- 72 -
9. Menjamin lingkungan kerja yang aman, sehat, 9. Menghitung Risk Priority Number (RPN)
bersih dan nyaman guna menciptakan 3. Metodologi Penelitian
kegembiraan serta semangat kerja. Metodologi penelitian merupakan ringkasan
b. Root Cause Analysis (RCA) mengenai alur pengerjaan penelitian yang akan
Root Cause Analysis (RCA) menurut Cahyono dilakukan. Metodologi penelitian diperlukan agar
(2008:161) merupakan pendekatan terstruktur untuk penelitian yang dilakukan dapat berjalan secara
mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada sistematis dan runtut sesuai dengan diagram alir
satu atau lebih kejadian-kejadian yang lalu agar yang telah ditentukan. Berikut ini adalah diagram
dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja. alir penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1
Sedangkan menurut Robitaille (2004:3) Root Cause berikut:
Analysis (RCA) adalah penyelidikan mendalam
Mulai
tentang penyebab atau penyebab masalah yang
diidentifikasi, keluhan, ketidakcocokan, tidak
terpenuhinya persyaratan, atau kondisi yang tidak Studi Lapangan
diinginkan, berfungsi sebagai langkah dalam proses - PT XYZ
tindakan korektif.
Penggunaan metode RCA yaitu sistem 5 why Studi Literatur
- Metode Root Cause Analysis
dalam tahap analisis lebih mempermudah mencari - Metode Failure Mode and Effect Analysis
penyebab secara mendalam yang dilakukan dengan
cara mengulang pertanyaan yang diawali dengan
Perumusan
“mengapa” sebanyak lima kali. Input metode RCA Masalah
yaitu berupa data kecelakaan kerja yang didapat dari
hasil pengumpulan data yang bersumber dari hasil
Penentuan Tujuan
wawancara serta data perusahaan. Sedangkan output Penelitian
dari RCA ini adalah ditemukannya akar masalah
penyebab kecelakaan kerja.
Pengumpulan Data
c. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) - Data Kecelakaan Kerja
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) - Bentuk Kecelakaan Kerja
- Jumlah Jam Kerja Karyawan
menurut Firdaus dkk (2011:84) merupakan metode - Jumlah Jam Kerja Hilang Karyawan
sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi - Dokumentasi berupa foto
potensi kegagalan yang dapat timbul dalam suatu
pekerjaan guna mencegah terjadinya mode
Pengolahan Data Pengolahan Data
kegagalan. FMEA bertujuan untuk meminimalisasi - Penilaian Perubahan Frekuensi - Mengidentifikasi Potensi Mode Kegagalan
dan mengeliminasi kemungkinan kegagalan Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode FMEA
- Mencari Akar Penyebab Kecelakaan - Penilaian Severity (S)
produksi yang dapat timbul. Tujuan FMEA menurut dengan Metode RCA - Penilaian Occurance (O)
McDermott (2008:61) adalah untuk menghindari - Menentukan Usulan Perbaikan - Penilaian Detection (D)
Berdasarkan Hasil RCA - Perhitungan Risk Priotiry Number (RPN)
kecelakaan kerja karena kegagalan keamanan dan
kegagalan sistem.
Adapun langkah-langkah dalam menjalankan Analisa Hasil
FMEA adalah: - Analisa Perubahan Frekuensi Kecelakaan Kerja
- Analisa Root Cause Analysis (RCA)
1. Mengidentifikasi uraian pekerjaan pada stasiun - Analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
proses produksi - Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP)
2. Mengidentifikasi mode kegagalan proses
produksi
Kesimpulan dan Saran
3. Mengidentifikasi efek mode kegagalan proses
produksi
4. Mengidentifikasi potensi penyebab kegagalan
Selesai
proses produksi
5. Mengidentifikasi mode deteksi proses produksi
6. Menentukan nilai keparahan (Severity) Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
7. Menentukan nilai kejadian (Occurence)
8. Menentukan nilai deteksi (Detection)
- 73 -
4. Hasil dan Pembahasan b. Root Cause Analysis (RCA)
a. Frekuensi Kecelakaan Kerja Berdasarkan pengolahan data yang telah
Hasil perhitungan tingkat frekuensi kecelakaan dilakukan dengan metode Root Cause Analysis
kerja PT XYZ tahun 2016-2018 dapat dilihat pada (RCA), maka ditemukannya akar penyebab
tabel berikut ini: kecelakaan kerja yang terjadi di area stasiun
Tabel 1. Hasil Frekuensi Kecelakaan Kerja produksi PT XYZ dari 8 kejadian yang sudah
Tahun F (Kali/200.000 jam kerja) dianalisis. Tahap penggunaan RCA adalah sistem 5
2016 3,08
2017 5,00
why yang dilakukan dengan cara mengulang
2018 5,11 pertanyaan yang diawali dengan “mengapa?”
sebanyak lima kali hingga menemukan akar
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat frekuensi penyebab kecelakaan kerja.
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa pada tahun Akar penyebab kecelakaan kerja berdasarkan
2016 terjadi 3,08 kali kecelakaan yang hasil metode root cause analysis (RCA) dapat
menyebabkan luka untuk setiap 200.000 jam kerja, dilihat pada tabel berikut:
pada tahun 2017 terjadi 5,00 kali kecelakaan yang Tabel 2. Rekaputulasi Root Cause Kecelakaan
menyebabkan luka untuk setiap 200.000 jam kerja, Kerja Berdasarkan RCA
pada tahun 2018 terjadi 5,11 kali kecelakaan yang No
Bentuk Kecelakaan Root Cause
Kerja Kecelaaan Kerja
menyebabkan luka untuk setiap 200.000 jam kerja.
Kaki karyawan Kurangnya pengawasan dan
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat frekuensi terkena minyak perhatian dari perusahaan
kecelakaan kerja pada PT XYZ tahun 2016-2018 panas CPO terhadap standarisasi alat,
1
mengakibatkan kaki belum adanya SOP khusus
kemudian dilakukan penilaian terhadap Safe-T- melepuh di area mengenai pengosongan storage
Score. Kategori hasil perhitungan Safe-T-Score stasiun Dispatch tank.
Dada Karyawan Kurangnya kesadaran
dapat dilihat sebagai berikut: tertimpa pompa karyawan dalam mewujudkan
2
- Safe-T-Score diantara +3,00 dan -3,00 celup di stasiun situasi kerja yang aman
Dispatch
perubahan frekuensi tidak signifikan.
Pipi karyawan Kurangnya kesadaran karyawan
- Safe-T-Score lebih dari +3,00 perubahan terluka oleh mesin dalam mewujudkan situasi kerja
3
frekuensi lebih buruk dari sebelumnya. gerinda di stasiun yang aman. Belum adanya SOP
Digester pengoperasian mesin potong.
- Safe-T-Score kurang dari -3,00 perubahan Kurangnya kesadaran karyawan
Karyawan
frekuensi lebih baik dari sebelumnya. tergelincir dan kaki
dalam mewujudkan situasi kerja
4 yang aman. Belum adanya SOP
Perhitungan Safe-T-Score 2016-2017 mendapatkan melepuh di stasiun
khusus pengambilan sampel
Clarification
hasil nilai sebesar 0,65 dimana nilai ini berada minyak CPO
diantara +3,00 dan -3,00 yang menunjukkan bahwa Paha karyawan Kurangnya pengecekan dan
terbentur pengait pengawasan perusahaan
pengaruh tingkat frekuensi kecelakaan kerja 5
lori di stasiun terhadap kondisi alat. Belum
terhadap kinerja K3 tidak signifikan. Selanjutnya Tippler adanya SOP.
Belum adanya SOP khusus
perhitungan Safe-T-Score 2017-2018 mendapatkan pengoperasian Boiler,
Kaki karyawan retak
hasil nilai sebesar 0,02 dimana nilai ini berada 6
di stasiun Boiler
kurangnya kesadaran karyawan
dalam penerapan Instruksi
diantara +3,00 dan -3,00 yang menunjukkan bahwa Kerja (IK)
pengaruh tingkat frekuensi kecelakaan kerja Jari karyawan Kurang tegasnya pengawasan
terhadap kinerja K3 tidak signifikan. Berdasarkan terjepit bamper lori terhadap penerapan instruksi
7
di stasiun Loading kerja (IK) saat proses produksi
hasil Safe-T-Score tersebut terlihat hasil Safe-T- Ramp
Score 2017-2018 lebih kecil dibandingkan dengan Karyawan terpeleset
Longgarnya pengawasan
perusahaan terhadap area kerja,
hasil Safe-T-Score 2016-2017, dapat diartikan 8 dan kaki terkilir di
belum adanya SOP penanganan
stasiun Sterilizer
bahwa telah terjadi perbaikan dalam kinerja K3 lori di stasiun Sterilizer.
perusahaan. Namun, dengan adanya insiden
kecelakaan kerja maka tetap harus dilakukan Berdasarkan akar penyebab (root cause)
perbaikan terhadap sistem keselamatan dan kecelakaan kerja, maka dihasilkan usulan perbaikan
kesehatan kerja PT XYZ karena adanya target sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada PT
perusahaan untuk mencapai zero accident. XYZ, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
- 74 -
Tabel 3. Usulan Perbaikan Berdasarkan RCA Tabel 4. Usulan Perbaikan Berdasarkan RCA
Bentuk Kecelakaan
Usulan Perbaikan Sistem (lanjutan)
No Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Usulan Perbaikan Sistem
Kerja Bentuk Kecelakaan
No Keselamatan dan Kesehatan
- Dibuatkan SOP pengosongan Kerja
Kerja
storage tank. - Dibuatkan SOP
- Diberikan peraturan tegas pengoperasian Boiler.
Kaki karyawan secara tertulis agar Instruksi - Diberikan peraturan tegas
terkena minyak Kerja Pemeliharaan Rutin untuk menjalankan Intruksi
panas CPO Pompa di Stasiun Dispatch di
1 Kerja (IK) dan pemberian
mengakibatkan kaki jalankan karyawan. Kaki karyawan retak sanksi apabila karyawan
melepuh di area - P2K3 memberikan training 6
di stasiun Boiler tidak mengikuti aturan.
stasiun Dispatch kepada karyawan mengenai - Operator masing-masing
standar spesifikasi dan stasiun harusnya
kondisi optimal penggunaan bertanggung jawab terhadap
alat. masalah teknis yang terjadi
- Perusahaan memberikan selama proses berlangsung.
sarung tangan khusus jenis - Diberikan peraturan tegas
PVC (Polyvinyl Chloride) untuk menjalankan Intruksi
Oil Resistant dan Kerja (IK) yang sudah ada
mewajibkan karyawan untuk dan pemberian sanksi apabila
menggunakannya saat
karyawan tidak mengikuti
pekerjaan yang berhubungan Jari karyawan aturan
dengan minyak. terjepit bamper lori - Harus adanya petugas khusus
Dada Karyawan - Disediakannya tempat 7
di stasiun Loading yang mengkontrol kondisi
tertimpa pompa khusus penyimpanan sarung
2 Ramp lantai akibat tumpahan
celup di stasiun tangan yang dekat dengan minyak dan ada tim yang
Dispatch area produksi, agar bertugas secara rutin
memudahkan karyawan saat membersihkan sisa tumpahan
menyimpan dan
minyak di seluruh stasiun
menggunakan. produksi.
- Diberikan peraturan tegas
- Dibuatkan SOP penanganan
untuk menjalankan Intruksi
lori proses Sterilizer.
Kerja (IK) dan pemberian
- P2K3 membuat suatu
sanksi apabila karyawan
penjadwalan untuk
tidak mengikuti aturan.
pengecekan standarisasi
- Dibuatkan SOP APD (boot, sarung tangan
pengoperasian mesin potong. dan helm) yang digunakan
- Diberikannya Full Face seluruh karyawan bagian
Safety Helmet yang memiliki Karyawan terpeleset
Pipi karyawan produksi untuk memastikan
pelindung pada bagian depan 8 dan kaki terkilir di
terluka oleh mesin maksimalnya APD
3 wajah stasiun Sterilizer
gerinda di stasiun - Memberikan arahan secara
- Diberikan peraturan tegas
Digester intensif kepada karyawan
untuk penggunaan APD dan yang bekerja pada area
pemberian sanksi apabila stasiun Sterilizer agar
karyawan tidak menggunakan APD, kerena
menjalankannya tidak digunakannya APD
- Dibuatkan SOP pengambilan masih menjadi budaya
sampel minyak CPO. karyawan
- Diberikan Sign peringatan
khusus untuk larangan c. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Karyawan melintas/melompat di atas - Mengidentifikasi Uraian Pekerjaan pada
tergelincir dan kaki selokan berisi sludge CPO di
4
melepuh di stasiun Stasiun Clarification
Stasiun Proses Produksi
Clarification - Diberikan peraturan tegas Tabel 5. Uraian Pekerjaan Stasiun Proses
untuk penggunaan APD dan
pemberian sanksi apabila No. Stasiun Uraian pekerjaan
karyawan tidak Penerimaan Penimbangan TBS/CPO
menjalankannya 1
TBS Pembongkaran buah & grad buah
- Dibuatkan SOP transfer lori.
- P2K3 memberikan training Loading Transfer carriage
2
kepada karyawan mengenai Ramp Pengisian TBS/buah
Paha karyawan standar spesifikasi dan
Pengisian dan mengeluarkan lori dalam
terbentur pengait kondisi optimal penggunaan
5 rebusan
lori di stasiun alat
Tippler - Pembuatan check list yang 3 Sterilizer Perebusan buah
digunakan untuk mengecek Memindah jalur lori dengan transfer
kondisi alat-alat pendukung carry
di setiap stasiun proses
Mengisi lori pada drum penuangan
4 Tippler
tippler ke thresher drum
5 Threshing Memisahkan buah dari tandan
6 Digester Pengisian Digester
- 75 -
Tabel 5. Uraian Pekerjaan Stasiun Proses (lanjutan) RPN tertinggi pada mode kegagalan steam, air
No. Stasiun Uraian pekerjaan panas dan minyak panas di stasiun Clarification
7 Pressing Pengepresan brondolan dengan nilai RPN 200. Mode kegagalan dengan
Pemisahan fiber dan nut nilai RPN tertinggi selanjutnya harus menjadi
Nut & Pemisahan nut & kernel (ripplemill fokus perhatian dan tindakan pencegahan agar
8
Kernel area)
mode kegagalan yang berpotensi tinggi dapat
Pemisahan kernel dan cangkang
dikendalikan.
9 Boiler Operasional Boiler
d. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pemurnian minyak dan pengutipan
10 Clarifikasi
minyak
Berdasarkan analisa Root Cause Analysis
11 Dispatch Pengiriman dan sounding minyak (RCA) dan analisa Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) telah dihasilkan usulan perbaikan atas akar
- Menentukan Nilai Severity (Keparahan) penyebab kecelakaan kerja serta urutan prioritas
Tahap ini adalah mengidentifikasi tingkat tindakan pencegahan kecelakaan kerja. Pembuatan
keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh SOP mendasar kepada Undang-undang No. 1 Tahun
kecelakaan dengan penilaian severity, 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan
digunakan skala 1 sampai 10 dimana skala 1 Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
merupakan mode kegagalan yang memiliki efek SMK3 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
keparahan rendah dan skala 10 untuk mode Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang
kegagalan yang memiliki efek keparahan tinggi. Alat Pelindung Diri. Adapun usulan Standar
- Menentukan nilai Occurence (Kejadian) Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat
Tahap ini dilakukan penilaian dari skala 1-10 berdasarkan hasil analisis akar penyebab
dimana skala 1 merupakan kegagalan yang kecelakaan, analisis potensi kecelakaan kerja dan
tidak pernah terjadi dan skala 10 untuk kondisi di area proses PT XYZ yaitu SOP K3 Area
kegagalan yang sering terjadi. Produksi meliputi SOP pengoperasian boiler, SOP
- Menentukan nilai Detection (Deteksi) pengambilan sampel minyak, SOP transfer lori pada
Merupakan nilai dari pencegahan sebelum tippler, SOP penanganan lori saat proses sterilizer,
terjadi kegagalan yang dapat mendeteksi SOP pengosongan storage tank stasiun dispatch,
potensi dan kemungkinan sebelum kecelakaan SOP pengoperasian mesin potong, SOP
terjadi. Tahap ini dilakukan penilaian dari skala pengoperasian pressing dan SOP pembersihan
1-10 dimana skala 1 merupakan kegagalan yang ceceran minyak area produksi.
mudah untuk dideteksi sedangkan skala 10 5. Kesimpulan
untuk kegagalan sulit untuk dideteksi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
- Menghitung Risk Priority Number (RPN) maka didapatlah kesimpulan bahwa
Nilai RPN merupakan hasil perkalian dari nilai ditemukannya akar penyebab kecelakaan kerja
Severity (keparahan), nilai Occurence yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran
(kejadian) dan nilai Detection (deteksi). Nilai karyawan dalam mewujudkan situasi kerja yang
RPN tersebut didapat berdasarkan penilaian aman, kurangnya pengawasan pihak perusahaan
terhadap severity yang merupakan tingkat terhadap standarisasi alat, kurang tegasnya pihak
keparahan dari efek kegagalan yang perusahaan dalam penerapan Instruksi Kerja (IK),
ditimbulkan. Selain itu, penilaian terhadap serta belum adanya Standar Operasional Prosedur
occurence juga menjadi faktor yang merupakan (SOP) khusus untuk beberapa kegiatan pekerjaan.
tingkat keseringan terjadinya kecelakaan. Nilai RPN tertinggi terdapat pada mode kegagalan
Faktor terakhir yang juga mempengaruhi nilai terpeleset di tangga pada stasiun Boiler dengan nilai
RPN adalah penilaian terhadap detection RPN 200, potensi efek dari mode kegagalan yaitu
dimana tingkat kemudahan dalam mendeteksi cidera serta luka permanen, nilai RPN tertinggi juga
kecelakaan. Hasil keseluruhan nilai RPN pada mode kegagalan steam, air panas dan minyak
kemudian diranking dan didapat 10 mode panas pada stasiun Clarification dengan nilai RPN
kagagalan dengan nilai RPN tertinggi. Setelah 200.
dilakukan ranking terhadap seluruh nilai RPN DAFTAR PUSTAKA
[1]
maka mode kegagalan dengan dengan RPN Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan
tertinggi adalah terpeleset di tangga di stasiun Keselamatan Kerja. Jakarta: KENCANA. Hlm.
Boiler dengan nilai RPN 200, selanjutnya nilai 19.
- 76 -
[2]
Cahyono, J.B.S.B. 2008, Membangun Budaya
Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran.
Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 161.
[3]
Firdaus, Rachmat.; Sukmono, T., dan Akbar, Ali.
2011. Perbaikan Proses Produksi Muffler dengan
Metode FMEA pada Industri Kecil di Sidoarjo.
Teknolojia. Vol. 5. Hlm. 84.
[4]
McDermott, Robin E.; Mikulak, Raymond. J., dan
Beauregard, Michael R. 2008. The Basic of
FMEA-Second Edition. New York: Taylor &
Francis Group. Hlm. 61-86.
Biografi
- 77 -