Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
ANDIKA FIRDAUS (1726201120)
WANJEN SIGUKGUHI (1726101120)
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik dan lancar. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Produksi, MKK-
TID: 511 (3 SKS), yang di jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi
Dumai.
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, khususnya Ibuk Novri Jenita Marbun, ST.,MT sebagai dosen
pengampuh mata kuliah ini, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari laporan ini.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini untuk ke depannya.
(Kelompok 1)
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.3.1. Umum......................................................................................... 14
iv
2.3.6. Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) .............................. 18
v
4.6. Jadwal Induk Produksi......................................................................... 57
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.Rencana Agregat Produksi Kelompok Produk I,II, III dan Perkiraan
Persediaan untuk Memenuhi Permintaan 24 Bulan Kedepan ...............21
Tabel 2.7. Rencana Produksi Produk A, B dan C dalam Kelompok Produk I...... 29
Tabel 2.8. Jadwal Induk Produksi A, B dan C Untu Kelompok Produk I .............30
Tabel 3.1. Data Waktu Setup Dalam Satuan Jam dan Waktu Operasi Dalam Jam
Per Unit .................................................................................................33
vii
Tabel 3.5. Data Rute OperasiProduk C ..................................................................36
Tabel 4.14. Jumlah Permintaan Dari Tahun Ke Tahun Untuk Produk Group I ....45
Tabel 4.15. Jumlah Permintaan Dari Tahun Ke Tahun Untuk Produk Group II ...45
viii
Tabel 4.19. Jumlah Penjualan Tahun Ke IV Produk I Dan II ................................46
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat,dan biaya produksi yang
pengendalian produksi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang
rencana produksi yang telah dibuat sebelumnya, bila penyimpangan yang terjadi
1.3. Tujuan
perkiraan permintaan produksi secara agregat dan perkiraan jumlah hari kerja.
(resource plan).
Group-II.
requirements plan).
2
1.4. Manfaat
sesuai dengan yang telah didapat di bangku kuliah perancangan dan untuk
antara lain :
peramalan permintan.
3. Dalam tugas pembelajaran ini, khusus pihak kampus sebagai motor yang bergerak
3
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Kapasitas Produksi dengan Metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP) pada
yang memproduksi spring bed dan kasur busa. Pokok masalah dalam penelitian
ini adalah menyusun rencana kapasitas produksi kasur busa sehingga mampu
Planning (RCCP) tersebut dibuat load profile yang menunjukan bahwa hasil
penelitian terhadap jadwal induk produksi layak digunakan untuk proses produksi
kasur busa. Kelayakan ini dihitung berdasarkan kesesuaian antara total kapasitas
Harga Pokok Produksi Batik Madura dengan Metode Activity Based Costing dan
serta menetapkan harga jual berdasarkan harga yang berlaku di pasar, sehingga
metode Activity Based Costing (ABC). Jumlah produksi Batik Cap 2 Warna
adalah 140 unit, Batik Cap 3 Warna adalah 60 unit, Batik Tulis 2 Warna adalah 40
unit, serta Batik Tulis 3 Warna adalah 30 unit. Berdasarkan HPP per unit dan
harga jual, total keuntungan terbesar terdapat pada Batik Cap 2 Warna sebesar Rp.
2.452.100,00.
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen semen,
karena disamping sebagai faktor utama yang menentukan berjalan tidaknya suatu
produksi, persediaan bahan baku adalah pemakai dana terbesar bagi perusahaan
yang mencapai 40% dari total kebutuhan dana. Tujuan dari perencanaan ini adalah
membuat sebuah rencana persediaan bahan baku yang optimal dan biaya yang
permintaan dengan metode Exponential Smoothing dan Regresi Linear pada kedua
produk semen OPC dan PPC, lalu menentukan jadwal induk produksi (JIP)
menghitung kebutuhan bersih, serta ukuran lot dengan metode Lot for Lot (L4L),
diperoleh sebuah rencana persediaan yang optimal dengan total biaya persediaan
5
MRP mampu menghasilkan estimasi biaya 32,31% lebih kecil daripada kebutuhan
total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem persediaan
bahan baku yang diterapkan di rumah makan sabuah oki. Metode analisis yang
analisis diperoleh bahwa persediaan bahan baku di rumah makan sabuah oki dan
persediaan bahan baku rumah makan sabuah oki terdapat selisih 1,083% untuk
ikan tuna, 0,61% untuk ikan tindarung dan 0,81% untuk ikan tude.
berbagai macam pipa baja yaitu pipa baja spiral dan longitudinal. Rencana
produksi di PT.XYZ selama ini hanya berdasarkan jumlah pesanan yang ada tanpa
persediaan barang jadi, penggunaan jam kerja regular dan lembur. Tidak memiliki
6
perencanaan persediaan barang jadi yang cukup baik dapat menimbulkan ongkos
menimbulkan kerusakan barang jadi. Serta penggunaan jam kerja yang kurang
Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan permintaan pipa baja serta membuat
rencana agregat produksi secara keseluruhan, baik persedian barang jadi dan
penggunaan jam kerja regular dan lembur yang optimal sehingga dapat memenuhi
permintaan dengan memaksimalkan sumber daya yang ada dengan biaya total
permintaan peramalan pipa baja spiral dan longitudinal sebesar 3747,47 ton dan
2015,72 ton setiap periodenya. Dengan total permintaan sebesar 69158,28 ton
barang jadi pipa baja spiral dan longitudinal yang optimal 1969,18 jam dan 709,26
jam, jam kerja reguler 18492,76 jam dan 5598,16 jam, jam kerja lembur 551,88
jam dan 743,29 jam. Biaya total yang optimal untuk memenuhi jumlah
permintaan pipa baja spiral dan longitudinal sebesar Rp. 270.243.700,78 dan Rp.
(planning) adalah dua fungsi manajemen yang meliputi penentapan tujuan dan
7
sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara mencapai
hubungkan oleh proses eksekusi yaitu proses implemetasi rencana yang telah
dan terhadap setiap deviasi yang terjadi tindakan perbaikan (corrective actions).
Hasil
Perencanaan Eksekusi
Pengendalian
sistem yang di rancang untuk mencapai secara utuh dua sasaran pokok
tersebut dapat dicapai secara maksimum maka seluruh sub-sistem harus secara
8
panjang ( top management planning ), perecanaan jangka menengah ( operation
Gambar 2.2.
Performance Measurement
9
2.3. Perancangan Jangka Panjang
2.3.1. Umum
bisnis, perencanaan pemasaran dan perencanaan agrerat. Input utama dalam sub-
plan.
saat ini maupun pada masa yang akan datang, potensi keuangan, pengalaman
panjang perusahaan dan lain lain. Output utama dari Strategic Planning yaitu
10
pertanyaan tentang visi, misi, dan tujuan/sasaran perusahaan dalam jangka
Misalnya, untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan antara lain ialah:
lain.
pencapaian jangka panjang yang sejalan dengan pernyataan visi dan misi
perusahaan.
rencana bisnis (business plan) yaitu rencana tentang bisnis apa saja yang akan
11
Seperti ditunjukkan dalam diagram Gambar2.3, business plan disusun oleh
top executive dan memuat dengan jelas hal-hal berikut secara makro, (Sheikh,
2002):
a. Strategi produk dan pemasaran yang meliputi, pangsa pasar yang ingin
distribusi, rencana profit dan posisi produk dalam mencapai sasaran kepuasan
pelanggan.
b. Daerah geografis pasar dan target demografis yang akan dijadikan basis
pemasaran.
12
Analisis lingkungan eksternal mencakup analisis tentang kecendrungan
perubahan dimasa depan yaitu lima tahun yang akan datang akibat perubahan
yang ditimbulkan oleh berbagai faktor eksternal. Berikut ini akan diterangkan
tersebut dalam lingkungan persaingan yang semakin ketat. Tidak ada satu
perusahaan pun yang mampu bertahan tanpa menyesuaikan diri dengan tekanan
13
Legal danPeraturan Ekonomi
Perusahaan
Demografi
Teknologi Politik Ekologi
a. Faktor Legal
penanaman modal, kebijakan fiscal dan moneter, dan lain-lain akan selalu
membawa dampak besar positif atau negatif tergantung dari arah perubahan
tersebut.
b. Faktor Ekonomi
bisnis yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis yang ada saat ini.
14
Kecenderungan perubahan sistem nilai pada masyarakat, kondisi sosial ekonomi,
tingkat pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan penduduk dan harapan hidup, sex-
masyarakat tersebut.
d. Faktor Ekologis
akan berubah sejalan dengan perubahan pada kualitas lingkungan ekologis karna
lingkungan.
e. Faktor Politik
kerjasama bisnis antar perusahaan. Persaingan dalam era global telah mendorong
kuat.
f. Faktor Teknologi
pertengahan dekade 1990-an dikenal sebagai era industri. Dalam periode tersebut
15
Perusahaan industri manufacturing yang gagal mengadopsi teknologi tersebut
g. Faktor Kompetisi
Faktor kompetisi bisnis yang saat ini cenderung bersifat frontal sebagai
Marokko pertengahan dekade 1990-an lalu merupakan salah satu faktor perubahan
lainnya yang penting diantisipasi secara terus menerus. Pemerintah yang terkait
luar. Dengan kata lain, masing-masing perusahaan harus mampu memagari diri
16
Teknik-teknik peramalan permintaan perlu dievaluasi dan digunakan
juga perlu dikelola permintaan yang disampaikan secara langsung oleh para
pelanggan kepada perusahaan (order entries) dan juga kosumsi internal yaitu
business plan ke dalam aspek marketing dengan memperhatikan hasil analisis dari
demand management. Analisis pasar mencakup dua entitas pokok yaitu secara
17
demografik dan geografik. Entitas demografik meliputi kelompok masyarakat atau
tipe pelanggan yang akan dijadikan sasaran pemasaran untuk merealisasi business
tersebut.
merealisasi potensi setiap segmen. Secara garis besar sasaran dari marketing plan
ialah:
pasar.
terpillih.
segmen.
segmen pasar serta potensi penjualan pada masing-masing segmen baik secara
18
demografik maupun geografik serta kebijakan saluran pemasaran. Pada tahap ini
jumlah product groups yang akan dihasilkan juga diidentifikasi. Misalnya, 500
ton batangan baja per tahun untuk daerah pemasaran asia tenggara, 1.000 ton
lembaran baja per tahun untuk daerah pemasaran Timur Tengah dan sebagainya.
Pada tahap ini masing-masing product groups tersebut belum rinci kedalam
planning sering disusun secara simultan dan keduanya disebut sales and
penjualan dan product groups yang dinyatakan dalam business plan dan market
plan ke dalam rencana agregat (aggregate plan). Rencana agregat pada umumnya
mempunyai rentang waktu satu tahun dengan time bucket satu bulan atau satu
minggu.
akan dihasilkan, tingkat persediaan dan perkiraan jumlah tenaga kerja yang
b. Berproduksi dengan kapasitas yang konstan tetapi pada volume yang bervariasi
19
c. Berproduksi pada kapasistas dan volume produksi yang bervariasi mengikuti
resiko biaya paling besar karena melibatkan perekrutan dan penghentian tenaga
kerja (planned hiring and layoffs work force) dari periode ke periode mengikuti
fluktuasi permintaan .
pengiriman
kelompok produk I, 10.500 unit kelompok produk II dan 7.500 unit kelompok
produk III.
atas akan dapat diwujudkan. Dengan demikian, dalam 24 bulan kedepan rencana
kelompok produk II sebanyak 4.200 unit, dan kelompok produk III sebanyak
20
Input
PROSES Kel.produk I O
Kel.produk II u
Transformasi
t
Kel.produk III p
o Bahan-bahan u
o Tenaga Kerja t
o Modal
o Energi
Gambar 6.4. Tiga Kelompok Produk Sebagai Output Proses Transformasi
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
Dimisalkan pula bahwa persediaan awal yaitu jumlah produk yang tersisa
di warehouse untuk masing-masing kelompok produk I, II, III ialah 44, 25, dan 30
unit. Besarnya persediaan pada akhir setiap periode diperkirakan berkisar antara
berikutnya.
Tabel 6.1: Perkiraan Permintaan Terhadap Kelompok Produk I,II dan III
Selama 24 Bulan Ke Depan Berdasakan Market Plan
Kelompok Bulan Kuartal
I 220 240 170 180 190 200 600 570 660 620 500 570
II 180 200 150 160 140 170 480 520 560 520 540 580
III 120 140 130 100 150 160 340 360 400 380 350 370
Dimisalkan pula bahwa persediaan awal yaitu jumlah produk yang tersisa
di warehouse untuk masing-masing kelompok Produk I,II dan III ialah 39,27 dan
21
nya.Fluktuasi jumlah persediaan awal tergantung dari perkiraan fluktuasi
rencana 24 bulan ke depan ialah seperti terlihat dalam table 6.2. Rencana agregat
ini masih perlu diuji kewajaran nya dengan perkiraan kapasitas yang dapat
disediakan. Rencana agregat pada tahap ini disebut sebagai Prospective aggregate
plan.
Tabel 6.2: Rencana Agregat Produksi Kelompok Produk I,II dan III dan
Perkiraan Persediaan Untuk Memenuhi Permintaan 24 Bulan
Kedepan
Kelompok Produk
I II III
Bulan/Kuartal Jumlah Hari Kerja
Stok Awal Kebutuhan Prod Stok Awal Kebutuhan Prod Stok Awal Kebutuhan Prod
Jan 22 33 220 217 27 180 183 18 120 123
Feb 20 30 240 235 30 200 192 21 140 139
Mar 21 25 170 172 22 150 152 20 130 125
Apr 20 27 180 181 24 160 157 15 100 107
Mei 22 28 190 188 21 140 144 22 150 152
Jun 20 26 200 200 25 170 169 24 160 153
Jul-Sep 64 26 600 602 24 480 482 17 340 341
Okt-Des 64 28 570 576 26 520 522 18 360 362
Jan-Mar 63 34 660 657 28 560 558 20 400 399
Apr-Jun 62 31 620 622 26 520 521 19 380 378
Jul-seP 64 33 580 581 27 540 542 17 350 351
Okt-Des 64 34 570 567 29 580 577 18 370 372
Total 506 - 4.800 4.798 - 4.200 4.199 - 3.000 3.002
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
22
apabila analisis resource planning menunjukan kapasistas yang tersedia atau dapat
(aggregate plan). Kapasitas suatu sumber daya diukur atau dinyatakan sebagai
level kapasitas (capacity level) yaitu jumlah waktu maksimum tersedia bagi
sumber daya tersebut untuk dimanfaatkan per satuan waktu. Sebagai contoh,
sebuah Assembly Machine dapat dioperasikan 40 jam per minggu, maka dikatakan
kedepan yang kemudian dijabarkan dalam rencana tahunan. Hanya sumber daya
kunci yang diperhatikan dalam perencanaan kapasitas ini. Sumber daya kunci
ialah sumber daya yang kritis yaitu bersifat khusus, sulit, langka, memerlukan
keterampilan sangat tinggi, dan tidak fleksibel. Sumber daya yang sering
mengalami bottle neckk termasuk dalam kategori sumber daya kunci. Seperti
halnya sebuah rantai yang kekuatannya ditentukan oleh mata rantai yang terlemah,
kapasitas sumber daya kunci juga menentukan total kapasitas seluruh proses
23
Perencanaan sumber daya ditujukan untuk menguji kecukupan kapasitas
tersedia ialah jumlah hari kerja per minggu, jumlah shift per hari, jumlah unit
sumber daya dan faktor efisiensi operator. Karena unit produksi dalam rencana
maka perlu ditetapkan besarnya kapasitas sumber daya yang dibutuhkan untuk
produk di atas menunjukkan bahwa stasiun kerja kritikal akan terjadi pada
I terdiri dari tiga jenis produk yaitu A, B, dan C dapat dilihat pada Gambar 2.6
sebesar 1.90, 1.50, dan 1.4 jam-mesin per unit. Komposisi rata-rata setiap produk
adalah 40%, 25%, dan 35%. Berdasarkan data ini, billof resource untuk
24
mesin per unit. Dengan cara yang sama kebutuhan kapasitas untuk pembuatan
setiap unit produk campuran dalam KelompokProduk II dan Kelompok Produk III
dapat dihitung dan hasilnya misalnya ialah 1.50 dan, 1.30 jam-mesin masing-
masing. Juga diketahui bahwa jumlah jam kerja ialah 8 jam per hari, dan 5 hari
per minggu. Dengan demikian, jumlah jam kerja per minggu ialah 40 jam. Sesuai
dengan kalender perusahaan, jumlah minggu kerja (working weeks) per bulan
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diestimasi jumlah minggu kerja dan
produk tersebut yaitu seperti terlihat pada Tabel 2.3 berikut (Sinulingga, 2009).
bahwa kebutuhan kapasitas Departemen Assembly rata-rata per hari ialah (6.968 +
25
5.035 + 4.862) + 506 hari =33.34 jam per hari. Angka ini menunjukkan bahwa
harus memiliki kapasitas minimum sebesar 33.34 jam per hari. Apabila jumlah
jam kerja 8 jam perhari dengan tingkat efisiensi dan utilitas masing-masing
sebesar 90% dan 95% maka Departemen Assembly harus memiliki 4.87 = 5 unit
sebesar 37,25 jam per hari pada saat ini belum dapat dipenuhi. Alternatif pertama
ialah menambah kapasitas dengan cara penambahan jumlah mesin pada stasiun
kerja tersebut. Hal ini dimungkinkan karena kebutuhan kapasitas tersebut bukan
dalam jangka pendek sehingga masih cukup waktu untuk proses pengadaan.
menurunkan angka estimasi jumlah unit product group dalam market plan
Kedua alternatif tersebut perlu dianalisis secara cermat untuk mendapatkan pilihan
yang paling baik. Alternatif mana pun yang dipilih, haruslah memenuhi kedua
2. Efisien yaitu alternatif terpilih tidak akan menurunkan daya saing produk di
pasar.
Sehubungan dengan itu, trade off analysis sering harus dilakukan dengan
26
antara lain pengalaman masa alu, kemungkinan perubahan permintaaan pasar, dan
analisis.
perlu diperjelas terlebih dahulu maksud dan tujuan dari peramalan sehingga
metode yang akan dipilih dapat disesuaikan dengan maksud dan tujuan tersebut.
serang-kaian rencana yang bersifat hierarkis mulai dari rencana jangka panjang
untuk produk dengan agregasi yang tinggi, rencana jangka menengah untuk
produk-produk yang lebih rinci dalam rentang waktu rencana medium, hingga
rencana jangka pendek dengan rentang waktu rencana yang relatif pendek.
dibuat ialah:
diramalkan?
27
2) Area geograsif mana saja yang akan dicakup?
lebih pendek?
kesederhanaan (simplicity)
a. Ketelitian (Accuracy)
peramalan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Ada dua ukuran yang
b. Biaya (Cost)
makin tinggi tingkat ketelitian yang diinginkan makin besar pula biaya yang
pilihan apabila jumlah biaya yang harus dikeluarkan menjadi tidak sebanding.
28
c. Respons (Respons)
Hasil peramalan akan sangat buruk apabila dalam situasi nyata terjadi
d. Kesederhanaan (Simplicity)
dengan metode yang rumit karena akan lebih mudah dirancang, digunakan,
dan dipahami.
29
Hampir tidak pernah ditemui bahwa hasil peramalan persis seperti
dalam bentuk kisaran sekitar hasil peramalan baik dalam unit atau persentase dan
tersebut.
Jika famili dari produk sebagai sebuah kesatuan (unit) diramalkan maka
permintaan hampir sama atau kalaupun berubah hanya sedikit dan berjalan sangat
30
Dalam perencanaan produksi dalam lingkungan tertentu misalnya make-to-
dan bahan baku untuk produk tersebut lebih baik dihitung berdasarkan
hasil peramalan.
kualitaf dan kuantitatif. Perbedaanya terletak pada cara peramalan yang dilakukan.
diramalkan.
a) Metode Kualitatif
permintaan masa lalu tidak tersedia atau akurasinya tidak memadai. Apabila
data masa lalu tidak tersedia atau tidak memadai maka satu-satunya pilihan
metode peramalan yang dapat digunakan ialah metode kualitatif. Ada dua
31
pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pertama peramalan berdasarkan
1) Keputusan Manajemen
2) Teknik Delphi
munculnya pihak yang dominan maka para pakar ini tidak dipertemukan
satu sama lain bahkan mungkin pula tidak saling mengetahui keterlibatan
jawaban apakah masih tetap bertahan dengan pendapat semua atau akan
32
berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang semakin mendekati.
sebuah hasil yang solid sebagai konsesnsus bersama tetapi kisaran dari
ketidakpastian tertentu.
Para penjual (sales forces) karena selalu berada pada posisi paling
tersebut.
4) Riset Pasar
timbul.
5) Analogi Historis
33
Pertumbuhan permintaan terhadap suatu produk baru kadang-
analogies) dari produk dan teknologi yang terkait dengan produk tersebu.
Kurva daur hidup sering juga disebut sebagai kurva-S karena polanya
Y1 = k/(1+e
Dimana,
a,b = konstanta
k = asimptot atas
t = periode (tahun)
Model lain dari kurve daur hidup disebut a logrithmic second curve
sebagai berikut:
Log y1 = a + bt + ct2
34
Dimana a,b dan c adalah konstanta dan simbl-simbol lain sama seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Bentuk kurve kedua model di atas adalah sebagai berikut :
(a) (b)
Permintaan Permintaan
waktu waktu
Gambar 2.7: Logistic Curve (a) dan Logarithmic Second Curve (b)
Sumber: Sinulingga, 2009
b. Metode Kuantitatif
mempunyai asumsi bahwa data permintaan masa lalu dari produk atau item yang
akan datang. Pola permintaan tersebut mungkin kurang jelas terlihat karena faktor
bahwa pola permintaan masa lalu akan terus berlanjut ke masa yang akan datang
maka metode ini tidak mampu memproyeksikan titik belok (turning points) yaitu
35
Analisis time series menemukan bagaimana indikator produk tertentu
suatu variabel tertentu yang dilakukan secara diskrit. Analisis time series
Y = f (TCSR)
T = trend
2) Trend (T)
kecenderungan yang dapat dilihat dari pola permintaan masa lalu.Trend juga dapat
menunjukan arah menurun.Bila tidak ada trend maka permintaan bersifat konstan.
3) Siklis (C)
36
Siklis adalah pergerakan periodik yang bergantian antara puncak dan
lembah.
Variasi musiman ialah pola permintaan tinggi dan rendah yang terjadi
berulang-ulang setiap tahun. Variasi ini pada umumya terjadi karena faktor
musim, baik karena iklim maupun kebiasaan manusia misalnya musim lebaran,
musim lebaran, tahun baru, natal, awal tahun sekolah dan lain-lain yang terjadi
setiap tahun.
5) Residu (R)
faktor random. Variasi ini tidak dapat di jelaskan oleh trend, siklis, ataupun
pergerakan musiman. Residu ini tidak dapat diramalkan karena tidak diketahui
faktor penyebab terjadinya. Namun demikian tidak dipungkiri bahwa residu tidak
memiliki pola garis lurus (linear patters) maka untuk meramalkan jumlah
penjualan pada tahun berikutnya yaitu tahun ke-6, dapat digunakan model
37
Y = a + bX ............................................. (2.1)
X = urutan tahun
a.b = konstanta
𝑌1 = a + b𝑋1
𝑌2 = a + b𝑋2
𝑌𝑛 = a + b𝑋𝑛
––––––––––––
𝑛 𝑛
∑ 𝑌𝑖 = 𝑛𝑎 + 𝑏 ∑ 𝑋𝑖 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
𝑖=1 𝑖=1
sebagai berikut :
𝑌1 𝑋1 = 𝑎𝑋1 + 𝑏𝑋12
𝑌2 𝑋2 = 𝑎𝑋2 + 𝑏𝑋22
𝑌𝑛 𝑋𝑛 = 𝑎𝑋𝑛 + 𝑏𝑋𝑛2
––––––––––––––––
38
𝑛 𝑛 𝑛
∑ 𝑌1 𝑋1 = 𝑎 ∑ 𝑋𝑖 + 𝑏 ∑ 𝑋12 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
Dari persamaan (6.2) dan (6.3), nilai konstanta a dan b dapat diketahui
∑ 𝑌𝑖 , ∑ 𝑋𝑖 , ∑ 𝑌1 𝑋1 , 𝑑𝑎𝑛 ∑ 𝑋𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
biasanya mencakup satu tahun. Data permintaan ini dihaluskan (smoothed out)
dengan cara membagi jumlah permintaan selama beberapa periode dngan jumlah
periode sehingga diperoleh jumlah permintaan rata-rata per periode. Dalam hal
ini, periode dapat berupa bulanan atau kuartalan. Istilah rata-rata bergerak
membuang data permintaan satu periode lama dan menggantinya dengan data
periode baru.
39
penjualan produk – produk secara individu ( individual product sales). Metode ini
sering di anggap lebih baik dari kedua metode sebelumnya yaitu regresi linier dan
digunakan ialah data yang lebih kini selalu mempunyai pengaruh yang lebih kuat
terhadap hasil peramalan dibandingkan dengan data yang lebih usang. Model
Dimana :
eksponesial untuk peramalan ialah usia data historis sangat peka dalam
secara hati–hati seberapa jauh data masa lalu sebaiknya digunakan dalam
2.4.1. Pengertian
produksi (master production schedule) sebagai jabaran dari rencana agregat. Pada
40
umumnya,rentang waktucakupan (time horizon) jadwal induk produksi ialah
antara 6-8 bulan, tetapi perusahaan pada umumnya membatasinya hanya sampai
12 bulan.
lebih pendek yaitu mingguan (weekly periods), ada juga perusahaan menggunakan
ditunjukkan dalam Gambar 7.1 dijelaskan bahwa final assembly schedules adalah
41
Demand Management Business Planning
Forecasting Top
Distribution manage-
Require ments Marketing Panning ment
Planning planning
Order Entry
Agregate Planning Resource Planning
Operation
Final Assembly Master Production Rought-cut Capacity manage-
ment
Scheduling Scheduling Planning
planning
Bills of Materials
Materials Capacity Requiremens
Requiremens Planning Planning
Inventory Records Operation
manage-
ment
execution
Production Activity Control Purchasing of Materials
Order releas Vendor selection
Operation scheduling Order placement
Dispacting Vendor scheduling
Expediting Order follow-up
Production reporting
Performance Measurement
evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia dilantai pabrik agar sesuai
suatu pernyataan produk akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk
diproduksi, beberapa banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada
42
berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi dilantai
dapur misalnya akan mencapai puncak pada bulan tertentu misalnya menjelang
lebaran dan tahun baru. Permintaan pada bulan-bulan lain mungkin relatif merata
atau berfluktuasi walaupun tidak mencapai puncak yaitu sebesar permintaan pada
kesulitan karna factor supply yaitu kapasitas produksi dan jumlah tenaga operator
pada umumnya relatif konstan sehingga ada peluang terjadinya mismatch antara
jumlah sumberdaya yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya yang tersedia.
Oleh karna itu, suatu trade-off analysis perlu dilakukan sebelum keputusan dibuat.
43
Untuk menguraikan lebih lanjut proses penyusunan rencana produksi
agregat kedalam jadwal induk produksi perlu ditetapkan secara jelas satuan time
bucket dan panning horizon. Pada umumnya jadwal induk produksi dengan time
pada dasarnya ditetapkan paling tidak sama dengan lead time terpanjang dari
Kondisi lain yang juga harus dipedomani dalam penyusunan jadwal induk
Gambar 2.4 adalah contoh sebuah kalender perusahaan. Hari yang di blok
ialah hari minggu , sabtu dan hari libur lainnya. Karna jumlah hari kerja
perminggu 5 hari makan bila time bucket dinyatakan dalam mingguan maka
buckets yaitu 1-4 dan bulan Februari 4 time buckets yaitu 5-8 dan Maret 4 time
buckets yaitu 9-12. Time bucket ke 8 dalam bulan Februari mengambil 2 hari pada
Januari
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat sabtu
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
44
25 26 27 28 29 30 31
Februari
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
Maret
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 1 2 3 4
Gambar 2.4: Contoh Kalender Perusahaan Bulan Januari dan Februari Tahun
20xx
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
diperhatikan ialah rentang waktunya tidak boleh lebih pendek dari waktu ancang-
ancang item atau produk yang dibuat. Waktu ancang-ancang yang dimaksud
dalam hal ini adalah lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari kebutuhan waktu
untuk pemesanan bahan baku ditambah waktu setup, proses operasi dan waktu
bucket mingguan yang dari bulan kebulan bervariasi dari 4-5 time bucket. Kaena
40%, 25% dan 35% maka setiap produk individu akan diproduksi dalam 6 bulan
45
Table 2.5. Rencana Produksi Agregat*
Kel. Bulan Total
Produk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(4) (4) (4) (4) (4) (4) (5) (5) (5) (5) (5) (5) 52
I 217 251 168 179 188 200 200 201 201 188 188 189 2.370
II 183 192 150 157 144 169 160 161 161 174 174 174 1.999
III 123 139 125 107 152 153 113 114 114 120 121 121 1.502
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
Dalam bulan pertama dengan masa kerja 4 minggu atau (4)(5)=20 hari
(0.35)(217) unit=76 unit. Dengan cara yang sama dihitung untuk bulan-bulan
produk individu sudah dapat ditetapkan. Jadwal induk yang disusun ini masih
bersifat tentatif karna factor ketersediaan atau dukungan kapasitas produksi yang
dibagi dengan jumlah time bucket perbulan maka diperoleh jadwal rencana
produksi tentatif untuk Produk A, B dan C seperti pada Tabel 2.7. jadwal induk
46
produksi untuk masing-masing produk belum memperhitungkan perkiraan
persediaan awal.
yang dimaksud terlihat dalam dua hal yang menjadi karakteristik RCCP yaitu:
Petama, kebutuhan masih didasarkan pada kelompok produk bukan produk per
produk dan kedua, tidak memperhitungkan jumlah persedian yang telah ada.
Berikut ini dijelaskan secara sistematis cara perhitungan kebutuhan kapasitas yang
diketahui bahwa besarnya kapasitas rata-rata setiap Work Center ( W/C) yang
100 unit adalah seperti ditunjukan dalam Tabel 2.8. Terlihat bahwa ketiga produk
dikenakan operasi pada stasiun kerja masing-masing berada waktu setup dan
waktu operasinya.
47
Angka 100 unit yang digunakan dalam perhitungan waktu operasi bukan
ukuran batch dari masing produk tetapi total waktu operasi untuk per 100 unit
Turret Lathe (W/C 101) waktu operasi per unit ialah 0.02 jam sehingga 100 unit
Tabel 2.8. Data Empiris Waktu Setup dan Waktu Operasi pada pembuatan
produk-produk A,B,C, per 100 Unit Dalam Kelompok Produk I
(Jam)
No. Nama W/C Produk A Produk B Produk C
W/C Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
setup Operasi setup Operasi setup Operasi
101 Turret Lathe 0,6 16,0 0,6 20,0, 0,6 22,0
102 Vertical Lathe 0,7 30,0 0,7 14,0 0,6 24,0
201 Mills 0,5 20,0 0,8 0,5 1,5 16,0
202 Bridgeports 1,0 30,0 1,0 20,0 1,0 35,0
203 Numerical 1,8 23,8 1,5 25,0 1,8 25,0
Control
601 Welding 0,6 19,6 0,6 15,6 0,6 24,0
701 Subassembly 1,5 75,5 1,2 40,8 1,4 45,0
*Data-data Hipotesis
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
pada masing-masing Work Center per 100 unit produk group adalah sebagai
berikut:
48
Tabel 2.9. Profil Beban Kelompok Produk I Pada Masing-Masing Work Center
Per 100 Unit.
No. Nama W/C Kelompok Produk I
W/C Waktu Setup Waktu Operasi
(jam) (jam)
101 Turret Lathe 0,6 19,10
102 Vertical Lathe 0,7 23,90
201 Mills 0,5 18,23
202 Bridgeports 1,0 29,25
203 Numerical Control 1,8 24,52
601 Welding 0,6 20,14
701 Subassembly 1,5 53,35
*Data-data hipotesis
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
membutuhkan kapasitas stasiun kerja W/C 102 sebesar 28.05 jam dan
digunakan waktu setup rata-rata. Dalam contoh diatas waktu setup rata-rata adalah
0.9 jam. Perlu diketahui bahwa waktu setup tidak tergantung pada jumlah item
yang dikerjakan tetapi pada kegiatan setup yang perlu dilakukan sesuai dengan
menunjukan bahwa dalam untuk bulan Januari jumlah produksi untuk kelompok
produk I, II dan III masing-masing adalah sebesar 217 unit, 183 unit dan 123 unit.
misalnya W/C 101, yaitu turret Lathe dalam bulan januari dapat adalah sebagai
berikut:
49
[{0.5+(217)(21.40)}+{0.4+(183)(28.30)}+{0.6+(123)(35.30)}]/100
=141.66 jam.
Bila waktu kerja selam bulan januari adalah 4 minggu dan jumlah jam
kerja per minggu 40 jam dan jumlah mesin ada 1 unit maka kapasitas W/C 101
Tabel 2.10. Profil Beban Pada Masing-Masing Work Center Akibat Kelompok
Produk I, II dan III Per 100 Unit
No. Nama W/C Kel. Produk I Kel. Produk II Kel. Produk III
W/C Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
setup Operasi setup Operasi setup Operasi
101 Turret Lathe 0,5 19,10 0,4 28,30 0,6 35,30
102 Vertical Lathe 0,7 23,90 0,8 18,25 1,0 22,65
201 Mills 0,5 18,23 0,5 17,40 0,7 15,20
202 Bridgeports 1,0 29,25 1,3 21,17 1,4 29,30
203 Numerical 1,8 24,52 1,5 25,20 1,0 37,42
Control
601 Welding 0,6 20,14 0,5 15,45 0,5 26,12
701 Subassembly 1,5 55,35 1,2 30,08 2,5 32,30
*Data-data Hipotesis
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
101 sebesar 144.27 jam mesin per minggu masih berada dibawah jumlah kapasitas
yang tersedia yaitu 160 jam-mesin. Dengan cara yang sama, dapat dilakukan
untuk stasiun kerja yang lain. Hasil perhitungan selengkapnya adalah seperti
bahwa semua stasiun kerja dapat memenuhi kebutuhan kapasitas sepanjang bulan
Januari. Bahkan beberapa stasiun kerja yaitu W/C 102, W/C 301 dan W/C 701
50
ditinjau dari kebutuhan kapasitas, rencana produksi agregat bulan Januari adalah
feasible sehingga master production schedule bulan januari juga feasible. Dengan
prosedur dan metode estimasi kebutuhan kapasitas dan kapasitas yang tersedia
Tabel 2.11. Estimasi Kebutuhan Kapasitas dan Kapasitas Yang Tersedia Dalam
Bulan Januari Tahun 200X
No. Nama W/C Kel. Produk I Total Total
W/C Kel. Kel. Kel. Kebutuhan kapasitas
ProdukProduk II Produk Kapasitas Tersedia
I III
101 Turret Lathe 40,23 34,36 60,61 135,20 160,00
102 Vertical 50,41 22,70 39,54 112,65 160,00
Lathe
201 Mills 38,42 21,38 26,54 86,34 160,00
202 Bridgeports 60,94 26,23 51,21 138,38 160,00
203 Numerical 51,80 30,39 64,61 146,80 160,00
Control
601 Welding 42,50 19,04 44,90 106,44 160,00
701 Subassembly 116,63 37,00 57,42 211,05 320,00
Sumber: Sukaria Sinulingga, 2009
Apabila pada salah satu atau beberapa stasiun kerja dalam bulan tertentu
ditemui keadaan bahwa kebutuhan kapasitas lebih besar dari kapasitas yang
Alternatif 1:
kapasitas. Resiko terhadap alternatif ini perlu dikritisi karena mengoreksi jumlah
produk yang dihasilkan akan menurun pangsa pasar. Menurunkan pangsa pasar
51
beresiko karena member peluang kepada perusahaan pesaing untuk mengambil
pelanggan potensial.
Alternatif 2:
antar time bucket misalnya sebagian dipindahkan ke periode lebih awal atau ke
kerja menunjukan kelebihan beban pada bulan Februari dan April terhadap
kapasitas yang tersedia. Sebagian beban pada bulan April akan dapat digeser ke
bulan Maret dan sebagian lagi ke bulan Mei sehingga kapasitas yang tersedia
mencukupi. Terhadap kelebihan beban pada bulan Pebruari yang jumlahnya relatif
kecil tidak perlu dilakukan penyesuain karena perkiraan beban tersebut masih
Alternatif 3:
Overload
K Kapasitas Tersedia
a
p
a
s
i
t
a
s
52
Keputusan yang diambil haruslah berdasarkan hasil analisis Trade-off
hanya faktor financial tetapi juga faktor teknis dan faktor social yang terkait
Untuk lebih menjamin penyelesaian setiap produk pada jadwal yang telah
ditentukan seperti ditunjukan dalam jadwal induk produksi maka perlu disusun
suatu daftar berupa jadwal tentang proses akhir yang menjelaskan kapan operasi
dapat dipenuhi. Jadwal proses akhir yaitu final assemward scheduling). Jika
.berdasarkan hal ini jadwal dari operasi tahap akhir disebut final assembly
schedule ( FAS). Format FAS adalah seperti terlihat dalam gambar-7.3 jadwal
FAS ini digunakan sebagi alat kontrol selesainya proses operasi pembuatan
pengiriman produk jadi seperti tertera pada jadwal induk produksi dapat
53
2.8 Perencanaan Operasional
2.8.1. Pengertian
merupakan tahap akhir perencanaan produksi. Hasil akhir perencanaan ini ialah
sebuah rencana program yang siap untuk dieksekusi. Tujuan dan sasaran
per periode untuk mendukung jadwal induk produksi serta memriksa tingkat
Sumber utama data dan informasi dalam penyusunan rencaana jangka pendek
yaitu jadwal induk produksi (Master Production Schedule) dan jadwal perakitan
54
Demand Management Business Planning
Forecasting Top
Distribution manage-
Require ments Marketing Panning ment
Planning planning
Order Entry
Operation
Final Assembly Master Production Rought-cut Capacity manage-
Scheduling ment
Scheduling Planning planning
Performance Measurement
lain:
1. Status persediaan baik pada tingkat produk akhir maupun pada tingkat
55
3. Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran lot atau batch yang
dan pengendalian produksi merupakan basis dari semua rencana aktivitas di lantai
assembly apa saja yang harus dibuat, berapa bayak yang harus dibuat dan kapan
B C
(2) (1)
dihitung dengan mengurangi jumlah part atau komponen yang sebelumnya sudah
56
tersedia di gudang. Kemudian rencana kapasitas untuk pembuatan masing-masing
Seperti telah dijelaskan, product structure tree suatu produk ialah sebuah
Ada beberapa format data yang ditampilkan dalam bill of materials antara
lain ialah single-level bill, indenten bill, summarized bill, single-level where used
hubungan antara produk akhir dan setiap part, komponen dan sub-assmbly yang
bersifat langsung.
Product Code
Product Name
Stock No.
No.
A 1 Each Manufactured
57
P-1 2 Each Bought-Out
part, -komponen dan sub- assembly seakan-akan berada dalm satu level,indented
Product Code
Product Name
Stock No.
tity No.
0 1 2 3 1 Each Manufactured
A 1 Each Manufactured
58
P-4 2 Each Manufactured
Summarized bill of materials mirip dengan indented bil of materials kecuali pada
summarized bill of materials, item yang sama hanya terlihat satu kali saja dengan
summarized bill of materialsm untuk produk A dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Product Code
Product Name
Stock No.
tity No.
0 1 2 3 1 Each Manufactured
A 1 Each Manufactured
59
P-2 2 Each Manufactured
Agar proses eksploitasi dapat dilakukan secara baik, maka beberapa data dan
informasi pendukung harus tersedia antara lain yang utama ialah status persediaan
Status Persediaan
dibedakan atas dua tipe yaitu bahan dengan persediaan dan bahan tanpa
kerja yang terkait dengan pembuatan bahan tersebut pada suatu ketika tidak
tersedia baik karena faktor kerusakan mesin, kesibukan mesin yang memuncak
dan lain-lain. Timbulnya persediaan bahan lebih sering disebabkan oleh kebijakan
60
pembuatan yang menggunakan prinsip penggabungan kebijakan pembuatan yang
masing kebutuhan tersebut dipenuhi dalam 4 proses operasi. Strategi operasi lot
fot lot ini tentu tidak menimbulkan persediaan karena jumlah part yang dibuat
Tetapi strategi operasi lot for lot ini sering tidak efisien ditinjau dari biaya
apabila biaya setup relative tinggi atau fasilitas produksi terkait akan mengalami
situasi under capacity..situasi under capacity akan terjadi apabila proses operasi
yang ada.
Kebutuhan Bersih = (Kebutuhan Kotor)-(Persediaan)
Kebutuhan kotor 21 21 23 23 23 16 16 16
61
Persedian A 75 54 33 19 0 0 0 0 0
Kebutuhan bersih 0 0 0 13 23 16 16 16
item A ialah 75 unit. Dalam minggu ke-3 dibutuhkan item A sebanyak 21 unit.
persedian yang ada sebanyak 75 unit. Dengan demikian, kebutuhan bersih pada
unit. Persedian ini juga dapat digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan kotor
adalah 0 dan persediaan pada akhir minggu ke 5 hanya tinggal 10 unit. Tetapi
pada minggu ke 6 jumlah persediaan yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan
kotor 23-10 =13 unit dan persedian pada akhir minggu ke 6 menjadi 0, demikian
seterusnya.
Waktu Ancang-Ancang
penyampaian order hingga diterima dan bahan yang dibutuhkan siap untuk
menentukan jadwal kebutuhan suatu bahan untuk memenuhi jadwal yang telah
62
ditentukan bila bahan tersebut harus sudah selesai dibuat. Misalnya produk A
yang dirakit dari item SA-2, SA-1 dan part P-3 harus sudah selesai pada minggu
maka sub-assembly SA-2, SA-1 dan part P-3 masing-masing harus sudah tersedia
persediaan awal sebanyak 75 unit maka jumlah produk A yang harus diproduksi
pada minggu ke 6,7 dan 8 masing-masing adalah sebanyak 13 unti, 23 unit dan 23
unit. Karena item SA-1 adalah salah satu komponen yang dibutuhkan untuk
membuat produk A dengan komposisi 1:1, maka jumlah kebutuhan kotor iyem
SA-1 untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah juga 13 unit, 23 unit dan 23
komponennya adalah satu minggu maka item SA-1 sudah harus tersedia sebanyak
jumlah yang disebut diatas 1 minggu ke sebelumnya yaitu pada minggu ke 5,6 dan
Persediaan awal item SA-1 adalah sebanyak 30 unit dan tidak ada
maka pada akhir minggu ke 5 dibutuhkan sebanyak 13 unit maka pada akhir
minggu ke 5 akan ada persediaan sebanyak 17 unit. Jumlah ini digunakan untuk
sebanyak 23 unit jumlah kekurangan ini dikenal sebagai kebutuha bersih (net
63
Kebutuhan Item A
Persediaan awal 75 unit
Minggu
Uraian
3 4 5 6 7 8 9 10
Persediaan A 75 54 33 10 0 0 0 0 0
Kebutuhan bersih A 0 0 0 13 23 23 16 16
Minggu
Uraian
3 4 5 6 7 8 9 10
Persediaan SA-1 30 30 30 17 0 0 0 0
jadwal induk produksi kedalam bentuk kebutuhan bahan mulai dari bahan pada
level paling hilir hingga paling hulu. Seperti yang sudah dijelaskan, bahan
paling hilir) sebagai bahan pada level 0.Bahan-bahan yang secara langsung berada
64
dibawahnya disebut bahan level 1 dan bahan dibawahnya lagi disebut bahan pada
W/C 601
SA-2 (1) P-4 (2)
P-1 (1) P-2 (2)
W/C 701
W/C
W/C 203
202
W/C W/C
L
e 102 202 P-1 (1) P-2 W/C
v 102
W/C 201 W/C
e W/C W/C W/C
l 202
101 201 102 W/C
3 W/C
101
W/C 101
101
M M M M M M
Leve l 4------
ini ialah untuk mengidentifikasi jumlah kebutuhan setiap item berdasarkan jumla
produk akhir A dibutuhkan 10 unit maka sub-item SA-1 juga dibutuhkan 10 unit
65
jumlah kebutuhan seluruh bahan sudah dapat diketahui berdasarkan jumlah
kebutuhan kotor sering tidak hanya di tentukan oleh jumlah kebutuhan parent-
kebutuhan service parts (bila item tersebut juga dibutuhkan untuk keperluan
Gambar 8.7
persediaan. Jumlah kebutuan bersih adalah nol apabila jumlah persediaan item
tersebut sama atau lebih besar dari jumlah kebutuhan kotor. Jumlah kebutuhan
bersih pada setiap periode adalah dasar dari perencanaan pembuatan order
(pemesanan bahan) dan kebutuhan kapasitas setiap stasiun kerja yang terkait
Penenruan ukuran lot adalah suatu konsep yang berkaitan dengan upaya
66
Tabel 2.13. Perhitungan Kebutuhan Bersih Item X
Minggu
Ukuran
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 12 10 15 12 13 10 10 5 5
Kebutuhan
kotor X
24 12 2 0 0 0 0 0 0 0
Persediaan X 36
0 0 0 13 12 13 10 10 5 5
Kebutuhan
bersih X
minggu ke 6,7,8,9,10,11 dan 12. Bila jumlah item X harus diproduksi persis
13 unit pada minggu ke 8 dan seterusnya maka tidak ada sisa yang akan menjadi
persediaan dari item tersebut pada akhir setiap periode. Bila waktu ancang-ancang
untuk setiap lot adalah 1 minggu maka jadwal pemesanan adalah seperti pada
unit sekaligus.
unit dilakukan dalam satu lot dan lamanya waktu dibutuhkan untuk pembuatan lot
tersebut adalah 2 minggu ke maka pemesanan harus sudah dilakukan pada awal
67
minggu ke 4 supaya pada awal minggu ke 6 jumlah item X harus sudah tersedia
sebanyak 68 unit.
unit maka jumlah item X yang tersisa adalah sebanyak 68 – 13 = 55 unit.Sisa ini
Tabel 2.14. Pemenuhan Kebutuhan Bersih Melalui Pemesanan Secara Lot Per
Lot
Minggu
Uraian
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 12 10 15 12 13 10 10 5 5
Kebutuhan kotor item X
24 12 2 0 0 0 0 0 0 0
Persediaan item X 36
0 0 0 13 12 13 10 10 5 5
Kebutuhan bersih
13 12 13 10 10 5 5
Jadwal pemesanan
13 12 13 10 10 5 5
Jadwal tersedia
0 0 0 0 0 0 0
Proyeksi persediaan
Sumber : Sukaria Sinilingga, 2009
68
Biaya penyimpanan ini harus dipertimbangkan secara cermat, karena
apabila jumlahnya relatif besar maka mungkin lebih baik dilakukan pembuatan
secara lot for lot atau membagi atas beberapa lot jika cara ini lebih efisien
misalnya 38 unit dalam lot pertama dan 30 unit dalam lot kedua. Penentuan
ukuran lot pada dasarnya adalah setup dan biaya penyimpanan yang minimum.
Ada berbagi model pendekatan dalam penentuan ukuran lot yang optimum,
beberapa diantaranya ialah economic lot Quantity (EOQ), part Perode Balance
(PEB), Period order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost
(LTC), Least Period Cost (LPC), Wagner & Within Algorithm (WW) disamping
Apabila jumlah kebutuhan bersih lot dan for sizing (ukuran lot optimum)
penentuan jadwal pembuatan ini, digunakan asumsi bahwa setiap item yang dibuat
harus sudah selesai pada awal periode kebutuhan.Hal ini berarti periode mulai
lamanya pembuatan.Jika periode item harus selesai adalah awal minggu ke 6 dan
5 atau minggu ke 4.
Perlu diperhatikan bahwa item tertentu mungkin terdapat pada lebih dari
satu lokasi dalam product structure tree. Dalam contoh product structure tree
Gambar 8.8, item SA-2 terdapat dalam dua lokasi. Akibatnya, semua sub-item dari
parent item ini yaitu item P-1 dan item P-2 juga akan terdapat pada lebih dari satu
69
lokasi. Jumlab kebutuhan kotor dari item yang demikian harus merupakan
penjumlahan kebutuhan dari semua lokasi. Dengan demikian, eksploitasi dan item
bersih, penentuan ukuran lot dan offsetting seperti telah diuraikan. Proses
ekspoitasi produk akhir A seperti tertera pada jadwal induk produksi untuk
treel bill of materials adalah seperti terlihat pada gambar 8.9. Misalnya, jika setiap
= 80 unit. Jika jumlah persediaan sub-item tersebut misalnya adalah 30 unit maka
bawah ini metode lot sizing yang digunakan ialah lot for lot.
Minggu
Item Uraian
3 4 5 6 7 8 9 10
Kebutuhan kotor 21 21 23 23 23 23 16 16
A
Persedian 75 54 33 10 0 0 0 0 0
Kebutuhan bersih 0 0 13 23 23 23 16 16
WA=1 Jadwal penerimaan 0 0 13 23 23 23 16 16
Minggu Jadwal pemesanan 13 23 23 23 16 16
Kebutuhan kotor 13 23 23 23 16 16
SA-1 Persedian 30 30 17 0 0 0 0 0
Keburuhan bersih 0 6 23 23 16 16
Jadwal penerimaan 6 23 23 16 10
WA=1 Jadwal pemesanan 6 23 23 16 16
Minggu
70
Kebutuhan kotor 13+ 23+ 23+ 16+ 16+
SA-2 6 23 23 16 16
Persediaan 33 14 0 0 0 0
Kebutuhan bersih 0 32 46 32 32
Jdwal penerimaan 32 46 32 32
Jadwal pemesanan 32 46 32 32
Perakitan 6 23 23 16 16
SA-1
Perakitan 32 46 32 32
SA-2
Pembuatan 57 48 48
P-1
71
2.8.3. Capacity Requirements Planning (CRP)
pembuatan bahan yang tertera dalam program manufacturing lantai pabrik seperti
terlihat pada Tabel 2.16. Perlu diketahui bahwa perencanaan kebutuhan kapasitas
ini hanya difokuskan pada kapasitas stasiun kerja yang bersifat kritis yang disebut
Kenyataan menunjukkan bahwa paling banyak hanya 1-3 stasiun kerja saja
yang sering mengalam overload sedangkan sisanya bahka under loaded. Oleh
karena itu, hanya terhadap stasiun kerja yang kritis saja yang perlu dilakukan
atas 3 cara yaitu Capacity Planning Factors, Bill of Capacity dan Timephased
CRP.
output stasiun kerja ke dalam jumlah unit kapasitas yang dibutuhkan untuk
masalalu misalnya dalam tahun lalu dibagi dengan jumlah unit output yang
dihasilkan dalam periode tersebut. Misalnya, dalam tahun lalu total kapasitas ialah
72
10.000 jam dengan jumlah output 2.000 unit. Berarti, standar kebutuhan kapasitas
ialah 10.000 jam / 2.000 unit = 5.00 jam per unit. Jika jumlah yang akan
diproduksi tahun depan sesuai dengan jadwal induk produksi 2500 unit maka total
kebutuhan kapasitas standar ialah 2.500 x 5.00 jam / unit = 12.500 jam.
kadang dapat uga jam mesin apabila proses operasi lebih dominan pekerjaan
stasiun kerja dengan proporsi waktu pada stasiun kerja yang dikategorikan sebagai
stasiun kerja kritis adalah 36.6 % maka total kebutuhan stasiun kerja tersebut
untuk mengeksekusi jadwal induk produksi berdasarkan teknik CPF adalah 0.365
pemahaman terhadap teknik ini akan digunakan kembali product structure tree
Selain data dari bill of materials / product structure tree, data-data utama
ruteoperasi
ROUTE FILE
KodeProduk :
NamaProduk :
73
Kode NO No Setup Waktuoperasi Waktupindah Ukuran
Rata-rata
membagi waktu setup dengan jumlah unit dalam lot. Sebagai contoh, waktu setup
rata-rata stasiun kerja W/C 801 ialah 1.50 jam / 20 unit = 0.075 jam.
0.075 jam / unit dengan waktu operasi sebesar 0.80 jam / unit maka diperoleh
74
waktu standar per unit pada stasiun kerja W/C 801 yaitu 0.875 jam / unit. Dengan
cara yang sama maka dapat ditentukan waktu standar per unit pada setiap stasiun
KodeProduk :
NamaProduk :
Kode NO No Setup Waktuoperasi Waktupindah Ukuran
Item Operasi W/C (jam) (jam/unit) (jam) Lot
Rata-rata
A 1 801 1.50 0.80 0.875 20
SA-1 1 701 1.50 0.60 0.700 15
SA-2 1 701 1.50 0.50 0.600 15
P-1 2 102 0.80 0.35 0.377 30
1 101 0.50 0.25 0.267 30
P-2 2 202 0.60 0.50 0.530 20
1 101 0.50 0.20 0.225 20
P-4 3 202 0.60 0.40 0.450 12
2 102 0.80 0.30 0.367 12
1 101 0.50 0.20 0.242 12
P-3 3 601 1.00 0.60 0.650 20
2 203 0.80 0.70 0.740 20
1 201 0.60 0.40 0.430 20
Sumber: Sukaria Sinungga, 2009
Bill of capacity (BOC) untuk setiap stasiun kerja per unit item yang
dihasilkan dihitung dengan cara menjumlahkan semua waktu standar yang terkait
dengan pembuatan item tersebut pada stasiun kerja yang sama. Bill of capacity per
unit produk A pada setiap stasiun kerja terkait adalah seperti terlihat pada Tabel
2.18.
75
801 0.875 0.875
701 0.700 1.200 1.900
601 1.300 1.300
203 1.480 1.480
202 0.900 0.900
201 0.860 0.860
102 0.734 0.754 1.488
102 0.484 0.450 0.534 1.468
Sumber: Sukaria Sinungga, 2009
masing stasiun kerja untuk memproduksi produk akhir A sebanyak yang tertera
Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.19, jumlah produk akhir A yang akan
jumlah persediaan sehingga kebutuhan bersih menjadi 6, 23, 23, 16, 16 unit yang
yang tersedia periode per periode sepanjang rentang waktu perencanaan (planning
76
horizon )untuk mendapatkan informasi pada periode mana terjadi difisit dan
periode mana yang mengalami surplus sehingga dapat disusun strategi untuk
mengatasi masalah kapasitas defisit dan surplus tersebut. Perlu dicatat bahwa
kebutuhan bersih setiap item mulai dari item pada level 0 (produk akhir) sampai
jangka pendek, hanya kapasitas stasiun kerja kritis (bottle neck work center) saja
yang perlu diidentifikasi dan dianalisis. Misalkan stasiun kerja ini dilakukan
77
BAB III
STUDI KASUS
tergabung dalam dua kelompok yaitu Product Group-I dan Product Group-II.
Product Group–I terdiri dari dua jenis produk yaitu Produk A dan Produk B,
dalam 5 tahun ke depan masing-masing adalah 10.000 unit dan 15.000 unit. Hasil
dari tahun ke tahun untuk kedua product group tersebut terus meningkat rata-rata
sebesar 5 % per tahun untuk Product Group-I dan 3 % per tahun untuk Product-
Group-II.
pada Product Group-I terjadi pada Kuartal –II dan III masing-masing sebesar 30
merata dalam setiap kuartal. Data masa lalu juga mengindikasikan bahwa
78
3.2. Resorce Planning
terdiri dari Produk C dan D. Product structure tree masing-masing produk dalam
sumberdaya yang paling kritis. Sumberdaya produksi yang paling kritikal dalam
pembuatan produk-produk dari kedua product group tersebut ialah Stasiun Kerja
Group-I membutuhkan kapasitas stasiun kerja ini masing-masing sebesar 0.55 jam
dan 0.90 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product Group-I
kapasitas stasiun kerja kritis tersebut secara rata-rata masing-masing sebesar 0.53
jam dan 0,65 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product
induk produksi ialah besarnya kebutuhan kapasitas dalam 3 tahun terakhir seperti
terlihat dalam tabel dibawah ini. Data waktu setup dalam satuan jam dan waktu
79
Tabel 3.1. Data Waktu Setup dalam Satuan Jam dan Waktu Operasi dalam Jam
Per Unit
No. PRODUCT GROUP - I PRODUCT GROUP - II
W/C
Produk A Produk B Produk C Produk D
Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
Setup Operasi Setup Operasi Setup Operasi Setup Operasi
* * * *
101 1.40 60.00 - - 2.50 75.00 1.80 42.40
80
6 P-2 40
7 P-3 20
8 P-4 35
9 P-5 25
Sumber: Modul 13.A Group Assignment, 2019
Produk A Produk B
A B
Produk A
Kode Produk :
Nama Produk :
81
Kode No. No. Setup Waktu Waktu Ukuran Lot
Item Operasi W/C (Jam) Operasi Pindah Optimum
(Jam/Unit) (Jam) (Unit)
A 1 501 0.50 0. 50 4.0 50
P-1 2 102 0.40 0.30 4.0 40
1 101 0.40 0.35 4.0 40
P-2 1 202 0.30 0.40 4.0 50
P-3 2 201 0.30 0.25 4.0 30
1 101 0.30 0.20 4.0 30
Sumber: Modul 13.A Group Assignment, 2019
Produk B
Tabel 3.4. Data Rute Operasi Produk B
DATA RUTE PRODUK B
Kode Produk :
Nama Produk :
Kode No. No. Setup Waktu Operasi Waktu Ukuran Lot
Item Operasi W/C (Jam) (Jam/Unit) Pindah Optimum (Unit)
(Jam)
B 1 501 0.80 0. 75 4.0 50
P-4 2 202 0.50 0.40 4.0 40
1 201 0.50 0.35 4.0 40
P-2 1 202 0.30 0.40 4.0 50
Sumber: Modul 13.A Group Assignment, 2019
Produk C
82
P-1 2 102 0.40 0.30 4.0 40
1 101 0.40 0.35 4.0 40
P-5 1 101 0.50 0.25 4.0 40
BO-1 - - - - - -
Sumber: Modul 13.A Group Assignment, 2019
Produk D
Perusahaan beroperasi dalam 6 hari per minggu dan 8 jam per hari.
Dengan demikian, jumlah jam kerja per minggu ialah 48 jam. Kalender
perusahaan disusun untuk tahun 2019 dengan memperhatikan hari libur umum
sebagai hari libur perusahaan. Sebagai contoh, kalender bulan Januari 2019
83
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31
1 Januari : Tahun Baru Masehi
Sumber: Kalender Indonesia, 2019
84
BAB IV
PEMBAHASAN
Perusahaan beroperasi dalam 6 hari per minggu dan 8 jam per hari. Dengan
demikian, jumlah jam kerja per minggu ialah 40 jam. Kalender perusahaan
disusun untuk tahun 2019 dengan memperhatikan hari libur umum sebagai hari
libur perusahaan.
85
5 Februari : Tahun Baru Imlek
Sumber: Kalender Indonesia, 2019
Jumlah hari kerja pada bulan Februari 2019 adalah 23 hari kerja.
jumlah hari kerja pada kuartal I (Januari, Februari, Maret) adalah sebanyak 72 hari
kerja.
86
Tabel 4.5. Jadwal Kerja Bulan Maret 2019
MEI
M S S R K J S
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31
1 Mei : Hari Buruh
19 Mei : Hari Raya Waisak
30 Mei : Kenaikan Isa Almasih
Sumber: Kalender Indonesia, 2019
Jumlah hari kerja pada bulan Mei 2019 adalah 25 hari kerja.
Jumlah hari kerja pada bulan Juni 2019 adalah 23 hari kerja. Jadi, total
jumlah hari kerja pada kuartal II (April, Mei, Juni) adalah sebanyak 72 hari kerja.
87
JULI
M S S R K J S
1 2 3 4 5 6
7 1 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Sumber: Kalender Indonesia, 2019
Jumlah hari kerja pada bulan Juli 2019 adalah 27 hari kerja.
Jumlah hari kerja pada bulan Agustus 2019 adalah 25 hari kerja.
88
Jumlah hari kerja pada bulan September 2019 adalah 25 hari kerja. Jadi,
total jumlah hari kerja pada kuartal III (Juli, Aagustus, September) adalah
Jumlah hari kerja pada bulan OktoberSeptember 2019 adalah 27 hari kerja.
Jumlah hari kerja pada bulan November 2019 adalah 25 hari kerja.
89
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
25 Desember : Hari Natal
Sumber: Kalender Indonesia, 2019
Jumlah hari kerja pada bulan Desember 2019 adalah 25 hari kerja. Jadi,
total jumlah hari kerja pada kuartal III (Oktober, November, Desember) adalah
Sehingga jika dijumlahkan total hari kerja dari kuartal I (Januari, Februari,
Maret) sebanyak 72 hari kerja, kuartal II (April, Mei, Juni) sebanyak 72 hari kerja,
kuartal III (Juli, Agustus, September) sebanyak 77 hari kerja, dan kuartal IV
(Oktober, November, Desember) sebanyak 77 hari kerja. Sehingga total hari kerja
secara agregat dan perkiraan jumlah hari kerja dapat dilihat dalam tabel berikut.
90
PRODUK I PRODUK II
Tahun Jumlah Tahun Jumlah
1 1800 1 2820
2 1900 2 2910
3 2000 3 3000
4 2100 4 3090
5 2200 5 3180
Total 10000 Total 15000
Sumber: Pengolahan Data, 2019
91
4 440 477
total 2200 1908
Sumber: Pengolahan Data, 2019
92
Tabel 4.15. Perencanaan Agregat Produk I dan II Lima Tahun ke Depan
Jumlah Kelompok Produk
Kuartal Hari I II
Kerja Stok Awal Kebutuhan Produksi Stok Awal Kebutuhan Produksi
1 72 29,70 270,00 294,30 63,45 423,00 414,54
2 72 54,00 540,00 580,50 54,99 423,00 431,46
3 77 94,50 630,00 578,70 63,45 423,00 410,31
4 77 43,20 360,00 359,55 50,76 423,00 428,99
1 72 42,75 285,00 327,75 56,75 436,50 436,50
2 72 85,50 570,00 564,30 56,75 436,50 423,41
3 77 79,80 665,00 634,60 43,65 436,50 453,96
4 77 49,40 380,00 372,60 61,11 436,50 424,89
1 72 42,00 300,00 324,00 49,50 450,00 445,50
2 72 66,00 600,00 632,00 45,00 450,00 472,50
3 77 98,00 700,00 650,00 67,50 450,00 450,00
4 77 48,00 400,00 399,25 67,50 450,00 452,03
1 72 47,25 315,00 337,05 69,53 463,50 449,60
2 72 69,30 630,00 648,90 55,62 463,50 454,23
3 77 88,20 735,00 697,20 46,35 463,50 486,68
4 77 50,40 420,00 412,50 69,53 463,50 451,22
1 72 42,90 330,00 366,30 57,24 477,00 486,54
2 72 79,20 660,00 688,60 66,78 477,00 467,46
3 77 107,80 770,00 719,40 57,24 477,00 472,23
4 77 57,20 440,00 448,80 52,47 477,00 432,40
66,00 7,87
Jumlah 1490 1341,10 10000 10036,3 1163,02 9000 8944,42
Sumber: Pengolahan Data, 2019
93
4.3. Resources Plan
terdiri dari Produk C dan D. Product structure tree masing-masing produk dalam
sumberdaya yang paling kritis. Sumberdaya produksi yang paling kritikal dalam
pembuatan produk-produk dari kedua product group tersebut ialah Stasiun Kerja
Group-I membutuhkan kapasitas stasiun kerja ini masing-masing sebesar 0.55 jam
dan 0.90 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product Group-I
kapasitas stasiun kerja kritis tersebut secara rata-rata masing-masing sebesar 0.53
jam dan 0,65 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product
Kapasitas
Produk Kapasitas stasiun
Produk grup I stasiun kerja I Bill of resource
grup II kerja I (jam)
(jam)
94
Kerja I II
Unit Kapasitas Unit Kapasitas
72 294,30 378,47 414,54 533,10
72 580,50 746,52 431,46 554,86
I
77 578,70 744,21 410,31 527,66
77 359,55 462,38 428,99 551,67
72 327,75 421,49 436,50 561,34
72 564,30 725,69 423,41 544,50
II
77 634,60 816,10 453,96 583,79
77 372,60 479,16 424,89 546,41
72 324,00 416,66 445,50 572,91
72 632,00 812,75 472,50 607,64
III
77 650,00 835,90 450,00 578,70
77 399,25 513,44 452,03 581,30
72 337,05 433,45 449,60 578,18
72 648,90 834,49 454,23 584,14
IV
77 697,20 896,60 486,68 625,86
77 412,50 530,48 451,22 580,26
72 366,30 471,06 486,54 625,69
72 688,60 885,54 467,46 601,15
V
77 719,40 925,15 472,23 607,29
77 448,80 577,16 432,40 556,07
Jumlah 1490 10036,30 12906,68 8944,42 11502,52
Sumber: Pengolahan Data, 2019
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Jadwal hari kerja pada tahun 2019 jika dijumlahkan total hari kerja dari kuartal
I (Januari, Februari, Maret) sebanyak 72 hari kerja, kuartal II (April, Mei, Juni)
sebanyak 72 hari kerja, kuartal III (Juli, Agustus, September) sebanyak 77 hari
Sehingga total hari kerja dalam kalender tahun 2019 adalah 298 hari kerja.
95
2. Rencana persediaaan yang dikaitkan dengan perkiraan permintaan produksi
secara agregat adalah 10036,3 untuk product group-I, 8944,42 untuk product
group-II, dan perkiraan jumlah hari kerja total untuk lima tahun ke depan
departemen assembly dibutuhkan jam kerja 16,38 jam /hari dan mesin yang