Anda di halaman 1dari 17

PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS

TOKO ALUMUNIUM DAN KACA

JL. BESI KALIURANG

Nama Kelompok :

Nikmah Rizki R. (15522322)

Naufal Dwiutomo (16522055)

Pipit Gupitan (16522071)

Elisa Nadia Arinta (16522114)

Ainayyah Fatihah (16522131)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2018
I. Profil Perusahaan
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat usaha kecil yang tinggi.
Menurut data (Departemen Perdagangan RI, 2008) industri kreatif di Indonesia
menyumbang 6,3% GDP (Gross Domestic Product) atau setara dengan 104,73 triliun
rupiah. Seiring dengan besarnya pengaruh industri kreatif ini besar kemungkinan
perkembangan industri kreatif di Indonesia akan terus meningkat. Salah satu kota yang
berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai kota kreatif adalah Yogyakarta. UNESCO
mengajukan empat kota sebagai kota kreatif yang salah satunya adalah Yogyakarta
bersama dengan tiga kota lainnya yaitu Solo, Bandung, Pekalongan (Kemenparekraf,
2013)
Yogyakarta dikenal sebagai kota kreatif karena kreatifitas warganya yang mampu
menghasilkan suatu barang ataupun menyediakan jasa yang memiliki nilai jual tinggi.
UKM pada penelitian ini adalah Anugerah Kaca. Dalam nama perusahaan perseorangan
dengan diberi nama Anugerah Kaca tersebut adanya filosofi pada awal pertama
berdirinya diberi kata “Anugerah” semoga suatu pemberian Allah SWT dapat menjadi
perusahaan yang barokah kedepannya. Dan kaca yaitu perusahaan tersebut artinya
menjual kaca atau dapat merangkai kaca menjadi produk maka perusahaan tersebut
dikatakan Anugerah Kaca. Dan dirancang nama Anugerah Kaca tersebut dapat
berkembang secara barokah dari produk kaca dan dapat menguntungkan masyarakat
Pengembangan UKM menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian
nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha
sehingga kontribusi UKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi
kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
Penataan layout suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko dan
keuntungan perusahaan tersebut secara keseluruhan, mengingat penataan sangat
mempengaruhi biaya tetap maupun biaya variabel, baik dalam jangka menengah maupun
jangka panjang. Keputusan penataan fasilitas pabrik sering bergantung kepada tipe
bisnis.

II. Landasan Teori


2.1 Kajian Deduktif
2.1.1 Pengertian Tata Letak Fasilitas
Tata letak fasilitas merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
produktivitas produksi perusahaan (Qoriyana, dkk., 2014). Tata letak yang baik akan
menghasilkan aliran proses yang lancar saat produksisehingga produktivitas
perusahaan menjadi maksimum dan meminimumkan biaya produksi, begitu juga
sebaliknya, tata letak yang kurang baik akan menghasilkan aliran proses yang
kurang lancar sehingga terjadi bottleneck yang mengakibatkan produktivitas
perusahaan minimum dan biaya produksi menjadi lebih besar. Tata letak fasilitas
dapat didefinisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan
atau logika tertentu (Hadiguna & Setiawan, 2008). Tata letak secara umum ditinjau
dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk
memperoleh efisiensi pada suatu prduksi. Perancangan tata letak meliputi
pengaturan tata letak fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia
untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan
semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi (Wahyudi, 2010).
Perencanaan tata letak pabrik harus direncanakan secara cermat dan teliti.
Oleh karena itu, jika perusahaan ingin melakukan pengaturan kembali fasilitas-
fasilitas manufaktur (re-layout) maka perusahaan harus dapat memahami perencanaa
tata letak pabrik seperti saat perusahaan akan membangun pabrik baru. Berikut
adalah beberapa hal yang mendorong untuk menerapkan relayout dalam tata letak
pabrik (Hadiguna & Setiawan, 2008) adalah: (1) Perubahan rancangan, (2)
Penambahan produk baru, (3) Pengurangan departemen, (4) Perluasan departemen,
(5) Pemindahan departemen, (6) Penambahan departemen baru, (7) Perubahan
metode produksi, (8) Peremajaan mesin/ peralatan yang rusak, (9) Penurunan biaya,
(10) Pendirian pabrik baru.

2.1.2 Peranan Perancangan Tata Letak Fasilitas


Menurut Apple (1990, p3), perancangan tata letak fasilitas berperan penting
sebagai berikut :
1. Suatu perencanaan aliran barang yang efisien merupakan prasyarat untuk
mendapatkan produksi yang ekonomis.
2. Pola aliran barang yang merupakan dasar bagi perencanaan fasilitas fisik
yang efektif.
3. Perpindahan barang merubah pola aliran statis menjadi suatu kenyataan yang
dinamis, menunjukkan cara bagaimana suatu barang dipindahkan.
4. Susunan fasilitas yang efektif disekitar pola aliran barang dapat
menghasilkan pelaksanaan yang efisien dapat meminimumkan biaya
produksi.
5. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.

2.1.3 Peta Proses Operasi


Peta proses operasi merupakan peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
dengan membagi menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Tahapan ini juga
harus diuraikan secara logis dan sistematis mulai dari bahan baku hingga produk
akhir maupun sebagai komponen dan juga memuat informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang
digunakan dan tempat atau mesin yang digunakan.
Tujuan dari peta operasi adalah untuk menggambarkan bagaimana perusahaan
mengatur semua aliran produksi secara bertahap dan setiap tahapan tidak akan
terlewatkan. Informasi yang dibutuhkan dalam peta proses operasi adalah waktu
proses, material yang diproses dan mesin.. Manfaat yang dari peta operasi proses
adalah mengurangi keterlambatan operator dalam mengoperasikan mesinnya karena
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan semua proses sudah disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi operator.
Menurut (Wignjosoebroto, 2009), peta proses merupakan peta kerja yang
mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut
menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Urutan kerja tersebut digambarkan
dalam block diagram. Penggunaan block diagram merupakan bentuk peta proses
sederhana yang dibuat untuk menganalisa tahapan proses yang harus dilalui dalam
pelaksanaan operasi manufakturing suatu produk secara analitis dan logis.
Untuk keperluan pembuatan peta proses ini maka American Society of
Mechanical Engineers (ASME) telah membuat beberapa simbol standar yang
menggambarkan macam/jenis aktivitas yang umum dijumpai dalam proses produksi.
Elemen-elemen langkah pada peta operasi terdiri dari operasi, inspeksi, menunggu,
menyimpan, aktivitas ganda dan transportasi. Manfaat dari peta proses adalah dapat
menjamin bahwa langkah pemindahan bahan tidak akan terlupakan pada
perencanaan selanjutnya. Dasar dari bagi peta proses ini adalah lambang proses.

2.1.4 Tipe-tipe Proses Produksi


Ada lima tipe produksi, yaitu (a) flow shop yang terdiri dari continuous flow,
dedicated repetitive flow tipe proses yang menggunakan fasilitas yang sama, (batch
flow) tipe proses untuk dua atau lebih jenis produk yang dibuat dengan fasilitas yang
sama. (b) job shop merupakan pengorganisasian peralatan yang sama fungsinya,
sehingga aliran pekerjaan dari departemen ke departemen menggnakan tipe operasi
berbeda. (c) fixed site (proyek) adalah proses untuk kegiatan proyek yang bahan
baku, perkakas, dan pekerjaanya bergerak ke lokasi dimana produk dan dipabrikasi
(James, 1990).

2.1.5 Pendekatan Konvensional


Aliran bahan diukur secara kualitatif dengan menggunakan tolak ukur derajat
kedekatan hubungan antara satu fasilitas (departemen) dengan lainya (Sunderesh,
1997). Nilai-nilai yang menunjukan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan
alasan-alasan mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity
Relationship Chart) yang telah dikembangkan oleh Muther dalam buku“Systematic
Layout Planning (Bottong Chaners Book, 1973)”.
Tahapan dalam teknik konvensional sebagai berikut : (a) Mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang telah didefinisikan sebagai fasilitas pabrik, (b) Menyiapkan
Activity Relationship Chart (ARC) dan mengisinya dengan nama-nama fasilitas
yang telah ditetapkan pada langkah pertama, (c) Merumuskan alasan-alasan yang
dapat dijadikan dasar bahwa fasilitas-fasilitas dapat didekatkan atau harus dijauhkan,
(d) Memberikan penilaian berdasarkan sistem penilaian yang telah disepakati, (e)
Merangkum hasil ARC dalam worksheet, (f) Menyiapkan block template sejumlah
fasilitas yang akan dirancang tata letaknya, (g) Menyusun Activity Relationship
Diagram (ARD) berdasarkan tingkat hubungan, (h) Menyiapkan area template
berdasarkan kebutuhan luas lantai setiap fasilitas, (i) Membuat Area Allocating
Diagram (AAD) sebagai tata letak akhir perancangan (Hadiguna & Setiawan, 2008).

2.1.6 Ongkos Material Handling


Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang
dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah
ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik
untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses
produksi yang lain (Apple James, 1990).
Menurut kelompok kami kegiatan material handling adalah kegiatan tidak
produktif, karena pada kegiatan ini bahan tidaklah mendapat perubahan bentuk atau
perubahan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif
dan mencari ongkos materialhandling terkecil. Menghilangkan transportasi tidaklah
mungkin dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand-off, yaitu
menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah
ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara: menghapus langkah transportasi,
mekanisasi atau meminimasi jarak (Wignjosoebroto, 2003).
Ongkos Material Handling (OMH) adalah suatu ongkos yang timbul akibat
adanya aktivitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen
kedepartemen lain yang besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu
(Sutalaksana, 1997). Satuan yang digunakan adalah Rupiah/Meter Gerakan. Tujuan
dibuatnya perencanaan Material Handling adalah:
1. Meningkatkan Kapasitas
2. Memperbaiki kondisi kerja
3. Memperbaiki pelayanan pada konsumen
4. Meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan
5. Mengurangi ongkos
2.2 Kajian Induktif
Tabel 2.1 Kajian Literatur

No. Judul Penulis Hasil Kesimpulan


1. PERANCANGAN (Putri, dkk., Peningkatan efisiensi terkait ongkos Perbaikan tata letak stasiun kerja dan mesin
ULANG TATA 2015) pemindahan material dapat dicapai yang digunakan, memudahkan aktivitas
LETAK FASILITAS yakni sebesar 4% untuk layout usulan 1, material handling yang berlangsung di home
PADA UKM 11% untuk layout usulan 2, dan -4% industry Samidi, karena jarak antar stasiun
SAMIDI GLASS untuk layout usulan 3 dan dengan yang berjauhan menjadi lebih dekat sehingga
AND CRAFT melakukan perancangan ulang terhadap waktu yang dibutuhkan terkait aktivitas
tata letak stasiun dapat memberi material handling tersebut menjadi lebih
keselamatan, kemudahan, serta singkat dan dengan melakukan perancangan
memberi kenyamanan pekerja dalam ulang terhadap tata letak stasiun kerja yang
melakukan pekerjaannya. ada, ongkos material handling mengalami
penurunan yang cukup signifikan, sehingga
pengeluaran untuk material handling dapat
lebih ditekan dan lebih hemat.
2. PERANCANGAN (Jauhari, Berdasarkan hasil pengolahan data Dari perancangan ulang tata letak fasilitas
ULANG TATA dkk., 2016) dapat diketahui bahwa usulan yang yang telah dilakukan dapat meningkatkan
LETAK FASILITAS diterima yaitu usulan ketiga dengan efektivitas dan efisiensi, memperkecil ongkos
PADA UKM ROTI prosentase penurunan Ongkos Material material handling, dan memberi kemudahan
SHENDY Handling (OMH) sebesar 23.85% bagi pekerja untuk melakukan
No. Judul Penulis Hasil Kesimpulan
dimana prosentase penurunan OMH pekerjaan.
usulan pertama dan kedua masing-
masing sebesar 22.08% dan 23.75%.
3. PERANCANGAN (Kartika, Hasil penelitian ini menunjukan jarak Rancangan tata letak baru ini paling cocok
TATA LETAK 2014) dan waktu antar fasilitas produksi untuk untuk mengatur area, fasilitas dan aktivitas
AREA PRODUKSI produk stopmap dan snell menjadi lebih adalah menggunakan metode ARC (Activity
DENGAN pendek karena adanya rancangan tata Relationship Chart) yang dapat mengatur tata
MENGGUNAKAN letak yang baru. Alternatif I (56 m ; letak dengan menggunakan derajat
METODE ARC 146,5 menit), alternatif II (53 m ; 98 keterdekatan antara satu kegiatan dengan
PADA CV menit), alternatif III (61,5 m ; 97,5 kegiatan lainya. Penggunaan metode ARC ini
GADING menit). Untuk produk undangan juga harus disesuaikan dengan kondisi
PUTIH DI memiliki jarak dan waktu pada perusahaan. Metode ini tergolong mudah
SEMARANG alternatif-alternatifnya. Alternatif I (49 karena dapat dimengerti oleh orang awam.
m ; 28,5 menit), alternatif II (49,5 m; Pesanan yang meningkat dan penambahan
25,5 menit), alternatif III (46,5 ; 29,5 lini produk membuat CV Gading Putih harus
menit). Alternatif II dipilih karena menata pabriknya dengan lebih baik agar
mengeluarkan sedikit biaya dan lebih proses produksinya menjadi efektif dan
efektif dari tata letak awal. efisien.
4. PERANCANGAN (Iskandar,2 Pada penelitian ini diperbaiki susunan Tata letak fasilitas di gedung commercial
TATA LETAK 017) tata letak fasilitas dengan mendekatkan vehicle di PT. Mercedes-Benz Indonesia
No. Judul Penulis Hasil Kesimpulan
FASILITAS seluruh stasiun atau dengan sudah cukup baik. Namun masih ada sedikit
ULANG mendekatkan stasiun dengan gudang jarak yang masih bisa diperdekat antar
(RELAYOUT) nya masing-masing. Usulan ini dapat fasilitas. Maka dari itu diperlukan tata letak
UNTUK diterima dikarenakan tidak mengalami ulang agar perpindahan material/barang
PRODUKSI TRUK backtracking pada lantai proses menjadi lebih efisien. Berdasarkan dengan
DI GEDUNG produksi di gedung commercial vehicle analisa menggunakan activity relationship
COMMERCIAL serta mengurangi jarak material chart (ARC) dan activity relationship diagram
VEHICLE (CV) PT. handling yang masih jauh. Hasil (ARD) serta pengukuran jarak rectilinier
MERCEDESBENZ perhitungan jarak dan biaya dengan maka dihasilkan dua alternatif tata letak
INDONESIA pengukuran rectilinier dan ongkos usulan untuk dapat digunakan di lantai proses
material handling adalah untuk tata produksi di gedung commercial vehicle.
letak awal sebesar 591m2 dan Rp.
360.598,7, tata letak usulan alternatif
pertama sebesar 565m2 dan Rp.
344.734,8, serta tata letak usulan
alternatif kedua sebesar 584m2 dan Rp.
356.327,6. Maka dipilih alternatif
usulan pertama karena memiliki jarak
dan biaya yang lebih efisien.
III. Data
3.1 Layout Awalan

Gambar 3.1 Layout Awalan

3.2 Bill of Material (BOM)

ETALASE
KACA

Kerangka Kerangka Kerangka Kaca Alas Roda Sekrup


Bawah Tengah Atas Bawah

Tabel 3.2 Bill of Material

No. Nama Komponen Jumlah Keterangan Bahan


1. Kerangka Bawah 4 Buat Alumunium
2. Kerangka Tengah 6 Buat Alumunium
3. Kerangka Atas 4 Buat Aluminium
No. Nama Komponen Jumlah Keterangan Bahan
4. Kaca 8 Beli Kaca
5. Alas Bawah 1 Buat Triplek
6. Roda 4 Beli Besi
7. Sekrup 12 Beli Besi
3.3 Peta Proses Operasi
Dalam Operation Process Chart UMKM “Alumunium dan Kaca” untuk pembuatan etalase sebagai berikut :

Operation Process Chart (OPC)


Alas Bawah Kerangka Bawah Kerangka Tengah Kerangka Atas
Kaca Roda

5’ 5’ 5’ 5’
5’ Diukur 5’ Diukur Diukur Diukur Diukur Diukur
Meteran Meteran Meteran Meteran
Meteran Mistar

10’ 10’ Dipotong 10’ Dipotong 10’ Dipotong


10’ Dipotong 2’
Dipotong
Inspeksi M. Potong M. Potong M. Potong M. Potong
M. Potong

2’ 2’ Inspeksi 2’ Inspeksi 2’ Inspeksi 2’ Inspeksi


Inspeksi

20’ Dirakit 20’ Dirakit 20’ Dirakit


Sekrup Sekrup Sekrup

20’ Dirakit
Sekrup

20’ Dirakit
Sekrup

10’ Dibor
M.
Bor

20’ Dirakit
Lem Kaca

2’ Inspeksi
IV. Pengolahan Data
4.1 Penentuan Layout Usulan

Gambar 4.2 Layout Usulan


4.2 Perhitungan Ongkos Material Handling
Tabel 4.3 OMH Awalan

Alat Frekuensi Jarak Frekuensi x Total


Dari Ke Komponen OMH/meter
Angkut (kali) (m) Jarak OMH
Pengukuran Pemotongan Kaca, Alumunium Manusia 20 1 20 415,92 8318,45
Pemotongan Perakitan Kaca, Alumunium Manusia 20 3,5 70 415,92 29114,56
Perakitan Pengeboran Kaca, alumunium, Roda Manusia 20 3,8 76 415,92 31610,10
Pengeboran Inspeksi Roda Manusia 20 2 40 415,92 16636,89
Total 10,3 206 85680,00

Tabel 4.4 OMH Usulan

Alat Frekuensi Jarak Frekuensi x Total


Dari Ke Komponen OMH/meter
Angkut (kali) (m) Jarak OMH
Pengukuran Pemotongan Kaca, Alumunium Manusia 20 1 20 642,60 12852,00
Pemotongan Perakitan Kaca, Alumunium Manusia 20 1 20 642,60 12852,00
Perakitan Pengeboran Kaca, alumunium, Roda Manusia 20 2 40 642,60 25704,00
Pengeboran Inspeksi Roda Manusia 20 1 20 642,60 12852,00
Total 5 100 64260,00
4.3 Activity Relationship Chart (ARC)

V. Pembahasan
Dalam menentukan atau menghitung ongkos material handling, diperoleh dari
beberapa data, yaitu biaya tenaga kerja per bulan (karena dalam UKM tersebut material
handling dilakukan oleh manusia), frekuensi material handling, total pekerja, dan jarak
total material handling. Biaya tenaga kerja per bulan dari UKM Anugerah Kaca sebesar
Rp1.800.000. Dalam sehari atau 7 jam kerja (420 menit), aktivitas material handling
terjadi selama 2 menit, maka faktor ongkos material handling sebesar (2/420 = 0,00476).
Biaya material handling per bulan untuk seorang pekerja diperoleh dari gaji total pekerja
dikali dengan faktor ongkos material handling, sehingga nilainya sebesar Rp8.568.
UKM Anugerah Kaca memiliki 10 orang pekerja, maka dalam sebulan UKM tersebut
mengeluarkan biaya material handling sebesar Rp85.680 per bulan. Sedangkan ongkos
material handling per meter diperoleh dari total OMH dibagi dengan jarak total material
handling, sehingga nilainya sebesar Rp415,92. Lalu, pada perhitungan OMH pada layout
usulan didapatkan aktivitas material handling selama 1,5 menit, maka ongkos material
handling (1,5/420=0,00357), ongkos material handling sebesar Rp6.426. Sedangkan
ongkos material handling per meter diperoleh dari total OMH dibagi dengan jarak total
material handling, sehingga nilainya sebesar Rp462,60. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa layout usulan yang direkomendasikan memiliki ongkos material
handling lebih murah yaitu sebesar Rp64.240.
VI. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada UKM Anugerah Kaca dapat diambil kesimpulan bahwa
penataan ulang (rekomendasi layout usulan) menghasilkan ongkos material handling
yang lebih murah dibandingkan dengan layout awalan.

VII. Daftar Pustaka


Hadiguna, & Setiawan. (2008). Tata Letak Pabrik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
James, A. (1990). Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB.
Jauhari, dkk., W. A. (2016). PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS
PADA UKM ROTI SHENDY. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret.
Kartika, I. M. (2014). PERANCANGAN TATA LETAK AREA PRODUKSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ARC PADA CV GADING PUTIH DI
SEMARANG. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1.
Putri, dkk., A. R. (2015). PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS
PADA UKM SAMIDI GLASS AND CRAFT. Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
Qoriyana, dkk. (2014). Perancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi Pada CV. Visa
Insan Madani. Jurnal Online Institute Teknoogi Nasional. Vol. 01, No .03. ISSN:
2338-5081.
Sunderesh, H. (1997). Facilities Design. PWS Publising Company.
Wahyudi. (2010). Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Di CV. Dimas Rotan
Gatak Sukoharjo. Surakarta : Teknik Industri UMS.
Wignjosoebroto, S. (2009). Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan Edisi 3.
Surabaya: ITS.
Apple, J.M. (1990). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Institut
Teknologi Bandung.
Sutalaksana, Iftikar Z. ( 1997 ). Teknik Tata Cara Kerja. Penerbit Institut Teknologi.
Bandung, Bandung. Widnjosoebroto, Sritomo.
Iskandar, dkk., (2017) Perancangan Tata Letak Fasilitas Ulang (Relayout) Untuk
Produksi Truk Di Gedung Commercial Vehicle (CV) PT. Mercedes-benz
Indonesia. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu
Buana

Anda mungkin juga menyukai