Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN CA SERVIC DIRUANG MAWAR GINEK

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Dosen Koordinator : Ns. Desy Ayu Wardani S.Kep.,M.Kep, Sp. Mat

Disusun Oleh :

Maria Kristiana Aprilianamita S.Kep

NIM: 1908102

PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUSI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIXS

A. Definisi

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk

menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat

yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim

sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu penyakit kanker

yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti

tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh pada terjadinya kanker

serviks antara lain :

1. Human Papiloma Virus (HPV)


Merupakan penyebab kutil genitalis atau kondiloma akuminata yang

ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan varian yang berbahaya yaitu

HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

2. Merokok

Kandungan tembakau pada rokok akan merusak sistem kekebalan dan

mempengaruhi tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dibawah 18 tahun

4. Berganti-ganti pasangan seksual

5. Pernah menikah dengan penderita kanker serviks

6. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)

Biasanya banyak digunakan pada wanita hamil untuk mencegah keguguran

(banyak digunakan tahun 1940-1970).

7. Pemaikaian pil KB

8. Gangguan sistem kekebalan tubuh

9. Infeksi Herpes genitalis atau infeksi Klamidia menahun


10. Golongan ekonomi rendah, karena ketidakmampuan melakukan papsmear

secara rutin.

C. Epidemiologi

Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35- 55 tahun, 90% dari kanker

serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal

dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam

rahim (Nurarif & Hardhi, 2015).

D. Klasifikasi

Tahapan atau stadium kanker menurut FIGO (2000) dalam Nurarif & Hardhi

(2015):

Stadium Keterangan

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke

korpus uteri diabaikan)

Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya bisa didiagnosis secara

mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara

makroskopik walau dengan invasi yang superficial

dikelompokkan pada stadium I B

Stadium I A 1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0

mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm

Stadium I A 2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5

mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7 mm

Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara

mikroskopiklesi lebih luas stadium I A 2

Stadium I B 1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi

terbesar

Stadium I B 2 Lesi tampak > 4 cm dari diameter terbesar

Stadium II Tumor menginvasi diluar uterus, tapi belum

mengenai dinding panggul/ sepertiga distal/ bawah


vagina

Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium

Stadium II B Menginvasi parametrium

Stadium III Tumor meluas ke dinding panggul dan/ mengenai

sepertiga bawah vagina dan/ menyebabkan

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

Stadium III A Tumor meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak

invasi ke parametrium tidak sampai ke dinding

panggul

Stadium III B Tumor meluas ke dinding panggul dan/

menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya

ginjal

Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ reproduksi

Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau

rektum dan/ keluar dari rongga panggul minor

Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif, invasi stroma

dengan kedalaman 3 mm/ kurang dari membran

basalis epitel tanpa invasi kerongga pembuluh

limfe/darah/melekat dengan lesi kanker serviks

E. Manifestasi Klinis

a. Perdarahan yang Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak,

kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis

intraservikal perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.

Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi

sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).

Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.

Terkadang bercampur darah.


b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.

c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya

pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi.

d. Perdarahan pada wanita menopause

e. Anemia

f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang

menyebabkan obstruksi total

g. Nyeri

1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam

berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.

2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi

pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan

sebagainya.

3) Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau

dari penyakit radang panggul hidup berdampingan.

F. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi

yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)

berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma

insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks

berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan

menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel

yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau

bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun

perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif

pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.


Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang

eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,

jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan

atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel

basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan

gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat

serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner &

Sudart, 2010).

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar

junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel

ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel

kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor

usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium

uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di

dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar

ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang

akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ

terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel

serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga

berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar

menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh

pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada

masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2

SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel

skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut

daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor

penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam

nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah

sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi


tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel

yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia

berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma

invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-

kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010)


G. Pathways
H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Sitologi/ Pap Smear : untuk mengamati sel-sel yang abnormal di rahim

2. Test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) : metode pemeriksaan dengan

mengoles serviks dengan asam asetat, jika tidak ada perubahan warna maka

tidak ada infeksi pada serviks

3. Schillentest

4. Kolposkopi : memeriksa menggunakan alat dan dibesarkan 10-40 kali

5. Kolpomikroskopi : melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran

sampai 200 kali

6. Biopsi : untuk menentukan jenis karsinomanya

7. Konisasi : dilakukan bila hasil sitologi meragukan

8. Foto paru dan CT Scan dilakukan atas indikasi dari pemeriksaan klinis atau

geja yang timbul

9. Laboratorium : adanya peningkatan leukosit, LED (darah lengkap, fungsi ginjal,

fungsi hati)

(Manuaba, 2010)

I. Penatalaksanaan Medis

Pemilihan dalam melakukan penatalaksanaan kanker serviks tergantung dari

lokasi, ukuran tumor, stadium, usia, keadaan umum penderita dan rencana

penderita untuk hamil lagi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa dilakukan :

1. Kriosurgeri/ pembekuan

2. Kauterisasi/ pembakaran bisa disebut juga diatermi

3. LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure)

4. Radiasi : dapat dipakai untuk semua stadium, bisa untuk wanita gemuk tua

dan pada medical risk

5. Cytostatika : bleomicyn terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten

6. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa melukai

jaringan sehat di sekitarnya

7. Kemoterapi, adapun tujuannya antara lain :

a. Mengurangi massa tumor selain melalui pembedahan atau radiasi

b. Memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi komplikasi akibat metastase


J. Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan intervensi pembedahan antara lain :

1. Fistula uretra

2. Disfungsi kandung kemih

3. Emboli pulmonal

4. Infeksi pelvis

5. Obstruksi usus besar

6. Fistula rektovaginal

Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi yaitu :

1. Reaksi kulit

2. Sistitis radiasi

3. Enteritis

Komplikasi yang berkaitan dengan kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang, mual,

muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung siplatin.

(Sofian, 2012)

K. Pencegahan

1. Perubahan pola diet atau makan banyak sayur dan buah yang mengandung

antioksidan dan mencegah kanker misal alpukat, brokoli, kol, wortel, anggur,

jeruk, tomat.

2. Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks, diberikan untuk wanita yang

belum terinfeksi HPV resiko tinggi (16 dan 18).

3. Melakukan pap smear

(Manuaba, 2010)
L. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Keluhan utama : nyeri intraservikal disertai keputihan menyerupai air,

berbau bahkan bisa terjadi perdarahan

b. Riwayat penyakit dahulu : riwayat abortus, infeksi pasca abortus,

infeksi masa nifas, riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit

kanker.

c. Pemeriksaan fisik

Kepala

1) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

2) Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri

(meringis), Raut wajah pucat.

3) Mata : konjunctiva tidak anemis

4) Hidung : simetris, tidak ada sputum

5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

6) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,

tidak terdapat lesi

7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada

pembesaran kelenjer getah bening

Dada

1) Inspeksi : simetris

2) Perkusi : sonor seluruh lap paru

3) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

4) Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah


Cardiac

1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

2) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi

3) Perkusi : pekak

4) Auskultasi : tidak ada bising

Abdomen

1) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri

di daerah abdomen.

2) Palapasi : ada nyeri tekan

3) Perkusi : tympani

4) Auskultasi : bising usus normal

Genetalia

Inspeksi

a. Ada lesi.

b. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.

c. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.

d. Urine bercampur darah (hematuria).

Palpasi

Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal

2. Diagnosa

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kanker serviks)

b. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


RENCANA KEPERAWATAN

NANDA/SDKI NOC/SLKI NIC/SLKI

Nyeri akut berhubungan dengan Kontrol nyeri Manajemen nyeri


agen cidera biologis (kanker serviks) Kriteria Hasil : Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan tidakan keperawatan,nyeri 1. Kaji nyeri secara kompherensif meliputi (lokasi,
terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut : karaterisktik, dan onset, durasim frekuensi,
1. Mengenali faktor penyebab. (4) kualitas, intensitas nyeri, serta faktor penyebab
2. Mengenali onset (lamanya sakit ). (4) nyeri).
3. Menggunakan metode pencegahan 2. Observasi respons nonverbal klien yang
menggunakan nyeri. (4) menunjukan rasa ketidaknyamanan.
4. Menggunakan analgesik sesuai dengan 3. Yakinkan pasien dengan penuh perhatian bahwa
kebutuhan. (4) dia akan lakukan perawatan untuk mengurangi
5. Mencari bantuan tenaga kesehatan. (4) nyeri
6. Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol. (4) 4. Gunakan komunikasi trapeutik untuk mengkaji
pengalaman nyeri dan bagaimana respon nyeri
Keterangan : pasien.
(1) Tidak pernah Menunjukkan 5. Gali pengetahuan pasien dan kepercayaan
(2) Jarang menunjukkan tentang nyeri
(3) Kadang-kadang menunjukkan 6. Kaji efek dari nyeri (pola tidur, nafsu makan,
(4) Sering menunjukkan aktivitas, kognisi, mood, hubungan)
(5) Secara konsisten menunjukkan
Mual berhubungan dengan Kontrol Mual dan Muntah Manajemen Mual
program pengobatan Kriteria Hasil Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan…. jam 1. Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada
diharapkan pasien mampu untuk kualitas hidup (misalnya, nafsu makan, aktivitas,
Menunjukkan keparahan mual dan muntah dengan prestasi kerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
indikator : 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
a. Frekuensi mual (4) atau berkontribusi terhadap mual (misalnya obat-
b. Intensitas mual (4) obatan dan prosedur)
c. Distres mual (2) 3. kendalikan faktor-faktor lingkungan yang mungkin
d. Frekuensi muntah (4) membangkitkan mual (misalnya, bau yang tidak
e. Intensitas muntah (4) menyenangkan, suara, dan stimulasi visual yang
f. Sekresi air ludah yang banyak (4) tidak menyenangkan)
4. Tunjukkan penerimaan diri terhadap mual dan
berkolaborasi dengan pasien ketika memilih
Keterangan Skala Indikator : strategi pengendalian mual
1= Berat 5. Timbang berat badan secara teratur
2= Cukup berat
3= Sedang
4= Ringan
5= Tidak ada

Ansietas berhubungan dengan Kontrol Kecemasan Diri Peningkatan Koping


perubahan status kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, di Aktivitas-aktivitas :
dapatkan kriteria hasil sebagai berikut: 1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
1. Memantau intensitas kecemasan (4) jangka pendek dan jangka panjang yang
2. Mengurangi penyebab kecemasan (4) tepat
3. Mengurangi rangsang lingkungan ketika 2. Bantu pasien dalam memeriksa sumber-
cemas (4) sumber yang tersedia untuk memenuhi
4. Mencari informasi untuk mengurangi tujuan-tujuannya
kecemasan (4) 3. Bantu pasien untuk memecah tujuan yang
5. Merencanakan strategi koping untuk kompleks menjadi lebih ecil, dengan langkah
situasi yang menimbulkan stres (4) yang dapat dikelola
Keterangan : 4. Dukung hubungan (pasien) dengan orang
(1) Tidak pernah dilakukan yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang
(2) Jarang dilakukan sama
(3) Kadang-kadang dilakukan 5. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah
(4) Sering dilakukan dengan cara yang konstruktif
Dilakukan secara konsisten 6. Berikan penilaian (kemempuan) penyesuaian
pasien terhadap perubahan-perubahan dalam
citra tubuh, sesuai dengan indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. 2010. Obstetri dan Ginekologi. USA : Mc Graw-Hill Company.

Diana, Rama. 2009. Kanker Payudara, Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta :

Mediaction.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Obstetri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Sastrawinata. 2005. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Sarwono. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Yayasan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai