Disusun oleh :
TI RM 19B – KELOMPOK 1
Saepudin 19262011414
2021
LAPORAN PRAKTIKUM FINAL
PERANCANGAN SISTEM KERJA
MODUL 2
“AGGREGATE PLANNING”
Disusun oleh :
TI RM 19B – KELOMPOK 1
Saepudin 19262011414
2021
i
RINGKASAN
Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan
diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke
depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat
memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan
secara optimal, agar dapat mencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan
ramalan permintaan di masa yang akan datang. Efektif yang berarti keselarasan antara
perencanaan dengan hasil yang didapat, sedangkan efisien berarti mampu memproduksi suatu
output tertentu dengan sumber daya yang ada dengan seminimal mungkin. Berdasarkan
perhitungan atau perencanaan agregat yang telah dilakukan menggunakan data permintaan dan
produksi perusahaan PT. XYZ selama 6 periode sebelumnya didapatkan hasil perhitungan total
permintan sebesar 84.264, total produksi reguler sebesar 40.697, total unit overtime sebesar
22.918, total unit subkontrak 800, lalu beberapa rekomendasi dari software WinQSB seperti
melakukan subkontrak, merekrut pegawai baru dan melakukan ending back order.
Kata kunci : agregat planning, optimal, back order
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Perancangan
Sistem Produksi ini dengan lancar tanpa adanya hambatan. Laporan Praktikum Perancangan
Sistem Produksi ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Perancangan
Sistem Produksi yang diampu oleh Bapak Angling Sungiatna, ST., MT.
Selama pelaksanaan dan penulisan Laporan Praktikum ini, tentunya tak lepas dari
bantuan banyak pihak langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Angling Sugiatna, ST., MT. Selaku Dosen Praktikum Perancangan Sistem
Produksi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung.
2. Teh Fitri selaku Asisten Dosen mata kuliah Praktikum Perancangan Sistem Produksi
3. Teman-teman TI RM 19B yang telah membantu dalam pelaksanaan dalam pembuatan
laporan dengan baik.
4. 3 orang kelompok 1
Dalam penulisan Laporan Praktikum ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan,
kami menerima kritik dan saran atas pembuatan laporan ini dengan sepenuh hati agar
kedepannya kami dapat membuat laporan yang lebih baik lagi.
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... vi
3.1.2 Bahan....................................................................................................III-17
LAMPIRAN ................................................................................................................ 30
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Flowchart Praktikum Perencanaan Agregat ...................................................III-18
Gambar 3. 2 Proses menjalankan aplikasi WinQSB ...........................................................III-20
Gambar 3. 3 Tampilan membuat jenis analisis....................................................................III-21
Gambar 3. 4 Proses memasukan data dukungan PT. XYZ .................................................III-22
Gambar 3. 5 Output analisis berdasarkan production schedule...........................................III-22
Gambar 3. 6 Output analisis berdasarkan cost analysis.......................................................III-23
Gambar 3. 7 Pilihan menu untuk memunculkan quantity items..........................................III-23
Gambar 3. 8 Tampilan grafik quantity items .......................................................................III-24
Gambar 3. 9 Tampilan menu untuk memunculkan cost items ............................................III-24
Gambar 3. 10 Tampilan grafik cost items ...........................................................................III-25
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jumlah permintaan 6 periode hasil forecasting ..................................................III-19
Tabel 3. 2 Data dukungan PT. XYZ ....................................................................................III-21
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inventory (persediaan) memiliki arti yang sangat penting bagi operasi suatu
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan memastikan order yang diterima
marketing bisa selesai tepat waktu. Ada 3 alasan mengapa inventory perlu dikendalikan
yaitu antisipasi adanya unsur ketidakpastian permintaan (order dari marketing), adanya
unsur ketidakpastian pasokan dari supplier, adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu
(lead time) barang yang kita pesan. Untuk mengendalikan inventory itulah mengapa di
PPIC ada bagian yang namanya MRP (Material Requirement Planning) agar ketersediaan
bisa benar-benar seimbang dan tidak berlebihan, karena inventory pada dasarnya adalah
biaya. Inventory yang berlebihan tentu akan membebani cash flow perusahaan.
Menurut Riduwan (2010:146), peramalan adalah suatu proses memperkirakan
secara sistematis tentang apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan
informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil.
Peramalan tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan
berusaha mencari pendekatan tentang apa yang akan terjadi sehingga dapat memberikan
kontribusi dalam menentukan keputusan yang terbaik.
Menurut Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan dalam buku nya yang
berjudul perencanaan dan pengendalian produksi. Peramalan adalah proses untuk
memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran
kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan
barang maupun jasa.
I-1
I-2
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan agregat yang terbaik untuk PT.
XYZ agar mendapatkan informasi pengeluaran seminimal mungkin dan hasil produksi
semaksimal mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana membuat perencanaan agregat yang
optimal dengan metode Linier Programing yang dapat memberikan biaya produksi yang
minimal dengan mempertimbangkan kapasitas yang ada.
1.3 Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi kebutuhan sumber sumber daya yang ada sesuai hasil dari
peramalan permintaan produk.
1.4 Pembatasan Masalah
Merencanakan kebutuhan kapasitas persediaan jumlah tenaga kerja, jam lembur
dan sub kontrak pada PT. XYZ dengan metode Liner Programming menggunakan software
WinQSB.
1.5 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya penulisan laporan ini adalah:
1. Menentukan hasil Agregat Planning yang optimal untuk PT. XYZ.
2. Mengetahui metode metode yang ada pada Agregat Planning.
3. Dapat mengoprasikan aplikasi WinQSB.
II-4
II-5
sebuah output. Dalam jenis yang satu ini akan dibagi lagi menjadi dua bagian yang
didasarkan pada waktu prosesnya, seperti berikut ini.
a. Continuous Process
Bisa disebut juga dengan proses produksi yang sifatnya berlanjut atau kontinu.
Untuk proses produksi ini biasanya sistem akan menyusun peralatan ataupun
komponen yang dibutuhkan secara berurutan sesuai dengan kegiatan produksi
yang dilakukan. Bahkan bahan yang ada di dalam proses ini juga sudah
mengalami proses standarisasi sebelumnya. Biasanya kegiatan ini cocok untuk
perusahaan yang memiliki permintaan atau demand tinggi.
b. Intermittent Process
Berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini adalah proses produksi yang
memiliki waktu produksi dengan sifat yang putus-putus. Biasanya kegiatan ini
baru akan dilakukan ketika ada permintaan pada produk. Sehingga proses ini
biasanya tidak membutuhkan standar khusus ketika melakukannya. Jadi dalam
penyusunan peralatan produksinya juga tidak berurutan dan lebih fleksibel.
yang sebelumnya dibahas, bisa dipastikan bahwa apapun proses produksinya bisa
dilangsungkan dengan baik apabila memiliki sistem produksi yang jelas.
2.3 Definisi Perencanaan Agregat
Perencanaan produksi agregat berangkat dari permasalahan adanya
ketidakseimbangan antara permintaan dan kemampuan produksi pada setiap periode
perencanaan. Hal ini karena secara umum tingkat permintaan suatu produk selalu tidak
sama antar periode satu ke periode lain. Adakalanya tingkat permintaan di atas kapasitas
produksi, dan ada kalanya di bawah kapasitas produksi. Tujuan perencanaan produksi
agregat adalah untuk mengembangkan suatu rencana oproduksi pada tingkat agregat yang
layak untuk mencapai suatu 25 keseimbangan antara permintaan dan kapasitas produksi
dengan biaya yang minimum. (Bedworth, 1987).
Berdasarkan Schroeder (2003) perencanaan agregat berkenaan dengan tingkat
penawaran dan tingkat permintaan atas output selama jangka waktu menengah yaitu
sampai 12 bulan kedepan. Kata agregat mengimplikasikan bahwa perencanaan dilakukan
dengan satu ukuran menyeluruh atas output. Menurut Heizer dan Render (2009)
perencanaan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah yaitu 3 sampai 8 bulan yang akan datang.
2.4 Perencanaan Agregat
Perencanaan aggregat dibutuhkan oleh para manajer operasional untuk menentukan
pilihan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan yang diperoleh
dari peramalan dengan permintaan produk masa lalu dengan menyesuaikan nilai produksi,
tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, tingkat pekerja lembur, tingkat subkontrak dan
variable lain yang dapat dikendalikan dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya
produksi (Heizer dan Render, 2008). Menurut Brown (2000) konsep dari perencanaan
agregat adalah untuk memilih strategi yang dapat menyerap fluktuasi permintaan secara
ekonomis.
Menurut Heizer dan Render (2009) input dari perencanaan aggregat terdiri dari 4
hal utama, yaitu sumber daya manusia, peramalan permintaan, kebijakan perusahaan, dan
biaya. Berikut penjelas masing-masing 4 hal tersebut :
1. Sumber daya, sumber daya terdiri dari sumber daya manusia dan fasilitasfasilitas yang
terdapat dierusahaan untuk membantu proses produksi.
2. Peramalan permintaan yang diperoleh dari data permintaan masa lalu yang digunkan
untuk memprediksi jumlah permintaan di masa yang akan datang.
3. Kebijakan perusahaan, yang dimaksud kebijakan perusahaan adalah seperti subkontrak
II-8
dengan perusahaan lain, kebijakan mengenai lembur, dan kebijakan mengenai tingkat
persediaan.
4. Biaya, yang termasuk biaya adalah biaya simpan persediaan, biaya pemesanan, biaya
subkontrak, biaya lembur, dan biaya operasional perusahaan.
2.5 Tujuan Perencanaan Agregat
Menurut Heizer dan Render (2009) tujuan perencanaan agregat adalah untuk
memenuhi permintaan atas perkiraan masa depan dan meminimalkan biaya selama periode
perencanaan. Namun, banyak hal yang perlu diperhatikan mungkin jauh lebih penting
daripada biaya yang rendah. Strategi ini mungkin untuk kelancaran tingkat kerja,
menurunkan tingkat persediaan, dan untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan
tingkat layanan yang lebih baik. Menurut Schroeder (2003) tujuan dari perencanaan agregat
adalah untuk membuat tingkat output secara keseluruhan untuk kebutuhan permintaan di
masa depan yang berfluktuasi. Perencanaan agregat dihubungkan dengan keputusan bisnis
lainnya seperti keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
Chase dan Aquilano (1998) berpendapat bahwa tujuan dari perencanaan agregat
adalah menentukan kombinasi yang optimal dari tingkat produksi, jumlah 26 tenaga kerja,
dan tingkat persediaan. Perencanaan agregat yang tergolong perencanaan jangka menengah
memegang peranan penting dlam perencanaan operasi secara kesuluruhan. Menurut
Kusuma (2002) tujuan dari perencanaan agregat adalah menggunakan sumber daya
manusia dan peralatan secara produktif. Penggunakaan kata agregat menunjukan bahwa
perencanaan ditunjukan bahwa perencanaan dilakukan di tingkat kasar dan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan total seluruh produk dengan menggunakan seluruh sumber
daya manusia dan peralatan yang ada pada fasilitas produksi tersebut.
2.6 Metode Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat merupakan perencanaan untuk menentukan, mengalokasikan
dan menyesuaikan kapasitas produksi untuk memenuhi jumlah permintaan pada suatu
periode tertentu. Menurut Narasimahan et al. (1995) terdapat beberapa metode untuk
memecahkan masalah tentang perencanaan agregat terdapat dua metode, yaitu :
1. Metode Kualitatif
a. Intitutive Method
b. Inventoty Method
2. Metode Kuantitatif
a. Charting and Graphical Methods
b. Linier Programming
II-9
baik sehingga dapat digunakan sebagai untuk keputusan masa depannya. Teknik ini
menggunakan sebuah analisis regresi dari keputusan produksi masa lalu yang
dibuat oleh manajer. Kekurangan dari metode ini adalah seseorang manajer
umumnya memiliki sikap inkonsistensi dalam mengambil keputusan (Hezer dan
Render 2009).
2.7 Strategi Perencanaan Agregat
Menurut Russel dan Taylor (2011) membagi 3 (tiga) macam strategi perencanaan
agregat, yaitu chase strategy, level strategy, mixed strategi. Chase 31 strategy merupakan
kapasitas produksi dapat divariasikan pada strategi ini dengan menggunakan jam kerja
lembur (overtime), jam kerja reguler (regular time), dan subkontrak. Level strategy ini
menggunkan persediaan dari adanya variasi dalam permintaan, dimana pada saat
permintaan menurun, kelebihan produksi disimpan sebagai persediaan untuk digunakan
pada saat permintaan meningkat. Sedangkan Mixed strategy merupakan kombinasi dari
chase strategy dan level strategy. Permasalahan perencanaan agregat dapat diselesaikan
dengan mempertimbangkan berbagai keputusan pilihan yang tersedia. Pilihan perencanaan
menurut Heizer dan Render (2009) dapat dibagi 2 yaitu dengan memodifikasi permintaan
dan pilihan kedua adalah memodifikasi kapasitas, berikut penjelasan dari masing-masing
pilihan :
1. Pilihan kapasitas (Capacity Options)
Pilihan kapasitas merupakan pilihan yang tidak berusaha mengunbah permintaan tetapi
untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dengan mengubah kapasitas yang tersedia.
Pilihan kapasitas terdiri dari 5 pilihan, yaitu :
a. Mengubah tingkat persediaan dengan cara meningkatkan persediaan selama
periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa yang
akan datang. Akibatnya muncul biaya yang berkaitan dengan penyimpanan.
b. Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan cara merekrut atau memperhentikan.
Dimana jumlah karyawan dapat disesuaikan dengan 32 tingkat produksi yang
diinginkan. Akibatnya adalah moral pekerja dan berpengaruh terhadap
produktivitas, serta munculnya biaya tambahan yang berupa biaya pelatihan dalam
perekrutan maupun biaya untuk gaji pesangon karyawan.
c. Meragamkan tingkat produksi lembur atau waktu kosong. Dalam pilihan ini jumlah
tenaga kerja tetap konstan, namun waktu kerja diragamkan dengan mengurangi jam
kerja ketika permintaan rendah, dan melakukan lembur jika permintaan tinggi.
Akibatnya muncul upah lembur yang tinggi daripada upah regular.
II-12
d. Sub kontrak. Dalam hal ini sub kontrak dapat diartikan sebagai kegiatan yang
melakukan realokasi kebutuhan produksi antar perusahaan agar melancarkan
proses produksi. Akibatnya harga yang mahal dapat menambah biaya pengeluaran
perusahaan bertambah dan kualitas dari perusahaan lain yang melakukan
subkontrak tidak sesuai seperti yang diharapkan.
e. Penggunaan karyawan paruh waktu. Apabila permintaan perusahaan sedang tinggi
maka perusahaan akan merkrut karyawan tidak tetap untuk memenuhi kebutuhan
produksi. Akibatnya menggunakan tenaga kerja paruh waktu, kinerja karyawan
tersebut tidak terampil.
2. Pilihan Permintaan (Deman Options)
Pilihan permintaan merupakan pilihan yang berusaha untuk mengurangi perubahan pola
permintaan selama periode perencanaan. Pilihan permintaan terdiri dari tiga pilihan,
yakni :
a. Mempengaruhi permintaan. Kegiatan promosi, iklan, dan diskon digunakan ketika
permintaan sedang rendah. Bagaimanapun iklan khusus, promosi, penjualan, dan
penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan
kapasitas produksi.
b. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah
pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara
sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Pilihan ini digunakan ketika
pelanggan berkenan menunggu tanpa kehilangan kehendak atas pesanannya.
Namun konsekuensinya adalah bisa berakibat kehilangan penjualan.
c. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang berbeda).
Perusahaan mengembangkan produk yang merupakan perpaduan dari barang
counterseasonal Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan
pendingin ruangan, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin akan
menghadapi produk atau jasa di luar area keahlian atau di luar target pasar mereka.
3. Pilihan Campuran
Meskipun lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan jadwal
agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan
permintaan mungkin akan lebih baik. Seperti berikut ini :
a. Strategi Perburuan (Chase Strategy). Mencoba untuk mencapai tingkat output untuk
setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi
II-13
ini dapat terpenuhi dengan berbagai cara. Sebagai contoh, manajer operasi dapat
negubah-ubah tingkat tenaga kerjadengan merekrut atau memberhentikan
karyawan, atau dapat mengubah-ubah jumlah produksi dengan waktu lembur,
waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak. Banyak organisasi jasa
menyukai strategi perburuan ini karena pilihan persediaan sangatlah sulit atau
mustahil untuk diadopsi. Industri yang telah beralih ke strategi perburuan meliputi
sector pendidikan, perhotelan,dan konstruksi.
b. Strategi tingkat atau penjadwalan tingkat (Level Strategy). Adalah rencana agregat
dimana tingkat produksi tetap sama dari period ke periode. Perusahaan seperti
Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi mereka pada tingkat yang
seragam dan mungkin memberikan persediaan produk mereka naik atau turun untuk
menopang perbedaan antara jumlah permintaan dan produksi atau menemukan
pekerjaan alternatif bagi karyawan. Filosofi mereka adalah tenaga kerja yang stabil
menciptakan produk dengan kualitas lebih baik, lebih sedikit perputaran karyawan
dan ketidakhadiran, serta karyawan yang lebih berkomitmen terhadap tujuan
perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih berpengalaman,
penjadwalan dan pengawasan yang lebih mudah, serta lebih sedikit pembukaan dan
penutupan usaha yang dramatis. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik
ketika permintaan cukup stabil.
2.8 Biaya Perencanaan Agregat
Menurut Narasimahan et al. (1995) Sebagian besar metode perencanana agregat
menentukan suatu rencana yang minimasi biaya. Jika permintaan diketahui, maka biaya-
biaya berikut harus dipertimbangkan:
1. Hiring Cost (Ongkos Penambahan Tenaga Kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos - ongkos untuk iklan, proses seleksi,
dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang
direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman.
2. Firing Cost (Ongkos Pemberhentian Tenaga Keja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi akan menurun secara drastis
ataupun karena persoalan teknis seperti produktivitas yang menurun, serta factor yang
ada pada diri tenga kerja itu sendiri.pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di PHK, menurunkan moral kerja
dan produktifitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat sosial.
II-14
3. Overtime Cost and Undertime Cost (Ongkos Lembur Dan Ongkos Menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang
biasanya 150% dari ongkos kerja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur
biasanya akan memperbesar tingkat absent karyawan dikarenakan faktor kelelahan fisik
pekerja. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan
tenaga kerjadimandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang – kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan
lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dialokasikan
yang efektif. Maka perusahaan dianggap menanggung ongkos menganggur yang
besarnya merupakan perkalian antara jumlah yang tidak terpakai dengan tingkat uaph
dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost and Back Order Cost (Ongkos Persediaan Dan Ongkos Kehabisan
Persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada
saat-saat tertentu. Konsekuensi dari kebijakakan perusahaan adalah timbulnya ongkos
penyimpanan (Inventory cost dan back order cost) yang berupa ongkos tertahannya
modal, pajak, asuransi, kerusakan 37 bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan dari
kondisi diatas, kebijakkan tidak mengadaaan persediaan. Seolah–olah menguntungkan
tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk ongkos kehabisan
persediaan. Ada tiga jenis biaya dalam persediaan menurut Heizer dan Render (2009)
antara lain :
1. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu biaya yang terkait dengan menyimpan
atau membawa persediaan selama waktu tertentu. Jenis biaya penyimpanan sebagai
berikut :
a. Biaya modal
b. Biaya gudang
c. Biaya penyusutan, kerusakan
d. Biaya keusangan dan kehilangan
e. Biaya kehabisan stok
2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir,
proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi dan seterusnya. Ketika
pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian
dari biaya penyetelan
II-15
3. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin
atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga
kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan. Manager operasi dapat
menurunkan baiay pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta
menggunkan prosedur yang lebih efisien seperti pemesanan dan pembayaran
elektronik.
5. 5. Sub-contract (Ongkos Subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas reguler, biasanya perusahaan
menSubKontrak kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensinya dari kebijakan ini adalah timbulnya ongkos
SubKontrak, dimana biasanya ongkos menSubKontrak ini menjadi lebih mahal
dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya keterlambatan
penyerahan dari kontraktor
2.9 Aplikasi WinQSB
WinQSB adalah sistem interaktif untuk membantu pengambilan keputusan yang
berisi alat yang berguna untuk memecahkan berbagai jenis masalah dalam bidang riset
operasi. Sistem ini terdiri dari modul-modul yang berbeda, satu untuk setiap model jenis
atau masalah. WinQSB menggunakan mekanisme tampilan candela seperti Windows, yaitu
jendela, menu, toolbar, dll. Oleh karena itu pengelolaan program serupa dengan yang lain
menggunakan lingkungan Windows.
Dengan mengakses salah satu modul membuka jendela di mana kita harus memilih
antara menciptakan masalah baru (File> New Problem) atau membaca satu sudah dibuat
(File> Load Problem). File ekstensi untuk menempatkan model program. secara default,
oleh karena itu kita hanya perlu khawatir tentang nama, yang tidak boleh melebihi 8
karakter. Semua modul program memiliki kesamaan berikut menu drop down :
1. File : Typical pilihan meliputi menu di Windows, yaitu untuk membuat dan
menyimpan file dengan masalah baru, membaca atau mencetak lain yang ada.
2. Edit : Termasuk masalah utilitas khas untuk mengedit, menyalin, menempel,
memotong dan membatalkan perubahan. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk
mengubah nama-nama dari masalah, variabel, dan kendala. Ini memfasilitasi
penghapusan atau penambahan variabel dan / atau pembatasan, dan memungkinkan
optimasi rasa.
3. Format : Termasuk pilihan untuk mengubah tampilan jendela, warna, font,
alignment, sel lebar, dll.
II-16
4. Solve and Analyze : Pilihan ini mencakup setidaknya dua perintah, satu untuk
memecahkan masalah dan lain untuk menyelesaikannya dengan mengikuti langkah-
langkah dari algoritma.
5. Result : Termasuk pilihan untuk melihat solusi untuk masalah dan membuat tepat
daripada menganalisis itu.
6. Utilities : Menu ini memungkinkan akses ke kalkulator, jam dan editor grafis
sederhana.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
3.1.1 Alat
1. Komputer atau laptop
2. Software Virtual Box
3. Software Windows XP (agar support dengan WinQsB)
4. Software WinQsB
3.1.2 Bahan
1. Modul 2 praktikum sistem produksi tentang perencanaan agregat (aggregate
planning)
2. Data yang didapat dari modul 2 praktikum.
3.2 Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum Aggregate Planning ini :
1. Siapkan Komputer yang sudah terinstal software WinQsB
2. Pelaksanaan :
a. Menjalankan software WinQsB pada komputer.
b. Menginput data dari modul 2 praktikum sistem produksi tentang peramalan
agregat (aggregate planning)
c. Memproses data
d. Melakukan pencatatan hasil perencanaan
e. Melakukan analisis hasil perencanaan
3.3 Flowchart
Berikut adalah flowchart dari praktikum perencanaan agregat.
III-17
III-18
Mulai / Start
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan
Mengumpulkan Data
Analisis
Selesai / Finish
IV-26
IV-27
V-28
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi Buku. BPFE UGM.
Yogyakarta
Gitosudarmo, I. 1999. Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta
29
LAMPIRAN
Data permintaan produk hasil forecasting praktikum sebelumnya.
Periode Demand
1 14044
2 14044
3 14044
4 14044
5 14044
6 14044
Data dukungan dari PT. XYZ.
- Jumlah pekerja : 2000 orang - Biaya Subkontrak : 20
- Kapasitas kebutuhan produksi - Inventori awal : 500 unit
yang dapat dipenuhi per unit : 3 - Waktu kerja / hari : 8
jam - Waktu produksi : 45 menit
- Biaya upah pekerja / jam : 5 - Forecast demand dari analisis
- Biaya perekrutan pegawai : sebelumnya selama 6 periode
150 - Biaya menganggur : 1
- Biaya pemberhentian pegawai - Biaya Backorder : 7
: 200
- Biaya lembur : 8
- Biaya inventory : 5
30
Lampiran foto hasil praktikum
31
32
33
34
35