Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Sistem Produksi


2.1.1 Pengertian Sistem Produksi
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem–sub sistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan menstransformasikan input produksi menjadi output produksi.
Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi,
sedangkan output produksi dapat berupa produk (industri manufaktur) dan jasa (industri
jasa).
Sistem merupakan suatu kumpulan unsur-unsur yang secara teratur saling
mempengaruhi atau saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, sehingga
membentuk suatu kesatuan. Dalam suatu sistem terdapat berbagai komponen yang
tergantung satu sama lain dan secara bersama-sama membentuk arah dalam mencapai
tujuan.
Sistem produksi merupakan suatu rangkaian proses jangka panjang yang saling terkait
dan berkesinambungan. Sehingga dalam pengamatannya memerlukan cara pandang yang
menyeluruh dan dengan wawasan kesisteman. Sistem produksi adalah sarana atau wahana
yang dipergunakan untuk mengubah masukan-masukan (input) seperti sumberdaya guna
menciptakan barang atau jasa (output) yang bermanfaat.
Sistem produksi sendiri mempunyai arti yaitu penggabungan bahan (material), tenaga
kerja, dan modal dalam cara pengorganisasian dengan tujuan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Inti dari sistem produksi adalah proses transformasi, yaitu proses yang
memberikan perubahan dalam bentuk nilai tambah pada input sehingga menghasilkan
output. Sistem produksi terdiri dari sistem perencanaan dan pengendalian produksi dan
sistem fisik. Sistem yang pertama menjadi masukan bagi sistem pengendalian produksi
adalah berupa informasi dalam bentuk pesanan (order), sumber (mesin, manusia, dan
bahan) serta energi. Fungsi utama sistem ini adalah pengambilan keputusan. Sistem yang
kedua merupakan masukan bagi sistem fisik adalah material, part dan komponen yang akan
dirakit menjadi produk jadi. Fungsi utama dari sistem fisik adalah melakukan aktivitas
perakitan. Sistem fisik ini terdiri dari manusia, mesin, peralatan, dan lingkungan
manufaktur.

II-6
Bab II Landasan Teori

Dalam melakukan kegiatannya sistem fisik seringkali mengalami permasalahan dalam


mencapai tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
diperlukan suatu pengendalian yang dilakukan oleh sistem pengendalian produksi.

Manusia, Mesin, Metoda, Modal, Material

INPUT PROSES OUTPUT


(Bahan) (Konversi) (Produk)

Gambar 2.1 Model Input-Output Sistem Manufaktur

2.1.2 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang menentukan langkah-langkah
yang harus dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Tujuan dari melakukannya perencanaan produksi ialah untuk menentukan kuantitas
(jumlah) produk yang harus diproduksi setiap periode dalam rangka pemenuhan
permintaan pasar yang sesuai dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan
produksi sering disebut dengan nama Perencanaan Agregat (Agregat Planning).
Tujuan dari kegiatan perencanaan-pengendalian produksi adalah sebagai berikut :
1. Mengusahakan agar perusahaan dapt berproduksi secara efisien dan efektif.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal (sumber daya) secara
optimal.
3. Meningkatkan efisiensi sistem produksi.
Input bagi sistem perencanaan dan pengendalian produksi adalah berupa informasi
dalam bentuk pesanan, sumber daya (mesin, material, manusia, dan modal) dan energi.
Sistem perencanaan-pengendalian produksi terbagi kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Range Planning)
Meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan,
perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan dan perencanaan finansial.
2. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Range Planning)
Meliputi kegiatan berupa perencanaan kebutuhan kapasitas (CRP), perencanaan
kebutuhan material (MRP), jadwal induk produksi (MPS), dan perencanaan
kebutuhan distribusi (DRP).
3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Range Planning)

Laporan Kerja Praktik II-7


Bab II Landasan Teori

Terdiri dari kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir (FAS), perencanaan dan
pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan
pengendalian pembelian material (purchasing), dan manajemen proyek.
Organization
Objetives Resource
Requirements
Business Product and Sales Planning
Forecasting Planning
Financial
Production Planning
Planning

Distribution
Requirement
Planning (DRP)

Master Rough Cut


Demand
Production Capacity
Management
Schedulling Planning (RCCP)

Material Capacity
Requirement Requirement
Planning (MRP) Planning (CRP)

Final Assembly Production Purchase


Schedulling Activity Control Planning and
(FAS) (PAC) Control

Gambar 2.2 Siklus Aktivitas Perencanaan

2.1.3 Strategi respons terhadap permintaan konsumen


 Make To Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak.
Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan
kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan
produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi
difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak
diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkay
persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan order sekarang. Pada
strategi ini, resiko persediaan lebih besar.
Contoh produk : makanan, minuman dan lain-lain.

Laporan Kerja Praktik II-8


Bab II Landasan Teori

 Assembly To Order (ATO)


Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu produk
datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi.
Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat
dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ‘moderate risk’
terhadap invenstasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul atau part.
Contoh produk : automobile, elektronik, computer komersil, restoran fast food yang
menyediakan beberapa paket makanan dan lain-lain.
 Make To Order (MTO)
Strategi konsumen MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain
produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat
sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen, aktivitas dimulai ketika
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan
membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu
penyerahan. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai
membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan
kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil,
operasionalnya lebih focus pada keinginan konsumennya.
Contoh produk : komponen mesin, computer untuk riset, dan lain-lain.
 Engineering To Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order. Ketika
order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk beserta waktu dan
biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru
dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk
produk baru atau unik.
Contohnya : kapal, computer untuk militer, prototype mesin baru dan lain-lain. Operasi
lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada pada partnya itu
sendiri.

2.2 Proses Produksi


2.2.1 Pengertian Sistem Produksi
Proses adalah cara, metode, tahapan atau teknik bagaimana suatu sumber yang
tersedia, seperti tenaga kerja, mesin, bahan yang diproses untuk mernperoleh hasil atau
produk yang diinginkan.

Laporan Kerja Praktik II-9


Bab II Landasan Teori

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah bahan mentah, setengah jadi menjadi
produk yang lebih bernilai melalui serangkaian proses yang memerlukan energi dan terjadi
suatu perubahan pada karakteristik geometri, struktur ataupun kimia.
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Proses Produksi adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan nilai atau kegunaan dan benda-benda ekonomis dengan input
yang berupa faktor-faktor produksi menjadi bentuk outputberupa barang atau jasa yang
dalam pengubahannya menggti.iakan teknologi tertentu.
Proses produksi dapat dikiasifikasikan menjadi 2 bagian produksi yaitu:
a. Proses produksi yang terus-menerus (Continuous Process)
Proses produksi yang terus-menerus (Continuous Process) adalah proses produksi
dimana terdapat pola atau urutan yang tetap sejak dari bahan baku hingga menjadi
produk akhir. Pola ini selalu sama dari hari ke hari tanpa ada perubahan, maka variasi
dari produk akhir sangat kecil atau bahkan sangat sering atau tidak sama sekali.

A A

B B

C C

Gambar 2.3 Contoh Proses Produksi Continue


Proses produksi yang menggunakan mesin yang sudah dipersiapkan untuk
memproduksi suatu produk dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengalami
perubahan selama jenis produksi yang sama diperlukan.
Sifat atau ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
- Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar (mass production).
- Menggunakan system atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan
dari produk yang dihasilkan (Product Lay Out).
- Mesin-mesin yang digunakan adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk
menghasilkan produk tersebut.
b. Proses produksi yang terputus-putus (Intermittent Process/Manufactur)
Merupakan proses produksi yang tergantung dan jenis produk yang dikerjakan. Proses
produksi ini disebut juga “Intermitten Process”. Dalam proses ini terdapat waktu yang
pendek dalam mempersiapkan peralatan (set up) untuk perubahan yang cepat ketika
menghadapi suatu variasi produk yang berganti-ganti.Proses produksi yang terputus-
putus adalah suatu proses produksi dimana urutan proses produksinya tidak tetap sejak

Laporan Kerja Praktik II-10


Bab II Landasan Teori

bahan baku masuk kedalam proses produksi hingga menjadi produk akhir. Urutan ini
selalu berubah-ubah sesuai dengan produk akhirnya.
Produk akhir pertama, mungkin akan melalui proses produksi dari semua departemen
atau bagian, sedangkan produk akhir jenis kedua belum tentu melalui semua
departemen yang sudah dilalui produk akhir jenis pertama demikian juga lama waktu
proses tidak sama untuk produk akhir masing-masing bagian.Sifat atau ciri-cirinya
adalah :
- Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat
besar dan didasarkan atas pesanan.
- Cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau
peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama (Process Lay Out atau
Departementation by Equipment).
- Mesin-mesin yang digunakan adalah mesin-mesin yang bersifat umum, yang dapat
digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang
hampir sama.

A B
B

Gambar 2.4 Contoh Proses Produksi Manufaktur

2.2.2 Proses Pemesinan


Komponen mesin yang terbuat dari logam mempunyai bentuk yang beraneka ragam.
Umumnya mereka dibuat dengan proses pemesinan dari bahan yang berasal dari proses
sebelumnya yaitu proses penuangan (Casting) dan atau proses pengolahan bentuk (Metal
Forming). Karena bentuknya beraneka ragam maka proses pemesinan yang
dilakukannpun bermacam-macam sesuai dengan bidang yang dihasilkan yaitu silindris
atau datar. Mesin perkakas dimaksudkan untuk memotong produk kedalam dan kehalusan
permukaan yang diinginkan.
Menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan gerak makan proses pemesinan dapat
dikelompokan menjadi:
1. Proses Membubut (Turning)
2. Proses Menggurdi (Drilling)

Laporan Kerja Praktik II-11


Bab II Landasan Teori

3. Proses Mengefreis (Milling)


4. Proses Menggerinda Rata (Surface Grinding)
5. Proses Menggerinda Silindris (Cylindrical Grinding)
6. Proses Menggergaji (Sawing)
Menurut rancangan dan penggunaannya mesin perkakas dibagi menjadi:
 Mesin Perkakas Universal
Yaitu mesin perkakas yang mampu melakukan pekerjaan bermacam-macam
sesuai dengan jenisnya.
Contoh : mesin bubut senter (center lathe), mesin freis (milling machine milling
machine), mesin sekrap (shaping machine).

 Mesin perkakas produksi


Yaitu mesin perkakas yang dirancang untuk produktivitas tinggi dan ragam
pekerjaannya terbatas.
Contoh: mesin bubut pahat ganda (multiple tool lathe), mesin freis produksi, mesin
drill kepala ganda.
 Mesin Perkakas khusus atau spesial
Yaitu mesin perkakas yang dirancang untuk maksud tertentu yang menuju ke
produk seri.
Contoh: mesin bubut roda kereta api, mesin bubut untuk Camshaft, mesin korter
batang torak.
Sifat-sifat proses pada mesin perkakas akan ditentukan oleh elemen dasar
pemotongannya. yaitu:
 Kecepatan potong (cutting speed);V (m/min).
 Kecepatan gerak makan (Feeding speed); Vf (mm/min).
 Kedalaman potong (Deep of cut);a (mm).
 Waktu pemotongan (Cutting time);tc (mm).
 Kecepatan penghasilan geram; Z (mm3/min).
Lima elemen dasar tersebut diatas berkaitan erat dengan:
 Sifat-sifat material yang dikerjakan
 Geometri pahat
 Kondisi mesin perkakas (ukuran bentuk, penampang geram, putaran spindel).

Laporan Kerja Praktik II-12


Bab II Landasan Teori

2.2.3 Konsep Dasar Produksi


Produksi merupakan fungsi pokok didalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas
yang bertanggung jawab untuk penciptaan nilai tambah produk yang merupakan output
dari setiap organisasi industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan
teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik yang sangat
erat dan saling membutuhkan. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti
yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain, seperti:
keuangan, personalia, dan lain-lain.
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan
fungsional. Di dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai
tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif
di pasar. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut:
1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu
sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan
komponen struktural yang membangun sistem produksi itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, berupa menghasilkan produk
(barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif
dipasar.
3. Mempunyai aktivitas, berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output
secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimasi
pengalokasian sumber-sumber daya.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen structural dan fungsional yang
berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen atau
elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin
dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dan lain-lain. Sedangkan
komponen atau fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi,
dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan
seperti: perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan
sangat mempengaruhi keberadaannya.
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial
dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam

Laporan Kerja Praktik II-13


Bab II Landasan Teori

suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dapat dijual dengan
harga kompetitif di pasar. Suatu proses mengkonversi input terukur kedalam output
terukur melalui sejumlah langkah.
Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui suatu
aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input kedalam output
yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses memiliki kapabilitas atau
kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan
informasi selama transformasi berlangsung.

2.2.4 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang menentukan langkah-langkah
yang harus dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Tujuan dari melakukannya perencanaan produksi untuk menentukan kuantitas
(jumlah) produk yang harus diproduksi setiap periode dalam rangka pemenuhan
permintaan pasar yang sesuai dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan
produksi sering disebut dengan nama Perencanaan Agregat (Agregat Planning).
Tujuan dari kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai berikut :
1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal (sumber daya) secara
optimal.
3. Meningkatkan efisiensi sistem produksi.
Input bagi sistem perencanaan dan pengendalian produksi adalah berupa informasi
dalam bentuk pesanan, sumber daya (mesin, material, manusia, dan modal) dan energi.
1. Sistem perencanaan dan pengendalian produksi terbagi kedalam tiga tingkatan, yaitu;
2. Perencanaan Jangka Panjang (Long Range Planning)
3. Meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan,
perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan dan perencanaan finansial.
4. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Range Planning).
5. Meliputi kegiatan berupa perencanaan kebutuhan kapasitas (CRP), perencanaan
kebutuhan material (MRP), jadwal induk produksi (MPS), dan perencanan
kebutuhan distribusi (DRP).
6. Perencanaan Jangka Pendek (Short Range Planning Perencanaan Jangka Menengah
(Medium Range Planning)

Laporan Kerja Praktik II-14


Bab II Landasan Teori

7. Terdiri dari kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir (FAS), perencanaan dan
pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan
pengendalian pembelian material (purchasing), dan manajemen proyek.
LONG Organization Objectives
Resource Requirements
Panning
RANGE

Bussiness
Product and Sales Planning
Forecasting
Financial Planning

Production Planning
MEDIUM
RANGE

Distribution Requirement
Planning ( DRP )

Demand Master Production Scheduling Rough Cut Capacity Planning


Management ( MPS ) ( RCCP )

SHORT Material Production Capacity Requirement


RANGE Scheduling ( MRP ) Planning ( CRP )

Fimal Assembly
Production Activity Control ( PAC ) Purchase Planning & Control
Scheduling ( FAS )

INPUT/OUTPUT PLANNING AND


CONTROL

Gambar 2.5 Siklus Aktivitas Perencanaan

2.3 Sistem Kerja


2.3.1 Pengertian Sistem Kerja
Sistem kerja merupakan serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian
dipadukan untuk menghasilkan suatu produkk atau jasa yang menghasilkan nilai bagi
pelanggan atau keuntungan bagi perusahaan / organisasi. Sistem kerja melibatkan banyak
faktor manusia dan adanya keterkaitan pola kerja manusia dengan alat atau mesin, faktor-
faktor yang dikombinasikan antara manusia dan alat tersebut dibuat suatu prosedur atau
tahapan kerja yang sudah tetap dan didokumentasikan sehingga menghasilkan suatu sistem
kerja yang konsisten dan dapat menghasilkan hasil yang berkualitas. Untuk menghasilkan
suatu sistem kerja yang konsisten dan dapat menghasilkan hasil yang berkualitas
dibutuhkan suatu ruang lingkup perancangan sistem kerja yang ebrtujuan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Berawal dari pengertian perancangan sistem kerja terlebih dahulu, bahwa perancangan
sistem kerja ini merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik – teknik dan prinsip – prinsip
untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknik dan
prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen – komponen sistem kerja yang terdiri dari
manusia dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta lingkungan kerja
sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi

Laporan Kerja Praktik II-15


Bab II Landasan Teori

perusahaan serta aman, nyaman dan sehat bagi pekerja. Tujuan perancangan yang demikian
itu disingkat EASNE.
Dalam berbagai aktifitas seperti perancangan tata letak fasilitas, penjadwalan produksi,
pengukuran kinerja pekerja atau penetapan imbal jasa dan tata hitung ongkos diperlukan
sistem kerja yang tertata dengan baik. Untuk dapat mencapai suatu tatanan sistem kerja
yang baik diperlukan penataan sistem kerja dari unsur-unsur yang membentuk sistem kerja
tersebut. Sehingga sistem kerja yang baik akan dapat mencapai sasarannya dengan cara
yang sebaik-baiknya.
Penataan suatu sistem kerja biasanya dilakukan berdasarkan beberapa alternatif yang
ada sehingga diperlukan adanya pemilihan untuk dapat menentukan sistem kerja yang
terbaik. Pemilihan ini ditentukan berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap
alternatif-alternatif tersebut. Penataan dan pengukuran sistem kerja akan menghasilkan
suatu rancangan sistem kerja yang baik, dimana selanjutnya penataan dan pengukuran
sistem kerja ini biasa disebut sebagai perancangan sistem kerja (I Z Sutalaksana 1993).
Tujuan yang ingin dicapai oleh suatu sistem kerja hendaknya dicapai dengan cara yang
sebaik-baiknya, yaitu dengan cara yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.
Kenyamanan, keamanan, dan kesehatan biasanya dipandang sebagai kepedulian pihak
kerja dalam arti para pekerjalah yang memerlukan, hal-hal ini dapat terjadi didalam sistem
kerjanya. Sedangkan masalah efisiensi seringkali dipandang sebagai suatu hal yag menjadi
keperluan pemilik atau pemilih sistem kerja yang ada. Cara pandang ini kurang tepat,
karena sebetulnya semua faktor-faktor tersebut saling berkaitan dalam mencapai tujuan
sistem kerja. Kenyamanan, keamanan dan kesehatan yang buruk dapat mengakibatkan
terbuangnya jam kerja dan adanya pengeluaran tambahan. Sedangkan efisiensi yang rendah
akan merugikan perusahaan dan pada gilirannya akan merugikan pekerja sendiri.
Karenanya faktor manusia atau pekerja menjadi sangat penting untuk menjadi perhatian
dalam suatu perancangan sistem kerja.
Suatu bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan terdapat dalam suatu sistem
manusia-mesin. Ernest J Cormick dan Mark S Sanders mendefinisikan Sistem Manusia
mesin sebagai suatu kombinasi dari satu atau lebih faktor manusia dan satu atau lebih
komponen fisik yang berinteraksi untuk menghasilkan sejumlah output yang diharapkan
dari sejumlah input yang diberikan. Dalam kerangka ini, pengertian mesin tidak terbatas
pada pengertian mesin secara sempit tetapi sebenarnya termasuk didalamnya adalah jenis
obyek fisik, peralatan, perlengkapan, fasilitas, benda atau apapun yang digunakan manusia
dalam melakukan aktifitas untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Laporan Kerja Praktik II-16


Bab II Landasan Teori

Hal pokok dari keterlibatan manusia dalam suatu sistem adalah adanya peran aktif
dalam berinteraksi dengan sistem untuk memenuhi fungsi perancangan sistem tersebut.
Alat penyampai isyarat dan alat kendali diperlukan karena isyarat yang disampaikan
berada diluar batas-batas kemampuan manusia seperti suhu yang sulit dideteksi dengan
teliti oleh indera manusia. Juga karena alat-alat tersebut berguna sebagai pengalih bentuk
dan isyarat yang ada seperti penggunaan display untuk menyampaikan isyarat melalui
mata. Proses sistem kerja manusia mesin akan berlangsung terus menerus dan untuk itu
perlu adanya suatu perancangan sistem kerja yang baik sehingga interaksi antara unsur-
unsur sistem kerja tersebut berjalan dengan baik. Unsur-unsur utama dalam sistem kerja
adalah manusia, mesin, dan lingkungannya.
Perancangan sistem kerja dengan menjadikan manusia sebagai faktor utama dalam
perancangan dibahas dalam ilmu ergonomi atau human factors engineering.
Faktor yang mempengaruhi manusia dalam sistem kerja, yaitu :
 Faktor diri (individual), baik itu jasmani (fisiologis) maupun rokhani (psikologis),
dengan segala sifat, kemampuan, dan keterbatasan sebagai manusia.
 Faktor situasional, hampir sepenuhnya berada diluar diri pekerja, dan umumnya
dalam penguasaan pihak perusahaan.

2.3.2 Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis
dan jelas. Peta kerja merupakan suatu alat yang sistematik dan jelas untuk berkomunikasi
secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bias mendapatkan informasi-
informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda kerja.

Contoh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda kerja, terutama
dalam suatu proses produksi, ialah sebagai berikut : jumlah benda kerja yang harus
dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus
disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan, dan sebagainya.

Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain : menghilangkan operasi-operasi


yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan
suatu urutan-urutan kerja atau proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang
lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi, dsb. Dengan demikian,
peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga
mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja.

Laporan Kerja Praktik II-17


Bab II Landasan Teori

a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)


Untuk memperoleh suatu urutan pengerjaan, waktu dan keseluruhan proses dan
hubungan antar aktivitas digunakan suatu teknik penggambaran, yaitu dengan Peta
Proses Operasi (Operation Process Chart). Peta proses operasi adalah salah satu
teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyataannya peta ini
adalah gambaran tentang proses, dan telah digunakan dalam berbagai cara sebagai
alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat
digunakan sebagai alat manajemen. Peta proses operasi merupakan suatu diagram
yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami bahan baku sampai
menjadi produk jadi, baik yang berkaitan dengan urutan operasi pengerjaan maupun
pemeriksaan (Sutalaksana, 2006). Peta proses operasi juga membuat informasi-
informasi untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan produk dari awal hingga akhir, material yang digunakan juga bahan
baku atau material yang digunakan juga bahan atau material tambahan yang akan
diperlukan suatu saat.
Beberapa Keuntungan Dan Kegunaan Dari Peta Proses Operasi Ini Adalah Sebagai
Berikut :

 Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan


informasi yang lebih lengkap.
 Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.
 Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.
 Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.
 Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.
 Menunjukkan hubungan antar komponen.
 Menunjukkan panjang nisbi dari lintas fabrikasi dan ruang yang
dibutuhkannya.
 Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.
 Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.
 Membedakan antara komponen yang dibuat dengan yang dibeli.
 Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.
 Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
 Menunjukkan secara nisbi konsentrasi mesin, peralatan dan pekerja.
 Menunjukkan sifat pola aliran bahan.

Laporan Kerja Praktik II-18


Bab II Landasan Teori

 Menunjukkan sifat masalah penanganan bahan.


 Menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran
produksi.
 Mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada bagian lain.
Manfaat Peta Proses Operasi
Dari penggunaan Peta Proses Operasi (PPO) atau Operation Process Chart
(OPC) ini dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:
 Sebagai sarana untuk menguraikan secara singkat, jelas dan sistematis.
Tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh masing-masing komponen benda
kerja secara grafis simbolis.
 Sebagai alat analisis peramalan kebutuhan mesin dan peralatan kerja serta
kebutuhan bahan baku.
 Sebagai alat analisis perbaikan metode kerja dan latihan bagi tenaga kerja .
 Dapat dijadikan dasar dalam menentukan tata letak pabrik.
Informasi Yang Diperlukan Didalam Pembuatan Peta Proses Operasi (PPO) /
Operation Process Chart (OPC)
Dalam proses penyusunan dan pembuatan Peta Proses Operasi (PPO) atau
Operation Process Chart (OPC) dibutuhkan beberapa informasi, antara lain :
 Menyusun benda kerja yang akan dibuat atau gambar teknik yang dibuat oleh
designer.
 Menggunakan gambar teknik tersebut menjadi elemen-elemen penyusun .
 Analisis tahapan-tahapan pengerjaan.
 Bahan baku yang digunakan berikut dimensinya.
 Waktu penyelesaian masing-masing aktivitas.
 Presentase scrap yang terbuang.
 Ringkasan aktivitas.
Informasi Yang Diperoleh Dalam Peta Proses Operasi
Dari penyusunan dan pembuatan Peta Proses Operasi (PPO) atau Operation
Process Chart (OPC) diperoleh informasi-informasi penting, antara lain :
 Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas.
 Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan.
 Peralatan atau mesin yang digunakan.
 Presentase scrap selama berlangsungnya aktivitas.
Langkah-langkah Pembuatan Peta Proses Operasi

Laporan Kerja Praktik II-19


Bab II Landasan Teori

Untuk menyusun dan membuat suatu Peta Proses Operasi (PPO) atau
Operation Process Chart (OPC) yang baik dan benar dibutuhkan langkah-langkah
sebagai berikut :
 Tentukan komponen utama dari produk dan gambarkan urutan operasinya
disebelah kanan.
 Gambarkan komponen lainnya pada sebelah kiri, dengan urutan operasi
mengalir menuju komponen utama.
 Tulis identitas dari komponen (nomor, nama, ukuran).
 Lengkapi identitas dari setiap operasi (nomor operasi, mesin/alat yang
digunakan, waktu pengerjaan dan scrap).
 Penomoran diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi dan untuk
penomoran pada pemeriksaan diberikan secara tersendiri.

Simbol-simbol untuk Peta Proses Operasi


Melambangkan suatu operasi atau kegiatan yang terjadi dalam lintasan
produksi.

Melambangkan terjadinya proses pemeriksaan yang terjadi bila benda kerja


atau peralatan mengalami pemeriksaan baik kualitas maupun kuantitas.

Melambangkan suatu proses penyimpanan yang terjadi bila benda kerja


disimpan untuk jangka waktu tertentu.

Melambangkan terjadinya proses operasi gabungan yang terjadi bila antara


aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan pada suatu tempat kerja.

Prinsip- prinsip pembuatan Peta Proses Operasi

 Material yang diletakkan digaris horizontal adalah material yang masuk


kedalam proses pengerjaan baik bahan baku utama maupun bahan baku
pembantu.
 Lambang ditetapkan dalam arah vertikal dan ini merupakan terjadinya proses.
 Nomor operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan operasi sebenarnya
yang dibutuhkan atau sesuai dengan proses yang terjadi.
 Nomor pemeriksaan diberikan secara tersendiri berurutan sesuai dengan
tahap pengerjaan yang pada prinsipnya sesuai dengan kegiatan operasi.

Laporan Kerja Praktik II-20


Bab II Landasan Teori

 Agar memperoleh peta proses operasi yang baik, maka produk yang paling
banyak memerlukan operasi atau produk utama ditempatkan paling kanan
pada gambar dan dipetakan paling awal.
 Setelah peta proses operasi digambarkan secara lengkap, pada akhir halaman
dicatat tentang ringkasan yang memuat informasi tentang jumlah operasi,
pemeriksaan dan jumlah waktu keseluruhan yang diperlukan untuk membuat
produk tersebut.

Gambar 2.6 Contoh Peta Proses Operasi (PPO)

b. Peta Aliran Proses


Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama
satu proses atau prosedure berlangsung, serta didalamnya memuat pula informasi-
informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibuituhkan dan jarak
perpindahan waktu.
- Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Aliran Operasi:
Terdapat dua hal utama yang membedakan antara Peta Proses Operasi dengan Peta
Aliran Proses yaitu :

1. Peta Aliran Proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk


transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada Peta Proses Operasi,
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Pada Aliran Proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap disbanding Peta Proses Operasi, dan memungkinkan untuk digunakan
disetiap proses atas prosedur, baik di pabrik atau kantor. Sebagai
konsekuensinya, Peta Aliran Proses tidak bisa digunakan untuk

Laporan Kerja Praktik II-21


Bab II Landasan Teori

menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan. Biasanya suatu peta


Aliran Proses hanyalah menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa
salah satu komponen dari produk yang dirakit.
- Macam-Macam Peta Aliran Proses
Secara terperinci dapat dikatakan bahwa Peta Aliran Proses pada umunya terbagi
dalam 2 tipe yaitu :
a. Peta Aliran Proses tipe bahan
Peta Aliran Proses tipe bahan ialah suatu peta yang menggambarkan kejadian
yang dialami bahan (bisa merupakan salah satu bagian dari produk jadi) dalam
suatu proses atau prosedur operasi.

b. Peta Aliran Proses tipe orang


Peta Aliran proses tipe orang pada dasarnya bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang


operator.
2. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok
manusia, sering disebut peta proses kelompok kerja.
Pada umumnya Peta aliran proses tipe orang adalah suatu peta yang
menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusianya.
Peta ini merupakan gambar simbolis dan sistematis darin suatu metoda kerja
yang dijalani oleh seseorang atau oleh sekelompok pekerja ketika pekerjaanya
membutuhkan dia mereka) untuk bergerak dari suatu tempat ketempat lainnya.
- Kegunaan Peta Aliran Proses :

Secara lebih terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari suatu Peta Aliran
Proses, sebagai berikut

a. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal
masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
b. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses
atau prosedur.
c. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metoda kerja.
e. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu
komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini merupakan

Laporan Kerja Praktik II-22


Bab II Landasan Teori

suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-
tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi ketidaksempurnaan
pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat digunakan untuk menghilangkan
ongkos-ongkos yang tersembunyi.
- Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Aliran Proses

Ada beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu Peta Aliran Proses
yang lengkap, sebagai berikut :

a. Seperti pada Peta Proses Operasi, suatu Peta Aliran Proses pun mempunyai
judul, dimana pada bagian paling atas dari kertas ditulis kepalanya “PETA
ALIRAN PROSES”, yang kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa
identifikasi seperti : nomor/atau nama komponen yang dipetakan, nomor
gambar, peta orang atau peta bahan, cara sekarag atau yang diusulkan, tanggal
pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi ini dicatat disebelah
kanan atas kertas.
b. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat pada
titik a diatas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total dan waktu
total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total jarak
perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses atau prosedur
berlangsung.
c. Setelah bagian “kepala” selesai dengan lengkap, kemudian bagian “badan”
diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambing-lambang dan informasi-
informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang
dibutuhkan dan kecepatan produksi (jika mungkin) juga ditambahkan dengan
kolom analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa tersebut.
d. Ada suatu cara yang sederhana tetapi cukup efektif untuk menganalisa Peta
Aliran Proses, yaitu dengan mengajukan enam buah pertanyaan pada setiap
kejadian dari suatu Peta Aliran Proses. Cara tersebut disebut “Dot and Check
Technique”.

Laporan Kerja Praktik II-23


Bab II Landasan Teori

PETA ALIRAN PROSES


RINGKASAN
PEKERJAAN : PEMBUATAN PRODUK BUTTOM DIES D. 9,64
SEKARANG USULAN BEDA
KEGIATAN NOMOR PETA : 1
JML WKT JMLWKTJML WKT
15 316,17 ORANG BAHAN √
OPERASI
SEKARANG USULAN
8 2,87 √
PEMERIKSAAN DIPETAKAN OLEH : AJENG TIARA PRATIWI
230,43
TRANSPORTASI 11 TANGGAL DIPETAKAN : 5 JUNI 2017

MENUNGGU

PENYIMPANAN 1 0,12
JARAK TOTAL 224806,68

ANALISA TINDAKAN
LAMBANG UBAH

Catatan
WAKTU (menit)
URAIAN KEGIATAN

BAGAIMANA
JARAK (m)

PERBAIKI
GABUNG
URUTAN
JUMLAH

DIMANA

TEMPAT
RUANG

ORANG
KAPAN
SIAPA
APA
Material dibawa dari rak penyimpanan bahan baku ke meja pemeriksaan 1,23 0,36

Melakukan pemeriksaan material 0,3

Mengukur tinggi material 0,15


Mengukur diameter material 0,1

Material buttom dies dibawa ke stasiun mesin bubut 0,35


0,1

Pemeriksaan material 0,09

Bubut rata bagian atas sebesar 28 mm 61

Pemeriksaan diameter 0,23

Bubut rata bagian bawah sebesar 25 mm 59

Pemeriksaan diameter 0,22

Bubut muka dengan pemakanan 2 mm 2,3

Pemeriksaan tinggi material Gambar 2.7 Contoh Peta Aliran Proses (PAP) 0,25

Borring bagian atas sedalam 9,64 mm 2


c. Peta Pekerja dan Mesin
Borring bagian bawah sedalam 12 mm 5

Produk setengah jadi di bawa ke stasiun mesin milling 0,32


Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan
0,76
suatu grafik yang
Proses milling sisi kanan 15
menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu
Proses milling sisi kiri 15
mengganggur dari
Produk setengah jadi di bawa ke Cikarang untuk proses heat treatment 113
kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian
1E+05
peta ini merupakan alat
Proses heat treatment 65,3

yang baik untuk mengurangi, waktu menggagur.


Produk yang sudah mengalami proses heat treatment dibawa kembali ke CV. KTN dan disimpan di rak
1E+05 115
penyimpanan produk setengah jadi

Produk setengah jadi dibawa ke stasiun mesin ESG 1,13 0,2


Kegunaan Peta Pekerja dan Mesin
Proses ESG 30
Produk setengah jadi dibawa ke stasiun mesin ISG 0,15 0,12
Proses ISG 15
- Merubah tata letak tempat kerja.
Produk setengah jadi dibawa ke stasiun SFG 0,21 0,26
Proses SFG 30
Tata letak tempat kerja merupakan salah satu unsure
Produk setengah jadi dibawa ke stasiun mesin gravier panthograph 0,75 factor
0,27 yang menentukan
Proses marking sisi kanan "D 9.64" 2
lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Maka penataan
Proses marking sisi kiri "kawani" 3 kembali suatu
Pemeriksaan produk jadi 1,53
Produk dibawa ke ruang quality control
Proses pengujian produk
tata letak tempat kerja, diharapkan dapat menempatkan
0,45
10,5
elemen system kerja 1,15

Produk dibawa ke stasiun meja packing 0,84 0,35


Pengemasan produk
pada suatu tempat sedemikian rpa sehingga benar-benar
1,05
dapat menghemat
Produk disimpan tempat penyimpanan produk jadi sebelum dikirim ke buyer 0,11 0,12
waktu penyelesaian.
- Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.
Pada dasarnya, gerakan-gerakan kerja juga merupakan factor yang menentukan
waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Sehingga penataan kembali gerakan-

Laporan Kerja Praktik II-24


Bab II Landasan Teori

gerakan yang dilakukanpekerja, akan sangat membantu meningkatkan


efektivitas kerjanya, dan sekaligus mempengaruhi efesiensi penggunaaan
tenaga.
- Merancang kembali mesin dan peralatan.
Keadaan mesin dan peralatan seringkali perlu dirancang kembali untuk
meningkatkan efektivitas pekerja dan mesin. Misalnya untuk mengurangi
waktu mengangkut dan sekaligus menghemat tenaga kerja, maka pekerjaan
memindahkan barang terutama barang berat, yang tadinya menggunakan
gerobak dorong, sekarang perlu dipikirkan dengan menggunakan kerekan
(hoist). Dengan menggunakan kerekan ini, selain diperoleh keuntungan diatas,
juga kapasitas angkut tiap kali operasi lebih jauh lebih besar.
- Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin bagi
seorang pekerja.
Apabila kita menemukan bahwa efektivitas pekerja yang menangani sebuah
atau beberapa mesin itu rendah, yaitu pekerja banyak menganggur, sementara
di tempat lain banyak terdapat yang menganggur, maka penambahan tugas bagi
pekerja tersebut mungkin dapat meningkatkan efektivitas. Sebaliknya jika
terdapat seorang pekerja yang terlampau sibuk dalam menangani tugasnya,
sehingga tidak memungkinkan baginya untuk bisa melepaskan lelah dan
melakukan kepentingan-kepentingan pribadi lainnya, maka tentu hal inipun
akan merugikan, baik pada pihak perusahaan atau bagi pekerja itu sendiri.
Pekerja yang terlampau lelah, maka sering melakukan kesalahan-kesalahan,
sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan mesin-mesin atau menurunkan
kwalitas produksi. Keburukan yang dialami pekerja, terutama dirasakan dalam
jangka panjang, dimana pekerja yang terlampau lelah tentu akan
mengakibatkan makin memburuknya kondisi tubuh pekerja tersebut

Prinsip- Prinsip Pembuatan Peta Pekerja dan Mesin.


a. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat. Biasanya dibagian paling atas kertas
dinyatakan “PETA PEKERJA DAN MESIN” sebagai kepalanya. Kemudian
diikuti oleh informasi-informasi pelengkap yang meliputi : nomor peta, nama
pekerjaan yang dipetakan, metoda sekarang atau usulan tanggal dipetakan dan
nama orang yang membuat peta tersebut.
b. Setelah semua identifikasi lengkap dinyatakan, langkah berikutnya menguraikan
semua elemen-elemen pekerjaan yang terjadi. Untuk ini ada beberapa lambing

Laporan Kerja Praktik II-25


Bab II Landasan Teori

yang biasa dipakai, yaitu berupa suatu batang (bar) dimana panjangnya batang
ini sebanding dengan skala waktu (lamanya aktivitas tersebut).
PETA PEKERJA MESIN

PEKERJAAN : PEMBUBUTAN PRODUK BUTTOM DIES


NAMA MESIN : MESIN BUBUT
NAMA PEKERJA : OPERATOR
NOMOR PETA :1
SEKARANG √ USULAN DIPETAKAN OLEH : AJENG TIARA PRATIWI
TANGGAL : 4 JUNI 2017
MANUSIA mesin
0 OPERATOR W(Menit) MESIN BUBUT W(Menit)
15 Set-up mesin bubut 15 Menunggu 15
55 Proses bubut muka bagian atas produk 40 Bubut muka dengan pemakanan sebesar 28 mm 40
55,7 Release material 0,7 Menunggu 0,7
57,4 Set-up mesin bubut 1,7 Menunggu 1,7
137,4 Proses bubut muka bagian bawah produk 80 Bubut muka dengan pemakanan sebesar 25 mm 5,89
138,1 Release material 0,7 Menunggu 0,7
139,8 set-up mesin bubut 1,7 Menunggu 1,7
144,8 Proses bubut rata 5 Bubut rata pemakanan sebesar 2 mm 5
146,8 Proses borring bagian atas produk 2 Borring bagian atas sedalam 9,64 mm 2
147,5 Release material 0,7 Menunggu 0,7
152,5 Proses borring bagian bawah produk 5 Borring bagian bawah sedalam 12 mm 5

153,2 Release material Menunggu


0,7 Peta Pekerja Mesin 0,7
Gambar 2.8 Contoh

OPERATOR Mesin
2.3.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
WAKTU
0 21,2
Menurut
MENGANGGURSuma’mur (1989) keselamatan kerja adalah suatu keadaan yang

WAKTU KERJA 153,2 57,89


menunjukkan pada suatu kondisi yang aman, selamat dari bahaya, kerusakan dan
WAKTU TOTAL 153,2 79,09
kerugian PERSEN
di tempat kerja. 100,00% 73,20%
PENGGUNAAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap
pekerja, khususnya yang bergerak dibidang produksi. Oleh karena itulah Pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselaatan Kerja, sebagai
pengganti peraturan perundangan dibidang keselamatan kerja yaitu Veilegheids
Reglement Stbl. No. 406 Tahun 1910 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
masalah tenaga kerja yang ada saat ini.

- Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 tentang keselamatan kerja,
adapun tujuan Pemerintah membuat aturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, diantaranya adalah:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

Laporan Kerja Praktik II-26


Bab II Landasan Teori

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan
getaran.
7. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang maupun tumbuhan.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpangan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertujuan agar
masyarakat dan lingkungan kerja menjadi aman, sehat dan sejahtera yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
2.3.4 Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (Kerja) dan NOMOS
(Hukum Alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain / perancangan.
Definisi ergonomi berdasarkan focus, tujuan dan pendekatan [Comicks dan Sanders,
1987], sebagai berikut :
1. Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan
bekerja.

Laporan Kerja Praktik II-27


Bab II Landasan Teori

2. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja,
pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan
manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang
prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.

Iftikar Z. Sutalaksana [1979] mendefiniskan ergonomic sebagai suatu cabang ilmu


yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.

Tujuan ergonomi berdasarkan sudut pandang faktor manusia (human factor) bertujuan :

 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pekerjaan dan aktivitas yang


dilakukan, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kegunaan, mengurangi
kesalahan dan meningkatkan produktivitas.
 Mempertinggi sejumlah nilai dan unsur manusia, termasuk memperbaiki
keselamatan kerja, mengurangi kelelahan dan ketegangan, meningkatkan
kenyamanan, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki mutu kehidupan.

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap mencakup seluruh


prilaku manusia dalam bekerja adalah kajian ergonomi yang dikelompokkan sebagai
berikut [DR. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana, 1979] :

1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomic yang meneliti energy manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dari bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energy yang
dikeluarkan saat bekerja.
2. Anthropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan
peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakaiannya.

Laporan Kerja Praktik II-28


Bab II Landasan Teori

3. Biomekanika, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan


mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot
manusia dalam bekerja dan sebagainya.
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan
sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek
psikologis dari suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stress
dan lain sebagainya.
Kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis, sehingga didapatkan suatu
solusi yang optimal. Maka, seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem integrasi
yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia sebagai pekerjannya.
2.3.5 Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu member informasi kepada
pekerja agar tugasnya menjadi lancer (sutalaksana,1979). Display berfungsi sebagai
system komunikasi yang menghubungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia,
contoh display diantaranya adalah jarum speedometer , keadaan jalan raya memberikan
infromasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya
merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan-jalan bisa
langsung di terima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer merupakan contoh
tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarumm
speedometer sebagai informasi. Arti informasi disini cukup luas,mennyangkut semua
ransangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tak langsung.
Informasi yang dibutuhkan sebelum membuat display, diantaranya :
1. Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi.
2. Rentang total dari variabel mengenai mana yang akan di tampilkan.
3. Ketepatan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.
4. Kecepatan informasi dari variable yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.
5. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display.
6. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display.
7. Lingkungan dimana display tersebut digunakan.

Laporan Kerja Praktik II-29


Bab II Landasan Teori

Ada tiga criteria dalam pembuatan display yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut
untuk penjelasannya :
1. Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketaui keberadaannya atau fungsinya,
untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya adlah petunjuk umum
penggunaan roda setir pada mobil dan untuk audiotory display harus bisa didengar,
contohnya adalah bel rumah.
2. Pengenalan
Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar
dan dapat dipahami bagi setiap pembacanya.
3. Pemahaman
Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi dua kriteria
diatas,display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai degan pesan yang
disampaikan. Menurut Barrier pemahaman dapat dibagi menjadi dua level yaitu
sebagai berikut diantaranya :
a. Kata –kata atau symbol yang digunakan didalam display mungkin terlalu sulit untuk
dipahami oleh pengguna atau pekerja, contohnya adalah VELOCITY dan
COOLANT mungkin kurang cepat dipahami dari pada SPEED dan WATER.
b. Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki kesulitan
dalam memahami kata-kata kasar.

 Tipe-Tipe Display
Berdasarkan tujuannya,display terdiri atas dua bagian,yaitu display umum dan
display khusus. Display umum disini adalah mengenai aturan kepentingan
umum,contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan “Jagalah
Kebersihan ” dan display khusus itu sendiri mengenai aturan keselamatan kerja khusus,
contohnya adalah “ Awas Tegangan Tinggi ”
Berdasarkan lingkungan display terbagi dalam dua macam yaitu display statis dan
display dinamis . Pengertian dari display statis itu sendiri adalah display yang
memberikan sesuatu informasi yang tidak tergantung terhadap waktu , contohnya adalah
peta(informasi yang menggambarkan suatu kota). Pengertian display dinamis adalah
display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel, contohnya
adalah jarum speedometer dan mikroskop.
Berdasarkan informasi menurut Nurmianto (1991),display terbagi tiga macam yaitu
diantaranya sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktik II-30


Bab II Landasan Teori

1. Display kualitatif
Display merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data
numeric dan untuk menunjukan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu
sistem ,contohnya adalah tanda On-Off pada generator ,DINGIN,NORMAL dan
PANAS pada pembacaan temperatur.
2. Display Kuantitatif
Display yang memperlihatkan informasi numerik (berupa angka nilai dari suatu
variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital maupun analog .
3. Display Representatif
Biasanya berupa sebuah Working Model atau Mimic Diagram dari suatu mesin, salah
satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.
2.3.6 Biomekanika
Biomekanika merupakan suatu bidang kajian dalam ergonomi yang menggunakan
konsep mekanika untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh dan
gaya yang bekerja pada bagian tubuh tersebut, pada saat manusia melakukan suatu
pekerjaan. Contoh pengaplikasian biomekanika ini adalah penetapan berat beban
angkatan yang direkomendasikan oleh NIOSH (National Institue Occupational Safety
and Health), pada pekerjaam penanganan material secara manual (manual material
handling-MMH), tujuan diterapkannya biomekanika ini adalah mengurangi terjadinya
cedera tulang belakang bagian bawah (lower back pain).
Berikut beberapa faktor-faktor yang biomekanika, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor diri yaitu umur, jenis kelamin dan suku bangsa, ukuran anthropometri
tingkat kebugaran dan kekuatan otot sekitar tulang belakang
b. Sikap kerja
c. Jenis pekerjaan
Masalah biomekanika tergantung pada :
a. Faktor diri
b. Jenis pekerjaan
c. Sikap kerja
Faktor diri dipengaruhi oleh :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ukuran anthropometri
d. Masa kerja

Laporan Kerja Praktik II-31


Bab II Landasan Teori

e. Latihan fisik dan tingkat kebugaran


f. Kebiasaan merokok dan minumal beralkohol
g. Kelenturan tulang belakang
h. Struktur anatomis tulang belakang
Sikap kerja dipengaruhi oleh :
a. Sikap membungkuk
b. Sikap memiringkan badan
c. Sikap memutar badan
d. Sikap berdiri terlalu lama
e. Sikap mendorong, menarik, mengangkat, dll.
Jenis pekerjaan dipengaruhi oleh :
a. Pekerjaan fisik yang berat
b. Pekerjaan mengangkat
c. Pekerjaan mendorong
d. Pekerjaan pemindahan material yang berat
e. Pekerjaan yang berulang (repetitif).

Lingkup metodologi dan penerapan biomekanika kerja


Pengetahuan ilmiah dan dasar metodologi untuk biomekanika kerja semakin
berkembang dan didukung oleh beberapa aplikasi sehingga ilmu biomekanika kerja
semakin berkembang. Secara umum, enam lingkup biomekanika dijelaskan sebagai
berikut :
Metode Evaluasi
Metode Model Metode Metode
Kapasitas Kerja
Biomekanika Anthropometri Bioinstrumnetasi
Mekanik

Metode klasifikasi
Metode
dan Prediksi
Kinesiologi
Waktu

Biomekanika Kerja

Kriteria seleksi Paduan Panduan Tata Paduan Berkas Pekerjaan


personal dan Perancangan Letak Kontrol Perancangan Penanganan
pelatihan Perkakas Tangan Mesin dan Stat Kursi Material
Kerja

Peningkatan Performansi dan Mengurangi Resiko Trauma Mekanik

Gambar 2.9 Lingkup Metodologi Biomekanika

Laporan Kerja Praktik II-32


Bab II Landasan Teori

2.4 Pengetahuan Mesin-mesin Produksi yang digunakan oleh CV. Kawani tekno
Nusantara
A. Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu mesin yang umumnya terbuat dari logam, gunanya
membentuk benda kerja dengan cara menyanyat, dengan gerakan utamanya
berputar. Proses bubut adalah proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. (Sumber:
Syamsudin, 1999).

Gambar 2.10 Mesin bubut


Bagian-bagian utama dari mesin bubut biasanya terdiri dari 10 bagian yaitu sebagai
berikut:
1. Kaki meja, dengan kotak.
2. Bed dengan pematang v.
3. Kepala tetap dengan berbagai perlengkapan kecepatan dan dilengkapi
berbagai chuck untuk dipasang pada poros utama guna mengikat benda kerja.
4. Saklar listrik untuk penggerak motor.
5. Lemari atau kotak roda gigi untuk penyetelan/pemilihan kecepatan poros
utama termasuk gerkan eretan membujur dan eretan melintang secara
otomatis.
6. Eretan membujur.
7. Eretan melintang.
8. Eretan atas/eretan kesil dengan pengikat pahat.
9. Support (eretan/asutan membujur).
10. Kepala lepas untuk memegangatau mengikat alat pembuat lubang oleh center
drill dan pengeboran benda kerja oleh bor. (Sumber: Syamsudin, 1999)

Laporan Kerja Praktik II-33


Bab II Landasan Teori

Benda diikat atau dipegang dengan suatu alat pemegang atau pengikat yang
disebut cekam atau chuck. Cekam ditempatkan atau dipasang pada ujung poros
utama mesin bubut dengan sambungan pasak atau sambungan ulir, sehingga benda
kerja pada chuck ikut berputar pada saat mesin dijalankan. Pahat yang dipasang pada
pengikat pahat disebut juga tool-post.
Tool-post dapat bergerak sejsjar dengan garis hati benda kerja atau membujur.
Alat ini dipasang diatas asutan/eretan kecil yang diletakan diatas asutan melintang
(cross slide), dan keduanya dialetaklan diatas asutan membujur yang disebut pula
Support. Karena pahat beserta tool-post nya diletakan diatas asutan melintang, maka
pahat dapat bergerak melintang dan membujur. Jadi, tebal muka sayatan pahat dapat
ditambah.
Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan oleh mesin bubut antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Membubut rata atau membubut lurus.
2. Membubut muka atau meratakan ujung benda kerja (facing).
3. Membubut tirus luar atau dalam.
4. Membuat ulir kanan atau ulir kiri.
5. Eksentrik (batang atau lubang).
6. Membuat alur berkeliling dan memotong.

B. Mesin Bubut CNC


Mesin bubut CNC (Computer Numerically Controlled) merupakan suatu
pemanfaatan kemajuan teknologi komputer dimana pada mesin bubut CNC terdapat
perpaduan teknologi komputer dengan teknologi mekanik. Dengan perpaduan
teknologi tersebut mesin bubut CNC dapat melakukan proses bubut dengan lebih
teliti, lebih presisi, dan lebih fleksibel. Dengan keuntungan tersebut industri besar
pada saat ini banyak menggunakan mesin bubut CNC karena mesin bubut CNC
sangat cocok digunakan untuk produksi masal. Selain itu kualitas dan kuantitas yang
dibutuhkan konsumen dapat terpenuhi oleh para produsen (Lilih, dkk., 2003).
Berdasarkan kondisi kerja di lapangan mesin bubut CNC secara garis besar
digolongkan menjadi dua, yaitu mesin bubut CNC training unit dan mesin bubut
CNC production. Prinsi kerja kedua mesin bubut CNC tersebut pada dasarnya
adalah sama. Mesin bubut CNC training unit digunakan untuk latihan-latihan dasar
pengoprasian dan pemrograman CNC yang dilengkapi dengan EPS (External

Laporan Kerja Praktik II-34


Bab II Landasan Teori

Programming System) dan juga dapat untuk mengerjakan pekerjaan ringan.


Sedangkan mesin bubut CNC production digunakan untuk produksi masal,
perbedaannya pada mesin ini dilengkapi dengan modifikasi bermacam aksesoris
sesuai dengan keperluan produksinya, misalnya mesin dilengkapi dengan sistem
pembuka pintu otomatis, chuck dengan sistim otomatis ataupun hidrolik,
pembuangan tatal dan lain-lain (Lilih, dkk., 2003).

Gambar 2.11 Mesin bubut CNC

Secara umum prinsip kerja mesin bubut CNC sama dengan mesin bubut
konvensional. Gerakan dasarnya ke arah melintang dan horisontal dengan sistim
koordinat sumbu X dan Z, dan pada pemakannya benda kerja diletakkan dicekam
yang berputar dan dimakan oleh pahat yang diam. Arah gerakan pada mesin bubut
CNC diberikan lambang sumbu X untuk arah gerakan melintang tegak lurus
terhadap sumbu putar dan sumbu Z untuk arah gerakan memanjang yang sejajar
sumbu putar (Widarto, 2008).

C. Mesin Milling (frais)


Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat
potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi
potong yang banyak yang mengitari pahat ini bisa menghasilkan proses pemesinan
lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau
melengkung.
Mesin frais ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensional manual)
dan dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual ada biasanya spindelnya ada

Laporan Kerja Praktik II-35


Bab II Landasan Teori

dua macam yaitu horisontal dan vertikal. Sedangkan mesin frais dengan kendali
CNC hampir semuanya adalah mesin frais vertikal .

Gambar 2.12 Mesin milling

Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi
gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan
diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel
mesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang
bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau
gerakan pemotongan. Gerakan pemotongan pada i jika dikenakan pada benda kerja
yang telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan
menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena
material penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.

D. Mesin SFG
Mesin Surface Grinding adalah mesin gerinda yang mengacu pada
pembuatan bentuk datar dan permukaan yang rata pada sebuah benda kerja yang
berada di bawah batu gerinda yang berputar. Mesin surface grinding bisa kita jumpai
di ATMI pada mesin Brand dan Magerle. Pada umumnya mesin gerinda digunakan

Laporan Kerja Praktik II-36


Bab II Landasan Teori

untuk penggerindaan permukaan yang meja mesinnya bergerak horizontal bolak-


balik. Benda kerja dicekam pada meja magnetik, digerakkan maju mundur di bawah
batu gerinda. Meja pada mesin gerinda datar dapat dioperasikan secara manual atau
otomatis yang dapat diatur pada bagian tuasnya.

Gambar 2.13 Mesin surface grinding


Prinsip kerja utama dari mesin surface grinding adalah gerakan bolak-balik
bendakerja, dan gerak rotasi dari tool. Dilihat dari prinsip kerja utama mesin
tersebut, mesingerinda datar secara garis besar mempunyai tiga gerakan utama,
yaitu:
1. Gerakan putar batu gerinda.
2. Gerakan meja memanjang dan melintang.
3. Gerakan pemakanan.

Laporan Kerja Praktik II-37

Anda mungkin juga menyukai