Anda di halaman 1dari 70

ANALISA PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN AIR TERHADAP

OIL LOSSES AMPAS PRESS DAN KADAR AIR CPO PADA STASIUN
SCREW PRESS DENGAN METODE LINIER BERGANDA
DI PT. EASTERN SUMATRA INDONESIA BUKIT MARADJA
KOTA PEMATANG SIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan S-1 Program Studi
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara

OLEH:
ELLAWATI SITANGGANG

71200914049

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga proposal skripsi berjudul “
Anallisa Pengaruh Variasi Penambahan Air Terhadap Oil Losses Ampas
Press dan Kadar Air CPO Pada Stasiun Screw Press dengan Metode Linier
Berganda Di PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan proposal skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mencapai
derajat Strata 1 (S1) pada program studi Teknik Industi di Universitas Islam
Sumatera Utara.
Dalam Penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua tersayang yaitu Bapak Alm. Darjo Nius Sitanggang dan Ibu Linda
Simatupang yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materi, doa,
dan kasih sayang. Kepada saudara laki-laki penulis yaitu Lomri Niu Sitanggang
dan Rido Anju Sitanggang dan kakak perempuan penulis yang selalu memberi
dukungan baik secara moral maupun materi, dan doa bagi penulis. Dan kepada
seluruh keluarga penulis yang telah memberi doa dan dukungan.
2. Ibu Mahrani Arfa ST, M.MT Selaku Kepala Prodi Teknik Industri Universitas
Islam Sumatera Utara
3. Bapak Ir. Abdurrozzaq Hasibuan, MT selaku dosen Pembimbing I penulis yang
telah memberikan pengarahan serta dukungan dalam penyelesaian Proposal
skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan membalas semua
kebaikan yang telah diberikan.
4. Ibu Wirda Novarika AK, ST, MM selaku Pembimbing II penulis yang telah
memberikan pengarahan serta dukungan dalam penyelesaian karya akhir ini.
Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan membalas semua kebaikan
yang telah diberikan.

ii
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai pada Universitas Islam Sumatera
Utara.
6. Pihak Industri PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja yang telah
memberikan kesempatan penulis sehingga Karya Akhir ini dapat selesai dengan
baik.
7. Kepada teman seperjuangan Greace Sitio dan Bella Khairani yang selalu
membantu dalam mengerjakan proposal skripsi ini.
8. Semua rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan memberikan
banyak motivasi kepada penulis dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis juga menyadari dalam penulisan proposal skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga Proposal skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Medan, Januari 2021


Penulis

Ellawati Sitanggang
71200914049
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan
berapa volume penambahan air secara optimum yang digunakan sebagai air
pengencer terhadap persen oil losses dan kadar air pada pabrik kelapa sawit. Hasil
perhitungan variasi penambahan air terhadap persen oil losses dan kadar air yang
dilakukan di PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar. Data dikumpulkan dengan metode sampling kelapangan dengan jumlah
data 12 yang dianalisis dengan metode regresi linier berganda pada SPSS 21.
Variasi jumlah air yang ditambahkan ialah 0 ton/jam; 0,6 ton/jam; 0,9 ton/jam; 1,3
ton/jam; 1,6 ton/jam; 1,9 ton/jam; 2,2 ton/jam; 2,5 ton/jam; 2,7 ton/jam; 2,9
ton/jam; 3,1 ton/jam; dan 3,4 ton/jam. Berdasarkan hasil perhitungan antara
variasi penambahan air terhadap persen oil losses dan kadar air diperoleh jumlah
penambahan air optimum adalah 2,9 ton/jam dengan kadar oil losses ialah 2,1%
dan kadar air ialah 2,92% . Dari hasil analisa data diperoleh bahwa
pengaruh penambahan air di unit screw press berbanding lurus terhadap
kenaikan kadar air dan berbanding terbalik terhadap persen oil losses pada CPO
yang dihasilkan.

Kata-kata kunci: Regresi Linier Berganda, Kadar Air, Persen Oil Losses, Jumlah
Air.
ABSTRACT

This research is a quantitative study that aims to determine the optimum volume of
addition of water used as water diluent to the percent oil losses and water content
in the palm oil mill. The results of the calculation of variations in the addition of
water to the percent oil losses and water content carried out at PT. Eastern Sumatra
Indonesia Bukit Maradja City Pematang Siantar. Data were collected by field
sampling method with a total of 12 data which were analyzed by multiple linear
regression method on SPSS 21. The variation in the amount of water added was 0
tons/hour; 0.6 ton/hour; 0.9 ton/hour; 1.3 tons/hour; 1.6 tons/hour; 1.9 tons/hour;
2.2 tons/hour; 2.5 tons/hour; 2.7 tons/hour; 2.9 tons/hour; 3.1 ton/hour; and 3.4
tons/hour. Based on the results of calculations between variations in the addition
of water to the percent oil losses and water content, the optimum amount of
additional water is 2.9 tons/hour with the oil losses content is 2.1% and the water
content is 2.92%. From the results of data analysis, it is found that the effect of
adding water in the screw press unit is directly proportional to the increase in water
content and inversely proportional to the percent oil losses in the resulting CPO.

Key words: Multiple Linear Regression, Moisture Content, Percent Oil Losses,
Total Water.

v
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………… i
Lembar Pengesahan…………………………………………………………. ii
Kata Pengantar………………………………………………………………. v
Abstrak………………………………………………………………………. vii
Daftar Isi……………………………………………………………………... ix
Daftar Tabel…………………………………………………………………. xi
Daftar Gambar………………………………………………………………. xii
Daftar Lampiran……………………………………………………………... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... I-1


1.1 Latar Belakang .................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... I-3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... I-3
1.3.1 Tujuan Penelitian…………………………………… I-3
1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………….. I-4
1.4 Batasan Masalah …………………………………………. I-4
1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………. I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. II-1


2.1 Kelapa Sawit ....................................................................... II-1
2.1.1 Rendemen Minyak Kelapa Sawit…………………... II-2
2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit ………………………… II-2
2.3 Proses Pengepresan ………………………………………. II-10
2.4 Penammbahan Air Panas (Pengenceran) ………………… II-12
2.5 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit……………………… II-14
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Minyak yang
Terikut pada Ampas……………………………………… II-15
2.7 Ekstraksi Minyak…………………………………………. II-16
2.8 Analisis Regresi Linier Berganda………………………… II-16
2.8.1 Asumsi Klasik……………………………………… II-17
2.8.2 Penentuan Persamaan Regresi……………………… II-17
2.8.3 Uji Kelayakan Model………………………………. II-19

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... III-1


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………...……. III-1
3.2 Langkah Penenelitian………………………………………. III-1
3.3 Metode Pengumpulan Data……………………………........ III-1
3.4 Pengolahan Data.................................................................... III-2
3.5 Analisa dan Evaluasi……………………………………….. III-3

ix
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA…………… IV-1
4.1 Pengumpulan Data…………………………………………. IV-1
4.1.1 Data Untuk Menghitung Oil Losses pada Ampas Press. IV-1
4.1.2 Data Untuk Menghitung Kadar Air………………….. IV-2
4.2 Pengolahan Data…………………………………………… IV-2
4.2.1 Data Untuk Menghitung Oil Losses pada Ampas Press. IV-2
4.2.2 Perhitungan Kadar Air……………………………….. IV-3
4.3 Analisa Regresi Linier Berganda…………………………... IV-4
4.3.1 Analisa Regresi Linier Berganda pada Kadar Minyak
(Oil Losses) dengan Aplikasi SPSS 21………………. IV-4
4.3.2 Analisa Regresi Linier Berganda pada Kadar Air
dengan Aplikasi SPSS 21……………………………. IV-4

BAB V ANALISA DAN EVALUASI………………………………….. V-1


5.1 Analisa Data………………………………………………… V-1
5.1.1 Kehilangan Minak(Oil Losses) pada Ampas Press…... V-1
5.1.2 Kadar Air pada CPO……………………………..…... V-1
5.2 Evaluasi Data……………………………………………….. V-8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… VI-1


6.1 Kesimpulan…………………………………………………. VI-1
6.2 Saran……………………………………………………….. VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tanaman Buah Kelapa Sawit .................................. II-2


Tabel 2.2 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit.......................................... II-14
Tabel 4.1 Data Perhitungan Kadar Minyak Dalam Sampel Hasil
Pengepresan Menggunakan Air Panas ........................................ IV-1

Tabel 4.2 Data Perhitungan Kadar Air Dalam Sampel Hasil


Pengepresan Menggunakan Air Panas ........................................ IV-2

Tabel 4.3 Tabulasi Hasil Perhitungan ......................................................... IV-3


Tabel 4.4 Data Input Analisa Oil Losses pada SPSS 21 ............................. IV-4
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ........................................ IV-5
Tabel 4.6 Uji Multikolineritas..................................................................... IV-5
Tabel 4.7 Coefficients ................................................................................. IV-6
Tabel 4.8 Uji Anova .................................................................................... IV-7
Tabel 4.9 Model Summary .......................................................................... IV-8
Tabel 4.10 Data Input Analisa Kadar Air pada SPSS 21 .............................. IV-8
Tabel 4.11 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ........................................ IV-9
Tabel 4.12 Uji Multikolineritas..................................................................... IV-9
Tabel 4.13 Coefficients ................................................................................. IV-10
Tabel 4.14 Uji Anova .................................................................................... IV-11
Tabel 4.15 Model Summary ......................................................................... IV-12
Tabel 5.1 Hasil Analisa Oil Losses pada Ampas Press ............................... V-1
Tabel 5.2 Hasil Analisa Kadar Air Pada CPO ............................................ V-5
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Oil Losses dan Kadar Air .............................. V-8

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sterilizer……………………………………………………….. II-3


Gambar 2.2 Thresher……………………………………………………….. II-5
Gambar 2.3 Digester………………………………………………………... II-7
Gambar 2.4 Screw Press……………………………………………………. III-2
Gambar 3.1 Langkah-langkah Analisa Kadar Minyak……………………... III-3
Gambar 3.2 Langkah-langkah Analisa Kadar Air…..……………………... II-11
Gambar 4.1 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Oil Losses………………….. IV-6
Gambar 4.2 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Kadar Air………………….. IV-10
Gambar 5.1 Diagram Scatter Hubungan Julah Penambahan Air Vs Oil
Losses dan Kadar Air…………………………………………. V-9

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Flow Materian Balance PT. Eastern Sumatra Indonnesia……… 1


Lampiran 2 Tabel Distribusi-T……………………………………………… 2
Lampiran 3 Tabel Distribusi-F……………………………………………… 3
Lampiran 3 Denah PMKS Tanah Datar PT. Eastern Sumatra Indonnesia….. 4

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik kelapa sawit (PKS) saat ini sedang menuju perkembangan yang
baik, usaha perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya diperkirakan
semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan semakin majunya teknologi,
pemanfaatannya kelapa sawit semakin beragam. Oleh karenanya, peluang industri
pengolahan kelapa sawit (PKS) sangat menjanjikan, baik untuk memenuhi pasar
dalam maupun luar negri. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit
sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non-pangan seperti
kosmetik dan farmasi. (Naibaho, 2016)
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat di peroleh
ialah minyak sawit mentah CPO, minyak inti sawit, serabut, cangkang dan tandan
kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan
yang produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti
kondisi dan iklim.
Pabrik pengolahan kelapa sawit terdiri dari unit-unit pengolahan yang
saling berkaitan dan dilakukan secara bertahap. Apabila salah satu dari unit-unit
mengalami masalah, maka unit pengolahan lainnya juga mengalami masalah yang
disebut stagnasi, sehingga kapasitas pabrik tidak tercapai.
Salah satu proses pengolahan CPO adalah proses pengepresan
menggunakan (screw press) yang bertujuan memisahkan minyak dengan mudah
dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya. Pada pabrik kelapa sawit
umunya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan
minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw
mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang
Berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada
di dalam sebuah selubung baja yang yang disebut press cage, dimana dindingnya
berlubang-lubang diseluruh permukaanya. Dengan demikian, minyak dari bubur .

I-1
I-2

buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan
ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Pahan,
2012:228)
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam
screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur
buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka
akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses
pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air
panas berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar
90oC. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%
minyak, 42% air, dan 8% zat padat. (Pahan, 2012)
Berikut penelitian yang dilakukan tentang oil losses, Putra Rizky Zakaria
menyatakan tingginya kehilangan minyak yang terdapat pada proses pengepresan
ini merupakan salah satu penyebab kurangnya mutu CPO yang dihasilkan, maka
dengan perbaikan terus menerus pada mesin digester screw press akan
mengurangi kehilangan minyak di stasiun pengepressan.
Pada proses pengepresan diusahaakan agar minyak yang terikut pada
ampas sedikit mungkin. Hal ini dapat diketahui dari persentase kehilangan minyak
pada ampas hasil press yang dilakukan di laboratorium dan dapat diketahui
apakah persentase kehilangan minyak tersebut masih dalam batas standar yang
ditentukan oleh perusahaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan
minyak pada stasiun pengempaan yaitu, screw press yang telah aus, alat pengukur
tekanan yang tidak standar lagi, penggunaan tekanan yang tidak tepat, waktu dan
kondisi perebusan, tingkat kematangan buah, dan jumlah air panas.
Apabila kehilangan minyak ampas hasil press telah di atas normal maka
alat screw press sudah tidak efektif serta jumlah air pengencer yang dipergunakan
sudah tidak seefisien yang diinginkan. Oleh karena itu untuk menekan kehilangan
minyak sekecil mungin sesuai dengan standar yang diizinkan perusahaan, maka
keadaan air panas dan pengoperasian screw press harus diperhatikan sebaik
mungkin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi oil losses pada screw press adalah
jumlah air panas. Dimana jumlah air panas mempengaruhi kehilangan minyak
I-3

yang masih terdapat di dalam ampas. Pada ampas masih diperoleh jumlah kadar
minyak, Sehubungan dengan faktor yang menyebabkan kehilangan minyak
tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari mengenai kehilangan
minyak tersebut karena masalah kehilangan minyak merupakan suatu kerugian
bagi perusahaan. PT. Eastern Sumatra Indonesia adalah salah satu perusahaan
pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 30 ton/jam dimana pabrik tersebut
menggunakan air panas sebagai air delusi di stasiun screw press. Maka penulis
tertarik untuk mengambil judul sebagai berikut: “Analisa Pengaruh Variasi
Penambahan Air Terhadap Oil Losses Ampas Press dan Kadar Air CPO
pada Stasiun Srew Press dengan Metode Linier Berganda di PT. Eastern
Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang Siantar”

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Bagaimana cara untuk mengurangi oil losses dalam ampas press?
2. Berapakah jumlah penambahan air panas dan suhu yang optimum supaya
meminimalkan oil losses pada ampas press namun tidak merusak kualitas
kadar air pada CPO?
3. Bagaimana hubungan penambahan air panas dan suhu terhadap oil losses dan
kadar air pada minyak yang dihasilkan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Menentukan cara untuk mengurangi oil losses dalam ampas press di PT.
Eastern Sumatra Indonesia Kota Pematang Siantar.
2. Menentukan berapakah jumlah penambahan air panas dan suhu yang
optimum supaya meminimalkan oil losses pada ampas press namun tidak
merusak kualitas kadar air pada CPO di PT. Eastern Sumatra Indonesia Kota
Pematang Siantar.
I-4

3. Menentukan hubungan penambahan air panas dan suhu terhadap oil losses
dan kadar air pada minyak yang dihasilkan di PT. Eastern Sumatra Indonesia
Kota Pematang Siantar.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat adanya penelitian ini diharapkan dapat dapat membawa manfaat


sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan didalam tugas akhir ini dapat menambah
pengetahuan dan memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh
penambahan air panas dan suhu terhadap oil losses pada ampas press dan
kadar air pada CPO di PT. Easter Sumatra Indonesai Bukit Maradja Kota
Pematang Siantar.
2. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan tersebut diharapkan mampu
memberikan masukan berupa jumlah optimum penggunaan air panas
sebagai pengencer dan suhu yang optimum dimana hal tersebut akan
mengurangi oil losses namun tidak melebihi ambang batas kadar air yang
ditetapkan perusahaan.
3. Semoga menambah wawasan dan bahan masukan bagi penulis dan para
pihak lainnya dalam menentukan jumlah optimum penambahan air sebagai
air pengencer pada pengolahan pabrik kelapa sawit..
4. Bagi pembaca sebagai referensi untuk membahas pengaruh variasi volume
penambahan air terhadap oil losses ampas press dan kadar air CPO secara
mendalam.
1.4. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup yang dibatasi dalam masalah adalah :


1. Objek penelitian dilakukan hanya pada ampas press yang keluar dari mesin
screw press dan CPO pada COT.
2. Analisa dilakukan hanya untuk mengetahui kadar minyak yang masih
tertinggal pada ampas press dan kadar air pada CPO setelah penambahan air
panas dengan memperhatikan suhu air panas.
3. Metode yang digunakan ialah regresi linier berganda.
I-5

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan secara garis besar batas dan luasnya penelitian,


maka berikut ini diberikan suatu gambaran ringkas tentang sistematika penulisan.
Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, serta
sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menguraikan tentang beberapa teori mengenai proses produksi
kelapa sawit dan bagaimana proses penambahan air pengencer pada
proses pengepresan di stasiun screw press yang melandasi penelitian,
baik yang berhubungan dengan penganalisaan dan penjabaran konsep-
konsep dalam pengolahan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menguraikan tentang bagaimana cara yang akan digunakan
dalam memecahkan masalah yang terdiri dari jenis penelitian, variable
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
pengelolahan serta teknik analisis data.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Bab ini menguraikan tentang pengumpulan data yang diperoleh dan
yang diperlukan dalam pemecahan masalah serta pembahasan tentang
hasil-hasil analisa dari data yang diperoleh di tempat penelitian.

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

Bab ini menguraikan tentang analisa dan evaluasi tentang analisa


pengendalian kadar minyak dalam ampas press pada stasiun
pengepresan (screw press) dan kadar minyak pada CPO dengan
memperhatikan suhu air panas yang ditambahkan dengan metode
analisa linier berganda menggunakan aplikasi SPSS 16.0.
I-6

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan-kesimpulan yang merupakan


pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan
berisi tentang saran-saran untuk perusahaan dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Hasil dari minyak kelapa sawit menjadikan komoditi ini sebagai sumber
devisa bagi Negara Indonesia daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang
sesuai sekitar 150 LU- 150 LS. Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang
baik berkisar antara 0-500 m dpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan
sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman

kelapa sawit sekitar 29 - 30 0C. Intensitas penyinaran matahari yang baik tanaman
kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari. Kelembapan optimum yang ideal sekitar 80-90
% untuk pertumbuhan tanaman. (Pahan, 2012)
Tanaman kelapa sawit baru dapat diproduksi setelah berumur sekitar 30
bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah
segar (TBS). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14
tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit
dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,
tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000 brondolan
dengan berat brondolan berkisar 10-20 g. (Pahan, 2012)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak goreng, minyak industri maupun bahan bakar (biodiesel). Buah
sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung
bibit yang digunakan.
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan guna
memudahkan dalam mengindentifikasi secara ilmiah. Tanaman sawit
diklasifikasikan sebagai berikut :

II-1
II-2

Tabel .2.1 Klasifikasi Tanaman Buah Kelapa Sawit


Klasifikasi Nama lain
Subdivisi Pteropsida
Kelas Angiospermae
Subkelas Monocotyledoneae
Divisi Tracheophyita
Ordo Palmales s
Famili Arecaceae
Subfamili Cocoideae
Genus Elaeis
Spesies E. quineensis
E. oleifera
E. odora
Sumber : (Sibuea, 2014)

2.1.1. Rendemen Minyak Kelapa Sawit


Rendemen minyak adalah persentase minyak dalam tandan buah yang
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain pengolahan, terutama yang
mempengaruhi adalah tipe buah dan teknik pemanenan. Rendemen minyak di
pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat kematangan tandan buah.
Penilaian mutu panen di lakukan dengan menentukan persentasi tandan
yang termasuk dalam fraksi kematangan tertentu. Derajat kematangan ditentukan
berdasarkan jumlah buah luar yang membrondol. (Naibaho, 2016)

2.2. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

1. Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke
pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar
(berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh
berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang
digunakan PKS berkapasitas 30-40 ton.
Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara mekanis maupun elektronis.
Truk yang keluar-masuk ke jembatan timbang harus berjalaan perlahan-lahan
sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap
beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada ditengah agar
beban yang di pikul merata.(Pahan, 2012)
II-3

2. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya di
bongkar di Loading Ramp dengan menuang (dump) Kotoran yang jatuh
melalui kisi-kisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam
penampungannya. Loading Ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang
digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisiaan TBS
kedalam lori untuk proses. (Pahan, 2012)

Loading Ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-


kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450. Kisi-kisi tersebut
berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah
yang terikut dalam TBS. Selanjutnya setiap lori dapat dimuat dengan 2,50-
2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50 ton TBS (lori besar). (Pahan, 2012)

3. Perebusan (Sterilizer)
Sterilizer merupakan suatu bejana bertekanan tinggi yang digunakan
untuk proses perebusan TBS. Sterilizer yang dikenal terdiri dari dua tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe Horizontal. Pada gambar 2.1 dapat dilihat jenis
sterilizer tipe horizontal.

Sumber : Buku Laporan PT. Eastern Sumatra Indonesia

Gambar 2.1 Sterilizer

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan


cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik
hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya
yaitu bejana tekanan horizintal yang bisa menampung lori per unit (25-27
II-4

TBS). Dalam proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga


puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.

Setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitas


yang baik, tingkat kesamaan yang rendah, dan minyak yang mudah
dipucatkan (Bleaching). Proses perebusan sangat menentukan kualitas
hasil pengolahan pabrik kelapa sawit. Tujuan dari proses perebusan
tandan buah segar yaitu untuk menghentikan perkembangan Asam
Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). (Pahan, 2012)

Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim


menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut

sebenarnya cukup dengan perebusan hingga temperatur 50oC selama


beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya,
perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.
Memudahkan pemipilan untuk melepaskan brondolan dari tandan.
(Pahan, 2012: 224).

Secara manual, sebenarnya cukup dengan merebus dalam air


mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karena diperlukan uap
jenuh bertekanan agar diperoleh temperatur yang semestinya di bagian
dalam tandan buah. (Pahan, 2012)

4. Pemipilan (Thresher)
Thresher adalah mesin yang digunakan di pabrik pengolahan kelapa
sawit yang fungsinya untuk melepaskan buah (brondolan). Pada gambar 2.2
dapat dilihat bentuk alat thresher.
II-5

Sumber : Buku Laporan PT. Eastern Sumatra Indonesia


Gambar 2.2 Thresher

TBS terikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan
dituangkan ke alat pemipilan (Thresher) dengan bantuan hoisting crane atau
transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada
sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-
banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandanya. Pada
bagian dalam dari pemipil , dipasang batang-batang besi perantara sehingga
membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil.

Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh
sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing.
Sementara, tandan (janjang) kosong yang keluar dari bagian belakang
pemipil ditampung oleh elevator.

Kemudian, hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk


janjang kosong dan jika masih berlebih diteruskan incinerator untuk dibakar
dan dijadikan pupuk abu janjang. (Pahan, 2012)

5. Pengempaan
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari pericarp
(daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan
dalam digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( screw
press). Massa hasil proses hasil pengadukan dan digester masuk kedalam ulir
yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan, minyak kasar
(Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung
II-6

pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, Pada proses
pengempaan dilakukan penyemprotan dengan dilution agar minyak kasar yang
keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) sehingga pori-pori
silinder tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan dengan satu pipa
berlubang yang dipasang pada screw press.
Buah yang telah melewati stasiun Threser pada proses pemipilan,
mengandung kelopak, spliket, dan sampah lainnya. Keluaran proses pemipilan
diangkut melalui elevator dari stasiun pemipilan kedalam digester. Buah terdiri
dari perikap, cangkang dan inti. Pada perikap ditemukan minyak sawit yang
didominasi oleh palmitat, sedangkan pada inti sawit ditemukan laurat. Oleh
sebab itu pada proses pengolahan kedua jenis sumber ini perlu dipisahkan,
yaitu pertama-tama memisahkan perikap yang mengandung minyak.

Perikap memiliki tebal 2 – 8 mm tergantung pada jenis kelapa sawit, yang


mengandung sejumlah besar kantong- kantong minyak dan satu dengan yang
lain terikat dan membuat satu rangkaian serat yang keras dan panjang kuat
yang didukung oleh semen intraseluler. Semen intraseluler tersebut adalah
paktin yang berperan mengikat satu sel dengan sel lain.
Stasiun pengempaan terdiri dari 2 bagian yaitu : 1) Digester dan 2) Screw
press.
1. Digester
Digester adalah bagian yang dilengkapi dengan alat perajang dan
pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa dalam
screw press.
Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk
melumatkan dan menekan buah sehingga terjadi pelepasan periskap dan
biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester dapat
mempengaruhi losis minyak. Digester yang penuh akan memperlama
proses pengadukan, namun volume digester yang penuh akan
menghasilkan pemisahan minyak yang lebih sempurna hal ini dikarenakan
tekanan di dalam digester dibantu dengan tekanan volume buah yang
terdapat didalam. Pada gambar 2.3 dapat dilihat bentuk digester.
II-7

Sumber : Buku Laporan PT. Eastern Sumatra Indonesia

Gambar 2.3. Digester

Alat pengempaan yang biasa digunakan dilingkungan PKS


perkebunan besar berupa screwpress dengan kapasitas olah 15-17 ton
TBS per jam per unit dengan putaran screw 11-12 rpm. Lubang-lubang
dinding press cage dibatasi maksimum 4 mm agar minyak yang
dihasilkan tidak banyak kotoran. Celah antara sliding cone press cage
dibatasi maksimum 6 mm agar kehilangan minyak yang terbawa oleh
ampas bisa ditekan serendah mungkin. (Pahan, 2012)

Proses pengempaan adalah proses pemisahan dengan tujuan untuk


memisahkan serabut, biji dari minyak dan memeras minyak sebanyak
mungkin dan untuk memudahkan pemisahan serabut dan biji pada proses
pemisah ampas dan biji. Hasil proses pengempaan adalah berupa minyak
kasar kelapa sawit, yang diperoleh sebelum masuk ketangki minyak kasar
terlebih dahulu disaring dengan saringan getar.(Fernandus, 2019)
Di dalam digester terdapat beberapa jenis pisau yakni long arm, short
arm, dan eksepler arm. Pisau ini berfungsi sebagai alat pengaduk di dalam
digester yang bertujuan untuk :
1. Mencegah terjadinya penumpukan dalam digester sehingga lebih
mudah bergerak terutama ke dalam alat kempa (press).
2. Meratakan suhu buah yang terdapat dalam digester.
3. Untuk melumatkan buah sehingga mempermudah proses pemerasan
buah.
II-8

4. Membantu pengutipan minyak dari sel minyak yang pecah pada saat
pelumatan buah.
Dalam pengadukan di dalam digester terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yakni :
1. Frekuensi pengadukan yang lebih tinggi akan menyebabkan kurang
memberikan nilai positif, karena terjadi pembuangan energy.
2. Jumlah pisau pengaduk yang lebih banyak akan menyebabkan pelumatan
yang berlebihan sehingga terjadi penggenangan minyak di dasar screw
press tentu ini akan memperkecil gaya gesekan buah dengan pisau dan
penambahan jumlah pasang pisau akan menambah bering dan urang
ekonomis. Jumlah pisau yang sesuai ialah empat pasang dengan
kedudukan berselang antara satu pasang dengan kedudukan berselang
antara satu pasang dengan pasang berikutnya.
3. Bentuk pisau dibuat sedemikian rupa yaitu dapat mengangkat dan
menekan buah dengan cara menyapu. Pisau pengaduk mudah mengalami
korosi oleh kandungan asam pada minyak, maka pisau dibuat dari mangan
silicon.
4. Berdasarkan hasil percobaan bahwa putaran yang lebih tinggi akan
menyebabkan genangan minyak dalam alat yang akan mempersulit
pengadukan dan juga sama halnya dengan jumlah pisau yang diperbanyak,
oleh sebab itu dianjurkan agar putaran yang ditetapkan ialah 20 rpm.
(Naibaho, 2016)

2. Screw press
Pengempaan dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah.
Alat ini terdiri dari sebuah silinder berlubang yang di dalamnya terdapat dua
buah ulir yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh dua buah
konus yang berada pada bagian ujung pengempaan yang dapat digerakkan
maju mundur. Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak
dilakukan injeksi dengan penambhaan air panas (air delusi). (Fernandus, 2019)

Pengempaan merupakan ekstraksi minyak dengan mekanis, selain screw press,


hydraulic press juga merupakan alat yang dapat digunakan untuk
II-9

mengekstraksi minyak sawit. Selain mekanik proses ekstraksi minyak juga


dapat delakukan menggunakan oelarut tertentu yang disebut dengan solvent
extratie. Ekstraksi menggunakan pelarut menghasilkan rendemen yang tinggi
akan tetapi minyak akan menghasilkan zar warna seperti Chloropyl,
Xanthophyl dan zat warna lainnya, yang sulit dihilangkan dalam proses
pemucatan, maka minyak yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan
industry pengolahan minyak. Dan juga pada proses ekstraksi akan banyak
menghilangkan pelarut sehingga dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu yang
dikembangkan adalah ekstraksi minyak secara mekanik yang disebut kempa.

Alat kempa mekanik screw press untuk mengekstraksi minyak sawit lebih
banyak digunakan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dibanding dengan
penggunaan alat kempa hydraulic. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang
rumit.

Adapun hal-hal yang akan terjadi pada saat pengoperasiaan alat kempa
hydraulic pada srew press ialah, sebagai berikut:

a) Membutuhkan ongkos perawatan yang tinggi.


b) Banyak biji yang pecah, terutama biji yang pecah, terutama biji yang terdiri
dari cangkang tipis.
c) Minyak yang keluar dari screw press lebih banyak mengandung padatan yang
terdiri dari serat, pasir, dan lumpur sehingga minyak yang keluar lebih pekat,
dan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak (Naibaho, 2016).
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press
pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu
90-95 0C sebanyak 15- 20 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude
oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh
minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke
alat cake breaker conveyor untuk dipisahkan antara biji dan serat. (Sampidar,
2011)
II-10

3. Pemurniaan
Tahap selanjutnya, minyak dimasukkan ke dalam tangki klarifikasi.
Prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah
melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga
campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini, dihasilkan
2 jenis bahan yaitu crude oil dan sludge. Minyak kasar yang dihasilkan
kemudian ditampung sementara didalam oil tank. Minyak kemudian
dimurnikan menggunakan purifier tujuannya untuk mengurangi kadar
kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas
perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal. (Pardamean,
2011)

Sludge yang dihasilkan dari crafier tank kemudian dialirkan kedalam


decanter. Didalam alat ini terjadi light phase, heavy phase dan solid. light
phase yang dihasilkan kemudian dialirkan kembali kedalam crude oil tank,
sedangkan heavy phase akan ditampung dalam bak tampungan (fat fit)
sludge yang dihasilkan dari clarifier tank kemudian dialirkan ke dalam
decanter. Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi pupuk
atau bahan penimbun. Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung
air. Untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum
dryer. Disini, minyak disemprot menggunakan noozle sehingga campuran
minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan
air dalam minyak. Minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air
akan turun kebawah dan kemudian di alirkan ke storage tank . (Pardamean,
2011)

4. Penyimpanan
CPO yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam storage tank (tangki
timbun). Suhu simpan dalam storage tank dipertahankan antara 45 -50 0C.
Tujuannya agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai waktu
pengiriman. (Pardamean, 2011)
II-11

2.3. Proses Pengepresan

Screw Press adalah mesin yang melanjutkan proses pemisahan minyak


digester yang terdiri dari double screw yang membawa massa press keluar dan
diaplikasikan tekanan yang berasal dari hydrolic double cone. Worm Screw
Press adalah salah satu komponen utama mesin pengekstraksi minyak mentah
kelapa sawit (Crude Palm Oil). PKS pada umumnya mengolah bahan baku
berupa tandan buah segar (TBS) menjadi mnyak kelapa sawit CPO (Crude
Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Pada gambar 2.4 daat dilihat bentuk screw
press.

Sumber : Buku Laporan PT. Eastern Sumatra Indonesia

Gambar 2.4. Screw Press


Mekanisme Screw Press ialah masuknya adonan ke sylinder press dan
mengisi worm, volume setiap space worm berbeda semakin mengarah keujung
as screw volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan
menyebabkan minyak terperas dan kenyataanya saat ini alat kempa yang
dijumpai di pabrik umunya terdiri dari Screw Press.Tujuan dari proses
pegempaan adalah untuk memeras minyak sebanyak mungkin dari massa
remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil mungkin.

Menurut Geovani Orlando (2012), Fungsi dari Screw Press adalah untuk
memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Buah-buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau yang melempar dimasukkan ke dalam feed screw
II-12

conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa (Screw Press).


Oleh adanya tekanan Screw Press yang di tahan oleh cone, massa tersebut
diperas sehingga melalui lubang-lubang press cage minyak dipisahkan dari
serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun clarifikasi, sedangkan
ampas pressan biji masuk ke stasiun kernel.

Cara yang paling umum dipakai untuk mengekstraksi minyak kasar dari buah
kelapa sawit yang telah mengalami pelumatan adalah dengan menggunakan
pengempaan pressing. Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan
yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral screw dengan
susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Sawit yang telah dilumatkan
akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga buah sawit
menjadi terperas. Untuk lebih jelas mengenai alat Screw Press. Pressan
merupakan pengumpanan terhadap berondolan yang telah dilumatkan dalam
digester untuk mengeluarkan minyak kasar (crude oil) dari massa adukan pada
tekanan hidrolik pada akumulator 40 – 50 bar (sesuai dengan kemasakan buah).
Proses ini menghasilkan minyak kasar (crude oil), fiber dan nut atau biji. Minyak
yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke press silinder. Fiber
dan nut hasil pengepressan diteruskan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk
diolah di pabrik biji. (Hasballah & Siahaan, 2018)
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam
Screw Press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa
bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat
maka akan menghasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan
proses pemisahan sehingga potensi kehilangan minyak tinggi. (Naibaho, 2016)
Menurut Hasballah, (2018).. Di dalam proses pengempaan, bubur buah yang
telah lumat akan diperas dari ampas secara padat dari segala arah serta mendapat
gaya perlawanan hidrolik. Putaran screw juga akan membawa ampas keluar dari
pressan menuju Cake Breaker Conveyor untuk proses selanjutnya.
II-13

2.4. Penambahan Air Panas (Pengenceran)


Air panas yang diberikan pada alat Screw Press tergantung pada jenis alat.
Pemberian air panas dilakukan dengan cara menyiram cake dalam press dari
atas bagian tengah dan atau di chute Screw Press. Jumlah air panas yang
diberikan tergantung pada suhu air panas, semakin tinggi suhu air panas maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Jumlah air panas yang diberikan
menurut hasil percobaan pada beberapa alat Screw Press yaitu 50-75% terhadap
kandungan minyak dalam adonan tersebut. Misalnya jika rendemen minyak 22%
dengan kapasitas Screw Press 10 ton TBS/jam maka air panas yang

disemprotkan sebanyak 1,1-1,65 M3 .(Naibaho, 2016)


Air pengencer yang diberikan pada alat Screw Press tergantung dari alat
Screw Press. Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake
yang berada pada press dari atas atau dari chute Screw Press. Jumlah air
pengencer yang diberikan tergantung pada suhu air tersebut semakin tinggi suhu
pengencer semakin sedikit dan sebaliknya jika suhu air pengencer rendah maka air
yang digunakan harus dalam jumlah yang besar dan dapat menimbulkan masalah
terhadap proses berikutnya.
Masalah yang terjadi antara lain:
1. Pemisahan serabut yang lebih sulit yang terjadi di cake breaker conveyor
(CBC).
2. Menurunnya kalor bakar yang terjadi di stasiun boiler yang disebabkan
tingginya kadar air pada serat yang menjadi bahan bakar boiler.
3. Mempengaruhi kualitas nut yang terdapat dalam silo nut.
4. Penurunan kapasitas screw press akibat penambahan air yang terlalu banyak.

Suhu air yang terdapat dalam tangki air panas tidak tercapai maka dilakukan
pemberian panas langsung kedalam kempa air, cara ini tidak dibenarkan karena
akan terjadi kerusakan minyak yakni derajat pemucatan yang jelek.(Naibaho,
2016)
II-14

Air panas yang diberikan kedalam cairan bermanfat :

1. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang dimiliki BJ >1,0


akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki <1,0 akan
mengapung.
2. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak
berdasarkan polaritas.
3. Untuk memisahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus dan
sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi
emulsifier yang terdapat dalam minyak.
Pemberian air panas yang terlalu banyak, banyak berakibat terhadap :
1). Kandungan air cake
Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :
a. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC) hal ini
sering mengakibatkan beban CBC yang terlalu berat.
b. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakar nya akan semakin
menurun yang dapat memperkecil kapasitas dari efisiensi boiler.
c. Pemecahan biji yang berkadar air tinggi dalam silo biji akan dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

2). Penurunan kapasitas Screw Press akibat bertambahnya kandungan air dan
kecepatan gerak cake dalam worm.

2.5. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standart mutu adalah merupakan hal penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu, yaitu
kandungan air dan kotoran minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan
bilangan peroksida.

Faktor yang lain yang mempengaruhi standart mutu ialah titik cair dan
kandungan gliserida, refining Losis, plastisitas, DOBI, ketengikan dan kejernihan
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin ( maksimum 3 persen
II-15

atau kurang), bilangan peroksida dibawah 5,0, bebas dari warna merah dan kuning
( harus berwarna kuning) dengan DOBI 2,5 persen atau lebih, dan kandungan
logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Naibaho, 2016)

Tabel 2.2. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Parameter Standart (%)


ALB 3 Maks
Air 0,1 Maks
Minyak 80 Min
Kotoran 0,02 Maks
Bilangan Peroksida mek/kg 5,0 Maks
Bilangan Aniside mek/kg 5,0 Maks
DOBI 2,5 Maks
Bilangan Iod 51 Maks
Fe (besi) pmm 5 Maks
Cu (tembaga) pmm 0,3 Maks
o
Titik cair 39-41 C
Sumber : (Naibaho, 2016)

Standart mutu menurut Naibaho tahun 2016 yaitu:


1. Kadar Air
Air dalam minyaj hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena
proses alami sawaktu pembuatan dan akibat perlakuan di pabrik serta
penimbuanan. Prinsipnya air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan
dengan cara penguapan dalam alat pengering. (Naibaho, 2016)
2. Kadar Minyak
Kadar minyak/lemak yang terdapat dalam buah sawit dan inti dapat
dipisahkan sebagai fisik dan pada umumnya minyak tersebut masih
mengandung air. Prinsipnya penentuan kadar minyak dapat ditentukan
dengan cara ekstrak pelarut dengan menggunakan soxhlet. (Naibaho, 2016)

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Minyak yang Terikut


pada Ampas

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan minyak yang terikut


dalam ampas pada proses pengepresan adalah sebagai berikut:
II-16

1) Memanen buah terlalu cepat (buah masih mentah), dikarenakan oleh kadar
air pada buah mentah diatas optimum maka mengakibatkan sulitnya
daging buah terlepas dari biji pada pengadukan yang akan mempersulit
pada proses pengempaan.
2) Merebus buah dengan waktu yang terlalu cepat dan tekanan uapyang
dipergunakan rendah, maka akan menyebabkan buah yang kurang masak
dan minyak sulit diperas pada waktu pengepresan.
3) Merebus buah terlalu lama, mengakibatkan minyak pada serat telah
berkurang kadar air nya sehingga minyak sulit diperas pada waktu
pengepresan.
4) Pada waktu pengadukan di digester masih ada buah yang tidak terlepas
dari biji serta pengadukan tidak homogen, maka suhu dijaga agar tetap 90-
95o C agar didapat hasil pengadukan yang optimal.
5) Suhu pada waktu pengadukan yang terlalu tinggi.
6) Tekanan pada pengempaan yang terlalu kecil sehingga minyak terikut
pada ampas.
7) Alat pengukur tekanan yang tidak stabil.
8) Jumlah penambahan air panas pada proses pengepresan. (Berthauli, 2018)

2.7. Ekstraksi Minyak

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi sokletasi merupakan metode yang sangat
efektif untuk mengekstrak minyak karena hampir 99% minyak dalam sampel
dapat terekstrak. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah ekstraksi
sokletasi. Ekstraksi soklet adalah ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan
solven berupa cairan secara kontinu. Ekstraksi soklet disebut juga dengan
ekstraksi padat-cair. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu
perbedaan metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi akan berpengaruh terhadap
jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan. (Sahriawati & Daud,
2016)
Adapun mekanisme kerja ekstraksi soxhlet ini yaitu: pada sokletasi pelarut
pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan sehingga menguap.
II-17

Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan cell pendingin sehingga
mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi
bahan yang diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar
dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul
dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal pada labu
penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ulangan (recycling) pelarut dan
bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru. (Melwita, 2014)

2.8. Analisi Regresi Linier Berganda

Mendahului analisis regresi, dilakukan pengujian asumsi klasik yang


bertujuan untuk mengetahui dan meguji kelayakan atas model regresi yang
digunakan untuk penelitian ini.

2.8.1 Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual terdistribusi
secara normal menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan
terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 0,05 dan
sebaliknya.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi
(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya bebas dari
multikolineritas. Suatu model regresi yang bebas dari masalah
multikolineritas apabila mempunyai nilai toleransi dari 0,1 dan nilai VIF
lebih dari 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu jika nilai
signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas terhadap data yang
diuji.
II-18

2.8.2 Penentuan Persamaan Regresi


Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini antara lain Variasi
penggunaan air panas dan suhu, yang diuji pengaruhnya terhadap variabel kadar
minyak ampas kempa (MAK), kadar air CPO (KAC) Rumus persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
𝑌̂ = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2
Keterangan :
𝑌̂ = variabel terikat/ variabel terikat/ variabel yang dipengaruhi
𝑋 = variabel bebas/ variabel bebas/variabel yang mempengaruhi
𝑎 = konstanta/ intercept yaitu sifat bawaan dari variabel Y
𝑏𝑛 = parameter yang menunjukkan slope atau kemiringan garis regresi
Bila terdapat 2 variable bebas, yaitu X1 dan X2, maka bentuk persamaan
regresinya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2
Keadaan-keadaan bila nilai koefisien-koefisien regresi b1 dan b2 adalah :
bernilai 0, maka tidak ada pengaruh X1 dan X2 terhadap Y
bernilai negatif, maka terjadi hubungan yang berbalik arah antara variabel
bebas
X1 dan X2 dengan variabel tak bebas Y
bernilai positif, maka terjadi hubungan yang searah antara variabel bebas
X1 dan
X2 dengan variabel tak bebas Y
Konstanta a dan koefisien-koefisien regresi b1 dan b2 dapat dihitung
menggunakan rumus :
II-19

2.8.3 Uji Kelayakan Model


a. Uji Kehandalan Model (Uji F)
Uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang
diestimasi layak atau tidak. Apabila nilai probabilitas F hitung < alpha 0,05
(yang telah ditentukan) maka model regresi yang diestimasi layak atau
signifikan, sedangkan apabila nilai probabilitas F hitung > 0,05 maka model
regresi tidak layak atau tidak signifikan.
b. Uji Koefisien Regresi (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah parameter (koefisien regresi dan
konstanta) yang digunakan sudah tepat atau belum. Apabila nilai
probabilitas t hitung < alpha 0,05 (yang telah ditentukan) maka variabel
bebas (dari t hitung tersebut) berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya, sedangkan apabila nilai probabilitas t hitung > 0,05 maka
variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikatnya, dimana nilainya dapat diukur oleh nilai R
square atau Adjusted R- Square. (Alkindy et al., 2020)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKS PT. Eastern Sumatra Indonesia Kota


Pematang Siantar, secara sepesifik di Laboratorium PT. Eastern Sumatra
Indonesia Kota Pematang Siantar. Penelitian dilakukan pada Oktober 2021

3.2. Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

A. Tahapan Analisa Losses Ampas Press


Dilakukan analisa kadar oil losses dengan metode sokletasi ampas press pada
laboratorium PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar.

III-1
III-2

Mulai

Ambil Ampas Press

Timbang 10 gram

Keringkan Dalam Oven 45 Menit Suhu 105 oC

Masukkan Kedalam Desikator 15 Menit

Masukkan Ampas Kedalam Timble

Timbang Berat Labu Ekstraksi Kosong

Rangkai Alat Ekstraksi Soklet

Lakukan Ekstraksi Selama 4 Jam

Dinginkan Labu Ektraksi 45 Menit

Timbang Berat Labu Ekstraksi + Minyak

Selesai

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Analisa Kadar Minyak

B. Tahapan Analisa Kadar Air CPO


Dilakukan analisa kadar air dengan metode pengeringan oven listrik pada
laboratorium PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar.
III-3

Mulai

Ambil CPO dari COT

Ambil Petridish

Timbang Petridish Kosong

Timbang CPO 10 gram

Masukkan Dalam Oven Selama 4 Jam (105 oC)

Dinginkan Dalam Desikator 15 Menit

Timbang Berat Petridish + CPO Kering

Selesai

Gambar 3.2. Langkah-Langkah Analisa Kadar Air

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang


dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori
yang digunakan, dugaan tersebut disebut dengan hipotesis. Untuk membuktikan
hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan pengumpulan data untuk
diteliti secara lebih mendalam. Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-
III-4

variabel yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel
yang di tentukan sebelumnya.

Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih
membutuhkan adanya suatu pengolahan. Pada dasarnya data dibedakan menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang
membutuhkan pengelolahan lebih lanjut seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data sekunder yang telah
diolah lebih lanjut dan di sajikan dengan baik oleh pihak pengumpulan data
primer atau pihak lain (wandasari, 2013).

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan
secara langsung pada perusahaan serta melakukan wawancara langsung
dengan personil perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Seperti
suhu , volume penambahan air panas, alat dan bahan serta berat awal sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data
penggunaan air panas sebagai pengencer, terhadap kadar air, oil losses pada
ampas press sesuai ketetapan perusahaan perusahaan.
3.4. Pengolahan Data
Setelah data diperlukan dianggap cukup, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahaan data yaitu :

1. Menentukan kadar minyak maupun kadar air pada sampel tanpa penambahan
air panas.
2. Menentukan kadar minyak maupun kadar air pada sampel setelah
penambahan air panas dengan variasi volume yang berbeda-beda.
3. Rumus perhitungan yang digunakan
1. Menghitung Persentase Kehilangan Air
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 –𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
% Kadar Air = X 100%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒃𝒂𝒔𝒂𝒉
III-5

2. Menghitung Persentase Kehilangan Minyak Dalam sampel


𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐦𝐢𝐧𝐲𝐚𝐤
% Kehilangan Minyak = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒃𝒂𝒔𝒂𝒉 X 100%

4. Menguji hasil perhitungan kadar air dan kadar minyak dengan metode regresi
linier berganda dengan aplikasi spss 21.

3.5. Analisa dan Evaluasi


Adapun yang dimaksud dengan analisa dan evaluasi adalah :
a. Analisa
Menguraikan tentang hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk diterapkan
dalam pemecahan masalah pada waktu yang akan datang.
b. Evaluasi
Menilai sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, pertumbuhan,
perkembangan dalam rangka tujuan pendidikan, serta dapat berupa bukti-bukti
dan penilaian apakah suatu kopetensi telah tercapai.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan adanya data yang berkaitan


dengan masalah yang akan dipecahkan. Model pemecahan masalah yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya untuk diterapkan yaitu dengan melakukan
pengumpulan data dan pengolahan data sesuai dengan alternatif yang telah
diuraikan.

Data yang diperoleh dari perusahaan adalah data hasil analisa laboratorium
pengaruh penambahan air panas sebagai air pengencer terhadap Oil Losses pada
sampas press dan kadar air pada CPO.

4.1.1. Data Untuk Menghitung Oil Losses Pada Ampas Press

Tabel 4.1 merupakan tabel hasil pengamatan untuk volume komponen minyak di
dalam sampel hasil pengepresan screw press dengan menggunakan air panas
sebagai air delusi/air pengencer.

Tabel 4.1. Data Untuk Menghitung Kadar Minyak Dalam Sampel Hasil
Pengepressan Menggunakan Air Panas Sebagai Air Delusi
Suhu
No Air Delusi Berat Sampel Berat Labu Kosong Berat Labu + Residu
Air
(Ton/Jam) (gram) (gram) (gram)
(0C)
1 0 - 10,003 103,0023 103,8926
2 0,6 85 10,003 103,0222 103,8424
3 0,9 86 10,004 103,0202 103,7605
4 1,3 87 10,003 103,0101 103,7203
5 1,6 88 10,005 103,0222 103,6125
6 1,9 89 10,004 103,0132 103,5234
7 2,2 90 10,004 104,0021 104,4723
8 2,5 91 10,003 103,0222 103,4423
9 2,7 92 10,004 103,0202 103,4004
10 2,9 93 10,003 103,0101 103,2202
11 3,1 94 10,005 103,0222 103,2123
12 3,4 95 10,004 103,0132 103,1633
Sumber : Data Penelitian

IV-1
IV-2

4.1.2. Data Untuk Menghitung Kadar Air


Tabel 4.2 merupakan tabel hasil pengamatan untuk volume komponen air
di dalam sampel hasil pengepresan screw press dengan menggunakan air panas
sebagai air delusi/air pengencer. Dimana suhu air panas yang digunakan ialah
900C.

Tabel 4.2. Data Untuk Menghitung Kadar Air Dalam Sampel Hasil Pengepressan
Menggunakan Air Panas Sebagai Air Delusi/Air Pengencer.
Berat Berat Petridisk+ Berat Petridisk+
Suhu Berat Sampel Berat Sampel
Air Delusi Petridisk Sampel Sebelum Sampel Setelah
No Air Sebelum dioven Setelah dioven
Kosong dioven dioven
(Ton/Jam) (0C) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
1 0 - 59,8990 69,9013 10,0023 69,8863 9,9873
2 0,6 85 63,8823 73,8946 10,0123 73,8776 9,9953
3 0,9 86 62,4444 72,4542 10,0098 72,4362 9,9918
4 1,3 87 59,5678 69,5789 10,0111 69,5579 9,9901
5 1,6 88 63,6545 73,6746 10,0201 73,6526 9,9981
6 1,9 89 59,9979 70,0076 10,0097 69,9836 9,9857
7 2,2 90 62,2234 72,2333 10,0099 72,2083 9,9849
8 2,5 91 62,4444 72,4567 10,0123 72,4302 9,9858
9 2,7 92 59,5678 69,5776 10,0098 69,5497 9,9819
10 2,9 93 63,6545 73,6656 10,0111 73,6364 9,9819
11 3,1 94 59,9979 70,0076 10,0097 69,9756 9,9777
12 3,4 95 63,6545 73,6644 10,0099 73,6294 9,9749
Sumber : Data Penelitian.

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Data Untuk Menghitung Oil Losses Pada Ampas Press

Penentuan persentase besarnya komponen minyak di dalam sampel


dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑏𝑢 + 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢)(𝑔) − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔(𝑔)


Kadar Minyak = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔)

Contoh perhitungan:
1. Jumlah Penambahan Air Panas 0 ton/jam

(103,8926(𝑔) − 103,0023(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 8,9 %
10,003 (𝑔)

2. Jumlah Penambahan Air Panas 0,6 ton/jam


IV-3

(103,8424(𝑔) − 103,0222(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 8,2 %
10,003 (𝑔)

Hasil perhitungan untuk semua pengujian dapat dilihat pada table 4.3

4.2.2. Perhitungan Kadar Air

Penentuan persentase besarnya komponen air di dalam sampel dilakukan


perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Berat sampel sebelum dioven(g) − Berat sampel setelah dioven(g)


%Kadar Air = X100%
Berat sampel sebelum dioven(g)
Contoh perhitungan:

1. Jumlah Penambahan Air Panas 0 ton/jam

(10,0023(𝑔) − 9,9873(𝑔))
Kadar Air = 𝑥 100% = 1,5 %
10,0023 (𝑔)

2. Jumlah Penambahan Air Panas 0,6 ton/jam

(10,0123(𝑔) − 9,9953(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 1,7 %
10,0123 (𝑔)

Hasil perhitungan untuk semua pengujian dapat dilihat pada table 4.3

Tabel 4.3. Tabulasi Hasil Perhitungan Data


Suhu
Jumlah Air Air Oil Losses Kadar Air
0
No Ton/Jam C % %
1 0 0 8,9 1,5
2 0,6 85 8,2 1,7
3 0,9 86 7,4 1,8
4 1,3 87 7,1 2,1
5 1,6 88 5,9 2,2
6 1,9 89 5,1 2,4
7 2,2 90 4,7 2,5
8 2,5 91 4,2 2,65
9 2,7 92 3,8 2,79
10 2,9 93 2,1 2,92
11 3,1 94 1,9 3,2
12 3,4 95 1,5 3,5

Sumber : Pengolahan Data.


IV-4

4.3. Analisa Regresi Linier Berganda


4.3.1.Analisa Regresi Linier Berganda Pada Kadar Minyak (Oil Losses)
Dengan Aplikasi SPSS 21.
Tabel 4.4 Data Input Analisa Oil Losses Pada SPSS 21.

No X1 X2 Y
1 0 0 8.9
2 0,6 85 8.2
3 0,9 86 7.4
4 1,3 87 7.1
5 1,6 88 5.9
6 1,9 89 5.1
7 2,2 90 4.7
8 2,5 91 4.2
9 2,7 92 3.8
10 2,9 93 2.1
11 3,1 94 1.9
12 3,4 95 1.5
Sumber: Input Data Spss 21.

Dimana :
X1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
X2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
Y = Oil Losses pada Ampas Press (%)
1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
IV-5

Tabel 4.5. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .37030322
Most Extreme Differences Absolute .176
Positive .176
Negative -.161
Kolmogorov-Smirnov Z .608
Asymp. Sig. (2-tailed) .853
Sumber : Output Spss 21.

Menurut Imam Ghozali (2011: 161) model regresi dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai sig> 0,05.

b. Uji Multikolineritas
Tabel 4.6 Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 67.337 16.157 4.168 .002

JUMLAH AIR .023 .657 .010 .035 .973 .017 57.924


SUHU -.696 .195 -1.004 -3.579 .006 .017 57.924
Sumber: Output SPSS 21

Menurut Imam Ghozali (2011: 107-108) tidak terjadi gejala multikolieniritas, jika
nilai Toleransi >0,100 dan nilali VIF < 10,00
IV-6

c. Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output spss 21


Gambar 4.1 Scatterplot Uji Hetroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2011: 139) tidak terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada
scatterplots, serta titik menyebar di atas san dibawah angka 0 ppada sumbu Y.

2. Penentuan Persamaan Regresi

Tabel 4.7. Tabel Coefficients


Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 67.337 16.157 4.168 .002

JUMLAH AIR .023 .657 .010 .035 .973


SUHU -.696 .195 -1.004 -3.579 .006
Sumber :Output spss 21

Dari tabel 4.7 coefficients dapat diketahui persamaan regresi ialah:

Y=67.337+0,023X1-0,696X2
IV-7

3. Pengambilan Keputusan

Menurut Imam Ghozali (2011:101) jika nilai sig<0,05 maka artinya variabel
independent(X) secara parsial berpengaruh terhadap variable dependent (Y)

Hipotesa:

H1=Terdapat Pengaruh x1 terhadap y


H2=Terdapat pengaruh x2 terhadap y
H3=Terdapat pengaruh x1,x2 terhadap y
Dimana :
x1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
x2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
y = Oil Losses pada Ampas Press (%)
Uji t

1. Jika nilai sig<0,05 atau t hitung>t tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
2. Jika nilai sig>0,05 atau t hitung<t tabel maka tidak terdapat pengaruh variable
x terhadap y

Uji f
Tabel 4.8. Uji Anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 67.986 2 33.993 363.855 .000a
Residual .841 9 .093

Total 68.827 11

Sumber : output spss 21.

1. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tabel maka terdapat pengaruh


variable x terhadap y
2. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tidak tabel maka terdapat pengaruh
variable x terhadap y
IV-8

4.Koefisien Deteminasi

Tabel 4.9. Model Summary

Sumber :Output spss 21.

4.3.2 Analisa Regresi Linier Berganda Pada Kadar Air Dengan Aplikasi
SPSS 21.
Tabel 4.10 Data Input Analisa Kadar Air Pada SPSS 21.

No X1 X2 Y
1 0 0 1,5
2 0,6 85 1,7
3 0,9 86 1,8
4 1,3 87 2,1
5 1,6 88 2,2
6 1,9 89 2,4
7 2,2 90 2,5
8 2,5 91 2,65
9 2,7 92 2,79
10 2,9 93 2,92
11 3,1 94 3,2
12 3,4 95 3,5
Sumber: Input Data Spss 21.

Dimana :
X1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
X2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
Y = Kadar Air pada CPO (%)
IV-9

1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.11 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .06666479
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .129
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .446
Asymp. Sig. (2-tailed) .989

Sumber: output spss 21.


Menurut Imam Ghozali (2011: 161) model regresi dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai sig> 0,05.

b. Uji Multikolineritas
Tabel 4.12 Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -13.250 3.896 -3.401 .008

JUMLAH AIR -.024 .159 -.042 -.154 .881 .017 57.924


SUHU .176 .047 1.036 3.748 .005 .017 57.924
Sumber: output spss 21.

Menurut Imam Ghozali (2011: 107-108) tidak terjadi gejala multikolieniritas, jika
nilai Toleransi >0,100 dan nilali VIF < 10,00
IV-10

d. Uji Heteroskedastisitas

Sumber :Output spss 21.


Gambar 4.2 Scatterplot Uji Hetroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2011: 139) tidak terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada
scatterplots, serta titik menyebar di atas san dibawah angka 0 pada sumbu Y.

2. Penentuan Persamaan Regresi

Tabel 4.13. Tabel Coefficients


Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -13.250 3.896 -3.401 .008

JUMLAH AIR -.024 .159 -.042 -.154 .881


SUHU .176 .047 1.036 3.748 .005

Sumber :output Spss 21.


IV-11

Dari tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi ialah:

Y=-13,250-0,024X1+0,176X2

3. Pengambilan Keputusan

Menurut Imam Ghozali (2011:101) jika nilai sig<0,05 maka artinya variabel
independent(X) secara parsial berpengaruh terhadap variable dependent (Y)

Hipotesa:

H1=Terdapat Pengaruh x1 terhadap y


H2=Terdapat pengaruh x2 terhadap y
H3=Terdapat pengaruh x1,x2 terhadap y
Dimana:
x1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
x2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
y = Kadar Air (%)
Uji t

1. Jika nilai sig<0,05 atau t hitung>t tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
2. Jika nilai sig>0,05 atau t hitung<t tabel maka tidak terdapat pengaruh variable
x terhadap y

Uji f
Tabel 4. 14 Uji Anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.068 2 2.034 374.506 .000a
Residual .049 9 .005

Total 4.117 11

Sumber: Output spss 21.

1. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
IV-12

2. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tidak tabel maka terdapat pengaruh
variable x terhadap y

4.Koefisien Deteminasi

Tabel 4.15. Model Summary

Sumber :Output spss 21.


BAB V
ANALISA DAN EVALUASI
5.1. Analisa Data
5.1.1. Kehilangan Minyak(Oil Losses) pada ampas press
A. Analisa Kehilangan Minyak(Oil Losses) pada ampas press
Berikut merupakan hasil analisa Oil Losses pada ampas press:
Tabel 5.1 Hasil Analisa Oil Losses Pada Ampas Press
Jumlah Air Suhu Oil Losses
No Ton/Jam Air %
0
C
1 0 0 8,9
2 0,6 85 8,2
3 0,9 86 7,4
4 1,3 87 7,1
5 1,6 88 5,9
6 1,9 89 5,1
7 2,2 90 4,7
8 2,5 91 4,2
9 2,7 92 3,8
10 2,9 93 2,1
11 3,1 94 1,9
12 3,4 95 1,5
Sumber: Pengolahan Data

Dari hasil analisa diperolah Oil Losses. Dimana semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan maka akan semakin rendah Oil Losses pada ampas press dengan
suhu air yang maksimum yakni 900C-950C hal ini dikarenakan pemisahan minyak
dengan ampas press akan optimum dengan suhu yang optimum.

V-1
V-2

B. Analisa Regresi Linier Berganda


1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas

pada uji normalitas data di peroleh nilai Sig ialah 0,853 maka 0,853>0,05
artinya data berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
pada uji Multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai toleransi jumlah air dan
suhu adalah 0,017 dan nilai VIF nya adalah 57.924 dimana nilai toleransi
0,017<0,100 dan VIF 57,924>10,00 artinya data mengalami gejala
multikolinieritas
c. Uji Heterokedastisitas
Pada uji Heterokedastsitas diketahui bahwa data pada scatterplot tidak
membentuk pola bergelombang atau melebar yang artinya data tidak mengalami
heterokedastisitas

2. Penentuan Persamaan Regresi


pada analisa persamaan regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y=67,337+0,023X1-0,696X2

Dimana:
Y= Oil Losses
X1=Jumlah Penambahan Air
X2= Suhu
Artinya:
Koefisien X1 sebesar +0,023 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan menambah nilai
Y sebesar 0,085
Koefisien X2 sebesar -0,696 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan mengurangi nilai
Y sebesar 0,696
Nilai konstanta sebesar 67,337dimana jika X1,X2=0 maka Y=67,337.
V-3

3. Pengambilan Keputusan
Hipotesa:

H1=Terdapat Pengaruh x1 terhadap y


H2=Terdapat pengaruh x2 terhadap y
H3=Terdapat pengaruh x1,x2 terhadap y
Dimana :
x1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
x2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan Air (0C)
y = Oil Losses pada Ampas Press (%)

A. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Uji t pada Nilai Sig:


a. Nilai sig X1 ialah 0,973 dimana 0,973>0,05 yang artinya tidak adanya
pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak
b. Nilai sig X2 ialah 0,006 dimana 0,006<0,05 yang artinya ada pengaruh X2
terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima
Uji t Berdasarkan Nilai Perbandingan t Hitung dan t Tabel:
Cara mencari nilai t tabel = α/2;n-k-1
Maka t tabel = 0,05/2;12-2-1
=0,025; 9
Berdasarkan tabel distribusi t maka dapat dilihat nilai t tabel ialah 2,262
Sedangkan nilai t hitung dapat dilihat pada tabel 4.7 Coefficients output spss.

a. Nilai t hitung X1 ialah 0,035 dimana 0,035 < 2,262 yang artinya tidak
adanya pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak
b. Nilai t hitung X2 ialah -3,579 dimana -3,579 > -2,262 yang artinya ada
pengaruh X2 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima

B. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Uji F pada Nilai Sig :

Nilai sig ialah 0,00 dimana 0,00<0,05 yang artinya ada pengaruh simultan antara
variable X1,X2 terhadap Y
V-4

Uji F Berdasarkan Nilai Perbandingan F Hitung dan F Tabel:


Cara mencari nilai F tabel = k;n-k
Maka F tabel = 2;12-2
=2;10
Berdasarkan tabel distribusi F maka dapat dilihat nilai F tabel ialah 4,10
Sedangkan nilai F hitung dapat dilihat pada tabel 4.8 Uji Anova output spss.

Nilai F hitung ialah 363,855 dimana 363,855 >4,10 yang artinya ada pengaruh
simultan antara variable X1,X2 terhadap Y

Kesimpulan Pengambilan Keputusan:


H1 = Ditolak artinya tidak adanya pengaruh penambahan air terhadap oil losses
secara parsial.
H2= Diterima artinya ada pengaruh suhu air terhadap oil losses secara parsial.
H3= Diterima artinya ada pengaruh simultan antara penambahan air dan suhu
terhadap oil losses.

4. Koefisien Determinasi

Diperoleh nilai koefisien determinasi ialah 0,988 artinya 98% Variabel Y


dipengaruhi oleh variable X1 dan X2 secara simultan

5.1.2. Kadar Air Pada CPO

A. Analisa Kadar Air


Berikut merupakan hasil analisa kadar air pada CPO:
V-5

Tabel 5.2 Hasil Analisa Kadar Air Pada CPO

Suhu
Jumlah Air Kadar Air
Air
No Ton/Jam 0 %
C
1
0 0 1,5
2
0,6 85 1,7
3
0,9 86 1,8
4
1,3 87 2,1
5
1,6 88 2,2
6
1,9 89 2,4
7
2,2 90 2,5
8
2,5 91 2,65
9
2,7 92 2,79
10
2,9 93 2,92
11
3,1 94 3,2
12
3,4 95 3,5
Sumber: Pengolahan Data

Dari hasil analisa diperolah kadar air. Dimana semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan maka akan semakin tinggi juga kadar air pada CPO dengan suhu air
yang maksimum yakni 900C-950C hal ini dikarenakan pemisahan minyak dengan
ampas press akan optimum dengan suhu yang optimum.

B. Analisa Regresi Linier Berganda

1. Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pada uji normalitas data di peroleh nilai Sig ialah 0,989 maka 0,989>0,05 artinya
data berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Pada uji Multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai toleransi jumlah air dan
suhu adalah 0,017 dan nilai VIF nya adalah 57,924 dimana nilai toleransi
0,017<0,100 dan VIF 57,924>10,00 artinya data mengalami gejala
multikolinieritas
V-6

c. Uji Heterokedastisitas
Pada uji Heterokedastsitas diketahui bahwa data pada scatterplot tidak
membentuk pola bergelombang atau melebar yang artinya data tidak mengalami
heterokedastisitas

2. Penentuan Persamaan Regresi


Pada analisa persamaan regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y=-13,250-0,024X1+0,176X2

Dimana:
Y= Kadar Air
X1=Jumlah Penambahan Air
X2= Suhu
Artinya:
Koefisien X1 sebesar -0,024 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan mengurangi nilai
Y sebesar 0,024
Koefisien X2 sebesar 0,176 dimana setiap 1 unit nilai X2 akan menambah nilai Y
sebesar 0,176
Nilai konstanta sebesar -13,250 dimana jika X1,X2=0 maka Y=-13,250.

3. Pengambilan Keputusan
Hipotesa:

H1=Terdapat Pengaruh x1 terhadap y


H2=Terdapat pengaruh x2 terhadap y
H3=Terdapat pengaruh x1,x2 terhadap y
Dimana :
x1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
x2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan Air (0C)
y = Kadar Air pada CPO (%)

A. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Uji t pada Nilai Sig:


a. Nilai sig X1 ialah 0,881 dimana 0,881>0,05 yang artinya tidak adanya
pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak.
b. Nilai sig X2 ialah 0,005 dimana 0,005<0,05 yang artinya ada pengaruh
X2
V-7

terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima

Uji t Berdasarkan Nilai Perbandingan t Hitung dan t Tabel:


Cara mencari nilai t tabel = α/2;n-k-1
Maka t tabel = 0,05/2;12-2-1
=0,025; 9
Berdasarkan tabel distribusi t maka dapat dilihat nilai t tabel ialah 2,262
Sedangkan nilai t hitung dapat dilihat pada tabel 4.13 Coefficients output
spss.

a. Nilai t hitung X1 ialah -0,154 dimana -0,154 < -2,262 yang artinya tidak
adanya pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak
b. Nilai t hitung X2 ialah 3,748 dimana 3,748 > 2,262 yang artinya ada
pengaruh X2 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima.
B. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Uji F pada Nilai Sig.

Nilai sig ialah 0,00 dimana 0,00<0,05 yang artinya ada pengaruh simultan
antara variable X1,X2 terhadap Y

Uji F Berdasarkan Nilai Perbandingan F Hitung dan F Tabel:


Cara mencari nilai F tabel = k;n-k
Maka F tabel = 2;12-2
=2;10
Berdasarkan tabel distribusi F maka dapat dilihat nilai F tabel ialah 4,10,
sedangkan nilai F hitung dapat dilihat pada tabel 4.14 Uji Anova output
spss.

Nilai F hitung ialah 374,506 dimana 374,506>4,10 yang artinya ada


pengaruh simultan antara variable X1,X2 terhadap Y

Kesimpulan Pengambilan Keputusan:


H1 =Ditolak artinya tidak adanya pengaruh penambahan air terhadap
kadar air secara parsial.
H2= Diterima artinya ada pengaruh suhu air terhadap kadar air secara
parsial.
V-8

H3=Diterima artinya ada pengaruh simultan antara penambahan air dan


suhu terhadap kadar air.

4. Koefisien Determinasi

Diperoleh nilai koefisien determinasi ialah 0,988 artinya 98% Variabel Y


dipengaruhi oleh variable X1 dan X2 secara simultan.

5.2. Evaluasi Data

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Oil Losses dan Kadar Air

Suhu
Jumlah Air Oil Losses Kadar Air
No Air
Ton/Jam 0 % %
C
1 0 0 8,9 1,5
2 0,6 85 8,2 1,7
3 0,9 86 7,4 1,8
4 1,3 87 7,1 2,1
5 1,6 88 5,9 2,2
6 1,9 89 5,1 2,4
7 2,2 90 4,7 2,5
8 2,5 91 4,2 2,65
9 2,7 92 3,8 2,79
10 2,9 93 2,1 2,92
11 3,1 94 1,9 3,2
12 3,4 95 1,5 3,5
Sumber : Pengolahan Data

Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa penggunaan penambahan air secara optimum
sebagai air pengencer ialah pada 2,9 ton/jam hal ini didasarkan pada batas
maksimum kadar air dan Oil Losses dimana:

1. Maksimum Oil Losses pada ampas press berdasarkan material balance PT.
Eastern Sumatra Indonesia ialah 4%
2. Maksimum kadar air pada CPO berdasarkan ketetapan PT. Eastern Sumatra
Indonesia ialah 3%.
V-9

Dari tabel 5.3 dapat diperoleh diagram scatter hubungan antara jumlah
penambahan air panas terhadap %oil losses dan kadar air.

Berikut diagram scatter dari pengolahan data:

Diagram Scatter Hubungan Jumlah Penambahan Air


Vs
% Oil Losses dan Kadar Air
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Oil Losses % Kadar Air %

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.1 Diagram Scatter Hubungan Jumlah Penambahan Air Vs %


Oil Losses dan Kadar Air
Dari gambar 5.1 dapat diketahui bahwa hubungan penambahan air panas
sebagai air pengencer terhadap oil losses ialah berbanding terbalik. Dimana
semakin besar jumlah air yang ditambahkan maka akan semakin kecil oil losses
pada ampas press. Sedangkan hubungan penambahan air panas sebagai air
pengencer terhadap kadar air ialah berbanding lurus. Dimana semakin besar
jumlah air yang ditambahkan maka kadar air akan semakin tinggi.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi oil losses pada ampas press maka perlu dilakukan
penambahan air panas sebagai air pengencer pada stasiun screw press.
2. Jumlah optimum penambahan air sebagai air pengencer 2,9 ton/jam dimana
jumlah tersebut tidak melewati batas ketetapan oil losses dan kadar air yang
ditetapkan oleh PT. Eastern Sumatra Indonesia.
3. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap pengaruh jumlah penambahan
air terhadap oil losses dan kadar air diketahui pula suhu air optimum yang
digunakan adalah 930C. Suhu tersebut termasuk didalam antara suhu
ketetapan yang ditetapkan oleh PT. Eastern Sumatra Indonesia, dimana suhu
ketetapan ialah 900C-950C.
4. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa hubungan penambahan air
panas sebagai air pengencer terhadap oil losses ialah berbanding terbalik.
Dimana semakin besar jumlah air yang ditambahkan maka akan semakin
kecil oil losses pada ampas press. Sedangkan hubungan penambahan air
panas sebagai air pengencer terhadap kadar air ialah berbanding lurus.
Dimana semakin besar jumlah air yang ditambahkan maka kadar air akan
semakin tinggi.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan menggunakan air pengencer sebanyak 2,9 ton/jam dan


suhu air 930C karena hal ini memberi dampak positif pada perusahaan.
2. Dibutuhkan penelitian lanjutan dimana kombinasi pengambilan data harus
lebih banyak supaya menghasilkan kesimpulan yang pasti dan bisa di
terapkan di lapangan kerja.

VI-1
DAFTAR PUSTAKA

Alkindy , dkk. 2020. Analisis Faktor Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil
Menggunakan Regresi Linear Berganda dan Diagram Tulang Ikan. Banda
Aceh: UNSYAH.

Anggiat. 2018. Laporan Tahunan PT. Eastern Sumatra Indonesia. Pematang


Siantar: SIPEF
Berthauli. 2018. Analisis Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit terhadap
Proses Pengepresan (Screw Press) yang Terdapat Pada Ampas Press di
PTPN IV Pabatu. Skripsi. Program Studi D-3 Kimia. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Fernandus S. 2019. Pengaruh Penambahan Air Delusi (Air Pengencer) Terhadap


Pemisahan Minyak, Dan Nos Di Stasiun Screw Press Di PT. Perkebunan
Nusantara III Sei Mangkei. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Hasballah T, & Enzo WB, Siahaan. 2018. Pengaruh Tekanan Screw Press Pada
Proses Pengepresan Daging Buah Menjadi Crude Palm Oil. Universitas
Darma Agung: Medan.

Ketaren. 2016. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-
Press.
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Mangoensoekarjo S, Tojib A.T, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University.
Melwita.E., Fatmawati, & Oktaviani.S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Palembang : Universitas Sriwijaya.

Naibaho, 2016 P. M. . Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat


Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan, Iyung. 2012.Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta: Penebar Swadaya.

Pardamean, Maruli. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pambrik Kelapa sawit.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Sahriawati dan Ahmad Daud. 2016. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan
Metode Soxhletasi Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Suhu
Berbeda.Bandung: Jurnal Galung Tropika
Sampidar, 2011. Pengaruh Variasi Lokasi Penambahan Air Pengencer Teriiadap
Kecepataiy Pemisahan Minyak .Medan: STIPAP.

Sibuea, Posman. 2014. Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Erlangga.


FLOW PROCESS CPO/PK PRODUCTION
PT. EASTERN SUMATRA INDONESIA
BUKIT MARADJA PALM OIL MILL

Weigh Bridge

Loading Ramp
Capstan No. 1
Transfer
Carriage Capstan No. 2 dan
MB : FFB Sterilized (89.00 %)
No. 3
Steam (5-6%) Sterilizer
Capstan No. 5 dan
No. 6
Hoisting Crane

Hopper Thresher

Auto Feeder

Rotary Drum
Stripper IA

Rotary Drum
Stripper IB
Fruitlet Empty Bunch MB : Empty Bunch (21.21%)
Oil Losses : 1.65%
MB : Fruitlet (67.79 %)
Kernel Losses : 0.50%
Under Thresher Empty Bunch
Conveyor I Scrapper Conv

Bottom Cross Empty Bunch


Conveyor Elevator

Double Bunch
Condensate Fruit Elevator Crusher
MB : Penyusutan/Condensate (16.00 – 17.00 %) Top Distribution Rotary Drum
Losses : 0.30 % Conveyor Stripper IIB
Fruitlet Empty Bunch
Losses USB : 0.25%
Digester
Under Thresher Empty Bunch
Conveyor II Scrapper Conv
Screw Press
To Composting
MB : Crude Oil (39.50%) Crude Oil MB : Press Cake (28.29 %)
Press Cake Plant
Losses : 4.00 %
Under Pressing
V-Notch Oil Gutter
Conveyor
MB : Dillution
Cake Breaker
Water (23,5 %) Sand Trap Tank Conveyor

Separating
Vibrating Screen Ukuran Coloumn
30 mesh Nut Fibre

Crude Oil Tank MB : Nut (14.29%)


Polishing Drum Fibre Cyclone MB : Press Cake Fibre (14.00%)
Losses Nuts : 0.70 % Losses : 1.50 %
Crude Oil Pump
to Balance Tank
Inclined Nut Boiler Fuel
Nut Elevator I
Conveyor Bunker
Balance Tank
Nut Silo
Continuous
Settling Tank
MB : Oil Oil Over Flow Sludge Under Flow Nut Conveyor
(23.50%) MB : Sludge (40.0-45.0%)
Oil Skimmer Sludge Tank Nut Elevator II

Clean Oil Tank I Losses : Nut Hopper


Sludge Decanter 0.80% Sand Cyclone
Oil Solid Ripple Mill Cracking Efficiency :
Clean Oil Tank II
Sludge Buffer Tank Min 97%
Solid Conveyor Cracked Mixture MB : Shell (7.29%)
Oil Heater Conveyor
Inclined Solid Brush Strainer
Tekanan Conveyor Low Tension Dry Shell
Vacuum Drier vacuum -64 s/d Sludge Sludge Losses : Separator (LTDS)I
Centrifuge 0.80% Whole Kernel Broken Nut
-68 CmHg. Solid Bunker
Losses : 2.00 %
CPO Production Oil Dry Kernel
Pump to Storage Sortir Drum
Conveyor I
Fat Pit
CPO Bin Storage Dry Kernel
Conveyor II Low Tension Dry Shell
Fat Pit Pump to Separator (LTDS)II
Final Effluent Losses : 2.00 %
Transfer Fan
Final Effluent Whole Kernel Broken Kernel &
Shell
Losses : 0.80% Kernel Silo Drier Dry Kernel Wet Shell
Claybath
Conveyor II
Wet Kernel MB : Wet Kernel (7.00%)
Under Kernel
Losses : 7.00 %
Silo Drier Conv
Reclaimed Oil
Tank Kernel Elevator
Reclaimed Oil Tank
Pump to CST Kernel Bin MB : Dry Kernel
Storage (5.10%)

1
LAMPIRAN 2

2
LAMPIRAN 3

3
LAMPIRAN 4

85,90 mtr

14,50 mtr 150,20 mtr

Recovery

Sortasi
TPS B3
Gudang
Sterilizer st.
Loading Ramp st. Bengkel

187 mtr Effluent st.


Tanki Solar
Kantor
Proses Klarifikasi st.
Press st.
169,80 mtr
Engine Room st.
EFB Hopper Bunker Kernel st.
Kernel

Boiler st.
BST

Kantor PMKS
85,9 mtr

23,95 mtr Raw Water st.


Pos
Keamanan
Pintu
Gerbang 141,2 mtr
15 mtr

Anda mungkin juga menyukai