Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf


atau deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara
sederhana stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat atau gejala
berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun
perdarahan (hemoragik). (www.infostroke.wordpress.com).ini dihapus

Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat
kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk
mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan
pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan
setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau
125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke
menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan
kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian di rumah sakit.

Stroke hingga kini masih merupakan penyebab kematian nomor wahid di berbagai
rumah sakit di Tanah Air. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak pada
kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus stroke ini salah satunya
dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai risiko yang
menimbulkan stroke melalui pola hidup sehat.Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki)
menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000
penduduk usia di atas 65 tahun. Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih
dari 125.000 jiwa. Diperkirakan, hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang
stroke.

1|Page
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa memahami dan mengerti Asuhan Keperawatan tentang Penyakit


Stroke.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami defenisi dari stroke
2. Mahasiswa mampu mehamami etiologi dari stroke
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari stroke
4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari stroke
5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari stroke
6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari stroke

(Disesuaikan dengan isi makalah karena tidak sama dengan isi makalah)

2|Page
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Definisi Stroke

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan
pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan
fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi
karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke
otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah


gangguan peredaran darah otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila
gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf.

2.2 Klasifikasi

Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan
stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen
dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain
sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak
atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan
bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang
(arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.

3|Page
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh
darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah
(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah
nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan
oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya
aliran darah ke otak.

Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan
otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan
sebagai berikut :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)


Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu
sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga
belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND
akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang
lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

2. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang
jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel
otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi

4|Page
kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah
(intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar
otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan
sampai pada kematian.

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi
pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah
rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan
karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena
mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan
lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke
hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:

a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)


Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya
diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens
lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat
mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
Dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering
adalah kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi interaserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada
pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.

2.3 Etiologi
2.3.1 Stroke Iskemik
a) Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum
dari stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah

5|Page
onset yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan
kognitif, atau kejang dan beberapa mengalami onset yang tidak dapat
dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum,
thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba ; dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegic, atau parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului
onset paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b) Embolisme serebral
Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau
hemiplegic tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral.
2.3.2 Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir.
Penyebab stroke himoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteriovenosa ( hubungan yang abnormal).

2.4 Factor resiko

Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan seseorang untuk
menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke. Kelompok pertama
ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga
tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini :
a. Usia
b. jenis kelamin
c. ras
d. riwayat stroke dalam keluargaserangan
e. Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat
dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua menurut Bounameaux,
et al.,1999 adalah
a. Hipertensi
b. diabetes mellitus
c. merokok

6|Page
d. hiperlipidemia
e. intoksikasi alkohol

2.5 Penatalaksanaan stroke


Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama stroke
iskemia terjadi karena adanya edema otak. Edema otak timbul dalam beberapa jam
setelah stroke iskemik dan mencapai puncaknya 24-96 jam. Edema otak mula-mula
cytofosic karena terjadi gangguan pada metabolism seluler kemudian terdapat edema
vasogenik karena rusaknya sawar darah otak setempat. Menurut Harsono (1996), untuk
menurunkan edema otak dilakukan hal-hal berikut ini :

a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-300

b. Hindarkan pemberian nutrisi cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik.

c. Pemberian osmoterapi seperti berikut ini :

a) Bolus marital 1gr/kgBB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
0,25 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam. Target osmolaritas 300-320
mmol/liter

b) Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB setiap 4 sampai 6 jam atau gliserol 10%
intravena 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam ( untuk edema serebral ringan,sedang)

c) Furosemida 1 mg/kgBB intravena

d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2 = 29-35
mmHg

e. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral 8,


dengan pergesaran linea mediarea atau serebral infark disertai efek rasa

f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena di


samping menyebabkan hipergilkemia juga naiknya resiko infeksi.

7|Page
2.5.1 Penatalaksanaan Stroke di Ruang UGD
a. Dokter akan mengevaluasi berbagai hal berikut:
a) Menentukan awitan strok (sejak kapan menderita stroke)
b) Menentukan tingkat kesadaran
c) Menentukan jenis strok
d) Menentukan lokasi strok
e) Menentukan derajat beratnya strok
b. Hal-hal lain yang diakses dokter IGD:
a) Mencari faktor risiko
b) Bila strok terjadi akibat hipertensi, juga mendeteksi adanya kelainan organ
target hipertensi yang lain
c) Mencegah komplikasi dan penyulit akut
d) Menentukan awitan strok
2.5.2 Tindakan Medis di UGD

Beberapa hal berikut adalah tindakan medis yang mungkin (relatif) akan
dilakukan oleh  tim IGD.

a) Pemberian oksigen

Jaringan otak mengalami gangguan sirkulasi oksigen, dengan pemberian oksigen


diharapkan dapat membantu oksigenasi jaringan. Pemberian oksigen dengan cara
menempelkan selang oksigen ke hidung penderita strok.

b) Pemasangan mayo

Jalan nafas selain melalui hidung juga dapat melalui mulut. Nafas melalui mulut dapat
terhalang apabila lidah jatuh ke belakang. Dengan menggunakan mayo yang dipasang di
dalam rongga mulut maka jalan nafas tidak akan terganggu.

c) Pemasangan NGT (Nasogastric Tube)

Penderita strok dapat mengalami penurunan kesadaran serta hilangnya kontrol refleks
muntah. Selain itu juga dapat terjadi ketidakmampuan menelan. Apabila penderita
muntah maka muntahan sangat berbahaya bila masuk ke paru-paru (aspirasi). Sifat
muntahan adalah asam yang dapat merusak jaringan paru dan menimbulkan komplikasi
yang serius. Untuk mencegah muntah maka dipasang NGT ('Naso Gastric Tube') yang

8|Page
dimasukan melalui hidung hingga mencapai lambung. NGT juga merupakan akses
masuknya obat-obatan dan makanan cair.

d) Pemasangan infus

Tujuan pemasangan infus adalah:

i. Terapi cairan dan nutrisi, sehubungan penderita strok mungkin tidak makan dan
minum.
ii. Akses masuknya obat-obatan
e) Pemasangan kateter urin
Penderita serangan strok dapat kehilangan fungsi berkemih (pipis).
Maksud pemasangan kateter urin:
i. Membantu proses berkemih
ii. Menghitung keseimbangan kebutuhan cairan dengan melihat jumlah air kemih
f) Lainnya
i. Pemasangan alat-alat lainnya, misalnya peralatan untuk monitoring.
ii. Pemeriksaan yang mungkin akan dilakukan di IGD (relatif):
iii. Pemeriksaan darah lengkap, termasuk elektrolit dan gula darah. Pemeriksaan
darah bermanfaat untuk mengetahui banyak hal.
iv. EKG, yaitu pemeriksaan sadapan jantung. Untuk mengetahui adanya faktor risiko
kelainan jantung

2.6 Deteksi Dini Stroke

Deteksi dengan menggunakan Cincinnati Pre-Hospital Stroke Scale yang


terdiri dari FAST!!!!

a. F : Facial drop → Pasien diminta tersenyum/ menunjukkan gigi (abnormal bila


satu sisi wajah tidak bergerak sesuai sisi lainnya.
b. A : Arm drift → Pasien diminta mengangkat kedua tangan 900 selama beberapa
saat (abnormal bila tidak mampu bertahan/ salah satu sisi tidak naik setinggi sisi
lainnya.
c. S : Slurred Speech → Pasien diminta mengulang kalimat sederhana (abnormal
bila pengucapan tidak jelas, kalimat tidak sesuai, atau tidak mampu bicara.
d. T : Time → segera minta bantuan medis untuk pertolongan lebih lanjut.

9|Page
2.7 Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :

a. Kompikasi dini (0-48 jam pertama)

i. Edema serebri : deficit neurologis cenderung memberat, dan


mengakibatkan peningkayan TIK, herniasi dan akhirnya menimbulkan
kematian
ii. Infark miokard : Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal

b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)

i. Pnemonia : akibat imobilisasi lama

ii. infark miokard

iii. Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering kali pada
saat penderita mulai mobilisasi

iv. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat

c. Komplikasi jangka panjang

Stroke rekuen,infrak miokard, gangguan vascular lain : Penyakit vascular perifer.

Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :

a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi

b. Penurunan darah serebral

c. Embolisme serebral

10 | P a g e
2.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
stroke adalah sebagai berikut

a. CT scan bagian kepala

Pada stroke non-hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada stroke hemoragi
terlihat perdarahan

b. Pemeriksaan lumbal Pungsi

Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostic diperiksa kimia


sitology, mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu, dilihat pula tetesan cairan
serebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warnanya, dan tekanan
yang menggambarkan proses terjadi di intraspinal. Pada stroke non-hemoragik akan
ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih. Pemeriksaan fungsi
sisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur ini
dilakukan dengan supervise neurology yang telah berpengalaman.

c. Elektrokardiografi (EKG)

Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan sampai ke otak

d. Elektro Encephalo Grafi

Mengidentifikasikan masalah berdasarkan gelombang otak, menunjukan area lokasi


secara spesifik

e. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, kekentalan darah, jumlah
sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah.

f. Angiografi serebral

Membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau obstruksi arteri,
memperlihatkan secara tepat letak onkulsi atau rupture.

g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)

11 | P a g e
Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi Arterior Vena
(MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan CT scan

h. Ultrasonografi Dopler

dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit MAV.

2.9 Terapi Stroke Akut

Salah satu tugas penting tenaga medis sewaktu menghadapi defisit neurologis akut,
fokal dan nonkonvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan atau iskhemik-
infark. Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena terapi untuk
pembentukan thrombus dapat memicu pendarahan pada CVA Hemoragik. Pendekatan
pada terapi darurat memilki tiga tujuan :

a. Mencegah cidera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik noninfark

b. Membalikan cedera syaraf sedapat mungkin

c. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah penumbra
iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamate

Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil
kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah :

a. aspirin yang diberikan dalam 48 jam

b. terapi trombolitik yang diberikan dalam 3 jam

c. Perawat intensive di unit stroke khusus.

Karena stroke akut sering berkaitan dengan disfungsi jantung dan aritmia, maka
dilakukan pemantauan EKG saat pasien dimasukan ke perawatan intensive. Telah
dibuktikan bahwa , pada stroke iskemik atau hemorargik dari sedanng sampai besar,
interval QT sering memanjang, suatu temukan mengemukakan berhubungan dengan
distramia fatal. Dengan demikian, pemberian obat yang meningkatkan interval QT
dikontraindikasikan pada pasien dengan stroke akut.

12 | P a g e
2.9.1 Terapi Medis

a. Neuroproteksi

Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah
tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Hipotermi adalah terapi
neoroprotektif yang sudah lama digunakan pada kasus trauma otak dan terus diteliti
pada stoke. The Cleveland Clinic telah meneliti pemakain selimut dingin dan mandi
air es dalam waktu 8 jam awitan gejala dan mempertahankan hipotermi ke suhu 89,6o
F selama 12 sampai 72 jam sementara pasien mendapat bantuan untuk
mempertahankan kehidupan. Selama rehabilitasi, pasien yang diberikan terapi
hipotermi cenderung mengalami lebih sedikit kecacatan dan darah infark yang lebih
kecil daripada kelompok control (Abou-Chebl et al.,2001).

Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah pemakain obat


neuroprotektif. Banyak riset stroke meneliti obat yang dapat menurunkan
metabolisme neuron, mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang rusak, atau
memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di penumbra
iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke. Berbagai agen telah diuji,
termasuk nitroksida. Suatu obat neuroprotektif yang menjanjikan, sereblolisin (CERE)
memiliki efek pada metabolism kalsium neuron dan juga memperlihatkan efek
neurotrofik (Ladurner,2001).Saat ini terdapat beragam obat dan senyawa untuk
mencegah dan mengobati secara akut stroke yang berada dalam berbagai tahap
perkembangan.

b. Antikoagulasi

The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan bahwa antikolagen


oral (INR 2,0 sampai 3,0) diindikasikan pada stroke yang disebabkan oleh fibrilasi
atrium.

13 | P a g e
c. Trombolisis Intravena

Satu-satunya obat yang disetujui oleh the US Food and Drug Administration
(FDA) untuk terapi stroke Iskemik akut adalah activator plasminogen jaringan (TPA)
bentuk rekombinan. TPA dapat digunakan untuk menghindari cedera otak.
Keberhasilan ini mendorong diidentifikasikannya upaya-upaya untuk menyuluh
masyarakat dan petugas kesehatan bahwa stroke adalah suatu kedaduratan dan bahwa
gejala stroke akut harus segera diterapi seperti layaknya luka tembak. Dengan
demikian, terapi dengan TPA intravena tetap menjadi standar perawatan untuk stroke
akut dalam tiga jam pertama setelah awitan awal.

2.9.2 Terapi Bedah

Dekompresi Bedah adalah suatu intervensi drastic yang masih menjalani uji
klinis dan dicadangan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah satu
sisi tengkorak diangkat (suatu hemikraniaektomi) sehingga jaringan otak yang
mengalami infark dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur tengkorak
yang kaku.Dengan demikian prosedur ini mencegah tekanan dan distorsi pada
jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak.

14 | P a g e
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Tutu. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika.

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

George, Dewanto. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta : EGC.

Ginsberg, Lionel. 2007. Neurology. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wilson, Price. 2003. Patofisiologi Konsep Klini dan Proses-Proses Penyakit Volume
2. Jakarta : EGC.

16 | P a g e
17 | P a g e
18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai