Anda di halaman 1dari 83

BAB I

ANALISA SARINGAN

1. DASAR TEORI

Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi ukuran agregat

halus maupn aggregate kasar dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standart tertentu yang

ditunjukkan dengan lubang sringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat tersebut cocok untuk

dipreduksi beton.

Salah satu komposisi dasar campuran beton adalah agregat kasar dan agregat halus yang

bagus, maka harus dilakukan pengujian agregat sehingga mendapatkan agregat yang sesuai. Agragat

yang sesuai adalah agregat dalam kondisi SSD, setelah agregat dalam kondisi SSD, agregat perlu

dilakukan analisa saringan.

Dalam hal ini analisa saringan dimaksudkan untuk mengetahui MHB pada Agregat. MHB

adalah indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan dan kekerasan butir-butir suatu agregat. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil diameter suatu agregat yang dipakai untuk mencari

perbandingan dari campuran agregat kerena ukuran agregat juga mempengaruhi stabilitas beton.

Bila butir-butir agregat empunyai ukuran yang sama maka volume pori akan besar.

Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena

butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi

sedikit, dengan kata lain kemampatnnya tinggi.

Pada agregat untuk pebuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang

kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan

pengikat saja.

3
Derajat kehalusan atau kekerasan suatu agregat ditentukan olrh modulus kehalusan atau finess

modulus.

- Pasir halus = 2,20 < FM ≤ 2,60

- Pasir sedang = 2,60 < FM ≤ 2,90

- Pasir kasar = 2,90 < FM ≤ 3,20

FM =

Batasan modulus kerikil 5,5 ≤ FM ≤ 7,5

Kerikil dengan FM tersebut dnyatakan baik dan memenuhi syarat sebgai bahan konstruksi.

 SNI 03-1968-1990

 ASTM D 4791-95

4
2. ALAT DAN BAHAN

Timbangan Elektrik Bejana Besi

Alat Uji SSD Sikat

Shieve Shaker Cawan

5
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Agregat halus (pasir)

Tata cara pengujian agregat halus :

 Ambil pasir yang kering

 Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing sampel beratnya 1000 gr dengan

menggunakan sampel spliter.

 Susun ayakan berturut-turut dari atas kebawah sesuai dengan ukurannya.

 Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas shieve sheker machine.

 Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup.

 Mmesin dihidupkan selama 5 menit

 Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan.

 Lakukan cara diatas untuk percobaan sampel 2

2. Agregat kasar (kerikil) :

Tata cara pengujian agregat kasar :

 Sediakan kerikil 2000 gr

 Lalu buat 2 sampel kerikil dengan berat masing-mmasing sampel 1000 gr menggnakan

sampel spliter.

 Masukkan kerikil kedalam ayakan yang telah disusun sesuai urutannya.

 Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di shieve shaker machine, kemudian

hidupkan selama 10 menit.

 Setelah 10 mernit ambil ayakan dan timbang kerikil yang tertahan dimasing-masing

ayakan tersebut.

 Lalu tulis berat kerikil yang tertahan pada masing-masing ayakan tersebut

 Lakukan cara diatas untuk percobaan sampel 2

6
4. DATA PERCOBAAN

A. Data pengujian analisa saringan pasir

Berat Fraksi Tertahan

Nomor Ayakan Sampel I Sampel II Rata-Rata

9,52 0 0 0

4,76 0 0 0

2,38 80 90 85

1,19 100 102 101

0,60 176 186 181

0,30 200 290 245

0,15 254 240 247

Pan 190 92 141

Total 1000 1000 1000

7
B. Data pengujian analisa saringan kerikil

Berat fraksi

Diameter ayakan tertahan

(mm) (gr)

Sampel I Sampel II Rata-Rata

38,2 0 0 0

19,1 152 36 94

9,52 810 824 817

4,76 26 70 48

2,38 0 0 0

1,19 0 0 0

0,60 0 0 0

0,30 0 0 0

0,15 0 0 0

Pan 12 70 41

TOTAL 1000 1000 1000

8
5. ANALISA DATA

A. Analisa data saringan pasir

Berat Kumulatif
tertahan
Diametar Sampel Sampel Berat % Berat % %
ayakan Total Tertahan Kumulatif Kumulatif
I II Tertahan Tertahan

9,50 (3/8 – in) 0 0 0 0 0 100

4,75 (No.4) 0 0 0 0 0 100

2,36 (No. 8) 80 90 170 8,5 8,5 91,5

1,18 (N0.16) 100 102 202 10,1 18,6 81,4

0,6 (No.30) 176 186 362 18,1 36,7 63,3

0,3 (No.50) 200 290 490 24,5 61,2 38,8

0,15 (No.100) 254 494 494 24,7 85,9 14,1

Pan 190 282 282 14,1 - -

Total 1000 1000 2000 100 210,9

FM = = = 2,109

9
Lubang Ayakan Persen Berat Butir

Yang Lewat

Ayakan

(mm) ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4

10 100 100 100 100

4.8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2.4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1.2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

0.6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100

0.3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

0.15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15

ZONA 1
120

100

80
persen lolos %

60 batas bawah
batas atas
40
gradasi

20

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)

10
ZONA 2
120

100

80
persen lolos %

60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)

Zona 3
120

100

80
persen lolos %

60 batas bawah
batas atas
40
gradasi

20

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)

11
Berat Kumulatif
tertahan
Diametar Sampel Sampel Berat % Berat % %
ayakan Total Tertahan Kumulatif Kumulatif
I II Tertahan Tertahan

38,1 0 0 0 0 0 100

19,1 152 36 188 9,4 9,4 90,6

9,52 810 824 1634 81,7 91,1 8,9

4,76 26 70 96 4,8 95,9 4,1

2,38 0 0 0 0 95,9 4,1

1,19 0 0 0 0 95,9 4,1

0,60 0 0 0 0 95,9 4,1

0,30 0 0 0 0 95,9 4,1

0,15 0 0 0 0 95,5 4,1

Pan 12 70 82 4,1 - -

Total 1000 1000 2000 100 675,9


B. Analisa data saringan kerikil

FM = = = 6,759

12
6. KESIMPULAN

Semakin banyak agregat halus ataupun kasar yang lolos saringan dngan nomor saringan

terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik, ddengan annalisa lolos ayakan tersebut dapat

diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut.

Sebaliknya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan criteria

nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusa agregat tersebut buruk. Oleh karena

itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.

Maka dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :

 Fineness Modulus (FM) pasir sebanyak 2,109 %

 Fineness Modulus (FM) Kerikil sebanyak 6,7 %

Dan dapat pula kita simpulkan ayakan pasir berada pada Zona 3.

13
DAFTAR PUSTAKA

British standart institution (BSI) ; Bs 812 : Part 3; 1975 ; UDC [625.7.707.620.1] 620.170 :

531www.pengertian-saringan agregat.com

14
BAB II
BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL

1. DASAR TEORI

Berat isi adalah perbandingan berat agregat terhadap isi. Pengujian berat isi pada

agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang

campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton

dilapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya dilapangan menggunakan

komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari komposisi

satuan volume digunakan angka berat isi.

Berat isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi

agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SII No.52-1980, berat isi agregat beton

disyaratakan harus lebih dari 1,2 kg/liter.

Referensi :

1. PC-0102-76

2. ASTM C-13871 T

15
2. ALAT DAN BAHAN

Timbangan Elektrik Bejana Besi

Perojok Cawan

Pasir Kerikil

16
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pasir

a. Dengan cara gembur

 Bejana besi ditimbang dulu. Lalu catat berat bejana besi.

 Masukkan pasir kedalam bejana dan ratakan lalu timbang dan catat beratnya.

Lalu keluarkan pasir dari bejana besi.

 Masukkan air kedalam bejana tersebut lalu timbang kembali dan catat beratnya.

b. Dengan cara padat

 Bejana besi ditimbang dulu lalu catat beratnya.

 Masukkan pasir 1/3 bagian bejana tersebut, lalu dirojok sebanyak 25 kali.

 Tambahkan pasir hingga mencapai 2/3 tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara

merata, dan isilah bejana dengan pasir sampai penuh dan rojok 25 kali secara

merata lalu permukaannya diratakan.

 Timbang bejana dan pasir lalu catat beratnya.

 Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang

berat bejana + air lalu catat beratnya.

2. Kerikil

a. Dengan cara gembur

 Timbang bejana besi dulu, lalu catat berat bejana tersebut.

 Masukkan kerikil yang sudah kering kedalam bejana dan timbanglah lalu catat

beratnya.

 Keluarkan kerikil dari bejana dan bersihkan bejana. Lalu masukkan air air

kedalam bejana dan timbang lalu catat hasilnya.

17
b. Dengan cara padat

 Timbang bejana besi dulu, lalu catat berat bejan besi itu.

 Masukkan dulu kerikil 1/3 dari tinggi bejana tersebut lalu dirojok 25 kali, lalu

tambahkan 1/3 lagi hingga tingginya mencapai 2/3 tinggi bejana, lalu rojok lagi

sebanyak 25 kali dan isilah sampai penuh.

 Lalu timbang lagi dan catat beratnya.

Dengan persyaratan :

Pengukuran berat isi kerikil dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Cara padat (merojok) yang dibedakan atas :

 Cara merojok yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran ø≤40 mm

 Cara membanting (menggoncang) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran

40 mm ≤ ø ≤100 mm

b. Cara longgar (menyiram) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran ø ≤ 100

mm

18
4. DATA HASIL PERCOBAAN

A. Data Pengujian Berat Isi Pasir


 Material : Pasir
 Quarry :
 Penguji : :
 Maria K.Naibaho (5162210009)
 Jaka PrimA. Malau (5162210006)
 Afif Ma’ruf Yulfrizo (5162210002)
 Ester Nangkok N.P (5162210005)

KETERANGAN CARA LONGGAR CARA PADAT


Berat bejana + air 1130 gr 1130 gr
Berat bejana + sampel I pasir 1656 gr 1828 gr
Berat bejana + sampel II pasir 1842 gr 1900 gr

B. Data Pengujian Berat Isi Kerikil


 Material : Kerikil
 Quarry :
 Penguji :
 Maria K.Naibaho (5162210009)
 Jaka Prima. Malau (5162210006)
 Afif Ma’ruf Yulfrizo (5162210002)
 Ester Nangkok N.P (5162210005)

KETERANGAN CARA LONGGAR CARA PADAT


Berat bejana + air 2104 gr 2104gr
Berat bejana + sampel I kerikil 2950 gr 3308 gr
Berat bejana + sampel II kerikil 3328 gr 3718 gr

19
5. ANALISA DATA

A. Pasir
KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT
Berat Bejana (T) 226 226
Berat bejana + air (C) 1130 1130
Berat bejana + sampel I Pasir (A) 1656 1828
Berat bejana + sampel II Pasir (B) 1842 1900
Berat jenis air (D) 996,77 996,77
Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864
Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621
Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093

B. Kerikil
KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT
Berat Bejana (T) 226 226
Berat bejana + air (C) 1130 1130
Berat bejana + sampel I kerikil (A) 1656 1828
Berat bejana + sampel II kerikil (B) 1842 1900
Berat jenis air (D) 996,77 996,77
Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864
Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621
Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093

20
6. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian pemeriksaan berat volume agregat (bulk density) diperoleh

berat volume padat dan gembur agregat halus (pasir) dan berat volume padat dan

gembur agregat kasar (kerikil).

Maka data diatas dapat kita simpulkan bahwa :

a. Berat isi agregat pada saat longgar adalah 1679,291 dan pada saat padat adalah

1806,093.

b. Berat isi agrgat kasar (kerikil) pada saat longgar adalah 1668,419 dan pada saat

padat adalah 1991,122

21
DAFTAR PUSTAKA

Google:pengertian-berat- isi
www.teori.berat.isi,pasir.com

22
BAB III

BERAT JENIS ABSORSI KERIKIL

1. DASAR TEORI

Berat jenis adalah prbandingan suatu benda dengan berat air pada yangsama. Berat jenis atau

agregat kerikil perludiketahui untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran

beton, maka diadakan percobaan untuk menentukan atau mendapatkan harga.

1. Berat jenis kerikil

2. Berat jenis semu

3. Berat jenis SSD (Standart Surface Dry)

Berat jenis dari kondisi kerikil diatas dapat dicari dengan menggunakan rumus :

a. Berat jenis kering

b. Berat jenis SSD

c. Berat jenis Semu

Absorbsi kerikil perlu diketahui dalam penentuan banyaknya air yang diperlukan untuk suatu

agregat dalam campuran beton dapat dicari dengan rumus

Dimana :

A = Berat jenis dalam kedaaan kering

B = Berat agregat dalam ssd

C = Berat Agregat dalam air

23
2. ALAT DAN BAHAN

Kain Lap Kerikil SSD

Spesifiec Gravity Oven

Timbangan Elektrik Ember

24
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Kerikil diayak dengan ayakan 0,1 mm dan 4,76 mm. Kita ambil ayakan yang lolos ayakan

19,1 mm dan yang tertahan diayakan 4,76 mm ± 3 Kg.

2. Rendam kerikil tersebut kedalam ember dengan air selama 24 jam.

3. Kerikil hasil rendaman tersebut di keringkan hingga didapat kondisi kering permukaan (SSD)

dengan menggunakan kain lap

4. Siapkan kerikil sebanyak 2x100 gr untuk 2 sample

5. Atur keseimbangan air dan keranjang pada dunangan tes set sampai jarum menunjukkan

kesetimbangan pada saat air dalam kondisi tenang

6. Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD kedalam keranjang berisi air

7. Timbang berat air + keranjang

8. Ulangi prosedur percobaan pada sample berikutnya.

25
4. DATA PERCOBAAN

Keterangan Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

B. Kerikil SSD 1000 gr 1000 gr 1000 gr

B.Kerikil di dalam air 523 gr 522gr 522,5 gr

B. Kerikil kering oven 991 gr 990 gr 990,5 gr

Perhitungan :

 Berat Jenis =

 Berat Jenis SSD =

 Absorsi =

Berat Jenis Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

Jenis Bulk 2,60 gr 2,60 gr 2,60 gr

B.Jenis SSD 2,65 gr 2,65 gr 2,65 gr

B. Jenis Semu 2,06 gr 2, 08 gr 2,07 gr

Absorsi 0,73 gr 0,81 gr 0,77 gr

26
5. KESIMPULAN

1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat kerikil di dalam air pada sample 1 dan 2

adalah 523 gr dan 522 gr diperoleh rata-rata 522,5 gr.

2. Berat kerikil kering oven pada sample 1 dan 2 adalah 991 gr dan 990 gr dan diperoleh rata

ratanya 990,5 gr

3. Berat ssd adalah 1000 gr pada kedua sample tersebut

27
DAFTAR PUSTAKA

Beton Normal.SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU-Yayasan LPMB, 1991
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Buku Petunjuk Pelaksanaan Beton. 1973.
Derektorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan, Jakarta: DPU-Yayasan LPMB, 1973
Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996

28
BAB IV

BERAT JENIS PASIR DAN ABSORBSI

1. DASAR TEORI

Berat jenis perlu di kethuiuntuk menentukan banyaknya agregat, ada 3 keadaan pasiryang di

gunakan padapercobaan ini antara lain: pasirkering di mana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air

dengan kandungan air sama dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD dimana permukaan pasirjenuh

dengan uap air sedangkan dalamnya kering. Pasir dalam keadaan inilah yng sering di gunakan dan

terakhir dalam keadaan semua dimana pasir basah total dengan porijenuh air. Pasir ini masih dalam

keadaan basah walaupun permukaan pasir tidak ada air. Pasir ini masih dalam keadaan basa walaupun

permukaan pasir tidak ada Air .

Berat jenis ssd merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaanssd dengan volume

benda uji kering dimana arbsobsi terjadi dari keadaan ssd sampai keadaan kering berat jenis ini. Perlu

diketahui muld untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran ini

29
2. ALAT DAN BAHAN

Pasir SSD Cawan

Thermometer Timbangan Elektrik

Bak Perendam Pignometer

30
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sediakan pasir secukupnya

2. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam

3. Pasir tersebut dinginkan hingga mencapai kondisi kering permukaan

4. Untuk menentukan pasir kering dalam kondisi ssd moul 1/3 tinggi, lalu dirojok 25 kali,

kemudian isi pasir 2/3 demikian seterusnya, setelah itu ould di angkat perlahan apabila pasir

runtuh dalam tepi berarti pasir dalam keadaan ssd

5. Sediakan pasir ssd dalam bagian masing-masing 500 gr. Bagian pertama dimasukkan dalam

piknometer kemudian diisi air, lalu di gucang sampai mengeluarkan buih

6. Timbang berat pignometer+pasir+air

7. Buang isi piknometer lalu isi dengan air hingga batas max

8. Timbang berat piknometer + air . catat hasilnya

9. Untuk pasir yang di oven lakukan penimbangan

10. Ulangi percobaan diatas untuk sample kedua

31
4. DATA PERCOBAAN

Keterangan Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

B. Piknometer + Air + Pasir 976 gr 940 gr 958 gr

B. Piknometer + Air 646 gr 674 gr 660 gr

B. Pasir SSD 500 gr 500 gr 500 gr

Berat Kering Oven 492 gr 488 gr 491 gr

Perhitungan :

 Berat Jenis =

 Berat Jenis SSD =

 Absorsi =

Berat Jenis Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

Jenis Bulk 2,9 gr 2 gr 2,45 gr

B.Jenis SSD 3,8 gr 2,8 gr 3,3 gr

B. Jenis Semu 3,0 gr 2, 1 gr 2,55 gr

Absorsi 1,6 gr 2,4 gr 2 gr

32
5. KESIMPULAN

1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah

976 gr dan 940 gr diperoleh rata-rata 958 gr.

2. Berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah 646 gr dan 674 gr dan diperoleh rata

ratanya 660 gr

3. Berat ssd adalah 500 gr pada kedua sample tersebut

4. Berat pasir kering oven pada sampel 1 dan 2 adalah 492 gr dan 488 gr. Rata-ratanya adalah

491 gr.

33
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton Normal SK
SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan
dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga
1999

34
BAB V

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL

1. DASAR TEORI

Agregat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari malen

yang halus (Lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang dikandung agregat

semakin banyak, hal ini disebabkan karena semakinluas permukaan yang harus diselimuti sedangkan

larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan mengikat akan berkurangnya kekuatan beton..

Hal utama yang harus diperhatikan dalam agragat halus tersebut adalah kebersihannya, jadi

jangan meremas-remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian-bagian yang kotor seperti lumpur dan

tanah liat akan berkurang

35
2. ALAT DAN BAHAN

KERIKIL PASIR

SARINGAN NOMOR 200 CAWAN

36
3. PROSEDUR PERCOBAAAN

1. Sediakan 2 sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gr dan 2 sampel kerikil sebanyak

masing-masing 100 gr dalam keadaan kering oven melalui sampel spliter.

2. Tuang pasir kedalam ayakan no.200 dan di silam dengan air melalui kran air sambil

digoyang-goyang

3. Pada saat pencucian, pasir harus di remas-remas sehingga air yang keluar melalui ayakan

terlihat jernih danbersih

4. Air yang masih ada didalam pan bersama pasir, disedot dengan alat penghisap air

5. Usahakan pasir yang ada didalam pan tidak tumpah keluar

6. Sampel didalam pan dikeringkan dalam oven selama 24 jam

7. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan diangkat kemudian ditimbang dan hasilnya

dicatat. Persentasi selisih antara berat mula-mula dan berat kering setelah pencucian.

8. Lakukan percobaan pada sample kedua dan sample kerikil

37
4. DATA PERCOBAAN

a. Pasir

KETERANGAN SAMPEL 1 SAMPEL 2

Berat pasir mula-mula (gr) 500 gr 500 gr

Berat pasir kering (gr) 494 gr 490 gr

Kadar Lumpur

1,2 % 2%

b. Kerikil

KETERANGAN SAMPEL 1 SAMPEL 2

Berat kerikil mula-mula (gr) 1000 gr 1000 gr

Berat kerikil kering (gr) 996 gr 998 gr

Kadar Lumpur

0,4 % 0,2 %

38
5. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kadar lumpur pada:

- Pasir Sampel I = 0,012 gr = 1,2 %

- Pasir Sampel II = 0,020 gr = 2,0 %

- Kerikil Sampel I = 0,004 gr = 0,4 %

- Kerikil Sampel II = 0,002 gr = 0,2 %

39
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, T. Teknologi Beton. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta.2003.


Nawi, E. G., Beton Bertulang. Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan kedua, Rafika
Aditama. Bandung. 1998
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007
Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta 1971.
Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta
1994

40
BAB VI

COLOR METRIC TEST

1. DASAR TEORI

Beton adalah campuran semen, pasir, kerikil ditambah dengan air membentuk suatu aksi semen

yang sempurna. Karena kualitas air mempengaruhimutu beton maka dalam percobaan ini akan dikaji

syarat-syarat penggunaan pasir yang diizinkan.

Pasir merupakan bahan-bahan dengan ukuran 0,15 mm s/d 5 mm. Pasir dapat di ambil dari

dasar sungai atau dari batu gunung yang di haluskan. Salah satu syarat pasir yang penting adalahtidak

boleh mengandung bahan organik, lumpur, garam, dan minyak. Pasir yang diambil dari dasar sungai

kerap kali mengandung kotoran organis dan lumpur. Bahan organis ini akan memperlambat proses

pengikatan semen dengan butiran pasir

Dalam percobaan ini akan diketahui kandungan bahan organis yang terdapat pada pasir. Jika

pasir tersebut mengandung bahan organic terlalu banyak, maka campuran beton dengan persentase air

yang diberikan diserap oleh zat zat organis ini yang mengakibatkan kekuatan beton akan berkuranng

dan terjadi retak-retak pada beton. Jadi bahan organic ini sedapat mungkin dihindarkan

Agregat yang tidak memenuhi standart percobaan warna juga dapat dipakai, asal kekuatan

tekan adukan agregat yangsama.

Pengelompokan standar warna :

1. Standart warna no 1 Berwarna Bening/Jernih

2. Standart warna no 2 Berwarna Kuning Muda

3. Standart warna no 3 Berwarna Kuning Tua

4. Standart warna no 4 Berwarna Kuning Kecokelatan

5. Standart warna no 5 Berwarna Cokelat

41
2. ALAT DAN BAHAN

TIMBANGAN ELEKTRIK PASIR

GELAS UKUR 1000ml GELAS KACA 500 ml STANDART COLOUR

CAWAN NaOH

42
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi menjadi

seperempat bagian.

2. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas sebanyak 200 gr

3. Sediakan larutah NaOH 3% dengan cara mencampurkan 12 gr kristal NaOH ± 338 ml Aquades di

gelas ukur.

4. Larutkan bahan yang diperlukan

5. Larutan diaduk dengan sendok pengaduk selama 7 menit

6. Botol gelas ditutup dengan rapat

7. Campuran dibiarkan selama 24 jam

8. Bandingkan perubahan yang terjadi setelah 24 jam

43
4. DATA PERCOBAAN

Colourmetric Test Sample


Perbandingan terhadap Standar Lebih Terang
warna gambar Sama No 2
Lebih Gelap

44
5. KESIMPULAN

Dalam pratikum colourmetric test digunakan pasir sebanyak 200 gr NaOH sebanyak 6 gr dan

air 200 ml. NaOH dilarutkan kedalam air. Pasir dimasukkan dalam gelas ukur. Aduk pasir dan

larutkan NaOH agar tercampur merata dalam gelas ukur.

Diamkan selama 24 jam setelah 24 jam akan terjadi perubahan warna pada larutan NaOH. Pada

perubahan warna tersebut digunakan alat test warna. Setelah digunakan alat test warna, didapat

perubahan warna tersebut di tingkatan 2, yaitu warna kuning muda.

Berdasarkan penelitian tersebut pasir yang digunakan pada pratikum adalah pasir yang layak

digunakan.

45
DAFTAR PUSTAKA
Nawi, E. G., Beton Bertulang. Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan kedua, Rafika
Aditama. Bandung. 1998
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007
Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta 1971.
Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta
1994
Standard Nasional Indonbesia (SNI). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Cetakan kedua, ITSPRESS.
Surabaya. 2009

46
BAB VII

LOS ANGELES

1. DASAR TEORI

Kerikil sebagai bahan campuran beton haruslah memiliki ketahanan terhadap

pengausan.Kemampuan pengausan ini menunjukkan tingkat kemampuan dari agregat

tersebut untuk menahan pengrusakan yang terjadi oleh karena adanya tekanan,buntingan dan

pengikisan yang terjadi tehadap dari permukaan dari agregat kasar sewaktu di angkut,di

bongkar dan melakukan pekerjaan lapangan lainnya.

Agregat yang rapuh kurang baik digunakan sebagai bahan konstruksi dan akan tidak

ekonomis .Hal ini diakibatkan banyaknya material yang rusak selama material yang rusak

selama proses pengangkutan dan pembongkaran dari lokasi pengambilan ke lokasi proyek

Dalam pekerjaan pembangunan terutama bangunan bertingkat banyak,bangunan

penahan tanah,bedungan dan pondasi hal ini harus diperhatikan betul betul karena kontruksi

di atas sangat memerlukan beton dengan kekuatan mutu tinggi.Jika kerikil yang di perlukan

tidak memenuhi kekuatan dan keharusan maka bahaya keruntuhan akan sangat besar.Hal

inilah yang menyebabkan mengapa pemilik proyek besar sangat lebih suka memakai batu

pecah atau batu cadas dari pada kerikil walaupun bahaya yang dikeluarkan lebih mahal

dikarenakan batu pecah lebih kuat dari batu kerikil dan daya ikat semen lebih kuat dan lebih

menyatu karna permukaaan yang kasar sedangkan kerikil mempunyai permukaan yang licin

dikarenakan terkikis oleh air sewaktu di bawa aliran air untuk diendapkan di sungai

Percobaan ini memakai mesin los angeles dengan 12 buah peluru dan putaran mesin

sebanyak 1000 kali. Menurut PBI’71 syarat agregat kasar yang baik bila kearusan kerikil

tersebut lebih dari 50%(maksimal 50%) dari berat semula

47
2. ALAT DAN BAHAN

ABRASION LOS ANGELES KERIKIL

TIMBANGAN ELEKTRIK AYAKAN 9,5MM

AYAKAN 12,5

48
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian kearusan

agregat dengan mesin los angeles

2. Ambil agregat kasar sebanyak 5000gr,yaitu agregat yang lolos saringan 12,5mm dan

tertahan saringan 9,5 mm

3. Masukkan benda uji kedalam mesin los angeles dan bola baja

4. Nyalakan mesin dengan putaran 100 kali

5. Setelah selesai keluarkan agregat kasar dari mesin los angeles dan saring dengan

menggunakan saringan 2,36 mm

6. Timbang berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36mm tersebut

7. lakukan pengolahan data

49
4. DATA PERCOBAAN

Gradasi pemeriksaan Jumlah putaran=100


Berat(gr)
Ukuran saringan
Lolos Saringan
50,0 37,5(1/2-in) -
37,5(1/2-in) 19,5(3/4-in) -
19,5(3/4-in) 12,5(3/6-in) 2500
12,5(3/6-in) 9.5 (3/8-in) 2500
9.5 (3/8-in) 4.75(no.4) -
4.75(no.4) PAN -
Jumlah berat (a) 5000
Berat tertahan saringan 4.764gr
No.12sesudahpercobaan(b)
Keausan=a-b/a x100% 4,72%

Gradasi Pemeriksaan
Ukuran Saringan
Lolos (no) Tertahan (no) BERAT
50,0 37,5(1/2-in) -
37,5(1/2-in) 19,5(3/4-in) -
19,5(3/4-in) 12,5(3/6-in) 2500
12,5(3/6-in) 9.5 (3/8-in) 2500
9.5 (3/8-in) 4.75(no.4) -
4.75(no.4) PAN -
Jumlah Berat(a) 5000gr
Berat tertahan sesudah Saringan no .12 4.764gr
Percobaan (b)

50
5. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa keausannya adalah 4,72%

51
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton
Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta:
Erlangga 1999
Mulyana, T. Teknologi Beton. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta.2003.

52
BAB VIII

PENGUJIAN WAKTU IKAT SEMEN

1. DASAR TEORI

Waktu ikat adalah waktu yang diperukan semen untuk mengeras,terhitung mulai dan

bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen sehingga pasta semen cukup kaku untuk

menahan tekan

Semen sebagai bahan dasar bila kena air akan membentuk suatu bahan yang lengket

seperti lem yang akhirnya mengeras.Selain kadar air waktu ikat semen juga di perlukan dan

tidak dapat diabaikan.Untuk mengetahui waktu ikat semen dilakukan suatu percobaan dengan

menggunakan jarum vicat apparatus

Pengikatan semen adalah pengeras semen segera selelah bereaksi dengan air dan terdiri

dari 2 keadaan yaitu:

 Waktu ikat awal adalah waktu ikat yang diperlukan pasta semen untuk mulai

pengikatan ditandai dengan penetrasi sedalam 35mm dimana

T awal>45 menit

 Waktu ikat akhir adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengikat sempurna

yang ditandai dengan penetrasi jarum vicat apparatus sedalam 0mm

53
2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Semen Timbangan Elektrik

Mould Vicat Apparatus Test Cawan

Spatula

54
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Timbang semen sebanyak 350gr dan air sebanyak persentase air yang tepat pada

percobaan konsisten semen.Semen yang diambil terlebih dahulu diayak dengan

ayakan no.100 untuk membuang semen yang telah menggumpal

2. Mangkuk mixer dibasahi dengan air secukupnya sehingga permukaan basah,tetapi

tidak ada air yang menggenang

3. Masukkan semen tambah air kedalam mangkuk mixer dan diamkan selama 15detik

4. Hidupkan mixer dengan kecepatan lambat selama 30 detik dan kemudian matikam

selama 15 detik

5. Hidupkan kembali mixer dengan putaran cepat selama 60detik

6. Hentikan pengadukan lalu gumpalkan pasta semen hingga berbentuk bola dan

kemudian lemparkan dari tangan kiri ke tanga kanan sebanyak 6 kali dengan jarak

kurang lebih 15 cm

7. Masukkan kedalam mould yang telah dialasi dengan plat kaca dengan menekan

gumpalan semen

8. Dengan mould pada bagian lubang yang terbesar.plat kaca dan mould terlebih dahulu

diolesi dengan Vaseline agar tidak lengket

9. Bagian pasta semen yang keluar melalui lubang yang kecil diratakan dengan scrap

tanpa menggangu pasta semen tersebut dan diamkan selama 30 menit

10. Selama masa 30 menit atur jarum vicat tepat berada diatas permukaan pasta semen

dan atur jarum penunjuk angka penetrasi tepat berada pada angka nol

11. Penetrasi jarum dilakukan setara berulang ulang dengan selang waktu yang sama

55
4. DATA PERCOBAAN

Waktu Penetrasi Kedalaman penetrasi

3 menit 1 4.7cm

6 menit 2 4.7cm

9 menit 3 4.7cm

12 menit 4 4.55cm

15 menit 5 4.5cm

56
5. ANALISA DATA

Waktu ( Menit) Penurunan (mm)

3 47

6 47

9 47

12 45,5

15 45

Waktu Ikat semen


50
45
40
35
30
penetrasi

25
20 Waktu Ikat Semen
15
10
5
0
3 6 9 12 15 100
Waktu

57
6. KESIMPULAN

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa lemahnya waktu untuk terjadi pengikatan

awal (penetrasi 25 mm) adalah 38,25 menit dan lamanya waktu untuk terjadi pengerasan

adalah 100 menit

58
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton
Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta:
Erlangga 1999

59
BAB IX

PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

1. DASAR TEORI

Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar

dengan berat isi kering guling pada 4 derajat celcius yang isinya sama dengan isi semen

Menurut SNI-7064-2004,PPC(Portland Composite Cement) merupakan bahan

pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama sama terak semen Portland dan gips dengan

satu atau lebih bahan organic lain,Bahan organic tersebut antara lain terak tanur tinggi(blast

furnoseslag)pezzolan senyawa silikat,batu kapur dengan kadar total bahan anogranik 6%-

35% dari massa semen Portland.Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum seperti

pekerjaan beton,pasangan bata,selokan,jalan pagar dinding dan dinding dan pembuatan

elemen bangunan khusus seperti beton pracetak panel beton ,bata beton(paung beton) dan

sebagainya

60
2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Semen Timbangan Elektrik

Labu Le Chatelier Sedotan

Tisu Thermometer

61
Spatula Corong kaca

62
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Masukkan air kedalam botol le chatelier antara 0.1-1ml

2. Setelah itu masukkan sebanyak 64gr kedalam botol le chatelier dengan menggunakan

corong dan pipet

3. V1 dalam percobaan ini adalah tinggi air yang tadinya dimasukkan

4. V2 dalam percobaan ini adalah tinggi air setelah semen dimasukkan

5. Setelah itu ukurlah suhu semen dan suhu ruangan di dalam bak perendam

6. Bila suhu semen dan suhu ruangan sama,maka percobaan selesai,dan suhu akhirnya

dicatat

63
4. ANALISA DATA

Berat Benda Uji 64gr

Volume 1 0,4ml

Volume 2 20,4ml

Berat jenis air pada suhu 27 derajat Celsius

Volume benda uji (V1-V2) 20ml

64
5. KESIMPULAN
Dari data percobaan diatas maka hasil dari :
Berat Jenis Semen :3,2
Suhu : 27º c
V1 : 0,4
V2 : 20,4

65
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007
Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta 1971.
Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta
1994

66
DATA MIX DESAIN

Material :Pasir dan Kerikil

A. .Pasir

Quarry : Pasir Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNIMED

Penguji :
 Maria K.Naibaho (5162210009)
 Jaka Prima. Malau (5162210006)
 Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)
 Ester Nangkok N.P (5162210005)

NAMA PRAKTIKUM HASIL (gr)

Fm Analisa Saringan 2,109 gr

SSD 2,45 gr

Bulk 3,3 gr

Berat Jenis Semu 2,55 gr

Absorbsi 2 gr

Berat isi padat 1864 gr

Berat Isi Berat isi gembur 1734 gr

Kadar Air

Colori Metric Standart warna no.2(berwarna kuning muda)

Kadar lumpur Sampe1 (0,012)

Sampel2(0,020) 0,016 gr

Zona Pasir Zona 3

67
B. Kerikil

Quarry : Kerikil Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNIMED

Penguji :
 Maria K.Naibaho (5162210009)
 Jaka Prima Malau (5162210006)
 Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)
 Ester Nangkok N.P (5162210005)

NAMA PRAKTIKUM HASIL (gr)

Fm Analisa Saringan 6,759 gr

SSD 2,45 gr

Bulk 3,3 gr

Berat Jenis Semu 2,55 gr

Absorbsi 2 gr

Berat isi padat 3513 gr

Berat Isi Berat isi gembur 3139 gr

Kadar Air

Sampel 1 = 0,004gr
Kadar lumpur
Sampel 2 = 0,002gr 0,003 gr

Los Angeles 4,72%

68
PERENCANAAN CAMPURAN BETON

1. Tinggi slump untuk beton struktural diambil 8 dan 16.

2. Diameter maksimun agregat diambil sesuai dengan persyaratan PBI 1971 yaitu 31,5 mm.

3. Semen yang digunakan adalah semen Andalas dengan berat jenis 3,16.

4. Air yang digunakan dalam mix design adalah air yang memenuhi kriteria air minum.

5. Data agregat yang digunakan


a. Pasir Halus
1. Specific gravity SSD : 2,45 gr
2. Specific gravity OD : 3,3 gr
3. Absorbsi : 2 gr
4. Bulk Density (gembur) : 1734 gr
5. Bulk Density (padat) : 1864 gr
6. Fineness Modulus (FM) : 2,109 gr

b. Kerikil
1. Specific gravity SSD : 2,45 gr
2. Specific gravity OD : 3,3 gr
3. Absorbsi : 2 gr
4. Bulk Density (gembur) : 3513 gr
5. Bulk Density (padat) : 3139 gr
6. Fineness Modulus (FM) : 6,759 gr

6. Faktor Air Semen

Faktor air semen yang digunakan berdasarkan tegangan karakteristik beton yang
diinginkan diperoleh FAS = 0,6

7. Menentukan kadar air bebas


Untuk menentukan kadar air bebas dapat menggunakan rumus :
2 1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = 𝑊𝐻 + 𝑊𝐾
5 3

2 1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = x175 + x205 = 195 kg/m3
3 3

Dimana : WH : perkiraan jumlah air untuk agregat halus


WK : perkiraan jumlah air untuk agregat kasar

69
8. Semen yang dibutuhkan
Untuk menghitung kebutuhan semen dapat menggunakan rumus :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠
:𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛

195
= = 325 kg/m3
0,6

Semen yang dibutuhkan adalah 325 kg/m3

9. Menentukan Persentasi Agregat Halus

Zat Agregat : Zona 3


Faktor Air Semen : 0,6
10. Slump Test : 60 – 180 mm

Butir Agregat Max : 40 mm

o Dalam persentasi agregat halus didapat bahwa batas bawah = 27, dan batas
atas = 32,
sehinggsa diperoleh bahwa persentasi Agregat Halus =
27+32
=29,5 %
2
o Dalam persentasi agregat kasar dapat diperoleh dengan
100% - Persentasi Agregat Halus ;
Maka ;
Persentasi Agregat Kasar = 100% - 29,5 % = 70,5 %
11. Menghitung Berat Jenis SSD Gabungan

Untuk menghitung berat jenis SSD Gabungan dapat diperoleh menggunakan rumus :

Berat Jenis Gabungan = (% Agregat Halus x BJ SSD Agregat Halus) +


(% Agregat Kasar x BJ SSD Agregat Kasar)

Dari rumus diatas didapat bahwa :


BJ. Gabungan = (0,295 x 2,45) + (0,705 x 2,45)
= 0,722 + 1,727
= 2,449

70
12. Menghitung Berat Jenis Beban

Untuk menghitung berat jenis beton dapat dicari dengan menggunakan grafik
hubungan kandungan air, berat jenis campuran dan berat beton.
Dengan mengerjakan grafik tersebut kami mendapat berat jenis beton sebesar 2275
kg/m3 dengan kandunga air 185 liter/m3 beton.

13. Menentukan Berat Jenis Gabungan

BJ. Gabungan = BJ. Beton – Berat Semen – Berat Air

Maka : BJ Gabungan = 2275 – 325 – 185


= 1765 kg/m3

14. Menentukan kebutuhan bahan yang digunakan(untuk 1m3 beton)

-Berat Agregat halus = 0,295 x 1765


= 520,675 km/m3
-Berat Agregat kasar = 0,705 x 1765
=1244,325 kg/m3
-Semen = 325kg/m3
-Air = 185

Jika dilakukan perbandingan maka terhadap semen,maka didapat perbandingan

Semen : pasir: kerikil : air


1 1,602 3,767 0,569

Benda uji yang digunakan adalah kubus


Dengan volume =0,0135m3
Jadi unuk 4 buah sampel beton maka berat bahan yang digunakan adalah
Semen = 325 x 0,0135
= 4,3875
Pasir = 520,167 x 0,0135
= 7,0290
Kerikil = 1224,32 x 0,0135
= 16,798
Air = 185 x 0.0135
= 2,4975

71
Untuk bahan yang dipakai dalam pembuatan,bahan yang sudah dikali dengan volume
kubus dikalikan dengan 1,2 Sehingga diperoleh:

Semen : 5,265
Pasir : 8,4348
Kerikil : 20.1576
Air :2.997

72
PEMBUATAN BENDA UJI BETON

Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton.
Benda uji beton berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 , dan silinder ukuran
diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm. Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971, benda uji standar ialah kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 , sedangkan menurut
American Concrete Institute Standart 211 – 1 – 77 adalah silinder ukuran diameter 15 cm
dengan tinggi 30 cm.

A. PEMBUATAN BENDA UJI


Persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
1. Tujuan
Mempersiapkan benda uji sesuai yang diinginkan.

2. Peralatan
a. Cetakan benda uji
b. Tongkat pemadat dari besi ± 5/8" – 60 cm, yang salah satu ujungnya
dibulatkan.+
c. Martil karet
d. Sendok beton
e. Bak penampung beton muda (fresh concrete)
f. Peralatan test slump
g. Molen/mesin pengaduk beton
h. Timbangan

3. Bahan
a. Kerikil
b. Pasir kasar
c. Pasir halus
d. Semen
e. Air

4. Prosedur pengujian
a. Bahan yang akan diaduk dipersiapkan sesuai dengan volume beton yang sudah
ditentukan.
b. Bagian dalam dari cetakan kubus dan silinder dibersihkan dari debu dan
dilumuri oli agar cetakan mudah dibuka.
c. masukkan bahan adukan beton kedalam bak pengaduk/molen dimulai dengan
kerikil, pasir kasar, pasir halus, semen dan air.
d. Jalankan mesin pengaduk selama 5 menit dengan kemiringan sumbu bak rata –
rata 45o .
e. Setelah 5 menit, tuangkan beton muda ke dalam bak penampungan.

73
f. Lakukan pengujian test slump dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan kerucut slump cone di atas tempat yang rata.
2. Mortal/beton diisi ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapis yang kira – kira
mempunyai ketebalan yang sama dan setiap lapisan dipadatkan dengan
tongkat pemadat dengan cara menusukkannya sebanyak 25 kali secara
merata.
3. Ratakan permukaan adukan bagian atas kerucut dan setelah itu biarkan
selama 30 detik kemudian kerucut ditarik secara perlahan secara vertikal.
4. Ukur jarak turunnya permukaan adukan beton terhadap tinggi semula.
5. Dipakai 8 – 10 tersebut dinyatakan kekentalan(konsistensi) adukan beton
yang nilai – nilai slump terletak di dalam batas – batas yang diperlihatkan
dalam pelaksanaan.

g. Setelah melakukan test slump, beton di isi ke dalam cetakan yang dipersiapkan,
masing masing di isi tiga lapis mempunyai ketebalan yang sama. Setiap lapisan
dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara merata dan di bagian sisi
luar cetakan di pukul dengan martil karet setiap memasukkan perlapisannya
secara perlahan.

h. Ratakan permukaan benda uji dengan sendok semen.

B. PERAWATAN BENDA UJI


Setelah benda uji dicetak lalu dirawat dalam ruangan kadar kelembapan tinggi
(humidity room).
1. Tujuan
Menjaga agar selama berlangsung proses pengerasan beton tidak kekurangan air.
2. Tempat
Ruangan yang mempunyai kadar kelembapan tinggi.
3. Bahan
Benda uji yang masih dalam cetakan (umur 1 hari)
4. Prosedur pengujian
a. Beri kode benda uji pada cetakan dinding bagian luar, lalu simpan dalam
ruangan perawatan selama 48 jam.
b. Benda uji yang telah berumur 48 jam dibuka cetakannya, dan diberi kode
dengan spidol agar tidak merusak benda uji, kemudian rawat di ruang perawatan
dalam bak perendam.

74
UJI SLUMP

1. Dasar Teori

Uji slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekuatan dari campuran beton segar untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekuatan dalam suatu camuran beton menunjukan banyak air yang
digunakan. Untuk uji itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan,
kelebihan atau cukup air.

Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena


menunjukkan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair
akan menyebabkan mutu beton rendah dan lama megering. Sedangkan campuran
beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak

Slump dapat dilakukan di laboratoriun ataupun di lapangan. Hasil dari ui


slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan
internasional dan mempunyai standar.

75
2. ALAT DAN BAHAN

 kerucut
 alat ukur
 plat tempat uji

76
3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Basahi cetakan kerucut dan plat


2. Letakkan cetakan diats plat
3. Isi 1/3 cetakan kerucut dengan beton segar, kemudian padatkan dengan cara
merojoknya sampai menyentuh dasar dengan melakukan sekitar 25 kali
rojokan
4. Isi 1/3 bagian (menjadi 2/3 bagian). Lakukan hal yang sama yaitu rojokan
sebanyk 25 kali
5. Isi 1/3 terakhir hingga penuh dan lakukan seperti tahap sebelumnya
6. Setelah selesai dipadatkan, rataka permukaan benda uji dan tunggu beberapa
saat
7. Cetakan diangkat perlahan tegak lurus keatas
8. Ukur nilai slump
9. Lakukan tahap berikutnya

77
DATA HASIL PERCOBAAN

KETERANGAN HASIL
NO
1 Tinggi Cetakan Slump Test 30 cm

2 Tinggi Rata-Rata Benda Uji 11 cm

78
ANALISA DATA

NO KETERANGAN HASIL

1 Tinggi Cetakan Slump Test 30 cm

2 Tinggi Rata-Rata Benda Uji 11 cm

PERHITUNGAN NILAI SLUMP


NILAI SLUMP = Tinggi Cetakan – Tinggi rata
NILAI SLUMP = 30 cm – 12 cm
NILAI SLUMP = 18 cm

79
DAFTAR PUSTAKA
http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2012/06/memahami- mutu-beton-dan-mutu-beton-
fc#2I6Ov7ZYA
http://www.ilmusipil.com/tes-beton

80
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

1. DASAR TEORI

Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa
material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk
ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses
pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Beton banyak digunakan sebagai bahan utama rumah tinggal sampai gedung
bertingkat tinggi, agar penggunaanya sesuai kebutuhan yang direncanakan maka perlu
dicari berapa kuat tekan betonnya. berikut ini kita uraiakan sebuah cara tes kuat tekan
beton. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk
kubus dan silinder dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium. Kekuatan tekan beton
adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
Faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan di dalam pelaksanaan
pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan saya garis bawahi adalah terkait umur
beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur tersebut.
Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur
28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan
rencananya.

81
2. ALAT DAN BAHAN

a. Timbangan

b. Mesin kuat tekan beton

c. kubus

82
3. PROSEDUR PERCOBAAN

 Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pegujian kuat tekan beton.
 Timbang bahan sesuai dengan takaran yang telah ditentykan dalam mix design.
 Masukan semua bahan kedalam mini molen lalu diaduk sampai tercampur rata.
 Siapkan cetakan berbentuk silinder yang telah diolesi oli pada bagian dalam
dindingnya untuk memudahkan membuka benda uji agar tidak lengket ketika
dituangkan dan terjadi pengerasan pada benda uji.
 Isi cetakan dengan adukan beton. Tambahkan adukan beton setiap terjadi
kekurangan pada penggetaran. Benda uji diletakan diatas vibrator agar rongga-
ongga beton tertutup penuh.
 Ratakan permukaan beton.
 Biarkan beton selama 24 jam dan setelah 24 jam lepaskan cetakan silinder dari
beton.
 Lakukan pengujian pada umur 7, 21 ,28 hari.

83
4. HASIL PERCOBAAN BENDA UJI

Ukuran Benda Luas Beban Faktor Faktor


Benda Umur Berat
Uji Tampang Max Umur Bentuk
Uji (hari) (kg)
(cm) (cm2 ) (ton)
1 15 x 15 x15 14 1350 8,134 52,37 0,8 1

2 15 x 15 x15 14 1350 8,078 43,99 0,8 1

3 15 x 15 x15 14 1350 8,086 49,26 0,8 1

4 15 x 15 x15 14 1350 8,064 47,66 0,8 1

Kuat desak beton rata – rata (𝜎′𝑏𝑚 ) dengan rumus :


∑𝑁
1 𝜎𝑏 ′
𝜎′𝑏𝑚 =
𝑁
Sebelum diicari dulu kuat tekan rata – rata, hitung dulu kuat tekan beton dari masing –
masing benda uji dengan rumus :

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 max(𝑘𝑔)
𝜎𝑏′ =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘

Hasilnya akan didapat seperti berikut


Kuat Tekan Beton Rata – Rata

Benda (𝜎𝑏′ - 𝜎′𝑏𝑚 )


𝜎𝑏′ 𝜎′𝑏𝑚
Uji
1 48,491 35,793 48,491

2 40,731 35,793 40,731


3 45,611 35,793 45,611
4 44,130 35,793 44,130

178,963 351,545

84
Dari besaran diatas dapat di hitung Standart Deviasi (S)

∑𝑁 ′
1 (𝜎𝑏 − 𝜎𝑏𝑚 )²
𝑆= √
𝑁−1

351,545
𝑆= √
4−1
𝑆 = 10,825

Maka kuat tekan beton karakteristik adalah


𝜎′𝑏𝑘 = 𝜎′𝑏𝑚 − 𝑘 . 𝑆
𝜎′𝑏𝑘 = 143,172 − 1,645 𝑥 10,825
𝜎′𝑏𝑘 = 125,364 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

125,364
Atau 𝑥 100% = 71,63% dari rencana
175

Jadi kuat tekan dari beton yang dibuat adalah 71,63%

85

Anda mungkin juga menyukai