OIL LOSSES AMPAS PRESS DAN KADAR AIR CPO PADA STASIUN
SCREW PRESS DENGAN METODE LINIER BERGANDA
DI PT. EASTERN SUMATRA INDONESIA BUKIT MARADJA
KOTA PEMATANG SIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan S-1 Program Studi
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara
OLEH:
ELLAWATI SITANGGANG
71200914049
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga proposal skripsi berjudul “
Anallisa Pengaruh Variasi Penambahan Air Terhadap Oil Losses Ampas
Press dan Kadar Air CPO Pada Stasiun Screw Press dengan Metode Linier
Berganda Di PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan proposal skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mencapai
derajat Strata 1 (S1) pada program studi Teknik Industi di Universitas Islam
Sumatera Utara.
Dalam Penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang Tua tersayang yaitu Bapak Alm. Darjo Nius Sitanggang dan Ibu Linda
Simatupang yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materi, doa,
dan kasih sayang. Kepada saudara laki-laki penulis yaitu Lomri Niu Sitanggang
dan Rido Anju Sitanggang dan kakak perempuan penulis yang selalu memberi
dukungan baik secara moral maupun materi, dan doa bagi penulis. Dan kepada
seluruh keluarga penulis yang telah memberi doa dan dukungan.
2. Ibu Mahrani Arfa ST, M.MT Selaku Kepala Prodi Teknik Industri Universitas
Islam Sumatera Utara
3. Bapak Ir. Abdurrozzaq Hasibuan, MT selaku dosen Pembimbing I penulis yang
telah memberikan pengarahan serta dukungan dalam penyelesaian Proposal
skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan membalas semua
kebaikan yang telah diberikan.
4. Ibu Wirda Novarika AK, ST, MM selaku Pembimbing II penulis yang telah
memberikan pengarahan serta dukungan dalam penyelesaian karya akhir ini.
Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan membalas semua kebaikan
yang telah diberikan.
ii
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai pada Universitas Islam Sumatera
Utara.
6. Pihak Industri PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja yang telah
memberikan kesempatan penulis sehingga Karya Akhir ini dapat selesai dengan
baik.
7. Kepada teman seperjuangan Greace Sitio dan Bella Khairani yang selalu
membantu dalam mengerjakan proposal skripsi ini.
8. Semua rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan memberikan
banyak motivasi kepada penulis dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis juga menyadari dalam penulisan proposal skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga Proposal skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
Ellawati Sitanggang
71200914049
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan
berapa volume penambahan air secara optimum yang digunakan sebagai air
pengencer terhadap persen oil losses dan kadar air pada pabrik kelapa sawit. Hasil
perhitungan variasi penambahan air terhadap persen oil losses dan kadar air yang
dilakukan di PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang
Siantar. Data dikumpulkan dengan metode sampling kelapangan dengan jumlah
data 12 yang dianalisis dengan metode regresi linier berganda pada SPSS 21.
Variasi jumlah air yang ditambahkan ialah 0 ton/jam; 0,6 ton/jam; 0,9 ton/jam; 1,3
ton/jam; 1,6 ton/jam; 1,9 ton/jam; 2,2 ton/jam; 2,5 ton/jam; 2,7 ton/jam; 2,9
ton/jam; 3,1 ton/jam; dan 3,4 ton/jam. Berdasarkan hasil perhitungan antara
variasi penambahan air terhadap persen oil losses dan kadar air diperoleh jumlah
penambahan air optimum adalah 2,9 ton/jam dengan kadar oil losses ialah 2,1%
dan kadar air ialah 2,92% . Dari hasil analisa data diperoleh bahwa
pengaruh penambahan air di unit screw press berbanding lurus terhadap
kenaikan kadar air dan berbanding terbalik terhadap persen oil losses pada CPO
yang dihasilkan.
Kata-kata kunci: Regresi Linier Berganda, Kadar Air, Persen Oil Losses, Jumlah
Air.
ABSTRACT
This research is a quantitative study that aims to determine the optimum volume of
addition of water used as water diluent to the percent oil losses and water content
in the palm oil mill. The results of the calculation of variations in the addition of
water to the percent oil losses and water content carried out at PT. Eastern Sumatra
Indonesia Bukit Maradja City Pematang Siantar. Data were collected by field
sampling method with a total of 12 data which were analyzed by multiple linear
regression method on SPSS 21. The variation in the amount of water added was 0
tons/hour; 0.6 ton/hour; 0.9 ton/hour; 1.3 tons/hour; 1.6 tons/hour; 1.9 tons/hour;
2.2 tons/hour; 2.5 tons/hour; 2.7 tons/hour; 2.9 tons/hour; 3.1 ton/hour; and 3.4
tons/hour. Based on the results of calculations between variations in the addition
of water to the percent oil losses and water content, the optimum amount of
additional water is 2.9 tons/hour with the oil losses content is 2.1% and the water
content is 2.92%. From the results of data analysis, it is found that the effect of
adding water in the screw press unit is directly proportional to the increase in water
content and inversely proportional to the percent oil losses in the resulting CPO.
Key words: Multiple Linear Regression, Moisture Content, Percent Oil Losses,
Total Water.
v
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………… i
Lembar Pengesahan…………………………………………………………. ii
Kata Pengantar………………………………………………………………. v
Abstrak………………………………………………………………………. vii
Daftar Isi……………………………………………………………………... ix
Daftar Tabel…………………………………………………………………. xi
Daftar Gambar………………………………………………………………. xii
Daftar Lampiran……………………………………………………………... xiii
ix
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA…………… IV-1
4.1 Pengumpulan Data…………………………………………. IV-1
4.1.1 Data Untuk Menghitung Oil Losses pada Ampas Press. IV-1
4.1.2 Data Untuk Menghitung Kadar Air………………….. IV-2
4.2 Pengolahan Data…………………………………………… IV-2
4.2.1 Data Untuk Menghitung Oil Losses pada Ampas Press. IV-2
4.2.2 Perhitungan Kadar Air……………………………….. IV-3
4.3 Analisa Regresi Linier Berganda…………………………... IV-4
4.3.1 Analisa Regresi Linier Berganda pada Kadar Minyak
(Oil Losses) dengan Aplikasi SPSS 21………………. IV-4
4.3.2 Analisa Regresi Linier Berganda pada Kadar Air
dengan Aplikasi SPSS 21……………………………. IV-4
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Pabrik kelapa sawit (PKS) saat ini sedang menuju perkembangan yang
baik, usaha perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya diperkirakan
semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan semakin majunya teknologi,
pemanfaatannya kelapa sawit semakin beragam. Oleh karenanya, peluang industri
pengolahan kelapa sawit (PKS) sangat menjanjikan, baik untuk memenuhi pasar
dalam maupun luar negri. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit
sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non-pangan seperti
kosmetik dan farmasi. (Naibaho, 2016)
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat di peroleh
ialah minyak sawit mentah CPO, minyak inti sawit, serabut, cangkang dan tandan
kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan
yang produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti
kondisi dan iklim.
Pabrik pengolahan kelapa sawit terdiri dari unit-unit pengolahan yang
saling berkaitan dan dilakukan secara bertahap. Apabila salah satu dari unit-unit
mengalami masalah, maka unit pengolahan lainnya juga mengalami masalah yang
disebut stagnasi, sehingga kapasitas pabrik tidak tercapai.
Salah satu proses pengolahan CPO adalah proses pengepresan
menggunakan (screw press) yang bertujuan memisahkan minyak dengan mudah
dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya. Pada pabrik kelapa sawit
umunya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan
minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw
mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang
Berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada
di dalam sebuah selubung baja yang yang disebut press cage, dimana dindingnya
berlubang-lubang diseluruh permukaanya. Dengan demikian, minyak dari bubur .
I-1
I-2
buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan
ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Pahan,
2012:228)
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam
screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur
buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka
akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses
pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air
panas berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar
90oC. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%
minyak, 42% air, dan 8% zat padat. (Pahan, 2012)
Berikut penelitian yang dilakukan tentang oil losses, Putra Rizky Zakaria
menyatakan tingginya kehilangan minyak yang terdapat pada proses pengepresan
ini merupakan salah satu penyebab kurangnya mutu CPO yang dihasilkan, maka
dengan perbaikan terus menerus pada mesin digester screw press akan
mengurangi kehilangan minyak di stasiun pengepressan.
Pada proses pengepresan diusahaakan agar minyak yang terikut pada
ampas sedikit mungkin. Hal ini dapat diketahui dari persentase kehilangan minyak
pada ampas hasil press yang dilakukan di laboratorium dan dapat diketahui
apakah persentase kehilangan minyak tersebut masih dalam batas standar yang
ditentukan oleh perusahaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan
minyak pada stasiun pengempaan yaitu, screw press yang telah aus, alat pengukur
tekanan yang tidak standar lagi, penggunaan tekanan yang tidak tepat, waktu dan
kondisi perebusan, tingkat kematangan buah, dan jumlah air panas.
Apabila kehilangan minyak ampas hasil press telah di atas normal maka
alat screw press sudah tidak efektif serta jumlah air pengencer yang dipergunakan
sudah tidak seefisien yang diinginkan. Oleh karena itu untuk menekan kehilangan
minyak sekecil mungin sesuai dengan standar yang diizinkan perusahaan, maka
keadaan air panas dan pengoperasian screw press harus diperhatikan sebaik
mungkin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi oil losses pada screw press adalah
jumlah air panas. Dimana jumlah air panas mempengaruhi kehilangan minyak
I-3
yang masih terdapat di dalam ampas. Pada ampas masih diperoleh jumlah kadar
minyak, Sehubungan dengan faktor yang menyebabkan kehilangan minyak
tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari mengenai kehilangan
minyak tersebut karena masalah kehilangan minyak merupakan suatu kerugian
bagi perusahaan. PT. Eastern Sumatra Indonesia adalah salah satu perusahaan
pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 30 ton/jam dimana pabrik tersebut
menggunakan air panas sebagai air delusi di stasiun screw press. Maka penulis
tertarik untuk mengambil judul sebagai berikut: “Analisa Pengaruh Variasi
Penambahan Air Terhadap Oil Losses Ampas Press dan Kadar Air CPO
pada Stasiun Srew Press dengan Metode Linier Berganda di PT. Eastern
Sumatra Indonesia Bukit Maradja Kota Pematang Siantar”
3. Menentukan hubungan penambahan air panas dan suhu terhadap oil losses
dan kadar air pada minyak yang dihasilkan di PT. Eastern Sumatra Indonesia
Kota Pematang Siantar.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, serta
sistematika penulisan skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil dari minyak kelapa sawit menjadikan komoditi ini sebagai sumber
devisa bagi Negara Indonesia daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang
sesuai sekitar 150 LU- 150 LS. Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang
baik berkisar antara 0-500 m dpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan
sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman
kelapa sawit sekitar 29 - 30 0C. Intensitas penyinaran matahari yang baik tanaman
kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari. Kelembapan optimum yang ideal sekitar 80-90
% untuk pertumbuhan tanaman. (Pahan, 2012)
Tanaman kelapa sawit baru dapat diproduksi setelah berumur sekitar 30
bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah
segar (TBS). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14
tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit
dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,
tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000 brondolan
dengan berat brondolan berkisar 10-20 g. (Pahan, 2012)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak goreng, minyak industri maupun bahan bakar (biodiesel). Buah
sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung
bibit yang digunakan.
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan guna
memudahkan dalam mengindentifikasi secara ilmiah. Tanaman sawit
diklasifikasikan sebagai berikut :
II-1
II-2
1. Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke
pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar
(berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh
berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang
digunakan PKS berkapasitas 30-40 ton.
Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara mekanis maupun elektronis.
Truk yang keluar-masuk ke jembatan timbang harus berjalaan perlahan-lahan
sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap
beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada ditengah agar
beban yang di pikul merata.(Pahan, 2012)
II-3
2. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya di
bongkar di Loading Ramp dengan menuang (dump) Kotoran yang jatuh
melalui kisi-kisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam
penampungannya. Loading Ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang
digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisiaan TBS
kedalam lori untuk proses. (Pahan, 2012)
3. Perebusan (Sterilizer)
Sterilizer merupakan suatu bejana bertekanan tinggi yang digunakan
untuk proses perebusan TBS. Sterilizer yang dikenal terdiri dari dua tipe,
yaitu tipe tegak dan tipe Horizontal. Pada gambar 2.1 dapat dilihat jenis
sterilizer tipe horizontal.
4. Pemipilan (Thresher)
Thresher adalah mesin yang digunakan di pabrik pengolahan kelapa
sawit yang fungsinya untuk melepaskan buah (brondolan). Pada gambar 2.2
dapat dilihat bentuk alat thresher.
II-5
TBS terikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan
dituangkan ke alat pemipilan (Thresher) dengan bantuan hoisting crane atau
transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada
sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-
banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandanya. Pada
bagian dalam dari pemipil , dipasang batang-batang besi perantara sehingga
membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil.
Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh
sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing.
Sementara, tandan (janjang) kosong yang keluar dari bagian belakang
pemipil ditampung oleh elevator.
5. Pengempaan
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari pericarp
(daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan
dalam digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( screw
press). Massa hasil proses hasil pengadukan dan digester masuk kedalam ulir
yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan, minyak kasar
(Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung
II-6
pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, Pada proses
pengempaan dilakukan penyemprotan dengan dilution agar minyak kasar yang
keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) sehingga pori-pori
silinder tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan dengan satu pipa
berlubang yang dipasang pada screw press.
Buah yang telah melewati stasiun Threser pada proses pemipilan,
mengandung kelopak, spliket, dan sampah lainnya. Keluaran proses pemipilan
diangkut melalui elevator dari stasiun pemipilan kedalam digester. Buah terdiri
dari perikap, cangkang dan inti. Pada perikap ditemukan minyak sawit yang
didominasi oleh palmitat, sedangkan pada inti sawit ditemukan laurat. Oleh
sebab itu pada proses pengolahan kedua jenis sumber ini perlu dipisahkan,
yaitu pertama-tama memisahkan perikap yang mengandung minyak.
4. Membantu pengutipan minyak dari sel minyak yang pecah pada saat
pelumatan buah.
Dalam pengadukan di dalam digester terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yakni :
1. Frekuensi pengadukan yang lebih tinggi akan menyebabkan kurang
memberikan nilai positif, karena terjadi pembuangan energy.
2. Jumlah pisau pengaduk yang lebih banyak akan menyebabkan pelumatan
yang berlebihan sehingga terjadi penggenangan minyak di dasar screw
press tentu ini akan memperkecil gaya gesekan buah dengan pisau dan
penambahan jumlah pasang pisau akan menambah bering dan urang
ekonomis. Jumlah pisau yang sesuai ialah empat pasang dengan
kedudukan berselang antara satu pasang dengan kedudukan berselang
antara satu pasang dengan pasang berikutnya.
3. Bentuk pisau dibuat sedemikian rupa yaitu dapat mengangkat dan
menekan buah dengan cara menyapu. Pisau pengaduk mudah mengalami
korosi oleh kandungan asam pada minyak, maka pisau dibuat dari mangan
silicon.
4. Berdasarkan hasil percobaan bahwa putaran yang lebih tinggi akan
menyebabkan genangan minyak dalam alat yang akan mempersulit
pengadukan dan juga sama halnya dengan jumlah pisau yang diperbanyak,
oleh sebab itu dianjurkan agar putaran yang ditetapkan ialah 20 rpm.
(Naibaho, 2016)
2. Screw press
Pengempaan dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah.
Alat ini terdiri dari sebuah silinder berlubang yang di dalamnya terdapat dua
buah ulir yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh dua buah
konus yang berada pada bagian ujung pengempaan yang dapat digerakkan
maju mundur. Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak
dilakukan injeksi dengan penambhaan air panas (air delusi). (Fernandus, 2019)
Alat kempa mekanik screw press untuk mengekstraksi minyak sawit lebih
banyak digunakan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dibanding dengan
penggunaan alat kempa hydraulic. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang
rumit.
Adapun hal-hal yang akan terjadi pada saat pengoperasiaan alat kempa
hydraulic pada srew press ialah, sebagai berikut:
3. Pemurniaan
Tahap selanjutnya, minyak dimasukkan ke dalam tangki klarifikasi.
Prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah
melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga
campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini, dihasilkan
2 jenis bahan yaitu crude oil dan sludge. Minyak kasar yang dihasilkan
kemudian ditampung sementara didalam oil tank. Minyak kemudian
dimurnikan menggunakan purifier tujuannya untuk mengurangi kadar
kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas
perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal. (Pardamean,
2011)
4. Penyimpanan
CPO yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam storage tank (tangki
timbun). Suhu simpan dalam storage tank dipertahankan antara 45 -50 0C.
Tujuannya agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai waktu
pengiriman. (Pardamean, 2011)
II-11
Menurut Geovani Orlando (2012), Fungsi dari Screw Press adalah untuk
memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Buah-buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau yang melempar dimasukkan ke dalam feed screw
II-12
Cara yang paling umum dipakai untuk mengekstraksi minyak kasar dari buah
kelapa sawit yang telah mengalami pelumatan adalah dengan menggunakan
pengempaan pressing. Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan
yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral screw dengan
susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Sawit yang telah dilumatkan
akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga buah sawit
menjadi terperas. Untuk lebih jelas mengenai alat Screw Press. Pressan
merupakan pengumpanan terhadap berondolan yang telah dilumatkan dalam
digester untuk mengeluarkan minyak kasar (crude oil) dari massa adukan pada
tekanan hidrolik pada akumulator 40 – 50 bar (sesuai dengan kemasakan buah).
Proses ini menghasilkan minyak kasar (crude oil), fiber dan nut atau biji. Minyak
yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke press silinder. Fiber
dan nut hasil pengepressan diteruskan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk
diolah di pabrik biji. (Hasballah & Siahaan, 2018)
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam
Screw Press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa
bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat
maka akan menghasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan
proses pemisahan sehingga potensi kehilangan minyak tinggi. (Naibaho, 2016)
Menurut Hasballah, (2018).. Di dalam proses pengempaan, bubur buah yang
telah lumat akan diperas dari ampas secara padat dari segala arah serta mendapat
gaya perlawanan hidrolik. Putaran screw juga akan membawa ampas keluar dari
pressan menuju Cake Breaker Conveyor untuk proses selanjutnya.
II-13
Suhu air yang terdapat dalam tangki air panas tidak tercapai maka dilakukan
pemberian panas langsung kedalam kempa air, cara ini tidak dibenarkan karena
akan terjadi kerusakan minyak yakni derajat pemucatan yang jelek.(Naibaho,
2016)
II-14
2). Penurunan kapasitas Screw Press akibat bertambahnya kandungan air dan
kecepatan gerak cake dalam worm.
Standart mutu adalah merupakan hal penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu, yaitu
kandungan air dan kotoran minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan
bilangan peroksida.
Faktor yang lain yang mempengaruhi standart mutu ialah titik cair dan
kandungan gliserida, refining Losis, plastisitas, DOBI, ketengikan dan kejernihan
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin ( maksimum 3 persen
II-15
atau kurang), bilangan peroksida dibawah 5,0, bebas dari warna merah dan kuning
( harus berwarna kuning) dengan DOBI 2,5 persen atau lebih, dan kandungan
logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Naibaho, 2016)
1) Memanen buah terlalu cepat (buah masih mentah), dikarenakan oleh kadar
air pada buah mentah diatas optimum maka mengakibatkan sulitnya
daging buah terlepas dari biji pada pengadukan yang akan mempersulit
pada proses pengempaan.
2) Merebus buah dengan waktu yang terlalu cepat dan tekanan uapyang
dipergunakan rendah, maka akan menyebabkan buah yang kurang masak
dan minyak sulit diperas pada waktu pengepresan.
3) Merebus buah terlalu lama, mengakibatkan minyak pada serat telah
berkurang kadar air nya sehingga minyak sulit diperas pada waktu
pengepresan.
4) Pada waktu pengadukan di digester masih ada buah yang tidak terlepas
dari biji serta pengadukan tidak homogen, maka suhu dijaga agar tetap 90-
95o C agar didapat hasil pengadukan yang optimal.
5) Suhu pada waktu pengadukan yang terlalu tinggi.
6) Tekanan pada pengempaan yang terlalu kecil sehingga minyak terikut
pada ampas.
7) Alat pengukur tekanan yang tidak stabil.
8) Jumlah penambahan air panas pada proses pengepresan. (Berthauli, 2018)
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi sokletasi merupakan metode yang sangat
efektif untuk mengekstrak minyak karena hampir 99% minyak dalam sampel
dapat terekstrak. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah ekstraksi
sokletasi. Ekstraksi soklet adalah ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan
solven berupa cairan secara kontinu. Ekstraksi soklet disebut juga dengan
ekstraksi padat-cair. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu
perbedaan metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi akan berpengaruh terhadap
jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan. (Sahriawati & Daud,
2016)
Adapun mekanisme kerja ekstraksi soxhlet ini yaitu: pada sokletasi pelarut
pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan sehingga menguap.
II-17
Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan cell pendingin sehingga
mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi
bahan yang diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar
dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul
dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal pada labu
penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ulangan (recycling) pelarut dan
bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru. (Melwita, 2014)
METODOLOGI PENELITIAN
III-1
III-2
Mulai
Timbang 10 gram
Selesai
Mulai
Ambil Petridish
Selesai
variabel yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel
yang di tentukan sebelumnya.
Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih
membutuhkan adanya suatu pengolahan. Pada dasarnya data dibedakan menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang
membutuhkan pengelolahan lebih lanjut seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data sekunder yang telah
diolah lebih lanjut dan di sajikan dengan baik oleh pihak pengumpulan data
primer atau pihak lain (wandasari, 2013).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan
secara langsung pada perusahaan serta melakukan wawancara langsung
dengan personil perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Seperti
suhu , volume penambahan air panas, alat dan bahan serta berat awal sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data
penggunaan air panas sebagai pengencer, terhadap kadar air, oil losses pada
ampas press sesuai ketetapan perusahaan perusahaan.
3.4. Pengolahan Data
Setelah data diperlukan dianggap cukup, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahaan data yaitu :
1. Menentukan kadar minyak maupun kadar air pada sampel tanpa penambahan
air panas.
2. Menentukan kadar minyak maupun kadar air pada sampel setelah
penambahan air panas dengan variasi volume yang berbeda-beda.
3. Rumus perhitungan yang digunakan
1. Menghitung Persentase Kehilangan Air
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 –𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
% Kadar Air = X 100%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒃𝒂𝒔𝒂𝒉
III-5
4. Menguji hasil perhitungan kadar air dan kadar minyak dengan metode regresi
linier berganda dengan aplikasi spss 21.
Data yang diperoleh dari perusahaan adalah data hasil analisa laboratorium
pengaruh penambahan air panas sebagai air pengencer terhadap Oil Losses pada
sampas press dan kadar air pada CPO.
Tabel 4.1 merupakan tabel hasil pengamatan untuk volume komponen minyak di
dalam sampel hasil pengepresan screw press dengan menggunakan air panas
sebagai air delusi/air pengencer.
Tabel 4.1. Data Untuk Menghitung Kadar Minyak Dalam Sampel Hasil
Pengepressan Menggunakan Air Panas Sebagai Air Delusi
Suhu
No Air Delusi Berat Sampel Berat Labu Kosong Berat Labu + Residu
Air
(Ton/Jam) (gram) (gram) (gram)
(0C)
1 0 - 10,003 103,0023 103,8926
2 0,6 85 10,003 103,0222 103,8424
3 0,9 86 10,004 103,0202 103,7605
4 1,3 87 10,003 103,0101 103,7203
5 1,6 88 10,005 103,0222 103,6125
6 1,9 89 10,004 103,0132 103,5234
7 2,2 90 10,004 104,0021 104,4723
8 2,5 91 10,003 103,0222 103,4423
9 2,7 92 10,004 103,0202 103,4004
10 2,9 93 10,003 103,0101 103,2202
11 3,1 94 10,005 103,0222 103,2123
12 3,4 95 10,004 103,0132 103,1633
Sumber : Data Penelitian
IV-1
IV-2
Tabel 4.2. Data Untuk Menghitung Kadar Air Dalam Sampel Hasil Pengepressan
Menggunakan Air Panas Sebagai Air Delusi/Air Pengencer.
Berat Berat Petridisk+ Berat Petridisk+
Suhu Berat Sampel Berat Sampel
Air Delusi Petridisk Sampel Sebelum Sampel Setelah
No Air Sebelum dioven Setelah dioven
Kosong dioven dioven
(Ton/Jam) (0C) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
1 0 - 59,8990 69,9013 10,0023 69,8863 9,9873
2 0,6 85 63,8823 73,8946 10,0123 73,8776 9,9953
3 0,9 86 62,4444 72,4542 10,0098 72,4362 9,9918
4 1,3 87 59,5678 69,5789 10,0111 69,5579 9,9901
5 1,6 88 63,6545 73,6746 10,0201 73,6526 9,9981
6 1,9 89 59,9979 70,0076 10,0097 69,9836 9,9857
7 2,2 90 62,2234 72,2333 10,0099 72,2083 9,9849
8 2,5 91 62,4444 72,4567 10,0123 72,4302 9,9858
9 2,7 92 59,5678 69,5776 10,0098 69,5497 9,9819
10 2,9 93 63,6545 73,6656 10,0111 73,6364 9,9819
11 3,1 94 59,9979 70,0076 10,0097 69,9756 9,9777
12 3,4 95 63,6545 73,6644 10,0099 73,6294 9,9749
Sumber : Data Penelitian.
Contoh perhitungan:
1. Jumlah Penambahan Air Panas 0 ton/jam
(103,8926(𝑔) − 103,0023(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 8,9 %
10,003 (𝑔)
(103,8424(𝑔) − 103,0222(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 8,2 %
10,003 (𝑔)
Hasil perhitungan untuk semua pengujian dapat dilihat pada table 4.3
(10,0023(𝑔) − 9,9873(𝑔))
Kadar Air = 𝑥 100% = 1,5 %
10,0023 (𝑔)
(10,0123(𝑔) − 9,9953(𝑔))
Kadar Minyak = 𝑥 100% = 1,7 %
10,0123 (𝑔)
Hasil perhitungan untuk semua pengujian dapat dilihat pada table 4.3
No X1 X2 Y
1 0 0 8.9
2 0,6 85 8.2
3 0,9 86 7.4
4 1,3 87 7.1
5 1,6 88 5.9
6 1,9 89 5.1
7 2,2 90 4.7
8 2,5 91 4.2
9 2,7 92 3.8
10 2,9 93 2.1
11 3,1 94 1.9
12 3,4 95 1.5
Sumber: Input Data Spss 21.
Dimana :
X1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
X2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
Y = Oil Losses pada Ampas Press (%)
1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
IV-5
Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .37030322
Most Extreme Differences Absolute .176
Positive .176
Negative -.161
Kolmogorov-Smirnov Z .608
Asymp. Sig. (2-tailed) .853
Sumber : Output Spss 21.
Menurut Imam Ghozali (2011: 161) model regresi dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai sig> 0,05.
b. Uji Multikolineritas
Tabel 4.6 Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 67.337 16.157 4.168 .002
Menurut Imam Ghozali (2011: 107-108) tidak terjadi gejala multikolieniritas, jika
nilai Toleransi >0,100 dan nilali VIF < 10,00
IV-6
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2011: 139) tidak terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada
scatterplots, serta titik menyebar di atas san dibawah angka 0 ppada sumbu Y.
Y=67.337+0,023X1-0,696X2
IV-7
3. Pengambilan Keputusan
Menurut Imam Ghozali (2011:101) jika nilai sig<0,05 maka artinya variabel
independent(X) secara parsial berpengaruh terhadap variable dependent (Y)
Hipotesa:
1. Jika nilai sig<0,05 atau t hitung>t tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
2. Jika nilai sig>0,05 atau t hitung<t tabel maka tidak terdapat pengaruh variable
x terhadap y
Uji f
Tabel 4.8. Uji Anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 67.986 2 33.993 363.855 .000a
Residual .841 9 .093
Total 68.827 11
4.Koefisien Deteminasi
4.3.2 Analisa Regresi Linier Berganda Pada Kadar Air Dengan Aplikasi
SPSS 21.
Tabel 4.10 Data Input Analisa Kadar Air Pada SPSS 21.
No X1 X2 Y
1 0 0 1,5
2 0,6 85 1,7
3 0,9 86 1,8
4 1,3 87 2,1
5 1,6 88 2,2
6 1,9 89 2,4
7 2,2 90 2,5
8 2,5 91 2,65
9 2,7 92 2,79
10 2,9 93 2,92
11 3,1 94 3,2
12 3,4 95 3,5
Sumber: Input Data Spss 21.
Dimana :
X1 = Jumlah Air Panas Yang Ditambahkan (Ton/Jam)
X2 = Perbedaan Suhu Air Ketika Penambahan (0C)
Y = Kadar Air pada CPO (%)
IV-9
1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.11 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .06666479
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .129
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .446
Asymp. Sig. (2-tailed) .989
b. Uji Multikolineritas
Tabel 4.12 Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -13.250 3.896 -3.401 .008
Menurut Imam Ghozali (2011: 107-108) tidak terjadi gejala multikolieniritas, jika
nilai Toleransi >0,100 dan nilali VIF < 10,00
IV-10
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2011: 139) tidak terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada
scatterplots, serta titik menyebar di atas san dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Y=-13,250-0,024X1+0,176X2
3. Pengambilan Keputusan
Menurut Imam Ghozali (2011:101) jika nilai sig<0,05 maka artinya variabel
independent(X) secara parsial berpengaruh terhadap variable dependent (Y)
Hipotesa:
1. Jika nilai sig<0,05 atau t hitung>t tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
2. Jika nilai sig>0,05 atau t hitung<t tabel maka tidak terdapat pengaruh variable
x terhadap y
Uji f
Tabel 4. 14 Uji Anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.068 2 2.034 374.506 .000a
Residual .049 9 .005
Total 4.117 11
1. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tabel maka terdapat pengaruh variable x
terhadap y
IV-12
2. Jika nilai sig<0,05 atau f hitung>f tidak tabel maka terdapat pengaruh
variable x terhadap y
4.Koefisien Deteminasi
Dari hasil analisa diperolah Oil Losses. Dimana semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan maka akan semakin rendah Oil Losses pada ampas press dengan
suhu air yang maksimum yakni 900C-950C hal ini dikarenakan pemisahan minyak
dengan ampas press akan optimum dengan suhu yang optimum.
V-1
V-2
pada uji normalitas data di peroleh nilai Sig ialah 0,853 maka 0,853>0,05
artinya data berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
pada uji Multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai toleransi jumlah air dan
suhu adalah 0,017 dan nilai VIF nya adalah 57.924 dimana nilai toleransi
0,017<0,100 dan VIF 57,924>10,00 artinya data mengalami gejala
multikolinieritas
c. Uji Heterokedastisitas
Pada uji Heterokedastsitas diketahui bahwa data pada scatterplot tidak
membentuk pola bergelombang atau melebar yang artinya data tidak mengalami
heterokedastisitas
Dimana:
Y= Oil Losses
X1=Jumlah Penambahan Air
X2= Suhu
Artinya:
Koefisien X1 sebesar +0,023 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan menambah nilai
Y sebesar 0,085
Koefisien X2 sebesar -0,696 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan mengurangi nilai
Y sebesar 0,696
Nilai konstanta sebesar 67,337dimana jika X1,X2=0 maka Y=67,337.
V-3
3. Pengambilan Keputusan
Hipotesa:
a. Nilai t hitung X1 ialah 0,035 dimana 0,035 < 2,262 yang artinya tidak
adanya pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak
b. Nilai t hitung X2 ialah -3,579 dimana -3,579 > -2,262 yang artinya ada
pengaruh X2 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima
Nilai sig ialah 0,00 dimana 0,00<0,05 yang artinya ada pengaruh simultan antara
variable X1,X2 terhadap Y
V-4
Nilai F hitung ialah 363,855 dimana 363,855 >4,10 yang artinya ada pengaruh
simultan antara variable X1,X2 terhadap Y
4. Koefisien Determinasi
Suhu
Jumlah Air Kadar Air
Air
No Ton/Jam 0 %
C
1
0 0 1,5
2
0,6 85 1,7
3
0,9 86 1,8
4
1,3 87 2,1
5
1,6 88 2,2
6
1,9 89 2,4
7
2,2 90 2,5
8
2,5 91 2,65
9
2,7 92 2,79
10
2,9 93 2,92
11
3,1 94 3,2
12
3,4 95 3,5
Sumber: Pengolahan Data
Dari hasil analisa diperolah kadar air. Dimana semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan maka akan semakin tinggi juga kadar air pada CPO dengan suhu air
yang maksimum yakni 900C-950C hal ini dikarenakan pemisahan minyak dengan
ampas press akan optimum dengan suhu yang optimum.
1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pada uji normalitas data di peroleh nilai Sig ialah 0,989 maka 0,989>0,05 artinya
data berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Pada uji Multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai toleransi jumlah air dan
suhu adalah 0,017 dan nilai VIF nya adalah 57,924 dimana nilai toleransi
0,017<0,100 dan VIF 57,924>10,00 artinya data mengalami gejala
multikolinieritas
V-6
c. Uji Heterokedastisitas
Pada uji Heterokedastsitas diketahui bahwa data pada scatterplot tidak
membentuk pola bergelombang atau melebar yang artinya data tidak mengalami
heterokedastisitas
Dimana:
Y= Kadar Air
X1=Jumlah Penambahan Air
X2= Suhu
Artinya:
Koefisien X1 sebesar -0,024 dimana setiap 1 unit nilai X1 akan mengurangi nilai
Y sebesar 0,024
Koefisien X2 sebesar 0,176 dimana setiap 1 unit nilai X2 akan menambah nilai Y
sebesar 0,176
Nilai konstanta sebesar -13,250 dimana jika X1,X2=0 maka Y=-13,250.
3. Pengambilan Keputusan
Hipotesa:
a. Nilai t hitung X1 ialah -0,154 dimana -0,154 < -2,262 yang artinya tidak
adanya pengaruh X1 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H1 ditolak
b. Nilai t hitung X2 ialah 3,748 dimana 3,748 > 2,262 yang artinya ada
pengaruh X2 terhadap Y secara parsial dan hipotesa H2 diterima.
B. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Uji F pada Nilai Sig.
Nilai sig ialah 0,00 dimana 0,00<0,05 yang artinya ada pengaruh simultan
antara variable X1,X2 terhadap Y
4. Koefisien Determinasi
Suhu
Jumlah Air Oil Losses Kadar Air
No Air
Ton/Jam 0 % %
C
1 0 0 8,9 1,5
2 0,6 85 8,2 1,7
3 0,9 86 7,4 1,8
4 1,3 87 7,1 2,1
5 1,6 88 5,9 2,2
6 1,9 89 5,1 2,4
7 2,2 90 4,7 2,5
8 2,5 91 4,2 2,65
9 2,7 92 3,8 2,79
10 2,9 93 2,1 2,92
11 3,1 94 1,9 3,2
12 3,4 95 1,5 3,5
Sumber : Pengolahan Data
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa penggunaan penambahan air secara optimum
sebagai air pengencer ialah pada 2,9 ton/jam hal ini didasarkan pada batas
maksimum kadar air dan Oil Losses dimana:
1. Maksimum Oil Losses pada ampas press berdasarkan material balance PT.
Eastern Sumatra Indonesia ialah 4%
2. Maksimum kadar air pada CPO berdasarkan ketetapan PT. Eastern Sumatra
Indonesia ialah 3%.
V-9
Dari tabel 5.3 dapat diperoleh diagram scatter hubungan antara jumlah
penambahan air panas terhadap %oil losses dan kadar air.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi oil losses pada ampas press maka perlu dilakukan
penambahan air panas sebagai air pengencer pada stasiun screw press.
2. Jumlah optimum penambahan air sebagai air pengencer 2,9 ton/jam dimana
jumlah tersebut tidak melewati batas ketetapan oil losses dan kadar air yang
ditetapkan oleh PT. Eastern Sumatra Indonesia.
3. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap pengaruh jumlah penambahan
air terhadap oil losses dan kadar air diketahui pula suhu air optimum yang
digunakan adalah 930C. Suhu tersebut termasuk didalam antara suhu
ketetapan yang ditetapkan oleh PT. Eastern Sumatra Indonesia, dimana suhu
ketetapan ialah 900C-950C.
4. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa hubungan penambahan air
panas sebagai air pengencer terhadap oil losses ialah berbanding terbalik.
Dimana semakin besar jumlah air yang ditambahkan maka akan semakin
kecil oil losses pada ampas press. Sedangkan hubungan penambahan air
panas sebagai air pengencer terhadap kadar air ialah berbanding lurus.
Dimana semakin besar jumlah air yang ditambahkan maka kadar air akan
semakin tinggi.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
VI-1
DAFTAR PUSTAKA
Alkindy , dkk. 2020. Analisis Faktor Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil
Menggunakan Regresi Linear Berganda dan Diagram Tulang Ikan. Banda
Aceh: UNSYAH.
Hasballah T, & Enzo WB, Siahaan. 2018. Pengaruh Tekanan Screw Press Pada
Proses Pengepresan Daging Buah Menjadi Crude Palm Oil. Universitas
Darma Agung: Medan.
Ketaren. 2016. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-
Press.
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Mangoensoekarjo S, Tojib A.T, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University.
Melwita.E., Fatmawati, & Oktaviani.S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Pardamean, Maruli. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pambrik Kelapa sawit.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sahriawati dan Ahmad Daud. 2016. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan
Metode Soxhletasi Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Suhu
Berbeda.Bandung: Jurnal Galung Tropika
Sampidar, 2011. Pengaruh Variasi Lokasi Penambahan Air Pengencer Teriiadap
Kecepataiy Pemisahan Minyak .Medan: STIPAP.
Weigh Bridge
Loading Ramp
Capstan No. 1
Transfer
Carriage Capstan No. 2 dan
MB : FFB Sterilized (89.00 %)
No. 3
Steam (5-6%) Sterilizer
Capstan No. 5 dan
No. 6
Hoisting Crane
Hopper Thresher
Auto Feeder
Rotary Drum
Stripper IA
Rotary Drum
Stripper IB
Fruitlet Empty Bunch MB : Empty Bunch (21.21%)
Oil Losses : 1.65%
MB : Fruitlet (67.79 %)
Kernel Losses : 0.50%
Under Thresher Empty Bunch
Conveyor I Scrapper Conv
Double Bunch
Condensate Fruit Elevator Crusher
MB : Penyusutan/Condensate (16.00 – 17.00 %) Top Distribution Rotary Drum
Losses : 0.30 % Conveyor Stripper IIB
Fruitlet Empty Bunch
Losses USB : 0.25%
Digester
Under Thresher Empty Bunch
Conveyor II Scrapper Conv
Screw Press
To Composting
MB : Crude Oil (39.50%) Crude Oil MB : Press Cake (28.29 %)
Press Cake Plant
Losses : 4.00 %
Under Pressing
V-Notch Oil Gutter
Conveyor
MB : Dillution
Cake Breaker
Water (23,5 %) Sand Trap Tank Conveyor
Separating
Vibrating Screen Ukuran Coloumn
30 mesh Nut Fibre
1
LAMPIRAN 2
2
LAMPIRAN 3
3
LAMPIRAN 4
85,90 mtr
Recovery
Sortasi
TPS B3
Gudang
Sterilizer st.
Loading Ramp st. Bengkel
Boiler st.
BST
Kantor PMKS
85,9 mtr