Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 5
“BIOMEKANIKA (OCRA)”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum


Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Program Strata Satu Jurusan Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Bandung

Disusun Oleh :
TI RM 19A- KELOMPOK 5
Intan Teza Hermana 19262011268
Jihan Indriyani 19262011060
Lalan Syahlan 19262011318
Zulham Syahputra Surbakti 19262012006

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, atas
selesainya penyusunan Panduan Penulisan Skripsi.
Panduan Penulisan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
(PSK&E) ini merupakan revisi ketiga terhadap Panduan Penulisan Laporan
Praktikum PSK&E tahun sebelumnya, yang disusun dengan maksud agar
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dapat memperdalam soft skill dan hard skill khususnya dalam mata kuliah Analisis
Perancangan Kerja (APK). Disamping itu, pembaca lainnya pun dapat
mempersiapkan bekal untuk menghadapi penyusunan Laporan Kerja Praktek dan
Tugas Akhir di semester akhir nanti.
Dengan harapan, implementasi kegiatan akademik seperti Laporan Praktikum
PSK&E di Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung ini
akan menghasilkan lulusan yang kompeten serta bersaing di dunia kerja dengan
memiliki bekal soft skill dan hard skill yang diperoleh selama kuliah di Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung.
Semoga Panduan ini bermanfaat dan dapat menunjang keberhasilan studi
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dalam mengasah kemampuan baik soft skill maupun hard skill. Kepada Tim
Penyusun Panduan Penulisan Laporan Praktikum PSK&E dan kepada semua pihak
yang langsung atau tidak langsung telah memberi kontribusi atas selesainya
panduan ini, patut disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya.

Bandung, 13 April 2021


Kelompok 5 Praktikum PSK&E

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-4
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. I-4
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... I-2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... I-2
1.4 Tujuan Praktikum ........................................................................................ I-2
1.5 Manfaat praktikum ...................................................................................... I-3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................... I-3
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................II-1
2.1 Biomekanika ..............................................................................................II-1
2.2 Postur Kerja ...............................................................................................II-3
2.3 Occupational Repetitive Action (OCRA) ..................................................II-4
BAB III ALUR PRAKTIKUMIII ..................................................................... III-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................. IV-1
4.1 Pengumpulan data .................................................................................... IV-1
4.2 Pengolahan Data ...................................................................................... IV-3
4.2 Analisis .................................................................................................. IV-12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. V-1
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... V-1
5.2 Saran ......................................................................................................... V-2
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam melakukan pekerjaan fisik yang berat, pekerja harus
memperhatikan posisi kerja nya. Postur kerja yang salah dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Apalagi dengan posisi kerja yang salah dan dilakukan secara
berulang, hal tersebut dapat menyebabkan kecacatan pada fisik pekerja, salah
satu nya adalah MSD atau Musculos Skeletal Disorder. Pada kegiatan fisik,
postur kerja harus diperhatikan. Postur kerja yang baik pada saat mengerjakan
pekerjaan fisik harus dengan posisi yang baik dan benar. Dalam hal ini
penggunaan metode Occupational Repetitive Action (OCRA) akan sangat
membantu para operator pada saat bekerja.
Pengembangan OCRA dilakukan melalui evaluasi mengenai postur
tubuh manusia yang di adopsi pekerja, tenaga yang dibutuhkan serta gerakan
otot baik oleh operator display maupun operator yang bekerja dalam berbagai
tugas manufaktur dimana resiko yang terkain dengan kelainan otot rangka pada
tubuh bagian atas yang mungkin ada. Metode ini menggunakan diagram-
diagram dari postur tubuh dan table-tabel penilaian untuk menyediakan evaluasi
paparan faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang dijelaskan merupakan
factor beban eksternal yaitu:
a. Jumlah gerakan.
b. Pekerja dengan otot statis.
c. Tenaga.
d. Kerja yang ditentukan oleh perlengkapan.
e. Waktu kerja tanpa istirahat.

Biomekanika yang di gunakan adalah biomekanika terapan yang mempelajari


interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan. PT. WIJAYA
KARYA, Proyek Kereta Cepat Jakrta Bandung akan melakukan penelitian
mengenai manual material handling yang nantinya akan berguna untuk
meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat

4
I-2

meningkat. Penelitian dilakukan dengan cara pengangkatan beban yang dilakukan


operator, kemudian operator mengisi kuisioner Nordic Body Map untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami keluhan setelah melakukan
pengangkatan beban.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Mengidentifikasi posisi tubuh pada saat mengerjakan pekerjaan fisik yang
berat
2. Meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja
3. Mengembangakan metode OCRA pada postur tubuh saat bekerja

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasi Postur Kerja yang Diukur
Sebuah pengukuran OCRA merepresentasikan satu momen dalam siklus
kerja dan penting untuk mengobservasi postur yang di adopsi sambil
menjalankan studi pendahuluan untuk memilih postur yang akan diukur.
Tergantung pada jenis studi, pemilihan mungkin akan jatuh pada postur
yang tertahan dalam jangka waktu yang lama atau postur paling buruk yang
teradopsi.
2. Sistem Pemberian Sekor dan Perekaman Postur Kerja
Putuskan apakah sisi kiri, kanan atau kedua lengan yang akan diukur. Nilai
postur masing – masing bagian badan menggunakan panduan. Periksa
kembali penilaian dan lakukan penyesuaian jika dibutuhkan.
3. Skala Level
Skala Level yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko yang
ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan
dengan analisis yang didapat.

1.4 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui faktor-faktor resiko kerja dari pekerja.
2. Mengetahui penyakit otot rangka dari pekerja.
I-3

1.5 Manfaat praktikum


1. Hasil analisis dapat digunakan oleh pihak WIKA sebagai bahan
pertimbangan dalam mengidentifikasi suatu proses yang rentan akan
terjadinya kecelakaan kerja dan berakibat cidera
2. Bisa mengetahui bagaimana cara menghitung OCRA dengan benar
3. Memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis, pembaca, dan
khalayak umum

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Untuk menyusun laporan ini secara sistematis, maka penulis menyusun sistematika
laporan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
biomekanika dan postur kerja.
BAB III ALUR PRAKTIKUM
Pada bab ini menjelaskan mengenai urutan langkah-langkah dan deskripsi
pemecahan masalah dari pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan.
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini menjelaskan mengenai pengumpulan data postur kerja.
Pengolahannya menghasilkan nilai postur kerja dengan metode OCRA.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil dar pengolahan data
penelitian dan juga saran untuk menunjang mutu dan kualitas praktikum dimasa
yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Biomekanika

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi


hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara
kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia
ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin
ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan
biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang
ditangani oleh biomekanik ini. Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam (uniform).
b. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja
dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi
fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat
meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat
kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk lebih
Jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar

I-1
II-2

perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Biomekanika dapat diterapkan pada


perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan,
penanganan material secara manual pembebanan statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban :
a. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
b. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang
berat.
c. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya
d. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
e. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
f. Kurangi frekuensi pemindahan.
g. Erikan waktu istirahat.
h. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
i. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang
dekat dengan tubuh
j. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan
tidak menimbulkan cidera punggung.

Faktor dalam Biomekanika


Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2004) Menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
Dapat menyebabkan keluhan otot rangka (Tarwaka et al, 2004), antara lain :
1. Peregangan otot berlebihan. Peregangan Yang berlebihan (over exertion)
biasa dialami Oleh pekerja yang melakukan aktifitas kerja yang menuntut
kekuatan fisik yang besar. Apabila pekerjaan tersebut sering dilakukan, maka
resiko terjadinya keluhan otot akan semakin tinggi, hal yang lebih buruk
adalah terjadinya cidera otot skeletal.
II-3

2. Aktifitas berulang. Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan terus


menerus. Efek yang ditimbulkan dari aktifitas berulang adalah kelelahan otot
karena otot bekerja tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi-posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alaminya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi, maka resiko
keluhan otot skeletal juga semakin tinggi

2.2 Postur Kerja

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion, extension,
abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan
dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan
merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the
median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the
median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki
depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota
tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota
tubuh.

Pengaruh Postur Kerja terhadap Musculoskeletal


Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan oleh
kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan
musculoskeletal adalah Keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam Waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada system muskuloskeletal. Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010) :
II-4

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun Pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Postur Kerja


Postur adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja yang ditentukan
Oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements serta ukuran
peralatan/benda lainnya yang digunakan saat bekerja. Postur dan pergerakan
memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah satu penyebab utama gangguan
otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).

Risiko Postur Tubuh Yang Salah


Postur janggal dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan ketidaknyamanan.
Dilakukannya postur janggal pada jangka waktu panjang dapat menyebabkan cidera
dan keluhan Pada jaringan otot rangka maupun saraf tepi.

2.3 Occupational Repetitive Action (OCRA)

Metode occupational repetitive action (OCRA) metode kuantitatif yang digunakan


Untuk mengidentifikasi cara kerja pada pekerjaan Berulang yang terutama
menimbulkan risiko pada Alat gerak tubuh bagian atas. Metode ini telah Digunakan
sebagai alat analisis aktivitas berulang Pada suatu bagian produksi. Penerapan
metode OCRA index dapat mengurangi risiko masalah Ergonomi dan gangguan
musculoskeletal pada Operator yang mengalami beberapa keluhan kerja (Roossary
& Muslim, 2007). Metode OCRA Index dapat membantu menganalisis postur dan
Gerakan kerja pada operator (Prasetyo, 2010). Beberapa penelitian lainnya, seperti
yang Dilakukan oleh Marian, dkk. (2006), Choi (2009), Xu, dkk. (2011), Otto dan
Scholl (2011), serta Boenzi, dkk. (2013), telah mengembangkan Berbagai model
integer linear programming Untuk melakukan penjadwalan terhadap waktu istirahat
II-5

pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mengurangi adanya
RSI. Seringkali dalam penelitian terdahulu, kegiatan evaluasi ergonomi dan
penjadwalan pekerjaan dianalisis secara terpisah.

Occupational Repetitive Action (OCRA) Index Menurut ISO 11228-3 (2007:15),


OCRA index Adalah perbandingan rasio antara actual technical Action (ATA) atau
tindakan teknis aktual dengan Reference technical action (RTA) atau tindakan
Teknis yang direkomendasikan. Prosedur Penilaian risiko OCRA terdiri dari tiga
langkah Dasar, yaitu:

1. menghitung frekuensi teknis Tindakan per menit dan jumlah


keseluruhan ATA Dilakukan dalam shift, menghitung jumlah
Keseluruhan RTA dalam shift.
2. menghitung OCRA index.
3. melakukan evaluasi risiko. Metode ini mengevalusi empat risiko
Kolektif utama berdasarkan durasi dari masing-Masing faktor
tersebut, yaitu: repetitiveness(repetisi), force (gaya), awkward
posture and Movements (postur dan gerakan yang janggal), Dan
lack of recovery periods (kurangnya periode Istirahat).

Aspek Umum OCRA

Menurut Neville Stanton (2005) Kedua metode penilaian mengevaluasi

empat faktor risiko utama, yaitu :

1) Pengulangan (repetitiveness)
2) Kekuatan (force)
3) Sikap dan pergerakan tubuh yang janggal (Awkward posture and
movements)
4) Kekurangan waktu pemulihan (Lack of proper recovery periods)

Kelebihan dan Kelemahan OCRA Index

Menurut Neville Stanton (2005) Kelebihan OCRA Index antara lain adalah :

I. Dapat membuat analisis penyebab gangguan Repetitive Strain Injury


secara mendetail.
II-6

II. Dapat dikoneksikan dengan analisis Motion Time Measurement.


III. Memprediksikan efeknya terhadap kesehatan.
IV. Dapat digunakan untuk mencari solusi dalam merancang ulang
tempat kerja.
V. Mempertimbangkan rangkaian pekerjaan berulang yang kompleks
dan menghitung tingkat risikonya terhadap pekerja.

Kelemahan OCRA Index antara lain adalah:

A. Menggunakan waktu yang lama, terutama untuk pekerjaan yang kompleks.


B. Sulit dalam menetapkan “tindakan teknis”.
C. Membutuhkan video camera dalam pengumpulan data untuk melakukan
analisis dalam gerakan lambat (slow motion).
D. Tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial

Prosedur Yang disarankan untuk menilai risiko harus :

a. Menunjukkan dengan tepat pekerjaan repetitif dalam siklus dengan


durasi Tertentu.
b. Menemukan urutan dari tindakan teknis dalam siklus dari setiap
pekerjaan.
c. Menjelaskan dan menggolongkan faktor risiko dalam setiap siklus.
d. Menggabungkan data yang mengenai siklus di setiap pekerjaan
dalam Keseluruhan shift kerja, menghitung durasi dan urutan dari
setiap pekerjaan Dan perode pemulihan.
e. Penilaian singkat dan terstruktur dari faktor risiko dari keseluruhan
pekerjaan.

OCRA Risk Index


II-7

Menurut Neville Stanton (2005) OCRA Index merupakan hasil dari Perbandingan
antara jumlah tindakan teknis aktual selama shift kerja, dan jumlah Tindakan teknis
yang direkomendasikan. OCRA didefinisikan sebagai :

Tindakan teknis tidak boleh diidentifikasikan sebagai gerakan gabungan. Untuk


membuat analisis frekuensi tindakan, digunakan satuan pengukuran Konvensional
“tindakan teknis” dari anggota tubuh bagian atas. Definisi ini sangat Mirip dengan
elemen metode pengukuran waktu (Method Time Measurement/MTM). Jumlah
keseluruhan tindakan teknis aktual (Actual Technical Actions/ATA), dalam sebuah
shift dapat dihitung dengan analisis organisasi (jumlah tindakan per siklus dan
jumlah tindakan per menit, dikalikan dengan Durasi pekerjaan berulang untuk
mendapatkan ATA) Jumlah tindakan teknis aktual dapat dihitung sebagai berikut :

ATA = Frekuensi x Total waktu pekerjaan repetitif

Rumus berikut ini menghitung jumlah keseluruhan dari tindakan teknis yang
Direkomendasikan (Recommended Technical Actions/RTA) dalam sebuah shift :

Keterangan:

1,n = Tugas yang menampilkan gerakan berulang pada tungkai atas yang Dilakukan
Selama pergeseran/pergantian.

CF = Frekuensi konstan = 30 tindakan/menit

Ff = Faktor kekuatan

Fp = Faktor postur

Fc = Faktor tambahan

D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang memiliki gerakan repetitif

Fr = Faktor kekurangan waktu pemulihan

Fd = Faktor durasi
II-8

Faktor Frekuensi dan Identifikasi Tindakan Teknis (Technical Action)

Untuk mempelajari dan meneliti gerakan berulang, mengidentifikasi dan


menghitung tindakan teknis, maka disarankan untuk melakukan tahapan berikut ini:

1. Merekam kegiatan operator

Pekerjaan operator yang direkam cukup beberapa siklus saja (tiga atau empat). Jika
siklus tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda, maka mungkin saja
berguna untuk merekam 2 atau 3 operator yang bekerja dengan cara yang sama.
Jika ada hambatan teknis saat merekam operator, disarankan untuk merekam tangan
kanan dahulu, dan kemudian yang kiri. Area pandangan yang direkam harus
meliputi semua area dari bahu sampai ujung tangan.

2. Mendeteksi setiap tindakan teknis

Tujuan dari tahapan ini adalah menunjukkan dengan tepat gerakan dasar yang
diperlukan untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi
tertentu. Semakin ganjil (tidak layak) gerakan yang dilakukan, semakin panjang
waktu yang diperlukan (misalnya karena jarak, dan lain – lain) atau semakin besar
kekuatan yang diperlukan, semakin panjang waktu yang diperlukan (berat objek,
presisi yang diperlukan, kesulitan dalam penanganan, dan lain – lain). Oleh karena
itu, faktor risiko yang berlebihan pada tubuh bagian atas dapat memperpanjang
waktu pelaksanaan pekerjaan. Analisis OCRA dimulai dengan meneliti setiap
faktor risiko satu demi satu, dan kemudian digabungkan dengan menggunakan
rumus tunggal yang memungkinkan untuk mendapatkan hasil dari semua
kombinasi faktor risiko yang berbeda.

Menurut Sritomo (2003) Berikut ini merupakan kriteria untuk mendefinisikan dan
menghitung tindakan teknis menurut gerakan-gerakan Therblig:

a. Mencari (Search)

Mencari adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu objek.
Gerakan kerja dalam hal ini dilakukan oleh mata.
II-9

b. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur, tangan dan
mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini.

c. Memegang (Grasp)

Memegang merupakan gerakan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan


obyek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja.

d. Menjangkau (Reach)

Menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban,
baik gerakan mendekati maupun menjauhi obyek.

e. Membawa (Move)

Membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini
tangan dalam keadaan dibebani.

f. Memegang untuk memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa


menggerakkan obyek yang dipegang tersebut.

g. Melepas (Release)

Melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan obyek yang dipegangnya. Gerakan
ini biasanya didahului oleh gerakan mengangkut atau dapat pula gerakan
mengarahkan dan biasanya diikuti oleh gerakan menjangkau.

h. Mengarahkan (Position)

Gerakan Therblig yang merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu
lokasi tertentu.

i. Mengarahkan sementara (Pre-position)


II-10

Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan pada suatu tempat


sementara. Tujuan dari penempatan sementara ini adalah untuk memudahkan
pemegangan apabila obyek tersebut akan dipakai kembali.

j. Memeriksa (Inspection)

Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa pemeriksaan kualitas
seperti baik atau buruknya obyek yang ditentukan oleh warnanya atau ditentukan
oleh jumlah cacatnya.

k. Merakit (Assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang
lain sehingga menjadi satu kesatuan.

l. Mengurai rakit (Disassembly)

Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig melepas, di sini dua bagian obyek
dipisahkan dari satu kesatuan.

m. Memakai (Use)

Memakai adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan
alat.

n. Keterlambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay)

Kelambatan yang dimaksudkan di sini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh


hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendali pekerja. Hal ini timbul karena
ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan
tangan yang lainnya bekerja.

o. Keterlambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh
pekerjanya baik disengaja atau tidak disengaja. Misalnya pekerja menderita sakit
batuk-batuk atau pekerja yang merokok ketika bekerja.

p. Merencana (Plan)
II-11

Merencanakan merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk


menentukan tindakan yang diambil selanjutnya.

q. Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest To Overcome Fatigue)

Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik.

Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatique atau lelah.

Elemen gerakan ini terdiri dari 17 elemen gerakan yang dapat dikelompokkan
menjadi :

a. Kelompok gerakan utama

Elemen-elemen gerakan yang bersifat memberi nilai tambah termasuk di dalamnya,


yaitu assemble, disassemble dan use

b. Kelompok gerakan penunjang

Merupakan elemen-elemen gerakan yang kurang memberikan nilai tambah, namun


diperlukan. Terdiri dari elemen gerakan reach, grasp, move dan released load.

c. Kelompok gerakan pembantu

Merupakan elemen gerakan yang tidak memberikan nilai tambah dan


memungkinkan untuk dihilangkan. Elemen-elemen gerakan yang termasuk di
dalamnya, yaitu search, select, position, hold, inspection dan pre-position.

d. Kelompok gerakan luar

Merupakan elemen gerakan yang sama sekali tidak memberikan nilai tambah,
sehingga sedapat mungkin dihilangkan. Terdiri dari elemen gerakan rest to
overcome fatique, plan, unavoidable delay dan avoidable delay.

Faktor Kekuatan (Force)

Kekuatan adalah gambaran langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


tindakan teknis dalam rangkaian kegiatan. Penggunaan kekuatan secara berulang
II-12

digolongkan sebagai faktor risiko untuk gangguan muskuloskeletal. Sangat sulit


untuk menghitung kekuatan dalam situasi kerja aktual. Beberapa penulis
menggunakan penilaian semi kuantitatif dari gaya eksternal (berat objek). Yang
lain, mengusulkan untuk menggunakan dinamometer. Teknik surface
electromyography dapat digunakan untuk mengukur gaya internal yang digunakan
oleh otot.

Semua metode ini memiliki berbagai kesulitan implementasi (hambatan) masing-


masing. Cara lain untuk menilai penggunaan kekuatan adalah pendekatan
psikofisikal dengan menggunakan skala CR-10 Borg. Kekuatan yang dikeluarkan
dapat diperkirakan dengan skala yang diusulkan oleh Borg (skala CR-10 Borg).
Skala ini dapat mendeskripsikan mengenai beban otot yang dirasakan.

Tabel 2.3 Tabel 1Skala CR-10 Borg

Perceived
Scale Scale Rating Note
Exertion

Subjects don’t feel any exertion whatsoever,e.g.


no muscle fatigue, no breathlessness or
0 Nothing At All difficulties breathing

0,3

Extremely Just
0,5
Weak Noticeable

0,7

Very light. As taking a short walk at your own


1 Very Weak
pace

1,5

2 Weak Light

2,5

Is somewhat but not especially hard. It feels


3 Moderat
good and not difficult to go on.

4
II-13

The work is hard and tiring, but continuing not


terribly difficult. The effort and axertion is
5 Strong Heavy about half as intense as “Maximal”

Is quite strenuous. Subject can go on, but really


7 Very Strong
have to push himself/herself and are very tired

An extremely strenuous level. For most subjects


Extreme Strong this is the most strenuous exertion they have
10 Maximal aver experienced

Tindakan yang memerlukan kekuatan otot paling kecil, diberikan nilai 0,5 pada
skala Borg. Kemudian nilai ini dijadikan sebagai acuan untuk menilai tindakan-
tindakan lainnya. Setelah prosedur ini telah dilaksanakan, hitunglah rata- rata skor
untuk keseluruhan siklus. Contoh perhitungan skala CR-10 Borg dapat dilihat
pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Skala CR-10 Borg

Tindakan Skor Skala Usaha yang


Waktu (detik) % Waktu
teknis ke- Borg Dirasakan
1 20 57 % 0,5 0,285
2 8 23 % 2 0,460
3 7 20% 4 0,800
Total 35 Skor Akhir 1,545

Penentuan kekuatan dapat dihitung setelah penentuan frekuensi tindakan teknis.


Untuk melakukan pengukuran kekuatan, peneliti haruslah telah mengetahui
bagaimana siklus kerja, terutama urutan dan intensitas kekuatan yang diperlukan di
dalam suatu siklus. Untuk mengubah skor skala Borg menjadi faktor kekuatan (Ff),
dapat dilihat pada Tabel 2.4
II-14

Tabel 2.4 Skala Borg dan Faktor Kekuatan (Ff)

Skala
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
Borg
Ff 1 0,85 0,75 0,65 0,55 0,45 0,35 0,20 0,10 0,01

Penilaian postur dan gerakan harus dilakukan pada empat


segmen utama tangan kanan dan kiri :
a. Postur dan gerakan bahu (flexion, extension, abduction).
Dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Posisi dan Gerakan Bahu

b. Gerakan siku (flexions-extensions, prono-supinations of


the forearm). Dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Gerakan Siku

c. Postur dan gerakan pergelangan tangan (flexions-


extensions, radio-ulnar deviations). Dapat dilihat pada
Gambar 2.4
II-15

Gambar 2.4 Posisi dan Gerakan Pergelangan


Tangan

d. Gengaman tangan. Dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Tipe Genggaman Tangan

Berikut ini adalah tabel untuk menentukan skor faktor postur


dan gerakan, dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Skor Postur

Proporsi Waktu Siklus


Segmen Gerakan 1/10 1/3 2/3
3/3 (
Tangan ( 1% - ( 25% - ( 51% -
>80% )
24% ) 50% ) 80% )
Abduction (45°-
80°) atau
Bahu
extension (>20°)
Siku supination (≥60°)
1 0,7 0,6 0,5
Pergelangan extension (≥45°)
tangan atau flexion
(≥45°)
II-16

hook grip atau


Genggaman
palmar grip
pronation
(≥60°) atau
Siku
flexion-
extension
(≥60°) 1 1 0,7 0,6
radial deviation
Pergelangan
(≥15°) atau ulnar
tangan
deviation (≥20°)
Genggaman Pinch grip

Bahu flexion atau abduction > 80°

% waktu 10 20 30 40 ≥50
Skor 0,7 0,6 0,5 0,33 0,07

Setelah melakukan penilaian terhadap masing-masing segmen, skor postur yang


terpilih menjadi faktor postur (Fp) adalah skor yang paling kecil, yaitu skor yang
paling berbahaya.

Penentuan nilai faktor risiko dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Contoh Penentuan Nilai Risiko Kekurangan Waktu Pemulihan

Jam Ke- Keterangan Nilai Risiko


I 60 menit kerja 1
II 60 menit kerja 1
III 50 menit kerja, 10 menit 0
istirahat
IV 60 menit kerja 0
V 60 menit istirahat 0
VI 60 menit kerja 1
VII 60 menit kerja 1
II-17

VIII 50 menit kerja, 10 menit 0


istirahat
IX 60 menit kerja 0

Nilai risiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 4. Nilai ini
menyatakan berapa banyak jam pemulihan yang kurang sepanjang shift. Jam
sebelum makan siang dan akhir shift, dianggap sebagai jam tanpa-risiko, sebab
diikuti oleh periode pemulihan yang cukup. Waktu istirahat pada jam ke III dan
VIII disebut sebagai istirahat makro (macro pause).

Untuk mengubah nilai risiko kekurangan periode pemulihan menjadi faktor periode
pemulihan (Fr), dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7 Nilai Risiko Kekurangan Periode Pemulihan dan Faktor Periode
Pemulihan (Fr)

Nilai Risiko
Kekurangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Periode Pemulihan
Fr 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,45 0,25 0,1 0

Faktor Risiko Tambahan (Additional Risk Factors)

Terpisah dari faktor risiko utama (pengulangan, kekuatan, postur dan gerakan yang
janggal, kekurangan waktu pemulihan) ada faktor lain yang harus dipertimbangkan.
Faktor ini digambarkan sebagai tambahan. Faktor tambahan bukanlah berarti
kurang penting, tetapi karena faktor ini tidak selalu ada.

Adapun faktor tambahan fisik-mekanik yang meliputi:

1. Penggunaan alat yang bergetar.


II-18

2. Perlunya tingkat ketelitian yang tinggi (batas toleransi 1–2 mm dalam


memposisikan suatu potongan objek).

3. Tekanan yang terjadi pada bagian tangan selain telapak tangan oleh
perkakas, objek, atau daerah kerja.

4. Pemaparan dingin.

5. Penggunaan sarung tangan yang menghambat kemampuan penanganan


dalam pekerjaan.

6. Objek memiliki permukaan yang licin.

7. Diperlukan gerakan mendadak, menyobek, atau gerakan yang cepat.

8. Tindakan teknis yang diperlukan menyebabkan goncangan (seperti memalu,


memukul pada permukaan keras, dan lain - lain).

Untuk setiap faktor fisik-mekanik, perlu diketahui berapa banyak waktu (proporsi
dari waktu siklus seperti 1/3, 2/3, 3/3) faktor tersebut ada, atau menguraikan
frekuensi kejadian tindakan tersebut ada (terutama untuk gerakan mendadak dan
gerakan dengan goncangan).

Jika faktor tambahan ini tidak ada, maka penilaian skor tambahan adalah sama
dengan 1. Adapun skor tambahan, dapat dilihat pada Tabel 2.8

Tabel 2.8 Skor Tambahan

Faktor Pengali Tambahan Keterangan

jika satu atau lebih faktor tambahan ada


0,95
selama 1/3 (25%-50%) dari waktu siklus

jika satu atau lebih faktor tambahan ada


0,90
selama 2/3 (51%-80%) dari waktu siklus

jika satu atau lebih faktor tambahan ada


0,80
selama 3/3 (>80%) dari waktu siklus

(Sumber: http://www.epmresearch.org/)
II-19

Faktor Durasi (Duration Factor)

Menurut Neville Stanton (2005) Faktor durasi didasarkan pada durasi atau lamanya
pekerja melakukan gerakan repetitif dalam 1 shift kerja. Untuk mengubah durasi
pekerjaan berulang menjadi faktor durasi (Fd), dapat dilihat pada Tabel 2.9

Tabel 2.9 Durasi Pekerjaan Repetitif dan Faktor Durasi (Fd)

Durasi
121- 181- 241- 301- 361- 421-
Pekerjaan <121 >480
180 240 300 360 420 480
Repetitif (menit)
Fd 2,0 1,7 1,5 1,3 1,2 1,1 1,0 0,5

Perhitungan OCRA Index

Setelah semua skor faktor telah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung OCRA Index. Menurut Neville Stanton (2005) OCRA Index
merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah tindakan teknis aktual selama
shift kerja, dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan. Rumus OCRA
Index:

Klasifikasi Hasil OCRA Index

Setelah dilakukan perhitungan OCRA Index, Menurut Neville Stanton (2005) maka
arti dari hasil perhitungan OCRA Index, dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel
2.10
II-20

OCRA Index Area Keterangan


≤ 1,5 Green Optimal
1,6 – 2,2 Green Keadaan dapat diterima
Keadaan perlu diperiksa
2,3 – 3,5 Yellow
atau ditingkatkan
Keadaan yang berisiko
3,6 – 4,5 Red-Low
rendah
Keadaan yang berisiko
4,6 – 9,0 Red-Medium
menengah
Keadaan yang berisiko
>9 Red-High
tinggi
BAB III
ALUR PRAKTIKUM

MULAI

Penentuan jumlah tindakan teknis Penentuan faktir kekuatan (Ff)


dalam
Satu siklus

Penentuan frekuensi per menit Penentuan faktor postur (Fp)

Penentuan faktor resiko tambahan


Penentuan durasi kerja (Fc)

Penentuan faktor periode pemulihan


(Fr)
Penentuan jumlah tindakan teknis
aktual
(ATA) Penentuan faktor DURASI
(Fd)

Penentuan jumlah tindakan teknis


yang
Direkomendasikan (RTA)

Penentuan OCRA Index

Klasidikasi hasil OCRA Index

Gambar 3.1 Alur Praktikum

III-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kamera handphone dengan
merekam pada saat pekerja melakukan pengepresak manual. selama satu siklus
dimana satu siklus dibatasi dengan 11 kali pukulan palu. Lalu hasil rekaman
tersebut di capture menggunakan software AVS Video untuk mendapatkan
gerakan yang ditentukan. Kemudian melakukan wawancara kepada operator
untuk mendapatkan nilai dari skala borg yang akan digunakan untuk mencari
faktor pengali kekuatan, serta melakukan pengamatan terhadap lingkungan
kerja terkait faktor-faktor lain yang mampu mempengaruhi kondisi pekerja
seperti pencahayaan, kelembaban, kebisingan dan temperatur menggunakan
alat Humidity Meter. Data yang diambil yaitu posisi tubuh yang terjadi saat
melakukan pekerjaan manual material handling dan data antropometri untuk
rancangan alat bantu pemindahan Besi Ulir. Adapun kondisi bahan baku pada
Workshop sebelum diolah menjadi rangkaian pembesian, dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kondisi Bahan Baku

IV-1
IV-2

Dalam proses perangkaian besi di Workshop, Proyek Kereta Cepat dapat


dibagi menjadi beberapa tahap.

PENGANGKATAN PEMOTONGAN PERANGKAIAN PENGELASAN

Gambar 4.2 Tahapan Perangkaian Besi Workshop


Untuk sampling data analisa OCRA diambil dari stasiun kerja yakni perangkaian
besi.

Gambar tersebut menunjukan postur operator saat bekerja, dimana postur tersebut
akan dinilai untuk dijadikan salah satu faktor penilaian dalam OCRA Index.
IV-3

4.2 Pengolahan Data


Setelah mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, dimana
langkah pertamanya adalah menghitung nilai Actual Technical Action dari operator
saat mereka bekerja.

480

15
30
30

120
110
115

6
IV-4

4 3

16 0

2 2
IV-5

24 24

2 2

4 4

8 2

1,5 1,5

61,5 38,5

61,5 38,5
IV-6

Tabel 1 Perhitungan Frekuensi Tindakan


Agus Mario
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jenis Tindakan Jenis Tindakan Jenis Tindakan Jenis Tindakan
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan

Memukul besi 33 Memukul besi 0 Menarik besi 28 Menarik besi 28

Mengguling"kan Mengguling"kan Memasukkan besi 30 Memasukkan 31


23 25
besi besi besi

Mengarahkan Mengarahkan
besi pada 17 besi pada 14
tempatnya tempatnya

Mengayunkan Mengayunkan
34 0
palu palu

Mengambil
20 Memukul besi 21
sebatang besi

Jumlah 127 60 58 59

Fkanan = NTC x 60/TC

Agus = 127x 60/70,31 = 108 tindakan /menit

Mario = 58 x 60/70,31 = 49 tindakan /menit

Fkiri = NTC x 60/TC

Agus = 60 x 60/70,31 = 51 tindakan /menit

Mario = 59 x 60/70,31 = 50 tindakan /menit

Jadi, frekuensi tindakan pada tangan kanan adalah 108 dan 49 tindakan/menit dan
frekuensi tindakan pada tangan kanan adalah 51 dan 50 tindakan/menit.

Durasi pekerjaan repetitive dalam satu shift adalah 540 menit dengan waktu total
630 menit dimana 90 menit adalah waktu istirahat.
IV-7

a. Perhitungan ATA

ATAkanan = F x D

Agus = 127 x 540 = 68580 tindakan/ mnt

Mario = 58 x 540 = 31320 tindakan/ mnt

ATAkiri = F x D

Agus = 60 x 540 = 32400 tindakan/ mnt

Mario = 59 x 540 = 31860 tindakan/ mnt

Jadi jumlah tindakan teknis selama pekerjaan repetitif yang dilakukan adalah 68580
Tindakan/mnt untuk tangan kanan dan 32400 tindakan/ mnt untuk tangan kiri dalam
satu shift. Jumlah Tindakan Teknis Referensi / Referance Technical Action (RTA),
Perhitungan faktor Pengali Kekuatan/Force factor multiplier (Fom)

Tabel 2 Data Faktor Kekuatan Aktivitas Berulang

Agus Mario

Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai

(Kanan) Borg (Kiri) Borg (Kanan) Borg (Kiri) Borg

Memukul besi 5 Memukul besi 0 Menarik besi 4 Menarik besi 0

Mengguling”kan besi 3 Mengguling”kan besi 3 Memasukkan 3 Memasukkan 3


besi besi

Mengarahkan besi 3 Mengarahkan besi 3


pada tempatnya pada tempatnya

Mengayunkan palu 2 Mengayunkan palu 0

Mengambil sebatang 3 Mengambil sebatang 3


besi besi

Jumlah 16 9 7 3
IV-8

Tabel 3 Perhitungan Faktor Pengali Kekuatan

AGUS
Tangan Kanan Tangan Kiri

A/CT A/CT
Jenis Jumlah Detik x Borg Jenis Jumlah Detik x Borg
BxC BxC
Tindakan Tindakan (A) 100% (C) Tindakan Tindakan (A) 100% (C)
(B) (B)

33 16,50 23, 5 1,17 0 0 0 0 0


Memukul besi Memukul besi
46%

Mengguling"kan 23 30,16 42,89% 3 2,14 Mengguling"kan 25 32,00 44,88% 3 1,34


besi besi

Mengarahkan 17 23, 32,96% 3 0,98 Mengarahkan 14 21,65 30,79% 3 0,92


besi pada 18 besi pada
tempatnya tempatnya

Mengayunkan 34 15,23 21,66% 2 0,43 Mengayunkan 0 0 0 0 0


palu palu

Mengambil 20 10,88 15,47% 3 0,46 Mengambil 21 11,10 15,78% 3 0,47


sebatang besi sebatang besi

Jumlah 127 95,95 Skala Borg 5,18 Jumlah 60 64,75 Skala Borg 2,73

Faktor Kekuatan (Ff) 0,01 Faktor Kekuatan (Ff) 0,5

MARIO
Tangan Kanan Tangan Kiri

A/CT A/CT
Jenis Jumlah Detik x Borg Jenis Jumlah Detik x Borg
BxC BxC
Tindakan Tindakan (A) 100% (C) Tindakan Tindakan (A) 100% (C)
(B) (B)

Menarik besi 28 17,00 39,82% 4 1,59 Menarik besi 28 17,00 39,82% 4 1,59

Memasukkan 30 23,15 42,66 3 1,27 Memasukkan 31 23,15 42,66 3 1,27


besi % besi %

Jumlah 58 40,15 Skala Borg 2,86 Jumlah 59 40,15 Skala Borg 2,86

Faktor Kekuatan (Ff) 5,72 Faktor Kekuatan (Ff) 5,72


IV-9

Tabel 4 Penentuan Faktor Pengali Postur

Agus Mario

Aktivitas Berulang Pengecapan Aktivitas Pengecapan


Berulang

Segmen Tubuh Skor Faktor Jenis Segmen Skor Faktor Jenis


Pengali Pengali
Tubuh

Bahu 24 1 Flextions Bahu 12 1 Flextions

Siku 2 1 Flextions Siku 2 1 Flextions


and and
extension extension
Tangan
Kanan
Pergelangan 4 0,5 Extension Pergelangan 4 0,5 Extension
Tangan Tangan

Tipe 8 0,01 Power Tipe 8 0,01 Power


Genggaman grip Genggaman grip

Bahu 24 1 Flextions Bahu 22 1 Flextions

Siku 2 1 Flextions Siku 2 1 Flextions


and and

Tangan extension extension

Kiri Pergelangan 4 0,5 Extension Pergelangan 4 0,5 Extension


Tangan Tangan

Tipe 2 1 Palmar Tipe 2 1 Palmar


Genggaman grip Genggaman grip

Jika pekerjaan yang dikerjakan melakukan tindakan teknis sama dilakukan secara
berulang hampir seluruh siklus (Lebih dari 80%) maka nilai Fp= 0,7, apabila
Dilakukan 50% dari waktu siklus maka nilai Fp= 0,85, lebih dari itu maka Fp= 1.
Dari hasil pengamatan terjadi kurang dari 8 detik sehingga nilai Fp=0,7. Dari hasil
pengamatan dalam satu siklus, terdapat beberapa faktor tambahan yang Dapat
IV-10

mempengaruhi kinerja dari operator dengan skor masing- masing 4 yakni


Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 5 Faktor Tambahan

Faktor Tambahan Data Data Faktor Tambahan Data

Suhu 26°C 18-28 °C

Kelembaban 55Rh 40-60%Rh

Cahaya 250 lux Min 300 lux

Kebisingan 45 Db Max 85 Db

Tekanan Anatomi Normal

Jadi nilai faktor pengali adalah 0.8. Dimana hanya kebisingan saja yang sudah
memenuhi kriteria berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2016. Didapatkan waktu pemulihan sebesar 9 jam tanpa
pemulihan. dimana terdapat Waktu satu jam setengah untuk waktu istirahat makan
siang, dengan setengah jam tanpa Pemulihan dan pada akhir shift dianggap sebagai
waktu pemulihan yang memadai. Sehingga memiliki nilai faktor pengali sebesar 0,
8. Penentuan nilai faktor pengali durasi ditentukan oleh lamanya waktu bekerja
yang Kemudian di jadikan dalam bentuk skor. Pada proses perangkaian besi
memiliki durasi Waktu bekerja sebesar 540 menit sehingga memiliki nilai faktor
pengali 8.1. Perhitungan RTA dapat dilakukan dengan rumus sebagaimana dibawah
ini:

RTA = [CF (tndkn/mnt)x(Ffi x Fpi x Fci) x Di] x Fr x Fd

RTAkanan Agus = [30 x (0,1 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 5878,65 tindakan

RTAkanan Mario = [30 x (5,72 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 51891,84 tindakan
IV-11

RTAkiri Agus = [30 x (0,5 x 0,7 x 0,8)x 540] x (0,8 x 8.1) =29393,28 tindakan

RTAkiri Mario = [30 x (5,72 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 51891,84 tindakan

Berikut merupakan persamaan rumus dalam menghitung nilai indeks OCRA:

OCRA Index = ATA / RTA

OCRA Indexkanan Agus = 68580 /5878,65 = 11,66 ( Tinggi)

OCRA Indexkanan Mario = 31320 / 51891,84 = 0,60 ( optimal)

OCRA Indexkiri Agus = 32400/ 29393,28 = 1,10 ( optimal)

OCRA Indexkiri Mario = 31860 / 51891,84 = 0,61( optimal)

Tabel 6 Klasifikasi Hasil Indeks OCRA Tangan Kiri

Indikator Warna Nilai Indeks OCRA Keterangan

Hijau <= 1.5 Optimal

Hijau 1,6 - 2,2 Dapat diterima

Kuning 2,3 - 3,5 Perbatasan

Merah-Rendah 3,6 - 4,5 Ringan

Merah- Sedang 4,6 - 9,0 Sedang

Merah Tinggi >9,0 Tinggi


IV-12

Tabel 7 Rekapan Hasil Indeks OCRA

Komponen OCRA Agus Mario

ATA Kanan (Tindakan) 6580 31320

32400 31860
ATA Kiri (Tindakan)
RTA Kanan (Tindakan) 5878,65 51891,84

RTA Kiri (Tindakan) 29393, 28 51891,84

Indeks OCRA Kanan 11,66 0,60

Indeks OCRA Kiri 1,10 0,60

4.2 Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perhitungan ocra indeks di dapatkan
bahwa kedua responden memiliki nila ocra indeks yang tinggi pada bagian
kanan, artinya beban pada tangan kanan jauh lebih besar di bandingkan dengan
beban dari tangan kiri. Beberapa operator kerja di PT. WIJAYA KARYA
memiliki nilai ocra indeks >9. Oleh karena itu perlu dilakukannya tindakan
sesegera mungkin terhadap postur kerja dari responden tersebut. Karena hal
tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada musculoskeletal lebih cepat.
Sehingga usulan perbaikan perlu dilakukan terhadap postur kerja dari proses
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Wijaya karya merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang konstruksi yang mana tahapan pekerjaannya tidak terlepas dari tulangan
pembesian untuk memperkuat pembangunan. Dalam proses pengerjaan nya
banyak sekali yang dilakukan secara manual mulai dari pengangkatan besi
spiral, pemotongan besi, perangkaian besi spiral hingga pengelasan.
2. Quick Exposure Check(QEC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk Mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka
(musculoskeletal disorder) yang menitik Beratkan pada tubuh bagian atas yaitu
punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan Tangan.
3. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion,
extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination.

V-1
V-2

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka dapat dilakukan tindakan yang perlu
dilakukan, yaitu :

1. Penelitian mengenai postur kerja dengan metode QEC ini sebaiknya lebih
memerhatikan banyak data dan sampel pekerja agar lebih akurat dalam
penelitian nya serta di bantu dengan metode-metode lain.
2. Berikan tempat yang ergonomis agar pekerja lebih nyaman saat
melaksanakan pekerjaan apalagi saat proses pengelasan lebih baik
menggunakan tempat duduk agar otot2 pekerja tetap lemas.
3. Sebaiknya para pegawai melakukan pemanasan atau pelemasana otot serta
mengutamakan kesehatan tubuh sebelum melakukan pekerjaan baik pada
saat memulai pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.

L-2
LAMPIRAN

L-1
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M. 2017. Jurnal Identifikasi Postur Kerja Secara Ergonomi Untuk


Menghindari Musculoskeletal Disorders.

Grandjean, (2000). E. Fitting the Task to The man. A Textbook of Occupational


Ergonomics. London: Taylor & Francis Ltd.

Sativa Oriza.2021.Kereta Cepat Pertama Di Tanah Pasundan.Bandung.Tim Proyek


Kereta Cepat Bandung – Jakarta

Setyaningrum,R.2006"Perbandingan metode-metode Biomekanika untuk menganalisa


postur pada aktivitas Manual Handling(Mmh)"

Brown R. And Li G. 2003. The Development of Action Level For The “Quick
Exposure

Checklist” (QEC) System, In Contemporary Ergonomics. London. Iftikar,


Sutalaksana. 1995. Pengukuran Kerja TI ITB Bandung.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I. Surabaya
: Guna Widya.

Li, G. dan Buckle, P. (1998). A Practical Method For The Assesment Of Work-
Related

Musculoskeletal Risks – Quick Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The


Human Factors and Ergonomics Society 42nd Annual Meeting, October 5-9.
Chicago.

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Institut Teknologi


Sepuluh November. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai