ANALISA SARINGAN
1. DASAR TEORI
Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi ukuran agregat
halus maupn aggregate kasar dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standart tertentu yang
ditunjukkan dengan lubang sringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat tersebut cocok untuk
dipreduksi beton.
Salah satu komposisi dasar campuran beton adalah agregat kasar dan agregat halus yang
bagus, maka harus dilakukan pengujian agregat sehingga mendapatkan agregat yang sesuai. Agragat
yang sesuai adalah agregat dalam kondisi SSD, setelah agregat dalam kondisi SSD, agregat perlu
Dalam hal ini analisa saringan dimaksudkan untuk mengetahui MHB pada Agregat. MHB
adalah indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan dan kekerasan butir-butir suatu agregat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil diameter suatu agregat yang dipakai untuk mencari
perbandingan dari campuran agregat kerena ukuran agregat juga mempengaruhi stabilitas beton.
Bila butir-butir agregat empunyai ukuran yang sama maka volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena
butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi
Pada agregat untuk pebuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan
pengikat saja.
3
Derajat kehalusan atau kekerasan suatu agregat ditentukan olrh modulus kehalusan atau finess
modulus.
FM =
Kerikil dengan FM tersebut dnyatakan baik dan memenuhi syarat sebgai bahan konstruksi.
SNI 03-1968-1990
ASTM D 4791-95
4
2. ALAT DAN BAHAN
5
3. PROSEDUR PERCOBAAN
Lalu buat 2 sampel kerikil dengan berat masing-mmasing sampel 1000 gr menggnakan
sampel spliter.
Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di shieve shaker machine, kemudian
Setelah 10 mernit ambil ayakan dan timbang kerikil yang tertahan dimasing-masing
ayakan tersebut.
Lalu tulis berat kerikil yang tertahan pada masing-masing ayakan tersebut
6
4. DATA PERCOBAAN
9,52 0 0 0
4,76 0 0 0
2,38 80 90 85
7
B. Data pengujian analisa saringan kerikil
Berat fraksi
(mm) (gr)
38,2 0 0 0
19,1 152 36 94
4,76 26 70 48
2,38 0 0 0
1,19 0 0 0
0,60 0 0 0
0,30 0 0 0
0,15 0 0 0
Pan 12 70 41
8
5. ANALISA DATA
Berat Kumulatif
tertahan
Diametar Sampel Sampel Berat % Berat % %
ayakan Total Tertahan Kumulatif Kumulatif
I II Tertahan Tertahan
FM = = = 2,109
9
Lubang Ayakan Persen Berat Butir
Yang Lewat
Ayakan
0.6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0.3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0.15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
ZONA 1
120
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)
10
ZONA 2
120
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)
Zona 3
120
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
lubang ayakan (mm)
11
Berat Kumulatif
tertahan
Diametar Sampel Sampel Berat % Berat % %
ayakan Total Tertahan Kumulatif Kumulatif
I II Tertahan Tertahan
38,1 0 0 0 0 0 100
Pan 12 70 82 4,1 - -
FM = = = 6,759
12
6. KESIMPULAN
Semakin banyak agregat halus ataupun kasar yang lolos saringan dngan nomor saringan
terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik, ddengan annalisa lolos ayakan tersebut dapat
Sebaliknya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan criteria
nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusa agregat tersebut buruk. Oleh karena
itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.
Dan dapat pula kita simpulkan ayakan pasir berada pada Zona 3.
13
DAFTAR PUSTAKA
British standart institution (BSI) ; Bs 812 : Part 3; 1975 ; UDC [625.7.707.620.1] 620.170 :
531www.pengertian-saringan agregat.com
14
BAB II
BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL
1. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan berat agregat terhadap isi. Pengujian berat isi pada
agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang
campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton
komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari komposisi
Berat isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi
agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SII No.52-1980, berat isi agregat beton
Referensi :
1. PC-0102-76
2. ASTM C-13871 T
15
2. ALAT DAN BAHAN
Perojok Cawan
Pasir Kerikil
16
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasir
Masukkan pasir kedalam bejana dan ratakan lalu timbang dan catat beratnya.
Masukkan air kedalam bejana tersebut lalu timbang kembali dan catat beratnya.
Masukkan pasir 1/3 bagian bejana tersebut, lalu dirojok sebanyak 25 kali.
Tambahkan pasir hingga mencapai 2/3 tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara
merata, dan isilah bejana dengan pasir sampai penuh dan rojok 25 kali secara
Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang
2. Kerikil
Masukkan kerikil yang sudah kering kedalam bejana dan timbanglah lalu catat
beratnya.
Keluarkan kerikil dari bejana dan bersihkan bejana. Lalu masukkan air air
17
b. Dengan cara padat
Timbang bejana besi dulu, lalu catat berat bejan besi itu.
Masukkan dulu kerikil 1/3 dari tinggi bejana tersebut lalu dirojok 25 kali, lalu
tambahkan 1/3 lagi hingga tingginya mencapai 2/3 tinggi bejana, lalu rojok lagi
Dengan persyaratan :
40 mm ≤ ø ≤100 mm
b. Cara longgar (menyiram) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran ø ≤ 100
mm
18
4. DATA HASIL PERCOBAAN
19
5. ANALISA DATA
A. Pasir
KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT
Berat Bejana (T) 226 226
Berat bejana + air (C) 1130 1130
Berat bejana + sampel I Pasir (A) 1656 1828
Berat bejana + sampel II Pasir (B) 1842 1900
Berat jenis air (D) 996,77 996,77
Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864
Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621
Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093
B. Kerikil
KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT
Berat Bejana (T) 226 226
Berat bejana + air (C) 1130 1130
Berat bejana + sampel I kerikil (A) 1656 1828
Berat bejana + sampel II kerikil (B) 1842 1900
Berat jenis air (D) 996,77 996,77
Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864
Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621
Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093
20
6. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian pemeriksaan berat volume agregat (bulk density) diperoleh
berat volume padat dan gembur agregat halus (pasir) dan berat volume padat dan
a. Berat isi agregat pada saat longgar adalah 1679,291 dan pada saat padat adalah
1806,093.
b. Berat isi agrgat kasar (kerikil) pada saat longgar adalah 1668,419 dan pada saat
21
DAFTAR PUSTAKA
Google:pengertian-berat- isi
www.teori.berat.isi,pasir.com
22
BAB III
1. DASAR TEORI
Berat jenis adalah prbandingan suatu benda dengan berat air pada yangsama. Berat jenis atau
agregat kerikil perludiketahui untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran
Berat jenis dari kondisi kerikil diatas dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Absorbsi kerikil perlu diketahui dalam penentuan banyaknya air yang diperlukan untuk suatu
Dimana :
23
2. ALAT DAN BAHAN
24
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kerikil diayak dengan ayakan 0,1 mm dan 4,76 mm. Kita ambil ayakan yang lolos ayakan
3. Kerikil hasil rendaman tersebut di keringkan hingga didapat kondisi kering permukaan (SSD)
5. Atur keseimbangan air dan keranjang pada dunangan tes set sampai jarum menunjukkan
6. Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD kedalam keranjang berisi air
25
4. DATA PERCOBAAN
Perhitungan :
Berat Jenis =
Absorsi =
26
5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat kerikil di dalam air pada sample 1 dan 2
2. Berat kerikil kering oven pada sample 1 dan 2 adalah 991 gr dan 990 gr dan diperoleh rata
ratanya 990,5 gr
27
DAFTAR PUSTAKA
Beton Normal.SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU-Yayasan LPMB, 1991
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Buku Petunjuk Pelaksanaan Beton. 1973.
Derektorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan, Jakarta: DPU-Yayasan LPMB, 1973
Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996
28
BAB IV
1. DASAR TEORI
Berat jenis perlu di kethuiuntuk menentukan banyaknya agregat, ada 3 keadaan pasiryang di
gunakan padapercobaan ini antara lain: pasirkering di mana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air
dengan kandungan air sama dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD dimana permukaan pasirjenuh
dengan uap air sedangkan dalamnya kering. Pasir dalam keadaan inilah yng sering di gunakan dan
terakhir dalam keadaan semua dimana pasir basah total dengan porijenuh air. Pasir ini masih dalam
keadaan basah walaupun permukaan pasir tidak ada air. Pasir ini masih dalam keadaan basa walaupun
Berat jenis ssd merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaanssd dengan volume
benda uji kering dimana arbsobsi terjadi dari keadaan ssd sampai keadaan kering berat jenis ini. Perlu
diketahui muld untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran ini
29
2. ALAT DAN BAHAN
30
3. PROSEDUR PERCOBAAN
2. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam
4. Untuk menentukan pasir kering dalam kondisi ssd moul 1/3 tinggi, lalu dirojok 25 kali,
kemudian isi pasir 2/3 demikian seterusnya, setelah itu ould di angkat perlahan apabila pasir
5. Sediakan pasir ssd dalam bagian masing-masing 500 gr. Bagian pertama dimasukkan dalam
7. Buang isi piknometer lalu isi dengan air hingga batas max
31
4. DATA PERCOBAAN
Perhitungan :
Berat Jenis =
Absorsi =
32
5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah
2. Berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah 646 gr dan 674 gr dan diperoleh rata
ratanya 660 gr
4. Berat pasir kering oven pada sampel 1 dan 2 adalah 492 gr dan 488 gr. Rata-ratanya adalah
491 gr.
33
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton Normal SK
SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan
dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga
1999
34
BAB V
1. DASAR TEORI
Agregat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari malen
yang halus (Lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang dikandung agregat
semakin banyak, hal ini disebabkan karena semakinluas permukaan yang harus diselimuti sedangkan
larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan mengikat akan berkurangnya kekuatan beton..
Hal utama yang harus diperhatikan dalam agragat halus tersebut adalah kebersihannya, jadi
jangan meremas-remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian-bagian yang kotor seperti lumpur dan
35
2. ALAT DAN BAHAN
KERIKIL PASIR
36
3. PROSEDUR PERCOBAAAN
1. Sediakan 2 sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gr dan 2 sampel kerikil sebanyak
2. Tuang pasir kedalam ayakan no.200 dan di silam dengan air melalui kran air sambil
digoyang-goyang
3. Pada saat pencucian, pasir harus di remas-remas sehingga air yang keluar melalui ayakan
4. Air yang masih ada didalam pan bersama pasir, disedot dengan alat penghisap air
7. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan diangkat kemudian ditimbang dan hasilnya
dicatat. Persentasi selisih antara berat mula-mula dan berat kering setelah pencucian.
37
4. DATA PERCOBAAN
a. Pasir
Kadar Lumpur
1,2 % 2%
b. Kerikil
Kadar Lumpur
0,4 % 0,2 %
38
5. KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
BAB VI
1. DASAR TEORI
Beton adalah campuran semen, pasir, kerikil ditambah dengan air membentuk suatu aksi semen
yang sempurna. Karena kualitas air mempengaruhimutu beton maka dalam percobaan ini akan dikaji
Pasir merupakan bahan-bahan dengan ukuran 0,15 mm s/d 5 mm. Pasir dapat di ambil dari
dasar sungai atau dari batu gunung yang di haluskan. Salah satu syarat pasir yang penting adalahtidak
boleh mengandung bahan organik, lumpur, garam, dan minyak. Pasir yang diambil dari dasar sungai
kerap kali mengandung kotoran organis dan lumpur. Bahan organis ini akan memperlambat proses
Dalam percobaan ini akan diketahui kandungan bahan organis yang terdapat pada pasir. Jika
pasir tersebut mengandung bahan organic terlalu banyak, maka campuran beton dengan persentase air
yang diberikan diserap oleh zat zat organis ini yang mengakibatkan kekuatan beton akan berkuranng
dan terjadi retak-retak pada beton. Jadi bahan organic ini sedapat mungkin dihindarkan
Agregat yang tidak memenuhi standart percobaan warna juga dapat dipakai, asal kekuatan
41
2. ALAT DAN BAHAN
CAWAN NaOH
42
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi menjadi
seperempat bagian.
3. Sediakan larutah NaOH 3% dengan cara mencampurkan 12 gr kristal NaOH ± 338 ml Aquades di
gelas ukur.
43
4. DATA PERCOBAAN
44
5. KESIMPULAN
Dalam pratikum colourmetric test digunakan pasir sebanyak 200 gr NaOH sebanyak 6 gr dan
air 200 ml. NaOH dilarutkan kedalam air. Pasir dimasukkan dalam gelas ukur. Aduk pasir dan
Diamkan selama 24 jam setelah 24 jam akan terjadi perubahan warna pada larutan NaOH. Pada
perubahan warna tersebut digunakan alat test warna. Setelah digunakan alat test warna, didapat
Berdasarkan penelitian tersebut pasir yang digunakan pada pratikum adalah pasir yang layak
digunakan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Nawi, E. G., Beton Bertulang. Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan kedua, Rafika
Aditama. Bandung. 1998
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007
Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta 1971.
Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta
1994
Standard Nasional Indonbesia (SNI). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Cetakan kedua, ITSPRESS.
Surabaya. 2009
46
BAB VII
LOS ANGELES
1. DASAR TEORI
tersebut untuk menahan pengrusakan yang terjadi oleh karena adanya tekanan,buntingan dan
pengikisan yang terjadi tehadap dari permukaan dari agregat kasar sewaktu di angkut,di
Agregat yang rapuh kurang baik digunakan sebagai bahan konstruksi dan akan tidak
ekonomis .Hal ini diakibatkan banyaknya material yang rusak selama material yang rusak
selama proses pengangkutan dan pembongkaran dari lokasi pengambilan ke lokasi proyek
penahan tanah,bedungan dan pondasi hal ini harus diperhatikan betul betul karena kontruksi
di atas sangat memerlukan beton dengan kekuatan mutu tinggi.Jika kerikil yang di perlukan
tidak memenuhi kekuatan dan keharusan maka bahaya keruntuhan akan sangat besar.Hal
inilah yang menyebabkan mengapa pemilik proyek besar sangat lebih suka memakai batu
pecah atau batu cadas dari pada kerikil walaupun bahaya yang dikeluarkan lebih mahal
dikarenakan batu pecah lebih kuat dari batu kerikil dan daya ikat semen lebih kuat dan lebih
menyatu karna permukaaan yang kasar sedangkan kerikil mempunyai permukaan yang licin
dikarenakan terkikis oleh air sewaktu di bawa aliran air untuk diendapkan di sungai
Percobaan ini memakai mesin los angeles dengan 12 buah peluru dan putaran mesin
sebanyak 1000 kali. Menurut PBI’71 syarat agregat kasar yang baik bila kearusan kerikil
47
2. ALAT DAN BAHAN
AYAKAN 12,5
48
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian kearusan
2. Ambil agregat kasar sebanyak 5000gr,yaitu agregat yang lolos saringan 12,5mm dan
3. Masukkan benda uji kedalam mesin los angeles dan bola baja
5. Setelah selesai keluarkan agregat kasar dari mesin los angeles dan saring dengan
6. Timbang berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36mm tersebut
49
4. DATA PERCOBAAN
Gradasi Pemeriksaan
Ukuran Saringan
Lolos (no) Tertahan (no) BERAT
50,0 37,5(1/2-in) -
37,5(1/2-in) 19,5(3/4-in) -
19,5(3/4-in) 12,5(3/6-in) 2500
12,5(3/6-in) 9.5 (3/8-in) 2500
9.5 (3/8-in) 4.75(no.4) -
4.75(no.4) PAN -
Jumlah Berat(a) 5000gr
Berat tertahan sesudah Saringan no .12 4.764gr
Percobaan (b)
50
5. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa keausannya adalah 4,72%
51
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton
Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta:
Erlangga 1999
Mulyana, T. Teknologi Beton. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta.2003.
52
BAB VIII
1. DASAR TEORI
Waktu ikat adalah waktu yang diperukan semen untuk mengeras,terhitung mulai dan
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen sehingga pasta semen cukup kaku untuk
menahan tekan
Semen sebagai bahan dasar bila kena air akan membentuk suatu bahan yang lengket
seperti lem yang akhirnya mengeras.Selain kadar air waktu ikat semen juga di perlukan dan
tidak dapat diabaikan.Untuk mengetahui waktu ikat semen dilakukan suatu percobaan dengan
Pengikatan semen adalah pengeras semen segera selelah bereaksi dengan air dan terdiri
Waktu ikat awal adalah waktu ikat yang diperlukan pasta semen untuk mulai
T awal>45 menit
Waktu ikat akhir adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengikat sempurna
53
2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Spatula
54
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang semen sebanyak 350gr dan air sebanyak persentase air yang tepat pada
3. Masukkan semen tambah air kedalam mangkuk mixer dan diamkan selama 15detik
4. Hidupkan mixer dengan kecepatan lambat selama 30 detik dan kemudian matikam
selama 15 detik
6. Hentikan pengadukan lalu gumpalkan pasta semen hingga berbentuk bola dan
kemudian lemparkan dari tangan kiri ke tanga kanan sebanyak 6 kali dengan jarak
kurang lebih 15 cm
7. Masukkan kedalam mould yang telah dialasi dengan plat kaca dengan menekan
gumpalan semen
8. Dengan mould pada bagian lubang yang terbesar.plat kaca dan mould terlebih dahulu
9. Bagian pasta semen yang keluar melalui lubang yang kecil diratakan dengan scrap
10. Selama masa 30 menit atur jarum vicat tepat berada diatas permukaan pasta semen
dan atur jarum penunjuk angka penetrasi tepat berada pada angka nol
11. Penetrasi jarum dilakukan setara berulang ulang dengan selang waktu yang sama
55
4. DATA PERCOBAAN
3 menit 1 4.7cm
6 menit 2 4.7cm
9 menit 3 4.7cm
12 menit 4 4.55cm
15 menit 5 4.5cm
56
5. ANALISA DATA
3 47
6 47
9 47
12 45,5
15 45
25
20 Waktu Ikat Semen
15
10
5
0
3 6 9 12 15 100
Waktu
57
6. KESIMPULAN
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa lemahnya waktu untuk terjadi pengikatan
awal (penetrasi 25 mm) adalah 38,25 menit dan lamanya waktu untuk terjadi pengerasan
58
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi
Laboratorium. KRMTP. 1996
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton
Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)
Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta:
Erlangga 1999
59
BAB IX
1. DASAR TEORI
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar
dengan berat isi kering guling pada 4 derajat celcius yang isinya sama dengan isi semen
pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama sama terak semen Portland dan gips dengan
satu atau lebih bahan organic lain,Bahan organic tersebut antara lain terak tanur tinggi(blast
furnoseslag)pezzolan senyawa silikat,batu kapur dengan kadar total bahan anogranik 6%-
35% dari massa semen Portland.Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum seperti
elemen bangunan khusus seperti beton pracetak panel beton ,bata beton(paung beton) dan
sebagainya
60
2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Tisu Thermometer
61
Spatula Corong kaca
62
3. PROSEDUR PERCOBAAN
2. Setelah itu masukkan sebanyak 64gr kedalam botol le chatelier dengan menggunakan
5. Setelah itu ukurlah suhu semen dan suhu ruangan di dalam bak perendam
6. Bila suhu semen dan suhu ruangan sama,maka percobaan selesai,dan suhu akhirnya
dicatat
63
4. ANALISA DATA
Volume 1 0,4ml
Volume 2 20,4ml
64
5. KESIMPULAN
Dari data percobaan diatas maka hasil dari :
Berat Jenis Semen :3,2
Suhu : 27º c
V1 : 0,4
V2 : 20,4
65
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007
Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta 1971.
Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta
1994
66
DATA MIX DESAIN
A. .Pasir
Penguji :
Maria K.Naibaho (5162210009)
Jaka Prima. Malau (5162210006)
Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)
Ester Nangkok N.P (5162210005)
SSD 2,45 gr
Bulk 3,3 gr
Absorbsi 2 gr
Kadar Air
Sampel2(0,020) 0,016 gr
67
B. Kerikil
Penguji :
Maria K.Naibaho (5162210009)
Jaka Prima Malau (5162210006)
Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)
Ester Nangkok N.P (5162210005)
SSD 2,45 gr
Bulk 3,3 gr
Absorbsi 2 gr
Kadar Air
Sampel 1 = 0,004gr
Kadar lumpur
Sampel 2 = 0,002gr 0,003 gr
68
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
2. Diameter maksimun agregat diambil sesuai dengan persyaratan PBI 1971 yaitu 31,5 mm.
3. Semen yang digunakan adalah semen Andalas dengan berat jenis 3,16.
4. Air yang digunakan dalam mix design adalah air yang memenuhi kriteria air minum.
b. Kerikil
1. Specific gravity SSD : 2,45 gr
2. Specific gravity OD : 3,3 gr
3. Absorbsi : 2 gr
4. Bulk Density (gembur) : 3513 gr
5. Bulk Density (padat) : 3139 gr
6. Fineness Modulus (FM) : 6,759 gr
Faktor air semen yang digunakan berdasarkan tegangan karakteristik beton yang
diinginkan diperoleh FAS = 0,6
2 1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = x175 + x205 = 195 kg/m3
3 3
69
8. Semen yang dibutuhkan
Untuk menghitung kebutuhan semen dapat menggunakan rumus :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠
:𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
195
= = 325 kg/m3
0,6
o Dalam persentasi agregat halus didapat bahwa batas bawah = 27, dan batas
atas = 32,
sehinggsa diperoleh bahwa persentasi Agregat Halus =
27+32
=29,5 %
2
o Dalam persentasi agregat kasar dapat diperoleh dengan
100% - Persentasi Agregat Halus ;
Maka ;
Persentasi Agregat Kasar = 100% - 29,5 % = 70,5 %
11. Menghitung Berat Jenis SSD Gabungan
Untuk menghitung berat jenis SSD Gabungan dapat diperoleh menggunakan rumus :
70
12. Menghitung Berat Jenis Beban
Untuk menghitung berat jenis beton dapat dicari dengan menggunakan grafik
hubungan kandungan air, berat jenis campuran dan berat beton.
Dengan mengerjakan grafik tersebut kami mendapat berat jenis beton sebesar 2275
kg/m3 dengan kandunga air 185 liter/m3 beton.
71
Untuk bahan yang dipakai dalam pembuatan,bahan yang sudah dikali dengan volume
kubus dikalikan dengan 1,2 Sehingga diperoleh:
Semen : 5,265
Pasir : 8,4348
Kerikil : 20.1576
Air :2.997
72
PEMBUATAN BENDA UJI BETON
Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton.
Benda uji beton berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 , dan silinder ukuran
diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm. Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971, benda uji standar ialah kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 , sedangkan menurut
American Concrete Institute Standart 211 – 1 – 77 adalah silinder ukuran diameter 15 cm
dengan tinggi 30 cm.
2. Peralatan
a. Cetakan benda uji
b. Tongkat pemadat dari besi ± 5/8" – 60 cm, yang salah satu ujungnya
dibulatkan.+
c. Martil karet
d. Sendok beton
e. Bak penampung beton muda (fresh concrete)
f. Peralatan test slump
g. Molen/mesin pengaduk beton
h. Timbangan
3. Bahan
a. Kerikil
b. Pasir kasar
c. Pasir halus
d. Semen
e. Air
4. Prosedur pengujian
a. Bahan yang akan diaduk dipersiapkan sesuai dengan volume beton yang sudah
ditentukan.
b. Bagian dalam dari cetakan kubus dan silinder dibersihkan dari debu dan
dilumuri oli agar cetakan mudah dibuka.
c. masukkan bahan adukan beton kedalam bak pengaduk/molen dimulai dengan
kerikil, pasir kasar, pasir halus, semen dan air.
d. Jalankan mesin pengaduk selama 5 menit dengan kemiringan sumbu bak rata –
rata 45o .
e. Setelah 5 menit, tuangkan beton muda ke dalam bak penampungan.
73
f. Lakukan pengujian test slump dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan kerucut slump cone di atas tempat yang rata.
2. Mortal/beton diisi ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapis yang kira – kira
mempunyai ketebalan yang sama dan setiap lapisan dipadatkan dengan
tongkat pemadat dengan cara menusukkannya sebanyak 25 kali secara
merata.
3. Ratakan permukaan adukan bagian atas kerucut dan setelah itu biarkan
selama 30 detik kemudian kerucut ditarik secara perlahan secara vertikal.
4. Ukur jarak turunnya permukaan adukan beton terhadap tinggi semula.
5. Dipakai 8 – 10 tersebut dinyatakan kekentalan(konsistensi) adukan beton
yang nilai – nilai slump terletak di dalam batas – batas yang diperlihatkan
dalam pelaksanaan.
g. Setelah melakukan test slump, beton di isi ke dalam cetakan yang dipersiapkan,
masing masing di isi tiga lapis mempunyai ketebalan yang sama. Setiap lapisan
dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara merata dan di bagian sisi
luar cetakan di pukul dengan martil karet setiap memasukkan perlapisannya
secara perlahan.
74
UJI SLUMP
1. Dasar Teori
Uji slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekuatan dari campuran beton segar untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekuatan dalam suatu camuran beton menunjukan banyak air yang
digunakan. Untuk uji itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan,
kelebihan atau cukup air.
75
2. ALAT DAN BAHAN
kerucut
alat ukur
plat tempat uji
76
3. PROSEDUR PERCOBAAN
77
DATA HASIL PERCOBAAN
KETERANGAN HASIL
NO
1 Tinggi Cetakan Slump Test 30 cm
78
ANALISA DATA
NO KETERANGAN HASIL
79
DAFTAR PUSTAKA
http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2012/06/memahami- mutu-beton-dan-mutu-beton-
fc#2I6Ov7ZYA
http://www.ilmusipil.com/tes-beton
80
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
1. DASAR TEORI
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa
material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk
ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses
pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Beton banyak digunakan sebagai bahan utama rumah tinggal sampai gedung
bertingkat tinggi, agar penggunaanya sesuai kebutuhan yang direncanakan maka perlu
dicari berapa kuat tekan betonnya. berikut ini kita uraiakan sebuah cara tes kuat tekan
beton. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk
kubus dan silinder dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium. Kekuatan tekan beton
adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
Faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan di dalam pelaksanaan
pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan saya garis bawahi adalah terkait umur
beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur tersebut.
Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur
28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan
rencananya.
81
2. ALAT DAN BAHAN
a. Timbangan
c. kubus
82
3. PROSEDUR PERCOBAAN
Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pegujian kuat tekan beton.
Timbang bahan sesuai dengan takaran yang telah ditentykan dalam mix design.
Masukan semua bahan kedalam mini molen lalu diaduk sampai tercampur rata.
Siapkan cetakan berbentuk silinder yang telah diolesi oli pada bagian dalam
dindingnya untuk memudahkan membuka benda uji agar tidak lengket ketika
dituangkan dan terjadi pengerasan pada benda uji.
Isi cetakan dengan adukan beton. Tambahkan adukan beton setiap terjadi
kekurangan pada penggetaran. Benda uji diletakan diatas vibrator agar rongga-
ongga beton tertutup penuh.
Ratakan permukaan beton.
Biarkan beton selama 24 jam dan setelah 24 jam lepaskan cetakan silinder dari
beton.
Lakukan pengujian pada umur 7, 21 ,28 hari.
83
4. HASIL PERCOBAAN BENDA UJI
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 max(𝑘𝑔)
𝜎𝑏′ =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
178,963 351,545
84
Dari besaran diatas dapat di hitung Standart Deviasi (S)
∑𝑁 ′
1 (𝜎𝑏 − 𝜎𝑏𝑚 )²
𝑆= √
𝑁−1
351,545
𝑆= √
4−1
𝑆 = 10,825
125,364
Atau 𝑥 100% = 71,63% dari rencana
175
85