Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : K3 Keperawatan

Dosen Mata Kuliah : Ns. Monica S Tandiayuk, M.Kes

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Upaya Mengenal, Mencegah atau Meminimalkan Risiko dan Hazard


pada Tahap Implementasi dan Evaluasi

OLEH KELOMPOK III :


ANGGUN PITASARI
ERICK YOEL BAHANIMBULO
FADILAH RATNASARI IDRIS
FAISAL RIZKA SILLIA
FAUZIAH INDAR PUSPITA MAAKU
MUHAMMAD FIKRI PULUHULAWA
INDAH PERMATA SARI DEWI
INDRAWATI WISNU GUE
INDRIANY A. LABUNGASA

Kepada

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN Menurut WHO pengertian Kesehatan dan
1.1 Latar Belakang Keselamatan Kerja adalah upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko
akibat faktor yang merugikan kesehatan. tujuan dari
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan.
Selain itu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga
berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan
secara efektif (UU No. 1 Tahun 1970).
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan
kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja,
kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25
triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih
dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat
tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan
7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta
Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana
sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.
(DK3N,2007).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari
risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat
kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang
produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja
dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian Kesehatan
dan Keselamatan Kerja sangat besar peranannya dalam
upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia
Untuk mewujudkan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja perlu dilaksanakan proses asuhan keperawatan
terutama pada tahap evaluasi dimana menilai apakah
1
tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan

2
tercapai atau perlu pendekatan lain. Selain itu, salah satu kunci keberhasilannya terletak
pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan
dimaksud dengan memperhatikan banyaknya
risiko yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar
mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Menjelaskan upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada


tahap Implementasi dan Evaluasi asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat

Mengetahui upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi dan evaluasi Asuhan Keperawatan .
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perlu
dilakukan evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain.

2.2 Jenis Evaluasi


Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan evaluasi akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

2.2.1 Evaluasi sumatif


Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan
berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP.
2.2.2 Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai.
Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan
perlu ditinjau kembali,
agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.

2.3 Metode Evaluasi


2.3.1 Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan
yang terjadi dalam keluarga.
2.3.2 Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap,
apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
2.3.3 Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan
tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan (intervensi).
2.3.4 Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan
keseanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.
2.4 Evaluasi Bahaya dan RisikoEvaluasi risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses
analisis risiko untuk memutuskan tindakan selanjutnya (PengendalianRisiko). Tindak
lanjut dapat berupa:
2.4.1 Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian
2.4.2 indakan apa saja yang harus dilakukan
2.4.3 Prioritas risiko yang akan dikendalikan
2.4.4 Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan criteria yang ditetapkan
tentang batasan risiko yang bisa ditolerir.

2.5 Tujuan Evaluasi Bahaya dan Risiko


2.5.1 Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja
2.5.2 Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan Dalam melakukan
evaluasi terhadap bahaya dan risiko diperlukan criteria untuk menentukan prioritas tingkat
risiko yang bisa diterima merupakan salah satu criteria yang umum digunakan dalam
mengevaluasi bahaya dan risiko.

2.6 Penilaian Hasil Evaluasi Bahaya Kerja


Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman peninjauan semua factor
yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Penilaian ini akan memberikan fakta dan
kemungkinan yang relevan sehingga, memudahakan penetapan langkah berikutnya dalam
pengendalian risiko bahaya kerja.
Dengan mempertimbangan criteria risiko masing-masing bahaya kerja, dapat ditetapkan prioritas
risiko bahya kerja sebagai berikut:
2.6.1 Risiko ringan: kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat
yang ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
2.6.2 Risiko sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi
akibat yang ditimbulkannya cukup berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen
risiko khusus.
2.6.3 Risiko berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus
dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.

Contoh Kasus Yang Berkesinambungan Dalam Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Hazard
Dan Risiko Dalam Asuhan Keperawatan.
1) Pengkajian : Sebagian perawat saat akan melakukan tindakan tidak melakukan
cuci tangan dengan benar atau tidak sesuai
dengan SOP.
2) Perencanaan : Akan dilakukan penyuluhan tentang
pentingnya dan cara cuci tangan yang benar.
3) Implementasi : Terpasangnya poster SOP cuci tangan
disetiap washtaffle
4) Evaluasi: Para perawat sudah mulai melakukan tindakan cuci tangan sesuai SOP
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Upaya mengenal,mencegah, atau meminimalkan resiko dan hazard dalam tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi merupakan
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan. Nah, dalam implementasi ini juga terdapat risiko dan hazard.

Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :

• Membantu dalam aktifitas sehari-hari


• Konseling
• Memberikan asuhan keperawatan langsung.
• Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
• Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk prosedur.
• Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari anggota staf lain.

Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

• Mempertahankan keamanan klien


• Memberikan asuhan yang efektif
• Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum yaitu :

• Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di tempat kerja
yaitu dengan pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja.
• Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan pelatihan dan
pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap
tenaga kerja tentang penerapan k3.
• Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur dan aturan k3,
penyediaan sarana dan prasarana k3 dan pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap
penerapan k3 di tempat kerja.

Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain, Antara Lain :

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan


promotif,prefentif,kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam suau system yang terpadu.

BERIKUT ADALAH CONTOH KASUS :

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf difteri pasca
menangani pasien yang menderita penyakit yang sama. CIREBON – seorang perawat di RSUD
Gunung Jati,kota Cirebon, diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan
informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada
pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan bertugas di ruang Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama difteri yang
masuk rumah sakit tersebut.
Analisa Kasus 1
Hazard yang ada di kasus : Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien
pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

Upaya pencegahan kasus 1


• Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja
• RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.

Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang dapat terjadi terutama
saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai perlindungan diri dengan kasus di atas dapat
di hindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.

• Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.

Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar cairan
pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan
aseptic awalawal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.

• RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.

Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan baik akan
menimbulkan penyebaran penyakit.

• RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.


Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja petugas/perawat atau
timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan ( chek list ) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu
bagi sesama pekerja. Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter
dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Upaya pecegahan pada perawat :


• Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci tangan,
memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.

• Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan


berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.

Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat sebaiknya
lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan ke pasien dan
perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam tindakan
perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.

3.2 Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard pada Tahap Evaluasi
Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu
fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah sakit itu berjalan
dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 rumah
sakit dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi :
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS
(SPRS).
2. Inspeksi dan pengujian Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk
menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu
mendalam.Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan secara berkala,
terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga kejadian PAK dan
KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian
baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja
berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis)
3. Melaksanakan audit K3 Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan,
administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan
peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan
program pendidikan, evaluasi dan pengendalian. Tujuan audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan.
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas
hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko
direkomendasikan kepada manajemen puncak.Tinjauan ulang dan
peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk
menjamin kesesuaian dan keefektivan dalam pencapaian kebijakan
dan tujuan K3
Contoh Kasus
“Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B”
Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes)
terinfeksi hepatitis B. Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum
suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga
kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B. Penularan virus
hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi
saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan
seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah.
Dengan metode penutupan yang salah dan
kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.
Gusti Listyani melakukan observasi tentang Kajian Resiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang utara Kabupaten Bekasi
pada tahun 2014. Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Februari 2014, ditemukan
perilaku yang tidak aman di Puskesmas Mekarmukti yang dilakukan oleh petugas
kesehatan pada saat bekerja, seperti tidak menggunakan sarung tangan pada saat
menyuntikan obat ke pasien, tidak mencuci tangan baik sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, tidak membuang bekas jarum infuse ke tempat sampah khusus, dan tidak
menggunakan sarung tangan pada saat meraci obat puyer. Kondisi tersebut sangat
beresiko menimbulkan bahaya
bagi keselamatan dan kesehatan pada petugas kesehatan
3.2.1 Hazard
Berdasarkan kasus diatas, termasuk dalam kriteria Risiko Berat, yaitu potensial bahaya
yang sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, sehingga harus
dilaksanakan
penanggulangan segera mungkin.
3.2.2 Upaya Evaluasi yang Dilakukan
a) Evaluasi sumatif
S : perawat mengatakan terkena jarum suntik dengan keadaan jarum suntik sudah pernah
terpakai.
O : perawat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan saat akan
melakukan tindakan ke pasien dan tidak mencuci tangan baik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, tidak membuang bekas jarum infuse ke tempat sampah khusus, dan
tidak menggunakan sarung tangan pada saat meraci obat puyer
A : lakukan intervensi
P : peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja perawat dengan menambah kesadaran
diri pentingnya APD, dan melakukan sesuai prosedur
b) Evaluasi Formatif
a) Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian
Resiko pada perawat tertular hepatitis B akibat tidak melakukan tindakan keperawatan
sesuai SOP
1. Tindakan apa saja yang harus dilakukan Peningkatan pengetahuan perawat untuk
melakukan tindakan sesuai SOP agar tidak terjadi insiden yang merugikan Pelatihan
Keselaman dan Kesehatan Kerja
b) Prioritas risiko yang akan dikendalikan
Menggunakan sarung tangan saat tindakan keperawatan
a. Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan criteria yang
ditetapkan tentang batasan risiko yang bisa ditolerir
Tidak menggunakan sarung tangan pada saat meracik obat puyer menurut analisa kami
tindakan ini masih dapat ditolerir karena obat yang baru dibuka masih dalam keadaan
steril.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard)
dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya
yang mungkin terjadi. Hazardadalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini
meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi
ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak yang
diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2
yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja

Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari


sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe
risiko, yaitu: risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi, risiko
finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

4.2 Saran
Perawat tersebut perlu diberikan pelatihan Keselamatan Kesehatan Kerja di Rumah
Sakit dan meningkatkan pengetahuan perawat tentang APD maupun SOP Tindakan
Keperawatan, sehingga dapat meminimalisir insiden yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Bakti
Husada: Jakarta
John, Ridley. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga.

Listyani, Gustanti, dkk. 2014. Kajian Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Bekasi: Fakultas
kesehatan Masyarakat , Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai