Anda di halaman 1dari 122

Laboratorium Teknik Industri

Program Teknik Industri


Q
Universitas Mercu Buana

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


ANALISA PERANCANGAN KERJA

DISUSUN OLEH:
Rizky Aditya Pradana (41617010004)
Nabila Sopyan Aisya Putri (41617010017)
Muhammad Abi Haykal (41617010023)
Wulan Dari Mulia (41617010035)
Nabilla Mutiara Nissa (41617010035)

ASISTEN LABORATORIUM:
1. Indah Puspa Murni

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyusun laporan praktikum Analisis Perancangan Kerja ini dengan
baik walaupun masih banyak kekurangan dan masih belum dapat dikatakan
sempurna. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercucurkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami juga menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
bersifat konstruktif demi perbaikan laporan yang kami buat di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga laporan praktikum yang telah disusun ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.

Jakarta, November 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

MODUL I DESAIN PRODUK


BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...................................9
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN..........................................................15
LAMPIRAN ANGGOTA

MODUL II TIME AND MOTION STUDY


BAB I PENDAHULUAN......................................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................18
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................................21
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN..........................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................39

MODUL III ANTROPOMETRI


BAB I PENDAHULUAN......................................................................................40
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................41
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................................47
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN..........................................................54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................60
MODUL IV LINGKUNGAN KERJA
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................61
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................63
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................................71
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN..........................................................79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................82

MODUL V BEBAN KERJA


BAB I PENDAHULUAN......................................................................................83
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................85
BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA.....................94
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN........................................................106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................107

DAFTAR PUSTAKA
DESAIN PRODUK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini bukan hanya perusahaan yang dapat bersaing di dalam bisnis, tetapi
industry rumahan pun dapat ikut bersaing. Oleh karena itu, setiap orang bisa menjadi
pelaku bisnis dan dapat bersaing di dalam dunia bisnis tersebut. Di zaman sekarang
mencari pekerjaan cukup sulit, kecuali orang itu dapat berfikir kreatif dan inofativ.
Dan dapat melihat peluang bisnis yang ada di masyarakat. Akibatnya banyak
pengangguran dimana-mana. Berwirausaha merupakan salah satu usaha untuk
meminimalisirkan pengangguran yang ada di Indonesia saat ini. Salah satu usaha
yang di butuhkan di kalangan masyarakat adalah industry bet ping-pong (tenis meja).
Penggunaan material kayu yang menjadi bahan utama dan keterbatasan jumlah
pekerja (operator) untuk setiap mesin menjadi masalah utama industri rumahan ini.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengasah ketetampilan dalam pembuatan gambar produk.

2. Untuk mengetahui cara pembuatan peta proses operasi dan peta proses assembly
produk.

3.Untuk mengetahui waktu pengerjaan produk yaitu waktu siklus dan waktu baku
dalam pembuatan produk.

4. Untuk mengetahui diagram aliran dan peta kerja manusia.


1.3 Alat dan Bahan

Bahan Terdiri dari:


Kayu
Lem Kayu
Karet

Alat terdiri dari:


Meteran Mesin Hand
Saw
Mesin Table Mesin Amplas
Saw

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan praktikum dilakukan di Univeritas Mercu Buana Jakarta

Lokasi : D-207

Hari : Jum'at, 30 November 2019

Waktu : 13.00-15.00 WIB

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kerja

Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam


lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan
hidupnya, demikian definisi yang diberikan oleh Ws. Neff untuk bekerja. Definisi
ini tampaknya sangat luas tetapi mencerminkan dorongan dasar dari bekerja yaitu
dalam rangka mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidup manusia.
Sedangkan Toole memberikan definisi yang bunyinya agak terdengar lain yaitu
bahwa "bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain". Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya
pekerjaan perlu dilakukan analisa dan perancangan

2.2 Studi Kerja

Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya


dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pada pabrik misalnya, bentuk
suatu produk kadangkala sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikerjakan atau
kurang jelas/kurang baik metode kerja dapat memperpanjang waktu kerja. Tata
letak peralatan atau keadaan ruang tempat kerja yang kurang baik, merupakan
penyebab lain terjadi keterlambatan Pekerja juga merupakan unsur yang bisa
memperlambat kerja juga, misalnya kurang disiplin atau kurang gairah kerja akibat
kurang baiknya motivasi kerja.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, pihak manajemen sendiri pun harus
bertanggung jawab untuk mengatasi pemborosan waktu kerja, antara lain yang
disebabkan oleh kurang baiknya penjadwalan/rencana kerja, kebijakan lain yang
harus berperan dalam mengelola sumber daya perusahaan/industri.

Secara umum, studi kerja adalah penelaahan secara sistematik


terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk:
a. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik.

b. Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik.

c. Menetapkan waktu baku untuk pekerjaan tersebut.

d. Membantu melatih pekerja dengan berbagai pekerjaan yang telah diperbaiki.

Dasar unsur pokok studi kerja adalah:

a. Perancangan metode kerja (method design), dimaksudkan untuk


menetapkan tata cara kerja atau menyederhanakan pekerjaan dan
mengusulkan cara yang lebih baik.

b. Pengukuran kerja (work measurement), ditujukan untuk


menetapkan waktu penyelesaian suatu pekerjaam secara pantas
olch pekerja yang normal dengan metode kerja yang sudah
dirancang dengan baik.

Secara umum pelaksanaan studi kerja mengikuti delapan tahapan, yakni:

a. Pemilihan pekerjaan yang hendak diteliti.

b. Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan kedalam bentuk yang


mernudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Mempelajari secara seksama catatan yang telah dibuat, dan mempertanyakan


segala sesuatu mengenai pekerjaan untuk membuka peluang bagi perbaikan
metode kerja.

d. Pengembangkan/perancangan alternatif metode kerja yang lebih baik (berupa


usulan).
e. Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-masing metode kerja yang
diusulkan.

f. Pemilihan metode kerja yang akan digunakan, kemudian menyusun


petunjukan pelaksanaannya, berikut data prestasi atau waktu baku yang
sesuai.

g. Pemberitahuan metode kerja yang baru.

h. Pengawasan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan sesuai dengan


petunjuk pelaksanaannya.

Suatu hal penting pada saat berdirinya suatu pabrik baru atau saat penerapan
metode
kerja baru, adalah perlunya mempertimbangkan jangka waktu tertentu yang
diperlukan
oleh tenaga kerja untuk beradaptasi dengan situasi baru. Pada saat tenggang
waktu ini ,
tentunya kecepatan produksi sistem tenaga kerja tersebut relatif lambat
dibandingkan
dengan keadaan normal (keterampilan normal). Pada umumnya, semakin biasa
orang
dengan situasi kerjanya, akan makin cepat kerjanya. Dengan kata lain, makin
pengalaman
dia, akan makin cepat kerjanya. Namun demikian, kecepatan kerja seseorang akan
dibatasi oleh keterampilannya, sehingga pada suatu saat kecepatan kerjanya akan
mencapai titik yang stabil.

Dari perkembangan studi kerja dimasa lampau, maka terjadi


perubahan pola kerja yang mengakibatkan juga terjadi perubahan
dari masyarakat, sehingga perubahan masyarakat yakni:
 Perubahan masyarakat dalam arti luas diartikan sebagai
perubahan atau perkembangan dengan arti positif maupun
negatif.

 Pada umumnya motivasi untuk merubah memiliki kaitan


dengan kemajuan teknologi.

 Kemajuan teknologi tidak saja mempengaruhi ilmu pengetahuan akan


tetapi juga merubah pola hidup manusia dan struktur sosial secara
keseluruhan.

Masyarakat Pertanian 8000 SM-1700

 Disebut juga gelombang pembaharuan manusia menemukan


dan menerapkan teknologi pertanian.

 Manusia yang semula suka berpindah-pindah menjadi suka


tinggal menetap (desa).

 Manusia menggunakan energi dari alam, otot binatang


matahari, angin dan air (sifat: tidak dapat diperbaharui).

 Masyarakat produsen sekaligus konsumen.

2.3 Peta Kerja

Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metoda kerja. Contoh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki
suatu metoda kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut:
jumlah benda kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin,
bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus
disediakan dan lain sebagainya.

Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau
kejadian yang dialami oleh sustu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik.
kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti: transportasi,
operasi mesin, pemeriksaan, perakitan sampai pada akhirnya menjadi produk jadi,
baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.

Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap peta kerja, maka
pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi
akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain
kita bisa menghilangkan operasi-operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan
kerja/proses produksi waktu menunggu antara operasi dan sebagainya. Pada
dasarnya semua perbaikan tersebut. ditujukan untuk mengurangi biaya produksi
secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk
menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan
perbaikan kerja.

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua
kelompok berdasarkan kegunaan, yaitu:

a. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan


b. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat

Dalam hal ini tentunya kita harus membedakan antara kegiatan kerja
keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja
setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya
hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah yang terbatas.
Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk
membuat produk yang bersangkutan. Hubungan antara kedua macam kegiatan
diatas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa
sistem kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan. Masing-masing peta
kerja yang akan dibahas berikut ini semuanya termasuk dalam kedua kelompok
diatas, antara lain:

Kegiatan kerja keseluruhan:

a. Peta Proses Operasi


b. Peta Aliran Proses
c. Diagram Aliran

Kegiatan kerja setempat:

a. Peta Pekerja dan Mesin


b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data


3.1.1 Desain Produk

TAMPAK SECARA KESELURUHAN


TAMPAK DEPAN

TAMPAK SAMPING
TAMPAK BAWAH DARI PEGANGAN
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Operation Procces Chart
3.2.2 Assembly Proccess Chart
3.2.3 Peta Aliran Proses
BAB IV

ANALISIS DATA
 
4.1 Analisis Operation Process Chart

Dalam pembuatan peta proses operasi atau yang sering dikenal dengan OPC
produk kursi yang telah dibuat, maka dapat kita lihat gambaran detail dari proses
pembuatan Bet Tenis Meja, dimana peta tersebut menjelaskan proses-proses apa
saja yang dilakukan dan banyak waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan part
per part dari produk awal hingga proses assembly hingga menjadi finished goods.

4.2 Analisis Assembly Process Chart


Peta APC (Assembly Process Chart) merupakan penjelasan mengenai proses
perakitan (assembly) yang dilakukan dalam pembuatan produk Bet Tenis Meja
dimana terdapat banyak material yang selanjutnya dilakukan proses perakitan.
Selain itu terdapat pula proses sub assembly dalam pembuatan part permukaan
bet, sementara itu untuk proses assembly terdapat proses perakitan dan satu
proses inspeksi yang berguna untuk mengecek kondisi produk kursi secara
keseluruhan.
TIME AND MOTION STUDY

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lingkungan kerja sangat berpengaruh besar terhadap efektifitas kerja


dan orientasi. Oleh karenanya maka lingkungan kerja akan memberikan
suasana baru bagi dirinya yang akan membawa pengaruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan tugas dan pekerjaannya. (Sastrohadiwiryo,2005).

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan


pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa
aman dan memungkinkan para pegawai untuk bekerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi
lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di
tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi.
Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara
sesama pegawai dan hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai,
hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisika tempat
pegawai bekerja (Mardiana, 2005).

Lingkungan kerja adalah semua kedadaan tempat kerja yang dapat


mempengaruhi pagawi atau karyawn baik secara langsung maupun tidak
lasung selain itu lingkungan kerja merupakan suatu komunitas manusia untuk
berkumpul dalam suatu keberagaman serata dala situasi dan kondisi yang
berubahubah yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan sehingga produk
yang dihasilkan krang yang efektif dan hal ini berarti produktivitas karyawan
semakin menurun.
1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produktivitas operator dengan


menentukan jarak tertentu antara operator dan material yang akan dirakit.

2. Mampu menganalisis dan mengevaluasi cara kerja serta


mengimplematikannya menjadi kerja yang lebih baik.

3. Menghitung pengolahan data waktu kerja operator per-produk.

4. Untuk mengetahui studi gerakan tangan kanan dan tangan kiri sehingga
dalam penggunaan pengukuran langsung dan tidak langsung dalam
perbaikan cara kerja.

1.3 Alat dan Bahan

1. Baut, Mur, Ring dengan jumlah masing-masing 10 buah

2. Stopwatch

3. Kertas Lembar

4. Alat tulis

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada ;


Hari/Tanggal : Rabu, 2 Oktober 2019
Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : D-207, Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Waktu Baku

Pengukuran waktu (time study) merupakan salah satu pengukuran


kriteria kerja. Pengukuran kerja yang dimaksud adalah pengukuran waktu
standar atau waktu baku. Pengertian pengukuran kerja adalah suatu aktivitas
untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (memiliki
skill rata-rata dan terlatih) dalam melaksanakan kegiatan kerja dan dengan
kondisi serta tempo kerja yang normal. Waktu standar dapat digunakan
sebagai dasar untuk analisis lainnya.

Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar


yaitu:

1. Pengukuan waktu secara langsung, yaitu pengukuan waktu kerja


dimanapengamat beradadi termpat dimana objek sedang diamati.
Pengamat sccara langsungmelakukan pengukuranatas waktu kerja yang
dibutuhkan oleh seorangoperator (objek pegamatan) dalam menyelesaikan
pekerjannya. Pengukuransecara langsung terdiri dari dua cara yaitu:

a. Dengan cara Jam Henti (stop watch)

b. Dengan cara Sampling Pekerjaan

2. Pengukuran waktu secara tidak langsung, yaitu pengukuran waktu dimana


pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran.

a. Pengukuran dengan menggunakan data waktu baku

b. Pengukuran dengan menggunakan data waktu gerakan

2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (stop watch)

Pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stop watch) sebagai


alat utamanyaCara ini adalah cara yang sederhana, sehingga paling banyak
dipakai. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekarja dan mencatat
waktu kerjanya baik setiap elemenataupun siklus dengan menggunakan alat
yang telah disiapkan. Pengukuran pendahuluantahap pertama dilakukan,
penguji harus melakukan pengujian keseragaman data, menghitung
kecukupan data dan bila jumlah pengukiran belurn mencukupi dilanjutkan
dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua atau sampai jumlah keseluruhan
pengukuran untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki.

2.2 Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian


badanpekerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak
adalahuntuk mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif
agarmendapatkan gerak yang cepat dan efektif (Niebel, 1988). Oleh karenaitu,
industri harus lebih memperhatikan kebutuhan untuk menyelesaikanmasalah
yang berkaitan dengan ergonomika dan mengurangi jenis pekerjaanyang
berbahaya. Aspek dari studi gerakan ini meliputi sebagian besarprosedur
untukgerakananalisa sistematis dan perbaikan metode kerjadengan
memperhatikan bahan baku, desain produk, proses atau tujuan kerja,peralatan,
tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap tahapan proses.

Untuk mempermudah penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang


ada,terlebih dahulu mengetahui gerakan-gerakan dasar yang
membentukkerjatersebut. Guna melaksanakan tujuan ini, maka Frank dan
Lilian Gilberth telahberhasil meneiptakan simbol/kode dari gerakan-gerakan
dasar kerja yangdikenal dengan nama THERBLIG (dieja dari nama Gilberth
secara terbalik). Sebagian besar dari elemen elemen dasar Therbligs
merupakan gerakan tanganyang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi,
terlebih-Iebih bila pckerjaanbersifat manual. Di sini Frank dan Lilian Gilberth
menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs.
Secara garis besar masing-masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut (Wignjosoebroto,2008).
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN

TABEL 1
Waktu
No Xi^2 (Xi - X ̅) (Xi - X ̅)^2
(Xi)
1 14.55 211.7025 -3.05 9.3025
2 29.06 844.4836 11.46 131.3316
3 13.73 188.5129 -3.87 14.9769
4 12.87 165.6369 -4.73 22.3729
5 23.83 567.8689 6.23 38.8129
6 14.51 210.5401 -3.09 9.5481
7 27.97 782.3209 10.37 107.5369
8 14.39 207.0721 -3.21 10.3041
9 13.83 191.2689 -3.77 14.2129
10 9.83 96.6289 -7.77 60.3729
3466.035
Total 175.74 -1.43 418.7717
7
Rata-rata 17.6      
Total Waktu 10
175.74  
baut    

TABEL 2
SUB RATA-
WAKTU PENYELESAIAN BERTURUT-TURUT TOTAL
GRUP RATA
1 14.55” 29.06” 13.73” 13.87” 23.83” 94.04 18.08
2 14.51” 27.97” 14.39” 13.83” 9.83” 80.53 16.10

a. Standar Deviasi
∑ (Xi− X́ )2
σ=
√ N −1

418.7717
σ=
√√10−1
σ = 46.53019
σ = 6.821

σ
σX =
√n

6.821
σX =
√ 10
σX = 2.157

b. Uji keseragaman dan tingkat keyakinan


Z = 95% = 2
BKA= X́ + Z .σX
BKA=17.6+2 . 2.157
BKA = 21.914

BKB= X́−Z .σX


BKB=17.6−2 . 2.157
BKB = 13.286
c. Uji Kecukupan data
2
Z
N '=
S
[
√ N ∑ Xi 2−(∑ Xi)2
∑ Xi ] 2
2
N '= [
0.05
√ 10(3466.0367)−(175.74)2
175.74 ]
2
2
'
N=
0.05
[√ 10(3466.0367)−(175.74)2
175.74
2
]
2
N '= [
0.05
√ 34660.367−30,744.1156
175.74
2
]
40 x 62.5799
N '= [ 175.74 ]
2
2,503.1984
N '= [ 175.4
2
]
N ' =[ 14.27 ]
N’ = 203.6329
N’ > N maka data tidak cukup dan perlu melakukan pengambilan data ulang

d. Waktu Siklus
∑ Xi
Ws=
N
175.74
Ws=
10
Ws=17.574
e. Waktu Normal

Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast - 90
Excellent 85
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40

70
P=
60
P = 1.16
Wn = Ws x P
Wn = 17.574 x 1.16
Wn = 20.3858
f. Waktu Baku

No Faktor Kelonggaran
A Tenaga yang dikeluarkan 0,00 – 6,00
- Dapat diabaikan  3,00
B Sikap Kerja 0,00 – 1,0
- Duduk  1,0
C Gerakan Kerja
- Normal 0
D Kelelahan Mata 7,5 - 12,00
- Pandangan yang terus  9,00
menerus dengan focus
berubah-ubah
E Keadaan suhu tempat kerja 0–5
- Normal  3
F Keadaan Atmosfer
- Baik 0
G Keadaan lingkungan yang
baik
- Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan
rendah 0
H Kebutuhan pribadi 0 – 2,5%
- Pria  0,02
Jumlah 16,02

Wb = Wn + (Wn x i)
Wb = 20.3858 + (20.3858 x 16,02)
Wb = 326.5805

TABEL 1
NO Waktu (Xi) X́ Xi2 Xi- X́ (Xi- X́ )2
-
1 13.78” 14,111 189,8884 0,109561
0,331
-
2 11.25” 14,111 126,5625 8,185321
2,861
-
3 12.44” 14,111 154,7536 2,792241
1,671
-
4 12.89” 14,111 166,1521 1,490841
1,221
5 23.19” 14,111 537,7761 9,079 82,428241
-
6 09.65” 14,111 93,1225 19,900521
4,461
7 17.04” 14,111 290,3616 2,929 8,579041
-
8 13.64” 14,111 186,0496 0,221841
0,471
-
9 12.69” 14,111 161,0361 2,019241
1,421
10 14.54” 14,111 211,4116 0,429 0,184041
02’ 21.11” =
Total 2117,1141 0 125,91089
141.11”
Rata-rata 14.2”
Total waktu 10 02’ 23.64” =
baut 143.64”
TABEL 2
SUB WAKTU PENYELESAIAN BERTURUT- RATA-
TOTAL
GROUP TURUT RATA
1 13.78” 11.25” 12.44” 12.89” 23.19” 73.55” 14.71”
2 09.65” 17.04” 13.64” 12.69” 14.54” 67.56” 13.51”

1. Standar Deviasi

∑ (Xi− X́ )2 125,91089
σ=
√ N −1
=
√ 10−1
= √ 13,99= 3,74

σ 3,74 3,74
σx= = = = 1,184
√ n √ 10 3,16

2. Uji Keseragaman Data dan Tingkat Keyakinan


Z = 95% = 2

𝐵𝐾𝐴 = X́ + 𝑍.𝜎𝑥 𝐵𝐾𝐵 = X́ − 𝑍.𝜎x


BKA = 14,111 + 2 . 1,184 BKB = 14,111 – 2 . 1,184
BKA = 16,479 BKB = 11,743
3. Uji Kecukupan data
N ' =¿ ¿
2
2
'
N= [
0,05
√ 10 .2117,1141−141,11 2
141,11 ]
2
40 x √21171,141−19912,032
N='
[ 141,11 ]
2
175,72
N='
[
141,11 ]
2
N ' =[ 1,245 ]

N ' =1,550025
N’ < N, maka data cukup dan tidak perlu melakukan pengambilan data ulang.
4. Waktu Siklus

Ws=
∑ Xi
N
141,11
Ws=
10
Ws=14,111

5. Waktu Normal

Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast - 90
Excellent 85
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40
Wn=Ws x P
70
P=
60 Wn = 14,111 x 1,16
P = 1,16 Wn = 16,369

6. Waktu Baku
Wb=Wn+(Wn x i)

No Faktor Kelonggaran
A Tenaga yang dikeluarkan 0,00 – 6,00
- Dapat diabaikan  3,00
B Sikap Kerja 0,00 – 1,0
- Duduk  1,0
C Gerakan Kerja
- Normal 0
D Kelelahan Mata 7,5 - 12,00
- Pandangan yang terus  9,00
menerus dengan focus
berubah-ubah
E Keadaan suhu tempat kerja 0–5
- Normal  3
F Keadaan Atmosfer
- Baik 0
G Keadaan lingkungan yang
baik
- Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan
rendah 0
H Kebutuhan pribadi 0 – 2,5%
- Pria  0,02
Jumlah 16,02
Wb=16,369+(16,369 x 16,02)
Wb=16631,231
TABEL 1
NO Waktu (Xi) X́ Xi2 Xi- X́ (Xi- X́ )2
1 13.22” 16,074 174,7684 -2,854 8,145316
2 27.27” 16,074 743,6529 11,196 125,350416
3 15.51” 16,074 240,5601 -0,564 0,318096
4 07.00” 16,074 49 -9,074 82,337476
5 10.54” 16,074 111,0916 -5,534 30,625156
6 12.79” 16,074 163,5841 -3,284 10,784656
7 21.45” 16,074 460,1025 5,376 28,901376
8 32.17” 16,074 1034,909 16,096 259,081216
9 12.18” 16,074 148,3524 -3,894 15,163236
10 08.61” 16,074 74,1321 -7,464 55,711296
02’ 40.74” =
Total 3200,153 0 616,41824
160.74”
Rata-rata 16.1”
Total
02’ 43.71” =
waktu 10
153.71”
baut

TABEL 2
SUB WAKTU PENYELESAIAN BERTURUT- RATA-
TOTAL
GROUP TURUT RATA
1 13.22” 27.27” 15.51” 07.00” 10.54” 73.54” 14.71”
2 12.79” 21.45” 32.17” 12.18” 08.61” 87.20” 17.44”

a. Standar Deviasi

∑ (Xi− X́ )2 616,41824
σ=
√ N −1
=
√ 10−1
= √ 68,49= 8,28

σ 8,28 8,28
σx= = = = 2,62
√ n √ 10 3,16

b. Uji Keseragaman Data dan Tingkat Keyakinan


Z = 95% = 2

𝐵𝐾𝐴 = X́ + 𝑍.𝜎𝑥 𝐵𝐾𝐵 = X́ − 𝑍.𝜎x


BKA = 16,074 + 2 . 2,62 BKB = 16,074 - 2 . 2,62
BKA = 21,314 BKB = 10,834

c. Uji Kecukupan data


N ' =¿ ¿
2
2
N '= [
0,05
√ 10 .3200,153−160,742
160,74 ]
2
40 x √32001,53−25837,35
N='
[ 160,74 ]
2
725,99
N '= [ 160,74 ]
2
N ' =[ 4,517 ]

N ' =20,376
N’ > N, maka data tidak cukup dan perlu melakukan pengambilan data ulang.
d. Waktu Siklus

Ws=
∑ Xi
N
160,74
Ws=
10
Ws=16,074

e. Waktu Normal

Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast - 90
Excellent 85
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40

Wn=Ws x P
70
P=
60 Wn = 16,074 x 1,16
P = 1,16 Wn = 18,646

f. Waktu Baku
Wb=Wn+(Wn x i)

No Faktor Kelonggaran
A Tenaga yang dikeluarkan 0,00 – 6,00
- Dapat diabaikan  3,00
B Sikap Kerja 0,00 – 1,0
- Duduk  1,0
C Gerakan Kerja
- Normal 0
D Kelelahan Mata 7,5 - 12,00
- Pandangan yang terus  9,00
menerus dengan focus
berubah-ubah
E Keadaan suhu tempat kerja 0–5
- Normal  3
F Keadaan Atmosfer
- Baik 0
G Keadaan lingkungan yang
baik
- Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan
rendah 0
H Kebutuhan pribadi 0 – 2,5%
- Pria  0,02
Jumlah 16,02
Wb=18,646+ ( 18,646 x 16,02 )
Wb=317,355
Peta Therblig Layout 1

Jara
Waktu Jarak Waktu
No Tangan Kiri Simbol k Simbol Tangan Kanan
(Detik) (cm) (Detik)
(cm)
1 Meraih ring RE 1 25 25 1 RE Meraih baut
Memegang
2 G 0,5 0 0 0,5 G Memegang baut
ring
Membawa Mendekatkan
3 M 0,5 25 25 0,5 M
ring ke baut baut
Meletakan
ring pada
4 P 1 0 0
posisi yang
tepat
Memasukan
ring ke baut
dan A
5 5 0
melepaskan RL
pegangan
pada ring
6 Meraih mur RE 1 25
Memegang
7 G 0,5 0
Mur
Membawa
8 M 0,5 25
mur ke baut
Menempatka
n mur pada
9 P 1 0
posisi yang
tepat
Memasang
mur pada
baut dan A
10 5 0
melepaskan RL
pegangan
pada mur
11 Meraih baut RE 0,5 0
Memegang Melepaskan
12 G 0,5 0 0 0,5 RL
baut baut
13 Meletakan
baut ke RL 1 25
pinggir
Sumarry Tangan Kanan Tangan Kiri
Gerakan Efektif 13 4
Gerakan Tidak efektif 2 -
Total Gerakan 19
Waktu Efektif 16 2,5
Waktu Tidak Efektif 2
Total Waktu 20,5
Jara Jara
Simbo Waktu Waktu
No Tangan Kiri k k Simbol Tangan Kanan
l (Detik) (Detik)
(cm) (cm)
1 Meraih baut RE 2 30 40 2 RE Meraih ring
Memegang
2 G 1 0 0 1 G Memegang ring
baut
Mendekatkan Membawa ring
3 M 1 30 40 1 M
baut ke baut
Meletakan ring
4 0 0 2 P pada posisi yang
tepat
Memasukan ring
ke baut dan
A
5 0 5 melepaskan
RL
pegangan pada
ring
6 25 1 RE Meraih mur
7 0 0,5 G Memegang Mur
Membawa mur
8 25 1 M
ke baut
Menempatkan
9 0 1 P mur pada posisi
yang tepat
Memasang mur
pada baut dan
A
10 0 5 melepaskan
RL
pegangan pada
mur
11 0 1 RE Meraih baut
Melepaskan
12 RL 1 0 0 1 G Memegang baut
baut
13 20 1 RL Meletakan baut
ke pinggir

Peta Therblig Layout 2

Sumarry Tangan Kanan Tangan Kiri


Gerakan Efektif 4 13
Gerakan Tidak efektif - 2
Total Gerakan 19
Waktu Efektif 5 19,5
Waktu Tidak Efektif 3
Total Waktu 27,5
Waktu Jara Jara
Waktu
No Tangan Kiri Simbol (Detik k k Simbol Tangan Kanan
(Detik)
) (cm) (cm)
1 Meraih baut RE 0,5 10 10 2 RE Meraih ring
Memegang Memegang
2 G 0,5 0 0 1 G
baut ring
Mendekatkan Membawa ring
3 M 1 10 10 0,5 M
baut ke baut
Meletakan ring
4 0 0 0,5 P pada posisi
yang tepat
Memasukan
ring ke baut
A dan
5 0 5
RL melepaskan
pegangan pada
ring
6 10 1 RE Meraih mur
Memegang
7 0 0,5 G
Mur
Membawa mur
8 10 0,5 M
ke baut
Menempatkan
mur pada
9 0 0,5 P
posisi yang
tepat
Memasang
mur pada baut
A dan
10 0 5
RL melepaskan
pegangan pada
mur
11 0 0,5 RE Meraih baut
Melepaskan Memegang
12 RL 1 0 0 0,5 G
baut baut
13
Meletakan baut
20 1 RL
ke pinggir
Peta Therblig Layout 3

Sumarry Tangan Kanan Tangan Kiri


Gerakan Efektif 4 13
Gerakan Tidak efektif - 2
Total Gerakan 19
Waktu Efektif 3 15,5
Waktu Tidak Efektif 3
Total Waktu 27,5

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Perbandingan Waktu Baku pada Percobaan 1, 2 dan 3

Indikator Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Waktu assembling 10 produk jadi 175,7 detik 141,1 detik 160,7 detik

Waktu siklus 17,5 detik 14,1 detik 16 detik

Waktu Normal 20,3 detik 16,3 detik 18,6 detik

Waktu baku 326,5 detik 16631 detik 317,3 detik

Dari ketiga percobaan diatas maka dapat diasumsikan bahwa waktu baku
yangpaling efektif adalah waktu baku pada percobaan ke 3, yaitu dengan waktu
sebesar 317,3 detik. Dan sebaliknya waktu baku yang paling tidak efektif yaitu pada
percobaan 2 dengan waktu sebesar 16631 detik. Dengan demikian sistem kerja
terbaik dari segi waktu baku adalah dengan layout penempatan part sebagai berikut;
mur, ring, baut dan finished goods (layout percobaan 3).
4.2 Analisis Perbandingan Studi Gerakan pada Percobaan 1, 2 dan 3

Indikator Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Gerakan efektif kiri 4 13 13

Gerakan efektif kanan 13 4 4

Total gerakan efektif 17 17 17

Gerakan inefektif kiri 0 2 2

Gerakan inefektif kanan 2 0 0

Total gerakan inefektif 2 2 2

Selisih gerakan efektif dengan inefektif 15 15 15

Dari tabel analisa studi gerakan diatas maka dapat diasumsikan bahwa ketiga
percobaan tersebut memiliki kesamaan pada jumlah gerakan efektif, jumlah gerakan
inefektif, dan selisih gerakan efektif dengan inefektif. Sehingga ketiga percobaan
tersebut pula juga memiliki tingkat kesamaan dalam segi frekuensi gerakan efektif
dan inefektif.

4.3 Analisis Perbandingan Studi Waktu Gerakan pada Percobaan 1, 2 dan 3

Indikator Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Waktu efektif kiri 2,5 19,5 15,5

Waktu efektif kanan 16 5 3

Total waktu efektif 18,5 24,5 18,5

Waktu inefektif kiri 2 3 3

Waktu inefektif kanan 0 0 0

Total waktu inefektif 2 3 3


Selisih waktu efektif dengan inefektif 16,5 21,5 15,5

Dari tabel analisa waktu studi gerakan diatas maka dapat diasumsikan bahwa
waktu yang paling efektif adalah waktu pada percobaan studi gerakan 1 dan 3,
dengan total 18,5. Dan sebaliknya, waktu studi gerakan yang paling tidak efektif yaitu
pada percobaan 2 dengan waktu 24,5 detik. Dengan demikian sistem kerja terbaik
dari segi waktu efektif adalah layout pada studi gerakan 1 karena waktu inefektifnya
juga lebih baik dari percobaan 3 meskipun waktu efektifnya sama.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Setelah mengamati secara langsung terhadap seorang operator pada


motion study dan setelah menganalisis tiap-tiap elemen gerakan yang
dilakukanoleh operator ternyata terdapat gerakan-gerakan yang tidak efektif
yangsebenarnya dapat tidak terjadi atau jika mungkin dapat dihilangkan
sehingga kita dapat benar-benar memperoleh waktu yang lebih efektif dan
efisien dalam mengerjakansuatu pekerjaan, misalnya tejadi pada saat operator
memasang komponen baut. Perlu juga dilakukan improvisasi kinerja dalam
pekerjaan tersebut yang telah dilakukan oleh operator agar mampu terciptanya
hasil yang optimal.

5. 2 Saran

1. Dalam melakukan praktikum diharapkan semua praktikan mempelajari


materi yangakan dipraktikumkan dan mampu menyerap dengan baik
setiap pertemuan.

2. Dalam penyampaian materi diharapkan asisten laboratorium lebih


menjelaskan secara detail agar praktikan lebih mudah mengerti dan
memahami.

3. Kami selaku praktikan berharap kepada asisten laboratorium agar selalu


membimbing para praktikannya dengan seksama, sehingga praktikan tidak
kesulitan dalam menjalankan praktikum maupun dalam menyusun laporan
akhir praktikumnya.
ANTROPOMETRI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri ialah sebuah pengetahuan pengukuran dimensi tubuh manusia dan


karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan menggunakan alat-
alat/benda-benda yang digunakan oleh manusia.

Antropometri dibagi menjadi dua bagian, antara lain :


1. Antropometri statis. Pengukuran dilakukan saat manusia dalam kondisi diam dan
linier pada permukaan tubuh.
2. Antropometri dinamis. Pengukuran dilakukan dengan memerhatikan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja/individu melakukan gerakannya.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum antropometri ini adalah mampu melakukan pengukuran


dimensi tubuh menggunakan alat bantu bangku antropometri,dan juga mampu
mengolah data dengan menggunakan statistik, serta memahami konsep perancangan
alat dengan perhitungan percentile dan mengaplikasikan data hasil pengukuran tubuh.
Kegunaan data antropometri diperlukan juga untuk membuat produk tertentu, lalu
dapat diterapkan dan bertujuan untuk merancang produk-produk dengan dimensi
yang telah didapat.

1.3 Alat dan Bahan yang digunakan

Peralatan dan bahan yang digunakan :

1. Kursi Antropometri

2. Seperangkat alat ukur dimensi tubuh

3. Meteran
4. Alat tulis dan form data

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada ;


Hari/Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019
Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : D-207, Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Antropometri


Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai
suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat
dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996). Menurut
Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri
secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain
dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti
mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif seperti
pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran,
dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan
manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut
(Nurmianto,2003).

2.2 Pengukuran Dimensi

1. Antropometri Statis
Adalah pengukuran dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam atau
dalam posisi yang dibakukan. Misalnya tinggi badan, panjang lengan,
tinggi siku, tebal paha, dan lain sebagainya.

2. Antropometri Dinamis
Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi
selama manusia melakukan pekerjaannya, misalnya ketika memutar stir
mobil, merakit komponen, dan lain sebagainya.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara
lain (Nurmianto,2003):

1. Umur
2. Jenis kelamin.
3. Suku bangsa dan jenis pekerjaan atau latihan.
4. Posisi Tubuh (posture).

Selain faktor-faktor tersebut di atas, adapula beberapa faktor lain yang


mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut (Nurmianto,2003):
1. Cacat Tubuh.
2. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan.
3. Kehamilan (Pregnancy).
Untuk mengukur antropometri dinamis terdapat tiga kelas pengukuran. Adapun tiga
kelas pengukurannya adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari performasi
seseorang.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
3. Pengukuran variabilitas kerja
Tabel 2.1 Antropometri Tubuh Manusia
No
. Dimensi Tubuh Simbol
1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak TTPB
2 Tinggi mata TM
3 Tinggi bahu TB
4 Tinggi siku TS
5 Tinggi genggam tangan pada posisi duduk TGTD
6 Tinggi badan pada posisi duduk TBD
7 Tinggi mata posisi duduk TMPD
8 Tinggi bahu pada posisi duduk TBPD
9 Tinggi siku posisi duduk TSPD
10 Tebal paha TP
11 Jarak dari pantat ke lutut JPL
12 Jarak dari lipat lutut ke pantat JLLP
13 Tinggi lutut TL
14 Tinggi lipat lutut TLL
15 Lebar bahu LB
16 Lebar panggul LP
17 Tebal dada TD
18 Tebal perut TEP
19 Jarak dari siku ke ujung jari JSUJ
20 Lebar kepala LK
21 Panjang tangan PT
22 Lebar tangan LT
23 Jarak bentang dari ujung tangan kanan ke kiri JBKK
Tinggi pergelangan tangan posisi tangan vertikal ke atas dan
24 TPTV
berdiri tegak
25 Tinggi pergelangan tangan vertikal ke atas dan duduk TPVD
26 Jarak genggam tangan ke punggung pada posisi duduk JGPD
Gambar 2.2 Antropometri Tangan

Tabel 2.2 Antropometri Tangan

No. Dimensi Tangan Simbol


1 Panjang tangan PATA
2 Panjang telapak tangan PTT
3 Panjang ibu jari PIJ
4 Panjang jari telunjuk PJT
5 Panjang jari tengah PAJT
6 Panjang jari manis PJM
7 Panjang jari kelingking PJK
8 Lebar ibu jari LIJ
9 Tebal ibu jari TIJ
10 Lebar jari telunjuk LJT
11 Tebal jari telunjuk TJT
12 Lebar telapak tangan LTT
13 Lebar telapak tangan (sampai ibu jari) LTTJ
14 Lebar telapak tangan minimum LTTM
15 Tebal telapak tangan TTT
16 Tebal telapak tangan sampai ibu jari TTIJ
17 Diameter genggam DG
18 Lebar maksimum ibu jari ke kelingking LMJK
19 Lebar fungsional LF
20 segi empat minimum yang dapat dilewati telapak tangan SEMT

2.4 Perhitungan Statistik


Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri
(Nurmianto 1996 & Tayyari ) adalah :
1. Kecukupan data
Dalam melakukan uji kecukupan data menggunakan tingkat ketelitian
(S) sebesar 10% atau 0,1 (tingkat kepercayaan 95%, maka nilai Z = 2).
Perhitungan uji kecukupan data menggunakan rumus sebagai berikut:
2
Z 2

N '=[ S √ N ∑ Xi 2−( ∑ Xi )

∑ Xi ]
N ' :Uji Kecukupan Data

∑ Xi :Jumlah dari data R 1 dan R 2


Apabila N’ < N, maka data yang dinyatakan cukup sehingga tidak diperlukan
pengambilan data tambahan untuk mewakili sampel. Sebaliknya jika N’>N
maka data dinyatakan tidak cukup sehingga diperlukan ntuk pengambilan data
tambahan sampel.
2. Batas Kendali

BKA = Batas Kendali Atas BKA = X́ + Z . σ

BKB = Batas Kendali Bawah BKB = X́ - Z . σ

X́ : Rata-rata pengukuran antara R1


dengan R2 (mean)
Keterangan
Z : Tingkat kepercayaan dimana diambil
dari tingkatkepercayaan yaitu sebesar 2
(95%)

3. Percentile
Perhitungan persentil dilakukan menggunakan besaran 5, 10, 50, 90, 95.
Perhitungan bedasarkan kedua data sumber menggunakan rumus sebagai
berikut:
P5 = Persentil 5th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P5 = X́ −1,645 σ

P10 = Persentil 10th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P10 = X́ −1,280 σ

P50 = Persentil 50th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P50 = X́

P90 = Persentil 90th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P90 = X́ −1,280 σ

P95 = Persentil 95th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P95 = X́ −1,645 σ
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur beberapa dimensi tubuh yang


bersumber dari 2 operator. Operator pertama dinamakan R1 dan operator kedua
dinamakan R2. Berikut merupakan profil masing-masing objek pengukuran:

OBJEK R1 R2

Nama Rizky Aditya Pradana Nabilla Mutiara Nissa

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Usia 20 tahun 20 tahun

Suku Bangsa Indonesia Indonesia

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 24 dimensi bagian tubuh, mulai


dari dimensi badan keseluruhan, tangan, kaki, dan kepalae. Berikut merupakan data
yang telah terkumpul.

R1 R2
N (cm) (cm)
Data yang Diukur Simbol
o
Rizky Nabilla

1 Tinggi Badan berdiri TBB 171 152

2 Tinggi jangkauan tangan TJT 212 189

3 Jangkauan tangan JT 78 69

4 Rentang tangan RT 173,5 151

5 Tebal badan TB 15 11

6 Tinggi duduk tegak TDT 90 83

7 Tinggi mata duduk TMD 86 72


8 Lebar sandaran LS 38 32

9 Siku ke siku SKS 51 44

10 Lebar pinggul LP 48 37

11 Tinggi sandaran TS 45 45

12 Panjang sandaran PS 21 16

13 Tinggi siku duduk TSD 25 24

14 Tinggi popliteal TPL 49,5 36

15 Pantat popliteal PPL 45 41

16 Pantat ke lutut PKL 56 50

Panjang jari 1 PJ 1 9 8

Panjang jari 2 PJ 2 9,5 9

17 Panjang jari 3 PJ 3 11 9,5

Panjang jari 4 PJ 4 10,5 8,5

Panjang jari 5 PJ 5 8 7,5

18 Lebar jari 2,3,4,5 LJ 10 9

19 Lebar telapak tangan LTT 13 12

20 Njang telapak tangan PTT 19 15

21 Panjang telapak kaki PTK 26 21

22 Lebar kaki LK 10,5 9

23 Tinggi mata kaki TMK 8 7

24 Lebar kepala LKA 14 13

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Perhitungan Standar Deviasi


Perhitungan standar deviasi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ( X́ −Xi)2
σ=
√ N −1

σ : Standar Deviasi
Xi : Data ke−I , dimana Xi berrti R 1 dan R 2
N :Banyak data percobaan

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

N Std.
Simbol R1 R2 X́ X́ -X1 X́ -X2 ( X́ -X1)2 ( X́ -X2)2 ∑( X́ -xi)2
o Deviasi
1 TBB 171 152 161,5 -9,5 9,5 90,25 90,25 180,5 13,435

2 TJT 212 189 200,5 -11,5 11,5 132,25 132,25 264,5 16,263

3 JT 78 69 73,5 -4,5 4,5 20,25 20,25 40,5 6,364

4 RT 173,5 151 162,25 -11,25 11,25 126,5625 126,5625 253,125 15,910

5 TB 15 11 13 -2 2 4 4 8 2,828

6 TDT 90 83 86,5 -3,5 3,5 12,25 12,25 24,5 4,950

7 TMD 86 72 79 -7 7 49 49 98 9,899

8 LS 38 32 35 -3 3 9 9 18 4,243

9 SKS 51 44 47,5 -3,5 3,5 12,25 12,25 24,5 4,950

10 LP 48 37 42,5 -5,5 5,5 30,25 30,25 60,5 7,778

11 TS 45 45 45 0 0 0 0 0 0,000

12 PS 21 16 18,5 -2,5 2,5 6,25 6,25 12,5 3,536

13 TSD 25 24 24,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707

14 TPL 49,5 36 42,75 -6,75 6,75 45,5625 45,5625 91,125 9,546

15 PPL 45 41 43 -2 2 4 4 8 2,828

16 PKL 56 50 53 -3 3 9 9 18 4,243
17 PJ 1 9 8 8,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707
PJ 2 9,5 9 9,25 -0,25 0,25 0,0625 0,0625 0,125 0,354
PJ 3 11 9,5 10,25 -0,75 0,75 0,5625 0,5625 1,125 1,061
PJ 4 10,5 8,5 9,5 -1 1 1 1 2 1,414
PJ 5 8 7,5 7,75 -0,25 0,25 0,0625 0,0625 0,125 0,354

18 LJ 10 9 9,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707

19 LTT 13 12 12,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707

20 PTT 19 15 17 -2 2 4 4 8 2,828

21 PTK 26 21 23,5 -2,5 2,5 6,25 6,25 12,5 3,536

22 LK 10,5 9 9,75 -0,75 0,75 0,5625 0,5625 1,125 1,061

23 TMK 8 7 7,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707

24 LKA 14 13 13,5 -0,5 0,5 0,25 0,25 0,5 0,707


JUMLAH 1266,5 -86 86 564,875 564,875 1129,75 121,6224

3.2.2 Perhitungan Persentil

Dalam analisis ini, persentil yang digunakan yaitu P5, P10, P50, P90, dan P95

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Std. Persentil
No R1 R2 X́
Deviasi 5 10 50 90 95
1 171 152 161,5 13,435 139,3994 144,3032 161,5 178,6968 183,601
2 212 189 200,5 16,263 173,7474 179,6834 200,5 221,3166 227,253
3 78 69 73,5 6,364 63,03122 65,35408 73,5 81,64592 83,969
4 173,5 151 162,25 15,91 136,0781 141,8852 162,25 182,6148 188,422
5 15 11 13 2,828 8,34794 9,38016 13 16,61984 17,652
6 90 83 86,5 4,95 78,35725 80,164 86,5 92,836 94,643
7 86 72 79 9,899 62,71615 66,32928 79 91,67072 95,284
8 38 32 35 4,243 28,02027 29,56896 35 40,43104 41,980
9 51 44 47,5 4,95 39,35725 41,164 47,5 53,836 55,643
10 48 37 42,5 7,778 29,70519 32,54416 42,5 52,45584 55,295
11 45 45 45 0 45 45 45 45 45,000
12 21 16 18,5 3,536 12,68328 13,97392 18,5 23,02608 24,317
13 25 24 24,5 0,707 23,33699 23,59504 24,5 25,40496 25,663
14 49,5 36 42,75 9,546 27,04683 30,53112 42,75 54,96888 58,453
15 45 41 43 2,828 38,34794 39,38016 43 46,61984 47,652
16 56 50 53 4,243 46,02027 47,56896 53 58,43104 59,980
9 8 8,5 0,707 7,336985 7,59504 8,5 9,40496 9,663
9,5 9 9,25 0,354 8,66767 8,79688 9,25 9,70312 9,832
17 11 9,5 10,25 1,061 8,504655 8,89192 10,25 11,60808 11,995
10,5 8,5 9,5 1,414 7,17397 7,69008 9,5 11,30992 11,826
8 7,5 7,75 0,354 7,16767 7,29688 7,75 8,20312 8,332
18 10 9 9,5 0,707 8,336985 8,59504 9,5 10,40496 10,663
19 13 12 12,5 0,707 11,33699 11,59504 12,5 13,40496 13,663
20 19 15 17 2,828 12,34794 13,38016 17 20,61984 21,652
21 26 21 23,5 3,536 17,68328 18,97392 23,5 28,02608 29,317
22 10,5 9 9,75 1,061 8,004655 8,39192 9,75 11,10808 11,495
23 8 7 7,5 0,707 6,336985 6,59504 7,5 8,40496 8,663
24 14 13 13,5 0,707 12,33699 12,59504 13,5 14,40496 14,663
JUMLAH 1266,5 121,623 1066,43 1110,823 1266,5 1422,177 1466,57
3.2.3 Uji Kecukupan Data

Keterangan
R1 R2 ∑Xi ∑Xi^2 (∑Xi)^2 Z/S N'
1,384 CUKUP
171 152 323 52345 104329 20
1,315 CUKUP
212 189 401 80665 160801 20
1,499 CUKUP
78 69 147 10845 21609 20
1,923 CUKUP
173,5 151 324,5 52903,25 105300,3 20
9,467 TIDAK CUKUP
15 11 26 346 676 20
0,654 CUKUP
90 83 173 14989 29929 20
3,140 TIDAK CUKUP
86 72 158 12580 24964 20
2,938 TIDAK CUKUP
38 32 70 2468 4900 20
2,171 TIDAK CUKUP
51 44 95 4537 9025 20
6,698 TIDAK CUKUP
48 37 85 3673 7225 20
0 CUKUP
45 45 90 4050 8100 20
7,304 TIDAK CUKUP
21 16 37 697 1369 20
0,166 CUKUP
25 24 49 1201 2401 20
9,972 TIDAK CUKUP
49,5 36 85,5 3746,25 7310,25 20
0,865 CUKUP
45 41 86 3706 7396 20
1,281 CUKUP
56 50 106 5636 11236 20
1,384 CUKUP
9 8 17 145 289 20
0,292 CUKUP
9,5 9 18,5 171,25 342,25 20
2,141 TIDAK CUKUP
11 9,5 20,5 211,25 420,25 20
4,432 TIDAK CUKUP
10,5 8,5 19 182,5 361 20
0,416 CUKUP
8 7,5 15,5 120,25 240,25 20
1,108 CUKUP
10 9 19 181 361 20
0,64 CUKUP
13 12 25 313 625 20
5,536 TIDAK CUKUP
19 15 34 586 1156 20
4,526 TIDAK CUKUP
26 21 47 1117 2209 20
2,366 TIDAK CUKUP
10,5 9 19,5 191,25 380,25 20
1,777 CUKUP
8 7 15 113 225 20
0,548 CUKUP
14 13 27 365 729 20

3.2.3 Perhitungan Batas Kendali

Perhitungan batas kendali bedasarkan rumus sebagai berikut:

BKA = Batas Kendali Atas BKA = X́ + Z . σ


BKB = Batas Kendali Bawah BKB = X́ - Z . σ

X́ : Rata-rata pengukuran antara R1


dengan R2 (mean)
Keterangan
Z : Tingkat kepercayaan dimana diambil
dari tingkatkepercayaan yaitu sebesar 2
(95%)

Hasil perhitungan batas kendali dapat dilihat dalam tabel berikut:


R1 R2 Persentil
Data yang Simbo (cm) (cm)
N Diukur l X́ StandarDeviasi N’ BKA BKB Ket.
5 10 50 90 95
o Rizky Nabilla

Tinggi TBB 171 152 161,5


178,696 1,38
Badan 13,435 139,3994 144,3032 161,5 183,601 188,37 134,63
8 4
1 berdiri

Tinggi TJT 212 189 200,5


221,316 1,31 167,97
jangkauan 16,263 173,7474 179,6834 200,5 227,253 233,026
6 5 4
2 tangan

Jangkauan JT 78 69 73,5 81,6459 1,49


6,364 63,03122 65,35408 73,5 83,969 86,228 60,772
3 tangan 2 9

Rentang RT 173,5 151 162,25 182,614 1,92


15,910 136,0781 141,8852 162,25 188,422 194,07 130,43
4 tangan 8 3

Tebal TB 15 11 13 16,6198 9,46


2,828 8,34794 9,38016 13 17,652 18,656 7,344
5 badan 4 7

Tinggi TDT 90 83 86,5


0,65
duduk 4,950 78,35725 80,164 86,5 92,836 94,643 96,4 76,6
4
6 tegak

Tinggi TMD 86 72 79
91,6707 3,14
mata 9,899 62,71615 66,32928 79 95,284 98,798 59,202
2 0
7 duduk

Lebar LS 38 32 35 40,4310 2,93


4,243 28,02027 29,56896 35 41,980 43,486 26,514
8 sandaran 4 8

Siku ke SKS 51 44 47,5 2,17


4,950 39,35725 41,164 47,5 53,836 55,643 57,4 37,6
9 siku 1

Lebar LP 48 37 42,5 52,4558 6,69


7,778 29,70519 32,54416 42,5 55,295 58,056 26,944
10 pinggul 4 8

Tinggi TS 45 45 45
0,000 45 45 45 45 45,000 0 45 45
11 sandaran

12 Panjang PS 21 16 18,5 3,536 12,68328 13,97392 18,5 23,0260 24,317 7,30 25,572 11,428
sandaran 8 4

Tinggi TSD 25 24 24,5


25,4049 0,16
siku 0,707 23,33699 23,59504 24,5 25,663 25,914 23,086
6 6
13 duduk

Tinggi TPL 49,5 36 42,75 54,9688 9,97


9,546 27,04683 30,53112 42,75 58,453 61,842 23,658
14 popliteal 8 2

Pantat PPL 45 41 43 46,6198 0,86


2,828 38,34794 39,38016 43 47,652 48,656 37,344
15 popliteal 4 5

Pantat ke PKL 56 50 53 58,4310 1,28


4,243 46,02027 47,56896 53 59,980 61,486 44,514
16 lutut 4 1

Panjang PJ 1 9 8 8,5 1,38


0,707 7,336985 7,59504 8,5 9,40496 9,663 9,914 7,086
jari 1 4

Panjang PJ 2 9,5 9 9,25 0,29


0,354 8,66767 8,79688 9,25 9,70312 9,832 9,958 8,542
jari 2 2

Panjang PJ 3 11 9,5 10,25 11,6080 2,14


1,061 8,504655 8,89192 10,25 11,995 12,372 8,128
jari 3 8 1

Panjang PJ 4 10,5 8,5 9,5 11,3099 4,43


1,414 7,17397 7,69008 9,5 11,826 12,328 6,672
jari 4 2 2

Panjang PJ 5 8 7,5 7,75 0,41


0,354 7,16767 7,29688 7,75 8,20312 8,332 8,458 7,042
17 jari 5 6

Lebar jari LJ 10 9 9,5 10,4049 1,10


0,707 8,336985 8,59504 9,5 10,663 10,914 8,086
18 2,3,4,5 6 8

Lebar LTT 13 12 12,5


13,4049
telapak 0,707 11,33699 11,59504 12,5 13,663 0,64 13,914 11,086
6
19 tangan

Njang PTT 19 15 17
20,6198 5,53
telapak 2,828 12,34794 13,38016 17 21,652 22,656 11,344
4 6
20 tangan

Panjang PTK 26 21 23,5


28,0260 4,52
telapak 3,536 17,68328 18,97392 23,5 29,317 30,572 16,428
8 6
21 kaki

Lebar LK 10,5 9 9,75 11,1080 2,36


1,061 8,004655 8,39192 9,75 11,495 11,872 7,628
22 kaki 8 6

Tinggi TMK 8 7 7,5 1,77


0,707 6,336985 6,59504 7,5 8,40496 8,663 8,914 6,086
23 mata kaki 7

Lebar LKA 14 13 13,5 14,4049 0,54


0,707 12,33699 12,59504 13,5 14,663 14,914 12,086
24 kepala 6 8
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dalam praktikum antropometri ini tentunya sangatlah penting apabila kita
hendak membuat sebuah produk dimana nantinya digunakan baik untuk kehidupan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan perusahaan dimana membutuhkan manusia
sebagai pengguna produk tersebut. Pengukuran dimensi tubuh manusia dimana hasil
dari pengukuran tersebut nantinya dapat dijadikan ukuran untuk membuat suatu
produk dan disesuaikan dengan ras atau suku dimana setiap ras berbeda-beda untuk
ukuran masing-masing dimensi tubuh. Berikut ini adalah analisa kelompok kami
dalam praktikum antropometri ini.

4.1 Uji Kecukupan Data

Dalam melakukan uji kecukupan data menggunakan tingkat ketelitian (S) sebesar
10% atau 0,1 (tingkat kepercayaan 95%, maka nilai Z = 2). Perhitungan uji
kecukupan data menggunakan rumus sebagai berikut:
2
Z 2

N '=[S √
N ∑ Xi 2−( ∑ Xi )

∑ Xi ]
N ' :Uji Kecukupan Data

∑ Xi :Jumlah dari data R 1 dan R 2

Apabila N’ < N, maka data yang dinyatakan cukup sehingga tidak diperlukan
pengambilan data tambahan untuk mewakili sampel. Sebaliknya jika N’>N maka data
dinyatakan tidak cukup sehingga diperlukan ntuk pengambilan data tambahan
sampel.

Hasil perhitungan uji kecukupan data dapat dilihat dalam tabel berikut:

Keterangan
R1 R2 ∑Xi ∑Xi^2 (∑Xi)^2 Z/S N'
1,384 CUKUP
171 152 323 52345 104329 20
1,315 CUKUP
212 189 401 80665 160801 20
1,499 CUKUP
78 69 147 10845 21609 20
1,923 CUKUP
173,5 151 324,5 52903,25 105300,3 20
9,467 TIDAK CUKUP
15 11 26 346 676 20
0,654 CUKUP
90 83 173 14989 29929 20
3,140 TIDAK CUKUP
86 72 158 12580 24964 20
2,938 TIDAK CUKUP
38 32 70 2468 4900 20
2,171 TIDAK CUKUP
51 44 95 4537 9025 20
6,698 TIDAK CUKUP
48 37 85 3673 7225 20
0 CUKUP
45 45 90 4050 8100 20
7,304 TIDAK CUKUP
21 16 37 697 1369 20
0,166 CUKUP
25 24 49 1201 2401 20
9,972 TIDAK CUKUP
49,5 36 85,5 3746,25 7310,25 20
0,865 CUKUP
45 41 86 3706 7396 20
56 50 106 5636 11236 20 1,281 CUKUP
1,384 CUKUP
9 8 17 145 289 20
0,292 CUKUP
9,5 9 18,5 171,25 342,25 20
2,141 TIDAK CUKUP
11 9,5 20,5 211,25 420,25 20
4,432 TIDAK CUKUP
10,5 8,5 19 182,5 361 20
0,416 CUKUP
8 7,5 15,5 120,25 240,25 20
1,108 CUKUP
10 9 19 181 361 20
0,64 CUKUP
13 12 25 313 625 20
5,536 TIDAK CUKUP
19 15 34 586 1156 20
4,526 TIDAK CUKUP
26 21 47 1117 2209 20
2,366 TIDAK CUKUP
10,5 9 19,5 191,25 380,25 20
1,777 CUKUP
8 7 15 113 225 20
0,548 CUKUP
14 13 27 365 729 20

Pada hasil uji kecukupan data di atas, beberapa dimensi ukuran tidak mencukupi
artinya dibawah jumlah data sehingga perlu ditambahkan responden untuk mencukupi
data pengujian sehingga data yang dihasilkan valid.

4.2 Perhitunagan Batas Kendali

Dari data yang diperoleh kemudian kita analisis keseragaman datanya


dengan menghitung standar deviasi, BKA (Batas Kendali Atas) dan BKB
(Batas Kendali Bawah), berikut adalah hasil pengolahan data statistic pada
keseragaman data:
Tabel 4.2 Tabel Batas Kendali

R1
R2
Data (cm
Sim (cm) StandarDe
yang ) N’ BKA BKB

bol Nabi viasi
N Diukur Riz
lla
o ky

1 Tinggi TBB 171 152 161, 13,435 1,3 188, 134,6


Badan 5
84 37 3
berdiri

Tinggi TJT 212 189 200,


jangka 5 1,3 233, 167,9
16,263
uan 15 026 74
2 tangan

Jangka JT 78 69 73,5
1,4 86,2 60,77
uan 6,364
99 28 2
3 tangan

Rentan RT 173 151 162,


1,9 194, 130,4
g ,5 25 15,910
23 07 3
4 tangan

Tebal TB 15 11 13 9,4 18,6


2,828 7,344
5 badan 67 56

Tinggi TDT 90 83 86,5


0,6
duduk 4,950 96,4 76,6
54
6 tegak

Tinggi TM 86 72 79
3,1 98,7 59,20
mata D 9,899
40 98 2
7 duduk

Lebar LS 38 32 35
2,9 43,4 26,51
sandar 4,243
38 86 4
8 an

Siku SKS 51 44 47,5 2,1


4,950 57,4 37,6
9 ke siku 71

Lebar LP 48 37 42,5
6,6 58,0 26,94
1 pinggu 7,778
98 56 4
0 l

Tinggi TS 45 45 45
1 sandar 0,000 0 45 45
1 an

Panjan PS 21 16 18,5
g 7,3 25,5 11,42
3,536
1 sandar 04 72 8
2 an
Tinggi TSD 25 24 24,5
0,1 25,9 23,08
1 siku 0,707
66 14 6
3 duduk

Tinggi TPL 49, 36 42,7


9,9 61,8 23,65
1 poplite 5 5 9,546
72 42 8
4 al

Pantat PPL 45 41 43
0,8 48,6 37,34
1 poplite 2,828
65 56 4
5 al

Pantat PKL 56 50 53
1,2 61,4 44,51
1 ke 4,243
81 86 4
6 lutut

Panjan PJ 1 9 8 8,5 1,3 9,91


0,707 7,086
g jari 1 84 4

Panjan PJ 2 9,5 9 9,25 0,2 9,95


0,354 8,542
g jari 2 92 8

Panjan PJ 3 11 9,5 10,2 2,1 12,3


1,061 8,128
g jari 3 5 41 72

Panjan PJ 4 10, 8,5 9,5 4,4 12,3


1,414 6,672
g jari 4 5 32 28

1 Panjan PJ 5 8 7,5 7,75 0,4 8,45


0,354 7,042
7 g jari 5 16 8

Lebar LJ 10 9 9,5
1,1 10,9
1 jari 0,707 8,086
08 14
8 2,3,4,5

Lebar LTT 13 12 12,5


0,6 13,9 11,08
1 telapak 0,707
4 14 6
9 tangan

Njang PTT 19 15 17
5,5 22,6 11,34
2 telapak 2,828
36 56 4
0 tangan

Panjan PTK 26 21 23,5


g 4,5 30,5 16,42
3,536
2 telapak 26 72 8
1 kaki
2 Lebar LK 10, 9 9,75 2,3 11,8
1,061 7,628
2 kaki 5 66 72

Tinggi TM 8 7 7,5
1,7 8,91
2 mata K 0,707 6,086
77 4
3 kaki

2 Lebar LK 14 13 13,5 0,5 14,9 12,08


0,707
4 kepala A 48 14 6

Setelah diamati hasil dari keseragaman data setiap ukuran dimensi


masing-masing responden seragam dalam artian data yang didapat sesuai
kriteria yaitu didalam batas kendali data. Karena data yang didapat berada
didalam batas kendali data, maka dapat dipastikan bahwa data yang
didapatkan seragam dan berasal dari perhitungan dan pengukuran yang sama
sehingga dapat digunakan untu pengujian selanjutnya.

4.3 Analisis Percentil


Perhitungan persentil dilakukan menggunakan besaran 5, 10, 50, 90, 95.
Perhitungan bedasarkan kedua data sumber menggunakan rumus sebagai berikut:

P5 = Persentil 5th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P5 = X́ −1,645 σ

P10 = Persentil 10th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P10 = X́ −1,280 σ
P50 = Persentil 50th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P50 = X́

P90 = Persentil 90th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P90 = X́ −1,280 σ

P95 = Persentil 95th Dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

P95 = X́ −1,645 σ

4.3 Tabel Analisis Percentil

Std. Persentil
No R2 X́
R1 Deviasi 5 10 50 90 95
1 171 152 161,5 13,435 139,3994 144,3032 161,5 178,6968 183,601
2 212 189 200,5 16,263 173,7474 179,6834 200,5 221,3166 227,253
3 78 69 73,5 6,364 63,03122 65,35408 73,5 81,64592 83,969
4 173,5 151 162,25 15,91 136,0781 141,8852 162,25 182,6148 188,422
5 15 11 13 2,828 8,34794 9,38016 13 16,61984 17,652
6 90 83 86,5 4,95 78,35725 80,164 86,5 92,836 94,643
7 86 72 79 9,899 62,71615 66,32928 79 91,67072 95,284
8 38 32 35 4,243 28,02027 29,56896 35 40,43104 41,980
9 51 44 47,5 4,95 39,35725 41,164 47,5 53,836 55,643
10 48 37 42,5 7,778 29,70519 32,54416 42,5 52,45584 55,295
11 45 45 45 0 45 45 45 45 45,000
12 21 16 18,5 3,536 12,68328 13,97392 18,5 23,02608 24,317
13 25 24 24,5 0,707 23,33699 23,59504 24,5 25,40496 25,663
14 49,5 36 42,75 9,546 27,04683 30,53112 42,75 54,96888 58,453
15 45 41 43 2,828 38,34794 39,38016 43 46,61984 47,652
16 56 50 53 4,243 46,02027 47,56896 53 58,43104 59,980
9 8 8,5 0,707 7,336985 7,59504 8,5 9,40496 9,663
9,5 9 9,25 0,354 8,66767 8,79688 9,25 9,70312 9,832
17 11 9,5 10,25 1,061 8,504655 8,89192 10,25 11,60808 11,995
10,5 8,5 9,5 1,414 7,17397 7,69008 9,5 11,30992 11,826
8 7,5 7,75 0,354 7,16767 7,29688 7,75 8,20312 8,332
18 10 9 9,5 0,707 8,336985 8,59504 9,5 10,40496 10,663
19 13 12 12,5 0,707 11,33699 11,59504 12,5 13,40496 13,663
20 19 15 17 2,828 12,34794 13,38016 17 20,61984 21,652
21 26 21 23,5 3,536 17,68328 18,97392 23,5 28,02608 29,317
22 10,5 9 9,75 1,061 8,004655 8,39192 9,75 11,10808 11,495
23 8 7 7,5 0,707 6,336985 6,59504 7,5 8,40496 8,663
24 14 13 13,5 0,707 12,33699 12,59504 13,5 14,40496 14,663
JUMLAH 1266,5 121,623 1066,43 1110,823 1266,5 1422,177 1466,57

Setelah melihat data diatas, dapat diketahui persentil masing-masing


ukuran dimensi sesuai besar persentil dimana P5 menunjukkan ada 5% dari
populasi yang memiliki ukuran pada persentil 5 dan ada 10% dari populasi yang
mempunyai ukuran tubuh pada P10 begitu juga dengan P50, P90, dan P95.
Artinya apabila kita membuat sebuah produk, kita harus memperhitungkan data
diatas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Setelah melihat perhitungan diatas dan analisis diatas maka dapat ditarik
kesimpulan pada laporan praktikum ini, berikut ini adalah kesimpulannya :

1. Sebuah pengukuran dimensi harus melalui tahap uji coba kecukupan data
agar dapat mendapatkan hasil dari uji kecukupan data yang nantinya
digunakan sebagai salah satu factor validitas hasil penelitian. Begitu juga
dengan keseragaman data dan persentil.
2. Sebelum membuat produk harusnya dilakukan penelitian antropometri ini
terlebih dahulu supaya produk yang sudah jadi nantinya bisa digunakan
dengan nyaman oleh semua konsumen.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran dari kelompok kami yang nantinya diharapkan dapat
memberikan perbaikan terhadap praktikum ini :

1. Fasilitas alat harusnya ditambah agar tidak terjadi penumpukan


2. Gambar penunjuk lebih baik disediakan yang lebih jelas agar
praktikan dapat memahami gambar dan ukuran tidak tertukar
LINGKUNGAN KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industrialisasi selalu diikuti oleh penerapan penggunaan bahan, teknologi tinggi,


dan pengguna bahan yg semakin rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaan
bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti
oleh kesiapan SDM. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya
musibah seperti: kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan
timbulnya penyakit akibat kerja. Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja seperti: kebisingan, temperatur, pencahayaan,
getaran, bau-bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, ventilasi. Semua faktor
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif.
(Safwadi,2005)

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui pengaruh terhadap intensitas cahaya, kebisingan dan juga


temperatur. lingkungan kerja dengan hasil kerja dan terdapat temperature,
cahaya dan juga kebisingan yang bisa optimal.

2. Untuk menganalisa lalu membuat rancangan kerja sehingga menjadi ruang


lingkup kerja yang sesuai ergonomi.

3. Untuk memahami pentingnya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap output


suatu pekerjaan, serta mahasiswa menjadi dapat menganalisa tentang
lingkungan di tempat kerja mereka masing-masing.
1.3 Alat dan Bahan yang digunakan

Peralatan dan bahan yang digunakan selama praktikum ini antar lain :

1. Ruang Climate Chamber + computer

2. Sound level meter

3. Stopwatch

4. Lux meter, Alat ukur temperature Objek Perakitan

5. Alat tulis dan lembar pengamatan

1.5 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada ;


Hari/Tanggal : Kamis , 10 Oktober 2019
Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : D-207, Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Mardiana (2005) "Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana


pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari". Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja
optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai
imenyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawaitersebut akan betah
di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan
secara efektif dan optimis prestas kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan
hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai
bekerja.

Menurut Nitisemito (2001) "Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang diembankan."

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Soedarmayanti (2001, h.21) bahwa faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja adalah sebagai berikut:

a) Penerangan/ Cahaya

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna


mendapat keselamatan dan kelancaran bekerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan
lambat,banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan. Pada dasarnya, cahaya dapat
dibedakan menjadi empat yaitu cahaya langsung, cahaya setengah langsung
cahaya tidak langsung dan cahaya setengah tidak langsung.

b) Suhu Udara

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk


menjagakelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di
sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan membantu
mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

c) Suara Bising

Salah satu populasi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya
adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak
dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius
bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi,
maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat
dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.

d) Keamanan Kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan
aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk
menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan
Petugas Keamanan (SATPAM).
e) Hubungan Karyawan

Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan


hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja
akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kin3rja
karyawan dapat meningkat.

f) Temperatur

Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit
Muktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian
dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suhu inti ini
diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari
Core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan,
kaki dan scluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal


tubuh (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi). Kapasitas untuk
beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah untuk mentolerir
kekurangan panas secara temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada
seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat menyesuaikan diri
karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan
penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah
jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh
(Sutalaksana, 1979).
Menurut Sutalaksana (1979) berbagai tingkat temperatur akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut.

1. 49 derajat celcius temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh


diatas kemampuan fisik dan mental

2. 30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun


dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul
kelelahan fisik.

3. 24 derajat celcius kondisi kerja optimum

4. 10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.

Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa produktivitas kerja


manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada suhu 24 sampai 27 derajat
celcius (Sutalaksana, 1979)

a. Pencahayaan

Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan


lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat
memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja.
Elisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan dan kecermatan
saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja,
serta keamanan kerja yang lebih besar. Cahaya merupakan sumber yang
memancarkan energi. Sebagian dari energi diubah menjadi cahaya
tampak. (e- USU Repository). Tingkat penerangan yang baik merupakan
salah satu faktor untuk memberikan kondisi penglihatan yang baik.
Dengan tingkat penerangan yang baik akan memberikan kemudahan bagi
seorarg operator dalam melihat dan memahami display, simbol-simbol
dan benda kerja secara baik pula. Indra yang yang berhubungan dengan
pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat manusia
penting untuk dipahami oleh seorang desainer display. Alat yang
digunakan untuk melakukan pengukuran intensitas pencahayaan
dinamakan Lux Meter.

Ciri-ciri Penerangan Yang Baik

Penerangan akan mempengaruhi seorang pekerja untuk dapat melihat


dengan baik. Untuk dapat melihat dengan baik maka dibutuhkan suatu
penerangan yang baik pula. Ciri-ciri penerangan yang baik tersebut
adalah:

a. Sinar/cahaya yang cukup

Sinar cahaya yang cukup akan mempengaruhi dan menentukan


kemampuan melihat secara tepat. Selain cahaya yang cukup variable
untuk dapat melihat secara tepat adalah ukuran objek yang dilihat, jarak
mata ke objek, kecepatan objek dan waktu lamanya penerangan. Untuk
dapat tambahan melihat barang-barang (obyek) yang kecil diperlukan
penerangan yang cukup dan Waktu yang agak lama. Peranan waktu yang
dibutuhkan dalam melihat ini akan bertambah penting bila obyek yang
dilihat dalam keadaan bergerak.

b. Sinar/cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.

Sumber-sumber glare:

a) Lampu yang dipasang terlalu rendah tanpa pelindung

b) Jendela atau ventilasi cahaya yang langsung berhadapan dengan


mata.

c) Cahaya dengan terang yang berlebihan

d) Pantulan dari permukaan terang.


Cahaya yang menyilaukan terjadi bila ada cahaya yang
berlebihan diterima oleh mata. Ada dua kategori cahaya yang
menyilaukan (glare):

1. Discomfort glare yaitu cahaya yang tidak menyenangkan


tetapi tidak begitu mengganggu kegiatan visualEfeknya: Sakit kepala
dan dapat meningkatkan kelelahan.

2. Disability glare yaitu cahaya yang sangat mengganggu


karena mata langsung menerima silau cahaya yang dipancarkan.
Contoh: menatap matahari

Efeknya : Merusak mata mungkin dapat mengakibatkan kebutaan

Dilihat dari objeknya glare digolongkan kedalam dua macam


direct dan indirect glare zone. Obyek yang dilihat harus terbebas dari
cahaya yang menyilaukan. Cahaya yang menyilaukan dapat langsung
datang dari sumber cahaya (direct-glare zone) ataupun dari
pemantulan pengembalian cahaya (indirect-glare zone). Benda yang
mengkilap, licin, halus dan berkilau akan mengganggu pekerja saat
melihat objek yang dilihat. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan
menempatkan kembali suatu pekerjaan dan sumber- sumber
penerangan, untuk mengurangi cahaya pantulan yang menuju pada
objek yang sedang dikerjakan. Standart Australia AS 1680
memberikan tingkat-tingkat maximum luminansi untuk berbagai sudut
yang berbeda dari garis vertikal yang rapat dibawah the luminaire.
Biasanya tingkat luminance dibatasi dalam daerah 450-900.
Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai yang mengkilap juga
perlu menghindari adanya glare (silau). Pada umumnya intensitas
penerangan dalam tempat kerja dapat diatur menurut tabel dibawah
ini:
Pedoman Intensitas Penerangan

Jenis Pekerjaan Illuminasi

Kasar 100-200 lux

Sedang 200-500 lux

Sedang 1000-2000 lux

Sangat Halus 1000-2000 lux

b. Kontras yang tepat

Untuk dapat melihat objek dengan jelas maka perlu kekontrasan. Kontras
yang kurang berakibat kesulitan untuk melihat benda tersebut, kontras
yang berlebihan pun akan mengakibatkan kesalahan dan kesulitan untuk
melihat objek. Background yang kacau sebaiknya dihindari. Untuk
meningkatkan kekontrasan dapat dilakukan dengan menambah tingkat
terangnya canaya yang dibutuhkan dan juga pemilihan warna yang tepat.
Peningkatan kontras mungkin salah satu cara yang lebih efektif dalam
upaya meningkatkan kemampuan daya lihat Latar belakang daerah kerja
dibuat sesederhana mungkin. Background yang kacau, yang mempunyai
banyak perpindahan seharusnya dihindari dengan menggunakan sekat-
sekat.

c. Kualitas Pencahayaan (Brightness) yang tepat

Menunjukkan jangkauan dari luminansi dalam daerah penglihatan.


Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan
sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1.Brightness yang tepat akan
memberikan efek produktivitas yang tinggi pada pekerja. Terangnya
cahaya yang diperlukan oleh suatu obyek tergantung pada banyaknya
cahaya yang dipantulkan dari obyek tersebut ke mata kita. Penglihatan
kesuatu bagian sering tergantung dari perbedaan cahaya diantara bagian
tersebut dengan latar belakangnya. Atau perbedaan terangnya cahaya
dapat dinyatakan sebagai ratio perbandingan terangnya cahaya, makin
besar perbedaan ratio makin cepat tugas dilaksanakan. Untuk efisien dan
mudahnya melihat maka penerangan hendaknya mempunyai cahaya
terang yang relatif uniform.

d. Bayangan (shadow) dan distribusi cahaya yang baik.

Bayang-bayang yang tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan yang
kecil atau cahaya matahari. Secara umum shadow digunakan untuk
inspeksi menunjukkan cacat pada permukaan suatu barang. Dengan
distribusi cahaya yang baik maka akan dapat mengurangi kelelahan pada
mata kita karena harus selalu fokus kepada objek yang dilihat. Banyaknya
cahaya yang dipancarkan dan diperlukan tergantung dengan jenis
pekerjaanyang dilakukan. Pada umumnya distribusi penerangan yang
merata akan dibutuhkan didalam industri, karena ini akan memungkinkan
fleksibilitas dalam lay-out dan akan membantu adanya perataan
uniformitas dari terangnya cahaya. Penerangan yang buruk, adanya
bagian-bagian yang gelap dan bagian-bagian yang terang, adalah kurang
baik

e. Pemilihan Warna yang tepat

Pengaruh adanya warna akan dapat dirasakan dalam kemudahan melihat


warma dapat meminimalisir kelelahan pada mata. Warna juga membawa
efek psikologis suatu ruangan, contoh ruangan dengan warna cerah akan
menimbulkan kesan yang lebih luas dibandingkan dengan warna-warna
gelap. Pengaruh adanya warna akan jelas, dalam keselamatan dan
kemudahan dalam melihat. Jika diadakan pengkoordnasian penerangan
dengan baik, pemilihan warna yang baik maka akan menimbulkan
keadaan penglihatan yang cukup baik, yaitu akan mengurangi sinar silau,
mengawasi kontras yang tajam dan meminimalisir kelelahan mata

f. Kebisingan

Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian
tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran
dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Dalam kaitan ini kebisingan
memiliki efek yang berbeda terhadap kinerja. Definisi ini dapat meliputi
variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapt merusak pendengaran. Suara
radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik
yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda.
Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra
pendengaran. Ada pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya
untuk pekerjaan yang rumit dan memerlukan konsentrasi penuh. Ada tiga
aspek yang menetukan atas bunyi yang menentukan tingkat gangguan
terhadap manusia yaitu:

 Lama waktu bunyi tersebut terdengar

 Intensitas biasanya diukur dengan desibel (dB) yang menunjukan


besarnya arus energi per satuan luas.

 Frekuensi suara yang menunjukan jumlah gelombang suara yang


sampai ditelinga seseorang setiap detik (jumlah getaran per detik atau
hertz). Peralatan kerja bertenaga listrik maupun mekanis yang
konvensional, seperti misalnya gergaji lingkar (circular saws), drill,
gerinda, pengencang mur-baut dan lainnya yang sejenis, akan
menghasilkan tingkat kebisingan yang dapat menimbulkan masalah
serius bagi indera pendengaran kita bahkan dapat menyebabkan
ketulian atau yang disebut dengan Noise Induced Deafness.
Sumber kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin dipabrik
(suara bernada tinggi dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin tekan),
suara "klik" dari keyboard, pesawat yang melintas diangkasa, lalu-lintas
dijalan raya (keadaraan bermotor). Alat yang digunakan untuk mengukur
tingkat kebisingan suatu lingkungan kerja dinamakan Sound Level Meter.

Adanya pengaruh kebisingan ini akan menyebabkan penurunan kualitas


pendengaran. Hal ini jelas akan menghambat arus informasi yang diperlukan
dalam pekerjaan. Selai gangguan pendengaran, kebisingan juga menycbabkan
terjadinya gangguan psikologis, komunikasi, rasa lelah, mengurangi efisiensi.
Kondisi ini jelas akan menurunkan kinerja perusahaan. Dengan
memperhatikan efek-efek negatif akibat adanya kebisingan, maka perlu
dilakukan tindakan pencegahan atau dilakukan tindakan preventif dengan
memberikan alat sumbat telinga pada pekerja.
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data

Layout kerja perakitan


Assembly Proses Chart
Cover Steker
110

Ujung Steker

121

Baut Persegi

122 SA1
2x proses

Mur Kecil

123

A1
Cover Steker (bawah)
124

KONDISI Baut 1
125 SA2

Mur Besar
Packaging
126

KONDISI 1
KONDISI 1
Suhu = 30 derajat
Pencahayaan = Terang
 
Kebisingan = 86,2 dB
Waktu
No
(detik)
1 170
2 98
3 159
4 89
5 90
Total 606
Rata-rata 121.2

1. Waktu Siklus

Ws = 121.2

2. Waktu Normal
Indikator Faktor Penyesuaian
No Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
1 Keterampilan Excellent B1 +0.11
2 Usaha Excellent B2 +0.08
3 Kondisi Kerja Good C +0.02
4 Konsistensi Good C +0.01
Faktor Penyesuaian (P) = 1 + 0.22 = 1.22
Wn = Ws x P
Wn = 121.2 x 1.22
Wn = 147.864

3. Waktu Baku
NO FAKTOR KELONGGARAN
Tenaga Yang Di Keluarkan 0,0 – 6,0
A
*Dapat diabaikan *3
B Sikap Kerja 0,0 – 1,0
*Duduk *1
Gerakan Kerja 0
C
*Normal *0
Kelelahan Mata
7,5 – 12,00
D *Pandangan terus menerus
*9
dengan fokus berubah-ubah
Keadaan Temperatur Tempat
5 – 40
E Kerja
*5
*Tinggi = 30
Keadaan Atmosfer 0
F
*Baik *0
Keadaan Lingkungan Yang Baik 0
G
*Baik *0
Kebutuhan Pribadi 0 – 2,5%
H
*Pria *0,5% = 0,005
Total 18.005

Wb = Wn + (Wn x i)

i = 18.005
Wb = Wn + (Wn x i)
Wb = 147.864 + (147.864 x 18.005)
Wb = 147.864 + 2,662.291
Wb = 2,810.155

KONDISI 2

KONDISI 2
Suhu = 25 derajat
Pencahayaan = Redup
Kebisingan = 87,1 dB
Waktu
No
(detik)
1 94
2 91
3 209
4 92
5 128
Total 614
Rata-
122.8
rata

1. Waktu Siklus

Ws = 122.8

2. Waktu Normal
Indikator Faktor Penyesuaian
No Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
1 Keterampilan Excellent B1 +0.11
2 Usaha Excellent B2 +0.08
3 Kondisi Kerja Good C +0.02
4 Konsistensi Good C +0.01
Faktor Penyesuaian (P) = 1 + 0.22 = 1.22
Wn = Ws x P
Wn = 122.8 x 1.22
Wn = 149.816

3. Waktu Baku
NO FAKTOR KELONGGARAN
Tenaga Yang Di Keluarkan 0,0 – 6,0
A
*Dapat diabaikan *3
Sikap Kerja 0,0 – 1,0
B
*Duduk *1
Gerakan Kerja 0
C
*Normal *0
Kelelahan Mata
7,5 – 12,00
D *Pandangan terus menerus
*9
dengan fokus berubah-ubah
Keadaan Temperatur Tempat
0–5
E Kerja
*3
*Normal = 25
Keadaan Atmosfer 0
F
*Baik *0
Keadaan Lingkungan Yang Baik 0
G
*Baik *0
Kebutuhan Pribadi 0 – 2,5%
H
*Pria *0,5% = 0,005
Total 16,005

i = 16,005
Wb = Wn + (Wn x i)
Wb = 149.816 + (149.816 x 16.005)
Wb = 149.816 + 2,397.805
Wb = 2,547.621
KONDISI 3

KONDISI 3
Suhu = 20 derajat
Pencahayaan = Gelap
 
Kebisingan = 85,9 dB
Waktu
No
(detik)
1 90
2 125
3 146
4 79
5 69
Total 509
Rata-rata 101.8

1. Waktu Siklus

Ws = 101.8

2. Waktu Normal
Indikator Faktor Penyesuaian
No Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
1 Keterampilan Excellent B1 +0.11
2 Usaha Excellent B2 +0.08
3 Kondisi Kerja Good C +0.02
4 Konsistensi Good C +0.01
Faktor Penyesuaian (P) = 1 + 0.22 = 1.22
Wn = Ws x P
Wn = 101.8 x 1.22
Wn = 124.96

3. Waktu Baku
NO FAKTOR KELONGGARAN
Tenaga Yang Di Keluarkan 0,0 – 6,0
A
*Dapat diabaikan *3
Sikap Kerja 0,0 – 1,0
B
*Duduk *1
Gerakan Kerja 0
C
*Normal *0
Kelelahan Mata
7,5 – 12,00
D *Pandangan terus menerus
*9
dengan fokus berubah-ubah
Keadaan Temperatur Tempat
5 – 40
E Kerja
*5
*Tinggi = 20
Keadaan Atmosfer 0
F
*Baik *0
Keadaan Lingkungan Yang Baik 0
G
*Baik *0
Kebutuhan Pribadi 0 – 2,5%
H
*Pria *0,5% = 0,005
Total 18.005

Wb = Wn + (Wn x i)

i = 18.005
Wb = Wn + (Wn x i)
Wb = 124.196 + (124.196 x 18.005)
Wb = 124.196 + 2,236.1489
Wb = 2,360.344

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Pengaruh Suhu Terhadap Produktivitas

Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa seperti berikut:

Waktu Suhu
30˚ C
Waktu Siklus 121,2
Waktu Normal 147,864
Waktu Baku 2810,155
25˚ C
Waktu Siklus 122,8
Waktu Normal 149,816
Waktu Baku 2547,621
20˚ C
Waktu Siklus 101,8
Waktu Normal 124,96
Waktu Baku 2360,344

Dari hasil analisis tersebut, dapat diasumsikan bahwa produktivitas kerja


seseorang tergantung pada kenyamanan suhu yang biasa dia rasakan. Produktivitas
kerja seseorang tergantung pada kenyamanan suhu yang biasa dia rasakan.
Produktivitas akan maksimal ketika operator bekerja pada tingkat intensitas suhu
tersebut.

4.2. Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Produktivitas

Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa seperti berikut:

Waktu Suhu
86,2 dB
Waktu Siklus 121,2
Waktu Normal 147,864
Waktu Baku 2810,155
87,1 dB
Waktu Siklus 122,8
Waktu Normal 149,816
Waktu Baku 2547,621
85,9 dB
Waktu Siklus 101,8
Waktu Normal 124,96
Waktu Baku 2360,344

Bedasarkan analisis, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja


mencapai tingkat optimal apabila tingkat kebisingan berada pada tingkat kebisingan
85,9 dB. Karena tingkat kebisingan yang paling rendah justru akanmembuat operator
terbawa suasana santai. Sedangkan untuk intensitas tinggi justru membuat operator
sulit berkonsentrasi dan memperlambat kerja.

4.3. Analisis Pengaruh Cahaya Terhadap Produktivitas

Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa seperti berikut:

Waktu Suhu
Terang
Waktu Siklus 121,2
Waktu Normal 147,864
Waktu Baku 2810,155
Redup
Waktu Siklus 122,8
Waktu Normal 149,816
Waktu Baku 2547,621
Gelap
Waktu Siklus 101,8
Waktu Normal 124,96
Waktu Baku 2360,344

Cahaya berintensitas rendah atau gelap memiliki waktu siklus pekerjaan sebesar
101,8 atau dikatakan paling cepat. Namun pada tingkat cahay berintesitas sedang dan
tinggi memiliki waktu siklus yang lebih besar dari waktu siklus pada kondisi gelap.
Sehingga dari analisis tersebut, dapat diasumsikan bahwa produktivitas kerja akan
mainimal ketika operator bekerja pada tingkat intensitas cahaya tinggi atau terang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan analisa praktikum, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi lngkungan kerja baik fisik maupun non fisik sangat
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terhadap output yang dihasilkan. Agar
output yang dihasilkan maksimal tingkat pencahayaan, kebisingan, dan temperature
lingkungan kerja operator haruslah diperhatikan. Hal tersebut diharapkan akan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga
kerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja.

5.2 Saran

Untuk sarana dan prasarana dalam area praktikum harus lebih ditingkatkan
agar kegiatan praktikum selanjutnya bisa berjalan dengan baik dan relevan dengan
perkembangan jaman. Mulai dari tempat, alat, dan bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum.
BEBAN KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu


tempat khususnya seperti perkantoran, pabrik, rumah sakit, dan lain-lain. Beban
kerja adalah sesuatu yang dirasakan berada di luar kemampuan pekerja untuk
melakukan pekerjaannya. Kapasitas seseorang yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan harapan (performa harapan) berbeda dengan
kapasitas yang tersedia pada saat itu (performa aktual). Perbedaan diantara
keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas yang mencerminkan beban kerja.

Menurut Munandar (2001:381), terdapat dua aspek yang menjadi beban kerja,
yaitu:

1. Beban kerja sebagai tuntutan fisik

Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal


disamping dampaknya terhadap kinerja pegawai kondisi fisik berdampak pula
terhadap kesehatan mental seorang tenaga kerja, kondisi fisik pelerjaaan
mempunyai pengaruhi terhadap mental seorang tenaga kerja. kondisi fisik
pekerja mempengaruhi terhadap kondisi fatal dan psikologis seseorang.

2. Beban kerja sebagai tuntutan tugas

Beban kerja berlebihan dan beban kerja yang sedikit dapat berpengaruh
terhadap kinerja pegawai. Pada umumnya pekerjaan yang berlebihan
merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan
(tension).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum beban kerja ini adalah untuk mampu mengukur berapa
besar energi yang dikeluarkan dan detak jantung oleh operator pada saat operator
tersebut berjalan di atas treadmill dengan jarak dan perhitungan waktu yang telah
ditentukan.

1. Untuk pengukuran detak jantung setiap 30 second pada saat operator berjalan
di atas treadmill.
2. Untuk mengetahui beban kerja yang dialami operator setelah melakukan
aktivitas fisik diukur dengan pengukuran denyut nadi kerja dan denyut nadi
istirahat.

1.3 Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Treadmill

2. Stopwatch

3. Alat tulis dan form data

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019

Pukul : 13.00 - 15.00 WIB

Tempat : Ruang D-207 Universitas Mercu Buana Jakarta


BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Beban kerja

Menurut Webster beban kerja sebagai jumlah pekerjaan atau waktu bekerja
yang diharapkan kepada pekerja dan total jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh suatu departemen atau kelompok pekerja dalam suatu periode
waktu tertentu.

Secara umum beban kerja adalah beban layak pekerjaan yang berlebihan yang
dibedakan menjadi dua beban layak, yaitu beban layak kuantitatif dan beban
layak kualitatif. Beban layak kuantitatif yaitu beban yang terlalu banyak untuk
dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
sedangkan beban layak kualitatif yaitu individu merasa kurang memiliki
kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan karena standar yang terlalu tinggi
(Suwanto, 2010).

Menurut PERMENDAGRI No.12/2008: “Beban kerja adalah besaran


pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu”.

2.2 Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai


tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya
pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun. Menurut
O’Donnell dan Eggemeier (1986), pengukuran beban kerja dapat dilakukan
dalam tiga jenis, yaitu:

A. Pengukuran Subjektif

Pengukuran subjektif adalah pengukura yang didasarkan pada penilaian dan


pelaporan okeh pekerja terhadap beban kerja yang dirasakannya dalam
menyelesaikan suatu tugas. Pengukuran jenis ini pada umumnya
menggunakan sekla penilaian (rating scale).

B. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah pengukuran yang diperoleh melalui pengamatan


terhadap aspek-aspek perilaku atau aktivitas yang ditampilkan oleh pekerja.
Salah satu jenis dalam pengukuran kinerja adalah pengukuran yang diukur
berdasarkan waktu. Pengukuran kinerja berdasarkan waktu adalah metode
untuk mengetahui waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh
pekerja yang memiliki suatu kualifikasi tertentu. Didalam suasana kerja yang
telah ditentukan serta dikerjakan dengan suatu tempo tertentu.

C. Pengukuran Fisiologis

Pengukuran fisiologis merupakan pengukuran yang mengukur tingkat beban


kerja dengan mengetahui beberapa aspek dari respon fisiologis pekerja
sewaktu menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu. Pengukuran yabg
dilakukan biasanya pada refleks pupil, bola mata, aktivitas otot dan respon
dari tubuh lainnya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut dengan strain. Strain
akan dinilai baik jika berat kinerjanya subjektif dan objektif, yakni dengan
melakukan perubahan reaksi fisologis. Secara ringkas faktor internal meliputi:

a. Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi


kesehatan, status gizi.

b. Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,


kepuasaan, dan lain sebagainya.

Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,
status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor. Yang
termasuk beban kerja eksternal adalah:

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang
diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,
kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan
tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,


lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

2.4 Penilaian Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja Mental

Beban Kerja Fisik


Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat
dilakukandengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung
dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan
mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja.
Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun
hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan
yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan
menghitung denyut nadi selama kerja. Kemudian Konz (1996) mengemukakan
bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik,
kecuali dalam keadaan emosi. Katagori berat, ringan nya beban kerja didasarkan
pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung

Tabel 4.1Tabel Kategori Beban Kerja

Kate Konsumsioks Vestilasip S DenyutJantung(


gori igen(l/min) aru(l/min) u denyut/min)
beba h
n u
kerja r
e
k
ta
l

(
˚
C
)

3
Ring
0,5 –1,0 11–20 7, 75–100
an
5

3
7,
5
Seda
1,0 –1,5 20 –31 – 100–125
ng
3
8,
0

3
8,
0
Bera
1,5–2,0 31–43 – 125–150
t
3
8,
5

3
8,
Sang 5
at 2,0 –2,5 43 –56 – 150–175
berat 3
9,
0

Sang 2,5–4,0 60 –100 > > 175


at 3
berat
seka
9
li

Sumber: Chris tensen (1996 )

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja
seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti
atau sebaliknya.

Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan
oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran zat dalam
menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh
untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja.
Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan
dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan
semakin besar pula energi yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka
besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
menentukan berat ringannya beban kerja.

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Kepmennaker (1999), menetapkan


kategori beban kerjamenurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

Beban kerja ringan : 100–200 kilo kalori/jam

Beban kerja sedang : >200 –350 kilo kalori/jam

Beban kerja berat : > 350 –500 kilo kalori/jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Komsumsi energi diukur
dalam satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan energi setiap
kebutuhan 1 liter oksigen akanmemberikan 4,8 kilo kalori energi yang setara
dengan 20 KJ. Dalam satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2 kilo joule (KJ).

Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai
sebagai penentu besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses Metabolisme
merupakan fasa yang penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk
kerja fisik. Besarnya energi yang dihasilkan/dikonsumsi dinyatakan dalam satuan
kilo kalori (Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi ringan (berjalan,
berdiri/duduk, berpakaian) memerlukkan tambahan kalori kerja 600-700 Kcal/24
jam. Standar untuk energi Kerja 5.2 Kcal/menit adalah energi maksimum yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan fisik sedang secara terus-menerus.

Tabel 4.2 Tabel Kebutuhan kalori perjam menurut jenis aktivitas

Kilo
No. Jenis Aktivitas Kalori/Jam/KgBerat
Badan

1 Tidur 0,98

2 Dudukdalam keadaan istirahat 1,43

3 Membaca dengan intonasi keras 1,50

4 Berdiri dalam keadaan tenang 1,50

5 Menjahit dengan tangan 1,59

Berdiri dengan konsentrasi terhadap


6 1,63
suatu objek

7 Berpakaian 1,69

8 Menyanyi 1,74

9 Menjahit dengan mesin 1,93

10 Mengetik 2,00

Menyetrika (berat setrika ± 2,5


11 2,06
kg)

12 Mencuci peralatan dapur 2,06

Menyapu lantai dengan kecepatan ±38


13 2,41
kali permenit

14 Menjilid buku 2,43

15 Pelatihan ringan 2,43


Jalan ringan dengan
16 2,86
kecepatan±3,9 km/jam

Pekerjaan kayu, logam dan pengecetan


17 3,43
dalam industri

18 Pelatihan sedang 4,14

Jalan agak cepat dengan kecepatan ±5,6


19 4,28
km/jam

20 Jalan turun tangga 5,20

21 Pekerjaan tukang batu 5,71

22 Pelatihan berat 6,43

23 Pekerjaan kayu secara manual 6,86

24 Berenang 7,14

25 Lari dengan kecepatan ±8 km/jam 8,14

26 Pelatihan sangat berat 8,57

Jalan sangat cepat dengan kecepatan ±8


27 9,28
km/jam

28 Jalan naik tangga 15,80

Kebutuhan kalori perjam tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan kalori


terhadapenergi yang dikeluarkan akibat beban kerja utama. Sehingga masih
diperlukan tambahan kalori apabila terdapat beban kerja tambahan seperti , suhu
lingkungan yang panas dan lain-lain. Menurut Grandjean (1993) bahwa
kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam sehari ditentukan oleh tiga hal:

1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal


Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat
denganperut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada ukuran berat
badan dan jenis kelamin.

2. Kebutuhan kalori untuk kerja

Kebutuhan kalori untuk kerja sangat ditentukan dengan jenis aktivitas kerja
yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan.

3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja

Rata-rata kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja adalah ± 2400
kilo Joule (573 kilo kalori) untuk seorang laki-laki dewasa dan sebesar ± 2000
- 2400 kilo Joule (477- 425 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa.

Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo kalori yang
dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat
meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih
mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indeks beban kerja. Dan salah
satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan
merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan.

Denyut nadi untuk mengistimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa
jenis yangdidefinisikan oleh Grandjean (1993):
1. Denyut nadi istirahat adalah rata-rata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja
Beban Kerja Mental

Selain beban kerja fisik , beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.
Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban
kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi
faal tubuh. Secarafisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis
pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga
lebih rendah. Pada hal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas
lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja
otak (white-collar) dari pada kerja otot (Blue-collar).

Dengan demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan


penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja .
Sedangkan jenis pekerjaan yang lebih memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti
petugas air traffic controllers di Bandara udara adalah sangat berhubungan
dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama
orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat kesiapsiagaannya.
Maka uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah tes ‘waktu
reaksi’. Dimana waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk menilai
kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental

2.5 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik
maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan
kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena
tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian
pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba,
2000, dalam Prihatini, 2007).
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukurjarak, heart rate, konsumsi


energi, dan waktu istirahat operator dengan alat bantu treadmill dengan 3
keadaan speed yang berbeda. Berikut merupakan hasil objek pengukuran:

Kondisi 1

TIME DISTANCE PULSE REST


SPEED ENERGY
( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 2 82
60 (01.00) 0 4 90
90 (01.30) 0 6 101
120
0 7 104
(02.00)
150
0 9 93
(02.30)
180
0,1 11 75
2 (03.00) 2 menit
210
0,1 13 87
(03.30)
240
0,1 14 81
(04.00)
270
0,1 16 88
(04.30)
300
0,1 18 88
(05.00)
Istirahat 87
TIME DISTANCE PULSE REST
SPEED ENERGY
( SEC) (km) (HR) (MIN)
3 30 0 2 91 2 menit
60 (01.00) 0 2 95
90 (01.30) 0 7 89
120
0 10 90
(02.00)
150
0,1 13 95
(02.30)
180 0,1 15 94
(03.00)
210
0,1 18 97
(03.30)
240
0,1 20 80
(04.00)
270
0,2 23 110
(04.30)
300
0,2 26 133
(05.00)
Istirahat 86
Kondisi 2
Kondisi 3

TIME DISTANCE PULSE REST


SPEED ENERGY
( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 4 95
60 (01.00) 0 9 99
90 (01.30) 0,1 15 86
120
0,1 20 106
(02.00)
150
0,2 25 94
(02.30)
180
0,2 30 92
5 (03.00) 2 menit
210
0,2 34 97
(03.30)
240
0,3 40 90
(04.00)
270
0,3 44 87
(04.30)
300
0,4 49 95
(05.00)
Istirahat 103

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Perhitungan Heart Rate, Konsumsi Energi, dan Waktu Istirahat
KONDISI 1
1. Menentukan HR / Speed
a. Menentukan Max HR
Max HR=220 – 21=199 bpm
b. Menentukan rata-rata HR
Jumlah HR
Rata−Rata HR =
Banyak Data
889
Rata−Rata HR =
10
Rata−Rata HR =88.9 bpm
Karena HR rata-rata berada dalam < 90 maka pekerjaan yang dilakukan
tergolong ringan.

2. Konsumsi Energi
a. Persamaan 1
Ecost=−1967+ 8.58 HR ( rata−rata ) +2.51 HT + 4.5 A−7.47 RHR +67.8 GEcost=−1967+ 8.
Ecost =−1,320.378 watt

b. Persamaan 2
X ( RHR )=87 bpm
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038 X + 4.71733 .10−4 . X 2
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038( 87)+ 4.71733 .10−4 . 872
Y ( Istirahat )=1.8041−1.992+35.705
Y ( Istirahat )=35.5171 kkal/min

X ( Rata−rata HR )=88.9 denyut /menit


Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038 X + 4.71733. 10− 4 . X 2
Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038(88.9)+4.71733 . 10−4 . 88.92
Y ( Kerja ) =1.8041−2.036+37.282
Y ( Kerja ) =37.050 kkal/min

KE ( Konsumsi Energi )=Y ( Kerja )−Y (Istirahat )


KE ( Konsumsi Energi )=37.050−35.5171
KE ( Konsumsi Energi )=1.532 kkal/min
Karena konsumsi energi< 2.5 maka, pekerjaan yang dilakukan termasuk
kedalam kategori ringan.

3. Waktu Istirahat
Ework−Erec
R=
Ework−Erest
37.050−5
R=
37.050−35.5171
32.050
R=
1.532
R=30 %
KONDISI 2

1. Menentukan HR / Speed
a. Menentukan Max HR
Max HR=220 – 21=199 bpm

b. Menentukan rata-rata HR
Jumlah HR
Rata−Rata HR =
Banyak Data
954
Rata−Rata HR =
10
Rata−Rata HR =95.4 bpm
Karena HR rata-rata berada dalam kisaran 90 – 110 maka pekerjaan yang
dilakukan tergolong sedang.

2. Konsumsi Energi
a. Persamaan 1
Ecost=−1967+ 8.58 HR ( rata−rata ) +2.51 HT + 4.5 A−7.47 RHR +67.8 GEcost=−1967+ 8.5
Ecost=−1,257.138 watt

b. Persamaan 2
X ( RHR )=86 bpm
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038 X + 4.71733 .10−4 . X 2
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038( 86)+ 4.71733 .10−4 . 862
Y ( Istirahat )=1.8041−1.9697+34.889
Y ( Istirahat )=34.723 kkal/min

X ( Rata−rata HR )=95.4 denyut /menit


Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038 X + 4.71733. 10− 4 . X 2
Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038(95.4 )+ 4.71733 .10−4 . 95.42
Y ( Kerja ) =1.8041−2.1850+37.963
Y ( Kerja ) =37.582kkal /min

KE ( Konsumsi Energi )=Y ( Kerja )−Y (Istirahat )


KE ( Konsumsi Energi )=37.582−34.723
KE ( Konsumsi Energi )=2.86 kkal/min
Karena konsumsi energi berada pada 2.5 – 5 maka, pekerjaan yang
dilakukan termasuk kedalam kategori sedang.

3. Waktu Istirahat
Ework−Erec
R=
Ework−Erest
37.582−5
R=
37.582−34.723
32.582
R=
2.86
R=11.4 %
KONDISI 3
1. Menentukan HR / Speed
a. Menentukan Max HR
Max HR=220 – 21=199 bpm

b. Menentukan rata-rata HR
Jumlah HR
Rata−Rata HR =
Banyak Data
941
Rata−Rata HR =
10
Rata−Rata HR =94.1 bpm
Karena HR rata-rata berada dalam kisaran 90 – 110 maka pekerjaan yang
dilakukan tergolong sedang.

2. Konsumsi Energi
a. Persamaan 1
Ecost =−1967+ 8.58 HR ( rata−rata ) +2.51 HT + 4.5 A−7.47 RHR +67.8 GEcost=−1967+ 8.5
Ecost=−1,395.282 watt

b. Persamaan 2
X ( RHR )=103 bpm
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038 X + 4.71733 .10−4 . X 2
Y ( Istirahat )=1.8041−0.0229038(103)+ 4.71733 .10−4 .1032
Y ( Istirahat )=1.8041−2.3590+ 44.253
Y ( Istirahat )=43.67 kkal/min

X ( Rata−rata HR )=94.1denyut /menit


Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038 X + 4.71733. 10− 4 . X 2
Y ( Kerja ) =1.8041−0.0229038(94.1)+4.71733 . 10−4 . 94.12
Y ( Kerja ) =1.8041−2.155+36.936
Y ( Kerja ) =36.585 kkal /min

KE ( Konsumsi Energi )=Y ( Kerja )−Y (Istirahat )


KE ( Konsumsi Energi )=36.585−43.67
KE ( Konsumsi Energi )=−7 kkal/min
Karena konsumsi energi berada pada < 2.5 maka, pekerjaan yang dilakukan
termasuk kedalam kategori ringan.

3. Waktu Istirahat
Ework−Erec
R=
Ework−Erest
36.585−5
R=
36.585−43.67
1.585
R=
−7
R=[0.22]%
3.2.2 Perhitungan E-cost Waktu

Data E-Cost dengan HR yang dihitung perwaktu dapat dilihat pada tabel
berikut:

SPEE TIME DISTANC PULSE REST E - cost


ENERGY
D ( SEC) E (km) (HR) (MIN)
30 0 2 82 1379,58
60 (01.00) 0 4 90 1310,94
90 (01.30) 0 6 101 1216,56
120 (02.00) 0 7 104 1190,82
150 (02.30) 0 9 93 1285,2
2 2 menit
180 (03.00) 0,1 11 75 1439,64
210 (03.30) 0,1 13 87 1336,68
240 (04.00) 0,1 14 81 1388,16
270 (04.30) 0,1 16 88 1328,1
300 (05.00) 0,1 18 88 1328,1
Istirahat 87

SPEE TIME DISTANCE PULSE REST E - cost


ENERGY
D ( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 2 91 1294,89
60 (01.00) 0 2 95 1260,57
90 (01.30) 0 7 89 1312,05
120 (02.00) 0 10 90 1303,47
150 (02.30) 0,1 13 95 1260,57
3 2 menit
180 (03.00) 0,1 15 94 1269,15
210 (03.30) 0,1 18 97 1243,41
240 (04.00) 0,1 20 80 1389,27
270 (04.30) 0,2 23 110 1131,87
300 (05.00) 0,2 26 133 934,53
Istirahat 86
SPEE TIME DISTANCE PULSE REST E - cost
ENERGY
D ( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 4 95 1387,56
60 (01.00) 0 9 99 1353,24
90 (01.30) 0,1 15 86 1464,78
120 (02.00) 0,1 20 106 1293,18
150 (02.30) 0,2 25 94 1396,14
5 2 menit
180 (03.00) 0,2 30 92 1413,3
210 (03.30) 0,2 34 97 1370,4
240 (04.00) 0,3 40 90 1430,46
270 (04.30) 0,3 44 87 1456,2
300 (05.00) 0,4 49 95 1387,56
Istirahat 103
3.2.3 Perhitungan Y Waktu

Data Y dengan HR yang dihitung perwaktu dapat dilihat pada tabel berikut:

SPEE TIME DISTANCE PULSE REST


ENERGY Y
D ( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 2 82 3,094
60 (01.00) 0 4 90 3,559
90 (01.30) 0 6 101 4,297
120 (02.00) 0 7 104 4,518
150 (02.30) 0 9 93 3,749
2 2 menit
180 (03.00) 0,1 11 75 2,736
210 (03.30) 0,1 13 87 3,377
240 (04.00) 0,1 14 81 3,040
270 (04.30) 0,1 16 88 3,437
300 (05.00) 0,1 18 88 3,4373
Istirahat 87

SPEE TIME DISTANCE PULSE REST


ENERGY Y
D ( SEC) (km) (HR) (MIN)
30 0 2 91 3,621
60 (01.00) 0 2 95 3,880
90 (01.30) 0 7 89 3,497
120 (02.00) 0 10 90 3,559
150 (02.30) 0,1 13 95 3,880
3 2 menit
180 (03.00) 0,1 15 94 3,814
210 (03.30) 0,1 18 97 4,015
240 (04.00) 0,1 20 80 2,987
270 (04.30) 0,2 23 110 4,985
300 (05.00) 0,2 26 133 7,092
Istirahat 86

SPEE TIME DISTANCE PULSE REST


ENERGY Y
D ( SEC) (km) (HR) (MIN)
5 30 0 4 95 2 menit 3,880
60 (01.00) 0 9 99 4,154
90 (01.30) 0,1 15 86 3,319
120 (02.00) 0,1 20 106 4,670
150 (02.30) 0,2 25 94 3,814
180 (03.00) 0,2 30 92 3,684
210 (03.30) 0,2 34 97 4,015
240 (04.00) 0,3 40 90 3,559
270 (04.30) 0,3 44 87 3,377
300 (05.00) 0,4 49 95 3,880
Istirahat 103

3.2.4 Perbandingan Rata-Rata E-cost dan Y

Perbandingan E-Cost rata-rata perwaktu dalam grafik

E-Cost/Waktu
1450

1400

1350

E-Cost/Waktu
1300

1250

1200

1150
SPEED 2 SPEED 3 SPEED 5

Perbandingan Y rata-rata perwaktu dalam grafik


Y/Waktu
4.2
4.1
4
3.9
3.8
Y/Waktu
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
3.2
SPEED 2 SPEED 3 SPEED 5
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari pengolahan data maka dapat dianalisa bahwa setiap pekerja memiliki
tingkat kelelahan yang berbeda-beda, berikut data yang didapat:

Speed Speed 2 Speed 3 Speed 5


Max Heart Rate (HR) 199 199 199
Rata-rata HR 88,9 95,4 94,1
Workload Moderate Moderate Moderate
Pers. 1 (Watt) -1320,378 -1257,138 -1395,282
Pers. 2 (Energi)
Saat kerja (Kcal/Min) 37,050 37,582 36,585
Saat istirahat(Kcal/Min) 35,517 34,723 43,67
Konsumsi energi 1,532 2,86 -7
(Kcal/Min)
Waktu istirahat (%) 2 11,4 0,22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa,
semakin tinggi speed yang digunakan maka hasil rata-rata denyut jantung
semakin tinggi, dari grafik perbandingan HR dengan E-cost masih terlihat
perbedaann nilai yang signifikan pada setiap speed.

5.2 Saran

1. Operator yang melakukan kerja sebaiknya dipilih yang memilih kondisi stabil
dan fisik yang ideal.

2. Dalam melakukan perhitungan denyut jantung peralatan otomatis memang


seharusnya digunakan, sehingga jumlah denyut jantung permenit dapat
diketahui dengan cepat.

3. Pada saat melakukan kerja, sebaiknya operator fokus pada pekerjaannya, agar
tidak menganggu proses kerjanya yang dapat berakibat juga pada perubahan
denyut jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Iftikar Z. Sutalaksana,”Teknik Tata Cara Kerja ", ITB, Bandung.

Barnes R. M, Motion and Time Study-Design and Measurement of Work", John


Wiley&Sons Inc. New York 3.

Kazarian E.A."Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and Institutions" Avi
Publishing Company, Inc. Westport,Connecticut, Michigan.

Numianto,"Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya*",TTSN, Surabaya.

Wignjosoebroto Sritomo, "Ergonomi Studi Gerak dan Waktu" ITSN, Surabaya.

Rahmania Dwi Astuti dan Irwan Iftadi, 2017, ”Analisis dan Perancangan Sistem
Kerja ", ITB, Bandung.

Wowo Sunaryo Kuswana, 2017 , Ergonomi dan K3, Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai