Anda di halaman 1dari 11

1

Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Pembangunan Dengan


Menggunakan FMEA Dan FTA (Studi Kasus: Hotel Srondol Mixed Used Kota
Semarang)

Seno Aji Nugroho1, Hery Suliantoro2, Naniek Utami H3


Email: Senoaji.nugroho14@gmail.com

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


JL Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang Semarang 50239

ABSTRAK
Proses pembangunan hotel tidak bisa dipisahkan dari keselamatan kerja.. Didapatkan fakta
mengenai tidak tercapainya nilai safety performance yang diberikan oleh tim audit pusat akibat
risiko kecelakaan kerja yang sering terjadi pada pembangunan hotel Srondol Mixed Used.
Metode FMEA digunakan untuk mengetahui risiko terbesar yang ada pada proyek pembangunan
hotel Srondol Mixed Used berdasarkan nilai RPN (Risk Priority Number) terbesar. Hal ini
disebabkan karena pekerja mengalami tertimpa peralatan dari ketinggian dengan nilai RPN 60
Nilai RPN yang memiliki tinggi selanjutnya yaitu gangguan pernapasan akibat menghirup debu
pasir atau semen dengan nilai RPN sebesar 48. Dari seluruh proses kerja, bagian yang memiliki
potensi risiko terbesar yaitu pada bagian pemindahan alat berat.. Setelah didapat risiko terbesar
berdasar nilai RPN, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis menggunakan metode
Fault Tree Analysis untuk mengetahui akar permasalahan dari terjadinya risiko terbesar tersebut,
sehingga diketahui penyebab utama tidak tercapainya nilai safety performance yang ditargetkan
tim audit pusat Berdasarkan hasil perhitungan RPN, didapatkan 3 faktor utama penyebab
terjadinya risiko kecelakaan kerja pada proses pembangunan Hotel Semarang Mixed Used yaitu
manusia, lingkungan dan peralatan. Usulan perbaikan yang di harapkan mampu mengurangi
tingkat risiko kecelakaan kerja dengan membuat SOP untuk proyek tersebut dengan
menggunakan Job Safety Analysis yang bertujuan agar selalu melakukan pengecekan dan
pengawasan lebih.
Keywords: Analysis Risiko Kecelakaan Kerja, FMEA, FTA

ABSTRACT
Workplace Accident Risk Analysis In Development Project Using FMEA And FTA (Case Study:
Srondol Hotel Mixed Used Semarang City). The process of building the hotel can not be
separated from the safety of work .. Obtained the facts about not achieving the safety
performance value provided by the central audit team due to the risk of work accidents that often
occur in the construction of hotel Mixed Used Srondol. The FMEA method is used to find out the
greatest risk of the Srondol Mixed Used hotel development project based on the largest RPN
(Risk Priority Number) value. This is due to the workers experiencing stricken equipment from
the height with the value of RPN 60 RPN value which has a high following respiratory
disturbance due to inhaling dust of sand or cement with RPN value of 48. From all work
processes, the part that has the greatest risk is on the transfer heavy equipment .. After obtained
the greatest risk based on RPN value, then continued by doing analysis using Fault Tree Analysis
method to determine the root of the problem of the occurrence of the greatest risk, so it is known
the main cause of not achieving the safety performance targeted by the central audit team Based
on the calculation of RPN , got 3 main factors causing the risk of work accident at development
process of Hotel Semarang Mixed Used that is human, environment and equipment. Proposed
improvements are expected to reduce the level of risk of work accident by making SOP for the
project by using Job Safety Analysis which aims to always do more checking and supervision
Keywords: Work Accident Risk Analysis, FMEA, FTA
1 Pendahuluan Proses pembangunan hotel tidak bisa dipisahkan dari
keselamatan kerja. Berdasarkan penelitian Djohanputro
Jumlah penduduk Kota Semarang dari tahun 2010 (2008) Manajemen risiko merupakan proses terstruktur
hingga 2015 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengalami peningkatan sebesar 1,5% tiap tahunnya. memetakan, mengembangkan alternatif penanganan
Berdasarkan hasil sensus penduduk terbaru, Kota risiko dan memonitor serta mengendalikan penangan
Semarang sudah menjadi kota terpadat di Jawa Tengah risiko. . Menurut Darma (2009) Para pekerja bangunan
karena proses pembangunan infrastruktur yang terus mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam hal
meningkat dan ditambah lagi banyaknya pendatang yang kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja pada
masuk ke kota Semarang. Menurutu Ervianto (2002) bidang lainnya
Pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup Tidak tercapainya nilai safety performance utamanya
seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, diakibatkan oleh risiko kecelakaan kerja yang cukup
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, tinggi. Contoh kecil dari risiko kecelakaan kerja pada
kelembagaan, dan budaya. Secara sederhana, proses pembangunan hotel ini adalah terjatuh dari
pembangunan sering dikatakan sebagai suatu langkah ketinggian, tertimpa alat atau material dari ketinggian,
untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik tergores / tertusuk alat dan material, tersengat listik dan
Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa lain-lainnya. Adapun skala penilaian untuk mendapatkan
pengembangan atau perluasan (expansion) atau nilai safety performance yaitu ada 4 macam. Pertama
peningkatan (improvement) dari aktivitas yang jika nilai 0 berarti tidak dilaksanakan dari kriteria-
dilakukan oleh suatu masyarakat Kurniawan( 2011). kriteria penilaian tersebut. Kedua jika nilai 1 berarti
Hotel dinilai sebagai hunian yang praktis untuk hidup di dikerjakan tapi tidak berkelanjutan pada kriteria tersebut.
zaman modern seperti sekarang, lokasinya yang berada Ketiga jika nilai 2 berarti dikerjakan tapi tidak ada
dipusat kota dan dekat dengan tempat wisata menjadi dokumentasi pada kriteria penilaian tersebut. Dan yang
salah satu daya tarik. terakhir adalah keempat jika nilai 3 berarti semua kriteria
Tabel 1 Nilai Safety Perfomance dikerjakan dan ada dokumentasi pelengkap.
TARGET SAFETY Penelitian ini akan menganalisis risiko menggunakan
Risk Assessment dengan metode Failure Modes Effect
PERFORMANCE Analysis (FMEA). Metode FMEA digunakan untuk
mengetahui risiko terbesar yang ada pada proyek
Januari 90 70 pembangunan hotel Srondol Mixed Used berdasarkan
nilai RPN (Risk Priority Number) terbesar. Setelah
didapat risiko terbesar berdasar nilai RPN, kemudian
Februari 90 83 dilanjutkan dengan melakukan analisis menggunakan
metode Fault Tree Analysis untuk mengetahui akar
Maret 90 84 permasalahan dari terjadinya risiko terbesar tersebut,
sehingga diketahui penyebab utama tidak tercapainya
nilai safety performance yang ditargetkan tim audit
April 90 82 pusat.
FMEA merupakan salah satu program peningkatan
dan pengendalian kualitas yang dapat mencegah terjadi
Mei 90 86 kegagalan dalam suatu produk atau proses menurut
Bongiorno (2001). FMEA adalah sekumpulan petunjuk,
Juni 90 83 sebuah proses, dan form untuk mengidentifikasi dan
mendahulukan masalah-masalah potensial (kegagalan).
FMEA merupakan metodologi analisis yang digunakan
Juli 90 87 untuk memastikan masalah potensial pada produk dan
proses dipertimbangkan dan dialamatkan secara
Agustus 90 86 menyeluruh melalui perbaikan proses Chapman (1997).
Sedangkan menurut Jang (2015) FMEA merupakan
suatu metode yang sistematik dalam mengidentifikasi
September 90 87 dan mencegah masalah yang terjadi pada produk dan
proses. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
Oktober 90 88 bahwa FMEA adalah metode untuk mengidentifikasi dan
menganalisa potensi kegagalan dan akibatnya yang
bertujuan untuk merencanakan proses yang ada secara
November 90 baik dan dapat menghindari kegagalan proses dan
kerugian yang tidak diinginkan.
Risk Priority Number (RPN) merupakan sebuah
Desember 90
teknik untuk menganalisa resiko yang berkaitan dengan
masalah - masalah yang potensial yang telah
diidentifikasikan selama pembuatan FMEA berdasarkan
Soehatman (1995). Nilai RPN dari setiap masalah yang
potensial dapat kemudian digunakan untuk mengunjungi objek penelitian atau instansi tempat
membandingkan penyebab - penyebab yang melakukan penelitian, guna memperoleh data-data yang
terindentifikasi selama dilakukan analisa. Pada dibutuhkan dalam penelitian. Adapun pengumpulan data
umumnya RPN jatuh diantara batas yang ditentukan, dilakukan dengan cara berikut:
tindakan perbaikan dapat diusulkan atau dilakukan untuk • Metode wawancara (Interview)
mengurangi resiko. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara
Metode FTA sering digunakan untuk menganalisa ditunjukan kepada kepala proyek, pengawas bagian
kegagalan sistem. Fault Tree Analysis (FTA) adalah safety, environment dan para pekerja proyek. Tujuan
metode analisa, dimana terdapat suatu kejadian yang dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui
tidak diinginkan disebut undesired event yang terjadi permasalahan serta resiko kecelakaan kerja di proyek
pada sistem, dan sistem tersebut kemudian dianalisa pembangunan hotelt.
dengan kondisi lingkungan dan operasional yang ada • Kuesioner (Angket)
terjadinya undesired event tersebut. Menurtu Wideman Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dalam Wulandari (2011) Dengan metode FTA ini dapat dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau
diketahui kegagalan – kegagalan yang menjadi penyebab pernyataan tertulis kepada responden, yaitu kepala
terjadinya undesired event, dan probabilitas terjadinya bagian proyek, pengawas bagian safety dan environment
undesired event tersebut. Untuk menganalisa kegagalan para pekerja proyek.
sistem dengan metode FTA, perlu dibuat pohon Kedua metode tersebut dipilih karena waktu yang
kegagalan atau fault tree dari sistem yang dianalisis dibutuhkan untuk mengumpulkan data akan lebih singkat
terlebih dahulu. Fault Tree adalah model grafis dari dan dapat memberikan hasil yang valid.
kegagalan - kegagalan pada sistem dan kombinasinya
yang menghasilkan undesired event.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : (1).
Mengidentifikasi risiko dan mengetahui penyebab
terjadinya risiko kecelakaan kerja pada proyek
pembangunan hotel Srondol Mixed Used. (2) Melakukan
penilaian risiko kecelakaan kerja menggunakan metode
FMEA yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
menggunakan metode FTA untuk mengetahui akar
permasalahan terjadinya risiko terbesar berdasar nilai
RPN yang didapatkan (3).Memberikan rekomendasi
strategis untuk menangani risiko yang terjadi pada
proyek hotel sehingga risiko kecelakaan kerja pada dapat
diminimalkan.

2 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Data yang diperoleh berupa data primer
dengan teknik pengambilan data dilakukan degan cara
deep interview kepada pihak - pihak yang dapat
memberikan informasi kepada peneliti seperti pemilik
proyek hotelt, pengawas bagian safety dan lain-lain.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, teknik yang
digunakan untuk melakukan penelitian menggunakan
dua cara pengumpulan data. Menurut Sugiono (2005)
riset pengumpulan data dibedakan menjadi dua macam,
yaitu riset perpusatakan dan riset lapangan. Riset
perpustakaan adalah Pengumpulan data yang dilakukan
secara teoritis yang didapatkan dari studi buku bacaan
yang berupa:
• Buku wajib (Text Book) yang berkaitan dengan
penulisan penelitian.
• Buku pelengkap (Reference Book) yang berkaitan
dengan objek penelitian.
• Buku bacaan lainnya yang berhubungan dengan
strategi riset, seperti pedoman dan artikel di internet.
Sedangkan riset lapangana adalahMerupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan langsung
3 Hasil dan Pembahasan
Tabel 2 Hasil Perhitungan RPN

Dampak
Proses Penyebab Tingkat Pengendalian yang
Elemen Risiko yang Severity Occurance Detection RPN
Kerja Keparahan Dilakukan
Terjadi
Pengecoran Terpapar beton Pijakan plat bordes Selalu mengecek pijakan
cedera dan
bekisting pada pengecoran 5 kolom tidak aman 2 bordes kolom sebelum 3 30
luka-luka
kolom bekisting kolom dan tidak kuat digunakan
Pekerja tidak
Pengecoran Terjatuh saat Pastikan selalu memakai
menggunakan
bekisting pengecoran Cedera berat 4 2 body harness di setiap 4 32
metode pelaksanaan
kolom bekisting kolom pekerjaan ketinggian
yang sesuai
Tertusuk, Menggunakan APD
Pekerja tidak
tergores dan lengkap, selalu berhati-
Cedera menggunakan
Pembesian tersayat pada 4 3 hati, melakukan 3 36
ringan metode pelaksanaan
pekerjaan pengecekan setiap besi
yang sesuai
pembesian yang keluar dari struktur
Tertusuk, Menggunakan APD
Pekerja tidak
Pembuatan tergores dan lengkap, selalu berhati-
Cedera menggunakan
rangka tersayat pada 4 3 hati, melakukan 3 36
ringan metode pelaksanaan
kolom pembuatan pengecekan setiap besi
yang sesuai
rangka kolom yang keluar dari struktur
Tertusuk, Menggunakan APD
Pekerja tidak
Pemasanga tergores dan lengkap, selalu berhati-
Cedera menggunakan
n rangka tersayat pada 4 3 hati, melakukan 3 36
sedang metode pelaksanaan
bekisting pemasangan pengecekan setiap besi
yang sesuai
rangka bekisting yang keluar dari struktur
Menggunakan APD
lengkap, tidak terburu-
Tangan terjepit buru, kerjakan sesuai
Pemasanga Pekerja tidak
pada Cedera dengan metode kerja
n pipa 3 melengkapi dengan 3 4 36
pemasangan ringan yang sesuai, Gunakan
scaffolding menggunakan APD
pipa scaffolding selalu safety gloves saat
mengangkat pipa
scafolding
Menggunakan APD
Tangan tertusuk,
lengkap, kerjakan sesuai
tergores dan Pekerja tidak
Pemasanga dengan metode langkah
tersayat pada Cedera menggunakan
n struktur 3 3 kerja yang sesuai, 3 27
pemasangan sedang metode pelaksanaan
scaffolding Gunakan selalu safety
struktur yang sesuai
gloves saat mengangkat
scaffolding
pipa scafolding
Pekerja tidak
berhati-hati tidak
menggunakan
Pekerja Cedera terburu-buru,
Pengelasan 2 metode pelaksanaan 2 4 16
terpercik api las ringan menggunakan APD
yang sesuai, tidak
lengkap
menggunakan APD
Pastikan pekerja selalu
Pekerja tidak
Pemindaha Terjatuh dari Meninggal, menggunakan Full Body
4 menggunakan Full 2 4 32
n alat berat ketinggian cedera berat Harness dan APD
Body Harness
lengkap
Pastikan lokasi kerja
Pembebasa Cedera Lahan yang masih bersih dan aman sebelum
Digigit ular 3 1 4 12
n lahan sedang liar melakukan pembebasan
lahan
Tersandung Kurangnya Melakukan pengecekan
Pemasanga pada pekerjaan Cedera kewaspadaan dan pada besi struktur
3 1 4 12
n Bekisting pemasangan ringan tidak hati-hatinya bangunan sebelum dan
bekisting para pekerja setelah pengecoran
Terkilir atau
Pembongka keseleo pada Pekerja terburu- Menggunakan metode
Cedera
ran proses 2 buru dan tidak hati- 2 pemasangan scaffolding 3 12
ringan
scaffolding pembongkaran hati yang benar
scaffolding
Melakukan pengecekan
surat izin operasi pada
Tidak melakukan crane, melakukan
Pemindaha Sling Putus pada Cedera
4 pengecekan pada 2 pengecekan pada tali 3 24
n alat berat crane besar sedang
pengunci crane pengangkut crane agar
tidak melebihi batas load
chart

Pastikan kabel dan


kesetrum box Cedera Tidak dilakukannya stopkontak tidak terkena
Pengecoran 4 2 3 24
pannel sedang pengecekan ulang hujan dan tertutup pada
box pannel

Pastikan kabel yang


Tidak dilakukan digunakan tergantung
kesetrum kabel Cedera
Pengecoran 4 penanganan saat 3 oleh penyangga, Ceklist 3 36
alat stamper sedang
kabel terkelupas penggunaan alat dan
kabel
Pastikan peletakan alat
Dilakukan
Tertimpa tidak membahayakan dan
Pemindaha pengecekan pada
peralatan dari Cedera besar 5 3 berisiko jatuh ataupun 4 60
n alat berat alat dan material
ketinggian menimpa pekerja
saat memindahkan
disekitarnya
Pergerakan alat Pastikan perhitungan
Pekerja tidak
berat (crane) beban yang diangkat
Pemindaha menggunakan
menabrak Cedera besar 4 1 tidak melebihi batas load 4 16
n alat berat metode pelaksanaan
fasilitas/pekerja chart, pastikan memiliki
yang sesuai
disekitarnya surat izin operasi alat
Pastikan perhitungan
Tidak dilakukan
Pemindaha Sling Putus pada Cedera beban yang diangkat
4 pengecekan ulang 1 3 12
n alat berat crane kecil sedang tidak melebihi batas load
saat pemindahan
chart
Pastikan akses yang ada
Struktur Struktur tanah disekitar pemasangan
pemasanga tidak rata dalam Cedera kurang teliti saat scaffolding bersih, rapi
4 1 4 16
n pemasangan sedang pemilihan tanah dan melakukan
scaffolding scaffolding pengecekan sebelum
dipasang
Pastikan tidak meletakan
pekerja tidak
Tertimpa alat/ atau meninggalkan
Pembongka berhati-hati dan
pipa pada proses material di area
ran Cedera berat 4 tidak dilakukan 2 4 32
pembongkaran pemasangan atau
scaffolding dengan metode yang
scaffolding pembongkaran
sesuai
scaffolding
Tidak dilakukan Pastikan kabel yang
Pengelasan, Cedera pengecekan ulang digunakan dalam kondisi
Tersengat listrik 3 3 3 27
Pengecoran sedang kabel saat baik dan aman tidak
digunakan tergeletak di lantai

Pekerja tidak Melakukan pengecekan


Banyaknya besi
Cedera menggunakan ke semua area kerja
Pembesian yang keluar dari 3 1 5 15
sedang metode pelaksanaan setelah proses pembesian
kerangka beton
yang sesuai dan pengecoran
Gangguan debu Pekerja tidak
Menggunakan APD
akibat menggunakan
Pengecoran Cedera kecil 3 4 lengkap dan selalu fokus 4 48
menghirup debu metode pelaksanaan
dalam bekerja
pasir atau semen yang sesuai
Hasil kuisoner ini didapatkan dari salah satu kemungkinan dari kegagalan akan muncul. Detection,
responden kepala safety proyek Hotel Semarang Mixed merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan
Used. Nilai RPN ini didapatkan berdasarkan hasil dari masalah akan di deteksi sebelum sampai ketangan
perkalian dari nilai Severity, Occurance dan Detection. pengguna akhir atau konsumen. Setelah pemberian
Severity, merupakan skala yang memeringkatkan rating dilakukan, nilai RPN dari setiap penyebab
severity dari efek-efek yang potensial dari kegagalan. kegagalan dihitung dengan rumus : RPN = Severity x
Occurance, merupakan skala yang memeringkatkan Occurance x Detection.
Ketika menggunakan teknik risk assessment, sangat agar tidak terjadi risiko yaitu dengan menggunakan APD
penting untuk mengingat bahwa tingkat RPN adalah lengkap serta pekerja mengetahui metode dan cara kerja
relatif terhadap analisis tertentu (dilakukan dengan yang baik dan benar. Selain itu melakukan pengecekan
sebuah set skala peringkat yang umum dan analisis tim terhadap kabel-kabel yang mengalami terkelupas atau
yang berusaha untuk membuat peringkat yang konsisten rusak dan pastikan kabel yang digunakan tergantung
untuk semua penyebab masalah yang teridentifikasi oleh penyangga.
selama melakukan analisis). Untuk itu, sebuah RPN
didalam suatu analisa dapat dibandingkan dengan RPN
Fault Tree Analysis
yang lainnya didalam analisa yang sama, tapi dapat
menjadi tidak dapat di bandingkan terhadap RPN Dari hasil perhitungan metode FMEA dengan melihat
didalam suatu analisa yang lain. nilai RPN tertinggi dari setiap risiko yang terjadi, maka
Dari seluruh proses kerja, bagian yang memiliki langkah selanjutnya adalah mencari akar permasalahan
potensi risiko terbesar yaitu pada bagian pemindahan dari hasil nilai RPN terbesar tersebut. Dalam mencari
alat berat. Hal ini disebabkan karena pekerja mengalami akar penyebab masalah, metode yang digunakan adalah
tertimpa peralatan dari ketinggian dengan nilai RPN 60. Fault Tree Analysis (FTA). FTA merupakan metode
Pada proses pemindahan material dengan menggunakan yang digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan
crane, pekerja harus mengecek terlebih dahulu akar penyebab dari suatu permasalahan. Masalah yang
penyangga crane sebelum mengangkut barang. Pastikan terdapat dari penelitian ini adalah tertimpa peralatan
beban yang akan diangkat tidak melebihi dari kapasitas material dari ketinggian. Akar permasalahan ini
yang telah ditentukan. Dalam mengemudikan crane, didapatkan dengan melakukan pengamatan langsung,
pastikan operator harus memiliki surat izin operasi melakukan wawancara dengan pekerja dan melakukan
mengendalikan crane. Karena jika pekerja tidak wawancara dengan kepala bidang safety proyek. Dari
memiliki surat izin operasi, sangat tidak diperbolehkan hasil pengamatan dan wawancara tersebut dilakukan
mengemudikan crane tersebut. Dalam proses pembuatan pohon akar penyebab masalah yang terjadi.
pemindahan material dengan menggunakan crane, Setelah diperoleh diagram pohon akar tersebut, lalu
pekerja sangat tidak diperbolehkan berada dibawah jarak setiap kejadian diberi keterangan sesuai dengan kondisi
pemindahan tersebut. Potensi risiko proses kerja yang ada. Pertama-tama beri pemisalan pada tiap-tiap
selanjutnya adalah pada pekerjaan pembesian yang gerbang dan kejadian. Misalkan.
menyebabkan pekerja tertimpa peralatan atau material • T adalah top event, yang artinya kejadian utama
dari ketinggian dikarenakan ketidakwaspadaan para yang akan dicari akar permasalahan tersebut.
pekerja. Selain itu kekuatan dari bangunan konstruksi • G adalah intermediate event , yang artinya kejadian
merupakan bagian yang paling penting agar tidak terjadi yang muncul dari kombinasi kejadian-kejadian.
material jatuh dari ketinggian. • E adalah basic event dimana diagram ini digunakan
Nilai RPN yang memiliki tinggi selanjutnya yaitu untuk menyatakan keandalan mendasar yang tidak perlu
gangguan pernapasan akibat menghirup debu pasir atau dicari penyebabnya.
semen dengan nilai RPN sebesar 48. Pada risiko ini • Gerbang OR adalah menunujukan kejadian yang
biasanya terjadi hampir diseluruh bagian proses kerja akan muncul jika satu atau lebih
atau bagian pada setiap ruang konstruksi yang sedang • Gerbang AND adalah untuk menunjukan kejadian
dibangun. Faktor cuaca akan mempengaruhi dari output muncul jika semua input terjadi.
seberapa banyak dan dikitnya dari debu yang ada
dikonstruksi tersebut, sehingga intesitas dari debu Maka:
tersebut akan berterbangan terkena angina. Dampak dari
gangguan pernapasan akibat menghirup atau terkena T = Tertimpa peralatan dan material dari
debu adalah akan mengalami gangguan pernapasan dan ketinggian
menyebabkan mata terluka. Pengendalian yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan APD lengkap G1 = Manusia
untuk menutupi bagian sensitive pada wajah. Selain itu G2 = Lingkungan
melakukan pengecekan pada area konstruksi yang
memiliki intensitas debu yang sangat tinggi dengan G3 = Peralatan
melakukan penanganan seperti menyiram pada area G4 = Umur
dengan menggunakan air.
Nilai RPN selanjutnya adalah pada proses pembesian G5 = Jenis Kelamin
seperti pembuatan rangka bekisting, pembuatan rangka G6 = Masa Kerja
bekisting kolom serta pengecoran dengan nilai 36.
Dengan demikian penyebab dari risiko ini seperti tangan G7 = Kebisingan
tergores, tersayat, tertusuk pada proses kerja dengan E1 = Penggunaan APD
menggunakan besi, beton dan kayu. Selain itu risiko
yang dapat terjadi yaitu kesetrum dengan menggunakan E2 = Tingkat Pendidikan
alat stamper. Hal ini terjadi dikarenakan kabel terkelupas E3 = Penerangan
sehingga alat stamper ini memiliki tegangan listrik yang
sangat tinggi dan sangat berbahaya jika terkena oleh E4 = Siklus Cuaca
pekerja. Pengendalian yang dilakukan untuk mencegah
E5 = Kondisi Mesin E12 = Baru
E6 = Tata Letak Mesin E13 = Sedang
E7 = Kondisi Fisik E14 = Lama
E8 = Mental E15 = Mengurangi Kenyamanan
E9 = Tanggung Jawab E16 = Mengganggu Komunikasi
E10 = Pria E17 = Mengurangi Konsentrasi
E11 = Wanita

fisik merupakan salah satu hal yang diperhatikan saat


Setelah memperoleh nilai RPN tertinggi dari metode bekerja di proyek konstruksi pembangunan gedung-
FMEA yaitu tertimpa peralatan dan material dari gedung bertingkat. Kondisi fisik bekerja dibagi menjadi
ketinggian. Maka dibangun Fault tree untuk 3 bagian, pertama saat usia 17 tahun sampai dengan 28
mendapatkan akar permasalahan yang menyebabkan tahun. Kedua kondisi fisik saat usia 28 tahun sampai
risiko tersebut. Hasil RPN dari tertimpa material dan dengan 39 tahun. Dan yang terakhir adalah kondisi fisik
peralatan disebabkan tiga faktor yaitu, manusia, saat umur 39 tahun sampai dengan 50 tahun. Dari ketiga
lingkungan, dan peralatan. Pada diagram dapat dilihat bagian kondisi fisik ini didapatkan bahwa potensi yang
bahwa moda kegagalan ini dihubungkan dengan gerbang dapat menyebabkan terjadinya risiko kecelakaan kerja
OR yang berarti bahwa ketiga penyebab ini memiliki adalah kondisi fisik saat umur 39 tahun sampai dengan
tujuan untuk mengetahui kejadian - kejadian dari setiap 50 tahun. Hal ini disebabkan semakin tua umur
penyebab faktor tersebut. seseorang maka semakin melemah fisik saat bekerja.
Sub faktor yang kedua yaitu jenis kelamin, dimana
pada jenis kelamin dibagi menjadi dua macam yaitu pria
Analisis Pada Faktor Manusia
dan wanita. Biasanya untuk pekerjaan pada konstruksi
Dimana pada faktor manusia memiliki sub faktor bangunan, pekerjanya lebih banyak pria dibandingkan
diantaranya umur, jenis kelamin, masa kerja, dengan wanita. Karena pada pekerjaan pembangunan
penggunaan APD dan tingkat pendidikan. Dari 5 sub dibutuhkan fisik, mental dan tanggung jawab yang lebih
faktor ini akan dijelaskan mengenai akar permasalahan saat bekerja. Untuk itu saat penyeleksian pekerja, lebih
dari setiap sub faktor yang ada pada proyek diutamakan pada pria dibandingkan dengan wanita.
pembangunan hotel tersebut. Berikut adalah sub faktor Biasanya wanita yang diperkerjakan pada proyek
dari manusia dalam kecelakaan kerja tertimpa peralatan konstruksi pembangunan ditempatkan pada bagian staff
dan material dari ketinggian. pekerja. Hal ini disebabkan tingkat ketelitian dan
Sub faktor yang pertama yang umur dimana dalam kewaspadaan seseorang pada pekerjaan konstruksi lebih
bekerja di proyek faktor umur sangat menentukan dominan pada pria. Karena pria lebih sering melakukan
dengan kondisi saat bekerja dilapangan karena kondisi proses kerja yang berat dan lama sehingga sudah terbiasa
tersebut seperti fisik, mental dan tanggung jawab dengan situasi seperti itu. Untuk itu ketika terjadi sebuah
merupakan sangat diperhatikan sebagai penyebab potensi risiko kecelakaan kerja, pekerja pria lebih siap
terjadinya risiko tersebut. Pada sub faktor umur, kondisi menangani dan lebih berwaspada dibandingkan dengan
wanita. Pekerja wanita tidak memiliki ketelitian dan pekerja di sekitar area proses kerja yang sedang
kewaspadaan saat bekerja di konstruksi pembangunan berlangsung. Bahaya dari kebisingan terhadap
Sub faktor yang ketiga adalah masa kerja, dimana mengganggu komunikasi adalah ketika pekerja berada di
masa kerja ini sangat menentukan seseorang dalam area yang rawan dapat terjadi risiko kecelakaan kerja,
berpengalaman bekerja di proyek pembangunan. Masa tetapi pekerja tersebut tidak mendengar dan sangat
kerja sendiri dibagi menjadi tiga macam yaitu pekerja membahayakan.
baru, sedang dan lama. Pada pekerja baru biasanya masa Maksud dari sub faktor kebisingan yaitu dalam
kerja pekerja tersebut kurang dari 6 tahun Selanjutnya proses pembangunan proyek hotel selalu menggunakan
masa pekerja sedang, dimana masa kerja pekerja sedang alat-alat berat, seperti crane, excavator, tower crane,
dari 6 tahun sampai dengan 10 tahun. Dan terakhir masa truck crane dan clamshell. Dari alat-alat berat tersebut
pekerja lama, dimana masa kerja pekerja tersebut lebih dalam melakukan proses kerja dapat mengeluarkan suara
dari 10 tahun bekerja. Semakin lama seseorang bekerja dan getaran sehingga menyebabkan kenyamanan dalam
diproyek pembangunan, maka semakin waspada dan bekerja, mengganggu komunikasi dan mengurangi
teliti saat pekerja tersebut bekerja konsentrasi. Sub faktor selanjutnya adalah siklus cuaca,
Sub faktor selanjutnya adalah penggunaan APD, dimana maksud dari siklus cuaca adalah dalam proyek
maksud dari penggunaan APD ini adalah kedisiplinan pembangunan siklus cuaca sangat tidak dapat ditentukan
para pekerja dalam menggunakan APD. Sebelum oleh manusia. Hal ini yang dapat menyebabkan
melakukan pekerjaan pada hari itu, biasanya bagian terjadinya potensi risiko kecelakaan proyek seperti hujan
safety selalu mengecek tentang persiapan APD, alat dan dengan angin yang kencang sehingga dapat merobohkan
material. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya struktur bekisting, scaffolding dan pekerjaan lainnya.
risiko kecelakaan kerja. Namun ketidak displinan Cuaca yang terjadi pada belakangan proyek ini
pekerja masih sangat terjadi di proyek pembangunan adalah mulai masuknya musim hujan dari musim
hotel tersebut. Hal ini dikarenakan, para pekerja tidak kemarau yang panjang. Ketika sub faktor cucaca terjadi
terbiasa menggunakan APD dan lebih nyaman saat contohnya pada musim hujan, dapat menyebabkan
bekerja. Padahal tujuan dari APD ini adalah untuk kurangnya aktivitas pekerjaan pada proses pembuatan
melindungi tubuh dari potensi-potensi terjadinya risiko struktur. Sub faktor cuaca merupakan salah satu dari
kecelakaan kerja. APD yang harus digunakan penyebab tertimpa peralatan dan material dari ketinggian
diantaranya sepatu khusus untuk bekerja di proyek, karena cuaca yang tidak bisa ditentukan oleh manusia.
sarung tangan, helm, kacamata, body haarneess untuk Dari sub faktor cuaca ini akibat dari hujan deras ialah
bekerja ketinggian dan rompi untuk menandakan bahwa membuat area kerja yang tergenang air sehingga dapat
pekerja tersebut merupakan bagian dari pekerja proyek mengganggu proses kerja lainnya dan dapat berpotensi
itu. Kesadaran dari penggunaan APD seharusnya harus terjadinya risiko kecelakaan kerja, seperti kepeleset
sudah diterapkan saat pekerja mulai masuk bekerja di karena licin, struktur tanah yang tidak rata sehingga
proyek tersebut. menyebabkan longsor kecil pada area yang lebih rendah.
Sub faktor berikutnya adalah tingkat pendidikan, Sub faktor selanjutnya adalah penerangan, karena
rata-rata pekerja lapangan yang ada diproyek tersebut dalam proyek pembangunan khususnya gedung
adalah hanya sebatas sampai SMP dan SMA. Sub faktor bertingkat sangat diperlukan penerangan pada malam
tingkat pendidikan sangat penting bagi para pekerja hari. Proses kerja konstruksi bangunan tidak hanya
dimanapun. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan dikerjakan pada pagi hingga sore, tetapi sampai tengah
seseorang, maka pekerjaan yang didapat jauh lebih enak malam pun. Menurut pengawas proyek, pada pekerjaan
dibandingkan dengan pekerja yang rendah dengan konstruksi pembangunan sering dikerjakan malam hari
pendidikan karena suhu pada saat pengecoran beton, karena sangat
Hal ini yang terjadi dikarenakan semakin rendahnya baik dikerjakan dibandingkan saat pengecoran pada pagi,
pendidikan, maka ketelitian dan kewaspadaan serta siang atau sore hari. Untuk itu pada proses kerja malam
tanggung jawab dalam menerima informasi tersebut hari ada beberapa penerangan yang dilakukan yaitu pada
masih sangat kurang jelas dan kurang tanggap pekerjaan ketinggian, pada pekerjaan pembesian dan
dibandingkan dengan pekerja yang memiliki tingkat pada pekerjaan pengecoran. Hal ini jika tidak ada
pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu perlu penerangan maka pekerja tidak dapat mendeteksi potensi
pembimbingan dan arahan dari para pekerja yang terjadinya risiko kecelakaan kerja seperti material atau
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau peralatan yang jatuh dari ketinggian, tangan tergores atau
memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak kepada tersayat pada pekerjaan pembesian
pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Analisis Faktor pada Peralatan
Analisis Pada Faktor Lingkungan Dan faktor yang terakhir adalah peralatan, maksud
dari peralatan ini adalah semua alat-alat yang digunakan
Faktor selanjutnya dalam penyebab nilai RPN dalam proses kerja dari alat-alat kecil hingga alat-alat
tertinggi adalah karena faktor lingkungan. Dimana dari berat. Peralatan ini memiliki dua sub faktor, yang
faktor lingkungan ini memiliki tiga sub faktor, pertama yaitu kondisi alat atau mesin dan letak alat
diantaranya kebisingan, siklus cuaca dan penerangan. mesin. Kondisi mesin yang sangat diperhatikan adalah
Berikut merupakan sub faktor dari analisis faktor tower crane dan crane kecil, hal ini dikarenakan sangat
lingkungan. Selanjutnya pada sub faktor kebisingan juga membahayakan para pekerja yang ada di lingkungan alat
dapat menyebabkan mengganggu komunikasi antara tersebut. Jika alat-alat berat mengalami kerusakan tentu
dapat menimbulkan bahaya seperti saat proses material, pembesian dan pengecoran. Dari 3 proses kerja
pemindahan material dengan menggunakan crane lalu ini nantinya akan didapatkan penjelasan selanjutnya.
material tersebut terjatuh dan menimpa pekerja yang ada • Alat atau material yang digunakan
di area tersebut. Pada penjelasan tabel ini merupakan alat atau
Sub faktor selanjutnya adalah tata letak alat berat material apa saja yang digunakan dalam kemungkinan
tersebut. Hal ini membutuhkan perhitungan dalam terjadinya risiko kecelakaan kerja tersebut. Pada proses
meletakan alat berat tersebut. Karena jika tidak sesuai pemindahan material, alat yang digunakannya adalah
meletakan alat berat tersebut dalam pemindahan material tower crane dan crane kecil. Tower crane merupakan alat
dapat terkena bangunan proyek tersebut. Letak mesin pemindahaan material yang dapat menghubungkan
atau peralatan harus sesuai dengan standar yang telah antara area kerja yang berada dibawah dengan area kerja
dikeluarkan oleh proyek, sehingga pihak pengawas yang bertingkat atau yang berada di ketinggian.
proyek dapat mengawasi serta melakukan tindakan Sedangkan crane kecil merupakan alat pemindahan
apabila ada kesalahan dari meletakan mesin dan material yang dilakukan pada area bagian bawah yang
peralatan. Jadi kesimpulan dari analisis FTA ini bertujuan untuk memindahkan material ke tempat tujuan
diperlukannya ketelitian dan kewaspadaan dari semua yang berada dibawah. Pada proses kerja selanjutnya
pekerja yang bekerja diproyek tersebut. Selain itu selalu adalah pembesian. Pada proses pembesian alat yang
melakukan pengecekan area-area yang memiliki potensi digunakan yaitu palu, besi, bekisting, scaffolding dan
terjadinya risiko kecelakaan kerja seperti struktur triplex. Proses kerja yang terakhir adalah pengecoran,
bangunan, alat-alat yang digunakan lingkungan kerja. yaitu alat yang digunakan adalah pasir semen, besi,
Serta memberikan ruang atau tempat khusus untuk para bekisting, alat pengaduk antara semen dengan pasir atau
pekerja saat istirahat dan kelelahan mobil molen dan triplex.
• Kemungkinan risiko
Pada tabel ini, kemungkinan risiko berisi tentang
Rekomendasi
risiko apa saja yang terjadi pada proses kerja yang
Berdasarkan hasil perhitungan RPN dan setelah sedang dilakukan. Pada penelitian ini , kemungkinan
menggunakan metode FTA diperoleh bahwa bagian yang risiko yang disebabkan oleh proses kerja pemindahan
menimbulkan risiko terbesar adalah pada pemindahan material adalah tertimpa material dan peralatan dari
alat berat atau proses pembesian yang menyebabkan ketinggian. Selanjutnya pada proses pembesian,
pekerja tertimpa material dan peralatan dari atas. Usulan kemungkinan risiko yang terjadi adalah tangan tergores,
perbaikan yang diberikan secara garis besar mengarah tertusuk dan tersayat, tertimpa perlatan atau material dari
pada tindakan memitigasi risiko kecelakaan kerja, scaffolding. Selanjutnya pada proses pengecoran
pembentukan SOP, standarisasi, dan pengawasan pada kemungkinan risiko yang terjadi adalah pada pengecoran
proyek tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan bekisting kolom pada lantai atas yaitu terjatuh dari
brainstorming dengan pihak kepala safety dan pekerja ketinggian. Selain itu pada pengecoran bekisting,
proyek, bahwa didapatkan hasil berdasarkan memitigasi penahan dari bekisting kolom tidak kuat sehingga cor
risiko dibutuhkan analisis Job Safety Analysis (JSA). banyak yang berjatuhan.
JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya • Pencegahan
potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, Pada tabel ini, pencegahan merupakan suatu tindakan
dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya
penerapan JSA seperti mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan risiko. Pada penelitian ini pencegahan
berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang yang dilakukan pada proses pemindahan material adalah
berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius dan selalu mengecek penguci crane, menggunakan APD
menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya. lengkap, tidak berada dibawah area saat pemindahan
Pada penelitian ini, JSA bertujuan untuk mengetahui material dan pastikan selalu mengecek pengunci crane
kemungkinan risiko yang terjadi yang disebabkan oleh sebelum dipindahkan. Selanutnya pada proses pembesian
alat atau material yang digunakan pada setiap proses pencegahan yang dilakukan adalah tidak meletakan
kerja. Usulan perbaikan ini berisi tabel-tabel yang peralatan atau material sembarangan, pastikan
nantinya akan digunakan untuk penilaian atau menggunakan APD lengkap, mengecek besi-besi yang
pencegahan dari setiap kemungkinan risiko yang terjadi keluar dari beton dan menngunakan metode cara kerja
pada proyek tersebut. Tabel yang diberikan untuk yang benar.
usulan perbaikan ada beberapa diantaranya: 1. Urutan • Check list
proses kerja 2. Alat atau material yang digunakan 3. Tabel usulan yang terakhir adalah check list. Check
Kemungkinan risiko 4. Pencegahan 5. Check list . list merupakan sebuah tindakan yang dilakukan untuk
• Urutan kerja mengecek dari tabel sebelumnya. Jika pencegahan sudah
Pada tabel ini urutan proses kerja merupakan proses dilakukan makan tabel check list tersebut akan mengisi
kerja apa saja yang nantinya dalam proses pembangunan tanda centang pada kolom “YA”. Dan jika pencegahan
hotel, apartement dan lain-lainnya yang sedang belom dilakukan maka tabel check list tersebut akan
dikerjakan tetapi mengalami suatu kejadian seperti mengisi “TIDAK”. Tabel check list ini akan di isi dan
kecelakaan kerja. Pada penelitian ini urutan proses kerja diawasi oleh bagian keselamatan proyek yang bertujuan
yang mengalami kemungkinan terjadinya risiko untuk meningkatkan keselamatan dan nilai safety
kecelakaan kerja adalah pada proses kerja pemindahan performance pada proyek tersebut.
Setelah itu pengawas proyek akan melakukan Darma, Eka R (2009) Identifikasi Penyebab Kecelakaan
pengecekan pada setiap urutan kerja apabila memiliki Kerja Menggunakan Fault Tree Analysis Pada
kemungkinan risiko lalu dengan segera melakukan Proyek Pembangunan The Adiwangsa Surabaya
pencegahan agar tidak menimbulkan masalah lainnya. Djojosoedarso, Soeisno. 2003. Prinsip-prinsip
Maka dari semua permasalahan tersebut dibutuhkan Job Manajemen Resiko dan Asuransi. Edisi Revisi.
Safety Analysis yaitu sebuah metode yang memiliki Jakarta: Salemba Empat
tujuan untuk mengidentifikasi secara sistematik dari Ervianto,W.I, (2002), Manajemen Proyek Konstruksi,
bahaya potensial di tempat kerja tersebut. Selain itu tabel Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta
analysis ini sebagai bahan untuk meningkatkan nilai H.A. Jang, (2015). Risk Evaluation of Hierarchical
performance dari tim audit pusat kepada proyek Failure Causes in FMEA, Ph.D. Dissertation,
pelaksana dengan cara melampirkan dokumen ini Pukyong National University, Pusan, Korea
sebagai salah satu kelengkapan penilaian.. Setelah Kurniawan, Bagus Yuntar. 2011. Analisa Risiko
dilakukan analysis, metode Job Safety Analysis ini Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Apartemen
memberikan tindakan kepada urutan proses kerja yang Petra Square Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
sedang dilakukan dengan memberikan peringatan atau Nopember
teguran kepada pekerja agar selalu berhati-hati dan Ramli, Soehatman, (2010) Pedoman praktis Manajemen
mengikuti metode cara kerja yang baik dan benar. Risiko dalam prespektif K3 HSE Risk Management,
Berikut adalah tabel usulan perbaikan yang diberikan Dian Rakyat, Jakarta
kepada PT PP agar menerapkan SOP Semarangkota.bps.go.id, 2016. Jumlah Kependudukan
Kota Semarang, Diakses pada 20 Maret 2017, dari
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/81
4 Kesimpulan 2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dari 9 Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif,
proses kerja pembangunan hotel dalam tahap pembuatan Kualitatif dan R & D. Edisi Keempat. Penerbit
struktur dengan mengidentifikasi risiko dan mengetahui Alfabeta, Bandung
penyebab terjadinya risiko tersebut diantaranya pada Wideman, Max R., (1992). Project and
proses pembesian risiko yang dapat terjadi yaitu tersayat, Program Risk Management. A Guide to
tergores dan tertusuk pada tangan disebabkan karena Managing Project Risks & Opportunities,
tidak menggunakan APD. Selanjutnya pemasangan Project Management Institute
struktur scaffolding risiko yang dapat terjadi yaitu
terjatuh dari scaffolding, struktur scaffolding tidak kuat
menahan disebabkan karena ketidakwaspadaan pekerja
dalam bekerja dan tidak melakukan pengecekan
scaffolding saat digunakan.
Berdasarkan hasil perhitungan RPN, didapatkan 3
faktor utama penyebab terjadinya risiko kecelakaan kerja
pada proses pembangunan Hotel Semarang Mixed Used
yaitu manusia, lingkungan dan peralatan. Terdapat sub
faktor dari ketiga faktor tersebut, seperti pada faktor
manusia memiliki sub faktor yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, masa kerja, penggunaan APD dan tingkat
pendidikan. Masing-masing sub faktor ini memiliki akar
permasalahan juga. Selanjutnya pada faktor lingkungan,
dimana pada faktor lingkungan ini memiliki 3 sub faktor
seperti kebisingan, siklus cuaca dan penerangan proyek
pada malam hari. Dari ketiga sub faktor lingkungan
tersebut memiliki akar permasalahan sendiri. Dan
terakhir sub faktor dari faktor peralatan adalah kondisi
mesin atau peralatan yang digunakan saat bekerja dan
letak mesin atau alat yang harus sesuai dengan area yang
telah ditentukan.

Daftar Pustaka
Bongiorno, Jim, “Use FMEAs to Improve Your Product
Development Process,” PM Network, 15:5 (May
2001), pp. 47-51
Chapman,C. (1997). Project Risk Analysis and
Management – PRAM the Generic Process .
International Journal of Project Magement, Vol.15.
No. 5

Anda mungkin juga menyukai