Keputusan utama
Penjadwalan jobs, alokasi kebutuhan material dan penerimaan order
Alokasi kebutuhan & kapasitas fasilitas
Perencanaan produksi
Perencanaan persediaan
Perencanaan kapasitas
Pengesahan produksi dan pengadaan
Order produksi dan jadwal produksi
Pengendalian
Penyimpanan dan pergerakan material
Sistem Fisik :
Tenaga Kerja
Mesin
Peralatan
Lingkungan kerja
Kualitas Produksi :
Flowchart
Check Sheet atau Lembar pemeriksaan
Histogram
Scatter Plot
Control Charts
Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram)
Pareto Diagram
Tipe Produksi :
Aliran Proses :
Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada produk yang dibuat. Secara
ekstrim dikatakan bahwa tidak ada aliran produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat urutan
operasi. Bentuk operasi pada project digunakan ketika terdapat kebutuhan khusus/spesial yang
memerlukan kreativitas dan keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur,
karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya tinggi dengan perencanaan dan
pengendalian yang sulit, sebab berat pada tahap definisi initial dengan tingkat perubahan-
perubahan dan inovasi yang tinggi.
Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi stasiun kerja (semua bor pada
satu stasiun kerja, gerinda, dan sebagainya). Aliran produk dan job hanya pada stasiun kerja
yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan mesin yang berfungsi umum (general-purpose
equipment) dan operator berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop fleksibel
dalam merespon perubahan disain dan volume pesanan konsumen. Kerugiannya, tidak efisien.
Flow Shop
Meliputi small batch line flow, large batch (repetitive)line flow, dan continuous line flow.
Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk membuat produk. Semua
produk mengikuti standar produk yang ditentukan. Lintas rakitan automobile merupakan
contoh bagus untuk proses flow shop.
Tata Letak :
Fixed position layout disebut juga layout dengan posisi tetap. Artinya pengaturan fasilitas
produksi dalam membuat produk, dengan meletakkan produk yang dibuat tetap atau tidak
dipindah-pindah. Mesin, karyawan, dan fasilitas produksi lain yang berpindah mengelilingi
produk yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat terbang,
kapal laut, dan lain-lain.
Process layout
Process layout disebut juga layout fungsional. Artinya pengaturan letak fasilitas produksi di
dalam pabrik didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada.
Mesin atau fasilitas yang memiliki fungsi yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada
tempat yang sama. Layout ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang beragam.
Dalam layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada kebutuhan mesin yang digunakan
untuk membuat suatu produk. Contoh: berbagai produk dan besi.
Product flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan letak mesin-mesin atau
fasilitas produksi dalam suatu pabrik didasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam
membuat suatu produk. Produk yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus produk yang
dikerjakan juga selalu sama, seolah-olah menyerupai garis, meskipun tidak selalu berupa garis
lurus.
Volume Produksi :
Produksi massa
Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi
Permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi
Peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus
Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan yang
khusus.
Produksi batch
Ukuran lot produksi adalah medium
Tujuan: untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang
diperlukan secara kontinu
Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang untuk tingkat produksi
yang tinggi.
Produksi job shop
Tingkat produksi rendah,
Peralatan mempunyai fungsi umum,
Keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi,
Kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi,
perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
Berbeda dengan PPC (Production Planning and Control) dimana PPC hanya berfungsi
merencanakan dan mengendalikan rangkaian produksi agar berjalan sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan tanpa harus mengendalikan inventory perusahaan. Ada 3 alasan
mengapa inventory perlu dikendalikan yaitu :
Untuk mengendalikan inventory itulah mengapa di PPIC ada bagian yang namanya
MRP (Material Requirement Planning) agar ketersediaan bisa benar-benar seimbang dan tidak
berlebihan, karena inventory pada dasarnya adalah biaya. Inventory yang berlebihan tentu akan
membebani cash flow perusahaan.
1. Menerima order dari Marketing dan membuat rencana produksi sesuai order yang
diterima.
2. Memenuhi permintaan sample dari Marketing dan memantau proses pembuatan sample
sampai terkirim ke pelanggan.
3. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan forecast dari marketing dengan
memperhatikan kondisi stock dengan menghitung kebutuhan material produksi
menurut standard stock yang ideal.
4. Memonitor semua inventory baik untuk proses produksi, stock yang ada di gudang
maupun yang akan didatangkan sehingga proses produksi dan penerimaan order bisa
berjalan lancar dan seimbang.
5. Menyusun jadwal proses produksi pada waktu, routing & quantity yang tepat sehingga
barang bisa dikirim tepat waktu dan sesuai dengan permintaan pelanggan.
6. Menjaga keseimbangan lini kerja di produksi agar tidak ada mesin yang overload
sementara mesin lain tunggu order.
7. Menginformasikan ke bagian marketing jika ada masalah di proses produksi yang
menyebabkan delay delivery.
8. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait sehinggga diperoleh informasi
akurat dan up to date.
Peramalan/ Forecasting
Menurut Biegel (1999), peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan
untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan
datang.
Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha
memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat
dalam kuantitas yang tepat.
Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang
berdasarkan pada beberapa variabel peraal, sering berdasarkan data deret waktu historis.
Prinsip peramalan adalah akan selalu mengandung error, kesalahan harus terukur, ramalan
suatu famili produk lebih teliti daripada end item, dan peramalan jangka pendek lebih teliti
daripada peramalan jangka panjang (Render dan Heizer, (2001)).
Menurut Sodikin (2012), ada enam faktor yang dapat mengidentifikasi sebagai teknik dan
metode peramalan, yaitu :
1. Horizon waktu
2. Pola dari data
3. Jenis dari mode
4. Biaya
5. Ketepatan
6. Mudah dan tidaknya aplikasi
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode peramalan adalah item yang
akan diramalkan, interaksi situasi dan waktu persiapan.
Line Balancing
Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaanke dalam stasiun-stasiun
kerja yang saling berkaitan dalam suatu lintasan atau lini produksi sehingga setiap stasiun kerja
memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Menurut gaspersz
(2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu
assembly line ke workstations untuk meminimumkan banyaknya workstation dan
meminimalkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang
dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang dispesifikasikan untuk
setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan. Selain itu dapat pula dikatakan
bahwa line balancing sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang dapat
dijalankan oleh suatu assembly line untuk memberikan fairy consistent flow of work melalui
assembly line itu pada tingkat yang direncanakan (Saputra, dkk (2010)).
Assembly line adalah suatu pendekatan yang menempatkan fabricated parts secara bersama
pada serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan repetitive manufacturing
atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-
tugas sekunsial dalam merakit suatu produk. sedangkan idle time adalah waktu dimana
operator/ sumber-sumber daya seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena; set-up,
perawatan/ maintenance, kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak dijadwalkan
(Saputra, dkk (2010)).
Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka
memperoleh utilisasi yang tingi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui
penyeimbangan waktu kerja antar workstation, dimana setiap elemen tugas dalam suatu
kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah
ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya
persoalan line balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya
work in process pada beberapa workstation (Saputra, dkk (2010)).
Terdapat lima faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam proses MRP, yaitu :
1. Struktur Produk. Semakin rumit struktur produk, akan membuat perhitungan MRP
semakin rumit pula. Struktur produk yang kompleks terutama ke arah vertikal, akan
membuat proses penentuan kebutuhan bersih, penentuan jumlah pesanan optimal,
penentuan saat yang tepat melakukan pesanan, dan penentuan kebutuhan kotor menjadi
berulang-ulang.
2. Ukuran Lot. Jika dilihat dari cara pendekatan masalah, terdapat dua aliran dalam
penentuan ukuran lot, yaitu (a) pendekatan period by period, dan (b) level by level.
Ukuran lot khususnya untuk struktur produk yang bertingkat banyak (multilevel 270
Manajemen Farmasi Industri case) masih dalam tahap pengembangan, sehingga teknik
ukuran lot merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam
MRP
3. Tenggang Waktu. Perbedaan dalam tenggang waktu akan menambah kerumitan dalam
proses MRP. Suatu perakitan belum dapat dilakukan apabila komponen-komponen
pembentuknya belum tersedia. Kompleksnya masalah dirasakan pada tahapan
penentuan kapan harus melakukan pemesanan, karena tidak hanya menentukan kapan
harus melakukan pemesanan, tetapi juga harus menentukan besarnya lot pemesanan.
4. Perubahan Kebutuhan. MRP dirancang untuk menjadi suatu sistem yang peka
terhadap perubahan baik perubahan dari luar (permintaan) maupun perubahan dari
dalam (kapasitas). Kepekaan ini bukanlah tidak menimbulkan masalah, perubahan
kebutuhan produk akhir tidak hanya mempengaruhi rencana pemesanan, tetapi juga
mempengaruhi jumlah kebutuhan yang diinginkan. Jika dihubungkan dengan tenggang
waktu pemesanan, dan ukuran lot, maka proses perhitungan harus diulang kembali
sehingga akan mengurangi efisiensi perhitungannya.
5. Komponen yang Bersifat Umum (Communality). Adanya komponen yang bersifat
umum (dibutuhkan lebih dari satu induk item) akan menimbulkan kesulitan apabila
komponen umum tersebut berada pada level yang berbeda, sehingga diperlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, baik dalam jumlah maupun waktu pelaksanaan pemesanan
Contoh Perhitungan
FORECASTING
2.1 Metode Trend Linear
t ei |ei| ei2
1 -254.684 254.684 64863.99
2 -78.5582 78.5582 6171.391
3 97.5677 97.5677 9519.456
4 28.6936 28.6936 823.3227
5 149.8195 149.82 22445.88
6 270.9454 270.945 73411.41
7 -117.929 117.929 13907.18
8 163.1972 163.197 26633.33
9 -55.6769 55.6769 3099.917
10 125.449 125.449 15737.45
11 -341.425 341.425 116571.1
12 12.7008 12.7008 161.3103
Σ 0.1002 1696.65 353345.7
(d’t-1)-
d’t – dt |MR|
(dt-1)
254.6841 0
78.5582 254.6841 176.126
-97.5677 78.5582 176.126
-28.6936 -97.5677 68.8741
-
-28.6936 121.126
149.8195
- -
121.126
270.9454 149.8195
-
117.9287 388.874
270.9454
-
117.9287 281.126
163.1972
-
55.6769 218.874
163.1972
-125.449 55.6769 181.126
341.4251 -125.449 466.874
-12.7008 341.4251 354.126
Σ= 2554.38
Metode trend linear menggunakan data yang secara random berfluktuasi membentuk garis
lurus. Dari data tabel diatas, terlihat bahwa peramalannya tidak jauh dengan angka rata-rata
permintaan. Keakuratan peramalan terlihat pada seberapa dekat nilai peramalan tersebut
terhadap data permintaan, selisih tersebutlah yang dinamakan error. Jika dijumlahkan error
seluruh data tersebut, maka hasilnya sangat minim yaitu 0,1002. Pembulatan angka ini juga
tidak berpengaruh karena tidak mencapai satu produk. ME (Mean Error) adalah nilai tengah
kesalahan. Nilai ME dari data adalah . MAE (Mean Absolute Error) adalah nilai tengah
kesalahan absolut. MAE menggunakan nilai error yang sudah di absolutkan, hasilnya adalah .
SSE ( Sum of Squared Error) adalah jumlah kuadrat kesalahan. SSE merupakan jumlah nilai
kuadrat dari error yaitu . MSE (Mean Squared Error) adalah nilai tengah kesalahan kuadrat.
Nilai tengah selalu dibagi dengan jumlah data yang ada. Hasil dari MSE adalah yang
didapatkan dari jumlah error dikuadratkan, kemudian dibagi dengan jumlah data. SDE (Standar
Deviation of Error) adalah deviasi standar kesalahan. Standar deviasi yaitu suatu ukuran yang
menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata-rata. Nilai SDE adalah 179,227.
Moving range yaitu verifikasi data. Bila kondisi out of control terjadi, maka terjadi kesalahan
data pada perhitungan tersebut. Apabila data masih berada pada batas control maka data
tersebut benar. Batas atas atau ucl adalah +617,694 dan batas bawah / lcl adalah -617,694.
Nilai tertinggi dari data yaitu 341,4251 dan terendah yaitu -270,9454.
t Ei |ei| ei2
1 -303.5 303.5 92112
2 -118.5 118.5 14042
3 66.5 66.5 4422.3
4 6.5 6.5 42.25
5 136.5 136.5 18632
6 266.5 266.5 71022
7 -113.5 113.5 12882
8 176.5 176.5 31152
9 -33.5 33.5 1122.3
10 156.5 156.5 24492
11 -301.5 301.5 90902
12 61.5 61.5 3782.3
Σ 0 1741 364607
d’t – (d’t-1)-
|MR|
dt (dt-1)
303.5 0 –
118.5 303.5 185
-66.5 118.5 185
-6.5 -66.5 60
-136.5 -6.5 130
-266.5 -136.5 130
113.5 -266.5 380
-176.5 113.5 290
33.5 -176.5 210
-156.5 33.5 190
301.5 -156.5 458
-61.5 301.5 363
Σ= 2581
– UCL
– CL
– LCL
2.2.6 Analisis
Metode constant dilakukan dengan mengambil rata-rata data masa lalu (historis). Peramalan
diambil dari rata-rata data permintaan. Keakuratan peramalan terlihat pada seberapa dekat nilai
peramalan tersebut terhadap data permintaan, selisih tersebutlah yang dinamakan error.
Moving range yaitu verifikasi data. Bila kondisi out of control terjadi, maka terjadi kesalahan
data pada perhitungan tersebut. Apabila data masih berada pada batas control maka data
tersebut benar. Batas atas atau ucl adalah dan batas bawah / lcl adalah . Nilai tertinggi dari data
yaitu 303,5 dan terendah yaitu -266,5.
Perbandingan nilai antara metode constant dan metode trend linear tidak jauh. Mulai dari angka
peramalan, hingga data error yang muncul. Keakuratan data antara kedua metode tersebut
terlihat pada error. Metode constant memiliki error yang sangat minim yaitu 0. Sehingga
metode constant lebih baik digunakan dibandingkan dengan metode trend linear.
BAB III
LINE BALANCING
Gambar 3. Snei
Mesin – Ф15mm
1. 15
Potong 150mm
– Ф 70mm
20mm
Handle
-Pengecilan Ф15
hingga Ф12mm
-Bubur
bertingkat
Ф9mm, panjang 130
10mm
Mesin
2.
Bubut -Chamfer 1×45°
-Curtle dalam
0,5mm dan
panjang 50mm.
House
160
-Facing 2mm
-Pengecilan Ф70
menjadi Ф60mm
-Pengeboran
Ф20mm
-Pemakanan
dalam hingga
Ф30mm pada sisi
depan
-Pemakanan
dalam hingga
Ф40mm pada sisi
belakang
-Chamfer 5×45°
Handle
-Ulir luar
8×1,25mm
dengan panjang
Kerja 10mm
3. 40
Bangku
House
-Penandaan 4
titik secara
simetris
House
-Pengeboran 2
daerah yang
sudah ditandai,
Mesin dengan Ф7mm
4. 30
Bor hingga tembus
-Pengeboran 2
titik dengan Ф3,2
mm hingga
tembus
House
Kerja
5. -Ulir dalam 30
Bangku
untuk handle,
8×1,25mm
3.3 Layout
Gambar 4. Layout Tata Letak Mesin
1 hari = 8 jam
2 minggu = 4 hari
2 minggu = 8 x 4
= 32 jam
Target
Output =
=
Waktu
No. Stasiun Elemen
Stasiun
Kerja Pekerjaan
Kerja
1 1, 5, 6, 7 80
8, 12, 15,
2 80
16
3 9, 10, 13 80
11, 14, 17,
4 80
18
5 2, 3, 4 85
Elemen Pekerjaan
Region
Dalam Region
I 1,7
II 2,8
III 9
IV 10
V 11
VI 12
VII 14
VIII 15 , 16
IX 17 , 18
X 3
XI 4
XII 5
XIII 6
XIV 13
3.8 Analisis
Produk yang diproduksi adalah snei. Ada 4 stasiun kerja yang digunakan, yaitu mesin potong,
mesin bubut, kerja bangku dan mesin bor. Alokasi waktu pada mesin potong = 15 menit, mesin
bubut = 290 menit, kerja bangku = 40 menit, mesin bor = 30 menit dan kerja bangku = 30
menit. Sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk satu produk adalah 405 menit. Cycle time
adalah waktu pembuatan 1 produk yaitu 6,75 jam yang didapat dari 405 menit : 60 menit =
6,75 jam. Waktu yang tersedia adalah 32 jam. Jadi, jumlah produk yang dapat diproduksi dalam
2 minggu adalah 4 unit.
Alokasi elemen pekerjaan tergantung pada pembagian waktu. Rata-rata waktu yang diambil
adalah 80 menit. Efisiensi lintasan pada alokasi elemen pekerjaan adalah 100%. Hal ini
dikarenakan pembagian waktu perwilayah sama rata sehingga menghasilkan keseimbangan
lintasan yang maksimal.
Presedence diagram berdasarkan rata-rata waktu. Terdapat 14 region dalam diagram, total
waktu adalah 405 menit : 14 region jadi masing-masing region kurang lebih terdiri dari 30
menit.
BAB IV
PENJADWALAN MESIN
A : Mesin 1 + Mesin 4
B : Mesin 2 + Mesin 3
i 1 2 3
A 20 20 45
B 65 65 190
123
Pekerjaan
1 2 3
(i)
mesin 1 5 5 5
mesin 2 65 65 160
mesin 3 0 0 30
mesin 4 15 15 40
4.1.2 Percobaan Kedua
Pekerjaan
1 2 3
(i)
Mesin 1 5 5 5
Mesin 3 0 0 30
312
Pekerjaan
3 1 2
(i)
Mesin 1 5 5 5
Mesin 2 160 65 65
Mesin 3 30 0 0
Mesin 4 40 15 15
= 1055 menit
= 835 menit
4.3 Analisis
Pada percobaan pertama, A adalah mesin 1 + mesin 4 dan B adalah mesin 2 + mesin 3. Urutan
roundown yaitu 1-2-3 sesuai dengan urutan waktu terkecil. Makespannya adalah 365 menit.
Idle timenya yaitu 1055 menit. Terjadi waktu tunggu atau waktu nganggur yang cukup lama
dan kurang dalam efesiensi waktu.
Sedangkan pada percobaan kedua, mesin 2 dan mesin 4 diabaikan. Sehingga perbandingannya
yaitu mesin 1 dan mesin 4. Urutan roundownnya adalah 3-1-2. Makespannya adalah 310 menit
dan idle time adalah 835 menit.
Terlihat jelas perbedaan waktu pada kedua percobaan tersebut, percobaan kedua jauh lebih
efisien dalam waktu. Selisih waktu antar keduanya pun sangat jauh.
BAB V
ONGKOS PRODUKSI
Ongkos
Perioda Permintaan Produksi Perubahan
T.K.
1 2060 2060 –
2 2245 2245 18500000
3 2430 2430 18500000
4 2370 2370 9000000
5 2500 2500 13000000
6 2630 2630 13000000
7 2250 2250 57000000
8 2540 2540 29000000
9 2330 2330 31500000
10 2520 2520 19000000
11 2062 2062 68700000
12 2425 2425 36300000
Jumlah 313500000
Ongkos
Unit yang
Perioda Permintaan Produksi subkontrak
disubkontrak
(Rp)
1 2060 2060 0 0
2 2245 2060 185 14800000
3 2430 2060 370 29600000
4 2370 2060 310 24800000
5 2500 2060 440 35200000
6 2630 2060 570 45600000
7 2250 2060 190 15200000
8 2540 2060 480 38400000
9 2330 2060 270 21600000
10 2520 2060 460 36800000
11 2062 2060 2 160000
12 2425 2060 365 29200000
Jumlah 291360000
Inventory
Permintaan Produksi Ongkos
dengan
Perioda Permintaan Produksi Simpan
inventory (Rp)
kumulatif Kumulatif
awal=2300
1 2060 2060 2364 2364 2604 130200000
2 2245 4305 2364 4728 2723 136150000
3 2430 6735 2364 7092 2657 132850000
4 2370 9105 2364 9456 2651 132550000
5 2500 11605 2364 11820 2515 125750000
6 2630 14235 2364 14184 2249 112450000
7 2250 16485 2364 16548 2363 118150000
8 2540 19025 2364 18912 2187 109350000
9 2330 21355 2364 21276 2221 111050000
10 2520 23875 2364 23640 2065 103250000
11 2062 25937 2364 26004 2367 118350000
12 2425 28362 2364 28368 2306 115300000
Jumlah 1445400000
5.6 Analisis
Dari 5 jenis strategi, tentu ada salah satu strategi yang baik dan lebih efisien dari segi biaya.
Strategi pertama yaitu perubahan tenaga kerja, total ongkos yang dikeluarkan adalah
Rp313.500.000,-. Strategi kedua yaitu subkontrak, total ongkos yang dikeluarkan adalah
Rp291.360.000,-. Strategi ketiga yaitu dengan persediaan atau inventory, ongkos yang
dikeluarkan yaitu Rp1.445.400.000,-. Strategi keempat yaitu strategi campuran, ongkos yang
dikeluarkan yaitu Rp446.850.000,-. Dan strategi kelima yaitu produksi rata-rata dan
subkontrak yaitu Rp127.540.000,-.
Jenis-jenis strategi tersebut dicari dan dihitung untuk mendapatkan ongkos yang kecil tetapi
produksi tetap berjalan dengan lancar. Kelima strategi tersebut memiliki perbandingan ongkos
sangat jauh. Faktor-faktornya diantaranya : jumlah produksi yang bervariasi dan ongkos
persektor berbeda-beda. Biaya atau ongkos yang sangat minim adalah strategi kelima yaitu
diproduksi sesuai dengan permintaan rata-rata, kemudian sisanya disubkontrak. Maka ongkos
yang dikeluarkan adalah Rp127.540.000,-
BAB VI
Perioda
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Snei – 2430 – – 2500 2630 – – 2330 – 2062 2425
Snei : 2000
House : 1900
Handle : 2400
House : 3000
Handle : 4500
House : 1 perioda
Handle : 1 perioda
Perioda
1 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12
Gross
2430 2500 2630 2330 2062 2425
Requirement
Scheduled
Receipts
On Hand
2000 2000
Inventory
Net
430 2500 2630 2330
Requirement
Planned
Order 430 2500 2630 2330 2062 2425
Receipt
Planned
Order 430 2500 2630 2330 2062 2425
Release
Level 1 : House
Perioda
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross
430 2500 2630 2330 2062 2425
Requirement
Scheduled
Receipts
On Hand
1900 1470 1470 1970 2340 2340 2340 10 10 948 1523
Inventory
Net
1030 660 2052 1477
Requirement
Planned Order
3000 3000 3000 3000
Receipt
Planned Order
3000 3000 3000 3000
Release
Level 2 : Handle
Perioda
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross
860 5000 5260 4660 4124 4850
Requirement
Scheduled
Receipts
On Hand
2400 1540 1540 1040 280 280 280 120 120 496 146
Inventory
Net
3460 4220 4380 4004 4354
Requirement
Planned
Order 4500 4500 4500 4500 4500
Receipt
Planned
Order 4500 4500 4500 4500 4500
Release
6.7 Analisis
Pada pembuatan snei, ada 2 level. Yaitu level 0 : snei dan level 1 : house dan handle. Gross
requirement adalah persyaratan kotor. On hand inventory adalah persediaan awal. Net
requirement adalah kekurangan produk yang harus dipesan. Planned order receipt adalah
penerimaan barang pesanan. Planned order release adalah pemesanan barang.
Pada level 0 yaitu snei. Inventory awal adalah 2000 hingga perioda ketiga. Permintaan produk
adalah 2430. Maka 430 dipesan satu perioda sebelumnya atau perioda kedua. Kemudian pada
perioda kelima, permintaan 2500. Tidak ada persediaan, maka pemesanan 2500 pada perioda
sebelumnya. Pada perioda keenam adalah 2630. Tidak ada persediaan, maka dipesan sesuai
kebutuhan yaitu 2630. Begitulah seterusnya, semua kekurangan produk dipesan sesuai jumlah
kekurangannya.
Pada level 1 yaitu house. Gross requirement diambil dari data planned order release level 0.
Persediaan awal house adalah 1900. Maka pada perioda kedua masih terdapat inventory
sebanyak 1470 karena permintaan hanya 430. Pada perioda 4 dibutuhkan 2500 sedangkan
persediaan 1470, maka dipesan satu perioda sebelumnya sesuai ukuran lot yaitu 3000.
Sehingga terdapat persediaan sebesar 1970. Permintaan perioda kelima yaitu 2630, persediaan
hanya 1970. Maka dipesan kembali satu perioda sebelumnya sebesar 3000. Hingga perioda
kedelapan dibutuhkan 2330. Persediaan dari perioda sebelumnya adalah 2340, maka
mencukupi dan tidak perlu memesan. Pada perioda kesepuluh, permintaan yaitu 2062 dan
persediaan ada 10. Maka dipesan sebelumnya 3000. Hingga pada perioda kesebelas terdapat
persediaan 948. Permintaan perioda kesebelas 2425, dan harus dipesan kembali 3000. Hingga
terdapat persediaan 1523 unit.
Pada level 1 yaitu handle, jumlah yang diproduksi yaitu dua. Maka gross requirement adalah
2xplanned order release level 0. Persediaan awal handle adalah 2400. Kemudian pada perioda
pertama dibutuhkan 860, maka terdapat sisa persediaan 1540. Pada perioda keempat,
dibutuhkan 5000. Persediaan 1540, maka harus dipesan sesuai ukuran lot yaitu 4500. Masih
terdapat persediaan yaitu 1040. Pada perioda kelima, dibutuhkan 5260. Persediaan tidak
mencukupi dan dipesan kembali 4500 pada perioda sebelumnya. Dan terdapat persediaan 280
untuk perioda berikutnya. Pada perioda kedelapan, permintaan 4660. Persediaan tidak
mencukupi maka dipesan kembali 4500. Dan terdapat sisa 120 untuk persediaan. Pada perioda
kesepuluh, dibutuhkan 4124, persediaan tidak memenuhi maka dipesan kembali 4500.
Terdapat persediaan 496 untuk perioda berikutnya. Pada perioda kesebelas, dibuthkan 4850,
persediaan 496 tidak memenuhi maka dipesan kembali sebanyak 4500. Hingga persediaan
akhir adalah 146 unit.