Disusun Oleh :
TI RM 19A- KELOMPOK 5
Intan Teza Hermana 19262011268
Jihan Indriyani 19262011060
Lalan Syahlan 19262011318
Zulham Syahputra Surbakti 19262012006
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, atas
selesainya penyusunan Panduan Penulisan Skripsi.
Panduan Penulisan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
(PSK&E) ini merupakan revisi ketiga terhadap Panduan Penulisan Laporan
Praktikum PSK&E tahun sebelumnya, yang disusun dengan maksud agar
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dapat memperdalam soft skill dan hard skill khususnya dalam mata kuliah Analisis
Perancangan Kerja (APK). Disamping itu, pembaca lainnya pun dapat
mempersiapkan bekal untuk menghadapi penyusunan Laporan Kerja Praktek dan
Tugas Akhir di semester akhir nanti.
Dengan harapan, implementasi kegiatan akademik seperti Laporan Praktikum
PSK&E di Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung ini
akan menghasilkan lulusan yang kompeten serta bersaing di dunia kerja dengan
memiliki bekal soft skill dan hard skill yang diperoleh selama kuliah di Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung.
Semoga Panduan ini bermanfaat dan dapat menunjang keberhasilan studi
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dalam mengasah kemampuan baik soft skill maupun hard skill. Kepada Tim
Penyusun Panduan Penulisan Laporan Praktikum PSK&E dan kepada semua pihak
yang langsung atau tidak langsung telah memberi kontribusi atas selesainya
panduan ini, patut disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
I-2
Untuk menyusun laporan ini secara sistematis, maka penulis menyusun sistematika
laporan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
biomekanika dan postur kerja.
BAB III ALUR PRAKTIKUM
Pada bab ini menjelaskan mengenai urutan langkah-langkah dan deskripsi
pemecahan masalah dari pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan.
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini menjelaskan mengenai pengumpulan data postur kerja.
Pengolahannya menghasilkan nilai postur kerja dengan metode OCRA.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil dar pengolahan data
penelitian dan juga saran untuk menunjang mutu dan kualitas praktikum dimasa
yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Biomekanika
2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi
fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat
meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat
kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk lebih
Jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar
I-1
II-2
Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion, extension,
abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan
dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan
merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the
median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the
median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki
depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota
tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota
tubuh.
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun Pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mengurangi adanya
RSI. Seringkali dalam penelitian terdahulu, kegiatan evaluasi ergonomi dan
penjadwalan pekerjaan dianalisis secara terpisah.
1) Pengulangan (repetitiveness)
2) Kekuatan (force)
3) Sikap dan pergerakan tubuh yang janggal (Awkward posture and
movements)
4) Kekurangan waktu pemulihan (Lack of proper recovery periods)
Menurut Neville Stanton (2005) Kelebihan OCRA Index antara lain adalah :
Menurut Neville Stanton (2005) OCRA Index merupakan hasil dari Perbandingan
antara jumlah tindakan teknis aktual selama shift kerja, dan jumlah Tindakan teknis
yang direkomendasikan. OCRA didefinisikan sebagai :
Rumus berikut ini menghitung jumlah keseluruhan dari tindakan teknis yang
Direkomendasikan (Recommended Technical Actions/RTA) dalam sebuah shift :
Keterangan:
1,n = Tugas yang menampilkan gerakan berulang pada tungkai atas yang Dilakukan
Selama pergeseran/pergantian.
Ff = Faktor kekuatan
Fp = Faktor postur
Fc = Faktor tambahan
Fd = Faktor durasi
II-8
Pekerjaan operator yang direkam cukup beberapa siklus saja (tiga atau empat). Jika
siklus tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda, maka mungkin saja
berguna untuk merekam 2 atau 3 operator yang bekerja dengan cara yang sama.
Jika ada hambatan teknis saat merekam operator, disarankan untuk merekam tangan
kanan dahulu, dan kemudian yang kiri. Area pandangan yang direkam harus
meliputi semua area dari bahu sampai ujung tangan.
Tujuan dari tahapan ini adalah menunjukkan dengan tepat gerakan dasar yang
diperlukan untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi
tertentu. Semakin ganjil (tidak layak) gerakan yang dilakukan, semakin panjang
waktu yang diperlukan (misalnya karena jarak, dan lain – lain) atau semakin besar
kekuatan yang diperlukan, semakin panjang waktu yang diperlukan (berat objek,
presisi yang diperlukan, kesulitan dalam penanganan, dan lain – lain). Oleh karena
itu, faktor risiko yang berlebihan pada tubuh bagian atas dapat memperpanjang
waktu pelaksanaan pekerjaan. Analisis OCRA dimulai dengan meneliti setiap
faktor risiko satu demi satu, dan kemudian digabungkan dengan menggunakan
rumus tunggal yang memungkinkan untuk mendapatkan hasil dari semua
kombinasi faktor risiko yang berbeda.
Menurut Sritomo (2003) Berikut ini merupakan kriteria untuk mendefinisikan dan
menghitung tindakan teknis menurut gerakan-gerakan Therblig:
a. Mencari (Search)
Mencari adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu objek.
Gerakan kerja dalam hal ini dilakukan oleh mata.
II-9
b. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur, tangan dan
mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini.
c. Memegang (Grasp)
d. Menjangkau (Reach)
Menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban,
baik gerakan mendekati maupun menjauhi obyek.
e. Membawa (Move)
Membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini
tangan dalam keadaan dibebani.
g. Melepas (Release)
Melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan obyek yang dipegangnya. Gerakan
ini biasanya didahului oleh gerakan mengangkut atau dapat pula gerakan
mengarahkan dan biasanya diikuti oleh gerakan menjangkau.
h. Mengarahkan (Position)
Gerakan Therblig yang merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu
lokasi tertentu.
j. Memeriksa (Inspection)
Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa pemeriksaan kualitas
seperti baik atau buruknya obyek yang ditentukan oleh warnanya atau ditentukan
oleh jumlah cacatnya.
k. Merakit (Assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang
lain sehingga menjadi satu kesatuan.
Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig melepas, di sini dua bagian obyek
dipisahkan dari satu kesatuan.
m. Memakai (Use)
Memakai adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan
alat.
Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh
pekerjanya baik disengaja atau tidak disengaja. Misalnya pekerja menderita sakit
batuk-batuk atau pekerja yang merokok ketika bekerja.
p. Merencana (Plan)
II-11
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik.
Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatique atau lelah.
Elemen gerakan ini terdiri dari 17 elemen gerakan yang dapat dikelompokkan
menjadi :
Merupakan elemen gerakan yang sama sekali tidak memberikan nilai tambah,
sehingga sedapat mungkin dihilangkan. Terdiri dari elemen gerakan rest to
overcome fatique, plan, unavoidable delay dan avoidable delay.
Perceived
Scale Scale Rating Note
Exertion
0,3
Extremely Just
0,5
Weak Noticeable
0,7
1,5
2 Weak Light
2,5
4
II-13
Tindakan yang memerlukan kekuatan otot paling kecil, diberikan nilai 0,5 pada
skala Borg. Kemudian nilai ini dijadikan sebagai acuan untuk menilai tindakan-
tindakan lainnya. Setelah prosedur ini telah dilaksanakan, hitunglah rata- rata skor
untuk keseluruhan siklus. Contoh perhitungan skala CR-10 Borg dapat dilihat
pada Tabel 2.3
Skala
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
Borg
Ff 1 0,85 0,75 0,65 0,55 0,45 0,35 0,20 0,10 0,01
% waktu 10 20 30 40 ≥50
Skor 0,7 0,6 0,5 0,33 0,07
Nilai risiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 4. Nilai ini
menyatakan berapa banyak jam pemulihan yang kurang sepanjang shift. Jam
sebelum makan siang dan akhir shift, dianggap sebagai jam tanpa-risiko, sebab
diikuti oleh periode pemulihan yang cukup. Waktu istirahat pada jam ke III dan
VIII disebut sebagai istirahat makro (macro pause).
Untuk mengubah nilai risiko kekurangan periode pemulihan menjadi faktor periode
pemulihan (Fr), dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Nilai Risiko Kekurangan Periode Pemulihan dan Faktor Periode
Pemulihan (Fr)
Nilai Risiko
Kekurangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Periode Pemulihan
Fr 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,45 0,25 0,1 0
Terpisah dari faktor risiko utama (pengulangan, kekuatan, postur dan gerakan yang
janggal, kekurangan waktu pemulihan) ada faktor lain yang harus dipertimbangkan.
Faktor ini digambarkan sebagai tambahan. Faktor tambahan bukanlah berarti
kurang penting, tetapi karena faktor ini tidak selalu ada.
3. Tekanan yang terjadi pada bagian tangan selain telapak tangan oleh
perkakas, objek, atau daerah kerja.
4. Pemaparan dingin.
Untuk setiap faktor fisik-mekanik, perlu diketahui berapa banyak waktu (proporsi
dari waktu siklus seperti 1/3, 2/3, 3/3) faktor tersebut ada, atau menguraikan
frekuensi kejadian tindakan tersebut ada (terutama untuk gerakan mendadak dan
gerakan dengan goncangan).
Jika faktor tambahan ini tidak ada, maka penilaian skor tambahan adalah sama
dengan 1. Adapun skor tambahan, dapat dilihat pada Tabel 2.8
(Sumber: http://www.epmresearch.org/)
II-19
Menurut Neville Stanton (2005) Faktor durasi didasarkan pada durasi atau lamanya
pekerja melakukan gerakan repetitif dalam 1 shift kerja. Untuk mengubah durasi
pekerjaan berulang menjadi faktor durasi (Fd), dapat dilihat pada Tabel 2.9
Durasi
121- 181- 241- 301- 361- 421-
Pekerjaan <121 >480
180 240 300 360 420 480
Repetitif (menit)
Fd 2,0 1,7 1,5 1,3 1,2 1,1 1,0 0,5
Setelah semua skor faktor telah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung OCRA Index. Menurut Neville Stanton (2005) OCRA Index
merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah tindakan teknis aktual selama
shift kerja, dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan. Rumus OCRA
Index:
Setelah dilakukan perhitungan OCRA Index, Menurut Neville Stanton (2005) maka
arti dari hasil perhitungan OCRA Index, dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel
2.10
II-20
MULAI
III-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
IV-1
IV-2
Gambar tersebut menunjukan postur operator saat bekerja, dimana postur tersebut
akan dinilai untuk dijadikan salah satu faktor penilaian dalam OCRA Index.
IV-3
480
15
30
30
120
110
115
6
IV-4
4 3
16 0
2 2
IV-5
24 24
2 2
4 4
8 2
1,5 1,5
61,5 38,5
61,5 38,5
IV-6
Mengarahkan Mengarahkan
besi pada 17 besi pada 14
tempatnya tempatnya
Mengayunkan Mengayunkan
34 0
palu palu
Mengambil
20 Memukul besi 21
sebatang besi
Jumlah 127 60 58 59
Jadi, frekuensi tindakan pada tangan kanan adalah 108 dan 49 tindakan/menit dan
frekuensi tindakan pada tangan kanan adalah 51 dan 50 tindakan/menit.
Durasi pekerjaan repetitive dalam satu shift adalah 540 menit dengan waktu total
630 menit dimana 90 menit adalah waktu istirahat.
IV-7
a. Perhitungan ATA
ATAkanan = F x D
ATAkiri = F x D
Jadi jumlah tindakan teknis selama pekerjaan repetitif yang dilakukan adalah 68580
Tindakan/mnt untuk tangan kanan dan 32400 tindakan/ mnt untuk tangan kiri dalam
satu shift. Jumlah Tindakan Teknis Referensi / Referance Technical Action (RTA),
Perhitungan faktor Pengali Kekuatan/Force factor multiplier (Fom)
Agus Mario
Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai Jenis Tindakan Nilai
Jumlah 16 9 7 3
IV-8
AGUS
Tangan Kanan Tangan Kiri
A/CT A/CT
Jenis Jumlah Detik x Borg Jenis Jumlah Detik x Borg
BxC BxC
Tindakan Tindakan (A) 100% (C) Tindakan Tindakan (A) 100% (C)
(B) (B)
Jumlah 127 95,95 Skala Borg 5,18 Jumlah 60 64,75 Skala Borg 2,73
MARIO
Tangan Kanan Tangan Kiri
A/CT A/CT
Jenis Jumlah Detik x Borg Jenis Jumlah Detik x Borg
BxC BxC
Tindakan Tindakan (A) 100% (C) Tindakan Tindakan (A) 100% (C)
(B) (B)
Menarik besi 28 17,00 39,82% 4 1,59 Menarik besi 28 17,00 39,82% 4 1,59
Jumlah 58 40,15 Skala Borg 2,86 Jumlah 59 40,15 Skala Borg 2,86
Agus Mario
Jika pekerjaan yang dikerjakan melakukan tindakan teknis sama dilakukan secara
berulang hampir seluruh siklus (Lebih dari 80%) maka nilai Fp= 0,7, apabila
Dilakukan 50% dari waktu siklus maka nilai Fp= 0,85, lebih dari itu maka Fp= 1.
Dari hasil pengamatan terjadi kurang dari 8 detik sehingga nilai Fp=0,7. Dari hasil
pengamatan dalam satu siklus, terdapat beberapa faktor tambahan yang Dapat
IV-10
Kebisingan 45 Db Max 85 Db
Jadi nilai faktor pengali adalah 0.8. Dimana hanya kebisingan saja yang sudah
memenuhi kriteria berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2016. Didapatkan waktu pemulihan sebesar 9 jam tanpa
pemulihan. dimana terdapat Waktu satu jam setengah untuk waktu istirahat makan
siang, dengan setengah jam tanpa Pemulihan dan pada akhir shift dianggap sebagai
waktu pemulihan yang memadai. Sehingga memiliki nilai faktor pengali sebesar 0,
8. Penentuan nilai faktor pengali durasi ditentukan oleh lamanya waktu bekerja
yang Kemudian di jadikan dalam bentuk skor. Pada proses perangkaian besi
memiliki durasi Waktu bekerja sebesar 540 menit sehingga memiliki nilai faktor
pengali 8.1. Perhitungan RTA dapat dilakukan dengan rumus sebagaimana dibawah
ini:
RTAkanan Agus = [30 x (0,1 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 5878,65 tindakan
RTAkanan Mario = [30 x (5,72 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 51891,84 tindakan
IV-11
RTAkiri Agus = [30 x (0,5 x 0,7 x 0,8)x 540] x (0,8 x 8.1) =29393,28 tindakan
RTAkiri Mario = [30 x (5,72 x 0 7 x 0,8) x 540]x (0,8 x 8.1) = 51891,84 tindakan
32400 31860
ATA Kiri (Tindakan)
RTA Kanan (Tindakan) 5878,65 51891,84
4.2 Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perhitungan ocra indeks di dapatkan
bahwa kedua responden memiliki nila ocra indeks yang tinggi pada bagian
kanan, artinya beban pada tangan kanan jauh lebih besar di bandingkan dengan
beban dari tangan kiri. Beberapa operator kerja di PT. WIJAYA KARYA
memiliki nilai ocra indeks >9. Oleh karena itu perlu dilakukannya tindakan
sesegera mungkin terhadap postur kerja dari responden tersebut. Karena hal
tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada musculoskeletal lebih cepat.
Sehingga usulan perbaikan perlu dilakukan terhadap postur kerja dari proses
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Wijaya karya merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang konstruksi yang mana tahapan pekerjaannya tidak terlepas dari tulangan
pembesian untuk memperkuat pembangunan. Dalam proses pengerjaan nya
banyak sekali yang dilakukan secara manual mulai dari pengangkatan besi
spiral, pemotongan besi, perangkaian besi spiral hingga pengelasan.
2. Quick Exposure Check(QEC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk Mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka
(musculoskeletal disorder) yang menitik Beratkan pada tubuh bagian atas yaitu
punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan Tangan.
3. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion,
extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination.
V-1
V-2
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka dapat dilakukan tindakan yang perlu
dilakukan, yaitu :
1. Penelitian mengenai postur kerja dengan metode QEC ini sebaiknya lebih
memerhatikan banyak data dan sampel pekerja agar lebih akurat dalam
penelitian nya serta di bantu dengan metode-metode lain.
2. Berikan tempat yang ergonomis agar pekerja lebih nyaman saat
melaksanakan pekerjaan apalagi saat proses pengelasan lebih baik
menggunakan tempat duduk agar otot2 pekerja tetap lemas.
3. Sebaiknya para pegawai melakukan pemanasan atau pelemasana otot serta
mengutamakan kesehatan tubuh sebelum melakukan pekerjaan baik pada
saat memulai pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.
L-2
LAMPIRAN
L-1
DAFTAR PUSTAKA
Brown R. And Li G. 2003. The Development of Action Level For The “Quick
Exposure
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I. Surabaya
: Guna Widya.
Li, G. dan Buckle, P. (1998). A Practical Method For The Assesment Of Work-
Related