KRISIS TIROID
Disusun oleh :
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dtuliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Supervisial, Sangat
tidakspesifik spesifik dan
relevan
2 Laporan 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap
analisis
masalah
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar keperawatan
keperawatan /fisiologi/patofisiologi terkait
yang Analisis peran perawat dalam intervensi
diusulkan serta kaitan intervensi dengan proses
keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik dan gap
Literature review
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argument logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil
pembahasan
Literatur yang digunakan terkini dan
berkualitas serta extensive
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan
refleksi atas kritik jurnal
Penguranga -7.5% -7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika
nilai kriteria berikut tidak terpenuhi:
Jumlah halaman< 10 atau lebih dari 20
halaman (batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi
dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, termasuk tanda baca.
NILAI MAKSIMAL 25
Komentar Fasilitator:
.....................................................................................................................................
.......................................................................................................................
Presentasi Kelompok (5%)
No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
1 Kemampua nmengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5
Soft skill yang dinilai selama diskusi: team work, berpikir kritis, komunikasi
Komentar Fasilitator:
.....................................................................................................................................
.................................................................................................
Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)
POINT PROSENTAS
NO. ASPEK YANG DINILAI
PENILAIAN E
Aktifbertanya 10%
Aktif memberikan ide/pendapat 10%
Inovatif dan kreatif dalam
Selama proses
memberikan pendapat.
1 diskusi
Kemampuan analitik dalam 30%
(50%)
mengajukan pertanyaan dan
memberikan solusi
Resume Ringkas dan padat 20%
3 Isi resume 20 %
(50%) Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10
\
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini telah selesai di susun secara maksimal
penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan
Format Penilaian
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan masalah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tiroid
B. Anatomi Tiroid
C. Fisiologi Tiroid
D. Etiologi Tiroid
E. Patofisiologi Tiroid
F. Manifestasi Klinis Tiroid
G. Penatalaksanaan Tiroid
H. Komplikasi Tiroid
I. Pathway Tiroid
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KRISIS TIROID
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis tiroid merupakan komplikasi hypertiroidisme yang jarang terjadi tetapi
berpotensi fatal. Krisis tiroid harus dikenali dan ditangani berdasarkan manifestasi
klinis karena konfirmasi laboratoris sering kali tidak dapat dilakukan dalam rentang
waktu yang cukup cepat. Pasien biasanya memperlihatkan keadaan hypermetabolik
yang ditandai oleh demam tinggi, tachycardi, mual, muntah, agitasi, dan psikosis.
Pada fase lanjut, pasien dapat jatuh dalam keadaan stupor atau komatus yang disertai
dengan hypotensi.
Krisis tiroid adalah penyakit yang jarang terjadi, yaitu hanya terjadi sekitar 1-2%
pasien hypertiroidisme. Sedangkan insidensi keseluruhan hipertiroidisme sendiri
hanya berkisar antara 0,05-1,3% dimana kebanyakannya bersifat subklinis. Namun,
krisis tiroid yang tidak dikenali dan tidak ditangani dapat berakibat sangat fatal.
Angka kematian orang dewasa pada krisis tiroid mencapai 10-20%. Bahkan beberapa
laporan penelitian menyebutkan hingga setinggi 75% dari populasi pasien yang
dirawat inap.Dengan tirotoksikosis yang terkendali dan penanganan dini krisis tiroid,
angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 20%.
Karena penyakit Graves merupakan penyebab hipertiroidisme terbanyak dan
merupakan penyakit autoimun yang juga mempengaruhi sistem organ lain, melakukan
anamnesis yang tepat sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Hal ini penting
karena diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada gambaran
laboratoris. Hal lain yang penting diketahui adalah bahwa krisis tiroid merupakan
krisis fulminan yang memerlukan perawatan intensif dan pengawasan terus-menerus.
Dengan diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan
baik. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang tepat tentang krisis tiroid,
terutama mengenai diagnosis dan penatalaksaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi tiroid?
2. Bagaimana anatomi tiroid?
3. Bagaimana fisiologi tiroid?
4. Bagaimana etiologi tiroid?
5. Bagaimana patafisiologi tiroid?
6. Bagaimana manifestasi klinis tiroid?
7. Bagaimana penatalaksanaan tiroid?
8. Bagaimana komplikasi tiroid?
9. Bagaimana pathway tiroid?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi tiroid
2. Untuk mengetahui anatomi tiroid
3. Untuk mengetahui fisiologi tiroid
4. Untuk mengetahui etiologi tiroid
5. Untuk mengetahui patofisiologi tiroid
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis tiroid
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan tiroid
8. Untuk mengetahui komplikasi tiroid
9. Untuk mengetahui pathway tiroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan ditandai
oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan sistem
saluran cerna.Awalnya, timbul hipertiroidisme yang merupakan kumpulan gejala
akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang beredar dengan atau tanpa kelainan
fungsi kelenjar tiroid. Ketika jumlahnya menjadi sangat berlebihan, terjadi kumpulan
gejala yang lebih berat, yaitu tirotoksikosis.
Krisis tiroid merupakan keadaan dimana terjadi dekompensasi tubuh terhadap
tirotoksikosis tersebut.Tipikalnya terjadi pada pasien dengan tirotoksikosis yang tidak
terobati atau tidak tuntas terobati yang dicetuskan oleh tindakan , infeksi, atau trauma.
Krisis tiroid adalah kegawatan di bidang endokrin yang disebabkan karena
dekompensata dari tirotoksikosis. Tirotoksikosis merupakan suatu sindroma ditandai
dengan gambaran klinis, fisiologis dan biokimia yang menunjukkan bahwa jaringan
tubuh terpapar dengan hormone tiroid yang berlebihan: FT4 dan atau FT3
(Tjokroprawiro et al, 2015).
B. Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan
melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi
letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis
interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal
tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus
dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan
prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Gambar 1.1 Anatomi Kelenjar Tiroid (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005)
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri
karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan
kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri
atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di
sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi
laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus
laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) tanda dan gejala dari tiroid yaitu :
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Pembesaran kelenjar tiroid
13. Mata melotot (exoptalmus)
G. Penatalakasanaan
Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai 4 tujuan yaitu menangani
faktor pencetus, mengontrol pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, menghambat
pelepasan hormon tiroid, dan melawan efek perifer hormon tiroid (Hudak & Gallo).
Penatalaksanaan medis krisis tiroid meliputi:
1. Koreksi hipertiroidisme
a) Menghambat sintesis hormon tiroid.
Obat yang dipilih adalah propiltiourasil (PTU) atau metimazol. PTU lebih
banyak dipilih karena dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer.
PTU diberikan lewat selang NGT dengan dosis awal 600-1000 mg kemudian
diikuti 200-250 mg tiap 4 jam. Metimazol diberikan dengan dosis 20 mg tiap 4
jam, bisa diberikan dengan atau tanpa dosis awal 60-100mg.
b) Menghambat sekresi hormon yang telah terbentuk.
Obat pilihan adalah larutan kalium iodida pekat (SSKI) dengan dosis 5 tetes
tiap 6 jam atau larutan lugol 30 tetes perhari dengan dosis terbagi 4.
c) Menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer.
Obat yang digunakan adalah PTU, ipodate, propanolol, dan kortikosteroid.
d) Menurunkan kadar hormon secara langsung
Dengan plasmafaresis, tukar plasma, dialisis peritoneal, transfusi tukar, dan
charcoal plasma perfusion. Hal ini dilakukan bila dengan pengobatan
konvensional tidak berhasil.
e) Terapi definitif
Yodium radioaktif dan pembedahan (tiroidektomi subtotal atau total).
Menormalkan dekompensasi homeostasis
f) Terapi suportif
Dehidrasi dan keseimbangan elektrolit segera diobati dengan cairan intravena
o Glukosa untuk kalori dan cadangan glikogen
o Multivitamin, terutama vitamin B
o Obat aritmia, gagal jantung kongstif
o Lakukan pemantauan invasif bila diperlukan
o Obat hipertermia (asetaminofen, aspirin tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan kadar T3 dan T4)
2. Obat antiadrenergik Yang tergolong obat ini adalah beta bloker, reserpin, dan
guatidin. Reserpin dan guatidin kini praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan Beta
bloker. Beta bloker yang paling banyak digunakan adalah propanolol. Penggunaan
propanolol ini tidak ditujukan untuk mengobati hipertiroid, tetapi mengatasi gejala
yang terjadi dengan tujuan memulihkan fungsi jantung dengan cara menurunkan
gejala yang dimediasi katekolamin. Tujuan dari terapi adalah untuk menurunkan
konsumsi oksigen miokardium, penurunan frekuensi jantung, dan meningkatkan
curah jantung.
3. Pengobatan faktor pencetus Obati secara agresif faktor pencetus yang diketahui,
terutama mencari fokus infeksi, misalnya dilakukan kultur darah, urine, dan
sputum, juga foto dada (Bakta & Suastika, 1999)
H. Komplikasi
Komplikasi dapat ditimbulkan dari tindakan bedah, yaitu antara lain
hipoparatiroidisme, kerusakan nervus laringeus rekurens, hipotiroidisme pada
tiroidektomi subtotal atau terapi RAI, gangguan visual atau diplopia akibat
oftalmopati berat, miksedema pretibial yang terlokalisir, gagal jantung dengan curah
jantung yang tinggi, pengurangan massa otot dan kelemahan otot proksimal.
Hipoglikemia dan asidosis laktat adalah komplikasi krisis tiroid yang jarang terjadi.
Sebuah kasus seorang wanita Jepang berusia 50 tahun yang mengalami henti jantung
satu jam setelah masuk rumah sakit dilakukan pemeriksaan sampel darah sebelumnya.
Hal yang mengejutkan adalah kadar plasma glukosa mencapai 14 mg/dL dan kadar
asam laktat meningkat hingga 6,238 mM. Dengan demikian, jika krisis tiroid yang
atipik menunjukkan keadaan normotermi hipoglikemik dan asidosis laktat, perlu
dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis krisis tiroid lebih dini karena kondisi
ini memerlukan penanganan kegawatdaruratan. Penting pula untuk menerapkan
prinsip-prinsip standar dalam penanganan kasus krisis tiroid yang atipik.Prognosis
krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian keseluruhan
akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-20% tetapi terdapat laporan
penelitian yang menyebutkan hingga 75%, tergantung faktor pencetus atau penyakit
yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis yang dini dan penanganan
yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.
Pathway
Kelemahan Tumor hipofisis, obat-obatan (Amiodaron), P. autoimun, P. graves
Keletihan Infeksi, pembedahan (tiroid atau nontiroid), terapi
otot, tremor
G3 hipotalamus & hipofisis radioaktif, stress empsi, cerebral vascular accident
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain – lain.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah mengalami hipertiroid
Riwayat kesahatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien pernah mengalami yang sama atau penyakit
lainnya seperti DM, hipertensi, dll
Riwayat psikososial
Klien biasanya gelisah, emosi labil, dan nervous/gugup
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : imsomia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : palpasi, nyeri dada (angina)
Tanda : distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi
kolaps,syok (krisis tirotoksikisis)
c. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, pliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut bau busuk
(infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
d. Integritas/ego
Gejala : stres, tergantung pada orang lain
Tanda : ansietas peka rangsang
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik(tiazid).
Tanda : kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengikatan gula darah), bau halitosis atau manis,
bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan
Tanda : disorientasi, mengantuk, lethargai,stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru masa lalu)kacau mental. Refleksi tendon dalam (RTD
menurun;koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernafasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak nafas, batuk dengan atau tanpa purulen (infeksi), frekuensi
pwenapasan meningkat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan penggunaan O2
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan kontraktilitas jantung &
frekuensi denyut jantung
3. Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolisme
4. Perubahan perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
seluruh tubuh
5. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan CO dan sistolik jantung
C. Intervensi Keperawatan
Edukasi :
Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektron,
mukolitik, jika perlu
(I.01011)
Terapeutik :
Posisikan pasien
semi fowler
Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi :
Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
Anjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
(I.02076)
Edukasi :
Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravina, jika perlu
(I.15506)
4. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
serebral tidak efektif 1x24 jam diharapkan perfusi
berhubungan dengan serebral meningkat Identifikasi
penurunan suplai O2 penyebab
ke seluruh tubuh Kriteria hasil : peningkatan TIK
(lesi, gangguan
Tingkat kesadaran metabolisme)
meningkat Monitor tanda/gejala
Kognitif meningkat peningkatan TIK
Sakit kepala menurun (tekanan nadi
Kecemasan menurun melebar, kesadaran
Demam menurun menurun)
Kesadaran membaik
Terapeutik :
(L.02014)
Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
Berikan posisi semi
fowler
Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
Kolaborasi
pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
Terapeutik :
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi
pijat, aromaterapi)
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu
ruangan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
(I.08238)
D. Implementasi
Implementasi adalah realisasai rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama da sesudah pelaksanaan tindakan serta menilai data
yang baru
E. Evaluasi
Evaluasi adalah menetapkan kembali informasi yang baru diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan menentukan target dari suatu hasil
yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dan klien
1. Pola nafas tidak efektif membaik
2. Penurunan curah jantung, curah jantung meningkat
3. Hipertermi, termoregulasi membaik
4. Perubahan perfusi serebral tidak efektif, perfusi serebral meningkat
5. Nyeri akut, tingkat nyeri menurun
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf,
dan sistem saluran cerna. Etiologi yang paling banyak menyebabkan krisis
tiroid adalah penyakit Graves (goiter difus toksik). Krisis tiroid timbul saat
terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon toroid yang
menyebabkan hipermetabolisme berat.
Diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada
gambaran laboratoris. Jika gambaran klinis konsisten dengan krisis riroid,
terapi tidak boleh di tunda tirotoksikosis. Penatalaksanaan lrisis tiroid harus
menghambat sistesis, sekresi, dan aksi perifer hormon tiroid. Penanganan
suportif yang agresif dilakukan kemudian unruk menstabilkan homeostasis
dan membalikan sekompensasi multi organ. Angka kematian keseluruhan
akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-75%. Namun, dengan
diagosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan
baik.
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat, diharapkan semua mahasiswa
mampu menyerap informasi dan isi makalah ini. Baik itu sebagai referensi
maupun sebagai bahan acuan untuk mengerjakan tugas selanjutnya.
Daftar pustaka
Emdin M, Pratali L, Iervasi G. Abolished vagal tone associated with thyrotoxicosis triggers
prinzmetal variant angina and paroxysmal atrial fibrillation. Ann Intern Med.
2000;132(8):679.
Izumi K, Kondo S, Okada T. A case of atypical thyroid storm with hypoglycemia and lactic
acidosis. Endocr J. 2009;56(6):747-52.
file:///D:/Documents/PROPOSAL%20SKRIPSI/toaz.info-askep-krisis-tiroid-
pr_46c3ac8eed7363b09f740e4212331e84.pdf