” E – MARKETING “
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
E-COMMERCE: PERSPEKTIF DAN PERKEMBANGAN........................................................................ 2
ELEMEN-ELEMEN E-COMMERCE .................................................................................................... 4
EMPAT PRSPEKTIF E-BUSINESS ....................................................................................................... 5
MARKET SPACE DAN E-MARKETING ................................................................................................... 5
1. Percepatan Globalisasi Industri .............................................................................................. 5
2. Multidimensionalitas Proses Penciptaan Nilai ........................................................................ 6
3. Tingkat hambatan masuk industri .......................................................................................... 6
APLIKASI INTERNET DALAM BIDANG BISNIS ....................................................................................... 8
Fundamental Models .......................................................................................................................... 9
Buy/Sell Fulfillment modals .......................................................................................................... 10
E-Marketplace Models ...................................................................................................................... 11
Peer-to-Peer Models ......................................................................................................................... 12
ERA DIGITAL MARKETING ................................................................................................................. 13
PELUANG DAN TANTANGAN E-MARKETING..................................................................................... 16
MODEL PROSES INTERNETISASI ........................................................................................................ 19
BAB III .................................................................................................................................................... 22
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 22
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
PERSPEKTIF DEFINISI E-COMMERCE
1.Online Purchasing Perspective Sistem yang memungkinkan pembelian dan penjualan
produk dan informasi melalui internet dan jasa online
lain nya.
2.Digital Communication Perspective Sistem yang memungkinkan pengiriman informasi
digital, produk, jasa dan pembayaran online.
3.Service Perspective Sistem yang memungkinkan upaya menekan biaya;
menyempurnakan kualitas produk dan informasi instan
terkini; dan meningkatkan kecepatan penyampaian jasa.
4.Bussines Process Perspective Sistem yang memungkinkan otomatisasi transaksi bisnis
dan aliran kerja.
5.Market-Of-One Perspective Sistem yang memungkinkan proses ‘Customizatiori’
produk dan jasa untuk diadaptasikan pada kebutuhan
dan keinginan setiap pelanggan secara efisien.
3
lebih baik dan lebih murah, serta mempercepat aliran informasi dan barang dalam
rantai pasokan keseluruhan.
GAMBAR 8.1.
ELEMEN-ELEMEN E-COMMERCE
3. Perspektif commerc, yang berkenaan penjualan dan pembelian produk dan jasa secara
elektronik. Hal ini membetuhkan adanya sistem, layanan, model, dan relasi yang bisa
mendukung mekanisme penjualan dan pembelian yang efektif.
4. Perspektif responsiveness, yang lebih berkaitan aspek efisiensi dan timing transaksi
bisnis. Responsivitas berarti mengurangi waktu antara permintaan bisnis dan
pemenuhaan.
4
GAMBAR 8.2
5
2. Multidimensionalitas Proses Penciptaan Nilai. Pada prinsipnya, WWW dan
jaringan sejenis lainnya bukan sekedar infrastruktur, namun sekaligus juga pasar.
Menurut Rayport & Sviokla (1995), kini terjadi pergeseran dari transaksi pasar
tradisional yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli
menjadi transaksi elektronik.
3. Tingkat hambatan masuk industri. infrastruktur informasi berdampak signifikan
pada hambatan masuk industri. disatu sisi, dalam kasus tertentu akses ke infrastruktur
informasi menghadirkan peluang bisnis global yang bahkan sebelumnya tidak
terbayangkan. Namun, di sisi lain, dalam beberapa industri jasa berbaris informasi
yang sudah mapan, infrastruktur informasi yang sifatnya industry-specific justru bisa
menciptakan hambatan masuk yang signifikan.
Dalam traditional market place, lalu lintas informasi, produk/jasa, dan pembayaran
bersifat fisik (location-based). Dengan kata lain, model, bisnis yang berlaku adalah
geographic bisiness model. Sebaliknya, dalam dunia virtual market space, alirn informasi
produk, proses komunikasi antara produsen dan konsumen, distribusi produk/jasa dan
transaksi berlansung dalam dunia maya/virtual (lihat gambar 8.3)
GAMBAR 8.3
VIRTUAL MARKET SPACE
Berbeda dalam halnya dengan traditional market place yang mengandalkan atom-based
products (benda fisik yang bisa disentuh dengan panca indera), distribusi fisik dan tempat
transaksi; market space lebih berupa bit-based products (seperti kode-kode instruksi atau
bahsa komputer, perangkat lunak semacam Netscape atau internet Explorer) yanng
didistribusikan secara elektronik dalam ruang maya(lihat gambar 8.4)
6
GAMBAR 8.4
MARKET PLACEVERSUS MARKET SPACE
Produsen beraneka ragam produk dari segala penjuru dunia, e-mail gratis, chat,
messaging, games, dan sebagainya. Contex didominasi Yahoo! Sendiri, namun carrier-nya
bisa bermacam-macam, misalnya Telkom, IBM, Toshiba, Microsoft, netscape dan lain-lain.
Berkembangnya market space membuat semakin intesifnya kompetisi global antar
penyediaan jasa/produck dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang
cerdas, ‘menuntut’, dan well-informed.
GAMBAR 8.5
ILUSTRASI PERBANDIANGAN MARKET PLACE VERSUS MARKET SPACE
7
Meskipun demikaian, banyak pakar yang meyakini bahwa perkembangan virtual
market space tidak akan menghilangkan kebutuhan akan traditional market place. Sebaliknya,
damoaknya akan lebih bersifat komplementer. Bagaimanapun juga, dalam banyak kasus,
konsumen tetap mendampakan interaksi atau pengalaman fisik dalam berbelanja. Sebagai
contoh, cukup banyak konsumen yang menjadikan shopping sebagai aktivitas relaksi atau
‘bersosialisasi’.
8
Lawrence, et al. (2003) mengumukakan bahwa setidaknya terdapat empat model bisnis e-
commerce, yaitu;
Fundamental Models:
o Online Yellow Pages Model. Perusahaan yang menerapkan model ini merancang
menu hyperlink (atau direktori) yang setiap item di dalamnya terhubung ke
sumber-sumber terkait dan menyediakan informasi lebih lanjut mengenai topik
spesifik trtentu.
o Subscription Model. Ide dasarmodel ini diadaptasi dari dunia penerbitan.
Konsumen harus berlangganan agar dapat mengakses secara online artikel jurnal,
majalah, perangkat lunak, atauproduk lainnya yang di-update secara rutin.
o Advertising Model. Model ini banyak ini diterapkan oleh situs-situs search
enginesmeny yang menyediakan ruang iklan bagi pihak-pihak yang
tertarik.penghasilan dari iklan ini menjadi sumber pendapatan utamanya.
o 3.5.7 Model. Model ini memanfaatkan internet sebagai alat komunikasi bisnis.
Model ini di namakan model 3.5.7 karena terdiri atas 3 langkah untuk fokus yang
lebih baik, 5 strategi untuk mengevaluasi potensi kehadiran sebuah situs, dan 7
taktik yang di gunakan sebagai rerangka untuk menyusun rencana spesifik.
Komponen dapat di jabarkan sebagai berikut.
a) Tiga langkah menuju fokus yang lebih baik
Tiga poin berikut mampu menjelaskan mengapa bisnis di internet belum
banyak menghasilkan pendatan besar dan mengapa perusahaan masih perlu
mempertahakan situsnya.
Internet belum menjadi alat transaksi penjualan. Hal ini serupa dengan
penerimaan konsumen terhadapa ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang
membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum konsumen (nasabah) benar-
benar mengadopsinya.
Kemunikasi merupakan sumber penerimaan perusahaan. Sebagian besar
perusahaan harus menyadari bahwa potensi riil bagi e-business justru
datang dari biaya komunikasi yang murah.
Bisnis di internet membutuhkan pemikiran, strategi, dan ancaman baru.
b) Lima strategi evaluasi potensi website
Lima strategi berikut merupakan elemen kunci dari bisnis online:
Berkomunikasi dengan pelanggan saat ini.
9
Menyediakan layanan dan dukungan pelanggan.
Berkomunikasi dengan calon pelanggan.
Memperluas komunikasi bisnis tradisional.
Komunikasi internail.
c) Tujuan pedoman taktikal
Membangun brand awereness dan brand loyalty.
Direct-response promotions.
Edukasi marketplace.
Demonstrasi dan distribusi produk.
Public relations.
Riset pengembangan produk.
Layanan dan dukungan pelanggan.
o Auction/Reverse auction models. Dalam reverse auction model (sering di sebut pula
“Name –your – Price” model), penawar harga mengajukan tawaran harga untuk
produk tertentu (misalnya, tiket pesawat) dan penjual akan memutuskan akankah
menerima tawaran tersebut. Kemudian para pemasok bersaing dalam proses
“underbid” (mengajukkan penawaran dengan harga terendah) untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan tersebut.
o Affiliation Model. Dalam model yang di kenal pula dengan istilah “pay-for-
performance” model ini, pemilik website menandatangani kontrak untuk mengikuti
associate program atau affiliate program. Apabila kontrak di sepakati,pihak pemilik
website (disebut affiliates) akan di kirim rincian instruksi tentang cara merancang
links dan benner ads. Variasi aplikasi model ini mulaibanyak di kembangkan,
diantaranya adalah pay-per-click dan banner exchange programs.
o Partai model. Model ini menawarkan sejumlah jasa internet, mulai dari single
convenient location hingga mendorong volume traffic yang tinggi. Sebagian besar
portal menyediakan layanan gratis, seperti search engine; berita lokal, nasional, dan
global,; olahraga dan ramalan cuaca; referensi (direktori dan peta); shoppingmalls;
serta email dan chatting rooms.
10
online. Modal ini lebih difokuskan pada aktivitas B2C (business-to-consumer) dan
digunakan untuk menekan biaya yang berkaitan dengan penanganan dan pemenuhan
pesanan, meningkat global awereness, dan beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu.
o E-Procurement. Dalam modal yang dikenal pula denga sebutan Buy-Side modal
ini,perusahaan mengadopsi ancangan elektronik untuk aspek pengadaan
(procurement), sehingga biaya operasional internal dan biaya tidak lansung dapat
ditekan. Melalui proses ‘elektronisasi’ katalog, menyediakan self-service
requisitioning dan sistem pemrosesan pesanan, dan otomatisasi pembelian berkenaan
dengan operasi pemeliharaan dan reparasi, maka organisasi bisa menekan biaya
secara signifikan. Umumnya, model ini diterapkan dalam konteks B2B (business-to-
business) relationship. Raytheon Systems Company dan General Electric berhasil
menghemat dana cukup besar melalui implementasi model ini.
E-Marketplace Models:
o Procurement Marketplace Model. Model ini sesungguhnya merupakan perluasan dari
e-procurement model. Hanya saja perbedaanya adalah bahwa struktur e-procurement
model adalah “one buyer to many suppliers”, sedangkan procurement marketplace
model lebih menekankan “many buyers to many suppliers”. Model ini memungkinkan
departemen, unit bisnis mitra strategik suatu perusahaan untuk menjalin relasi dan
proses pembelian indenpenden dengan pemasok.
o Vertical Marketplace Model. Model ini bertujuan untuk mempertemukan pembelian
dan penjualan dalam industri spesifik, misalnya industri farmasi dan produksi baja.
Struktur pokoknya adalah “many-to-few”, dimana segelintir pembeli besar membeli
produk dari banyak penjual kecil. Hasil yang diharapkan adalah tercapainya efisiensi
melalui berkurangnya biaya dan waktu pencarian (search costs dan search time).
o Horizontal Marketplace Model. Pasar yang menyediakan produk dan jasa dalam
berbagai jenis industri dikenal dengan istilah horizontal marketplace. Dengan
memfasilitasi e-commerce untuk berbagai tahapan rantai pasokan dan sejumlah
industri, horizontal marketpkplace mampu menyederhanakan proses pencarian dan
pemesanan oleh para kliennya.
11
Peer-to-Peer Models:
Model inimuncul dan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berbeda dengan
model-molel sebelumnya, peer-to-peernetworking model beroperasi tanpa memerlukan
centralized server. Model ini dikenal pula istilah “Napsterization of the supply chain”,
diilhami oleh situs www.napster.com yang berhasil mempelopori situs yang memungkinkan
partisipan untuk saling berkomunikasi secara lansung dan bertukar musik dengan sedikit atau
tanpa intervensi sama sekali dari central server.
Karakteristik internet yang real-time juga dapat dimanfaatkan untk membangun dan
menjalin relasi khusus denga para pelanggan (e-relationships) secara efisien. Jalinan ini bisa
melengkapi atau memperkokoh face-to-face relationship dan dibina seiring dengan empat
perkembangan tahap relasi (lihat gambar 8.3).
TABEL 8.3
TAHAP-TAHAP E-RELATIONSHIP
12
Menambah jumlah rentang produk yang dibeli.
Menarik pelanggan baru melalui daya tarik program insentif.
Mendapatkan pelanggan baru lewat referrals.
Meningkatkan brand recogition.
Melakukan penjualan silang (cross-selling) antar perusahaan.
Mengurangi biaya overhead melalui sistem berbisnis yang lebih efisien
Mendorong redemption of points (mengurangi liabilitas).
Menganalisis pola pembelian dan geo-demografis pelanggan.
Internet juga menandai era baru pemasaran, yakni era digital marketing yang
dibercicirkan:
o Bermunculannya ‘born globals’. Dalam dua dekade terakhir, banyak
bermunculan perusahaan yang tidak mengikuti pola tahap-tahap tradisional dalam
proses internasionalisasi. Istilah yang mengacu pada fenomena ini adalah ‘born
global’ atau disebut pula ‘international new venture’. Sejumlah riset mengunkap
bahwa born global umumnya adalah perusahaan kecil dan mengenah dengan
karyawan di bawah 500 orang, memiliki penjualan tahunan di bawah US$ 100
juta, berorientasi pada teknologi mutakhir dalam pengembangan inovasi produk
atau proses yang unik, serta dikolala oleh entrepreneurial visionaries yang
memandang dunia sebagai satu pasar tanpa batas, ada tiga istilah yang cukup
13
banyak digunakan dalam literatur e-marketing, yakni born-again global firms
(perusahaan yang sudah lama ada dan sebelumnya berfokus pada domestik,tetapi
tiba tiba melakukan internasionalisasi secara tepat dan berdedikasi tinggi), true-
born globals (perusahaan yang berfokus pada low-distance markets dan highs-
distance markets), dan born-internasional (perusahaan yang hanya berfokus pada
low-distance markets).
o Berakhirnya era ‘push strategy’. Kini konsumen memiliki posisi tawar-menawar
yang semakin kuat. Mereka punya banyak pilihan, kebebasan, dan sekaligus
memegang kendali atas setiap informasi yang mereka terima. Keterbatasan waktu
yang dimiliki membuat konsumen sangat selektif dalam menyaring arus
informasi yang mengalir bak air bah. Oleh sebab itu, sudah banyak produsen
besar (terutama di Amerika, Eropa, Jepang dan Australia) yang berani
‘membayar’ konsumen untuk sekedar menerima iklan. Sebagai imbalan atas
kesediaan konsumen mengakses dan merespon berbagai macam iklan yang
disajikan, mereka diberi berbagai fasilitas (contohnya, komputer personal gratis
atau rekening telepon nya gratis). Dalam konteks ini, berlaku prinsip
“Permission-Based Marketing”, dimana produsen harus meminta kerelaan dan
izin konsumen sebelum bisa menjadikan mereka sebagai penerima pesan
komunikasi pemasaran.
o Konsumen mengetahui fakta dan ‘kebenaran’. Kalau dulu konsumen gampang
‘dibihongi’ dengan informasi ‘menyesatkan’ mengenai fitur produk, harga,
kualitas, dan seterusnya, maka sekarang itu bukan jaman nya lagi. Berbagai situs
spesifik bisa membantu pelanggan secara cepat dan mudah utuk memperoleh
informasi mengenai berbagai hal, mulai dari informasi produk
(www.comparenet.com) sampai informasi harga (www.Esmarts.com).
o Mass Customization. Dalam ra digital marketing, konsumen dimungkinkan untuk
merancang produknya sendiri (contohnya, Dell, dan Gateway) dan melakukan
bundling maupun unbundling (misalnya, memilih dan menentukan daftar lagu di
compact disc (CD) sesuai masing dengan saleranya masing-masing
o Insignifikansi batas-batas geografis. Globalisasi dan revolusi digital telah
menciptakan dunia tanpa batas (borderless world). Gerai penjualan telah
berkembang dan mencakup pula gerai penjualan virtual yang mampu
menawarkan fasilitas-fasilitas yang bahkan jauh lebih baik menarik.
Implikasinya, setiap perusahaan membutuhkan serangkaian keterampilan dan
14
sumber daya baru, menyangkut web design, rentang produk pembayaran , logistik
dan sistem pengiriman produk.
o Pelanggan Produk Online (everything is auctioned). Internet telah banyak pula
dimanfaatkan sebagai media untuk pelelangan produk secara simultan. Dua di
antara virtual auction houuses yang ramai di kunjungi adalah priceline ( untuk
tiket pesawat ) dan eBay ( lebih dari 1.500 produk dan nilai lelang secara virtual
diperdiksi bakal meningkat secara drastis di masa masa mendatang.
o Efek multiplier ekstrem. Efek gethok tular lewat internet memang dahsyat.
Contohnya, saat terjadi masalah pada chip intel, dalam waktu singkat beritanya
menyebar ke seluruh penjuru dunia .Contoh yang lebih dahsyat adalah
penyebaran starr report mengenai skandal bill clinton-monica lewinsky di internet
yang menghebohkan.Oleh sebab itu,tidaklah mengherankan bila kini banyak
bermunculan jargon baru yang menggambarkan karateristik pemasaran via
internet :e-marketing,cybermarketing,internet-marketing,techno-marketing,digital
marketing,dan sebagainya
o Komunikasi interaksi.internet memungkinkan berkembangnya komunikasi
interaktif dua arah,real time,dan customized (individual).istilah yang banyak
digunakan untuk menggambarkan situasi ini webvertising interaksi semacam itu
memberikan peluang bagi respon dan tidak lanjut secara cepat yang mengarah
pada terjalinnya pemasaran rerasional khusus.
o Bertumbuhnya komunitas online. komunitas seperti ini terbentuk karena adanya
kesamaan minat,aktivitas,dan opini sejatinya ada 8 tipe komunitas online yang
banyak dijumpai. Komunitas jejaringsosial (seperti FaceBook.com,
MySpace.com dan Linkkedin.com) adalah hal yang penting pesat
perkembangannya. Beberapa tahun trakhir komunitas pendidikan online juga
menjamur. Bentuk kemunitas lainnya adalah komunits merek, khususny yang
dibentuk dan dikelola oleh pemilik merek. Komunitas online bisa didik pemasar
lewattiga cara:
Pertama, pemasar membangun komunitas di website-nya sendiri melalui
online discussion groups dan bulletin boardd.
Kedua, pemasar beriklan di situs komunitas milik perusahaan atau
melalui blog comments dan email keanggota online
15
Ketiga, pemasar bergabung dengan komunitas online yang sudah ada.
Selain membangun jejaring, pemasar juga bisa menawar produknya
kepada para anggota komunitas bersangkutan
o Manfaat dan peluang bisnis baru di cyberspace. Secara garis besar, terdapat dua
proses utama dalam pemasaran yang bisa didigitalisasi: (1) Proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mempertahankan pelanggan (2) Proses-
proses level kedua ((lihat tabel 8.5)
TABEL 8.5
PROSES PEMASARAN YANG BISA DIGITALISASI
16
Sebagai contoh, belanja online bisa mengeliminasi berbagai kendala ritel tradisional, seperti
hambatan geografis, kendala waktu, kendala informasi, dan kendala beralih pemasok. Secara
garis besar, manfaat beralih ke e-business meliputi:
Informasi manajerial yang lebih akurat dan cepat, sehingga bisa membantu
pengambilan keputusan secara efektif efisien intergrasi pemasok dan jejaring
distribusi secara lebih baik dan real-time
Kemitraan distribusi lebih baik
Biaya transaksi menjadi lebih murah
Pemahaman pasar lebih baik
Cakupan goegrafis lebih luas.
Dalam konteks kemanfaatan internet untuk aktivitas pemasaran, setidaknya ada tiga
kelompok aktivitas yang bisa difasilitasi secara efektif: aktivitas pemasaran informasional,
fasilitasrelasi, dan pemasaran transaksional di internet (lihat tabel 8.7)
TABEL 8.7
AKTIVITAS PEMASARAN INFORMASIONAL, FASILITASI RELASI, DAN TRANSAKSIONAL DI INTERNET
Survei yang dilakukan information week terhadap para eksekutif bisnis dan teknologi
informasi mengungkapkan bahwa peruhsaan-perusahaan menjustifikasi infestasi e-business
mereka tidak berdasarkan kalkulasi ROI (Return On Ivestment), namun dalam konteks
sasaran strategik, seperti mempertahakan keunggulan kompetitif, mempertahankan kepuasan
pelanggan dan membangun serta meningkatkan brand awareness secara lebih spesifik,
sasaran-sasaran strategik ini dapat dijabarkan menjadi:
Memperbaiki manajemen sediaan
Menciptakan unit e-business baru
17
Memungkin pelanggan untuk merancang sendiri produk atau jasa sesuai kebutuhan
dan keinginan mereka
Meningkatkan hubungan dengan hubungan pemasok
Menyempurnakan manajeman rantai pasokan
Membangun organisasi yang lebih enterpreneurial
Memperluas lini produk atau layanan
Menciptakan saluran distribusi baru
Meningkatkan kecepatan dalam memasarkan produk baru
Meningkatkan hubungan dengan mitra baru
Menciptakan sumber penghasilan baru
Mencari pasar baru untuk produk dan jasa yang dihasilkan
Membangun atau meningkat brand awareness
Meningkatkan komunikasi dan kepuasan karyawan
Mengurangi biaya operasional
Mengikuti irama persaingan
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Menciptakan atau mempertahankan keunggulan kompetitif
Sementara itu, beraneka ragam peluang pemanfaatan internet yang masih bisa diekpolitasi
lebih lanjut meliputi:
Sumber baru informasi pasar
Individualized customized marketing
Cara baru menjalin relasi dengan pelanggan, komunitas pelanggan, dan membangun
citra merek (interactive marketing)
Peluang baru distribusi dan komunikasi (e-commerce)
Berinteraksi dengan pelanggan via jejaring sosial
Sumber ide pengembangan produk baru, DLL
Proses penyampaian (delivery) produk secara digital via internet diperkirakan semakin
marak dalam berbagai sektor bisnis, terutama untuk program perangkat lunak, surat kabar,
CD musik, tiket pesawat, sekeritas, jasa konsultasi, hiburan, perbankan, asuransi, pendidikan,
dan perawatan kesehatan (Andersen & vincze, 2000; chaffey, 2009; Strauss & Frost, 2012.
Walaupun begitu, masih terdapat sejumlah tantangan besar yang masih perlu diantisipasi dan
diatasi, di antaranya:
Ketersediaan dan kecepatan akses internet secara luas (masalah bandwidth)
18
Infrastruktur dan regulasi mengankut tarik telpon, jasa ISP, dan UU e-commerce
Isu mengakut intellectual property rights, seperti hak cipta, paten, merek dagang,
proteksi data
Isu privasi dan keamanan dalam transaksi online
Sistem pembayaran, termasuk di dalamnya micropayments dan microtransactions
Isu perlindungan atas hak-hak konsumen
Preferensi konsumen pada model bisnis tradisional (tatap muka), karena sebagian
orang
Kecepatan dan kemudahan pengiriman produk fisik (masalah logistik)
Masalah pengaturan penerimaan pajak pemerintah
Kompleksitas upaya mengwujudkan loyatisa pelanggan online
1. Faktor internal, yakni faktor-faktor yang bisa dikendalikan oleh perusahaan. Faktor ini
meliputi:
Karakteristik manajemen, seperti usia, pendidikan, pengetahuan, pengalaman
dan sikap/persepsi terhadap aktivitas internasinolasasi
Karakteristik perusahaan, seperti ukuran perusahan, sumber daya yang
dimiliki, teknologi, struktur dan organisasi produk /jasa yang ditawarkan
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang diluar kendali perusahaan dan berpengaruh
terhadap aktifitas internasional perusahaan. Diantaranya terdiri atas:
Conneded relationships, meliputi hubungan terus menerus yang dijalin
dengan pihak pemasok, ditributor, dan pelanggan, baik dinegara asal maupun
dinegara tujuan pemasaran
19
Network environment, seperti ukuran pasar domestik dibandingkan pasar luar
negeri, tingkat internasionalisasi perusahaan lain dalam industri sejenis,
ketersediaan dukungan pemerintah, ketersediaan karyawan terampil dan
terlatih, ketersediaan infrastruktur penunjang aktivitas internasionalisasi,
hambatan perdagangan, jarak geografis, dan jarak kultural antarpasar.
Dalam riset ekploratoris yang dilakukan oleh buttris & wilkinson (2003), kedua pakar
dari university of new south wales ini merumuskan model proses internetisasi yang
merupakan pengembangan dari model proses internasionalisasi (lihat gambar 8.17)
GAMBAR 8.17
MODEL PROSES INTERNETISASI
20
Oleh sebab itu, mereka menambahkan sejumlah faktor diluar faktor internal dan
ekternal yang biasa di jumpai dalam proses internasionalisasi.
Faktor-faktor tambahan tersebut meliputi: kompleksitas teknologi (dalam hal
kompatibilitas, biaya kompleksitas, dan keunggulan relatif), kapabilitas dan
komiymen terhadap implementasi teknologi e-commerce, struktur pasar, karakteristik
teknologi e-commerce yang diadopsi mitra industri dan pesaing critical mass
(eksternalitas) dukungan dan keterlibatan pemerintah dalam pengembangan inisiatif
dan kebijakan berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR ISI
Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra. 2012. Pemasaran Global konteks offline dan online.
Yogyakarta. Penerbit : UPP STIM YKPN.
23