Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

KANKER SERVIKS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pembimbing : Hj. Ade Fitriani, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Sultan Al Adami Pradana 2001277040


Rizky Perdana Susanto 2001277032
Herni Oktriani 2001277016
Dina Mega Tresna P 2001277008
Indah Dwi Lestari 2001277018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2021/2022
A. Pengertian
Kanker serviks merupakan penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (Nurwijaya, 2013).
Kanker serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks atau
kanalis servikalis dan atau porsio (Wantini & Indrayani, 2019).
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh didalan leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina (Septadina, 2015).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kanker mulut Rahim ini tidak diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh pada terjadinya kanker serviks
antara lain :
1. Human Papiloma Virus (HPV)
Merupakan penyebab kutil genitalis atau kondiloma akuminata yang ditularkan
melalui hubungan seksual, sedangkan varian yang berbahaya yaitu HPV tipe
16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok
Kandungan tembakau pada rokok akan merusak sistem kekebalan dan
mempengaruhi tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dibawah 18 tahun
4. Berganti-ganti pasangan seksual
5. Pernah menikah dengan penderita kanker serviks
6. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)
Biasanya banyak digunakan pada wanita hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan tahun 1940-1970).
7. Pemaikaian pil KB
8. Gangguan sistem kekebalan tubuh
9. Infeksi Herpes genitalis atau infeksi Klamidia menahun
10. Golongan ekonomi rendah, karena ketidakmampuan melakukan papsmear
secara rutin.

C. Klasifikasi
Tahapan atau stadium kanker menurut FIGO (2000) dalam Nurarif & Hardhi
(2015):
Stadium Keterangan
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya bisa didiagnosis
secara mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara
makroskopik walau dengan invasi yang superficial
dikelompokkan pada stadium I B
Stadium I A 1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0
mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm
Stadium I A 2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari
5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7 mm
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
mikroskopiklesi lebih luas stadium I A 2
Stadium I B 1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi
terbesar
Stadium I B 2 Lesi tampak > 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor menginvasi diluar uterus, tapi belum
mengenai dinding panggul/ sepertiga distal/ bawah
vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Menginvasi parametrium
Stadium III Tumor meluas ke dinding panggul dan/ mengenai
sepertiga bawah vagina dan/ menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium III A Tumor meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak
invasi ke parametrium tidak sampai ke dinding
panggul
Stadium III B Tumor meluas ke dinding panggul dan/
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau
rektum dan/ keluar dari rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif, invasi
stroma dengan kedalaman 3 mm/ kurang dari
membran basalis epitel tanpa invasi kerongga
pembuluh limfe/darah/melekat dengan lesi kanker
serviks

D. Tanda dan gejala


Tanda –tanda dini kanker seviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala, akan
tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan beberapa gejala antara lain (Evriarti
& Yasmon, 2019):
1. Keputihan yang makin lama makin bau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-880%)
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan berupa :
1. Cairan pervaginam yang berbau busuk
2. Nyeri panggul
3. Nyeri pinggang dan pinggul
4. Sering berkemih
5. Buang air besar atau air kecil sakit
6. Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, obstruksi
ureter)
7. Anemi akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

E. Patofisiologi
Adanya faktor penyebab terjadinya kanker serviks akan menyebabkan
munculnya lesi pre invasif yang berkembang melalui stadium displasia, adanya
mutasi genetik pengendali sel kanker (onkogen, tumor supresor, repair genes) yang
memperantari timbulnya transformasi maligna. Lesi pre invasif akan mengalami
regresi secara spontan sebanyak 3-35%, bentuk ringan memiliki angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma in situ (KIS)
berkisar 1-7 tahun, sedangkan dari KIS berubah menjadi invasif sekitar 3-20 tahun.
proses berkembangnya kanker serviks berlangsung lambat diawali dengan
perubahan displasia perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini akan muncul apabila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik,/ kimiawi, infeksi virus/bakteri, atau
gangguan keseimbangan hormon. Sekitar 7-10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif menjadi invasif pada stroma serviks dengan keganasan.
Perluasan lesi di serviks menimbulkan luka, pertumbuhan eksofitik, atau dapat
berinfiltrasi ke kanalis serviks dapat meluas juga ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria, akhirnya dapat menginvasi rektum atau kandung kemih.virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi dibantu oleh
faktor resiko lain menyebabkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal
sehingga menjadi keganasan (Riani & Ambarwati, 2021)
Faktor Predisposisi : Faktor Presipitasi :
STIKes Muhammadiyah Ciamis
 Aktivitas seksual usia Virus HPV 16.18
mudas Ca. Serviks
 Kurang vulva Hygine
 Merokok
 Keturunan
 Gangguan system Menekan Iskemik jar. menyebar
Serviks kontriksi
imunitas
jar. sekitar pada organ sekitar

ulkus jar.
Hambatan aliran Gesekan saat
sekitar rapuh Rektum Ureter
Masuknya Mutagen darah pada koitus
pembuluh darah
serviks Pengeluaran Infiltrasi
Laserasi vagina
Metaplasia epitel bradikidin & ureter
mukosa endoserviks histamin
Tekanan pembuluh darah Pendarahan
serviks Inflamasi
Neoplasma Maligna
Ketidakpuasan Penekanan
Rupturnya pembuluh darah saat berhubungan syaraf simpatik
Hb
MK : Kerusakan Anemia Pendarahan MK : Gangguan
MK : Disfungsi Seksual MK : Nyeri Akut
Integritas Jaringan MK : Ketidakefektifan perfusi Eliminasi Urin
jaringan perifer TD, Nadi, turgor kulit NOC : Sexual NOC : Pain
NOC : Tissue Integrity NOC : Urinary
Functioning Control ; Pain
: Skin & Mucous NOC : Circulation status & Elimination
Level
Menbranes tissue perfussion NIC : Sexual
NIC : Pain NIC : Urinary Elimination
Counseling
NIC : Skin Surveilance NIC : Peripheral sensation Management
Management;
management
MK : Kekurangan Volume
Cairan

NOC : Fluid Balance

NIC : Fluid Management;


Hipovolemic Management
Shock : Volume

Pembedahan Non Pembedahan

Histirektomi Kemoterapi

Luka pendarahan
Neuron di medulla Depresi sumsum Rusaknya jar. normal tubuh Rusaknya folikel
berinteraksi tulang belakang rambut
Jaringan terbuka
Kulit Kering
Merangasang N. Gangguan pembentukan Rambut rontok
MK : Resiko Infeksi Vagus darah (Hematopoises)
MK : Kerusakan
NOC : Infection Integritas Kulit
Severity Mengkoordinasi reflek
emetik NOC : Tissue
NIC : Infection Integrity : Skin &
Control Mucous
Menbranes
eritrosit Leukosit Trombosit

Mual muntah Eritrositopenia Leukopenia Trombosito-


penia
MK : Mual Tubuh lemas, Mudah
pusing terinfeksi
NOC : Nausea and Darah sukar
Vomiting Control membeku
MK : Intoleransi
NIC : Nausea Aktivitas
MK : Gangguan citra
Management MK : Resiko Perdarahan
NOC : Activity tubuh
Tolerance ; Fatigue NOC : Blood Loss Severity
NOC : Body Image
Level
NIC : Bleeding Precation
NIC : Activity Therapy; NIC : Body Image
Energy Management Enhancement
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi/ Pap Smear : untuk mengamati sel-sel yang abnormal di Rahim.
2. Test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) : metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks dengan asam asetat, jika tidak ada perubahan warna maka
tidak ada infeksi pada serviks.
3. Schillentest
4. Kolposkopi : memeriksa menggunakan alat dan dibesarkan 10-40 kali
5. Kolpomikroskopi : melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran
sampai 200 kali.
6. Biopsi : untuk menentukan jenis karsinomanya.
7. Konisasi : dilakukan bila hasil sitologi meragukan.
8. Foto paru dan CT Scan dilakukan atas indikasi dari pemeriksaan klinis atau geja
yang timbul.
9. Laboratorium : adanya peningkatan leukosit, LED (darah lengkap, fungsi ginjal,
fungsi hati).

H. Penatalaksanaan Medis
Pemilihan dalam melakukan penatalaksanaan kanker serviks tergantung dari
lokasi, ukuran tumor, stadium, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita
untuk hamil lagi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa dilakukan :
1. Kriosurgeri/ pembekuan
2. Kauterisasi/ pembakaran bisa disebut juga diatermi
3. LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure)
4. Radiasi : dapat dipakai untuk semua stadium, bisa untuk wanita gemuk tua
dan pada medical risk
5. Cytostatika : bleomicyn terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten
6. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa melukai
jaringan sehat di sekitarnya
7. Kemoterapi, adapun tujuannya antara lain :
a. Mengurangi massa tumor selain melalui pembedahan atau radiasi
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi komplikasi akibat metastase

I. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan intervensi pembedahan antara lain :
1. Fistula uretra
2. Disfungsi kandung kemih
3. Emboli pulmonal
4. Infeksi pelvis
5. Obstruksi usus besar
6. Fistula rektovaginal
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi yaitu :
1. Reaksi kulit
2. Sistitis radiasi
3. Enteritis

Komplikasi yang berkaitan dengan kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang,


mual, muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung siplatin.

A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Identitas pasien
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat.
2) Identitas Penanggung jawab
Yang perlu dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, agama, status, hubungan dengan pasien. Identitas ini sangat
penting untuk memudahkan menjadi penanggungjawab pasien selama
perawatan di rumah sakit
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan
berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS, riwayat
abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat anggota keluarga
yang menderita penyakit kanker.
 Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko
tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di dalam
keluarganya.
d. Pola Aktivitas
1. Pola Nutrisi
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet
2. Pola Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya
nyeri
3. Pola Istirahat dan Tidur
Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam.
4. Pola Personal Hygiene
Pada umumnya klien dengan kanker serviks melakukan personal
hygiene secara mandiri.

e. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut
rontok dan mudah tercabut
2. Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3. Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4. Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor
menekan saraf lumbosakralis .
5. Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6. Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi . Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.

B. Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urine
3. Disfungsi seksual
4. Kekurangan volume cairan
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan perifer
6. Kerusakan integritas jaringan
7. Resiko Infeksi
8. Mual dan muntah
9. Intoleransi aktifitas
10. Resiko Perdarahan
11. Gangguan citra tubuh

C. Intervensi
Diagnosa
No. NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Pain Level, Pain Pain Management
control 1. Lakukan 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan pengkajian nyeri kualitas nyeri,
tindakan secara daerah nyeri,
keperawatan dalam komprehensif kapan nyeri
waktu 2x24 jam, termasuk lokasi, dirasakan, dan
diharapkan nyeri karakteristik, berat ringan nyeri
berkurang dengan durasi frekuensi, yang dirasakan
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor klien.
 Mampu presipitasi 2. Mengetahui
mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi keadaan tidak
 Melaporkan nonverbal dan menyenangkan
bahwa nyeri ketidaknyamanan yang tidak sempat
berkurang 3. Kontrol digambarkan oleh
dengan lingkungan yang klien
menggunakan dapat 3. Untuk mencegah
manajemen nyeri mempengaruhi pasien mengalami
 Mampu nyeri seperti suhu stress yang dapat
mengenali nyeri ruangan, meningkatkan rasa
 Menyatakan rasa pencahayaan dan nyeri.
nyaman setelah kebisingan 4. Aktivitas yang
nyeri berkurang 4. Kurangi faktor berlebihan dapat
presipitasi nyeri meningkatkan
pilih dan lakukan nyeri yang
penanganan nyeri dialami.
(farmakologi, non 5. Untuk mengurangi
farmakologi dan rasa nyeri dan
inter personal) memperlancar
5. Ajarkan tentang sirkulasi oksigen
teknik non 6. Untuk mengurangi
farmakologi rasa nyeri.
6. Berikan anaIgetik
untuk mengurangi
nyeri

2 Gangguan Urinary Urinary Elimination


eliminasi urine Elimination Management 1. Melihat
Setelah dilakukan 1. Monitor intake dan keseimbangan
tindakan output antara pemasukan
keperawatan dalam 2. Monitor dan pengeluaran.
waktu 2x24 jam, membrane 2. Memantau
terjadinya resiko
diharapkan mukosa, turgor kekurangan
gangguan eliminasi kulit, dan respon volume cairan
urin tertatasi dengan haus akibat drainase
Kriteria Hasil : 3. Monitor derajat cepat kadung
distensi kandung kemih yang terlalu
 Kandung kemih kemih dengan distensi secara
kosong secara palpasi dan perkusi kronis. Dan terjadi
penuh 4. Dorong masukan ketidakseimbanga
 Tidak ada residu cairan sampai n elektrolit
urine > 100-200 3000 ml sehari, (disfungsi ginjal)
cc dalam toleransi 3. Distensi kandung
 Intake cairan jantung, bila kemih dapat
dalam rentang diindikasikan dirasakan diarea
normal 5. Anjurkan suprapubik.
 Bebas dari ISK pasien/keluarga 4. Penungkatan
 Tidak ada untuk mencatat aliran cairan
spasme bladder urin output, sesuai mempertahankan
 Balance cairan kebutuhan perfusi ginjal dan
seimbang 6. Berikan rendam membersihkan
duduk sesuai ginjal dan
indikasi kandung kemih
7. Dorong pasien dari pertumbuhan
untuk berkemih bakter.
tiap 2-4 jam 5. Retensi urin
dan bila tiba-tiba meningkatkan
dirasakan tekanan dalam
saluran
perkemihan atas,
yang dapat
mempengaruhi
fungsi ginja,
adanya deficit
aliran darah ke
ginjal
mengganggu
kemampuannya
untuk memfilter
dan
menkonsentrasi
subtansi
6. Meningkatkan
relaksasi otot,
penurunan edema,
dan dapat
meningkatkan
upaya berkemih
7. Peningkatan aliran
cairan
mempertahankan
perfusi ginjal dan
membersihkan
ginjal dan
kandung kemih
dari pertumbuhan
bakteri
3 Disfungsi Sexual Functioning Sexual Counseling
seksual Setelah dilakukan 1. Membangun 1. Suasana yang
tindakan hubungan penuh rasa percaya
keperawatan dalam terapeutik dengan memungkinkan
waktu 2x24 jam, klien, yang komunikasi yang
diharapkan klien didasarkan pada terbuka dan jujur
dapat mengetahui kepercayaan dan antara pasien dan
tentang fungsi rasa hormat perawat
seksual dengan baik, 2. Menginformasikan 2. informasi akan
dengan pada pasien di membantu klien
kriteria hasil: awal hubungan memahami situasi
 Mengetahui bahwa seksualitas dan gangguan yang
anatomi dan merupakan bagian dialaminya
fungsi anatomi yang penting sehingga akan
seksual dalam kehidupan mencegah atau
 Dapat mencapai dan bahwa membatasi
gairah seksual penyakit, medikasi perilaku
 Berhasil dan stress (atau disfungsional
mengekspresikan masalah lain dan 3. Hubungan
kejadian -kejadian teraupetik yang
kenyamanan
yang pasien alami) penuh penerimaan
dengan ekspresi sering merubah akan
seksual fungsi seksual memungkinkan
pasien pasien untuk
3. Mendorong pasien secara bebas
agar berkenan bertanya, tumbuh
untuk dan mencari
mengungkapkan bantuan yang
rasa ketakutan dan berkaitan dengan
memberikan masalah seksual.
kesempatan pasien 4. Informasi yang
untuk bertanya akurat akan
mengenai fungsi membantu dalam
seksual mengubah pikiran
4. Memberikan dan sikap yang
informasi yang negatif tentang
berkaitan dengan aspek seksualitas
fungsi seksual, tertentu dan akan
sesuai dengan mencegah atau
yang dibutuhkan membatasi
klien perilaku
disfungsional.
4 Kekurangan Fluid Balance Fluid Management;
volume cairan Setelah dilakukan Hipovolemic
tindakan Management
keperawatan dalam 1. Kaji cairan yang 1. Membuat klien
waktu 2x24 jam, disukai klien lebih kooperatif -
diharapkan dalam batas diet Mempermud ah
kekurangan volume 2. Rencanakan target untuk memantauan
cairan teratasi pemberian asupan kondisi klien
dengan cairan untuk setiap 2. Pemahaman
Kriteria Hasil : sif, mis: siang tentang alasan
 Mempertahankan 1000 ml. Sore 800 tersebut membantu
urine output ml dan malam 200 klien dalam
sesuai dengan ml mengatasi
usia dan BB, BJ 3. Kaji pemahaman gangguan
urine normal, HT klien tentang 3. Untuk mengetahui
normal alasan perkembanga n
 Tekanan darah, mempertahank an status kesehatan
nadi, suhu tubuh hidrasi yang klien
dalam batas adekuat - Catat 4. Untuk mengontrol
normal asupan dan asupan klien
 Tidak ada tanda haluaran
tanda dehidrasi, 4. Pantau asupan per
Elastisitas turgor oral, minimal 1500
kulit baik, ml/24 jam. -
membran Pantau haluaran
mukosa lembab, cairan 1000- 1500
tidak ada rasa ml/24 jam. Pantau
haus yang berat jenis urine
berlebihan
5 Ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation
Perfusi Jaringan & tissue perfusion management
perifer Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – 1. Untuk mengetahui
Tindakan tanda vital keadaan umum
keperawatan 2. Monitor sirkulasi klien.
2 x 24 jam perifer. 2. Untuk mengetahui
diharapkan 3. Monitor hasil peningkatan
perfusi perifer laboratorium sirkulasi arteri dan
meningkat dengan 4. Kolaborasi vena.
kriteria hasil : pemberian 3. Untuk
 Denyut nadi transfusi darah menunjukkan
Perifer komposisi dareah.
meningkat 4. Untuk mengetahui
 Warna kulit kebutuhan darah.
pucat menurun.
 Pengisian kapiler
membaik.
 Tekanan darah
sistolik dan
diastolic
membaik
6 Kerusakan Tissue Integrity : Skin Surveilance
integritas Skin & Mucous 1. Monitoring kulit 1. Untuk
jaringan Menbranes untuk area yang meminimalisir
Setelah dilakukan kemerahan tanda - tanda
tindakan 2. Monitoring pada inflamasi .
keperawatan dalam infeksi khususnya 2. Untuk
waktu 2x24 jam, pada daerah yang memperbaiki
diharapkan mengalami edema. perfusi jaringan.
kerusakan integritas 3. Perhatikan suhu 3. Untuk menjaga
jaringan teratasi pada kulit pasien agar tidak
dengan 4. Perhatikan kulit mengalami
Kriteria Hasil : dan membran hipotermi maupun
 Suhu kulit dalam mukosa khususnya hipertermi.
rentang normal warna , suhu , 4. Untuk mencegah
 Elastisitas kulit tekstur , edema tanda - tanda
dan jaringan inflamasi.
kembali normal
 Tekstur kulit dan
jaringan kembali
normal
 Perfusi jaringan
kembali normal
 Tidak terdapat
erithema
 Tidak terdapat
nekrosis
(Jaringan mati)
pada jaringan
yang luka .

7 Resiko Infeksi Infection Severity Infection Control


Setelah dilakukan 1. Batasi pengunjung 1. Mencegah infeksi
tindakan 2. Cuci tangan sekunder
keperawatan selama sebelum dan 2. Mencegah INOS
2x24 jam sesudah merawat 3. Meningkatkan
Tidak terjadi infeksi pasien daya tahan tubuh
dengan 3. Tingkatkan 4. Membantu
Kriteria Hasil : masukan gizi yang relaksasi dan
 Bebas dari tanda- cukup membantu proteksi
tanda infeksi 4. Anjurkan istirahat infeksi
 Angka leukosit cukup 5. Mencegah terjdnya
normal 5. Pastikan infeksi
 Pasien penanganan 6. Meningkatkan
mengatakan tahu aseptic daerah IV pengetahuan
tentang tanda- 6. Berikan PEN-KES pasien
tanda infeksi tentang risk infeksi
8 Mual dan Nausea and Nausea Management
muntah Vomiting Control 1. Identifikasi faktor- 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan faktor yang dapat faktor apa saja
tindakan menyebabkan atau yang dapat
keperawatan dalam berkontribusi menyebabkan
waktu 2X 24 jam terhadap mual mual seperti efek
diharapkan mual dan (misalnya, obat- samping dari obat-
muntah dapat obatan dan obatan karena
teratasi dengan prosedur) obat-obatan
Kriteria hasil: 2. Identifikasi tersebut memiliki
 Mual hilang strategi yang telah efek samping yang
 Muntah hilang berhasil berbeda-beda dan
[dilakukan] dalam dilakukan sesuai
[upaya] prosedur yang
mengurangi mual dianjurkan
3. Monitor efek dari 2. Karena cara untuk
manajemen mual menghilangkan
secara keseluruhan mual dengan
4. Dorong pasien meminumkan air
untuk memantau tujuannya untuk
pengalaman diri menghindari
terhadap mual dehidrasi.
5. Dorong pasien 3. Agar dapat
untuk belajar mengetahui efek
strategi mengatasi yang dapat
mual sendiri memicu terjadinya
6. Tingkatkan mual
istirahat dan tidur 4. Karena hanya
yang cukup untuk pasien sendiri
memfasilitasi yang tahu apa
pengurangan mual. penyebab darimual
7. Berikan informasi tersebut maka dia
mengenai mual, bisa mengetasinya
seperti penyebab sendiri
mual dan berapa 5. Memberitahu klien
lama itu akan tentang strategi
berlangsung untuk mengatasi
mual secara
mandiri
6. Karena dengan
meningkatkan
istirahat maka
akan menjaga
keseimbangan
elektrolit dan juga
tidak merangsang
mual
7. Agar klien dapat
mengetahui dan
memahami tentang
penyebab mual
dan berapa lama
mual itu
berlangsung agar
dapat melalukan
pencegahan
terlebih dahulu
untuk
mengantisipasi hal
tersebut
9 Intoleransi Activity Tolerance Activity Therapy;
aktifitas Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. Untuk mngindari
tindakan penyebab terjadinya letih.
keperawatan selama keletihan 2. Membantu derajad
2x24 jam (misalnya, dekompensasi
Pasien bertoleransi perawatan, nyeri jantung and
terhadap dan pengobatan) pulmonal
aktivitas dengan 2. Pantau respon penurunan TD,
Kriteria Hasil : oksigen pasien takikardia,
 Berpartisipasi misalnya, denyut disritmia, takipnea
dalam aktivitas nadi, irama adalah indikasi
fisik tanpa jantung, dan intoleransi jantung
disertai frekuensi terhadap aktivitas.
peningkatan pernapasan 3. Aktivitas yang
tekanan darah, terhadap aktifitas berlebihan akan
nadi dan RR perawatan diri atau memperburuk
 Mampu aktifitas keadaan klien.
melakukan keperawatan 4. Jika beraktivitas
aktivitas sehari 3. Bantu klien untuk terhindar dari
hari (ADLs) mengidentifikasi cedera.
secara mandiri pilihan aktivitas. 5. Untuk
 Keseimbangan 4. Bantu dengan bertanggung jawab
aktivitas dan aktivitas fisik terhadap kesehatan
istirahat teratur. sendiri tentang
5. Ajarkan kepada tehnik perawatan
pasien dan orang diri yang akan
terdekat tentang meminimalkan
tehnik perawatan konsumsi oksigen.
diri yang akan 6. Untuk
meminimalkan bertanggung jawab
konsumsi oksigen. terhadap kesehatan
6. Ajarkan rentang sendiri tentang
pengaturan manajemen waktu
aktivitas dan untuk mencegah
tehnik manajemen kelelahan.
waktu untuk 7. Dengan
mencegah melakukan terapi
kelelahan. fisik dapat
7. Kolaborasi dengan menghilangkan
ahli terapi okupasi rasa letih dan
fisik. lemah pada klien.
8. Rujuk pasien ke 8. Diet adalah salah
ahli gizi untuk satu cara
perencanaan diet. penatalaksanaan
yang dilakukan
untuk mengatasi
klien dengan
masalah pada
jantung.
10 Resiko Blood Loss Severity Bleeding Precation
Perdarahan Setelah diberikan 1. Kaji pasien untuk 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan menemukan bukti- tingkat keparahan
selama 2x24 jam, bukti perdarahan perdarahan pada
perawat dapat atau hemoragi klien sehingga
meminimalkan 2. Catat kadar dapat menentukan
komplikasi yang hemoglobin/hemat intervensi
terjadi dengan okrit sebelum dan selanjutnya
kriteria Hasil : sesudah 2. Untuk mengetahui
 Klien tidak pendarahan kadar
mengalami 3. Pantau koagulasi hemoglobin/hemat
kehilangan darah darah pasien okrit pasien
 Kulit dan (prothrombin, 3. Untuk mengetahui
membrane thromboplastin, kemampuan darah
mukosa pasien fibrinogen, fibrin, dalam melakukan
tidak pucat dan jumlah proses pembekuan
 Nilai platelet) darah sehingga
Hemoglobulin 4. Pantau aliran IV tidak terjadi
berada dalam pendarahan
batas normal 4. Untuk mengetahui
 Nilai Hematokrit kelancaran aliran
berada dalam IV pasie
keadaan normal
11 Gangguan citra Body Image Body Image
tubuh setelah dilakukan Enhancement 1. Untuk mengetahui
tindakan 1. Monitor frekuensi seberapa besar
keperawatan dalam dari pernyataan klien mampu
waktu 2 X 24 jam mengkritisi diri menerima keadaan
diharapkan 2. Monitor apakah dirinya
gangguan citra tubuh pasien bisa melihat 2. Agar pasien dapat
teratasi dengan bagian tubuh mana mengetahui bagian
kriteria hasil : yang berubah tubuh mana yang
 Menyampaikan 3. Bantu pasien berubah
secara lisan menentukan 3. Agar pasien dapat
kemampuan keberlanjutan dari mengetahui
untuk perubahan perubahan
menyesuaikan perubahan aktual perubahan dari
terhadap dari tubuh atau tubuh dan yingkat
disabilitas (4) tingkat fungsinya fungsinya
 Menyampaikan 4. Bantu pasien untuk 4. Agar pasien dapat
secara lisan menentukan mengetahui
penyesuaian pengaruh dari peer pengaruh dari
terhadap group terhadap kelmpok sebaya
disabilitas (4) persepsi pasien mengenai citra
tubuh
 Memodifikasi mengenai citra 5. Agar pasien dapat
gaya hidup untuk tubuh saat ini mengetahui
mengakomodasi 5. Ajarkan pada perubahan
disabilitas (4) pasien mengenai perubahan yang
Keterangan perubahan normal terjjadi di dalam
skala: yang terjadi dalam tubuhnya
1 : tidak pernah tubuhnya terkait
dilakukan dengan beberapa
2 : jarang dilakukan tahap proses
3 : kadang-kadang penuaan,dengan
dilakukan cara yang tepat
4 : sering dilakukan
5 : dilakukan secara
konsisten
DAFTAR PUSTAKA

Evriarti, P. R., & Yasmon, A. (2019). Patogenesis Human Papillomavirus (HPV) pada Kanker
Serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 8(1), 23–32.

Nurwijaya, H. (2013). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Elex Media Komputindo.

Riani, E. N., & Ambarwati, D. (2021). Early Detection Kanker Serviks Sebagai Upaya
Peningkatan Derajat Hidup Perempuan. SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 3(2), 144–146.

Septadina, I. S. (2015). Upaya pencegahan kanker serviks melalui peningkatan pengetahuan


kesehatan reproduksi wanita dan pemeriksaan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang. Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 3(1), 222–
228.

Wantini, N. A., & Indrayani, N. (2019). Deteksi dini kanker serviks dengan inspeksi visual
asam asetat (IVA). Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(1),
27–34.

Anda mungkin juga menyukai