Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4
“BIOMEKANIKA (QEC)”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum


Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Program Strata Satu Jurusan Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Bandung

Disusun Oleh :
TI RM 19A- KELOMPOK 5
Intan Teza Hermana 19262011268
Jihan Indriyani 19262011060
Lalan Syahlan 19262011318
Zulham Syahputra Surbakti 19262012006

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, atas
selesainya penyusunan Panduan Penulisan Skripsi.
Panduan Penulisan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
(PSK&E) ini merupakan revisi ketiga terhadap Panduan Penulisan Laporan
Praktikum PSK&E tahun sebelumnya, yang disusun dengan maksud agar
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dapat memperdalam soft skill dan hard skill khususnya dalam mata kuliah Analisis
Perancangan Kerja (APK). Disamping itu, pembaca lainnya pun dapat
mempersiapkan bekal untuk menghadapi penyusunan Laporan Kerja Praktek dan
Tugas Akhir di semester akhir nanti.
Dengan harapan, implementasi kegiatan akademik seperti Laporan Praktikum
PSK&E di Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung ini
akan menghasilkan lulusan yang kompeten serta bersaing di dunia kerja dengan
memiliki bekal soft skill dan hard skill yang diperoleh selama kuliah di Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung.
Semoga Panduan ini bermanfaat dan dapat menunjang keberhasilan studi
mahasiswa Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
dalam mengasah kemampuan baik soft skill maupun hard skill. Kepada Tim
Penyusun Panduan Penulisan Laporan Praktikum PSK&E dan kepada semua pihak
yang langsung atau tidak langsung telah memberi kontribusi atas selesainya
panduan ini, patut disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya.

Bandung, 13 April 2021


Kelompok 5 Praktikum PSK&E

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. I-1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. I-1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... I-2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... I-2
1.4 Tujuan Praktikum ....................................................................................... I-2
1.5 Manfaat praktikum ..................................................................................... I-3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan .................................................................. I-3
BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................II-1
2.1 Biomekanika .............................................................................................II-1
2.2 Postur Kerja ..............................................................................................II-3
2.3 Quick Exposure Check(QEC) ...................................................................II-4
2.4 Antropometri ............................................................................................II-9
BAB III ALUR PRAKTIKUM ........................................................................ III-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... IV-1
4.1 Pengumpulan data ................................................................................... IV-1
4.2 Pengolahan Data ..................................................................................... IV-3
4.3 Analisis dan usulan perbaikan ................................................................. IV-8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ V-1
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... V-1
5.2 Saran ......................................................................................................... V-2
LAMPIRAN .L-1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 QEC Exposure Level ......................................................................... III-7


Tabel 3.2 QEC Level Action.............................................................................. III-8
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Pengamat IV-3
Tabel 4.2 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Operator IV-3
Tabel 4.3 Rekapitulasi Exposure Score IV-7
Tabel 4.4 Rekapitulasi Exposure Level IV-8

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Praktikum ............................................................................... III-1


Gambar 4.1 Kondisi Bahan Baku IV-1
Gambar 4.2 Tahapan Perangkaian Besi Workshop............................................ IV-2

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam melakukan pekerjaan fisik yang berat, pekerja harus
memperhatikan posisi kerja nya. Postur kerja yang salah dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Apalagi dengan posisi kerja yang salah dan dilakukan secara
berulang, hal tersebut dapat menyebabkan kecacatan pada fisik pekerja, salah
satu nya adalah MSD atau Musculos Skeletal Disorder. Pada kegiatan fisik,
postur kerja harus diperhatikan. Postur kerja yang baik pada saat mengerjakan
pekerjaan fisik harus dengan posisi yang baik dan benar. Dalam hal ini
penggunaan metode Quick Exposure Check (QEC) akan sangat membantu para
operator pada saat bekerja.
Pengembangan QEC dilakukan melalui evaluasi mengenai postur tubuh
manusia yang di adopsi pekerja, tenaga yang dibutuhkan serta gerakan otot baik
oleh operator display maupun operator yang bekerja dalam berbagai tugas
manufaktur dimana resiko yang terkain dengan kelainan otot rangka pada tubuh
bagian atas yang mungkin ada. Metode ini menggunakan diagram-diagram dari
postur tubuh dan tabeltabel penilaian untuk menyediakan evaluasi paparan
faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang dijelaskan merupakan factor
beban eksternal yaitu :
a. Jumlah gerakan.
b. Pekerja dengan otot statis.
c. Tenaga.
d. Kerja yang ditentukan oleh perlengkapan.
e. Waktu kerja tanpa istirahat.

Biomekanika yang di gunakan adalah biomekanika terapan yang mempelajari


interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan. PT. WIJAYA
KARYA, Proyek Kereta Cepat Jakrta Bandung akan melakukan penelitian
mengenai manual material handling yang nantinya akan berguna untuk
meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat

I-1
I-2

meningkat. Penelitian dilakukan dengan cara pengangkatan beban yang dilakukan


operator, kemudian operator mengisi kuisioner Nordic Body Map untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami keluhan setelah melakukan
pengangkatan beban.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Mengidentifikasi posisi tubuh pada saat mengerjakan pekerjaan fisik yang
berat
2. Meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja
3. Mengembangakan metode QEC pada postur tubuh saat bekerja

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasi Postur Kerja yang Diukur
Sebuah pengukuran QEC merepresentasikan satu momen dalam siklus kerja
dan penting untuk mengobservasi postur yang di adopsi sambil menjalankan
studi pendahuluan untuk memilih postur yang akan diukur. Tergantung pada
jenis studi, pemilihan mungkin akan jatuh pada postur yang tertahan dalam
jangka waktu yang lama atau postur paling buruk yang teradopsi.
2. Sistem Pemberian Sekor dan Perekaman Postur Kerja
Putuskan apakah sisi kiri, kanan atau kedua lengan yang akan diukur. Nilai
postur masing – masing bagian badan menggunakan panduan. Periksa
kembali penilaian dan lakukan penyesuaian jika dibutuhkan.
3. Skala Level
Skala Level yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko yang
ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan
dengan analisis yang didapat.

1.4 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui faktor-faktor resiko kerja dari pekerja.
2. Mengetahui penyakit otot rangka dari pekerja.
I-3

1.5 Manfaat praktikum


1. Hasil analisis dapat digunakan oleh pihak WIKA sebagai bahan
pertimbangan dalam mengidentifikasi suatu proses yang rentan akan
terjadinya kecelakaan kerja dan berakibat cidera
2. Bisa mengetahui bagaimana cara menghitung QEC dengan benar
3. Memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis, pembaca, dan
khalayak umum

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Untuk menyusun laporan ini secara sistematis, maka penulis menyusun sistematika
laporan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
biomekanika dan postur kerja.
BAB III ALUR PRAKTIKUM
Pada bab ini menjelaskan mengenai urutan langkah-langkah dan deskripsi
pemecahan masalah dari pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan.
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini menjelaskan mengenai pengumpulan data postur kerja.
Pengolahannya menghasilkan nilai postur kerja dengan metode QEC.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil dar pengolahan data
penelitian dan juga saran untuk menunjang mutu dan kualitas praktikum dimasa
yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Biomekanika

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi


hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara
kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia
ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin
ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan
biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang
ditangani oleh biomekanik ini. Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam (uniform).
b. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja
dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi
fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat
meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat
kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk lebih
Jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar

II1
II-2

perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Biomekanika dapat diterapkan pada


perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan,
penanganan material secara manual pembebanan statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban :
a. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
b. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang
berat.
c. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya
d. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
e. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
f. Kurangi frekuensi pemindahan.
g. Erikan waktu istirahat.
h. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
i. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang
dekat dengan tubuh
j. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan
tidak menimbulkan cidera punggung.

Faktor dalam Biomekanika


Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2004) Menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
Dapat menyebabkan keluhan otot rangka (Tarwaka et al, 2004), antara lain :
1. Peregangan otot berlebihan. Peregangan Yang berlebihan (over exertion)
biasa dialami Oleh pekerja yang melakukan aktifitas kerja yang menuntut
kekuatan fisik yang besar. Apabila pekerjaan tersebut sering dilakukan, maka
resiko terjadinya keluhan otot akan semakin tinggi, hal yang lebih buruk
adalah terjadinya cidera otot skeletal.
II-3

2. Aktifitas berulang. Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan terus


menerus. Efek yang ditimbulkan dari aktifitas berulang adalah kelelahan otot
karena otot bekerja tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi-posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alaminya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi, maka resiko
keluhan otot skeletal juga semakin tinggi

2.2 Postur Kerja

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion, extension,
abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan
dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan
merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the
median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the
median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki
depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota
tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota
tubuh.

Pengaruh Postur Kerja terhadap Musculoskeletal


Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan oleh
kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan
musculoskeletal adalah Keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam Waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada system muskuloskeletal. Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010) :
II-4

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun Pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Postur Kerja


Postur adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja yang ditentukan
Oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements serta ukuran
peralatan/benda lainnya yang digunakan saat bekerja. Postur dan pergerakan
memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah satu penyebab utama gangguan
otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).

Risiko Postur Tubuh Yang Salah


Postur janggal dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan ketidaknyamanan.
Dilakukannya postur janggal pada jangka waktu panjang dapat menyebabkan cidera
dan keluhan Pada jaringan otot rangka maupun saraf tepi.

2.3 Quick Exposure Check(QEC)

Quick Exposure Check(QEC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk Mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder)
yang menitik Beratkan pada tubuh bagian atas yaitu punggung, leher, lengan/bahu,
dan pergelangan Tangan.Kelebihan dari metode ini adalah mempertimbangkan
kondisi yang dialami oleh Pekerja dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang
pengamat dan juga operator itu Sendiri. Hal ini dapat memperkecil bias penilaian
subjektif dari pengamat.

Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode pengukuran beban
postur yang diperkenalkan oleh Dr.Guanyang Li dan Peter Buckle. QEC menilai
pada empat area tubuh yang terpapar pada risiko yang tertinggi untuk tejadinya
work musculoskeletal disorders (WMSDs) pada seseorang ataupun operator. QEC
dikembangkan untuk (Li dan Bucke, 1998) :
II-5

1. Menilai perubahan paparan pada tubuh yang berisiko terjadinya


muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi.
2. Melibatkan pengamat dan juga pekerja dalam melakukan penilaian dan
Mengidentifikasi kemungkinan untuk perubahan pada sistem kerja
3. Membandingkan paparan risiko cedera diantara dua orang atau lebih yang
melakukan Pekerjaan yang sama, atau diantara orang-orang yang
melakukan pekerjaan yang Berbeda.
4. Meningkatkan kesadaran diantara para manajer, engineer, desainer, praktisi
Keselamatan dan kesehatan kerja dan para operator mengenai faktor risiko
Musculoskeletal pada stasiun kerja.

Konsep dasar dari metode ini adalah mengetahui seberapa besar exposure score
untuk Bagian tubuh tertentu yang dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
Exposure score dihitung untuk masing-masing bagian tubuh dengan
mempertimbangkan ± 5 kombinasi/ Interaksi, misalnya postur dengan gaya/beban,
pergerakan dengan gaya /beban, durasi Dengan gaya/beban, postur dengan durasi,
pergerakan dengan durasi (Brown & Li , 2003). Tujuan dari penggunaan QEC ini
adalah:

1. Menilai perubahan paparan pada tubuh yang berisiko terjadinya


muskuloskeletal sebelum Dan sesudah intervensi ergonomi.
2. Melibatkan pengamat dan juga pekerja dalam melakukan penilaian dan
mengidentifikasi Kemungkinan untuk perubahan pada sistem kerja.
3. Membandingkan paparan risiko cedera diantara dua orang atau lebih yang
melakukan Pekerjaan yang sama, atau diantara orang-orang yang
melakukan pekerjaan yang Berbeda.
4. Meningkatkan kesadaran diantara para manajer, engineer, desainer, praktisi
keselamatan Dan kesehatan kerja dan para operator mengenai faktor risiko
musculoskeletal pada Stasiun kerja.

Salah satu karakteristik yang penting dalam metode ini adalah penilaian dilakukan
oleh Peneliti/observer dan pekerja/worker, dimana faktor risiko yang ada
dipertimbangkan dan Digabungkan dalam implementasi dengan tabel skor yang ada
II-6

(Li & Buckle, 1999) sehingga Memperkecil bias penilaian subjektif dari
peneliti/observer. Adapun kelebihan lain dari Metode ini adalah:

1. Dapat digunakan untuk sebagian besar faktor risiko fisik dari MSDs.
2. Mempertimbangkan kebutuhan peneliti dan bisa digunakan oleh peneliti
yang tidak Berpengalaman.
3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai faktor risiko di
tempat kerja (multiple risk factors), baik yang bersifat fisik maupun
psikososial.
4. Mudah dipelajari dan efektif untuk digunakan.

Disamping berbagai keuntungan tersebut, metode ini memiliki beberapa


kekurangan, Diantaranya adalah:

1. Metode hanya fokus pada faktor fisik tempat kerja.


2. Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh penggunan yang belum
berpengalaman Untuk pengembangan reliabilitas pengukuran (Stanton,
dkk, 2005).

Langkah – Langkah dalam menghitung skor QEC :

Step 1

Langkah pertama adalah mengamati postur kerja operator dan bertanya kepada
Operator yang sedang bekerja dan mengisi kuisoner QEC.

Step 2

Selanjutnya hasil kusioner tersebut disesuaikan dengan lembar skor QEC. Langkah
Menentukan skor punggung (A) dan beban (H) harus melihat lembar skor QEC.
Pengamat melihat dari hasil kuisioner yang telah diberikan apakah posisi punggung
Hampir netral (A1), agak memutar atau membungkuk (A2) atau posisi punggung
Terlalu memutar atau membungkuk (A3) pilih sesuai dengan jawaban kuisioner.
Setelah itu dilihat juga beban yang dialami operator apakah beban ringan (H1),
Beban cukup berat (H2), beban berat (H3) atau beban sangat berat (H4) pilih juga
Sesuai dengan jawaban kuisioner. Maka setelah itu dapat dilihat skornya di lembar
II-7

Skor QEC, Misalkan posisi punggung (A2) dan bebannya cukup berat (H2) maka
Didapat skor untuk posisi punggung dan beban adalah sebesar 6.

Step 3

Untuk total skor punggung untuk pekerjaan statis gunakan score 4 dan untuk
Manual handling gunakan score 5 dan 6. Selanjutnya untuk skor yang lain
Dilakukan hal yang sama seperti langkah diatas. Skor frekuensi didapat dengan
Memasukkan kedalam kategori low, moderate, high, atau very high. Untuk
mengetahui tingkat paparan dari punggung, bahu dan lengan, pergelangan Tangan
dan leher dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1 QEC Exposure Level

Score Low Moderate High Very High

Back (Static) 8-15 16-22 23-29 29-40

Back (Moving) 10-20 21-30 31-40 41-56

Shoulder/Arm 10-20 21-30 31-40 41-56

Wrist/Hand 10-20 21-30 31-40 41-46

Neck 4-6 8-10 12-14 16-18

Step 4

Setelah itu total skor keseluruhan dihitung dari skor punggung, bahu dan lengan,
Pergelangan tangan dan leher serta penggunaan kendaraan, getaran saat bekerja dan
Kecepatan bekerja serta tingkat stress yang dialami oleh operator. Setelah total skor
Didapat kemudian menghitung E(%). Menurut Brown dan Li (2003), exposure level
(E) dihitung berdasarkan presentase Antara total skor aktual exposure (X) dengan
total skor maksimum (Xmaks).
II-8

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

E(%) = X / X max X 100%

Dimana :

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung + bahu
atau Lengan + pergelangan tangan + leher)

Xmax = total skor maksimum untuk postur kerja (punggung + bahu/lengan +


Pergelangan tangan + leher)

Xmax adalah konstan untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor (Xmax = 162)
Apabila tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri tanpa pengulangan
(repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga atau beban yang relatif lebih
Rendah. Untuk pemberian skor maksimum (Xmax = 176) apabila dilakukan manual
Material handling yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa beban.

Step 5

Setelah mengetahui hasil QEC Exposure Level dan total exposure score maka dapat
diketahui tindakan yang akan dilakukan, apakah aktivitas kerja di operator Upper
Body helikopter di divisi MK ll di PT Dirgantara Indonesia aman atau dilakukan
Penelitian lebih lanjut.

Action Level QEC dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 QEC Level Action

Level Presentase skor Tindakan Total Skor


Tindakan Exposure

1 0-40% Aman 32-70

2 41-50% Investigasi dalam 71-88


waktu dekat

3 51-70% Investigasi dan 89-123


tidakan dalam
waktu dekat
II-9

3 71-100% Tindakan 124-176


sekarang juga

Step 6

Melakukan perancangan alat bantu operator dengan melihat dari sisi antropometri
Dalam upaya mengurangi tingkat resiko cidera pada Operator.

2.4 Antropometri

Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan


karakteristik Tubuh manusia, ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk Penanganan masalah desain (Stevenson, 1989) dan (Nurmianto,
2004). Secara umum

Antropometri dalam proses perencanaan dan perancangan produk membantu dalam


hal:

1. Mengevaluasi postur/sikap badan dan jarak untuk melakukan operasi


terhadap kontrol-Kontrol yang ada.
2. Menentukan jarak antara tubuh dan bagian produk yang harus dihindari.
3. Mengidentifikasi elemen-elemen yang membatasi gerakan tubuh.
BAB III
ALUR PRAKTIKUM

MULAI

Penentuan jumlah tindakan teknis dalam Penentuan faktir kekuatan (Ff)


Satu siklus

Penentuan faktor postur (Fp)


Penentuan frekuensi per menit

Penentuan faktor resiko tambahan


Penentuan durasi kerja (Fc)

Penentuan faktor periode pemulihan


(Fr)
Penentuan jumlah tindakan teknis
aktual
Penentuan faktor DURASI
(Fd)

Penentuan jumlah tindakan teknis yang


Direkomendasikan (RTA)

Penentuan OCRA Index

Klasidikasi hasil OCRA Index

Gambar 3.1 Alur Praktikum

III-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan data


Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan :
1. Interview (Wawancara)
Wawancara dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti menginginkan Informasi
dan data yang lebih dari para pekerja sebagai objek peneliti.
2. Observasi
Dalam observasi peneliti ikut terjun langsung ke lapangan dan ikut Dalam
berpartisipasi dalam kegiatan mereka.
3. Pengukuran
Pengukuran dilakukan langsung pada pekerja yang meliputi berat Beban
angkat. Serta pengukuran terhadap hasil gambar yang diperoleh.
4. Dokumentasi
Teknik pengambilan ini dengan mengambil gambar postur/sikap pekerja saat
Bekerja.
Data yang diambil yaitu posisi tubuh yang terjadi saat melakukan pekerjaan manual
material handling dan data antropometri untuk rancangan alat bantu pemindahan
Besi Ulir. Adapun kondisi bahan baku pada Workshop sebelum diolah menjadi
rangkaian pembesian, dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kondisi Bahan Baku

IV-1
IV-2

Dalam proses perangkaian besi di Workshop, Proyek Kereta Cepat dapat


dibagi menjadi beberapa tahap.

PENGANGKATAN PEMOTONGAN PERANGKAIAN PENGELASAN

Gambar 4.2 Tahapan Perangkaian Besi Workshop


Untuk sampling data analisa QEC diambil dari stasiun kerja yakni perangkaian besi.
IV-3

Berikut perhitungan skor resiko dengan menggunakan metode Quick Exposure


Check. Tabel 4.1 adalah hasil dari rekapitulasi jawaban kuisioner QEC. Quick
Exposure Check ini digunakan untuk mengetahui risiko cidera gangguan otot
rangka yang menitikberatkan pada tubuh bagian atas pada manusia yaitu,
punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher. Kelebihan dari kusioner ini
yaitu mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja dari dua sudut
pandangan yaitu dari sudut pandang pengamat dan dari sudut pandang pekerja itu
sendiri.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Pengamat


Punggung Bahu/Lengan Pergelangan Leher
Stasiun Kerja Tangan
1 2 1 2 1 2
Merakit Besi 1 A1 B1 C2 D1 E1 F1 G2
Merakit Besi 2 A2 B3 C2 D1 E2 F1 G1
Merakit Besi 3 A1 B1 C2 D1 E1 F1 G2

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Operator


Pertanyaan
Stasiun Kerja
H J K L M N P Q
Merakit Besi 1 H1 J1 K2 L1 M2 N1 P1 Q1
Merakit Besi 2 H2 J2 K2 L1 M1 N1 P1 Q1
Merakit Besi 3 H1 J1 K2 L1 M1 N2 P2 Q2

4.2 Pengolahan Data


Exposure Score
IV-4

Merakit Besi 1

4 4
2 4

2 4 2 2

2 4
2
4

2 4
2
1

2 2
1

8 14 16 1
IV-5

Merakit Besi 2

4 4
4 6

4 6 4 4

6 6
6
1

6
4
4

4 2
4
1

22 26 22 1
IV-6

Merakit Besi 2

4 4
2 4

2 4 2 2

4 4
2
1

2 4
2
4

2 2
4

8 14 16 4

Seluruh dari stasiun kerja yang diteliti dilakukan perhitungan pada lembar skor
tersebut. Rekapitulasi dari hasil perhitungan exposure score dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
IV-7

Hasil dari perhitungan exposure score ini kemudian akan digunakan untuk
menghitung nilai exposure level menggunakan rumus:

E(%) = X / Xmax × 100%

X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cedera untuk punggung,
Bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan
Kuesioner.

Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi untuk
punggung, Bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher.

Rekapitulasi untuk perhitungan exposure level setiap stasiun kerja beserta


tindakannya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Exposure Score

Nilai Exposure Score di Stasiun Kerja


Anggota Tubuh Yang Diamati

Punggung (statis) 32 20 20

Bahu/Lengan 36 28 28

Pergelangan Tangan 32 30 30

Leher 14 10 10

Total Exposure Score 114 88 88


IV-8

Tabel 4.4 Rekapitulasi Exposure Level

Stasiun Kerja Exposure Level Tindakan

64,77 % Investigasi dan tidakan


Merakit Besi 1
dalam waktu dekat

50% Investigasi dalam waktu


Merakit Besi 2
dekat

50% Investigasi dalam waktu


Merakit Besi 3
dekat

4.3 Analisis dan usulan perbaikan

4.3.1 Analisis

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perhitungan Exposure Level pada tabel 4.4,
beberapa operator kerja yang ada di PT. WIJAYA KARYA memiliki nilai exposure
level 50%-65% hal ini menunjukkan perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut pada
satu stasiun kerja di PT. WIJAYA KARYA ini. Diantara beberapa respon ada satu
respon yang memang perlu dilakukan tindakan sesegera mungkn atau dalam waktu
yang dekat yaitu pada proses merakit besi 1, hal tersebut dikarenakan potensi
bahaya yang di timbulkan berdampak sangat cepat sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada jaringan otot atau musculoskeletal rusak dalam janga waktu yang
singkat. Sehingga usulan perbaikan perlu dilakukan pada stasiun kerja merakit besi
ini.

4.3.2 Usulan perbaikan

Berdasarkan hasil dari analisis exposure scor untuk bahu lengan/lengan, dan
pergelangan memiliki scoreyang tinggi. Maka kemungkinan terjadinya resiko
cedera sangat cepat. untuk mengurangi terjadinya kerusakan pada sistem
muskuloskeletal, maka di butuhkannya perbaikan pada sistem kerja yaitu dengan
menambahkan alat bantu seperti roda pengangkut barang, dimana fungsinya dapat
membantu pekerja untuk membawa atau memindahkan besi dari satu tempat
IV-9

ketempat yang lain. Selain mengurangi beban pekerja juga mengurangi resiko
cedera pada musculoskeletal. Usulan tersebut perlu di analisis lagi untuk
mengetahui apakah usulan tersebut dari segi keamanan dan kesehatan sudah baik
atau belum.Analisis dilakukan menggunakan kuesioner pengamat saja berdasarkan
pada simulasi usulan stasiun kerja. Hal ini dikarenakan kuesioner pengamat lebih
menitik beratkan pada apa yang terlihat oleh pengamat dari segi postur tubuh
operator, sedangkan apa yang dirasakan operator tetap sama dari segi durasi kerja,
beban kerja, ataupun visual demand
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Wijaya karya merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang konstruksi yang mana tahapan pekerjaannya tidak terlepas dari tulangan
pembesian untuk memperkuat pembangunan. Dalam proses pengerjaan nya
banyak sekali yang dilakukan secara manual mulai dari pengangkatan besi
spiral, pemotongan besi, perangkaian besi spiral hingga pengelasan.
2. Quick Exposure Check(QEC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk Mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka
(musculoskeletal disorder) yang menitik Beratkan pada tubuh bagian atas yaitu
punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan Tangan.
3. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi : flexion,
extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination.

V-1
V-2

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka dapat dilakukan tindakan yang perlu
dilakukan, yaitu :

1. Penelitian mengenai postur kerja dengan metode QEC ini sebaiknya lebih
memerhatikan banyak data dan sampel pekerja agar lebih akurat dalam
penelitian nya serta di bantu dengan metode-metode lain.
2. Berikan tempat yang ergonomis agar pekerja lebih nyaman saat
melaksanakan pekerjaan apalagi saat proses pengelasan lebih baik
menggunakan tempat duduk agar otot2 pekerja tetap lemas.
3. Sebaiknya para pegawai melakukan pemanasan atau pelemasana otot serta
mengutamakan kesehatan tubuh sebelum melakukan pekerjaan baik pada
saat memulai pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.

L-2
LAMPIRAN

L-1
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M. 2017. Jurnal Identifikasi Postur Kerja Secara Ergonomi Untuk


Menghindari Musculoskeletal Disorders.

Grandjean, (2000). E. Fitting the Task to The man. A Textbook of Occupational


Ergonomics. London: Taylor & Francis Ltd.

Sativa Oriza.2021.Kereta Cepat Pertama Di Tanah Pasundan.Bandung.Tim Proyek


Kereta Cepat Bandung – Jakarta

Setyaningrum,R.2006"Perbandingan metode-metode Biomekanika untuk menganalisa


postur pada aktivitas Manual Handling(Mmh)"

Brown R. And Li G. 2003. The Development of Action Level For The “Quick
Exposure

Checklist” (QEC) System, In Contemporary Ergonomics. London. Iftikar,


Sutalaksana. 1995. Pengukuran Kerja TI ITB Bandung.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I. Surabaya
: Guna Widya.

Li, G. dan Buckle, P. (1998). A Practical Method For The Assesment Of Work-
Related

Musculoskeletal Risks – Quick Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The


Human Factors and Ergonomics Society 42nd Annual Meeting, October 5-9.
Chicago.

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Institut Teknologi


Sepuluh November. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai