Anda di halaman 1dari 26

INFEKSI TRAKTUS GENETALIA

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Anista Cahlia (0118007)
2. Sonia Sholeha (0118040)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada


Mojokerto
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.......
Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah -Nya sehingga
tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah banyak memberikan
inspirasi kepada penulis sehingga terselesaikanlah tugas makalah ini. walaupun masih banyak
kekurangan, sebagaimana kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah selanjutnya
lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi banyak orang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mojokerto,29 februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi
2. Anatomi
3. Macam – Macam

BAB III PENUTUP


Asuhan Keperawatan

BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh samasekali tanpa bekas atau dapat
meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari
permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis,
adneksitis dan salpingitis
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut.
Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan
berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya
menyebabkan infeksi ini menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.
Dengan memperlihatkan saluran yang berkelanjutan, alat genetalia wanita
berhubunganlangsung dengan dunia luar melalui saluran tuba menuju peritonieum, saluran
dan kavum uteri, kanalis servikal dan vagina dan vulva. Melalui saluran tersebut
diperkirakaan infeksi pada bagian luar vulva dan vagina dapat berkelanjutkan menuju kavum
peritoneum, sehingga terjadilah peritonitis local maupun umum. Infeksi perkontinuitatum
dapat dicegah karena adanya mekanisme pertahanan. Vulva dengan kulit dan epitel yang
berlapis merupakan hambatan utama untuk terjadinya infeksi vulvitis. Vagina dengan bakteri
doderlein yang mampu membuat suasana asam dapat menghindari terjadinya infeksi
vaginitis. Serviks uteri yang selalu mengeluarkan lendir dan dapat mengental dibagian
bawah, menghalangi masuknya bakteri menuju kavum uteri. Akhirnya saluran telur wanita
dengan rambut silianya dapat mengalirkan cairan menuju kavum uteri yang merupakan upaya
untuk menghalangi infeksi
RUMUSAN MASALAH

a. Apa definisi infeksi traktus genetalia?


b. Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia?
c. Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia?
d. Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia?
e. Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia
f. Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia?

TUJUAN

a. untuk dapat menjelaskan tentang definisi infeksi traktus genetalia


b. untukdapat mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia
c. untuk dapat mengetahui tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia
d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia
e.untuk dapat mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalia
f. untuk dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Radang atau infeksi pada alat-alat genetelia dapat timbul secara angkut dengan akibat
meninggalanya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat
meninggalnya bekas seperti penutup lumen tuba.penyakit ini bisa juga menahun atau dari
permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis,
adneksitis dan salpingtis.

B. ANATOMI
1. Alat Genetalia Eksternal

1. Mons pubis : atau yang disebut juga dengan Tundun adalah sebuah bantalan lemak
yang terletak di depan simfisis pubis. Setelah pubertas kulit dari Mons Veneris tertutup oleh
rambut.
2. Labia Mayora : Adalah dua lipatan tebal yang membentuk sisi vulva dan terdiri atas
kulit dan lemak,jaringan otot polos, pembuluh darah dan serabut saraf. Labia Mayora Sinistra
dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas depan dari perineum, disebut
Commisura Posterior (frenulum). Labia Mayora terdiri dari dua permukaan yaitu :
•         Facies eksterna, menyerupai kulit biasa dan berambut
•         Facies interna , menyerupai selaput lendir dan mengandung kelenjar 
sebacea
3. Labia Minor : Merupakan lipatan kulit yang terdapat diantara kedua labium Minora.
Membentang dari clitoris sampai ke orificium vagina. Kearah anterior, labium Minus
melintasi Clitoris sebagai preputium clitoridis. Pada bagian ini terdapat banyak pembuluh
darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
4. Clitoris : Homolog dengan penis pria. Letaknya anterior dalam Vestibula. Mengandung
banyak urat-urat saraf sensoris, dan pembuluh-pembuluh darah. Kira-kira sebesar kacang
hijau sampai cabai rawit dan ditutupi Frenulum Clitoridis. Glans Clitoris berisi jaringan yang
dapat berereksi, sifatnya amat sensitive karena memiliki serabut saraf.
5. Vestibulum { serambi } : Merupakan rongga yang berada disebelah lateral dibatasi oleh
kedua labia minora, disebelah anterior dibatasi oleh clitoris, disebelah dorsal dibatasi oleh
fourchet. Pada Vestibulum terdapat Muara-muara dari vagina urethra dan terdapat pula 4
lubang kecil yaitu :
 Dua muara dari Kelenjar Bartholoni yang terdapat di samping dan agak kebelakang
dari introitus vaginae.
 Dua muara dari kelenjar Skene di samping dan agak dorsal dari Urethra.
6. Glandula Vestibularis Majora : Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina.
Mengeluarkan secret Mucus terutama pada waktu Coitus { berhubungan seksual }.  Terletak
di kanan dan kiri ostium vagina.
7. Hymen : Berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar dari introitus  vaginae. Ada 4
macam bentuk Hymen yaitu :
•         Hymen anullaris ( melingkar seperti cincin )
•         Hymen seminullaris ( seperti bulan sabit )
•         Hymen cribriformis ( seperti saringan tahu )
•         Hymen imperforata ( tertutup / tidak berlubang ).
Penyakit yang bisa timbul dari Organ ini adalah Hematocolpos yaitu Sebuah penyakit
yang timbul karena darah menstruasi tidak dapat mengalir keluar karena tertahan oleh hymen
yang tidak berlubang. Lubang-lubang pada hymen berfungsi sebagai tempat keluarnya sekret
dan darah haid.
8. Urethra : Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar. Lapisan urethra pada wanita terdiri dari :
•         Tunika muskularis ( sebelah luar )
•         Lapisan spongiosa merupakan pleksus dari vena-vena
•         Lapisan mukosa  ( sebelah dalam )
Alat Genetalia Internal

1. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
2. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi
epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.

3. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum
uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari
luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid
akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap
isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
4. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum
ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.
5. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
6. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang
8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya (gambar).
7. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer
gamet.
8. Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.Pars
infundibulum (distal) dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang
keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
9. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
10. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

C. Macam
macam infeksi traktus genetalia
a. Servisitis
b. Adnexitis
c. parametritis
d. Endometrisis
a. Servisitis

Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjad karena luka
kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks.Servisitis yang
akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan.
Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput
lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi
dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008)
 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcu
senterococus, e.coli, dan stapilococus .Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks ter utama
yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti
dilatasi, dan lain-lain.
 Manifestasi klinis
a. terdapatnya keputihan (leukorea)
b. mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan
c. pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah
d. pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks
 Penatalaksanaan
Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan jaringan
sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania. Pinggir sobekan dan
endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu
dilakukan amputasi serviks.
 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok
 Pencegahan
Terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya
program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.
b. Adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.
(Sarwono, 1999:287).
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun
infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan
sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis
dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.
( ginekologi unpad bandung).
 Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa
organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.Melakukan
aktifitas seks tanpa menggunakan kondom
a. Ganti- ganti pasangan seks
b. Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing nanah)
c. Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease
d. Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui aktifitas
seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara lain.
 Manifestasi Klinis
a. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre
menstrual syndrome)
b. Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
c. Nyeri saat berhubungan intim
d. Demam
e. Nyeri punggung
f. Keluhan saat buang air kecil
 Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat chlamydia,maka
pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan
adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan,
maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap
menjadi sangat diperlukan apabila:
a. keluar nanah dari tuba fallopi
b. kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam
tinggi)
c. penurunan daya tahan tubuh
 Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki -laki juga perlu membantu
agar pasangan tidak tertular.Penangan ini antara lain dapat dilakukan dengan :
a. Setia pada pasangan, penyakit inisebagian besar ditularkan melalui hubungan seks
bebas.
b. Segera hubungi dokter apabila gejala -gejala penyakit ini muncul
c. Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
d. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
e. Menjaga kebersihan organ genital.
c. Endometritis

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini dapat
terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat
benda asing dalam rahim.Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang
umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai
inflamasi dari endometrium.
 Etiologi

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman
yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-
sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas
keeping-keping nekrotis serta cairanTerjadinya infeksi endometrium pada saat:
a. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b. Pada saat terjadi keguguran.
c. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
 Endometritis dapat terjadi penyebaran:
a. Miometritis (infeksi otot rahim)
b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
c. Salpingitis (infeksi saluran telur)
d. Ooforitis (infeksi indung telur)
e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
 Jenis-jenis endometritis
1. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis postpartum,
regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada
umumnya terjadi sebelum hari ke-9.Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema
dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltr asi
leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang
paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
2. Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium,
tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium
pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam
keadaan normal dalam endometrium.
 Manifestasi Klinis
1. Endometritis akut
a. Demam
b. Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang
purulent.
c. Lochia lama berdarah, malahan terjadi met
rorrhagi.
d. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
e. Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik
a. pada tuberkulosis.
b. tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. jika terdapat korpus alienum di kavum uteri.
d. pada polip uterus dengan infeksi.
e. pada tumor ganas uterus.
f. pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g. Fluor albus yang keluar dari ostium
h. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhgi
 Penatalaksanaan
1. Endometritis AkutTerapi:
a. Pemberian uterotonika
b. Istirahat, posisi/letak Fowler
c. Pemberian antibiotika
d. Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus
carcinoma. Dapat diberi estrogen.
2. Endometritis KronikTerapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp
atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis
tuberkulosa. Kuretase juga bersifat terapeutik.
 Pathway
ENDOMETERITIS

Seksio sesarea Pecahanya ketuban

Mk: nyeri Luka bekas insersio placenta

Kuman masuk pada endometrium


Mk : resiko infeksi

Seksio sesarea
Pecahnya ketuban

Mk : nyeri Luka bekas insersio placenta

Kuman masuk pada endometrium

Terjadi peradangan edometrium

Infeksi pada decidua

Terjadi penuruna BAK


pada saluran kelamin

Terjadi neutrofil dalam Terjadi plasma sel dan


Endrumetritis kronis Endometritis akut
kelenjar endometrium limfosit dalam stroma
d. Parametritis

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang inibiasanya
unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapajalan:Secara
rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal
ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di
atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka

 Etiologi

Parametritis dapat terjadi:

1). Dari endometritis dengan 3 cara :

a. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.

b.Lymphogen.

c. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis


2) Dari robekan serviks

3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)

 Manifestasi Klinis

1.Suhu tinggi dengan demam tinggi


2. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
3. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
 Penatalaksanaan
1) Pencegahan
a. Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet
yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
b. Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman -kuman


dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-
larut,menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah
terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan
harus suci hama.Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan
menurut keperluan.

c. Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari
pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman
dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam nifas sehat
2). Pengobatan
Antibiotika(antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol)
memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena
pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika
antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
INFEKSI TRAKTUS GENETALIA
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
 Nyeri
 Luka
 Perubahan fungsi seksual
c. Riwayat Penyakit
1) Sekarang : Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
2) Dahulu: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi.
Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya, masalah ginekologi/urinaria, penyakitendokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yangterdapat dalam keluarga.
3) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,siklus menstruasi,
lamanya,banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
5) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yangdigunakan serta keluhan yang menyertainya.
6) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis, dan jenis obat lainnya.
7) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BABdan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Bagian Luar Inspeksi
• Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
• Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura,dan eksoria
• Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus,
keluaran dan nodul
2. Pemeriksaan Bagian Dalam Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
Palpasi
• Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
• Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan terus:
ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
• Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Infeksi b/d Pecahnya Ketuban (D.0142)
2. Nyeri : nyeri akut (mis. Prosedur operasi,trauma) b/d seksio sesarea (D.0077)
III. Intervensi

No Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi


1. Resiko Infeksi b/d Setelah di lakukannya Observasi
Pecahnya tindakan 1x24 jam  Monitor tanda dan
Ketuban kebersihan badan gejala infeksi lokal dan
meningkat, drainase sistematik
purulen menurun,kultur Terapeutik
area luka membaik  Batasi jumlah
(L.14137) pengunjung
 Berikan perawatan
kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik
aseptik dan pasien
beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Pemberian imunisasi,
jika perlu
(I.14539)

2. Nyeri : nyeri akut Setelah dilakukan Observasi


(mis. Prosedur tindakan 1x24 jam  Identiikasi karakteristik
operasi,trauma) kemampuan nyeri (mis. Pencetus,
b/d seksio sesarea menuntaskan aktivitas pereda, kualitas, lokasi,
meningkat, uterus intensitas, frekuensi,
teraba membulat durasi)
menurun, fungsi  Identiikasi riwayat
berkemih membaik alergi obat
(L.08066)  Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
 Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
 Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau
bolusoploid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak di inginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasipemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
(I.08243)

BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas
atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut
adalahpelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta
penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap
masing masing individu.
b. Saran
Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang
mendukung demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G dkk.

Pengantar

Kuliah Obtetri.2003.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan maternal dan


neonatal. 2013. Jakarta : CV. Trans info Media
Prof.Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG. Ilmu
Kandungan. 2005. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono
Benman, A., Snyder, S, & Fredsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing (10th
ed.) USA: Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai