 - Alat pelindung
cenderung panas. Service kerja pernapasan, alergi, diri :Earloop mask.
-Lokasi panas gatal-gatal.
-Berdebu. - Kondisi kerja buruk
dan tidak maksimal.
Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan,
didapatlah 4 macam risiko dengan nilai yang
berbeda, di urutan pertama terdapat Risiko Ekstrim
(Extreme Risk) sebesar 0%, urutan kedua Risiko
Tinggi (High Risk) sebesar 50,00%, urutan ketiga
terdapat Risiko Sedang (Medium Risk) sebesar
38,00%, urutan keempat Risiko Rendah (Low
Risk) sebesar 12,00% adalah seperti Gambar4.3

Penilaian Risiko Unit Service

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Ekstreme High Medium Low

Gambar 4.4 Tingkatan Risiko Unit Service

4.2.5 Expected Risk Rating (Peringkat Risiko yang diharapkan) di Honda


Ahmad Yani Bandung.
Karena ini merupakan suatu rancangan maka
setelah diberikan pengendalian oleh peneliti,
Rating yang diharapkan dapat berkurang menjadi
lebih baik dari sebelumnya dan perusahaan
diharapkan dapat menjalankannya sesuai dengan
pengendalian yang telah diberikan. Seperti terlihat
pada table 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Expected Risk Rating di Honda Ahmad Yani Bandung.
Penilaian Pengendalian

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
Aktivitas Potensi Risk
No. Pengendalian Resiko
Kecelakaan Rating

1. Mengatasi Mesin saat


Overhaul
- Pekerja 18 - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP, 6 0,3 5 9
membersihkan mesin Instruksi kerja dari rambu-rambu disertai sanksi.
yang masih panas - Alat Pelindung Diri : seperti Welding googles, safety shoes, safety
helm, masker, safety gloves, apron.
- Aktivitas pada bagian 18 - Primari Control/Engineering Control : Memasang peredam suara 3 0,3 5 4,5
service terpapar oleh disekeliling peralatan yang bising.
bising yang - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP.
dihasilkan oleh - Memakai Alat Pelindung Diri : Ear Plug, Ear muff.
mesin.
- Pemasangan kembali 7,2 - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP, adanya 3 0,3 2 4,5
overhaul mesin Instruksi Kerja yang benar disertai sanksi jika melanggar.
- Alat Pelindung Diri : seperti safety shoes, safety gloves.
- Banyaknya debu 15 - Rekayasa Engineering : dibuatkan ventilasi untuk menangkap 3 0,3 2 10
akibat dari proses debu
kerja mesin - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP.
- Alat Pelidung Diri : safety shoes, earloop mask.
Penilaian Pengendalian

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
Aktivitas Potensi Risk
No. Pengendalian Resiko
Kecelakaan Rating

2. Proses ganti oli


- Pembersihan 6 - Engineering/Adanya penggunaan Safety glasses dan Respirator 6 0,3 2 3,6
Material di Area Masker.
Service - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP.
- Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, earloop mask, dan
safety gloves,
- Tertinggalnya Bahan 1,2 - Substitusi : Memasang penutup mesin. 3 0,1 2 0,6
Kimia/ oli - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP.
- Alat Pelindung Diri : Safety shoes, safety helm.
3. Pengoperasian Alat
Angkat atau Alat Angkut
- Pekerja tidak 18 - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP, 3 0,1 5 1,5
menggunakan Membersihkan atau melakukan perawatan pada alat-alat, intruksi
masker penutup kerja disertai sanksi jika melanggar.
hidung dan mulut. - Alat Pelidung Diri : Safety shoes, earloop mask, safety gloves
Penilaian Pengendalian

(K)KONSEKUENSI

E*L*K RATING
(L)PELUANG
(E)PAPARAN
Aktivitas Potensi Risk
No. Pengendalian Resiko
Kecelakaan Rating

- Kepala terbentur 9 - Rekayasa Engineering : Dibuatkan tempat penyimpanan khusus 2 0,3 2 1,2
benda kerja(part benda-benda tertentu,
kendaraan). - Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
- Alat Pelindung Diri : Safety shoes, safety helm, dan safety gloves.
4. Pembersihan material di
tempat kerja.
- Iklim di tempat kerja 18 - Primari Control/Engineering Control : Menggunakan Ventilasi 6 0,3 5 9
cenderung panas (Exhaust) secara local atau umum untuk mengurangi konsentrasi
pekerja yang berbahaya di udara, pemasangan AC/kipas angin,
- Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
Meluangkan waktu untuk keluar gedung beberapa saat pada waktu
renggang dalam bekerja,
- Alat Pelindung Diri : Earloop mask.
Berdasarkan hasil dari pengendalian risiko yang telah dilakukan dengan cara
melakukan pengendalian pencegahan, maka didapatilah 4 macam risiko dengan
nilai yang berbeda dengan hasil penilaian risiko sebelumnya, di urutan pertama
terdapat Risiko Ekstrim (Extreme Risk) sebesar 0%, urutan kedua Risiko Tinggi
(High Risk) sebesar 0%, urutan ketiga terdapat Risiko Sedang (Medium) sebesar
44,44%, urutan keempat Risiko Rendah (Low Risk) sebesar 55,56% adalah seperti
Gambar 4.4

Pengendalian Risiko

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Ekstreme High Medium Low

Gambar 4.4 Expected Risk Rating Unit Service

4.2.6 Additional Control (Pengendalian Tambahan) di Honda Ahmad Yani


Bandung.
Dengan adanya Pengendalian Tambahan terhadap risiko-risiko yang ada di
bagian Unit service diharapkan perusahaan dapat melaksanakan sesuai dengan
pengendalian yang telah direncanakan. Seperti terlihat pada table 4.4
Tabel 4.4 Additional Control di Honda Ahmad Yani Bandung.
Expected Risk Rating
No Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Paparan Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Papara Peluang Konsek Risk
n
uensi Rating Risiko uensi Rating
1. Mengatasi
mesin saat
OverHaul
Pekerja Luka Alat Pelindung Administrative
mengerjaka bakar, Diri : safety control :
n mesin iritasi shoes, safety Implementasi
yang masih kulit, helm. pengawasan SOP,
panas gangguan Instruksi kerja
pernapasa 6 0.3 10 18 rambu-rambu 6 0.3 5 9
n. disertai sanksi,
Alat Pelindung Diri :
Welding googles,
safety shoes, safety
helm, earloop mask,
apron.
Aktivitas Dapat Administrative Primari 3 0.3 5 4.5
pada bagian menyebab control : Control/Engineering
service kan Implementasi Control : Memasang
terpapar penurunan 6 0.3 10 18 pengawasan peredam suara
oleh bising fungsi SOP, disekeliling
yang pendengar Alat Pelindung peralatan yang
dihasilkan an bahkan Diri : ear plug, bising.
oleh ketulian. ear muff. Administrative
kendaraan Control :
Implementasi
pengawasan SOP.

Expected Risk Rating


No. Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Papara Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Papara Peluang Konsek Risk
n n
uensi Rating Risiko uensi Rating
Pemasangan Luka sedang Administrative Engineering : Cut
kembali pada tangan Control : resistant gloves,
mesin saat atau kaki, Instruksi Kerja Administrative
Over Haul Terjepit, yang benar Control :
tertimpa, disertai sanksi Implementasi
terbentur, 6 0.6 2 7.2 jika pengawasan SOP, 3 0.3 2 0.6
tertusuk. melanggar. adanya Instruksi
Alat Pelindung Kerja yang benar
Diri : safety disertai sanksi jika
shoes, safety melanggar.
gloves. Alat Pelindung Diri
: safety shoes,
safety gloves.
Banyaknya Kurang focus Administrative Rekayasa
debu akibat pada control : Engineering:
dari proses pekerjaan, adanya Disediakan
pembersihan gangguan kebersihan ventilasi untuk
part mesin pernafasan. setiap hari, menangkap atau
10 0.3 5 15 Alat Pelindung mengeluarkan debu 3 0.3 2 1.8
Diri : earloop dari proses
mask. pembersihan part
kendaraan,
Administrative
Control :
Implementasi
pengawasan SOP,
adanya kebersihan
setiap hari,

Expected Risk Rating


No. Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Paparan Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Papara Peluang Konsek Risk
n
uensi Rating Risiko uensi Rating
Alat Pelindunng
Diri : earloop
mask, safety shoes,
safety gloves.
2. Penggantian
Oli
Pembersihan Iritasi Alat Pelindung Engineering :
material di kulit/mata, Diri : Safety Adanya
Area Service gangguan shoes, safety penggunaan safety
pernafasan helm, earloop glasses dan
mask, safety respirator mask,
10 0.3 2 6 gloves. Administrative 6 0.3 2 3.6
Control :
Implementasi
pengawasan SOP,
Alat Pelindung Diri
: Safety shoes,
safety helm,
earloop mask,
safety gloves,
Administrative
Control :
Membersihkan dan
melakukan
perawatan pada
alat-alat,
Alat Pelindung
Diri: safety shoes,
earloop mask.
Expected Risk Rating
No. Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Papara Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Papara Peluang Konsek Risk
n n
uensi Rating Risiko uensi Rating
Tertinggalnya Memar, Administrative Substitusi :
bahan kimia luka ringan, 6 0.1 2 1.2 Control : Memasang penutup
atau Oli terpeleset, Adanya mesin,
terjatuh. kebersihan Administrative
setiap hari, Control :
Alat Pelindung Implementasi
Diri : safety pengawasan SOP,
shoes, safety adanya kebersihan
helm. setiap hari,
Alat Pelindunng
Diri : safety shoes,
safety helm.
3. Pengoperasian
dan perawatan
alat angkat dan
alat angkut
Pekerja tidak Iritasi pada Administrative Administrative
menggunakan kulit/mata, Control : Control :
masker gangguan Membersihkan Implementasi
penutup pernafasan, dan melakukan pengawasan SOP,
hidung dan terlindas, perawatan Instruksi kerja
mulut terbentur, 6 0.3 10 18 pada alat-alat, disertai sanksi bila 3 0.3 5 1.5
terjepit, Alat Pelindung melanggar,
cidera Diri : safety membersihkan atau
ringan shoes, safety melakukan
gloves, perawatan pada
earloop mask. alat-alat atau SST()
Expected Risk Rating
No. Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Papara Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Papara Peluang Konsek Risk
n n
uensi Rating Risiko uensi Rating
Alat Pelindunng
Diri : safety shoes,
safety gloves,
earloop mask.
Kepala Dapat Alat Pelindung Rekayasa
terbentur menyebabk Diri : safety Engineering:
benda kerja an terluka shoes, safety Dibuatkan tempat
dan memar, helm, safety penyimpanan
luka berat, gloves. khusus benda-
luka sedang, 6 0.3 5 9 benda tertentu, 2 0.3 2 1.2
cidera pada Administrative
kepala Control :
akibat Implementasi
benturan. pengawasan SOP,
Alat Pelindung Diri
: safety shoes,
safety gloves,
safety helm.
4. Pembersihan
material
ditempat kerja
Iklim ditempat Gangguan Alat Pelindung Primari
kerja pernafasan, Diri : earloop Control/Engineerin
cenderung alergi, mask, safety g Control :
panas gatal-gatal, 6 0.6 5 18 gloves. Menggunakan 6 0.3 5 9
iritasi kulit, Ventilasi
kondisi hisap(Exhaust)
kerja buruk secara local atau
dan tidak
Expected Risk Rating
No. Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Aktivitas Risiko Papara Papara
Peluang Konsek Risk Pengendalian Additional Control Peluang Konse Risk
n n
uensi Rating Risiko kuensi Rating
Maksimal. umum,
pemasangan
AC/kipas angin,
Administrative
Control :
Implementasi
pengawasan SOP,
Meluangkan waktu
untuk keluar
gedung beberapa
saat pada waktu
senggang dalam
bekerja,
Alat Pelindung Diri
: masker.
4.2.7 Pengukuran Usaha Keselamatan Kerja dengan Indikator Kinerja
Keselamatan Kerja

Tabel 4.5 Jumlah kecelakaan kerja / bulan


Honda Ahmad Yani Tahun 2017 – 2019
Tahun Bulan Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2017 2 2 1 2 3 1 1 2 3 2 1 3 23
2018 1 1 2 3 1 4 1 2 3 4 3 5 30
2019 3 1 1 3 4 2 1 1 2 4 5 3 30
Sumber : Data Lingkungan di Honda Ahmad Yani

Tabel 4.6 Jumlah tenaga kerja Divisi Service dan Jam kerja
Honda Ahmad Yani Tahun 2017-2019

Tahun Jumlah Tenaga Jumlah Jam


Kerja (Orang) Kerja/Orang
(Jam)
2017 31 1.974
2018 35 1.974
2019 37 1.974
Sumber : Data Divisi Service Honda Ahmad Yani

Keterangan:
a. Jumlah jam kerja dalam sehari adalah 7 jam
b. Jam kerja yang berlaku adalah 8 jam dengan waktu istirahat 1 jam.
c. Ketentuan jam kerja karyawan sudah diatur oleh Undang-Undang
Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003.
d. Perhitungan
316 Hari Kerja ( Perusahaan menerapkan 6 hari kerja )x 7 Jam –
210 jam ( Kalkulasi dari semua tanggal merah dan cuti bersama ) =
1974 jam.
Tabel 4.7 Kecelakan Kerja dan Jumlah Hari Hilang Honda Ahmad Yani Tahun
2017
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
2017 Ketika sedang
mencuci
komponen mesin
3 1
Over Haul, terjadi Mata sebelah kiri ( Hari ) ( Orang )
Januari cipratan yang iritasi berat

mengenai mata
karyawan
Tangan terkena
air panas Radiator
6 1
dikarenakan tidak
Tangan melepuh ( Hari ) ( Orang )
focus bekerja
Tangan terjepit
pada saat
Luka Robek 3 1
pemeriksaan pada jari telunjuk
Februari ( Hari ) ( Orang )
bearing roda.

Tangan terjepit Tangan kiri


sobek/terluka 6 1
Dongkrak
( Hari ) ( Orang )

Jari tangan
tergores oleh
material caliper
Jari tangan robek
Maret rem pada saat 3 1
pemasangan ( Hari ) ( Orang )

caliper rem
tersebut.

Jari tangan
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
tergores oleh
material Jari manis tangan 8 2
kanan robek ( Hari ) ( Orang )
Transmisi manual,
April pada saat proses
pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Tangan tergores
oleh material plat Jari kelingking
tangan kiri robek 3 1
bumper pada saat
( Hari ) ( Orang )
Mei bongkar pasang
head lamp
Tangan tertusuk
dan terkilir benda Jari tengah
tangan kanan 5 1
tajam pada saat
terluka dan ( Hari ) ( Orang )
bongkar pasang terkilir
karpet
Mata terkena
cipratan minyak
Mata sebelah
rem pada saat 6
kanan iritasi 1
pembersihan berat ( Hari ) ( Orang )
caliper rem depan
Mata terkena
partikel serbuk
rem tromol
Juni belakang, pada Mata sebelah kiri 5 1
saat iritasi berat ( Hari ) ( Orang )
pembongkaran
tromol
Tangan tertusuk Jari telunjuk
material kabel tangan kiri 8 1
Juli ( Hari ) ( Orang )
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
pada saat terluka dan
pembongkaran robek, otot
MICU/fuse relay punggung dan
box pinggang terkilir
Kaki salah pijakan Kaki kanan
dan jatuh pada terkilir pada saat 4 1
( Hari ) ( Orang )
saat proses turun dari lift
Agustus spooring
Jari tangan Jari telunjuk
tergores oleh tangan kanan
material terluka dan
Transmisi manual, tergores, otot
pada saat proses pinggang terkilir. 7 1
( Hari ) ( Orang )
pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Kaki salah pijakan Kaki kiri terkilir
dan jatuh pada pada saat turun
saat proses dari lift
Septembe 5 1
r pemasangan ( Hari ) ( Orang )
engine mounting
Jari tangan Jari manis tangan
tergores oleh kanan tergores
material caliper dan terkilir
6 2
rem pada saat ( Hari ) ( Orang )
pemasangan
caliper rem
tersebut.
Jari terjepit pada Jari Telunjuk
saat pemasangan tangan kanan
Oktober 4 1
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Engine mounting tergores dan ( Hari ) ( Orang )
terkilir
Kaki terjepit lift Ibu jari kaki
dan engine stand kanan terkilir
pada saat dan kuku copot
14 1
pemasangan ( Hari ) ( Orang )
transmisi otomatis
Jari terjepit pada Jari kelingking
Novembe saat penyetelan tergores,
r 7 1
pintu mobil terjepit,terkilir
( Hari ) ( Orang )
tangan kiri
Mata terkena Mata sebelah kiri
Desember partikel serbuk iritasi berat
rem tromol
belakang, pada 4 1
saat ( Hari ) ( Orang )

pembongkaran
tromol
Mata terkena Mata sebelah
cipratan minyak kanan iritasi
2 2
rem pada saat ringan
( Hari ) ( Orang )
pembersihan
caliper rem depan

109 23
TOTA
L
Tabel 4.8 Kecelakan Kerja dan Jumlah Hari Hilang Honda Ahmad Yani Tahun
2018
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
2018 Tangan terjepit
pada saat
Januari Luka Robek 3 1
pemeriksaan
pada jari telunjuk ( Hari ) ( Orang )
bearing roda.

Tangan terkena
air panas Radiator
Februari Tangan melepuh 6 1
dikarenakan tidak
( Hari ) ( Orang )
focus bekerja
Tangan tergores
oleh material plat
Luka Robek 3 1
bumper pada saat pada jari telunjuk
Maret ( Hari ) ( Orang )
bongkar pasang
head lamp
Tangan terjepit Tangan kiri
sobek/terluka 6 1
Dongkrak
( Hari ) ( Orang )

Jari tangan
tergores oleh
material caliper
Jari tangan robek
April rem pada saat 6 2
pemasangan ( Hari ) ( Orang )

caliper rem
tersebut.

Jari tangan Jari telunjuk


Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
tergores oleh tangan kanan
material terluka dan
Transmisi manual, tergores, otot
7 1
pada saat proses pinggang terkilir ( Hari ) ( Orang )
pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Mata terkena Mata sebelah
cipratan minyak kanan iritasi
rem pada saat ringan
Mei 2 1
pembersihan ( Hari ) ( Orang )
caliper rem depan

Jari terjepit pada Jari kelingking


saat penyetelan tergores,
5 1
pintu mobil terjepit,terkilir
( Hari ) ( Orang )
tangan kiri
Mata terkena Mata sebelah kiri
partikel serbuk iritasi berat
rem tromol
Juni
belakang, pada 6 2
saat ( Hari ) ( Orang )

pembongkaran
tromol
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Kaki terjepit lift Ibu jari kaki
dan engine stand kanan terkilir
pada saat
8 1
pemasangan ( Hari ) ( Orang )
transmisi otomatis

Jari terjepit pada Jari Telunjuk


Juli saat pemasangan tangan kanan
5 1
Engine mounting tergores dan
( Hari ) ( Orang )
terkilir
Jari tangan Jari telunjuk
tergores oleh tangan kanan
material terluka dan
Agustus
Transmisi manual, tergores, otot 7 2
pada saat proses pinggang terkilir. ( Hari ) ( Orang )

pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Tangan tertusuk Jari telunjuk
material kabel tangan kiri
pada saat terluka dan
6 2
Septembe pembongkaran robek, otot ( Hari ) ( Orang )
r MICU/fuse relay punggung dan
box pinggang terkilir
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Kaki salah pijakan Kaki kiri terkilir
dan jatuh pada pada saat turun
saat proses dari lift
pemasangan 9 1
engine mounting ( Hari ) ( Orang )

Mata terkena Mata iritasi


cipratan minyak ringan, tangan
power steering kanan agak
Oktober 3 1
pada saat melepuh ( Hari ) ( Orang )
pembersihan dan terkenan power
over haul steering fluid
racksteer yang masih
panas
Jari tangan terjepit Jari kelingking
komponen Shock tangan kanan
Absorber Pada luka memar dan
4 1
saat proses sobek, ( Hari ) ( Orang )
pemasangan pergelangan
tangan terkilir

Mata terkena Mata iritasi


partikel serbuk berat, sesak nafas
rem tromol ringan
4 2
belakang, pada ( Hari ) ( Orang )
saat
pembongkaran
Rem depan
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tangan melepuh Tangan kanan
terkena material melepuh berat
7 1
engine pada saat pada saat
Novembe ( Hari ) ( Orang )
r penggantian pelepasan
oksigen sensor Oksigen sensor

Kaki terjepit oleh Kaki kanan


tranmisi otomatis terkilir, ibu jari
5 1
pada saat bengkak, otot
( Hari ) ( Orang )
pemindahan punggung terkilir
komponen
tersebut

Jari tertusuk dan Jari telunjuk


melepuh pada saat tertusuk material
proses perbaikan AC, dan melepuh
kelistrikan AC pada bagian 4 1
telunjuk tangan ( Hari ) ( Orang )

kiri terkena
solder
Tangan terjepit Jari manis
Jack stand terjepit tangan 5 3
Desember ( Hari ) ( Orang )
kanan dan robek

Jari tangan terjepit Jari Telunjuk


pada saat memar tangan
14 2
pelepasan caliper kiri, luka robek
( Hari ) ( Orang )
rem depan pada bagian
kuku
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja

TOTAL 125 30

Tabel 4.9 Kecelakan Kerja dan Jumlah Hari Hilang Honda Ahmad Yani Tahun
2019
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tangan terjepit
2019 pada saat Luka Robek
Januari pada jari 14 3
pemeriksaan dan
telunjuk, otot ( Hari ) ( Orang )
penggantian pinggang terkilir,
booster rem kepala pusing
Tangan terkena
air panas Radiator
Februari Tangan melepuh 6 1
dikarenakan tidak
( Hari ) ( Orang )
focus bekerja
Tangan tergores
oleh material plat
Luka Robek 3 1
bumper pada saat pada jari telunjuk
Maret ( Hari ) ( Orang )
bongkar pasang
head lamp
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tangan terjepit Tangan kiri
sobek/terluka 6 1
Dongkrak
( Hari ) ( Orang )
April
Jari tangan
tergores oleh
material caliper
Jari tanga n
rem pada saat 6 2
robek
pemasangan ( Hari ) ( Orang )

caliper rem
tersebut.

Jari tangan Jari telunjuk


tergores oleh tangan kanan
material terluka dan
Transmisi manual, tergores, otot 7 1
Mei pada saat proses pinggang terkilir ( Hari ) ( Orang )

pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Mata terkena Mata sebelah
cipratan minyak kanan iritasi
rem pada saat ringan
2 1
pembersihan ( Hari ) ( Orang )
caliper rem depan
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tergores oleh Jari kelingking
bagian dongkrak tergores,
yang tajam pada 8 2
terjepit,terkilir
( Hari ) ( Orang )
saat proses
tangan kiri
mendongkrak

Mata terkena Mata sebelah kiri


partikel serbuk iritasi berat
rem tromol
Juni
belakang, pada 6 2
saat ( Hari ) ( Orang )

pembongkaran
tromol

Kaki terjepit lift Ibu jari kaki


dan engine stand kanan terkilir
8 1
Juli pada saat ( Orang )
( Hari )
pemasangan
transmisi otomatis

Tangan terjepit Jari manis


Agustus Jack stand terjepit tangan 7 1
( Hari ) ( Orang )
kanan dan robek
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tangan tertusuk Jari telunjuk
material kabel tangan kiri
pada saat terluka dan
Septembe 6 2
r pembongkaran robek, otot ( Hari ) ( Orang )
MICU/fuse relay punggung dan
box pinggang terkilir

Mata terkena Mata iritasi


cipratan minyak ringan, tangan
power steering kanan agak
Oktober 5 1
pada saat melepuh ( Hari ) ( Orang )
pembersihan dan terkenan power
over haul steering fluid
racksteer yang masih
panas
Jari tangan terjepit Jari kelingking
komponen Shock tangan kanan
Absorber Pada luka memar dan
saat proses sobek, 6 1
pemasangan pergelangan ( Hari ) ( Hari )

tangan terkilir

Mata terkena Mata iritasi


partikel serbuk berat, sesak nafas
rem tromol ringan
6 2
belakang, pada ( Hari ) ( Orang )
saat
pembongkaran
Rem depan
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Tertimpa mobil Luka pada
yang ada di lift bagian dada
Novembe spooring pada 15 1
kanan, Tulang
r ( Hari ) ( Orang )
bagian di depan lift
rusuk retak
bagian kanan
Jari tertusuk dan Jari telunjuk
melepuh pada saat tertusuk material
proses perbaikan AC, dan melepuh
6 2
kelistrikan AC pada bagian ( Hari ) ( Hari )
telunjuk tangan
kiri terkena
solder

Kaki terjepit oleh Kaki kanan


tranmisi otomatis terkilir, ibu jari
9 2
pada saat bengkak, otot
( Hari ) ( Orang )
pemindahan punggung terkilir
komponen
tersebut

Jari tangan Jari telunjuk


tergores oleh tangan kanan
Desember
material terluka dan
Transmisi manual, tergores, otot 7 1
pada saat proses pinggang terkilir ( Hari ) ( Orang )

pemasangan dan
pembongkaran
kopling manual
kendaraan/mobil.
Tahun Bulan Sebab Akibat Hari Ket
Kecelakaan Kerja Hilang (orang)
Kecelakaan
Kerja
Jari tangan terjepit Jari Telunjuk
pada saat memar tangan
14 2
pelepasan caliper kiri, luka robek
( Hari ) ( Orang )
rem depan pada bagian
kuku

TOTAL 147 30
Sumber : Data Lingkungan Kerja Honda Ahmad Yani Bandung
Berdasarkan data kecelakaan kerja diatas maka diperoleh jumlah jam kerja hilang
dari tahun 2017-2019 seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Rekapitulasi jumlah jam kerja hilang karyawan tahun 2017-2019
Tahun Hari hilang (hari) Jam hilang (jam)
2017 109 x 7 jam 763 jam
2018 125 x 7 jam 875 jam
2019 147 x 7 jam 1.029 jam
Sumber : Data produksi Divisi Service di Honda Ahmad Yani Bandung
Keterangan: jumlah sehari adalah 7 jam

Dalam penentuan angka pengukuran hasil usaha keselamatan kerja dan nilai T
Selamat di Honda Ahmad Yani selama kurun waktu 3 tahun periode 2017-2019
diperlukan data-data dari beberapa kejadian kecelakaan kerja, jam kerja hilang
dan hari kerja hilang karyawan produksi di Divisi Service. Data-data tersebut
digunakan untuk mengukur :
a. Tingkat frekuensi kecelakaan kerja.

b. Tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja.


c. Pengukuran Nilai T-Selamat (Nts)

1. Tingkat frekuensi / kekerapan kecelakaan kerja.


Perhitungan Tingkat Frekuensi / kekerapan kecelakaan kerja di Honda Ahmad
Yani dapar di rumuskan sebagai berikut :
F( k )
TF= FP
F ( p ) × J ( Kj)
Keterangan :
TF : Tingkat Frekuensi/Kekerapan kecelakaan kerja
F(k) : Jumlah Kecelakaan Yang terjadi
F(p) : Jumlah Pekerja
J(Kj) : Jam Kerja
FP : Faktor Pengali ( 1000.000 )

A. Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad


Yani Bandung Tahun 2017

23 Kasus kecelakaan kerja


Tingkat Frekuensi= x 1 juta
31 Orang×1974 Jam kerja Per tahun
¿ 0,0003758538 per 1.000 .000 Jam kerja

B. Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad


Yani Bandung Tahun 2018
30 Kasus kecelakaan kerja
Tingkat Frekuensi= x 1 juta
35 Orang× 1974 Jam kerja Per tahun
¿ 0,0004342162 per 1.000 .000 Jam kerja

C. Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad


Yani Bandung Tahun 2019
30 Kasus kecelakaan kerja
Tingkat Frekuensi= x 1 juta
37 Orang ×1974 Jamkerja Per tahun
¿ 0,0004107451 per 1.000 .000 Jam kerja

Dengan cara yang sama hasil pengukuran tingkat frekuensi kecelakaan kerja
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja
Tahun Jumlah Kecelakaan F
Kerja
2017 23 0,0003758538
2018 30 0,0004342162
2019 30 0,0004107451

2. Tingkat Saverity atau Keparahan Kecelakaan Kerja.


Perhitungan Tingkat Saverity/ keparahan kecelakaan kerja di Honda Ahmad
Yani dapat di rumuskan sebagai berikut :
F (hkh)
TS= FP
F ( p ) × J (Kj)
Keterangan :
TS : Tingkat Saverity/Keparahan kecelakaan kerja
F(hkh) : Jumlah Jam kerja Yang Hilang
F(p) : Jumlah Pekerja
J(Kj) : Jam Kerja
FP : Faktor Pengali ( 1000.000 )
A. Tingkat Saverity/ Keparahan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad Yani
Bandung Tahun 2017

763 jam
Tingkat Saverity = x 1 juta
31 Orang× 1974 Jam kerja Per tahun
¿ 0,0124685427 per 1.000 .000 Jam kerja

B. Tingkat Saverity/ Keparahan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad Yani


Bandung Tahun 2018
875 jam
Tingkat Frekuensi= x 1 juta
35 Orang× 1974 Jam kerja Per tahun
¿ 0,0126646403 per 1.000 .000 Jam kerja

C. Tingkat Saverity / Kekerapan Kecelakaan Kerja di Honda Ahmad Yani


Bandung Tahun 2019
1.029 jam
Tingkat Frekuensi= x 1 juta
37 Orang ×1974 Jamkerja Per tahun
¿ 0,0140885566 per 1.000 .000 Jam kerja
Dengan cara yang sama hasil pengukuran tingkat Saverity kecelakaan kerja
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Tingkat Saverity Kecelakaan Kerja


Tahun Jumlah jam hilang Jumlah jam kerja S
per Tahun per Tahun
(jam) (jam)
2017 763 1974 0,0124685427
2018 875 1974 0,0126646403
2019 1029 1974 0,0140885566

3. Nilai T Selamat
Nilai FR (n-1) diambil dari tahun sebelumnya dan nilai FR (n) adalah nilai
Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja pada tahun yang akan diukur.

Tabel 4.13 Data-data pengukuran Nilai T Selamat


Tahun Jumlah jam FR (n-1) FR (n)
kerja per Tahun
(jam)
2017 1974 - 0,0003758538
2018 1974 0,0003758538 0,0004342162
2019 1974 0,0004342162 0,0004107451

Perhitungan Savety score / Nilai Tingkat Keselamatan di Honda Ahmad Yani


dapat di rumuskan sebagai berikut :
FR ( n ) −FR (n−1)
NTs=
FR (n−1)
Keterangan :
NTs : Nilai Tingkat
FR(n) : Jumlah Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja saat ini.
FR(n-1) : Jumlah Tingkat Frekuensi Kecelakaan kerja sebelumnya
A. Perhitungan Savety score / Nilai Tingkat Keselamatan di Honda Ahmad
Yani tahun 2018.
0,0004342162−0,0003758538 0,0000583624
NTs= = = 0,1552795262
0,0003758538 0,0003758538
B. Perhitungan Savety score / Nilai Tingkat Keselamatan di Honda Ahmad
Yani tahun 2019.
0,0004107451−0,0004342162 −0,0000234711
NTs= = = -0,0540539482
0,0004342162 0,0004342162

Artinya terjadi peningkatan prestasi tingkat frekuensi kecelakaan kerja


pada masa kini jika dibandingkan terhadap masa lampau. Safe T Score adalah
angka yang tidak mempunyai dimensi. Arti Safe T Score positif (+)
menunjukkan keadaan yang memburuk sedangkan angka negative (-)
menunjukkan keadaan membaik. Untuk tahun 2017 tidak bisa diketahui Safe T
Score karena tidak diketahui nilai tingkat frekuensi sebelumnya. Dengan cara
yang sama hasil pengukuran nilai T selamat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Nilai T Selamat


Tahun Nts
2017 -
2018 0,1552795262
2019 -0,0540539482

4. Pengukuran produktivitas
Setelah didapat hasil pengukuran tingkat kecelakaan kerja, akan diketahui
jumlah total jam hilang, jumlah jam kerja, tingkat severity, kemudian didapat
produktivitasnya dengan cara :

( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )− jumlah jam hilang


Produktivitas =
( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )

A. Pengukuran Produktivitas Tahun 2017


( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )− jumlah jam hilang
Produktivitas =
( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )

( 31 x 1974 )−763
Produktivitas = = 0,987531457
( 31 x 1974 )
B. Pengukuran Produktivitas Tahun 2018
( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )− jumlah jam hilang
Produktivitas =
( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )

( 35 x 1974 ) −875
Produktivitas = = 0,98733536
(35 x 1974 )

C. Pengukuran Produktivitas Tahun 2019


( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )− jumlah jam hilang
Produktivitas =
( jumlah pekerja x jumlah jam kerja )

( 37 x 1974 ) −1029
Produktivitas = = 0,985911443
( 37 x 1974 )

Tabel 4.15 Data-data Pengukuran produktivitas


Tahu Juml Juml Jumlah FR Tingk Produktivi Pengukur
n (n) tas an
ah ah jam at
(P) Kecelaka
jam tenag kerja/ora severi
an
hilan a ng ty
g
kerja (jam) (S)
(H)
(P)
(jam)
(oran
g)
2017 763 31 1.974 0,000375 0,0124 0,9875314 Sedang
57
2018 875 35 1.974 0,000434 0,0126 0,9873353 Sedang
6
2019 1029 37 1.974 0,000410 0,0140 0,9859114 Parah
43
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Bahaya Potensial Risiko


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
didapatlah 5 sumber bahaya yang ada di bagian Unit Service yaitu lingkungan
kerja, energi, pekerjaan manual, plant dan zat kimia.
Pertama, lingkungan kerja Unit Service merupakan tempat yang dilalui
oleh banyak pekerja (supervisor, mekanik, Cleaning Service, bahkan tamu atau
customer). Semakin banyak akses ke lingkungan kerja, semakin besar pula
peluang terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini yang mejadikan lingkungan kerja
menjadi salah satu sumber bahaya potensial. Selain itu, temperature di Unit
Service cenderung panas yang disebabkan oleh mesin-mesin yang bekerja.
Setiap mesin menghasilkan panas, bunyi, getaran, debu, asap, bau dan
kelembaban udara, dimana semua faktor tersebut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan lingkungan kerja. Tingginya temperature di tempat kerja
mempengaruhi banyaknya kejadian kecelakaan kerja karena pekerja dapat
menjadi malas, tidak senang, dan acuh tak acuh terhadap pekerjaannya.
Kedua, energi merupakan salah satu sumber bahaya potensial yang dapat
berakibat fatal tentunya. Bahaya potensial energi dapat bersumber dari daya
listrik (electrical), gavitasi, energi kinetik, getaran dan kebisingan. Daya listrik
adalah sumber daya yang paling umum dan fleksibel digunakan di industri dan
perumahan. Listrik juga mungkin yang paling berbahaya karena tidak tampak,
tidak berbau dan jika dirasakan, mungkin sudah terlambat. Bentuk energi lain
yang berbahaya adalah gravitasi.
Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat gravitasi bumi adalah tertimpa
benda, terjatuh, tersandung dan tergelincir. Bahaya akibat gravitasi ini dapat
terjadi di Unit Service tetapi tidak sering terjadi dan risiko yang ditimbulkan
pun adalah risiko rendah. Lain lagi bahaya yang ditimbulkan akibat energi
kinetik antara lain apabila pekerja menabrak suatu benda atau tertabrak benda.
Bahaya oleh getaran terjadi saat mesin atau alat yang dijalankan dengan motor
sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran yang ada di Unit Service
adalah getaran yang disebabkan oleh mesin dan akibat yang dirasakan oleh
pekerja adalah gangguan kenikmatan dalam bekerja dan mempercepat
terjadinya kelelahan.
Bahaya energi terakhir adalah kebisingan. Berdasarkan hasil penelitian,
seluruh gedung yang merupakan bagian Unit Service menghasilkan Kebisingan
diatas NAB (85 dB) yaitu antara 94,3 dB - 108,5 dB, sehingga melewati syarat
NAB (KPP……). Kebisingan tertinggi pada bagian Gas Engine yaitu sebesar
108,5 dB, dan sangat perlu perhatian khusus terutama pada bagian APD para
pekerja ditempat itu. Sedangkan hasil pengukuran audiometri tahun 2008
terhadap seluruh pekerja di Unit Service ini dihasilkan 53% pekerja mengalami
gangguan pendengaran. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan
kenyamanan dan konsentrasi dalam bekerja, gangguan komunikasi,
menuruunkan daya dengar dan dapat menyebabkan ketulian.
Ketiga, penanganan manual adalah segala kegiatan mengangkut beban
dengan tangan atau kekuatan tubuh yang berupa kegiatan mengangkut,
meletakkan, mendorong, menarik, membawa, atau memindahkan. Dari korban
cedera yang berasal dari penanganan manual, sebagian berupa ketegangan otot
dan terkilir. Penanganan manual ini hampir dilakukan oleh seluruh pekerja di
Unit Service seperti mechanician, hingga Cleaning Service. Penanganan
manual oleh mechanician (mekanik) dapat dilihat pada saat overhaul (bongkar-
pasang mesin). Pekerjaan manual seperti mengangkat beban dan melakukan
pergerakan berulang ini dapat mengakibatkan tegangan tubuh dan secara
ergonomis dapat menimbulkan kelelahan.
Keempat, di bagian service peralatan mesin dan peralatan manual juga
merupakan sumber yang dapat menimbulkan bahaya potensial. Penanganan
mekanik mengacu pada setiap sarana bermesin untuk memindahkan atau
mengangkat beban.
Kelima, bahaya potensial yang terakhir adalah zat kimia industri
terutama yang digunakan di Unit Service antara lain, kontak dengan zat kimia
seperti yang berasal dari dempul dan cat bersifat toksik dan merupakan bahan
karsinogenik, pencemaran fisik seperti debu yang berasal dari proses
mengamplas menyebabkan iritasi kulit, iritasi mata, dan dalam jumlah berlebih
dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan pencemaran biologi yang
berasal dari air yang digunakan setelah proses menngamplas dimungkinkan
mengandung bakteri yang menyebabkan alergi pada kulit pekerja.
5.2 Pengendalian Risiko
Berdasarkan bahaya potensial yang teridentifikasi di Unit Service maka
diperlukan pengendalian risiko. Pengendalian risiko diutamakan pada Risiko
Ekstrim dan Risiko Tinggi yang menghasilkan dampak yang sangat besar.
Tingkatan risiko yang dihasilkan dari penilaian risiko ……………………….
Tabel 5.1 Existing Risk Rating
NO. Aktivitas Potensi kecelakaan Risk Rating Existing Control Additional Control
1. Mengatasi mesin saat Over Haul
- Pekerja membersihkan mesin yang 18 - Pekerja tidak memakai - Administrative Control :
masih panas. APD (Alat Pelindung Implementasi pengawasan SOP,
Diri). Instruksi kerja rambu-rambu di
- Kurangnya pengetahuan sertai sanksi jika melanggar.
mekanik/teknisi terhadap - Alat Pelindung diri : Welding
prosedur SOP (Standar googles, safety shoes, safety helm,
Operational Prosedur). earloop mask, safety gloves dan
apron.
- Aktivitas pada bagian service terpapar 18 - Terkadang - Primary control /Engineering
oleh bising yang dihasilkan oleh mesin mekanik/teknisi memakai Control : memasang peredam suara
kendaraan. earplug, ear muff. disekeliling peralatan yang bising.
- Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
- Alat Pelindung diri : earplug, safety
shoes, safety gloves.
- Pemasangan kembali Over Haul mesin 7.2 - Sebagian mekanik/teknisi - Engineering Control :
memakai APD tetapi tidak Disediakannya penggunaan Cut
lengkap. respirator gloves
- Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
adanya Instruksi kerja yang benar.
- Alat Pelindung diri : safety shoes,
safety gloves, safety helm, earloop
mask.
- Banyaknya debu akibat dari proses 15 - pekerja tidak - Rekayas Engineering :
kerja mesin. menggunakan APD(Alat Disediakannya ventilasi untuk
Pelindung Diri). menangkap atau menghisap debu.
- Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
adanya kebersihan setiap hari,
NO. Aktivitas Potensi kecelakaan Risk Rating Existing Control Additional Control
- Alat Pelindung diri : safety gloves,
earloop mask.
2. Penggantian oli
- Pembersihan material di Area Service 6 - Pekerja memakai safety - Engineering : adanya penggunaan
shoes, tetapi tidak safety glasses dan respirator mask.
memakai safety gloves. - Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
- Alat Pelindung diri : safety shoes,
safety helm, safety gloves.
3. Pengoperasian alat angkut dan alat angkat
- Pekerja tidak menggunakan masker 18 - Pekerta tidak memakai - Administrative Control :
penutup hidung dan mulut. masker respirator atau Implementasi pengawasan SOP,
earloop mask. Dan kurang membersihkan atau melakukan
memperhatikan instruksi perawatan pada alat-alat, instruksi
kerja. kerja di sertai sanksi jika melanggar.
- Kepala terbentur benda kerja (part 9 - Pekerja memakai safety - Rekayasa engineering : dibuatkan
mobil). shoes tapi tidak memakai penyimpanan khusus untuk benda-
safety helm. benda tertentu.
- Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
- Alat Pelindung diri : safety shoes,
safety helm, safety gloves.
4. Pembersihan material ditempat kerja
- Iklim ditempat kerja cenderung panas. 18 - Pekerta tidak memakai - Primary control /Engineering
earloop mask. Control : menggunakan ventilasi
- Kurang mematuhi tentang isap(exclusive) secara local atau
instruksi kerja. …….. mengurangi bahaya ….,
pemasangan AC/kipas angin.
NO. Aktivitas Potensi kecelakaan Risk Rating Existing Control Additional Control
- Administrative Control :
Implementasi pengawasan SOP,
meluangkan waktu untuk keluar
gedung area service beberapa saat
pada waktu sengganng ketika
bekerja.
- Alat Pelindung diri : earloop mask.
Yang termasuk risiko tinggi (Risk High) adalah Kebisingan seperti yang
telah diketahui dampaknya pada identifikasi bahaya sebelumnya harus
dikendalikan dengan cara pengendlian secara engineering control
(penyekatan, isolasi mesin, penyerapan, peredaman getaran, pembungkaman),
pengendalian secara substitusi (mengganti mesin yang bising dengan mesin
yang kurang bising, mendesain ulang dn memodifikasi peralatan, atau dengan
mengubah tata letak peralatan di area kerja) akan memakan banyak biaya dan
waktu sehingga diperlukan analisis lebih lanjut oleh perusahaan.
1. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
a. Pekerja membersihkan mesin yang masih panas.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) :0.3
3) Konsekuensi (k) : 10
4) Risk : 18
High Risk
c. Potensi Bahaya
1) Material Panas.
2) Berdebu.
3) Udara Panas.
d. Potensi Risiko
1) Luka Bakar, Meninnggal,
2) Cidera berat/ meninggal Iritasi kulit, dan gangguan pernafasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Alat Pelindung Diri : seperti safety shoes, safety helm.
1. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
a. Aktivitas pada bagian service terpapar oleh bising yang dihasilkan
oleh mesin.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.6
3) Konsekuensi (K) : 10
4) Risk : 18
High Risk
c. Potensi Bahaya
1) Menyebabkan kondisi kerja buruk.
d. Potensi Risiko
1) Kurang focus pada pekerjaan, Iritasi kulit atau Mata dan
gangguan pernapasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
2) Alat Pelindung Diri : Ear Plug.
1. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
a. Banyaknya debu akibat dari proses kerja mesin.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) : 10
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk : 15
High Risk
c. Potensi Bahaya
1) Menyebabkan kondisi kerja buruk.
d. Potensi Risiko
1) Kurang focus pada pekerjaan, Iritasi kulit atau Mata dan
gangguan pernapasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
4. Administrative Control : adanya kebersihan setiap hari.
5. Alat Pelindung Diri : masker.
2. Aktivitas : Pengoperasian alat angkat atau alat angkut.
a. Pekerja tidak menggunakan masker penutup hidung dan mulut.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) : 10
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk : 18
High Risk
c. Potensi Bahaya
1) Alat angkat atau material yang diangkat berdebu.
d. Potensi Risiko
1) Iritasi kulit/ Mata, Gangguan pernafasan.
2) Terlindas, terbentur, terjepit,
3) Cedera ringan/ berat.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Membersihkan dan melakukan
perawatan pada alat-alat.
2) Alat Pelindung Diri : seperti safety shoes, masker.
3. Aktivitas : Pembersihan material diluar gedung.
a. Iklim ditempat kerja cenderung panas.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.6
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk : 18
High Risk
c. Potensi Bahaya
1) Penyakit akibat kerja.
2) Lokasi panas.
3) Berdebu.
d. Potensi Risiko
1) Gangguan pernafasan, Alergi, gatal-gatal.
2) Dehidrasi.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Alat Pelindung Diri : Masker.
Sedangkan yang termasuk Risiko Sedang (Risk Medium) adalah :
b. Aktivitas : Pengoperasian alat angkat atau alat angkut.
a. Kepala terbentur benda kerja.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk :9
Medium Risk
c. Potensi Bahaya
1). Pekerja akan merasakan pusing akibat benturan benda kerja.
d. Potensi Risiko
1). Luka Ringan dan memar.
2). Cidera pada kepala akibat benturan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1). Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, safety gloves.
1. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
2 Pemasangan kembali overhaul mesin.
3 Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.6
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 7.2
Medium Risk
4 Potensi Bahaya
1) Terjepit Spring Valve
5 Potensi Risiko
1) Luka ringan pada tangan
6 Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Instruksi Kerja yang benar.
2) Alat Pelindung Diri : Safety shoes.
2. Aktivitas : Ganti Oli
a. Pembersihan Material area service.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) : 10
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk :6
Medium Risk
c. Potensi Bahaya
1) Berdebu.
2) Lokasi Panas.
3) Area sempit.
d. Potensi Risiko
1) Dehidrasi, Iritasi Kulit/ Mata, Gangguan pernafasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, masker, safety
gloves.
Sedangkan yang termasuk Risiko Rendah (Low Risk) adalah
1. Aktivitas : Ganti Oli
a. Tertinggalnya bahan kimia/ oli.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.1
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 1.2
Low Risk
c. Potensi Bahaya
1) Jatuh Terpelincir, Terpeleset.
d. Potensi Risiko
1) Memar dan luka ringan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : adanya kebersihan setiap hari.
2) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, masker,
safety gloves.
5.3 Analisis Pengendalian Risiko
setelah diberikan pengendalian terhadap risiko-risiko diatas maka dengan
ini berdasarkan Expected risk ruting yang telah diberikan kepada perusahaan
dapat diurutkan yang termasuk ke dalam Risiko Sedang (Risk Medium)
adalah :
1. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
a. Pekerja membersihkan mesin yang masih panas.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk :9
Medium Risk
c. Potensi Bahaya
d. Material panas.
e. Berdebu.
f. Udara Panas.
d. Potensi Risiko
B. Luka Bakar, Meninggal.
C. Cidera berat, Iritasi kulit, dan gangguan pernafasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP.
2) Alat Pelindung Diri : seperti Welding googles, safety shoes,
safety helm, masker, safety gloves, apron.
3) Dengan diberikannya pengendalian Administrative Control dan
Alat Pelindung Diri terhadap bahaya tersebut, maka dengan itu
excepted tingkat risiko untuk Konsekuensi menurun menjadi 5.
2. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
c. Aktivitas pada bagian service terpapar oleh bising yang dihasilkan
oleh mesin.
d. Risk Rating
1) Paparan (E) :3
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk : 4.5
Medium Risk
e. Potensi Bahaya
4. Menyebabkan kondisi kerja buruk.
f. Potensi Risiko
1) Kurang focus pada pekerjaan, Iritasi kulit atau Mata dan
gangguan pernapasan.
g. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Primary Control / Engineering Control : Memasang peredam
suara disekeliling peralatan yang bising.
2) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
3) Alat Pelindung Diri : Ear Plug.
4) Dengan diberikannnya Pengendalian Primary Control /
Engineering Control, Administrative Control dan Alat
Pelindung Diri maka dengan itu excepted tingkat risiko untuk
Paparan menurun menjadi 3 dan Konsekuensi menurun
menjadi 5.
3. Aktivitas : Mengatasi Mesin Overhaul
6. Banyaknya debu akibat dari proses kerja mesin.
7. Risk Rating
1) Paparan (E) :3
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 1.8
Medium Risk
8. Potensi Bahaya
1) Menyebabkan kondisi kerja buruk.
9. Potensi Risiko
1) Kurang focus pada pekerjaan, Iritasi kulit atau Mata dan
gangguan pernapasan.
10.Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
adanya kebersihan setiap hari.
2) Alat Pelindung Diri : safety shoes, masker.
3) Dengan diberikannya Pengendalian Administrative Control
dan Alat Pelindung Diri maka dengan itu excepted tingkat
risiko untuk Paparan menurun menjadi 3 dan Konsekuensi
menurun menjadi 2.
4. Aktivitas : Pembersihan material diluar gedung
a. Iklim ditempat kerja cenderung panas.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :5
4) Risk :9
Medium Risk
c. Potensi Bahaya
1) Penyakit akibat kerja.
2) Lokasi panas.
3) Berdebu.
d. Potensi Risiko
1) Gangguan pernafasan,
2) Alergi, gatal-gatal
3) Dehidrasi
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Primary Control / Engineering Control : Menggunakan
ventilasi isap (ehaust) secara local atau umum untuk
mengurangi konsentrasi pekerja yang berbahaya di udara.
2) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
meluangkan waktu untuk keluar gedung beberapaa saat pada
waktu tenggang dalam beerja.
3) Alat Pelindung Diri : masker.
4) Dengan diberikannnya Pengendalian Primary Control /
Engineering Control, Administrative Control dan Alat
Pelindung Diri maka dengan itu excepted tingkat risiko untuk
Peluang menurun menjadi 0.3.
5. Aktivitas : Pengoperasian alat angkat atau alat angkut
a. Kepala terbentur benda kerja.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :2
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 1.2
Medium Risk
c. Potensi Bahaya
5. Pekerja akan merasakan pusing akibat benturan benda kerja.
d. Potensi Risiko
1) Luka ringan dan memar.
2) Cidera pada kepala akibat benturan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Rekayasa Engineering : Dibuatkan penyimpanan khusus
untuk benda-benda tertentu.
2) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
3) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, safety gloves.
4) Dengan diberikannya Pengendalian Rekayasa Engineering,
Administrative Control, dan Alat Pelindung Diri, maka
dengan itu excepted tingkat risiko untuk Paparan menurun
menjadi 2 dan Konsekuensi menurun menjadi 2.
1. Aktivitas : Ganti Oli
a. Pembersihan Material area service.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :6
2) Peluang (L) : 0.3
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 3.6
Low Risk
c. Potensi Bahaya
1) Berdebu.
2) Lokasi panas.
3) Area sempit.
d. Potensi Risiko
1) Dehidrasi, Iritasi Kulit/ Mata, Gangguan pernafasan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
2) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm, masker,
safety gloves.
3) Dengan diberikannya Pengendalian Administrative Control
dan Alat Pelindung Diri, maka dengan itu excepted tingkat
risiko untuk Paparan menurun menjadi 6.
2. Aktivitas : Pengoperasian alat angkat atau alat angkut
n. Pekerja tidak menggunakan masker penutup hidung dan mulut.
o. Risk Rating
1) Paparan (E) :3
2) Peluang (L) : 0.1
3) Konsekuensi (K) : 5
4) Risk : 1.5
Low Risk
p. Potensi Bahaya
1) Alat angkat atau material yang diangkat berdebu.
q. Potensi Risiko
1) Iritasi kulit/ Mata, Gangguan pernafasan.
2) Terlindas.
3) Cidera ringan/ berat.
r. Manajemen Pengendalian Risiko
c. Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
Memberikan atau melakukan perawatan pada alat-alat.
d. Alat Pelindung Diri : seperti safety shoes, masker, safety
gloves.
e. Dengan diberikannya pengendalian Administrative Control dan
Alat Pelindung Diri terhadap bahaya tersebut, maka dengan itu
excepted tingkat risiko untuk Paparan menurun menjadi 3,
Peluang menurun menjadi 0.1 dan Konsekuensi menurun
menjadi 5.
3. Aktivitas : Mengatasi mesin Overhaul
a. Pemasangan kembali overhaul mesin.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :3
2) Peluang (L) : 0.1
3) Konsekuensi (K) : 2
4) Risk : 0.6
Low Risk
c. Potensi Bahaya
1) Terjepit SST.
d. Potensi Risiko
1) Luka ringan pada tangan.

e. Manajemen Pengendalian Risiko


1) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
adanya Instruksi Kerja yang benar.
2) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety gloves.
3) Dengan adanya Pengendalian Administrative Control dan
Alat Pelindung Diri maka dengan itu excepted tingkat risiko
untuk nilai Paparan menurun menjadi 3 dan Peluang menurun
menjadi 0.1.
4. Aktivitas : Ganti Oli
a. Tertinggalnya bahan kimia/ oli.
b. Risk Rating
1) Paparan (E) :3
2) Peluang (L) : 0.1
3) Konsekuensi (K) :2
4) Risk : 0.6
Low Risk
c. Potensi Bahaya
1) Jatuh Tergelincir, Terpeleset.
d. Potensi Risiko
1) Memar dan luka ringan.
e. Manajemen Pengendalian Risiko
1) Substitusi : Memasang penutup mesin.
2) Administrative Control : Implementasi pengawasan SOP,
adanya kebersihan setiap hari.
3) Alat Pelindung Diri : safety shoes, safety helm.
Dengan diberikannya Pengendalian Substitusi,
Administrative Control dan Alat Pelindung Diri maka
dengan itu excepted tingkat risiko untuk Paparan menurun
menjadi 3.
BAB VI
PENUTUP

DALAM PROSES
DAFTAR PUSTAKA

Abad, J., Mondelo, P R., Llimona, J. Towards an International Standard on


Occupational Health and Safety Management, International
Journal Of Occupational Safety And Ergonomics (Jose), Vol. 8, No.
3, 309–319, 2017

Anggoro, S, Model Pengaruh Keselamatan, Kesehatan, Lingkungan Kerja,


Dan Insentif Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja: Preliminary
Study. Prosiding Konferensi Nasional “Inovasi dalam Desain dan
Teknologi” ‐ IdeaTech 2015

Budiharjo, Vol.5 No.3 Pengaruh Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Dan


Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Air
Manado, Manado 2018

Fauzan, M, Implementasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam


Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Tridiantara
Alvindo Duri, Makasar, 2018

Fazlollahtabar, H., Niaki.. Fault Tree Analysis for Reliability Evaluation of an


Advanced Complex Manufacturing System. Journal of Advanced
Manufacturing Systems, 2017

Harini, S. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Jumlah


Penyakit Kerja Dan Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan Pada Pt.
Hanei Indonesia. Program Studi Management Fakultas
Ekonomi Universitas Djuanda, Bogor, 2017

Javadi1, S, M., Nobakht, A., Meskarbashee, A. 2011. Fault Tree Analysis


Approach in Reliability Assessment of Power System. International
Journal Of Multidisciplinary Sciences And Engineering, Vol. 2, No.
6, September 2017.

Molamohamadi, Z., Ismail, N. The Relationship between Occupational Safety,


Health, and Environment, and Sustainable Development: A Review
and Critique. International Journal of Innovation, Management
and Technology, Vol. 5, No. 3, June 2018.
Riduan, M., Ruzikna. JOM FISIP Volume 2 No. 2. Hubungan Program
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Produktivitas Kerja
Karyawan. Pekan Baru, Oktober 2016

Salami, I, RS, dkk.. Keselamatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. Gajah


Mada University Press. Bandung. 2016

Sehgal, S. Relationship between Work Enviornment And Productivity. Shruti


Sehgal / International Journal of Engineering Research and
Applications (IJERA) ISSN: 2248-9622 www.ijera.com Vol. 2, Issue4,
July-august 2016

Suliantoro, H., Backtiar, A., Sembiring, J, I. Analisis Penyebab Kecacatan


Dengan Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis
(FMEA) Dan Metode Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Alam Daya
Sakti Semarang. Program Studi Teknik Industri. Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro. Semarang. 2016.
LAMPIRAN

Wawancara 1
Identitas Pekerja :
Nama :Niko Hendriawan (Service Advisor) Umur : 25 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki Alama : Bandung
t

NO. Pertanyaan
1. Apakah Bapak mengetahui tentang apa itu K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja)?
2. Apakah Bapak sudah lama menjabat sebagai Service Advisor (SA) di bagian unit
Service ini?
3. Selama Bapak menjabat sebagai Service Advisor (SA) kegiatan atau aktivitas
apakah yang mungkinn menyebabkan terjadinya risiko kecelakaan di bagian unit
Service ini?
4. (Paparan)
Jika saya memberikan angka 10 untuk Terus menerus, 6 untuk Berkala, 3 untuk
Tertentu, 2 untuk Tidak teratur, dan 1 untuk Jarang, maka Bapak akan
memberikan nilai berapa untuk kejadian tersebut?
5. (Peluang)
Jika saya memberikan angka 1 untuk Sangat penting, 0.6 Sering, 0.3 Sedang, 0.1
Jarang dan 0.05 Sangat jarang, maka Bapak akan memberikan nilai berapa untuk
peluang terjadinya kecelakaan tersebut?
6. (Untuk kasus Pekerja membersihkan mesin yang masih panas)
Pak, bagaimana kalau setiap karyawan diberikan pengawasan atau instruksi kerja
tentang rambu-rambu disertai dengan sanksi jika melanggar?
Wawancara 2
Identitas Pekerja :
Nama : Fahmi siddiq (Kepala Mekanik) Umur : 23 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki Alama : Bandung
t

NO. Pertanyaan
1. Apakah Bapak mengetahui tentang apa itu K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)?
2. Apakah Bapak bekerja sebagai Kepala Mekanik kegiatan atau aktivitas apa saja yang
mungkin menyebabkan terjadinya risiko kecelakaan di bagia unit Service ini?
3. (Paparan)
Jika saya memberikan angka 10 untuk Terus menerus, 6 untuk Berkala, 3 untuk
Tertentu, 2 untuk Tidak teratur, dan 1 untuk Jarang, maka Bapak akan memberikan nilai
berapa untuk kejadian tersebut?
4. (Peluang)
Jika saya memberikan angka 1 untuk Sangat penting, 0.6 Sering, 0.3 Sedang, 0.1 Jarang
dan 0.05 Sangat jarang, maka Bapak akan memberikan nilai berapa untuk peluang
terjadinya kecelakaan tersebut?
5. (Untuk kasus Aktivitas pada bagian service terpapar oleh bising yang dihasilkan oleh
mesin)
Pak, Apakah mesin yang bising bisa diganti dengan mesin yang tidak terlalu bising?
Jika tidak. Apakah diperusahaan ini telah disediakan alat pelindung pendengaran jika
tidak dapat mengurangi kebisingan tersebut?
6. (Untuk kasus Pekerja tidak menggunakan masker penutup hidung dan mulut)
Jika adanya sanksi yang diberlakukan di perusahaan ketika melanggar penggunaan
Masker apakah bapak masih tetap tidak menggunakan masker?
7. (Untuk kasus tangan terjepit)
- Pak, apakah penggunaan Cut resistant gloves (sarung tangan anti gores) dapat
melindungi tangan para pekerja?
- Dengan demikian jika ada sanksi pekerja akan lebih taat pada aturan?
Wawancara 3
Identitas Pekerja :
Nama : Robi siswanto (Mekanik) Umur : 20 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki Alama : Bandung
t

NO. Pertanyaan
1. Apakah Bapak mengetahui tentang apa itu K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)?
2. Selama Bapak bekerja sebagai Mekanik kegiatan atau aktivitas apa saja yang mungkin
menyebabkan terjadinya risiko kecelakaan di bagia unit Service ini?
3. (Paparan)
Jika saya memberikan angka 10 untuk Terus menerus, 6 untuk Berkala, 3 untuk
Tertentu, 2 untuk Tidak teratur, dan 1 untuk Jarang, maka Bapak akan memberikan nilai
berapa untuk kejadian tersebut?
4. (Peluang)
Jika saya memberikan angka 1 untuk Sangat penting, 0.6 Sering, 0.3 Sedang, 0.1 Jarang
dan 0.05 Sangat jarang, maka Bapak akan memberikan nilai berapa untuk peluang
terjadinya kecelakaan tersebut?
5. (Untuk kasus Banyaknya debu akibat dari proses kerja mesin)
Pak, bagaimana jika diperusahaan ini dilakukan pengendalian atau pengontrolan
terhadap debu tersebut dengan cara menggunakan prinsip ventilasi untuk menangkap
debu dari sumbernya langsung
6. (Untuk kasus Kepala terbentur benda kerja)
Pak, bagaimana jika dibagian unit service ini dibuatkan penyimpanan khusus untuk
benda-benda tertentu temasuk untuk benda-benda yang berbahaya?
7. (Untuk kasus Tertinggalnya bahan kimia/ oli)
Pak, bagaimana jika setelah melakukan beberapa tindakan lantai segera dibersihkan atau
dirapihkan kembali untuk menghindari terjadinya resiko kecelakaan.
Wawancara 4
Identitas Pekerja :
Nama : Fatrio Fernando (Kepala Mekanik) Umur : 27 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki Alama : Bandung
t

NO. Pertanyaan
1. Apakah Bapak mengetahui tentang apa itu K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)?
2. Selama Bapak bekerja sebagai Kepala Mekanik kegiatan atau aktivitas apa saja yang
mungkin menyebabkan terjadinya risiko kecelakaan di bagia unit Service ini?
3. (Paparan)
Jika saya memberikan angka 10 untuk Terus menerus, 6 untuk Berkala, 3 untuk
Tertentu, 2 untuk Tidak teratur, dan 1 untuk Jarang, maka Bapak akan memberikan nilai
berapa untuk kejadian tersebut?
4. (Peluang)
Jika saya memberikan angka 1 untuk Sangat penting, 0.6 Sering, 0.3 Sedang, 0.1 Jarang
dan 0.05 Sangat jarang, maka Bapak akan memberikan nilai berapa untuk peluang
terjadinya kecelakaan tersebut?
5. (Untuk kasus Iklim di tempat kerja cenderung panas)
Pak, Apakah bisa jika di ruangan yang terbilang cukup panas disediakan ventilasi udara
atau disediakan pendingin ruangan seperti kipas angina atau AC?
6. (Untuk kasus Pembersihan Material di are Service)
Apakah Bapak setuju jika perusahaan mewajibkan penggunaan Safety Glasses dan
Respirator Masker?
Hasil Wawancara 1
NO. Jawaban Skala Paparan Skala Peluang Expected
Mekanik sedang Saya akan Saya akan Saya rasa
mengatasi mesin memberikan nilai 6, memberikan mungkin itu bisa
overhaul pekerja kenapa? Karena nilai 0.3 karena diterapkan yak
1. tersebut membersihkan dalam setahun peluang arena mungkin
mesin yang masih kejadian tersebut kecelakaan dengan adanya
panas sehingga pekerja sebelumnya memang tersebut dalam pengawasan
terkena percikan api sudah pernah terjadi setahun tidak seperti itu
dan terjadi cidera berulang-ulang pada menyebabkan konsekuensi
berat. waktu tertentu. luka berat. untuk
kecelakaannya
bisa menurun.
Hasil Wawancara 2
NO. Jawaban Skala Paparan Skala Peluang Expected
Dibagian service Saya akan Saya akan Oli kalau masalah
ini berisik (bising) memberikan nilai 6 memberikan mesin tentu tidak bisa
sehingga pekerja (Berkala), Karena nilai 0.3 diganti karena
1. sering mengeluh dalam setahun (Sedang) mungkin
pendengarannya kejadian tersebut membutuhkan biaya
terganggu. berulang-ulang terjadi yang tidak sedikit, tapi
pada waktu tertentu kalau untuk alat
dan beraturan. pelindung
pendengaran disini
sudah disediakan.
Terkadang pekerja Saya memberikan Kalau untuk itu Yaa dengan terpaksa
disini tidak nilai 6 (Berkala). mungkin saya masker walaupun
menggunakan akan emang lebih nyaman
2. masker ketika memberikan menggunakan masker.
sedang nilai 0.3 ya
mengoperasikan karena peluang
alat-alat. kecelakaan
tersebut
terbilang
sedang.
Hasil Wawancara 2
NO. Jawaban Skala Paparan Skala Peluang Expected
Tangan terjepit Saya akan Saya akan Dulu sudah ada tapi
ketika sedang memberikan nilai 6 memberikan melanik tidak
memasangkan (Berkala). nilai 0.6 memakainya
3. mesin. (Sering) karena dikarenaka tidak
dalam sebulan mengetahui fungsinya
kejadian ini untuk apa. Ya iyu bisa
sering terjadi. diterapkan karena
dapat melindungi
keselamatan para
pekerja.
Hasil Wawancara 3
NO. Jawaban Skala Paparan Skala Peluang Expected
Disini banyak Saya akan 0.6 (Serin) Yaa tentu bisa karena
debu jadi memberikan nilai 10 karena dalam pengendalian debu
kebanyakan (Terus menerus) untuk sebulan juga dapat
1. pekerja mengeluh yang berdebu karena perluang mengurangi kerusakan
pernafasannya setiap harinya kecelakaan mesin, perawatan dan
terganggu. kejadian tersebut terus tersebut sangat downtime,
menerus terjadi. sering terjadi. penglihatan yang
bersih, dan juga
mungkin dapat
meningkatkan
semangat para
pekerja.
Kepala pekerja Saya memberi nilai 6 0.3 (Sedang) Oli tentu bisa karena
yang terbentur (Berkala) Karena karena dalam disini memang tempat
benda kerja dalam sebulan sebulan peluang untuk menyimpan
2. kejadian tersebut kecelakaan benda-bendanya
berulang-ulang terjadi. tersebut sangat masih sangat kurang
sedang. sehingga dapat
menyebabkan resiko
kecelakaan untuk para
pekerja
Oli tumpah Saya akan memberi 0.1 (Jarang) Tentu saja itu
sehingga pekerja nilai 6 (Berkala) untuk tumpahan dilakukan setiap saat
dapat terpeleset. Karena dalam jangka oli karena dalam setelah melakukan
3. waktu sebulan sebulan kejadian aktivitas supaya tidak
kejadian tersebut tersebut jarang mengalami cedera
berulang-ulang terjadi terjadi. yang cukup parah
dalam bekerja yang
berakhir dengan
kerugian bagi
perusahaan.
Hasil Wawancara 4
NO. Jawaban Skala Paparan Skala Peluang Expected
Yang saya tahu dan Mungkin saya Saya Saya sangat
saya rasakan disini memberikan nilai 6 memberikan setuju sekali
iklimnya panas, (Berkala), Karena nilai 0.6 karena suhu panas
1. banyak debu, saya kejadian yang saya (Sering) karena itu sangat
sendiri pernah alami terjadi dalam peluang mengganggu
mengalami gatal-gatal, waktu sebulan kecelakaan aktivitas para
sakit saat bernafas, berulang-ulang pada tersebut pekerja.
sehingga dapat waktu tertentu dan terbilang sering,
menggangu sangat beraturan. saya sendiri
konsentrasi saat dalam sebulan
bekerja. hamper 6 kali
mengalaminya.
Saya juga pernah Saya memberikan 0.3 (Sedang) Sepertinya saya
mengalami ketika nilai 10 (Terus karena saya setuju, tapi
sedang memberikan menerus), karena masih bisa mungkin butuh
2. Material di are Service setiap harinya mengatasinya penyesuaian
mata saya merah kejadian tersebut sendiri. untuk terbiasa
(iritasi), gangguan terus menerus menggunakannya.
pernafasan juga terjadi.
terganggu.
Gambar Seorang karyawan tidak memakai APD ( Alat Pelindung
Diri )
Gambar .Tempat kerja Lift yang menimbulkan potensi bahaya
kecelakaan kerja
Gambar. Ruang tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan
kerja.
Gambar. Seorang karyawan tidak memakai APD
Gambar. Seorang Karyawan tidak memakai APD Helm.
Gambar. Ruang Lingkup Terjadinya potensi bahaya kecelakaan.
Gambar. Ruang Lingkup terjadinya potensi kecelakaan kerja

Anda mungkin juga menyukai